• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 312008025 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 312008025 BAB III"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. Gambaran Umum Tentang Rumah Tahanan (RUTAN) Klas IIB Wonogiri 1. Sekilas Tentang Rumah Tahanan (RUTAN) Klas IIB Wonogiri

Di Wilayah Kabupaten Wonogiri tidak mempunyai Lembaga Pemasyarakatan

tersendiri, namum terdapat Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang difungsikan

sebagai Lembaga Pemasyarakatan. Walaupun menjadi satu tempat akan tetapi tetap

dipisahkan penempatan antara narapidana dengan terdakwa.

Sebagai dasarnya di dalam Keputusan Menteri Kehakiman Nomor

M.03.UM.01.06 Tahun 1983 tentang penetapan lembaga pemasyarakatan tertentu

sebagai Rumah Tahanan Negara disebutkan bahwa Rumah Tahanan Negara Klas IIB

Wonogiri merupakan lembaga pemasyarakatan yang disamping tetap sebagai Rumah

Tahanan Negara difungsikan pula sebagai Lembaga Pemasyarakatan .

Sementara itu rumah tahanan Negara/ cabang Rutan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Orgnisasi

dan Tata Rumah Tahanan Negara, diklarifikasikan dalam 3 klas yaitu :

a. Rumah Tahanan Negara Klas 1

b. Rumah Tahanan Negara Klas II A

c. Rumah Tahanan Negara Klas II B

(2)

44

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Wonogiri yang merupakan satu-satunya Rumah Tahanan yang berada di Kabupaten Wonogiri. Dalam peta dunia, Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 70 32’ sampai 8o15’ dan garis bujur 1100 41’ sampai 1110 18. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat srtategis karena terletak diujung selatan Provinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah Tahanan tersebut tepatnya berada di Jln. Jendral Sudirman No 193B, Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri32.

Dalam mendukung tercapainya suatu sistem pemasyarakatan yang ideal,

RUTAN Wonogiri memiliki visi, misi, sasaran dan tujuan sebagai suatu target dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang harus diwujudkan yaitu :

a. V i s i

Terwujudnya Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas IIB Wonogiri yang unggul

dalam pembinaan prima dalam pelayanan dan tangguh dalam pengamanan.

b. Misi

Melaksanakan perawatan tahanan dan pembinaan narapidana dalam rangka

menegakkan hokum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta kemajuan

dalam perlindungan hak asasi manusia.

c. Tujuan

1. Membentuk tahanan dan narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan dapat

berperan aktif dan produktif dalam pengembangan serta dapat hidup dengan

wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggungjawab.

32

(3)

45

2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi pelanggar hukum melalui

kegiatan pelayanan dan perawatan dalam rangka memperlancar proses

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan, agar jalannya proses

pengadilan dapat dilaksanakan secara cepat, mudah dan murah.

3. Menciptakan ketertiban Rutan agar jalannya pembinaan dan perawatan

penghuni dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan secara tidak langsung

memberikan dukungan terhadap terciptanya suasana aman dan tertib di dalam

masyarakat pada umumnya

d. Tugas Pokok dan Fungsi

Lembaga Pemasyarakatan Negara mempunyai tugas pokok melaksanakan

pemasyarakatan narapidana / anak didik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Lembaga

Pemasyarakatan Negara mempunyai fungsi :

1 melakukan pembinaan narapidana/anak didik

2 memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja

3 melakukan bimbingan sosial/kerokhaniaan narapidana/anak didik

4 melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan

5 melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga33. e. Sasaran

Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/narapidana di Rumah Tahanan

Wonogiri adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/awalnya sebagian atau

seluruhnya dalam kondisi kurang, aspek tersebut meliputi antara lain :

33

(4)

46

1. Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Kualitas intelektual

3. Kualitas sikap perilaku

4. Kualitas profesionalisme/keterampilan

5. Kesehatan jasmani dan rohani

2. Susunan Organisasi Rumah Tahanan (RUTAN) Klas IIB Wonogiri

Struktur organisasi Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri dapat digambarkan

dalam bagan sebagai berikut :

Bagan I

Struktur Organisasi Rutan Wonogiri

Sumber: Arsip Rutan Klas IIB Wonogiri

Dari bagan organisasi tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepala Rutan

Kepala Rutan bertanggungjawab secara fisik terhadap tahanan dan narapidana,

mengatur tata tertib Rutan berdasarkan pedoman yang ditentukan oleh Menteri KEPALA RUTAN

OGA. G. DARMAWAN, A.Md. IP, S.SOS, SH, M.Si

Ka.Sub.Si. PENGELOLAAN SUYOTO

Ka.Sub.Si. PELAYANAN RONI ASMORO, A.Md, SH

Ka.Sub.Si. PENGAMANAN RUTAN

(5)

47 2. Seksi Pelayanan Tahanan

Seksi Pelayanan Tahanan mempunyai tugas melakaukan pengadministrasian,

perawatan, pemberian bantuan hukum, penyuluhan serta memberikan bimbingan

kegiatan bagi tahanan untuk menyelenggarakan tugas tersebut.

