• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ILMU PERKEMBANGAN GERAK MODEL MO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ILMU PERKEMBANGAN GERAK MODEL MO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ILMU PERKEMBANGAN GERAK

MODEL-MODEL STATUS KESEHATAN

Disusun Oleh

Annisa Nurul Hilda

Ayu Dwi Lestari

Ayu Larasati

Deis Dinamaulid

Ilham Setyo Putra

Nabillah Dinda Putri

Rachma Ike Fauziah

Vivi Destasari

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

BEKASI

2014

(2)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model-Model Status Kesehatan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ilmu Perkembangan Gerak di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 3.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bekasi, Desember 2014

Tim Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I... 4

PENDAHULUAN... 4

1.1 Latar belakang...4

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan... 4

BAB II... 5

PEMBAHASAN... 5

2.1 Pengertian Model Status Kesehatan...5

2.2 Jenis-jenis Model Status Kesehatan...5

a. Model Individual... 6

b. Model Sosial... 7

c. Model Terintegrasi : The International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF)... 8

d. Model Status Kesehatan Menurut Hendrik L Blum...10

BAB III... 13

PENUTUP... 13

3.1 Simpulan... 13

DAFTAR PUSAKA... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia merupakan makhluk aktif yang perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas fungsional. Manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya serta lingkungan fisik dan sosialnya melalui aktivitas fungsional, dengan menggunakan kapasitasnya untuk motivasi intrinsik. Kehidupan manusia mencakup serangkaian proses adaptasi berkelanjutan. Adaptasi merupakan perubahan fungsi yang menyokong kelangsungan hidup dan aktualisasi diri. Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengganggu proses adaptasi kapan pun selama siklus hidup. Disfungsi dapat terjadi ketika terdapat gangguan pada proses adaptasi. Aktivitas fungsional dapat membantu proses adaptasi. Pemahaman tentang konsep rehabilitasi memerlukan pemahaman konsep disabilitas terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Model Status Kesehatan? 2. Apa saja jenis-jenis model status kesehatan?

1.3 Tujuan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Status Kesehatan

Model : pola, acuan, ragam

Status : gambaran keadaan atau kedudukan Kesehatan :

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Jadi, Model status kesehatan adalah pola atau acuan yang menggambarkan keadaan sehat menurut pengertian tersebut.

Status kesehatan dapat diukur dengan melihat tiga hal utama yaitu:

1. Manisfestasi fisik, merupakan aspek dari fungsi tubuh yang dapat diukur atau diamati, seperti kekuatan otot, suhu tubuh, tekanan darah, atau adanya pembengkakan/oedem

(6)

2.2 Jenis-jenis Model Status Kesehatan

Konsep disabilitas telah mengalami perkembangan dalam beberapa dekade terakhir dengan tujuan mendapatkan kerangka kerja konseptual yang menyeluruh baik dari aspek individual maupun aspek sosial. Berbagai model disabilitas telah berkembang dari sejak model individual, model sosial, dan model integratif.

a. Model Individual

Model individual ini pertama kali diperkenalkan oleh Nagi (1965). Model ini, yang dikenal dengan Skema Nagi. Tujuan model individual ini adalah untuk mengembalikan fungsi normal pasien dan peran sosial yang diharapkan dari dirinya. Pada model individual, masalah yang terkait dengan disabilitas timbul akibat penyakit dan cedera yang dialami oleh pasien tersebut.

Pada akhir tahun 1970-an, WHO merancang suatu model yang diterbitkan tahun 1980 dengan nama the International Classification of Impairments, Disabilities, and Handicaps (ICIDH), yang memiliki persamaan yang penting dengan Skema Nagi; keduanya sama-sama linier, lahir dari model biomedis, dan terfokus pada fungsi seorang individu. Skema ini sangat terkenal di Amerika Serikat, sedangkan model ICIDH WHO, yang lazim dipakai dalam studi-studi internasional, merupakan model yang paling banyak dipakai dalam ilmu rehabilitasi hingga awal tahun 2000an.

Dalam upaya untuk lebih memperjelas dimensi dan konsep disabilitas, beberapa peneliti telah merevisi model dari Nagi dan ICIDH. Mereka menambahkan keterbatasan sosial; faktor lingkungan, individual , dan risiko; kualitas hidup dan status kesehatan. Revisi ini menggabungkan tiga area yang berbeda:

1. fungsi fisiologis,

(7)

Namun, modelnya tetap linier dengan fokus pada proses penyakit dan keterbatasan fungsional yang diakibatkan.

Selain persamaan, model ICIDH dengan model Nagi juga memiliki perbedaan yaitu adanya kategori keterbatasan fungsi (functional limitation) pada model Nagi. Sudut pandang tentang keterbatasan fungsi akan berbeda pada setiap individu tergantung pada jenis aktivitas masing-masing individu, misalnya pada gangguan keterbatasan gerak sendi siku berupa keterbatasan gerak ekstensi maksimal yang akan memberikan keterbatasan fungsi (functional limitation) yang lebih pada pemain baseball daripada seorang pianis. Hal ini dipengaruhi oleh jenis aktivitasnya dimana seorang pemain baseball lebih membutuhkan kemampuan ekstensi maksimal siku dibandingkan seorang pianis saat bermain piano.

