• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK 3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK 3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik - Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes Nomor 335/Menkes/SK/VII/1990 yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes Nomor 502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.

(2)

Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP No.23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan fleksibilitas dan pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Praktek bisnis yang sehat adalah berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban.

3.1.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik

Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015.

Misi RSUP H. Adam Malik adalah

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau.

b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional.

(3)

3.1.2 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik

Tugas RSUP H. Adam Malik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 244/Menkes/Per/III/2008 pasal 2 adalah menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

Fungsi RSUP H. Adam Malik menurut Peratuan Menteri Kesehatan Nomor 244/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 antara lain:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis.

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. c. Menyelenggarakan penunjang medis dan non medis. d. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya manusia.

e. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya. g. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

h. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

i. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. 3.1.3 Falsafah dan Motto RSUP H. Adam Malik

Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien, dan efektif sesuai standar pelayanan yang bermutu.

(4)

P : Pelayanan cepat A : Akurat

T : Terjangkau E : Efisien N : Nyaman

3.1.4 Klasifikasi dan Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan SK MenKes Nomor 335/MenKes/SK/VII/1990 RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A. RSUP H. Adam Malik memiliki 20 Staf Medik Fungsional (SMF) dan 28 Spesialisasi Kedokteran.

Menurut PerMenKes Nomor 244/MenKes/Per/III/2004 susunan organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari:

a. Direktur utama

b. Direktorat medik dan keperawatan

c. Direktorat sumber daya manusia dan pendidikan d. Direktorat keuangan

e. Direktorat umum dan operasional f. Unit-unit non struktural

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.4.1 Direktur Utama

(5)

3.1.4.2 Direktorat Medik dan Keperawatan

Direktorat medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama. Direktur medik dan keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang. Pelayanan keperawatan dilakukan pada instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap terpadu (Rindu) A, instalasi rindu B, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi perawatan intensif, dan instalasi bedah pusat.

Guna menyelenggarakan tugas tersebut, direktorat medik dan keperawatan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana pelayanan medis, keperawatan dan penunjang. b. Koordinasi pelayanan medis, keperawatan dan penunjang.

c. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan dan penunjang.

3.1.4.3 Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

Direktur sumber daya manusia dan pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia serta pendidikan dan penelitian, dengan cara menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

b. Koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia.

(6)

d. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

3.1.4.4 Direktorat Keuangan

Direktur keuangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan anggaran, pengelolaan pembendaharaan, mobilisasi dana, akuntansi, dan verifikasi, untuk melaksanakan tugas tersebut direktorat keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana program dan anggaran

b. Koordinasi dan pelaksanaan urusan perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi dan verifikasi

c. Pengendalian, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan program dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi dan verifikasi

3.1.4.5 Direktorat Umum dan Operasional

Direktur umum dan operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi, hukum, organisasi dan hubungan masyarakat serta administrasi umum. Fungsi dari direktorat umum dan operasional adalah:

a. Menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi

b. Menyelenggarakan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat

(7)

Direktorat umum dan operasional terdiri dari: 1. Bagian data dan informasi

2. Bagian hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat 3. Bagian umum

4. Instalasi

5. Kelompok jabatan fungsional

Instalasi sebagai pelayanan non struktural dibentuk di lingkungan direktorat umum dan operasional yang terdiri dari instalasi farmasi, instalasi gizi, instalasi rekam medik, instalasi laundry, instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS), instalasi sterilisasi pusat, instalasi kesehatan lingkungan, instalasi bank darah, instalasi gas medik, instalasi sistem informasi rumah sakit (SIRS), dan instalasi kedokteran forensik dan pemulasaran jenazah.