Seksi pelayanan tahanan juga bertugas untuk pemenuhan hak narapidana dalam

mengajukan ijin cuti menjelang bebas.

3. Seksi Pengelolaan Tahanan

Sub Seksi Pengelolaan tahanan beserta sub organ di bawahnya bertugas

melakukan pengurusan keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan kepegawaian

di lingkungan Rumah Tahanan

4. Seksi Pengamanan Rutan (KPR)

Kesatuan Pengamanan Rutan mempunyai tugas melakukan pemeliharaan

keamanan dan ketertiban Rutan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut KPR

mempunyai fungsi :

a. Melakukan administrasi keamanan dan ketertiban Rutan

b. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan dan narapidana

c. Melakukan penerimaan, penempatan dan pengeluaran tahanan serta

memonitor keamanan Rutan

d. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban Rutan

e. Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan dan ketertiban

(6)

48 3. Jumlah Penghuni Rumah Tahanan

Berikut ini adalah data jumlah keseluruhan narapidana penghuni Rutan Klas II

B Wonogiri dari januari 2012 sampai dengan November 2012 dengan beberapa

kategori dan pembedaan yang meliputi :

Tabel di bawah adalah jumlah narapidana Rutan Klas II B Wonogiri yang di bedakan

berdasarkan jenis pidananya yang terperinci menurut jenis kelamin (gender ) dan

tingkat kedewasaannya.

Tabel 4

Jumlah narapidana Rutan Klas IIB Wonogiri

Sumber : Arsip Rutan Wonogiri Periode Januari 2012 – November 2012

Keterangan :

NDL : Narapidana Dewasa Laki-Laki NAL : Narapidana Anak Laki-Laki

NDP : Narapidana Dewasa Perempuan NAP : Narapidana Anak Perempuan NO Periode

NARAPIDANA

NDL NDP NAL NAP Total Narapdana Kapasitas

1 Januari 105 7 0 0 112 250

2 Februari 106 11 0 0 117 250

3 Maret 105 11 0 0 116 250

4 April 75 15 0 0 90 250

5 Mei 92 18 0 0 110 250

6 Juni 97 21 0 0 118 250

7 Juli 95 18 5 0 113 250

8 Agustus 83 9 5 0 97 250

9 September 125 6 7 0 138 250

10 Oktober 131 6 4 0 141 250

(7)

49

Dari tabel 4 diatas adalah gambaran secara keseluruhan narapidana

penghuni Rutan Wonogiri pada periode Januari 2012 – November 2012, yang

selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rata-rata tiap bulan Rutan Wonogiri dihuni sekitar seratus narapidana, dimana

kapasitas Rutan Wonogiri sebenarnya adalah sebanyak 250 orang.

Apabila diperhatikan jumlah setiap bulan dapat dijelaskan paling sedikit 90

narapidana yaitu pada bulan April dan paling banyak 169 narapidana yaitu pada

bulan November.

Sementara itu apabila dibedakan berdasarkan jenis kelamin narapidana dapat

dijelaskan maka narapidana dewasa laki-laki dewasa lebih banyak daripada

narapidana dewasa perempuan.

Sedangkan apabila dilihat dari usia, narapidana dewasa lebih banyak dibandingkan

dengan narapidana anak, dan narapidana anak di Rutan Wonogiri hanya ada

narapidana anak laki-laki.

Penghuni Rutan Wonogiri dari kurun waktu mulai bulan Januari 2012 sampai

dengan bulan November 2012 mengalami kecenderungan tidak stabil, akan tetapi

(8)

50 B. Temuan Terkait Rumusan Masalah

1. Pemberian Ijin Cuti Menjelang Bebas di Rumah Tahanan a. Prosedur Pemberian Cuti Menjelang Bebas

Program cuti menjelang bebas sebagai salah satu program dalam

mengintegrasikan narapidana di Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri. Dalam

prosedur pemberian ijin cuti menjelang bebas di Rumah Tahanan Wonogiri telah

berjalan dengan baik. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pemberian

ijin tersebut dapat dibatalkan atau dicabut. Hal ini dapat terjadi jika narapidana

melakukan pelangggaran dan tidak memenuhi persyaratan baik subtantif maupun

administratif yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Asimilasi, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat sebagai berikut :