Sistem Klasifikasi menurut Nagi tersebut mendukung identifikasi tentang keterbatasan fungsional pada individu dan digunakan sebagai pendekatan bagi para professional bidang kesehatan untuk mengidentifikasi fokus dari intervensi yang akan diberikan.

b. Model Sosial

(8)

(Hahn, 1993) dan memaksa pasien untuk bergantung pada pelayanan konstruksi alternatif ini, disabilitas didefinisikan sebagai hasil dari sikap masyarakat, bukan khusus dari suatu individu

Sosial model dari disabilitas yang paling sering digunakan dan dijadikan referensi adalah model Independent Living (IL) di US dan Fundamental Principles of Disability oleh Union of the Physically Impaired Against Segregation (UPIAS) (1976) di UK. Kedua model ini sama-sama dibentuk sebagai respon terhadap ketidakcukupan sisi medis dari model individual. Selama tahun 1960-an dan 1970-an disabilitas didefinisikan sebagai gangguan fungsi dari suatu individu, yang mengakibatkan ketergantungan dan semakin membuat individu tersebut menjadi cacat. Solusi yang diusulkan untuk masalah disabilitas antara lain pemberdayaan, penentuan nasib sendiri, advokasi, konsumen kontrol, dan modifikasi lingkungan seperti perluasan trotoar, pembuatan ramp, dan pelebaran pintu serta lorong-lorong (Barnes, 2003; DeJong, 1979; Swain et al, 1993).

c. Model Terintegrasi : The International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF)

Model ICF sekarang digunakan secara luas di seluruh dunia dan memiliki potensi untuk meningkatkan komunikasi melewati batasan disiplin ilmu dan negara, menyokong perkembangan penelitian, praktik klinis, dan kebijakan sosial. Model ICF merupakan model universal yang ditujukan untuk mengintegrasikan model individu dan sosial untuk semua orang, tanpa memandang usia dan kondisi kesehatan. ICF menggunakan kategori dalam area kesehatan dan yang berhubungan dengan kesehatan untuk mengklasifikasikan kondisi kesehatan dan yang berhubungan dengan kesehatan. Terdapat dua bagian komponen, masing-masing dilengkapi dengan kode yang mewakili aspek-aspek yang berbeda.

(9)

- Bagian 2, Contextual Factors, menjelaskan tentang faktor lingkungan dan faktor personal. Di dalam ICF, disabilitas terjadi ketika terdapat disfungsi dari satu atau lebih dari tingkat ini.

Tujuan model integratif ICF adalah untuk menggabungkan model individual dan sosial disabilitas. Oleh karena itu, klasifikasi yang dihasilkan tetap didasarkan pada konsep-konsep fungsionalisme dan praktek ilmu kedokteran Barat. Namun, masuknya faktor lingkungan dan personal merupakan suatu perbaikan atas model terdahulu dari ICIDH.

Berlawanan dengan model-model awal, ICF lebih menekankan kesehatan dan fungsi dibandingkan disabilitas. Sebelumnya, disabilitas dimulai saat kondisi sehat berakhir. Ketika seseorang memiliki disabilitas, ia akan langsung masuk dalam kategori yang berbeda. Pola pikir seperti ini sekarang sudah ditinggalkan. Fokus kesehatan saat ini lebih ditujukan kepada tingkatannya ketimbang disabilitasnya.

Dasar konsep ICF adalah model biopsikososial di mana fungsi dan disabilitas menggambarkan suatu interaksi antara faktor permasalahan kesehatan (kelainan, penyakit, cedera, dan lain-lain) dan kontekstual (lingkungan dan personal). Fungsi terjadi pada tingkat tubuh atau bagian dari tubuh (fungsi tubuh dan struktur), keseluruhan individu (aktivitas), dan keseluruhan individu dalam konteks sosial (partisipasi). Istilah disabilitas mengacu pada disfungsi pada salah satu tingkat tersebut: gangguan pada fungsi atau struktur tubuh, pembatasan aktivitas, atau halangan partisipasi.

(10)

d. Model Status Kesehatan Menurut Hendrik L Blum

Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

2. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

(11)

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

4. Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu:

a. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.

b. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.

c. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.

d. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit. e. Participation in health care: yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.

f. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.

g. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.

h. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.

i. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.

(12)

k. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.

(13)

BAB III

PENUTUP

(14)

DAFTAR PUSAKA

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu: kondisi pribadi, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, faktor hormonal,

Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

Kerangka Konsep Sistem Kesehatan lainnya (Australia) Determinan Lingkungan fisik/kimia/biologi Sosio ekonomi Kapasitas Masyarakat Perilaku sehat Faktor individu Sumber Input

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya,

Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, antara lain: umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik.

 Kesehatan masyrakat Indonesia  Definisi kesehatan masyarakat  Ruang lingkup kesehatan masyarakat  Faktor-faktor yang mempengaruhi.. derajat kesehatan masyarakat 

Teori perubahan perilaku Precede-Proceed menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor individu dan