3.1.4.6 Unit-unit Non Struktural

Unit-unit non struktural RSUP H. Adam Malik terdiri dari dewan pengawas, komite, satuan pemeriksaan intern, dan instalasi.

a. Dewan Pengawas

Pembentukan tugas, fungsi, tata kerja dan keanggotaan dewan pengawas ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Komite

(8)

pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu pengawasan medis, hak klinis khusus kepada staf medis fungsional (SMF), program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

Komite etik dan hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan hospital bylaws serta medical staff bylaws, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.

c. Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

Satuan Pemeriksaan Intern adalah satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit. Satuan Pemeriksaan intern berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama.

d. Instalasi

(9)

3.2 Panitia Farmasi dan Terapi

Menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tanggal 08 April 2013 Nomor PT.01.01/IV.2.1/3343/2013 tentang Pembentukan Panitia Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik, panitia farmasi dan terapi di RSUP H. Adam Malik memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menetapkan jadwal pertemuan.

2. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.

3. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan.

4. Mencatat semua hasil keputusan dan pertemuan dan melaporkan pada Direktur utama.

5. Menyebarkan semua hasil keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait.

6. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.

7. Menunjang pembuatan pedoman diagnose dan terapi pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain.

8. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi dan Terapi.

9. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.

10.Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.

(10)

Panitia Farmasi dan Terapi bertanggung jawab kepada Direktur Utama melalui Direktur Umum dan Operasional RSUP H. Adam Malik.

3.3 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional.

3.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi farmasi RSUP H.Adam Malik mempunyai tugas membantu direktur umum dan operasional untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik.

Fungsi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik adalah:

a. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan instalasi farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.

b. Melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIRS instalasi farmasi.

c. Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang instalasi farmasi dan memproduksi obat-obat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

d. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya.

(11)

f. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

3.3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Nomor OT.01.01./IV.2.1./10281/2011. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(12)

3.3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas kepala instalasi farmasi apabila kepala instalasi farmasi berhalangan hadir.

3.3.2.3 Tata Usaha Farmasi

Tata usaha farmasi bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian kepala instalasi farmasi.

3.3.2.4 Kelompok Kerja

a. Pokja Farmasi Klinis

(13)

untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelayanan Farmasi Klinis secara profesional.

b. Pokja Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

Pokja perencanaan, pelaporan dan evaluasi sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan serta melaksanakan perencanaan bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dan pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan Rumah Sakit, melakukan evaluasi laporan kegiatan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi.

c. Pokja Perbekalan

Pokja perbekalan sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali perbekalan farmasi, mengusulkan pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi yang tidak layak pakai.

d. Pokja Apotek I

(14)

terhadap kebutuhan perbekalan farmasi pasien Askes dan pasien umum serta melaksanakan SIRS instalasi farmasi.

e. Pokja Apotek II

Pokja apotek II sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Jamkesmas rawat jalan, pasien Askes rawat inap dan pasien umum serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi.

f. Pokja IGD

Depo farmasi IGD sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien IGD.

g. Depo Farmasi Rindu A

(15)

h. Depo Farmasi Rindu B

Depo farmasi Rindu B sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu B.

i. Depo Farmasi Anestesi dan Terapi Intensif

Depo farmasi Anestesi dan Terapi Intensif sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.

j. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat

(16)

3.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.3.3.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan perbekalan farmasi ini berdasarkan :

1. Formularium

2. Standar perbekalan farmasi yang telah ditetapkan 3. Pola penyakit

4. Mutu, Harga dan Ketersediaan di pasaran

Penentuan pemilihan obat merupakan peran aktif apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

3.3.3.2 Perencanaan

(17)

3.3.3.3 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui serta dilaksanakan pada jam kerja. RSUP H. Adam Malik melaksanakan pembelian secara langsung untuk perbekalan farmasi sampai dengan nilai 200 juta dari distributor/PBF/rekanan yang bersifat distributor utama serta melakukan negosiasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan, pelayanan purna jual dan harga yang wajar/murah, sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

3.3.3.4 Produksi

Produksi perbekalan farmasi dilaksanakan oleh kelompok kerja perbekalan. Produksi obat-obatan yang dilaksanakan adalah:

1. Sediaan farmasi yang mempunyai konsentrasi khusus dan tidak tersedia di pasaran.

2. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan. 3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

Sarana dan fasilitas produksi harus menjamin mutu produksi yang dihasilkan. Fasilitas pengemas yang menjamin mutu dan keamanan pengguna antara lain: wadah, pembungkus, etiket dan label.

