• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Era Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Era Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Lina Anatan

Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Abstract

Supply chain management is one of the economic decisions that uses a strategic tool to achieve competitiveness and sustainability in the global economy era. The focus of this study investigate the moderating role of supply chain uncertainty (supplier uncertainty, process uncertainty, demand uncertainty) on the relationship of supply chain management practices and supply chain management performance. Data are collected through mailed questionnaire. The total questionnaires are 500 sent to CEOs firms in Indonesia. Seventy three of useable questionnaires returned yielding the response rate of 14,60%. Through the simple regression the analysis and moderated regression analysis, three hypotheses are supported and one hypothesis is not supported. It means that supply chain management practices have significant effects on supply chain performance, and supply chain uncertainty has a role as moderating variable between the relationship of supply chain management practices and supply chain performance.

Keywords: Supply Chain Management practices, supply chain uncertainty, supply chain performance.

I. Pendahuluan

Perekonomian era global memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya ketidakstabilan pasar yang mengakibatkan perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif baik dalam hal harga maupun kualitas. Dampak nyata era ekonomi global adalah munculnya liberalisasi perdagangan yang membawa dampak hilangnya batas geografis yang membatasi ruang lingkup perdagangan suatu perusahaan. Pada era ini kegiatan operasional perusahaan telah berbasis pada teknologi informasi seperti internet yang mendorong pada perkembangan paradigma perusahaan yang semula hanya memfokuskan pada downstream yaitu konsumen menjadi fokus pada upstream yaitu kemitraan bisnis. Kemitraan bisnis sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam memperoleh sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi, salah satunya adalah melalui manajemen rantai pasokan (supply chain management). Implementasi manajemen rantai pasokan perlu memfokuskan pada kecepatan, kualitas, dan fleksibilitas sebagai cara untuk merespon kebutuhan konsumen untuk menciptakan superior customer value.

Dalam perkembangan bisnis saat ini, karakteristik rantai pasokan dalam fleksibilitas perusahaan dan praktik-praktik manajemen rantai pasokan telah mengalami perubahan untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan (Stonebraker dan Liao, 2004). Praktik-praktik manajemen rantai pasokan dalam konteks ini terkait dengan serangkaian aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi untuk mencapai keefektifan manajemen rantai pasokan, yang meliputi kemitraan strategik pemasok, hubungan dengan konsumen, tingkat information sharing, kualitas informasi, postponement

(Li et al., 2006). Praktik-praktik manajemen rantai pasokan tersebut merupakan faktor yang penting untuk mencapai koordinasi yang efektif dalam rantai pasokan dan menjadi pengendali disepanjang rantai pasokan.

(2)

Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, pengelolaan rantai pasokan khususnya di negara kepulauan seperti Indonesia pada dasarnya sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan karena makin kompetitifnya tuntutan persaingan yang memaksa perusahaan untuk memperluas pangsa pasar tanpa mempedulikan batasan geografis antar daerah, antar propinsi, antar pulau, bahkan antar negara, sehingga keterlibatan dalam suatu rantai pasokan sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dalam bidang manajemen rantai pasokan. Penelitian dimotivasi oleh alasan yaitu: Pertama, masih kurangnya penelitian empiris yang sistematis yang secara simultan menguji pengaruh praktik-praktik manajemen (kemitraan strategik pemasok, hubungan dengan konsumen, tingkat information sharing, kualitas information,

postponement) terhadap kinerja rantai pasokan yang dikaji dari perspektif customer facing (reliabilitas,

responsiveness, fleksibilitas) dan internal facing (biaya, dan aset). Kedua, Untuk memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan praktik-praktik manajemen rantai pasokan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam rantai pasokan.

Model rantai pasokan dalam studi ini dikembangkan berdasarkan literatur konseptual manajemen rantai pasokan yang dikemukakan oleh Li et al., (2006) yang menunjukkan adanya keterkaitan antara praktik-praktik manajemen rantai pasokandan kinerja bisnis perusahaan. Modifikasi model dengan menambahkan ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan sebagai variabel moderator mengacu pada studi oleh Batnagar dan Sohal (2005). Studi ini memfokuskan pada pembahasan empat pertanyaan penelitian yang diajukan meliputi: 1) Apakah praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan? 2) Apakah ketidakpastian dalam rantai pasokan memoderasi hubungan antara praktik-praktik manajemen dan kinerja rantai pasokan?

II. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Praktik-Praktik Manajemen Rantai Pasokan

Dalam implementasi manajemen rantai pasokan, praktik-praktik manajemen rantai pasokan memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Praktik-praktik manajemen didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi untuk mencapai keefektifan manajemen rantai pasokan. Beberapa penulis memberikan pandangan yang berbeda-beda tentang praktik-praktik manajemen seperti dijelaskan pada Tabel 1. Dalam penelitian ini, praktik-praktik manajemen rantai pasokan yang digunakan meliputi lima variabel yang mewakili upstream (kemitraan pemasok strategik), downstream (hubungan dengan konsumen, pergerakan informasi diantara rantai pasok), level dan kualitas information sharing, dan proses rantai pasokan internal.

Kemitraan strategik pemasok merupakan hubungan jangka panjang antara organisasi dengan pemasoknya dan dibentuk untuk memfasilitasi masing-masing organisasi untuk mencapai keuntungan jangka panjang (Sheridan, 1998; Claycomb et al., 1999; Noble, 1997). Kemitraan strategis menekankan pada hubungan jangka panjang secara langsung yang mendukung proses perencanan dan usaha pemecahan masalah (Gunasekaran et al., 2001) yang memungkinkan perusahaan untuk bekerja lebih efektif dengan pemasok yang memiliki kemauan untuk berbagi tanggung jawab untuk menjamin keberhasilan produk sehingga diperlukan peran pemasok sejak dimulai keputusan desain produk untuk membantu memilihkan komponen dan teknologi terbaik, pilihan desain yang efektif, dan penilaian desain.

(3)

memungkinkan organisasi untuk memiliki keunggulan khusus dibanding pesaing yaitu kepuasan dan loyalitas konsumen (Magretta, 1998).

Tabel I Fokus Praktik-praktik Manajemen Rantai Pasokan pada Penelitian Terdahulu

Peneliti Praktik-Praktik Manajemen Rantai Pasokan

Tan et al. (1998) Pembelian, kualitas, hubungan dengan konsumen Kovarado & Koto

(2001)

Kompetensi inti yang meliputi Electronic Data Interchange (EDI) dan eliminasi persediaan yang berlebihan dengan mengurangi customization pada rantai pasok akhir

Tan et al. (2002) Integrasi rantai pasokan, pembagian informasi, kaakteristik SCM, manajemen pelayanan konsumen, kapabilitas just in time (JIT)

Chen & Paultaj (2004) Penguangan pemasok, hubungan jangka pendek, komunikasi cross functional team, keterlibatan pemasok untuk mengukur hubungan pembeli dan pemasok

Mon & Mentzer (2004) Visi dan tujuan, information sharing, sharing resiko dan prestasi, kerjasama, integrasi proses, hubungan jangka panjang, dan kepemimpinan rantai pasokan.

Li et al. (2006) Kemitraan strategik pemasok, hubungan dengan konsumen. Tingkat information sharing, kualitas information, postponement

Sumber: Diolah

Tingkat pembagian informasi berkaitan dengan tingkat kepentingan dan ketepatan informasi yang dikomunikasikan ke mitra bisnis dalam rantai pasokan. Information sharing merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi manajemen rantai pasokan (Lalonde, 1998; Yu et al., 2001; Childhouse dan Towill, 2003). Lalonde (1998) mengemukakan bahwa information sharing merupakan salah satu dari ”building blocks” yang menunjukkan hubungan yang solid antar mitra bisnis yang tergabung dalam rantai pasokan. Information sharing pada dasarnya memiliki dua aspek penting yaitu kuantitas dan kualitas information sharing yang keduanya dianggap sebagai konstruk yang mempengaruhi information sharing. Aspek kuantitas (tingkat) information sharing mengacu pada kepentingan dan ketepatan informasi yang dikomunikasikan pada mitra rantai pasokan (Monezka, 1998). Informasi yang dibagikan bisa bervariasi dari level strategik hingga taktis, baik informasi tentang aktivitas logistik maupun informasi pelanggan.

