• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Akhir Kegiatan Tahun 2014"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHI R TAHUN 2014

ANALI SI S KEBI JAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015- 2019

DEDI SUGANDI

KEMENTERI AN PERTANI AN

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

(2)

LAPORAN AKHI R TAHUN 2014

ANALI SI S KEBI JAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015- 2019

DEDI SUGANDI EMLAN FAUZI

HAMDAN YONG FARMANTA HERLENA BI DI ASTUTI

WAWAN EKA PUTRA

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra 2015-2019 dapat diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2014.

Kegiatan ini bertujuan menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu, menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu, menyusun rencana operasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019.

Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap penetrasi pasar dan infrastruktur. Untuk mengatasi permasalah tersebut, perlu dibuat alternatif kebijakan yang di sesuaikan dengan kondisi daerah. Adapun rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan, Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan dari 10% menjadi 48 % , peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui program bantuan bibit, peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan ari 35% menjadi 84% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu dan penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 % menjadi 14% .

Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini belum sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini. Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami sampaikan terima kasih.

Bengkulu, Desember 2014 Penanggung Jawab

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan dan ROK 2015-2019

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DI PA BPTP TA. 2014

5. Status Penelitian (L/ B) : Baru

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Dr. I r. Dedi Sugandi, MP

b. Pangkat/ Golongan : Pembina TK I / I Vb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem :

-9. Tahun Mulai : 2014

10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : Rekomendasi kebijakan dan ROK BPTP Bengkulu 2015-2019

12. Output Akhir : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019

13. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

14. Biaya Revisi : Rp.72.510.000,-(tujuh puluh dua juta lima ratus sepuluh ribu rupiah)

Koordinator Program,

Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP NI P. 19690429 199803 1 001

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. I r Dedi Sugandi, MP NI P. 19590206 198603 1 002

Mengetahui, Kepala BBP2TP,

Dr. I r. Abdul Basit,M.S NI P. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

(5)

DAFTAR I SI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN... i

RI NGKASAN... ii

SUMMARY ... iii

DAFTAR I SI ... iv

I . PENDAHULUAN... 8

1.1. Latar Belakang ... 8

1.2. Tujuan ... 10

1.3. Keluaran yang diharapkan ... 10

1.4. Hasil Yang Diharapkan ... 10

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ... 11

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 12

I I I . METODOLOGI ... 15

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ... 15

3.2. Pendekatan ... 15

3.3. Metode Pengkajian ... 16

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN………...………. 18

V. KESI MPULAN………...………. 19

DAFTAR PUSTAKA………...………. 36

ANALI SI S RI SI KO... 37

ANGGARAN YANG DI ALOKASI KAN………... 37

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

(7)

DAFTAR GAMBAR

1. Causal loop Perkebunan Kopi……… 22

2. Struktur Model Perkebunan Kopi………. 31

3. Model Simulasi Eksisting……….. 32

(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

(9)

RI NGKASAN

1. Judul : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra

2015-2019

2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Tujuan : a. Menganalisis kebijakan pengembangan

usahatani kopi di Provinsi Bengkulu b. Menyusun alternatif rekomendasi

kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu

c. ROK BPTP Bengkulu 2015-2019

4. Keluaran : a. Kinerja kebijakan pengembangan

usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Rekomendasi alternatif kebijakan

pengembangan kopi di Provinsi bengkulu c. ROK BPTP 2015-2019

5. Metodologi : Metode yang digunakan adalah survei dengan metode penarikan sampel Simple Sampling Methode. Data yang digunakan ada data sekunder dan data primer. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan surveymelalui wawancara terhadap pemangku kebijakan dan juga petani kopi, penyuluh lapangan, pedagang kopi dan pengolah produk kopi.

6. Capaian : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan

kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019

7. Prakiraan Manfaat : Menjadi acuan bagi pihak terkait dalam

pembuatan kebijakan dibidang perkebunan kopi. 8. Prakiraan Dampak : Kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan.

9. Jangka Waktu : 1 (satu)Tahun

10. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) 11. Biaya setelah

Revisi

(10)

SUMMARY

1. Title : Policy Analysis and Preparation of the Strategic

Plan 2015-2019

2. I mplementing Unit : Assessment I nstitute for Agricultural

Technology of Bengkulu

3. Objectives : a. Analyzing the development policies of

coffee farming in the province of Bengkulu

b. Develop alternative policy

recommendations coffee development in Bengkulu

c. Bengkulu BPTP strategic plan 2015-2019

4. Output : a. Performance development policies

coffee farm in the province of Bengkulu.

b. Recommendations alternative

development policies coffee in Bengkulu Province

c. BPTP Strategic Plan 2015-2019

5. Procedure : The method used is a survey with a Simple

Sampling method of sampling. Data used secondary data and primary data. Primary data was collected through interviews with stakeholders surveymelalui and coffee farmers, extension workers, traders and processors coffee coffee products.