3.3.3.5 Penerimaan

(18)

Penerimaan perbekalan farmasi harus sesuai dengan SPK/kontrak, surat pesanan barang dan faktur barang/surat pengantar barang. Penerimaan perbekalan farmasi (reagensia) harus melampirkan sertifikat analisis. Expire date dari setiap perbekalan farmasi yang diterima minimal 2 tahun. Penerimaan perbekalan farmasi yang berbahaya bagi kesehatan harus melampirkan lembar data pengamanan (LDP) atau MSDS (material safety data sheet).

Setelah penerimaan barang kontrak/SPK selesai dibuat berita acara penerimaan oleh panitia penerima. Penerimaan oleh Pokja atau depo farmasi di instalasi farmasi dan Instalasi User (SMF) harus sesuai dengan bukti permintaan dan bukti penyerahan perbekalan farmasi. Setiap penerimaan perbekalan farmasi harus di entry ke computer SIRS.

3.3.3.6 Penyimpanan

(19)

suhu 25˚C dan terpisah dari obat yang lain. Untuk penyimpanan obat Look Alike Sound Alike (LASA) diberi jarak antara satu dengan yang lainnya dan diberi tanda atau label LASA.

3.3.3.7 Pendistribusian

Pendistribusian perbekalan farmasi dilaksanakan instalasi farmasi dengan menggunakan sistem:

a. Floor Stock

b. Resep perseorangan/Kartu Obat Pasien

c. One Day Dose Dispensing (ODDD)/ One Unit Dose Dispensing (OUDD).

Distribusi perbekalan farmasi yang masuk kedalam paket pelayanan atau

tindakan yang dilaksanakan di instalasi-instalasi dilakukan dengan sistem floor

stok. Distribusi perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien rawat inap dilakukan

dengan sistem one day dose dispensing. Distribusi perbekalan farmasi untuk

kebutuhan pasien rawat jalan dilakukan dengan sistem resep perseorangan.

Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien di IGD dilakukan dengan sistem floor

stok, resep perseorangan, dan one unit dose dispensing. Distribusi perbekalan

farmasi untuk ruang OK dilakukan dengan sistem floor stok (paket) dan one unit

dose dispensing. Distribusi perbekalan farmasi pada hari libur panjang (lebih dari

tiga hari) dari pokja perbekalan ke pokja/depo farmasi dilaksanakan dengan

sistem on call.

Pemberian Obat dan Penulisan Resep

a. Pemberian obat kepada pasien berpedoman kepada formularium rumah

sakit, DPHO untuk pasien ASKES, formularium program jaminan

(20)

b. Penulisan resep/kartu obat dengan nama generik

c. Penulisan resep ditulis pada blanko resep RSUP H. Adam Malik sesuai

dengan ketentuan penulisan resep yang lengkap.

d. Penulisan/permintaan obat bermerek untuk pasien askes dan jamkesmas

dapat diganti dengan obat yang termasuk daftar obat askes dengan generik

yang sama dan kadar yang sama kalau obat tidak tersedia di instalasi

farmasi tanpa persetujuan dokter.

Pelayanan Obat Pasien Rawat Jalan

a. Resep yang dapat dilayani adalah resep yang sudah memenuhi persyaratan

yang sudah ditentukan.

b. Pemberian obat maksimal untuk tiga hari kecuali antibiotik, obat antifungi

dapat diberikan sesuai dengan yang ditentukan lima hari dan kasus-kasus

tertentu/penyakit kronis dapat diberikan maksimal untuk pemakaian satu

bulan.

c. Jumlah/jenis obat setiap lembar resep maksimal tiga macam.