Kualitas information sharing penting untuk mencapai keefektifan rantai pasokan, tetapi dampak information sharing akan dirasakan signifikan tergantung pada informasi yang dibagikan, kepada siapa informasi tersebut dibagikan, kapan dan bagaimana informasi tersebut dibagikan (Monezka et al., 1998). Dampak information sharing sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang mencakup aspek seperti akurasi, ketepatan waktu, kecukupan informasi, dan kredibilitas pertukaran informasi. Jarell (1998) mengemukakan bahwa information sharing di sepanjang rantai pasokan dapat menciptakan fleksibilitas, tetapi untuk mencapai fleksibilitas tersebut diperlukan informasi yang akurat dan tepat waktu, untuk itu distorsi informasi harus dihilangkan yaitu dengan mencapai informasi seakurat mungkin dan perusahaan harus memastikan bahwa pergerakan informasi berjalan lancar tanpa penundaan atau keterlambatan dan tidak terjadi distorsi atau paling tidak diupayakan seminimum mungkin.

(4)

2.2 Kinerja Rantai Pasokan

Salah satu model acuan yang dipakai dalam pengukuran kinerja adalah model SCOR (Supply Chain Operation Reference). Model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reengineering (BPR), benchmarking, dan process measurement (Hwang et al., 2008). Model SCOR membagi proses-proses rantai pasokan menjadi lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Plan merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman yang mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan material, perencanan kapasitas, dan melakukan penyesuaian perencanaan manajemen rantai pasokan dan perencanaan finansial. Source adalah proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan, proses ini mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, dan sebagainya. Make merupakan proses untuk menstransformasi bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan, meliputi penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, dan memelihara fasilitas produksi. Deliver merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Proses deliver meliputi order management, transportasi, dan distribusi. Sedangkan return merupakan proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat meliputi identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian produk cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Dalam penelitian ini pengukuran dimensi kinerja rantai pasokan dilihat dari berbagai dimensi umum yaitu reliabilitas, responsiveness, fleksibilitas, biaya, dan aset.

2.3 Ketidakpastian dalam Rantai Pasokan

Ketidakpastian dalam persaingan dan kondisi lingkungan bisnis membawa dampak pada ketidakpastian yang terjadi dalam rantai pasokan baik terkait dengan ketidakpastian pemasok, proses, maupun permintaan (Wong dan Boon, 2008; Kinra dan Kotzab, 2008). Ketidakpastian yang terjadi menimbulkan banyak masalah yang berdampak pada total biaya produksi, misalnya kemungkinan

stock out akan menyebabkan rush-order, dan kelebihan stock. Kemungkinan lain adalah biaya promosi penjualan dan biaya discount yang terjadi karena ketidaktepatan waktu proses penyampaian barang ke konsumen akhir sehingga perusahaan harus menanggung lost sales. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan bullwhip effect diakibatkan oleh adanya distorsi informasi permintaan dari rantai bawah (enduser) ke rantai diatasnya, sehingga kuantitas permintaan sering tidak dapat terpenuhi secara maksimal.

Schroeder (2000) mengemukakan empat faktor penyebab timbulnya Bullwhip Effect, yaitu: 1). Peramalan permintaan yang kurang tepat, karena tidak adanya pembagian informasi. Solusi permalan dapat dilakukan dengan menggunakan smoothing method dari data keseluruhan penjualan yang ada, 2)

Order Batching, dapat terjadi jika ada penumpukan order, 3) Fluktuasi harga, memicu timbulnya

bullwhip effect karena jika ada diskon rush demand dan akan menyebabkan rush order material, artinya menyelesaikan pemenuhan permintaan yang meningkat menimbulkan masalah pada rantai lain karena rush order material meningkat, kemungkinan biaya pesan menjadi tinggi dan sebaliknya, 4)

Rationing, artinya jika permintaan melebihi penawaran maka permintaan tersebut akan dijatah dengan menggunakan perbandingan yang sama atas pemesanannya.

2.4 Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis

(5)

menujukkan hubungan praktik-praktik manajemen rantai pasokan, ketidakpastian dalam rantai pasokan, dan kinerja rantai pasokan.

