BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Laba
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Terdapat banyak penjelasan
mengenai pengertian laba yang dijelaskan oleh para ahli. Seperti
Harahap (2005:263):
Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 25) mendefenisikan:
Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut yaitu:
a.Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
b.Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
d. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
2.1.2 Pertumbuhan Laba
Indikasi pertumbuhan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laba bersih. Laba bersih adalah laba yang dihasilkan setelah dikurangi
dengan kerugian-kerugian diluar usaha serta pajak penghasilan.
Pemilihan laba bersih karena dianggap mencerminkan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara
mengurangkan laba bersih periode sekarang dengan laba bersih pada
periode sebelumnya. Secara matematis dituliskan:
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑙𝑙𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎=𝑙𝑙𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑏𝑏 ℎ 𝑝𝑝𝑎𝑎ℎ𝑝𝑝𝑎𝑎𝑙𝑙𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑏𝑏 ℎ 𝑝𝑝𝑎𝑎ℎ𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝−𝑙𝑙𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑏𝑏 ℎ 𝑝𝑝𝑎𝑎ℎ𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝−1
Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan-perubahan komponen
yang ada dalam laporan keuangan misalnya perubahan penjualan,
perubahan harga pokok penjualan, perubahan pajak penghasilan,
perubahan beban bunga, maupun perubahan pos-pos luar biasa, dan
lain-lain. Perubahan laba juga dipengaruhi faktor-faktor dari luar seperti
peningkatan harga akibat inflasi, kebebasan manajemen (managerial discrection) yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan metode penyusutan yang diperkirakan dapat meningkatkan laba.
Menurut Hanafi dan Halim (dalam Haryanti, 2007) menyebutkan
bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan.
Semakin besar suatu perusahaan maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan.
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3. Tingkat leverage.
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan.
Semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang maka pertumbuhan laba akan semakin tinggi juga
5. Perubahan masa lalu.
Semakin besar perubahan masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.1.3 Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Anoraga dan Pakarti (dalam Angkoso,2006) ada dua macam
analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan resiko yang harus ditanggung.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan
company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio keuangan.
2.1.4 Laporan Keuangan
Laporan Keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(2009:7):
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Munawir (2004:2) pengertian laporan keuangan “pada
dasarnya hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata atau
aktivitas perusahaan tersebut”. Sehingga disimpulkan laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang disajikan secara terstruktur
sehingga dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai
hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan selama kurun
waktu tertentu.
Standar Akuntansi Keuangan (2009:8) menjelaskan laporan keuangan
yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:
1. laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. laporan laba rugi komprehensif selama periode 3. laporan perubahan ekuitas selama periode; 4. laporan arus kas selama periode;
6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya dilakukan untuk
menilai prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk menilai
keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko untuk menilai apakah
perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan atau tidak.
Djarwanto (2004:59) menjelaskan:
analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya
Tunggal (2000:22) mendefinisikan analisis laporan keuangan sebagai
“suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus menjawab
masalah-masalah yang timbul dalam suatu organisasi perusahaan
maupun organisasi yang tidak bertujuan untuk memperoleh laba”.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari analisis laporan
keuangan adalah untuk menilai performa perusahaan. Namun analisis
laporan keuangan juga memiliki tujuan khusus yang dapat ditinjau dari
berbagai pokok yang berkepentingan atas perusahaan. Perbedaan
laporan keuangan tersebut. Sehingga analisis laporan keuangan akan
tergantung pada kepentingan masing-masing pihak. Djarwanto
(2004:60) menjelaskan berbagai tujuan analisis laporan keuangan
ditinjau dari berbagai sudut kepentingan yaitu:
Dari sudut pandang manajemen yang penting adalah bahwa laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja cukup efisien, aktiva aman dan terjaga, struktur permodalan sehat, dan perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai masa depan perusahaan. Sedangkan bagi pemegang saham, dalam menilai keberhasilan manajemen dalam memimpin perusahaan, perhatian terutama ditujukan pada kemampuan perusahaan membayar dividen dan bunga yang dihasilkan dari investasi. Pihak lain seperti kreditur, yang penting adalah likuiditas perusahaan dan prospek ekonomi perusahaan. Bagi pemerintah, analisis laporan keuangan berpengaruh untuk penarikan pajak sebagai salah satu sumber anggaran belanja, kesempatan kerja bagi masyarakat.