Pelayanan obat pasien obat rawat inap dilakukan dengan sistem:

a. ODDD (one day dose dispensing)

b. Pemberian obat pasien pulang maksimum tiga hari

Pelayanan Obat Emergensi:

a. Obat-obat emergensi disediakan oleh instalasi farmasi di setiap nurse

station, instalasi gawat darurat dan kamar operasi.

b. Petugas farmasi memeriksa/melengkapi stok obat dalam trolley emergensi

setiap pemakaian/bulan bersama dengan perawat penanggung jawab

(21)

3.3.3.8 Administrasi dan Pelaporan

Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan

dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang

berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode

bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi

perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada

pihak yang berkepentingan.

Tujuan administrasi dan pelaporan:

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b. Tersedianya informasi yang akurat

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d. Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan

e. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif.

3.3.3.9 Evaluasi Fungsi Evaluasi:

1. Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar

2. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien

3. Meningkatkan efisiensi pelayanan

(22)

5. Meningkatkan kepuasan pelanggan

6. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait 3.3.4 Pelayanan Kefarmasian

3.3.4.1 Pengkajian Resep

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi. Sedangkan untuk pasien rawat jalan dilayani oleh apotik I dan II. Apoteker melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama dokter, nomor ijin dan paraf dokter, tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasetik (bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara pemakaian), dan persyaratan klinis (ketepatan obat, dosis, rute, waktu pemberian, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan ESO, dan kontra indikasi obat) baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

3.3.4.2 Dispensing

Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

(23)

berada diruang ICU sudah terlatih dan mendapatkan pelatihan mengenai prosedur pencampuran obat suntik yang baik dan benar.

Pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan sepenuhnya oleh farmasi klinis. Sterilitas di ruangan pencampuran kemoterapi sudah terjaga dengan baik, karena telah memiliki ruang pencampuran, ruang antara, dan ruang administrasi yang berbeda.Ruang pencampuran dan ruang administrasi telah dilengkapi dengan alat pemeriksa suhu dan kelembaban ruangan. Kulkas penyimpanan obat kemoterapi juga telah dilengkapi dengan termometer untuk menjaga suhu tempat penyimpanan sesuai dengan persyarataan sehingga kestabilan obat terjamin. Pencampuran kemoterapi juga sudah menyediakan alat pelindung diri. Pelaporan pencampuran obat kemoterapi juga sudah dilakukan dengan baik setiap bulan. Tetapi terkait sarana prasana di ruang pencampuran kemoterapi, kondisi ruangan belum sepenuhnya memenuhi syarat seperti plafon yang masih berpori, dan dinding yang masih memiliki sudut.

3.3.4.3 Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

(24)

dituangkan dalam formulir kuning dan selanjutnya dikirimkan ke Pusat MESO Nasional.

Kemudian petugas farmasi akan mencatat manifestasi ESO pada RM 14 dan menempelkan stiker alergi obat pada RM 14 dan sampul depan stastus pasien. Kepada pasien akan diberikan kartu pengingat alergi obat dan menganjurkan pasien agar membawa kartu tersebut jika berobat kembali.

Adapun jenis ESO yang dilaporkan adalah:

1. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping yang selama ini belum pernah terjadi.

2. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat. 3. Setiap reaksi efek samping yang serius.

4. Setiap reaksi ketergantungan. 3.3.4.4 Pelayanan Informasi Obat

(25)

3.3.4.5 Konseling

Konseling merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan maupun rawat inap. Konseling untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling yang berada di Apotek II.

Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan konseling diantaranya penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes, kardiovaskular, penderita yang menerima obat dengan indeks terapi sempit, pasien lanjut usia, anak-anak, penderita yang sering mengalami reaksi alergi pada penggunaan obat, penderita yang tidak patuh dalam meminum obat, pasien dengan resep polifarmasi (5 atau lebih obat dlm waktu yg sama), pasien dengan jenis obat dengan indeks terapi yang kecil (mis: digoxin, carbamazepin), obat dengan perhatian khusus (mis: warfarin, anti kanker, steroid), dan obat dengan tehnik khusus.