Gambar 1 Model Penelitian

H2

H1

Sumber: Batnagar dan Sohal (2005) dan Li et al., (2006)

Model konseptual rantai pasokan yang dikembangkan dalam studi ini menunjukkan bahwa praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki dampak langsung terhadap kinerja rantai pasokan (Shin et al., 2000; Stock et al., 2000). Praktik-praktik manajemen rantai pasokan diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara menyeluruh. Misalnya kemitraan stratejik pemasok memiliki pengaruh langsung terhadap biaya dan tingkat respon terhadap kebutuhan konsumen (Carr dan Person, 1999), praktik-praktik hubungan dengan konsumen juga memiliki pengaruh terhadap tingkat responsif perusahaan terhadap kebutuhan konsumen (De Toni dan Nassimbeni, 2000). Makin tingginya level information sharing akan mengakibatkan makin rendahnya biaya (Lin et al, 2002). Berdasarkan argumen-argumen dan hasil studi empiris yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, maka maka dikembangkan hipotesis:

Hipotesis 1: Praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan

Bhatnagar dan Sohal (2005) mengemukakan bahwa interaksi yang kompleks dan dinamis antara pemasok diantara rantai pasokan membawa dampak pada ketidakpastian perencanaan dalam suatu rantai pasokan. Ketidakpatian dalam rantai pasokan ini dikelompokkan dalam tiga sumber ketidakpastian yaitu ketidakpastian pemasok, ketidakpastian proses, dan ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian pemasok disebabkan oleh variabilitas kinerja pemasok terkait dengan keterlambatan pengiriman. Ketidakpastian pemasok didefinisikan sebagai tingkat perubahan kualitas produk dan kinerja pengiriman pemasok yang tidak dapat diprediksi. Lee dan Billington (1992) mengemukakan beberapa sumber ketidakpastian pemasok yang meliputi: tingkat penguasaan teknologi pemasok, waktu tunggu, kinerja pengiriman, dan kualitas material atau bahan baku. Ketidakpastian yang diakibatkan oleh pemasok seperti keterlambatan pengiriman material/bahan baku, kerusakan material, dan waktu tunggu yang tidak pasti akan menghambat proses produksi perusahaan yang akan mengakibatkan terjadinya inefisiensi dalam segala bidang baik dalam hal variabilitas pemesanan, peningkatan safety stock, peningkatan biaya logistik, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien (Yu, et al., 2001).

Ketidakpastian proses atau ketidakpastian teknologi merupakan akibat dari proses produksi yang tidak reliabel misalnya karena kerusakan mesin. Ketidakpastian teknologi didefinisikan sebagai perubahan teknologi dalam suatu industri yang tidak dapat diprediksi. Perkembangan teknologi informasi yang pesat akan dapat memberikan berbagai manfaat dan kesempatan bagi perusahaan jika perusahaan dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dengan benar. Kondisi ini memberikan manfaat bagi perusahaan tetapi akan dapat menjadi hambatan dan tantangan yang merugikan jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dan menguasai perkembangan teknologi yang ada, khususnya bagi perusahaan yang bersaing secara individual (stand-alone competition).

Ketidakpastian konsumen didefinisikan sebagai tingkat perubahan permintaan yang tidak dapat diprediksi dan dirasakan. Kondisi persaingan bisnis yang terjadi telah mengalami perubahan paradigma dari supplier-driven, dimana produk dan jasa dihasilkan tergantung pada kemampuan

(6)

produsen menjadi customer-driven, dimana setiap keputusan produksi ditentukan oleh keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam kondisi ini, permintaan konsumen cenderung tidak dapat diprediksi dan tidak pasti baik dalam hal volume, waktu, maupun tempat. Konsumen saat ini menginginkan lebih banyak pilihan produk, pelayanan yang lebih baik, kualitas yang lebih tinggi, dan pengiriman yang lebih cepat.

Studi yang dilakukan Bhatnagar dan Sohal (2005) membuktikan bahwa ketidakpastian dalam rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan yang diukur dari pespektif waktu tunggu, persediaan, kualitas, pelayanan konsumen, dan fleksibilitas. Ketika tingkat ketidakpastian tinggi, serta kebutuhan konsumen cenderung bersifat fluktuatif, rantai pasokan yang memiliki kinerja baik akan menguntungkan perusahaan yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh ketidakpastian dalam rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan akan lebih besar dalam kondisi lingkungan yang dinamis dibandingkan dalam kondisi persaingan yang stabil (Wong dan Boon, 2008; Kinra dan Kotzab, 2008; Boyle et al., 2008; Trkman dan Mac Cormack, 2009). Untuk itu dikembangkan hipotesis:

Hipotesis 2: Ketidakpastian dalam rantai pasokan memoderasi hubungan antara praktik-praktik manajemen dan kinerja rantai pasokan