Menurut Djarwanto (2004:61) ada beberapa macam teknik analisis
laporan keuangan yang dapat dibuat:
1.Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba ditahan dengan menunjukkan:
a.data absolut (jumlah dalam rupiah)
b.kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah c.kenaikan dan penurunan dalam persen
d.perbandingan yang dinyatakan dalam mrasio e.persentase dari total
2.Analisis perubahan modal kerja
3.Analisis trend dari rasio unsur-unsur neraca dandata operasi yang ada kaitannya
4.Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba rugi
5.Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca, laporan laba-rugi, dan kedua laporan keuangan tersebut. 6.Analisis perbandingan dengan rasio industri
7.Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto
Kasmir (2009:69) menyebutkan terdapat dua macam metode analisis
laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu:
1.Analisis Vertikal: merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui
2.Analisis Horizontal: merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis iniakan terlihat perkembangan perusahaan periode yang satu ke periode yang lain
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis horizontal jika
dibandingkan dengan analisis vertikal. Dalam analisis horizontal, akan
terlihat jika terjadi perubahan-perubahan terhadap komponen laporan
keuangan dari periode ke periode lain sedangkan dalam anlisis vertikal
tidak terlihat. Analisis horizontal juga mempermudah kita mengambil
keputusan tentang hal yang perlu dilakukan jika perubahan terjadi.
2.1.6 Analisis Rasio Keuangan
Pengertian analisis rasio keuangan menurut Weston (1995:225):
Analisis rasio keuangan memberikan kerangka hubungan antar pos-posneraca dan perhitungan laba rugi, memungkinkan seseorang menelusurisejarah suatu perusahaan dan menilai posisi keuangannya saat ini, sertamemungkinkan bagi manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditur atau investor terhadap keadaan keuangan perusahaan dan dengan demikiandapat mencari cara-cara yang tepat untuk mendapatkan dana
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis
lainnya.
1.rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca atau ditafsirkan;
2.merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
3.mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
4.sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);
5.menstandarisir size perusahaan;
6.lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series;
7.lebih mudah dalam melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi
di masa yang akan datang.
Selain memiliki keunggulan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam
mengambil keputusan, rasio keuangan belum bisa dipastikan menjamin
kondisi dan posisi keuangan yang sebenarnya. Hal itu terjadi karena
rasio-rasio keuangan juga memiliki kelemahan. Weston (dalam Kasmir,
2009:117) menyebutkan kelemahan rasio keuangan:
1.Data keuangan disusun dari data akuntansi. Kemudian data tersebut ditafsirkan dengan berbagai macam cara, misalnya perusahaan menggunakan:
-metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan terhadap aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode juga berbeda, atau
- penilaian sediaan yang berbeda
3.Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data pihak penyusun tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya.
4.Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda. Misalnya biaya riset dan pengembangan, biaya perencanaan pensiun, merger, jaminan kualitas pada barang jadi dan cadangan kredit macet.
5.Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.
6.Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh
7.Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industri belum menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
2.1.7 Penggolongan Rasio Keuangan
Rasio (atau sering juga disebut nisbah) finansial atau rasio keuangan
merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja
suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos laporan keuangan (laporan posisi keuangan, laporan
laba/rugi, laporan arus kas). Rasio keuangan menurut Riyanto
(2001:329) ialah “ukuran yang digunakan dalam interpretasi dananalisis
laporan finansial suatu perusahaan”. Rasio keuangan menurut Horne
(dalam Kasmir, 2008:104) ialah “indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan
angka lainnya”. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan.
Weston (dalam Kasmir, 2009: 106) menggolongkan rasio keuangan ke
dalam enam kelompok rasio yaitu: likuiditas, solvabilitas, aktivitas,
keuangan yang sering digunakan adalah rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio leverage, rasio
aktivitas, rasio pertumbuhan, market based, dan rasio produktivitas. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering disebut dengan rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
likuidnya suatu perusahaan. Caranya dengan membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan
passiva lancar. Weston (dalam Kasmir 2009:129) menyebutkan
“rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Gill
(dalam Kasmir 2009:130) menyebutkan bahwa “rasio likuiditas
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat
dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar
pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah
jatuh tempo”. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak eksternal maupun internal. Sudana (2011:21) untuk
a.current ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
b.quick ratio atau acid test ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar
dikurang persediaan karena kurang likuid,
c.cash ratio mengukur kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk menutup utang lancar.
Dalam penelitian ini digunakan current ratio untuk mengukur likuiditas.
𝑐𝑐𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑏𝑏𝑟𝑟=𝑐𝑐𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑐𝑐𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑏𝑏𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏 𝑙𝑙𝑏𝑏𝑎𝑎𝑝𝑝𝑏𝑏𝑙𝑙𝑏𝑏𝑝𝑝𝑙𝑙
Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas
Perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu modal
sendiri dan pinjaman. Perusahaan dapat memilih dana dari salah satu
sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Setiap sumber dana
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena
itu, mengingat penggunaan salah satu dari dana tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan, perlu disiasati agar dapat saling
menunjang. Caranya adalah dengan melakukan kombinasi dari
masing-masing jumlah sumber dana. Kombinasi dari penggunaan
atau rasio leverage. Horne (2005:209) mengatakan “rasio leverage adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang”. Artinya berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti
luas rasio leverage/solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut
dibubarkan (dilikuidasi). Untuk mengukur rasio leverage digunakan:
a.debt ratio mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan.
b.Times interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan
EBIT (Earning Before Interest and Taxes)
c.Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Rasio ini juga
menunjukkan kemampuan untuk memperoleh pinjaman yang baru.
d.Long term debt to equity ratio mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka panjang dibandingkan dengan modal
sendiri perusahaan.