3.3.4.6 Visite

Visite dilakukan oleh apoteker dengan melihat terapi pengobatan pasien dari Catatan Perkembangan Terintegrasi (RM 14) dan mengisi Formulir Edukasi Multidisiplin (RM 23) RSUP H. Adam Malik pada kolom farmasi. Apoteker mampu menjelaskan kepada pasien nama obat dan kegunaannya, aturan pemakaian dan dosis obat yang diberikan, efek samping dan kontraindikasi obat. 3.3.4.7 Pengkajian Penggunaan Obat

(26)

3.4 Instalasi Central Sterilized Suplay (CSSD)

Instalasi Cental Sterilized Supply Department (CSSD) atau sterilisasi pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas penyelenggaraan dan kegiatan pelayanan kebutuhan steril.

Peranan CSSD di rumah sakit bertujuan untuk

1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pencucian, pengemasan dan sterilisasi dengan sempurna

2. Mengurangi penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit, menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan

Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan CSSD adalah

a. Melakukan sterilisasi instrument dan linen untuk kebutuhan kamar operasi b. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan IGD

c. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan catheterisasi/bedah jantung d. Melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan UV lamp e. Melakukan Reuse dengan gas Etilen Oksida

(27)

Untuk mendapatkan pelayanan CSSD yang optimal disediakan ruangan yang memadai yang terdiri atas: ruang pencucian, ruang kerja dan ruang steril/ penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat. Instalasi Sterilisasi Pusat dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya.

Struktur Organisasi Instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan

Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi seluruh kegiatan dalam perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi.

Ka. Instalasi CSSD Direktur Umum dan

Operasional

Wa. Ka. Instalasi CSSD

Tata Usaha

Pokja Pencucian

Pokja Sterilisasi

(28)

Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi CSSD.

Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD.

Dalam menunjang tugas dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu: a. Pokja Pencucian

Pokja pencucian bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian di CSSD.

b. Pokja Sterilisasi

Pokja sterilisasi bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan sterilisasi kebutuhan di CSSD.

c. Pokja Pengemasan

Pokja pengemasan bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pengemasan kebutuhan steril untuk unit IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A dan Rindu B

3.5 Depo Farmasi Rindu A

3.5.1 Tugas dan Fungsi Depo Rindu A

(29)

mulut, THT, mata dan ruang kemoterapi untuk pasien kemoterapi, serta VIP (terletak di lantai 3) yang melayani semua pola penyakit.

Depo farmasi rindu A melayani pasien dengan sistem one day dose dispensing (ODDD) untuk obat injeksi dan oral. Pengendalian obat-obat mahal dilakukan dengan cara pengecekan dari status pasien, pencatatan tersendiri keluarnya obat serta pengembalian wadah bekas.

3.5.2 Sumber Daya Manusia

Depo farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang Apoteker selaku kepala depo dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan. Apoteker di Depo Farmasi dibantu oleh petugas farmasi yang berjumlah 15 orang. 12 orang asisten apoteker dan 3 orang non asisten apoteker.

3.5.3 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kelancaran pelayanan, di ruangan peracikan Depo Farmasi Rindu A sudah dilengkapi dengan: rak penyimpanan barang, lemari arsip, meja peracikan, kulkas untuk sediaan termolabil, dan komputer untuk entry data.

(30)

3.5.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depo Rindu A 3.5.4.1 Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi dirumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

3.5.4.2 Perencanaan

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Perbekalan Farmasi. Tujuannya adalah kelancaran pelayanan kefarmasian.

Prosedur:

1. Kepala pokja/depo menghitung/merekapitulasi jumlah obat berdasarkan data pemakaian yang lalu, meninjau dengan:

a. Sisa persediaan

b. Data pemakaian periode yang lalu

2. Apoteker membuat daftar obat/AKHP yang dibutuhkan setiap tahun dan menandatanganinya.

3.5.4.3 Pengadaan

Kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.

a. Pengadaan di depo farmasi Rindu A dengan pengamprahan

(31)

Prosedur:

1. Pelaksana farmasi melihat sisa stok obat/AKHP di komputer dan fisik. 2. Pelaksana farmasi membuat daftar kebutuhan untuk obat/AKHP dan

mengentrynya ke komputer.