III. Metode Penelitian

3.1 Sampel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Populasi penelitian meliputi seluruh perusahaan manufaktur yang beroperasi di Indonesia yang terdaftar dalam Direktori Perusahaan Manufaktur yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik,

tahun 2005. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan sampel yang dipilih adalah perusahaan manufaktur dengan kriteria memiliki skala besar, bergerak di bidang usaha otomotif, permesinan, elektronik, dan komputer. Studi pada penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner (mailed questionnaires) pada perusahaan-perusahaan manufaktur. Target responden menggunakan yaitu CEO (manajemen puncak). Pendistribusian kuesioner dilakukan selama dua bulan dengan batas pengembalian selama empat minggu setelah diterimanya surat oleh perusahaan.

3.2 Variabel dan Pengukuran

(7)

IV. Hasil Analisis Data

4.1 Tingkat Pengembalian dan Profil Responden

Sejumlah 500 kuesioner dikirimkan melalui pos pada perusahaan yang menjadi target responden. Dari total kuesioner yang dikirimkan 73 kuesioner kembali dan diisi secara lengkap digunakan dalam analisis data seperti disajikan dalam Tabel II.

Tabel II Sampel dan Tingkat Pengembalian

Sumber: Data Diolah

Dari 73 perusahaan yang telah berpartisipasi dalam studi ini, semuanya adalah perusahaan manufaktur berskala besar, menurut kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki masing-masing perusahaan. Profil perusahaan yang berpartisipasi dalam penelitian ini semuanya adalah perusahaan swasta yang terjun dalam bidang usaha masing-masing selama lebih dari lima tahun. sebagian besar perusahaan yang berpartisipasi dalam penelitian ini telah beroperasi lebih dari 30 tahun (58,9%). Berdasarkan bidang usaha sebagian besar perusahaan bergerak dalam barang logam, permesinan, otomotif, elektronik , dan komputer (42.5%). Sebagian besar perusahaan merupakan milik pengusaha lokal (64.4%), berdasarkan jumlah tenaga kerja sebagian besar perusahaan memiliki tenaga kerja diatas 100-999 orang (56.2%), dan berdasarkan aset yang dimiliki sebagian besar perusahaan memiliki asset lebih dari 1 trilyun Rupiah (30.1%).

4.2 Pengujian Validitas Dan Reliabilitas

Hasil pengujian reliabilitas dan validitas instrumen disajikan dalam Tabel III. Hasil studi ini menunjukkan reliabilitas instrument yang cukup tinggi. Cronbach alpha untuk semua instrumen untuk mengukur masing masing variabel berkisar dari 0,785 – 0,900. Dilihat dari koefisien homogenitasnya semua signifikan pada alpha .01, Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua item yang digunakan dalam penelitian ini reliabel dan valid, kecuali item pertanyaan dua kemitraan strategik pemasok harus dibuang karena memiliki homogenitas item yang tidak signifikan.

Table III Chronbach Alpha and Homogenitas item Untuk Semua Variabel

Variable Jumlah

items

Jumlah item yang di keluarkan

Cronbach Alpha

Homogenitas item

Praktik SCM 25 2 .824 .327- .672

Ketidakpastian Lingkungan 9 0 .785 .256 - .695

Kinerja SCM 13 0 .850 .397 - .694

Sumber: Data Diolah

4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

4.3.1 Pengujian Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis 1 yaitu bahwa praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan dalam penelitian ini digunakan model regresi sederhana (simple regression). Tabel IV. menunjukkan hasil pengujian pengaruh praktik-praktik

Total kuesioner yang dikirimkan 500

Perusahaan tutup/pindah alamat 17

Perusahaan menolak berpartisipasi 5

Total Kuesioner kembali 84

Tingkat pengembalian 84/500 x 100%= 16,8%

(8)

manajemen rantai pasokan terhadap kinerja rantai pasokan. Semua penyimpangan terhadap asumsi klasik seperti normalitas, homoskedastisitas, non multikolinieritas dan autokorelasi telah diuji. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa praktik-praktik manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasokan didukung