Pasal 6

1. Persyaratan Subtantif yang harus dipenuhi Narapidana adalah : a. Kesadaran dan Penyesalan terhadap perbuatannya

Seorang Narapidana harus menunjukan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan dari perbuatannya sehingga narapidana tersebut dijatuhi hukuman pidana. Kesadaran dan penyesalan tersebut didapat dari kepribadian masing-masing narapidana dengan mengikuti program dari Rumah Tahanan berupa pembinaan. Seperti pembinaan kesadaran agama yang terdapat ceramah, ibadah, sehingga dapat membangkitkan motivasi narapidana supaya sadar dan menyesalkan atas perbuatannya.

b. Perkembangan Budi Pekerti dan Moral

Seorang Narapidana yang ingin mendapatkan pelayanan cuti menjelang bebas harus menunjukan perkembangan budi pekerti dan moral yang positif c. Program Pembinaan

Seorang Narapidana wajib mengikuti setiap kegiatan pembinaan berupa ketrampilan sesuai bakat yang dimiliki setiap narapidana yang diselenggarakan oleh Rumah Tahanan Wonogiri.

d. Masyarakat Dapat Menerima Program Pembinaan

(9)

51

kegiatan bakti sosial, melanjutkan pendidikan, berolahraga, mengunjungi keluarga bahkan narapidana dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. e. Berkelakuan Baik

Seorang Narapidana harus berkelakuan baik dengan mematuhi peraturan yang ada di Rumah Tahanan dan dengan menghormati petugas dan sesama narapidana sehingga tidak mendapatkan hukuman disiplin. Jika melakukan pelanggaran sekurang-kurangnya 9(sembilan) bulan terakhir, maka narapidana penjatuhan hukuman disiplin kepada narapidana akan dicatat dikartu pembinaan34 yang berisikan kegiatan yang dilakukan warga binaan pemasyarakatan selama dibina di Rumah Tahanan, serta berisi aturan program kegiatan dan penilaian dari petugas sebagai wali. Sehingga jika narapidana telah melanggar hukuman disiplin akan berpengaruh juga dalam pemenuhan syarat subtantif dengan penolakan dari Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) untuk dapat mengajukan ijin menjelang bebas. f. Masa Pidana yang telah dijalani

Pemberian Ijin Cuti Menjelang Bebas apabila narapidana telah menjalankan 2/3(dua pertiga) dari masa pidananya dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6(enam) bulan.

2. Persyaratan Subtantif yang harus dipenuhi Anak Negara adalah :

a. telah menunjukan kesadaran dana penyesalan atas pelanggaran yang dilakukan

b. telah menunjukan budi pekerti dan moral yang positif

c. berhasil mengikuti program pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan bersemangat

d. masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan

f. berkelakuan baik

Pasal 7

Persyaratan Administratif yang harus dipenuhi Narapidana dan Anak Negara adalah :

a. Kutipan putusan hakim (ekstra vonis)

Putusan hakim dari pengadilan sangat penting untuk melengkapi berkas secara administratif karena seorang terpidana yang sudah diputus dipengadilan diperlukannya kekuatan secara administratif yaitu berkas putusan hakim

b. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakan yang dibuat oleh Wali Pemasyarakatan

c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Cuti Menjelang Bebas terhadap Narapidana dan Anak Negara yang bersangkutan d. Salinan register F (daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang

dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan selama menjalani

34

(10)

52

masa pidana) dari Kepala Rutan. Daftar pelanggaran yang dimaksudkan, yaitu ketika narapidana menjalani program pembinaan dan telah menjadi syarat subtantif yang harus dipenuhi seperti diatas.

e. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi, dan lain-lain dari Kepala Rutan

f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi Pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya lurah atau kepala desa

g. Bagi Narapidana atau Anak Pidana warga negara asing diperlukan syarat tambahan yaitu surat jaminan dari Kedutaan Besar/Konsulat negara orang

asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Didik

Pemasyarakatan tidak melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Cuti Menjelang Bebas dan surat keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status keimigrasian yang bersangkutan.

Selanjutnya, narapidana yang telah memenuhi syarat subtantif dan syarat

administratif yang telah ditetapkan, sehingga dapat diusulkan untuk mendapatkan

ijin cuti menjelang bebas dengan prosedur sebagai berikut :

a. Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) RUTAN setelah mendengar pendapat

anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali

Pemasyarakatan, mengusulkan pemberian Cuti Menjelang Bebas kepada

Kepala Kepala RUTAN

b. Untuk Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat, apabila Kepala RUTAN

menyetujui usul TPP RUTAN selanjutnya meneruskan usul tersebut kepada

Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat

c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat

menolak atau menyetujui tentang usul Cuti Menjelang Bebas setelah

mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

(11)