3. Apoteker memeriksa daftar kebutuhan dan menandatangani.

4. Petugas farmasi menyerahkan daftar kebutuhan ke perbekalan farmasi. 5. Petugas perbekalan mempersiapkan obat dan AKHP sesuai permintaan. 6. Petugas perbekalan menyerahkan obat dan AKHP yang di amprah ke

petugas pokja/depo dengan menandatangani surat pengamprahan. 7. Petugas perbekalan membalas entry amprahan.

3.5.4.4 Penerimaan

Penerimaan adalah pengambilan perbekalan farmasi dari gudang farmasi. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pasien akan perbekalan farmasi di unit terkait.

Pelaksana farmasi depo menerima obat/AKHP yang telah diamprah kepada pokja perbekalan sesuai dengan permintaan dari depo dan kemudian menandatangani surat serah terima barang.

3.5.4.5 Penyimpanan

(32)

Prosedur:

a. Perbekalan farmasi yang diterima pelaksana farmasi dipisahkan berdasarkan jenis (obat, cairan, AKHP dll)

b. Pelaksana Farmasi menyimpan obat berdasarkan a. Sifat (obat thermolabil)

b.Bentuk sediaan (tablet, injeksi, infus, salep,dll) c. Bahan baku obat (mudah menguap/terbakar) d.Obat Narkotika dalam lemari khusus dan terkunci e. Alphabet

f. FIFO dan FEFO

g. Pelaksana Farmasi menyimpan alat kesehatan berdasarkan: - Jenis (spuit, needle,dll)

- Nomor/ukuran (spuit 1 cc, 5 cc, dll)

h. Penyimpanan harus memudahkan dalam pengeluaran exp.date

c. Pelaksana Farmasi melakukan entry data penerimaan perbekalan farmasi ke SIRS.

3.5.4.6 Pendistribusian

Pendistribusian Obat Jamkesmas adalah penyerahan obat yang masuk Formularium Jaminan Kesehatan Masyarakat kepada pasien Jamkesmas setelah diracik/dikemas sesuai dengan resep/kartu obat. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat/AKHP pasien Jamkesmas.

Prosedur:

(33)

3. Obat-obatan harus sesuai dengan daftar obat yang ada di formularium jaminan kesehatan masyarakat..

4. Pelaksana farmasi di depo mengemas obat dan Alkes kemudian dientrykan ke SIRS.

5. Obat dan Alkes yang sudah dikemas diperiksa Apoteker.

6. Pelaksana farmasi menyerahkan obat dan Alkes ke perawat/Nurse station beserta bukti terima.

Obat-obat Hight Allert Apoteker/Asisten Apoteker menyerahkan ke perawat dengan melengkapi label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan Hight Allert.

3.4.4.7 Evaluasi

Evaluasi di depo farmasi Rindu A dilakukan untuk memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan di depo farmasi Rindu A. Hasil evaluasi tersebut dibuat dalam bentuk laporan bulanan. Pelaporan di depo farmasi Rindu A mencakup:

1. Laporan mutasi narkotik 2. Laporan stok opname

3. Laporan pemakaian obat generik 4. Laporan kegiatan

5. Laporan pemakaian antibiotik

(34)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Berdasarkan KepMenKes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit menyatakan bahwa Komite Farmasi dan Terapi diharuskan membuat Formularium yang harus selalu dimutakhirkan dan direvisi secara periodik. Formularium ini berguna sebagai pedoman pemberian obat oleh para dokter dalam pemberian pelayanan kepada pasien, sehingga tercapai penggunaan obat yang aman, rasional, efektif dan efisien.

RSUP H. Adam Malik telah menerbitkan formularium pada tahun 2003, sebagai pedoman pembuatan formularium edisi pertama ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) tahun 2002. Kemudian formularium ini direvisi pada bulan Juli 2009 sehingga diterbitkanlah formularium edisi kedua, dimana pembuatan formularium ini mengacu pada DOEN tahun 2008 dan pedoman penyusunan formularium yang disusun oleh panitia farmasi dan terapi. Formularium yang terbaru diterbitkan pada bulan Desember 2011.