Table IV Hasil Pengujian Hipotesis 1

Pengujian Hipotesis 2 dilakukan untuk memberikan bukti empiris adanya pengaruh pemoderasian ketidakpastian dalam rantai pasok terhadap hubungan praktik-praktik manajemen rantai pasok dan kinerja rantai pasok. Hasil Pengujian Hipotesis 4 dirangkum dalam Tabel 5. Kolom blok pada Tabel V. memperlihatkan urutan pemasukan variabel kedalam persamaan untuk pengujian hipotesis peran pemoderasian ketidakpastian dalam rantai pasok terhadap hubungan praktik-praktik manajemen rantai pasok dan kinerja rantai pasok.. Blok 1 memperlihatkan bahwa yang pertama dimasukkan adalah variabel praktik-praktik manajemen rantai pasokan. Blok ini menunjukkan nilai R2 sebesar 0.098. Ketika variabel ketidakpastian dalam rantai pasokan dimasukkan dalam persamaan (Blok 2), nilai R2 meningkat menjadi 0. 181 dan ΔF sebesar 7.741. Peningkatan tersebut adalah signifikan dengan nilai signifikansi 0.001 < 0.05 (sig 5%). Ini menunjukkan bahwa sebesar 7.741% variasi variabel kinerja rantai pasokan dapat dijelaskan oleh variabel ketidakpastian dalam rantai pasokan sedangkan 92.359% dijelaskan oleh faktor lain. Pada tahap selanjutnya (Blok 3) ketika variabel interaksi dimasukkan kedalam persamaan, nilai R2 meningkat 0.190 dari blok 2 sehingga menjadi 0.330 dan ΔF= 7.741. Peningkatan tersebut signifikan karena nilai signifikansi sebesar 0.01 lebih kecil dari 5% (sign < 5%). Berdasarkan kriteria MRA seperti dikemukakan pada bagian metode penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ketidakpastian dalam rantai pasokan merupakan

quase moderator.

(9)

yang memoderasi hubungan antara praktik-praktik manajemen rantai pasokan dan kinerja rantai pasokan. Dengan memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja rantai pasokan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing organisasi yang pada akhirnya akan membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan dalam ekonomi global.

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Pertama, Sampel penelitian meliputi beberapa industri (multiple industry). Komposisi industri dalam sampel mungkin menunjukkan adanya variabilitas kinerja antar industri sehingga efek industri perlu dikontrol. Tetapi dalam penelitian ini kontrol atas efek industri belum dilakukan Kedua, Dalam pengukuran kinerja rantai pasokan perusahaan, responden masih menggunakan perceptual method sehingga dapat menimbulkan bias dalam pengukuran. Ketiga, studi ini menggunakan data yang sebagian besar diperoleh melalui mail survey yang mungkin terdapat ketidakseriusan responden dalam menjawab pertanyaan penelitian sehingga dapat menimbulkan bias dan membuat hasil analisis tidak bagus.

Terlepas dari beberapa keterbatasan penelitian yang dimiliki, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bahan pertimbangan perusahaan dalam mengimplementasikan praktik-praktik manajemen rantai pasokan dan memformulasikan strategi bersaing secara tepat dalam merespon kondisi lingkungan bisnis yang makin turbulence dan tidak dapat diprediksi. Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan kontribusi terhadap akademisi maupun praktisi terutama dalam mengembangkan literatur manajemen operasi pada umumnya dan manajemen rantai pasokan serta manajemen strategik pada khususnya.

Daftar Pustaka

Bhatnagar,R., Sohal, A.S., 2005. Supply chain competitiveness: measuring the impact of location factors, uncertainty and manufacturing practices. Technovation, 25, 443–456

Boyle,E., Humphreys,P., McIvor, R., 2008. Reducing supply chain environmental uncertainty through e-intermediation: An organisation theory perspective. International Journal of Production Economics.

114, 347– 362

Carr, A.S., Person, J.N., 1999. Strategically managed buyers and seller relationship and performance outcome.

Journal of Operation Management, 17 (5), 497-519.

Childhouse, D.R. Towill, S., 2003. Simplified material flow holds the key to supply chain integration, Omega,

31 (1), 17–27.

Claycomb C, Droge C, Germain R., 1999. The effect of justin- time with customers on organizational design and performance. International Journal of Logistics Management, 10(1), 37–58.

De Toni A., Nassimbeni G., 2000. Just in time purchasing: an empirical study of operational practice, supplier development and performance. Omega, 28 (6), 631-651

Gunasekaran A, Patel C, Tirtiroglu E., 2001. Performance measures and metrics in a supplychain environment.

International Journal of Operations and Production Management, 21(1/2), 71–87.