53

d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

menyetujui tentang usul Cuti Menjelang Bebas atau Cuti, maka Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerbitkan keputusan

tentang Cuti Menjelang Bebas35

Dari tata cara pemberian ijin cuti menjelang bebas diatas, dijelaskan

bahwa jika narapidana telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk

mendapatkan Cuti Menjelang Bebas, maka anggota Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP) yang dibentuk oleh Kepala Rumah Tahanan klas IIB

Wonogiri akan mencatat narapidana-narapidana tersebut untuk kemudian

diusulkan kepada Kepala Rumah Tahanan klas IIB Wonogiri yang dituangkan

dalam formulir yang telah ditetapkan. Selanjutnya Kepala Rumah Tahanan klas

IIB Wonogiri meneruskan usulan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah

Kementrian Hukum dan HAM setempat dalam hal ini Kepala Kantor Wilayah

Kementrian Hukum dan HAM provinsi Jawa Tengah. Apabila Kepala Kantor

Wilayah Kementrian Hukum dan HAM menolak usulan pemberian cuti menjelang

bebas tersebut, maka dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari

terhitung sejak diterimanya usul tersebut memberitahukan penolakan itu beserta

alasannya kepada Kepala Rumah Tahanan.

Namun apabila Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM

menerima usulan yang diberikan oleh Kepala Rumah Tahanan, maka Kepala

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM atas nama Mentri Hukum dan

35

(12)

54

HAM, maka Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM menerbitkan

keputusan tentang Cuti Menjelang Bebas tersebut.

Setelah semua prosedur di atas dilalui, selanjutnya Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan HAM Provinsi Jawa Tengah atas nama Menteri

menandatangani surat izin Cuti Menjelang Bebas, selanjutnya narapidana

diserahkan kepada Balai Pemasyarakatan (BAPAS). Peran dari Bapas sendiri

yaitu untuk membimbing narapidana. Pola bimbingan Bapas yaitu untuk

mencegah narapidana melakukan tindak pidana selama cuti menjelang bebas

dengan memberikan program bimbingan kepribadian yang bertujuan untuk

memperbaiki diri klien dan juga program bimbingan kemandirian bagi klien agar

setelah bebas mutlak dapat menjadi orang yang bertanggung jawab pada dirinya

sendiri dan masyarakat. Disamping Bapas sebagai pembimbing, Bapas juga

melakukan peran pengawasan terhadap klien cuti menjelang bebas dengan

memantau sejauh mana perkembangan klien yang bersangkutan agar tidak

melakukan tindak pidana lagi. Bila klien melakukan tindak pidana selama

menjalani cuti menjelang bebas, maka ijin pembebasan bersyaratnya dapat

dicabut36

b. Mereka yang berhak mendapatkan Ijin Cuti Menjelang Bebas

Bedasarkan penelitian penulis di Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri,

penulis dapat menggambarkan narapidana yang sudah mempunyai hak untuk

36

(13)

55

mendapatkan ijin cuti menjelang bebas dan yang sudah berhak mendapatkan ijin

cuti menjelang bebas.

Di bawah ini adalah jumlah seluruh narapidana Rutan Klas II B Wonogiri

terhitung terakhir sampai dengan November 2012.

Tabel 5

Jumlah narapidana di Rutan Wonogiri terhitung terakhir sampai dengan November 2012

Keterangan :

B1 : Narapidana dengan putusan pidana diatas 1 tahun B2A : 3 bulan – 1 tahun

B2B : 0 – 3 bulan B3 : Pidana Subsidier

Dari data diatas menunjukan jumlah total atau keseluruhan dari

narapidana yang berada di Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri yaitu sejumlah

215 narapidana yang terdiri dari narapidana dewasa dan anak-anak.

Berdasarkan tabel di atas, Narapidana di Rutan Klas II B Wonogiri yang

mendapatkan hukuman badan lebih dari 1 (satu) tahun ada sebanyak 169 orang,

yang terdiri dari Narapidana dewasa sebanyak 158 orang dan Narapidana anak

sebanyak 11 orang. Sedangkan sebanyak 46 Narapidana yang terdiri dari

NO Kategori Jumlah Narapidana

Dewasa Anak

1 B1 158 11

2 B2A 39 1

3 B2B 4 -

4 B3 2 -

Jumlah 203 12

(14)

56

Narapidana dewasa sebanyak 45 orang dan narapidana anak sebanyak 1 orang,

mendapatkan hukuman badan kurang dari 1 (satu) tahun.