4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi 4.2.1 Produksi

Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat larutan H2O2 3%, cairan pencuci tangan

(35)

4.2.2 Penyimpanan

Perbekalan farmasi di RSUP H. Adam Malik disimpan sesuai dengan sifatnya (obat termolabil di lemari pendingin dengan suhu 2-8 ͦC, dan obat pada suhu ruangan 15-25 ͦC); bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep); bahan baku obat (mudah menguap/terbakar) terpisah dari produk farmasi lainnya; obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dan terkunci (double lock); dan obat high alert pada lemari khusus yang ditandai dengan garis merah (diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan high alert), dan disusun secara alfabetis dengan sistem first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO).

Gudang penyimpanan di RSUP H. Adam Malik terdiri dari gudang perbekalan farmasi Askes, gudang perbekalan farmasi Jamkesmas, gudang perbekalan farmasi umum, gudang perbekalan farmasi floor stock, gudang perbekalan farmasi Cathlab jantung/bedah jantung, gudang perbekalan farmasi bahan berbahaya/mudah terbakar, dan masih ada ruang penyimpanan infus di ruang ka. Pokja perbekalan karena ruang penyimpanan tidak memadai dan hal itu diperbolehkan sesuai kebijakan pengelolaan produk.

4.3 Pelayanan Kefarmasian

Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik.

4.3.1 Konseling

(36)

dibutuhkan beberapa literatur up to date yang dapat dengan cepat dan mudah diakses yang seharusnya ada di ruangan konseling seperti internet. Namun, ruang konseling RSUP H. Adam Malik belum didukung oleh fasilitas internet (wifi) untuk mencari informasi tersebut secara cepat.

Pencatatan data pasien harus dilakukan secara kontinu dan terorganisir sehingga dapat diperoleh informasi perkembangan pasien setelah penggunaan obat dan dilakukan follow-up untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. Namun, kegiatan follow-up ini belum dilakukan. Selain itu, ruang tunggu untuk pasien yang akan dikonseling masih belum tersedia.

4.3.2 Visite

Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik. Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan saat apoteker melakukan visite tidak disertai dengan obatnya, sehingga pasien kurang memahami dengan apa yang dijelaskan apoteker. Selain itu, perbandingan jumlah pasien dengan apoteker belum sebanding yakni sesuai permenkes 1:30 , sehingga perlu ditambah lagi tenaga apoteker. Penelusuran riwayat penggunaan obat yang termasuk dalam kegiatan visite telah dilakukan oleh farmasi klinis.

4.4 Instalasi Central Sterilize Supply Department (CSSD)

(37)

dan penyinaran dengan sinar UV dan sterilisasi dengan etilen oksida untuk alat yang tidak tahan panas.

Perlengkapan yang disterilkan di central sterilize supply departement meliputi instrumen, linen, dan karet.

Prosedur sterilisasi di central sterilize supply departement adalah:

a. Peralatan direndam beberapa menit dalam larutan tablet germisep untuk menetralkan mikroba yang ada pada peralatan

b. Setelah direndam di dalam larutan tablet germisep, peralatan ditransfer dari CMU ke ruang CSSD melalaui lift bersih.

c. Peralatan kemudian dicuci secara enzimatis sebanyak 10 ml selama 10 menit.

d. Peralatan kemudian dibersihkan dengan air mengalir e. Peralatan dikeringkan

f. Peralatan diset dan dibungkus dengan kain linen dan ditambahkan surgey milk

g. Concentrat untuk menghindari karat ke dalamnya.

h. Dibungkus sekali lagi dengan kain yang berlapis dua, untuk menghindari kontaminasi.

i. Peralatan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 132oC selama 15 menit dan dikontrol menggunakan indikator.

j. Peralatan yang telah disterilisasi kemudian disimpan dalam ruang steril sebelum didistribusikan ke ruangan yang membutuhkan

(38)

Proses sterilisasi pada instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik belum terlaksana dengan baik, karena ruang CSSD masih memiliki sudut dan lift steril (sudah disterilkan) dan lift bersih (belum disterilkan) letaknya masih berdampingan. Ruang pengemasan, produksi dan prosesing, serta ruang sterilisasi masih berada dalam satu ruangan.