Hwang,D.Y.,Lin,Y.C., Lyu, J., 2008. The performance evaluation of SCOR sourcing process—The case study of Taiwan’s TFT-LCD industry. International Journal of Production Economics. 115, 411– 423

Kinra, A., Kotzab, H., 2008. A macro-institutional perspective on supply chain environmental complexity.

International Journal of Production Economics115, 283– 295

Jarrel, J.L., 1998. Supply chain economics. World Trade, 11 (11), 58-61

(10)

Li, S., Lin, B., 2006. Accessing information sharing and information quality in supply chain management.

Decision Support System, 1-16.

Li, S., Nathan, B.R., Nathan, T.S., Rao, S.S., 2006. The impact of supplychain management practices on competitive advantage and organizational performance. Omega. 34, 107-124

Lin, F., Huang, S., Lin, S., 2002. Effects of information sharing on supply chain performance in electronic commerse, IEEE Transaction on Engineering Management, 49 (3), 258 – 268.

Magretta J., 1998. The power of virtual integration: an interview with Dell computers’ Michael Dell. Harvard Business Review,76(2), 72–84.

Monczka, K.J. Petersen, R.B. Handfield, G.L. Ragatz, 1998. Success factors in strategic supplier alliances: the buying company perspective, Decision Science, 29 (3), 5553–5577.

Noble D., 1997. Purchasing and supplier management as a future competitive edge. Logistics Focus, 5(5), 23–7

Pagh JD, Cooper MC., 1998. Supplychain postponement and speculation strategies: how to choose the right strategy. Journal of Logistics Management 19(2), 13–33.

Pujawan, I.Y, 2005. Supply Chain Management. Edisi 1. Penerbit Guna Widya, Surabaya.

Sheridan JH., 1998. The supply-chain paradox. Industry Week. 247(3), 20–9.

Shin, H., Collier, D.A., Wilson, D.D., 2000. Supply management orientation and supplier/buyer performance. Journal of Operation Management, 18 (3), 317-333.

Trkman, P., Cormack, K., 2009. Supply chain risk in turbulent environments—A conceptual model for managing supply chain network risk. International Journal of Production Economics. Available online 18 March 2009

Spekman RE, Kamauff Jr JW, Myhr N., 1998. An empirical investigation into supplychain management: a perspective on partnerships. Supply Chain Management, 3(2), 53–67.

Stock, G.N., Greis, N.P., Kasarda, J.D.,2000. Entreprise Logistics and supply chain structure: the role of fit.

Journal of operations management, 18 (5), 531-547.

Stonebraker, P.W., Liao, J, 2004. Environmental turbulence, strategic orientation: Modeling supply chain integration. International Journal of Operations & Production Management. 24 (9),1037-1054

Gambar

Tabel I Fokus Praktik-praktik Manajemen Rantai Pasokan pada Penelitian Terdahulu
Gambar 1 Model Penelitian
Table V  Hasil Pengujian Hipotesis 2 2

Referensi

Dokumen terkait

Potensi daerah penangkapan ikan pada musim barat tinggi hal ini terjadi diduga karena distribusi konsentrasi klorofil-a yang meningkat, peningkatan ini cenderung diakibatkan

Tingkat pelayanan (level of service) adalah ukuran kinerja ruas jalan atau simpang jalan yang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan hambatan yang

Tujuan penelitian adalah menyusun model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume; menganalisis nilai riap rata - rata tahunan dan nilai riap tahunan berjalan;

penelitian ini adalah pasien rumah sakit sebagai pelanggan.. Pasien merupakan individu terpenting di rumah sakit, baik

Untuk merubah gambar RGB ke gambar grayscale di MATLAB disediakan fungsi khusus yaitu rgb2gray(matrik_gambar) , tetapi kadangkala diinginkan untuk perubahan bentuk

Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan Program dan Anggaran 2019 Sasaran Strategis UNP Program UNP Kegiatan Layanan Tridarma PT (PNBP) Kegiatan BOPTN Kegiatan

VIII observasi kelima menunjukan bahwa dari 8 aspek yang diamati oleh penulis, guru hanya melakukan 8 aspek saja dengan presentase sebesar 100%, yaitu

muzakki. Penggunaan dana yang terkumpul akandiberikan kepada bidang-bidang yang telahditentukan dan disesuaikandengan prosentasenya. Adapun permasalahan yang dibahas adalah