Mengingat persayaratan pidana yang harus dijalani setelah mendapat

remisi minimum masih 9 (sembilan) bulan. Dari narapidana sebanyak 215 orang

tersebut, apabila dilihat dari masa pidana badan yang harus dijalani, maka

sebanyak 158 narapidana yang berhak mengajukan cuti menjelang bebas, karena

mereka termasuk kategori B1, yaitu pidana badan yang harus dijalani lebih dari 1

tahun, sedangkan untuk 46 narapidana yaitu dalam kategori B2A, B2B dan B3

tidak mempunyai kesempatan untuk mengusulkan cuti menjelang bebas, karena

pidana badan yang harus dijalani kurang dari 1 (satu) tahun

Tabel 6

Narapidana dengan putusan pidana satu tahun atau lebih J u m l a h

Dari Tabel 6 diatas menunjukkan jumlah total atau keseluruhan

narapidana di Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri sejumlah 169 (seratus enam

puluh sembilan) orang yang terdiri dari narapidana dewasa dan anak-anak

dengan masa pidana dari 1 tahun 45 hari sampai 3 tahun lebih. Jumlah No Masa

Pidana

Jumlah Narapida na

Menjalani 2/3 dari masa pidana Yang mengaju kan Remisi Syarat subtantif dan administratif

Yang mengaju kan CMB

1 1Th - 3Th 68 46 12 5 5

2 3Th/lebih 101 53 44 44 0

(15)

57

narapidana dewasa terdapat 158 (seratus lima puluh delapan) narapidana dan

narapidana anak – anak ada 11 (sebelas) narapidana. Dari tabel diatas juga dapat

dilihat jumlah narapidana yang telah menjalani masa pidananya di Rumah

Tahanan terdapat 99 (sembilan puluh sembilan) narapidana yang telah

menjalankan 2/3 dari masa pidananya, ini berarti dilihat dari masa pidana yang

telah dijalani ada 99 (sembilan puluh sembilan) narapidana yang berhak atas cuti

menjelang bebas.

Sedangkan jika dilihat dari narapidana yang mendapatkan remisi 17

Agustus yaitu terdiri dari 56 narapidana, ini berarti jika dilihat dari syarat pernah

mendapatkan remisi, maka narapidana yang dapat mengusulkan ijin cuti

menjelang bebas hanya sebanyak 56 (lima puluh enam) naraapidana dari jumlah

narapidana 169 (seratus enam puluh sembilan) orang.

Dari sebanyak 56 (lima puluh enam) narapidana yang boleh mengajukan

ijin cuti menjelang bebas tersebut, ternyata yang memenuhi syarat subtantif dan

syarat administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI No. M.2.PK.4-10 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti

Bersyarat ada sebanyak 49 (empat puluh sembilan) narapidana.

Apabila diperhatikan, dari mereka yang memenuhi syarat subtantif dan

syarat administratif untuik mengajukan ijin cuti menjelang bebas, ternyata hanya

ada 5 (lima) narapidana yang menggunakan haknya untuk mengajukan ijin cuti

menjelang bebas. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Rumah

(16)

58

administratif yang masa pidananya lebih dari 2 tahun diarahkan untuk

mengajukan permohonan pembebasan bersyarat (Voorwaardelijke

invrijheidstelling), sebab dengan pembebasan bersyarat narapidana bisa

menjalani 1/3 masa pidananya di luar Rumah Tahanan atau Lembaga

Pemasyarakatan.

Data 5 (lima) narapidana yang mengajukan permohonan ijin cuti

menjelang bebas pada periode Januari 2012 sampai November 2012 dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 7

Narapidana Rutan Wonogiri yang mengajukan Cuti Menjelang bebas No Identitas

Narapidana

Tanggal dan No putusan pengadilan Masa pidana Cuti menjelang bebas Tanggal pelaksanaan

1 Dwi atmoko

alias Ope, 41, laki-laki, sopir, Katholik

18-01-2011 NO 243/Pid B/2010/PN Klt

1 th 6 bl Wg.119.PK 01.05.06

Tahun 2012,

tanggal 10 jan 2012

12-01-2012 s/d 10-02-2012

2 Gerryansyah,

30, laki-laki, swasta, islam

25-01-2012 NO 190/Pid sus/11/PN Kray

1 th 1 bl Wg.190.PK. 01.05.06 Tahun 2012

28-09-2012 s/d 04-11-2012

3 Febrian

prima, 25,

laki-laki, mahasiswa, islam

25-01-2012 No 190/Pid sus/ II/PN Kray

1 th 1 bl Wg.12.28.PK 01.05.06

Tahun 2012,

tanggal 28-09-2012

15-10-2012 s/d 04-11-2012

4 Supriadi, 43, laki-laki, buruh, islam

23-09-2011 No 141/Pid B/ 2010/PN Wng

1 th 6 bl Wg.25.36 PK

01.05.06 tahun 2011, tanggal 20 okt 2011

24-01-2012 s/d 07-03-20

5 Joko

Marwoto, 32, laki-laki, tukang ojek, islam

21-02-2012 No

03/Pidsus/ 12/PN Ska

1 th 2 bl Wg.1494.PK

01.05.06 tahun 2012, tanggal 25 okt 2012

(17)

59

Dari tabel 7 diatas, menunjukan data narapidana yang telah mendapatkan

ijin cuti menjelang bebas, adapun dari usulan narapidana yang mengajukan cuti

menjelang bebas sebanyak 5 (lima) orang narapidana yaitu Dwi atmoko,

Gerryansyah, Febrian prima dan Supriadi. Sedangkan Joko marwoto, 32 tahun

yang mendapat masa pidana 1 tahun 2 bulan, sebelumnya belum dapat

mengusulkan ijin cuti menjelang bebas dikarenakan belum lengkapkapnya syarat

yang diajukan yaitu belum adanya penjamin dari pihak keluarga.