Pada penelitian ini menggunakan debt to equity ratio untuk mengukur solvabilitas.
Semakin tinggi debt to equity ratio semakin aman posisi perusahaan dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang besar untuk
mencari pinjaman maka perusahaan mempunyai kesempatan yang
tinggi untuk memperoleh laba dengan memanfaatkan secara optimal
pinjaman tersebut dalam kegiatan usahanya. Tetapi jika pinjaman
tidak digunakan seoptimal mungkin maka semakin besar jumlah
modal pinjaman perusahaan akan menyebabkan penurunan laba.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menurut Kasmir (2009:172) ialah “rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya”. Atau dapat pula dikatakan
rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari. Dari hasil rasio aktivitas ini akan terlihat apakah
perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang
dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Disamping itu, rasio ini
juga digunakan untuk mengukur hari rata-rata sediaan tersimpan di
gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dalam satu
periode, penggunaan seluruh aktiva terhadap penjualan dan lainnya.
untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki.
Beberapa jenis rasio aktivitas adalah:
a.inventory turnover mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan,
b.average days in inventory mengukur berapa hari rata-rata dana terikat dalam persediaan,
c.receivable turnover mengukur perputaran piutang dalam menghasilka penjualan,
d.days sales outstanding mengukur rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima kas dari penjualan,
e.fixed assets turnover mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam menghasilkan penjualan, dan
f.total assets turn over mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Penelitian ini menggunakan inventory turnover dan total assets turnover untuk mengukur aktivitas.
𝑏𝑏𝑎𝑎𝑖𝑖𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑙𝑙𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑝𝑝𝑝𝑝= 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑙𝑙𝑝𝑝𝑏𝑏
𝑏𝑏𝑎𝑎𝑖𝑖𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑙𝑙
Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan
persediaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑎𝑎𝑙𝑙𝑎𝑎𝑏𝑏𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑝𝑝𝑝𝑝= 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑙𝑙𝑝𝑝𝑏𝑏
𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑎𝑎𝑙𝑙𝑎𝑎𝑏𝑏𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏
Semakin besar rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh
aktiva yang dimiliki perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya adalah rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Brigham dan Houston (2001:89) mendefinisikan profitability ratio
sebagai “hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan
manajemen”. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang
efektivitas manajemen perusahaan, memberi gambaran tentang
efektivitas pengelolaan perusahaan, serta menunjukkan pengaruh
gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap
hasil operasi. Kasmir (2009:114) membagi dua rasio profitabilitas
yaitu:
1. rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing)
Untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas dilakukan dengan
menggunakan beberapa rasio yaitu:
a.Retun on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba setelah pajak,
b.Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan
modal sendiri perusahaan,
c.Net Profit Margin Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan ,
d.Operating Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan ,
e.Gross Profit Margin mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan, dan
f.Basic Earning Power mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva
yang dimiliki.
Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan: operating profit margin dan return on assets.
𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑏𝑏𝑎𝑎𝑜𝑜𝑝𝑝𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑝𝑝𝑜𝑜𝑏𝑏𝑎𝑎=𝐸𝐸𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎𝑏𝑏𝑎𝑎𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑎𝑎𝑙𝑙𝑝𝑝𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑎𝑎𝑡𝑡𝑝𝑝𝑏𝑏
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan
semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎𝑟𝑟𝑎𝑎𝑎𝑎𝑏𝑏𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏= 𝑎𝑎𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏𝑎𝑎𝑐𝑐𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑎𝑎𝑙𝑙𝑎𝑎𝑏𝑏𝑏𝑏𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan
semakin baik begitu pula sebaliknya
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan pengendalian
keuangan yang baik adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan.
Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dijelaskan
berikut:
Aminatuzzahra (2010) meneliti mengenai analisis rasio keuangan dalam
memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover
(TAT) dan net profit margin (NPM) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba yang diproyeksikan lewat ROE. Berdasarkan
analisis regresi yang menguji variabel bebas secara parsial diperoleh
kesimpulan hanya total assets turnover dan net profit margin berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba sedangkan secara
parsial semua variabel independen berpengaruh secara signifikan untuk
memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Hapsari (2007) melakukan penelitian tentang analisis rasio keuangan
yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. Variabel independen
yang digunakan adalah Working Capital to Total Assets (WCTA), Current Liability to Inventory (CLI), Operating Income to Total Liabilities (OITL),
Total Assets Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), dan Gross Profit Margin (GPM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan dalam uji parsial hanya variabel NPM yang berpengaruh untuk memprediksikan pertumbuhan
laba sedangkan dalam uji simultan semua variabel independen berpengaruh
signifikan untuk memprediksikan pertumbuhan laba padaa perusahan
manufaktur di BEJ tahun 2001-2005.