4.5 Depo Farmasi Rindu A

Berdasarkan pengamatan terhadap depo farmasi rindu A RSUP H. Adam Malik, penyimpanan obat terdiri dari 2 ruangan yaitu Askes dan Jamkesmas. Tetapi karena keterbatasan ruangan maka ruang penyimpanan obat jamkesmas juga digunakan sebagai ruang administrasi yang merupakan tempat menganalisa resep dan entry data. Ruang penyimpanan obat jamkesmas ini juga digunakan sebagai tempat pengecekan ulang obat serta tempat penyerahan obat. Keamanan pada ruang depo farmasi rindu A ini juga tidak dapat dipertanggung jawabkan karena orang-orang selain dari karyawan depo farmasi rindu A juga dapat keluar masuk dengan bebas. Barang-barang dan obat-obatan juga tak sepenuhnya tersusun rapi ditempatnya karena keterbatasan tempat, jadi sebagian terletak diatas meja peracikan.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Data pasien yang melakukan konseling belum dimasukkan dalam SIRS sehingga dalam mencari data pasien berulang atau pasien dengan terapi jangka panjang membutuhkan waktu yang lama.

2. Masih ada resep yang ditulis dokter tidak berpedoman pada formularium rumah sakit, DPHO dan Formularium Jamkesmas.

3. Setiap komputer yang ada di depo farmasi RSUP H. Adam Malik sudah di instalkan software interaksi obat.

4. Dibagian Apotek I, Apotek II, ruang konseling, depo farmasi Rindu A, depo farmasi Rindu B, dan depo farmasi IGD, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sudah mengisi formulir telaah resep.

5. Barang-barang dan obat-obatan di depo farmasi Rindu A tidak sepenuhnya tersusun rapi ditempatnya karena keterbatasan tempat sehingga sebagian terletak diatas meja peracikan.

(40)

5.2 Saran

1. Sebaiknya data pasien yang melakukan konseling dibuat dalam sistem komputerisasi sehingga dalam mencari data pasien berulang atau pasien dengan terapi jangka panjang tidak membutuhkan waktu yang lama.

2. Sebaiknya dilakukan sosialisasi berkelanjutan mengenai formularium rumah sakit, DPHO, dan formularium jamkesmas kepada tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, khususnya kepada dokter sebagai penulis resep.

3. Sebaiknya apoteker dapat menggunakan software interaksi obat sehingga dalam pelayanan resep depo farmasi lebih optimal.

4. Sebaiknya apoteker lebih optimal dalam mengisi formulir telaah resep. 5. Sebaiknya depo farmasi Rindu A direnovasi dan diperluas sehingga

penataan sediaan farmasi di ruangan lebih rapi.

Gambar

Gambar 3.1  Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) RSUP H

Referensi

Dokumen terkait

dilakuka pe eliia ariasi orfologis uda g galah hasil persila ga populasi Pro oli ggo da Mahaka a g tersedia di UKBAP BBUG Sa as.. Baha da

Change of Address: The registrant, if no longer a Federal firearms licensee, shall notify the NFA Branch, Bureau of Alcohol, Tobacco, Firearms and Explosives, 244 Needy

In addition, the existence of thermal stress in the aluminum oxide at high temperatures can cause creep of the scale in the underlying aluminide layer,

Kondisi ini menyebabkan pada eksperimental untuk posisi arah gerakkan menuju sumbu x positif dari titik 0, aliran primer ( motive flow ) tidak dapat menarik aliran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi keselamatan penanganan limbah pelumas pada PT.ALTRAK 1978 Balikpapan dan menentukan

Untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat tradisional Nias di Desa Tumori,.. persyaratannya telah ditentukan oleh masyarakat melalui wadah musyawarah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan

Alih Tugas Produktif adalah ( ATP) adalah mutasi karena kehendak pimpinan perusahaan untuk meningkatakan produksi dengan menempatkan karyawan bersangkutan ke jabatan atau