Karena Wewenang pemberian izin cuti menjelang bebas selanjutnya dimiliki

oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, sesuai di atur dalam Pasal 10

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.2.PK.4-10 tahun 2007 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti

Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. Selanjutnya pengajuan ijin cuti menjelang

bebas yang diusulkan oleh Kepala Rumah Tahanan Wonogiri kepada Kepala

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.

Dalam permohonan ijin cuti menjelang bebas ini, peranan dari pihak

Rumah Tahanan klas IIB Wonogiri adalah memfasilitasi narapidana dalam

mengupayakan syarat subtantif dan syarat administratif sebagaimana telah diatur

dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.

M.2.PK.4-10 tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi,

Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat untuk

memperoleh salah satu dari haknya untuk mendapakan persetujuan atas usulan

(18)

60

2. Hambatan-hambatan yang timbul dalam pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi narapidana di RUTAN Klas IIB Wonogiri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di Rumah Tahanan klas IIB

Wonogiri, ada beberapa hal yang menjadi hambatan- hambatan pemberian izin cuti

menjelang bebas, sehingga menjadi kurang optimalnya pemenuhan hak bagi narapidana

dalam mendapatkan ijin cuti menjelang bebas.

Adapun hambatan – hambatan yang dihadapi yaitu dapat dilihat dari adanya

kelemahan ketentuan dan keterbatasan kemampuan petugas pelaksana pemberian ijin cuti

menjelang bebas, karena tidak semua petugas di Rumah Tahanan klas IIB Wonogiri

memahami prosedur pemberian cuti menjelang bebas.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, adanya waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan proses administrasi dibutuhkan waktu yang cukup lama

karena keterbatasan tenaga jumlah pelaksana yang mengelola pemberian hak – hak warga

binaan.

Jumlah pegawai yang secara administrasi terlihat dalam pembuatan surat

keputusan pemberian hak – hak warga binaan dari jumlah yang terbatas, sedangkan dari

hari ke hari usulan pemberian hak – hak warga binaan semakin bertambah. Untuk surat

keputusan penetapan diterima atau ditolaknya usulan yaitu diproses ditingkat Kantor

Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusi selama 14 (empat belas) hari.

Hambatan lain menurut Roni Asmoro, Amd, S.H selaku Kepala Bidang

Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Wonogiri menyatakan bahwa pihak Rumah

Tahanan lebih melihat pada sisa masa pidana dari narapidana. Jika narapidana

(19)

61

mengusulkan pembebasan bersyarat saja dibandingkan cuti menjelang bebas bagi

narapidana dengan tidak mengenyampingkan aturan perundang-undangan yang ada.

Narapidana juga lebih memilih untuk mendapatkan pembebasan bersyarat dibandingkaan

cuti menjelang bebas, sebab menurut mereka pembebasan bersyarat lebih banyak

mengurangi masa pidana mereka di Rumah Tahanan daripada cuti menjelang bebas yang

hanya dapat dijalani dengan melihat jangka waktu ketika narapidana akan mendekati hari

kebebasan atau menjelang masa bebas mereka yaitu sama dengan remisi terakhir yakni

paling lama enam (6) bulan saja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hanung dan Eko narapidana kasus

narkoba, selaku narapidana di Rumah Tahanan menyatakan bahwa pada umumnya

mereka mengetahui tentang hak-hak yang mereka miliki selaku narapidana seperti hak

untuk mendapatkan pembebasan bersyarat, cuti mengunjungi keluarga, cuti menjelang

bebas, dan hak-hak yang lainnya. Hak-hak yang dari narapidana diketahui ketika mereka

pertama kali menjadi penghuni Rumah Tahanan klas IIB Wonogiri. Namun, mereka

kurang mengetahui tentang syarat-syarat untuk mendapatkan Cuti Menjelang Bebas, yang

mereka ketahui hanyalah menaati peraturan yang berlaku dengan menjalankan

kewajibannya sebagai narapidana.