Sianturi (2011) meneliti analisis rasio keuangan untuk
memprediksikan pertumbuhan laba pada perusahaan farmasi yang terdaftar
di BEI tahun 2006-2009. Variabel independen yang digunakan adalah
current ratio (CR), total debt to equity ratio (DER), total assets turnover
(TAT), inventory turnover (IT), operating profit margin (OPM) dan rate of return on investment (ROI). Hasil penelitian menunjukkan hanya DER, IT, dan OPM secara parsial mampu memprediksikan pertumbuhan laba
sedangkan secara simultan semua variabel mampu memprediksikan
pertumbuhan laba pada perusahaan farmasi di BEI tahun 2006-2009.
Sinaga (2011) terhadap perusahaan properti dan real estate yang
Penelitian secara parsial menunjukkan hanya debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba sedangkan secara
simultan current ratio, total assets turnover dan inventory turnover
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Susilawaty (2010) melakukan penelitian terhadap 19 industri
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Variabel
independen yang diteliti adalah current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan gross profit margin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan, lima rasio
keuangan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008
Tabel 2.1
secara parsial variabel TAT dan NPM berpengaruh signifikan positif terhadap ROE
secara simultan bahwa variabel TAT, NPM, CR, DER berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE. 2. Hapsari
(2007)
Variabel Independen
WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM, dan GPM.
Variabel dependen: P
Secara parsial hanya variabel NPM berpengarug signifikan terhadap PL Secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan
3. Sianturi Variabel Independen:
CR,DER,TAT,IT,OPM, dan ROI
Variabel dependen: PL
Secara parsial DER,IT dan OPM berpengaruh signifikan terhadap PL Secara simultan semua variabel berpengaruh
4. Susilawaty (2010)
Variabel Independen: CR,DR,TAT,ROA dan GPM
Variabel dependen: PL
Sumber: data diolah penulis, 2014
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat.Hubungan antara rasio laporan keuangan dengan pertumbuhan laba
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Variabel Dependen: PL
secara parsial menunjukkan hanya DER yang berpengaruh signifikan secara simultan CR,TAT dan IT berpengaruh signifikan terhadap PL
Current Ratio /CR(X1)
Debt to Equity Ratio /DER
Inventory Turnover /IT(X5)
Total Assets Turnover
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah current ratio, debt to equity ratio operating profit margin, return on assets, inventory turnover, total assets turnover, dan variabel dependennya adalah pertumbuhan laba.
1. Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki. Semakin tinggi CR maka semakin likuid
dan semakin mudah perusahaan memperoleh pendanaan dari kreditor
maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga
laba perusahaan dapat meningkat sehingga dapat dikatakan Current Ratio berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
2. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Semakin tinggi DER berarti
perusahaan memiliki dana yang diperoleh dari pendanaan pihak ketiga
yang dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan yang
dapaat mendukung perusahaan untuk memaksimalkan produksinya agar
memperoleh peningkatan laba sehingga dapat dikatakan Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
Operating Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan yang
dicapai. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penjualan yang
dilakukan untuk menghasilkan laba perusahaan sehingga dapat
dikatakan Operating Profit Margin berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
4. Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba
Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba
bersih. Semakin besar rasio ini berarti semakin efisien penggunaan
aktiva perusahaan ataau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang
sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar berarti dapat dikatakan
Return on Assets berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba. 5. Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
Inventory Turnover mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio semakin efisien
perusahaan dalam menggunakan persediaannya untuk menghasilkan
penjualan. Semakin sering terjadi penjualan maka akan semakin
meningkatkan pendapatan perusahaan dan meningkatkan laba yang
diterima perusahaan sehingga dapat disimpulkan Inventory Turnover
6. Total Assets Turnover (TATO) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
Total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar TAT akan semakin baik
karena semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menujang
kegiatan penjualan. Semakin cepat perputaran aktiva perusahaan untuk
menunjang kegiatan penjualannya maka pendapatan yang diperoleh
akan meningkat dan berbanding lurus dengan laba yang akan semakin
besar sehingga dapat dikatakan Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Laba.
2.4 HIPOTESIS
Menurut Rochaety, dkk (2009:31) “hipotesis merupakan kebenaran
sementara yang masih harus diuji”. Hipotesis menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi
yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan pada latar belakang, perumusan
masalah dan kerangka konseptual seperti yang telah diuraikan di atas, maka
hipotesis penelitian yang diajukan adalah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Operating Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA),