• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hukum Nasional Dengan Hukum Int

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Hukum Nasional Dengan Hukum Int"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL

Oleh:

Nanda Dwi Haryanto E0014288

Fakultas Hukum

(2)

PENDAHULUAN

Hukum Nasional adalah peraturan hukum yang berlaku di suatu negara yang terdiri atas prinsip-prinsipserta peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat pada suatu negara. Pada umumnya hukum internasional mempunyai hubungan yang erat dengan hukum nasional. Baik hukum internasional maupun hukum nasional mempunyai peran penting dalam konstelasi politik dunia. Hukum nasional mengatur dan berlaku di suatu negara, sedangkan hukum internasional mengatur hubungan antar negara-negara di dunia maupun subjek-subjek hukum lainnya. Persoalan ini menginspirasi kami membuat paper yang membahas lebih dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional.

PEMBAHASAN

A. Perbedaan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional

Perbedaan antara hukum internasional dan hukum nasional yang krusial pertama adalah dilihat dari aspek objek pengaturannya, hukum internasional memiliki negara sebagai objek pertama dari pengaturan, sedangkan hukum nasional lebih menekankan pada pengaturan hubungan antara individu dengan individu maupun individu dengan negara. Kedua, dengan membedakan model atau bentuk hukumnya yang sama sekali berbeda dari hukum internasional dan hukum nasional. Hukum internasional tidak memiliki badan-badan secara legislatif, eksekutif, dan yudikatif sebagaimana yang ada dalam hukum nasional. Meskipun terdapat Majelis Umum PBB yang sering berlaku sebagai badan “legislatf” tidak dapat dianalogikan sebagai parlemen. Ketiga, perbedaan yang sangat menonjol dapat dibuktikan melalui prinsip-prinsip hukum internasional yang sangat mendasarkan pada prinsip persamaan subjek (negara) sebagai dasar untuk terbentuknya hukum. Seperti, yang dapat dilihat dalam proses pembentukan hukum kebiasaan atau traktat, yag menuntut supaya terdapatnya persetujuan dari negara-negara atas dasar persamaan. Hal mana prinsip ini tidak begitu menonjol dalam hukum nasional yang serba tersentralisir. Oleh karena itu, Lauterpacht menegaskan hukum nasional yaitu suatu hukum yang berdaulat atas subjek individu, sedangkan hukum bangsa-bangsa, suatu hukum yang berada di bawah, melainkan hukum yang berdaulat antara negara-negara, dan oleh karena itu hukum ini lebih lemah.

B. Teori Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

(3)

kedua perangkat hukum itu baik masing-masing berdiri sendiri maupun dua perangkat hukum itu merupakan dari satu kesatuan dari satu keseluruhan tata hukum yang sama. Sedangkan pandangan voluntarisme mendasarkan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan negara. Pandangan voluntarisme mengakibatkan adanya hukum internasonal dan hukum nasional sebagai dua kesatuan perangkat hukum yang hidup berdampingan dan terpisah. Dari dua pandangan tersebut munculah dua teori antara lain:

1. Teori Monisme

Teori ini berpendapat bahwa pada prinsipnya, hukum internasional dan hukum nasional adalah dua aspek dalam satu sistem hukum yang mengatur kehidupan manusia, dimana hukum nasional mengikat individu secara perseorangan sedangkan hukum internasional mengikat indvidu secara kolektif. Pendukung teori ini adalah Hans Kelsen. Konsekuensinya hukum internasional untuk dapat berlaku dalam hukum nasional tidak perlu adopsi secara khusus. Jika terjadi pertentangan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional maka yang mana yang lebih diutamakan adalah tergantung pada preferensi suatu negara pada hukum nasional atau hukum internasional.

Hans Kelsen sebagai salah satu penganut monisme menjelaskan, jika ada pertentangan antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional maka harus dilakukan analisis struktural untuk menemukan apa yang menjadi postulat fundamental dari ketentuan hukum yang saling bertentangan tersebut. Jika postulat fundamental berada pada sistem Hukum Internasional. Maka yang diutamakan adalah ketentuan Hukum Internasional. Jika postulat fundamentalnya terletak pada hukum nasional maka yang diutamakan adalah ketentuan hukum nasional. Maka teori ini akan memunculkan dua paham:

a) Hukum Nasional Primat Hukum Internasional

(4)

dimungkinkan terjadinya penyangkalan terhadap keberadaan hukum Internasional.

b) Hukum Internasional Primat Hukum Nasional

Menurut paham penganut Hukum Internasional Primat terhadap Hukum Nasional, hukum nasional itu pada prinsipnya bersumber pada hukum internasional. Penganut teori ini memiliki pandangan bahwa hukum internasional merupakan perangkat ketentuan hukum yang secara hierarkis lebih tinggi kedudukannya. Dalam kata lain, kekuatan mengikatnya hukum nasional adalah berdasarkan suatu pendelegasian wewenang dari hukum internasional

2. Teori Dualisme

Teori ini berpendapat bahwa pada pronsipnya Hukum Internasional dan Hukum Nasional merupakan dua sistem hukumyang berbeda secara intrinsik: subjek dan sumber hukumnya, yang terpisah satu dengan yang lainya. Bahwa daya ikat hukum nternasional bersumber pada kemauan negara. Menurut teori ini maka Hukum Internasional tidak dapat berlaku secara langsung dalam Hukum Nasional. Sebagai konsekuensinya maka tidak akan pernah ada konflik di antara kedua sistem hukum tersebut, yang mungkin ada hanyalah penunjukan diantara keduanya, sehingga dengan kata lain bahwa tidak akan ada persoalan hierarkisantara kedua perangkat hukum tersebut. Teori ini menyatakan bahwa perjanjian internasional untuk dapat diterapkan dalam hukum nasional harus melaui:

1. Sistem Transformasi, yakni perjanjian internasional harus dijelmakan (ditransformasikan) ke dalam hukum nasional secara formal dan subtantif, sehingga pemberlakuannya adalah bukan sebagai hukum internasional (non self-executing)

(5)

2. Sumber hukum nasional adalah kehendak negara yang bersangkutan, sedangkan sumber hukum internasional adalah kehendak bersama-sama negara.

PENUTUP Kesimpulan

Hukum Internasional dengan hukum nasional sangat erat hubungannya dalam konstelasi politik dunia saat ini. Perbedaan hukum internasional dengan hukum nasional ada tiga antara lain, pertama, dilihat dari segi objek pengaturannya, kedua dengan membedakan model atau bentuk hukumnya, ketiga dilihat dari segi prinsip-prinsip hukum.

Berbicara tentang hubungan hukum internasional dengan hukum nasional terdapat dua pandangan yang melahirkan dua teori hubungan hukum internasional dengan hukum nasional. Dua pandangan tersebut antara lain pandangan obyektivitas dan pandangan voluntarisme.Pandangan obyektivitasmenganggap ada dan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan negara. Pandangan voluntarisme mendasarkan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan negara. Dari dua pandangan tersebut munculah teori hubungan hukum internasional dengan hukum nasional. Teori tersebut adalah teori monisme dan teori dualisme. Teori monisme menyatakan bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian dari satu sistem hukum. Teori dualisme menyatakan bahwa hukum internasional dan hukum nasional masing-masing merupakan dua sistem hukum yang berbeda secara intrinsik.

TINJAUAN PUSTAKA

Burhantsani,dkk. 2013. Pengantar Hukum Internasional. Yogyakarta: Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada

(6)

Muhammad Ab. 2014. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional. https://www.academia.edu/9345186/Hubungan_Hukum_Internasional_den gan_Hukum_Nasional. Diakses pada Kamis, 17 September 2015

Nuelnuel11. 2013. Hubungan HI dan HN.

http://www.slideshare.net/Nuelnuel11/hubungan-hi-dan-hn? from_action=save. Diakses pada Kamis, 17 September 2015

Sefriani. 2014. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Press

Referensi

Dokumen terkait

Menunjuk Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor Nomor : /Kpts/KPU-Kab- 011.329971/2013 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bogor, Panitia

Kepercayaan kepada Allah oleh masyarakat pedesaan kecamatan Jerowaru karena menganut agama Islam tidak serta merta meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka akan

Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi dapat diketahui bahwa sumbangan efektif variabel disiplin belajar dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B2 berada pada kriteria belum berkembang pada siklus I meningkat menjadi berkembang

Pada tahap awal kegiatan pelaksanaan penelitian peneliti memberikan soal pretest yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan awal siswa, memberikan perlakuan yaitu

Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri, D (2013), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 87 pasien DM,

Dari hasil beberapa analisis dan pengujian yang telah dilakukan, maka kesimpulan penelitian ini adalah luas pengungkapan pertanggungjawaban sosial tidak berpengaruh

Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk oleh proses pirolisis komposisi bahan kayu seperti selulosa,