Selanjutnya menurut Umi Ratnaningsih, Amd selaku staf di bidang seksi

Pembinaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Klas IIB Wonogiri mengungkapkan

bahwa salah satu kendala untuk melaksanakan cuti menjelang bebas adalah jaminan dari

keluarga narapidana. Perlu kiranya diketahui, bahwa yang menjadi narapidana di Rumah

(20)

62

Wonogiri saja, melainkan juga dari berbagai daerah lain di sekitar atau diluar Kabupaten

Wonogiri. Bagi narapidana yang berasal dari luar Kabupaten Wonogiri biasanya akan

terkendala pada surat jaminan dari kelurga yang disebabkan tempat tinggal keluarga yang

jauh dari Rumah Tahanan Wonogiri. Jaminan dari keluarga narapidana juga harus disertai

dengan jaminan dari Pemerintah setempat dalam hal ini serendah-rendahnya dari Kepala

Kelurahan atau Kepala Desa tempat tinggal narapidana. Beliau mengungkapkan bahwa

ada beberapa keluarga narapidana yang telah membuat surat jaminan untuk narapidana

tetapi mereka tidak mendapat jaminan dari Kepala Kelurahan tempat tinggalnya. Hal ini

merupakan salah satu kendala untuk memberikan izin cuti menjelang bebas bagi

(21)

63 C. Analisis

1. Pemberian Ijin Cuti Menjelang Bebas Bagi Narapidana di RUTAN Klas IIB Wonogiri

Cuti menjelang bebas merupakan salah satu bagian dari pembinaan di Rumah

Tahanan, dimana pembinaan yang meberikan sanksi yang bersifat punitive (bersikap

memidana), juga memberikan reward (imbalan) sebagai salah satu upaya dari program

pembinaan, agar dapat berjalan dan dapat direspon warga binaan pemasyarakatan dengan

baik, seperti tujuan dari system pemasyarakatan yaitu mengupayakan warga binaan untuk

tidak mengulangi lagi perbuatannya dengan melanggar hukum yang pernah dilakukan

dengan harapan nantinya akan ada kesempatan untuk kembali lebih awal dan dapat

diterima oleh masyarakat sekitar serta dapat berperan aktif sebagaimana anggota

masyarakat lainnya.

Salah satu pelaksanaan hak – hak narapidana dalam system pemasyarakatan yaitu

pemberian ijin cuti menjelang bebas diperuntukan bagi semua narapidana yang telah

mendapatkan remisi saja. Secara riil pemberian ijin cuti menjelang bebas sesudah

narapidana mendapatkan remisi, sementara akan mempengaruhi jumlah penghuni Rumah

Tahanan yang semakin hari bertambah.

Pemberian ijin cuti menjelang bebas sudah berdasarkan aturan dari Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI No. M.2.PK.4-10 Tahun 2007 tentang syarat dan tata cara

pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas. Akan tetapi pada

pelaksanaannya ternyata tidak mudah, sehingga masih adanya kendala pada syarat-syarat

(22)

64

Dari data yang diperoleh penulis menunjukan bahwa jumlah narapidana yang

diberikan cuti menjelang bebas secara prosedural sudah berjalan dengan baik dengan

adanya penilaian oleh petugas Rumah Tahanan untuk dipastikan layak untuk

mendapatkan hak cuti menjelang bebas untuk selanjutnya diusulkan kepada Menteri

Hukum dan HAM RI oleh Kepala Rumah Tahanan Wonogiri melalui Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan HAM. Walaupun sudah berjalan dengan baik, akan

tetapi berdasarkan data pada tabel 6 yang penulis temukan bahwa dari 49 (empat puluh

sembilan) narapidana yang mempunyai kesempatan untuk mengajukan hak mereka yaitu

mengajukan permohonan ijin cuti menjelang bebas, ternyata hanya ada 5 (lima)

narapidana yang mengajukan permohonan ijin cuti menjelang bebas.

Mengapa sebagian besar narapidana yang telah memenuhi syarat untuk

mengajukan permohonan ijin cutri menjelang bebas, mereka tidak mengajukan

permohonan tersebut dikarenakan, masa pidana yang harus dijalani lebih dari 2 (dua)

tahun, sehingga mereka lebih memilih mengajukan permohonan pembebasan bersyarat,

karena mereka dapat menjalani 1/3 masa pidananya di luar lembaga Pemasyarakatan atau

Rutan. Selanjutnya, adapun dari mereka yang mengajukan Pembebasan Bersyarat dulunya

tidak mendapatkan salah satu hak lainnya yaitu Cuti menjelang bebas.

Disamping itu tidak mudahnya bagi para narapidana untuk mendapatkan semua

syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan ijin cuti menjelang bebas, yang dikarenakan

tidak semua narapidana di Rumah Tahanan Wonogiri berasal dari Kabupaten Wonogiri,

tetapi banyak juga narapidana yang berasal dari luar Kabupaten Wonogiri. Khusus terkait

(23)

65

pihak Rumah Tahanan juga tidak akan memberikan ijin cuti menjelang bebas karena

belum adanya penjamin.

Apabila dilihat dari 49 (empat puluh sembilan) narapidana yang seharusnya

mempunyai kesempatan untuk mengajukan ijin cuti menjelang bebas, ternyata hanya ada

5 (lima) narapidana yang mengajukan ijin cuti menjelang bebas, ternyata ada 1 (satu)

orang yang permohonannya tidak dikabulkan dikarenakan salah satu syarat administratif

yang berupa jaminan dari keluarga ternyata belum ada. .

2. Hambatan-hambatan yang timbul dalam pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi narapidana di RUTAN Klas IIB Wonogiri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di Rumah Tahanan klas IIB

Wonogiri, ada beberapa hal yang menjadi hambatan- hambatan pemberian izin cuti

menjelang bebas, sehingga menjadi kurang optimalnya pemenuhan hak bagi narapidana

dalam mendapatkan ijin cuti menjelang bebas. Adapun hambatan – hambatan yang

dihadapi, penulis merumuskan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberian ijin

cuti menjelang bebas adalah :

1. Faktor dari Petugas Rutan

Dalam pelaksanaan pemberian ijin menjelang bebas bagi narapidana

dipengaruhi oleh aparatur pelaksana hukum yaitu para petugas Rumah Tahanan

sendiri. Hal ini dapat dilihat oleh penulis dimana jumlah petugas Rumah tahanan

yang sedikit, padahal petugas harus melaksanakan tugasnya dengan mambantu

memenuhi syarat dan prosedur yang harus dipenuhi narapidana cukup banyak.

(24)

66

pelanggaran narapidana dan laporan penelitian untuk narapidana yang mengajukan

ijin cuti menjelang bebas yang memerlukan waktu, lalu ada berkas yang harus disalin

petugas seperti salinan daftar pelanggaran tata tertib dan salinan daftar pengurangan

masa tahanan. Serta, prosedur cuti menjelang bebas yang sampai di Kantor Wilayah

Hukum dan HAM membutuhkan waktu 14 (empat belas) hari . Sementara di pihak

narapidana tersebut tentunya sudah sangat berharap mengenahi ijin cuti menjelang

bebas datang sesuai dengan usulan dari pihak Rutan. Walaupun sedikit terjadi

keterlambatan, namun hal ini tentunya juga menimbulkan rasa kecewa dari

narapidana jika adanya keterlambatan turunnya Surat keputusan dari Kanwil tersebut.

2. Faktor dari Narapidana

Salah satu persyaratan administratif yang terlebuh dahulu harus dipersiapkan oleh

narapidana untuk mengusulkan ijin cuti menjelang bebas adalah harus ada surat

jaminan dari pihak keluarga terdekat dari narapidana tersebut. Surat jaminan yang

dibuat oleh keluarga narapidana tersebut yang menyatakan bahwa keluarga

narapidana tersebut bersedia untuk menerima kembali narapidana yang bersangkutan

untuk bertempat tinggal di alamat penjamin dan akan membantu penghidupan

narapidana tersebut baik moril maupun materil. Akan tetapi permasalahan surat

pernyataan dari pihak keluarga juga mengalami kesulitan, dikarenakan adanya

Gambar

Tabel di bawah adalah jumlah narapidana Rutan Klas II B Wonogiri yang di bedakan
Tabel 5  Jumlah narapidana di Rutan Wonogiri terhitung terakhir sampai dengan
Tabel 6  Narapidana dengan putusan pidana satu tahun atau lebih
Tabel 7 Narapidana Rutan Wonogiri yang mengajukan Cuti Menjelang bebas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kerbau rawa di provinsi Banten umumnya dimanfaatkan sebagai ternak kerja (untuk membajak) dan penghasil daging, maka tujuan pemuliaan adalah untuk mendapatkan

Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK ) 24 jam di

[r]

Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota Bengkulu ini sejumlah 72.154 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi limbah setiap manusia dikalikan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berat bunga telang dan ekstrak daun stevia secara signifikan mempengaruhi peningkatan nilai kapasitas antioksidan dan

adalah Porapak Q dengan Ar sebagai gas pembawa. Hasil dari proses biofiltrasi dimodelkan ke dalam bentuk model adsorpsi Langmuir dan disimulasikan dalam analisis sensitivitas.

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan bahwa minat belajar Aqidah Akhlak di MTs Pondok Pesantren DDI Manahilil Ulum Kaballangan Kabupaten Pinrang telah

Fungsi awalan mi membentuk kata benda dari morfem dasar kata benda atau morfem dasar kata kerja. Anti yang didukungnya menyatakan alat yang berhubungan dengan yang tensebut