6. Achievement : Recommendations alternative development

policies and coffee in Bengkulu Bengkulu BPTP Strategic Plan 2014-2019

7. Benefit : A reference point for stakeholders in

policy-making in the field of coffee plantations

9. I mpact : Policies are produced in accordance with the

requirements.

9. Duration : 1 (one) Year

10. I nitial costs : Rp.

(11)

72.510.000,-I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian I ndonesia di pasar global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al, 2002). Untuk mendukung arah pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung sumberdaya pertanian.

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, berbagai permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Permasalahan-permasalahan seperti lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya pengangguran, bencana alam dan gempa bumi. Beberapa isu kebijakan pertanian penting lainnya yang perlu dicermati misalnya pengurangan subsidi pupuk, bantuan langsung tunai kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing komoditas unggulan daerah. Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang.

(12)

Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah (SI Da). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi.

Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi I ndonesia dengan luas areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di I ndonesia adalah Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27% ) dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18% ). Kopi termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9 atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013).

Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total luas 95.016 ha atau 99,17% , sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha. Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi robusta dengan luas tanam mencapai 90.441 ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71 ton/ ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ ha. Produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ ha. Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu belum sepenuhnya dapat diukur dalam hubungan timbal balik yang dinamis. Beberapa masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks. Dengan demikian peran pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

(13)

lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Beberapa permasalahan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah kehidupan petani sulit dengan panen satu tahun satu kali. Produktivitas kopi rendah 0,7 ton/ ha/ tahun. Masyarakat hanya mengandalkan kebun-kebun kopi yang umumnya sudah tua dan kurang terawat, budidaya turun temurun, tradisional, menanam bibit asalan.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten mengeluarkan kebijakan berupa penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul nasional (kopi SE) dari jember, pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 tentang larangan jual bij i kopi basah dan resi gudang. Sampai sejauh mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan ditingkat petani sehingga akan berdampak terhadap peningkatan mutu dan produktivitas perlu dilakukan pengkajian.

1.2. Tujuan

a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi

Bengkulu.

c. Menyusun rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019

1.3. Keluaran Yang Diharapkan

a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu. c. Rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

(14)

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu, rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dan rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 2015-2019.

1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak

1. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta penyempurnaan kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.

(15)

I I .TI NJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Perubahan pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik secara legal di wujudkan dengan lahirnya undang-undang No.22 tahun 1999 dan No. 25 tahun 1999. Hal tersebut memberikan konsekuensi kewenangan kepada Pemerintah daerah, bukan hanya terbatas pada merencanakan dan melaksanakan pembangunan namun lebih dari itu untuk mengembangkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola sumber daya yang ada di daerah.

Pembangunan agribisnis memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan daerah. Agribisnis telah dan akan terus menjadi andalan dalam pembangunan perekonomian daerah, hal ini disebabkan karena sampai saat ini hampir seluruh ekonomi daerah di I ndonesia berbasiskan pada sistem agribisnis, baik dikaji dari pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun penyerapan tenaga kerja.

Untuk dapat memerankan fungsinya secara baik sebagai penyedia bahan makanan pokok, penyumbang perolehan devisa dan penampung tenaga kerja, sektor pertanian terus memperbaiki kinerja pembangunannya melalui berbagai kebijakan. Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan dan tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional (Mubyarto, 1989).

(16)

Kondisi di atas menyebabkan tuntutan terhadap lembaga penelitian akan semakin besar, terutama dalam menghasilkan teknologi dan menginformasikan secara cepat dan tepat apa yang telah dihasilkan kepada pengguna. Dalam pengembangan teknologi yang dilakukan, penekanan lebih pada pemberdayaan komunitas lokal, dengan didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan petani dan mengakomodasi kearifan lokal. Dengan demikian proses adopsi dan keberlanjutan penerapannya di petani dapat lebih terjamin.

Pengembangan kopi, terutama kopi diperkebunan rakyat harus dilakukan

terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam,

panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi

merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat

ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya

saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik

Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu

kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan

kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005 -2011 perkembangan luas

dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik

jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah

dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang

baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan

luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi

terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat.

Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun

dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi

robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang

intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi

penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang

digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten

Rejang Lebong.

Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi

oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi

teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani,

(17)

hasil/ produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil

dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah.

Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat

kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit

diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal

ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya

peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas.

Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah:

masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen,dan masalah harga

(18)

I I I . METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study. Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei. Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada selanjutnya di sintesakan untuk dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Survei adalah mengukur gejala gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk pemecahan masalah (Sevillaet al., 1993).

Secara umum metode yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah melalui survei pada institusi pendukung pelaksanaan pengembangan kopi dan masyarakat petani di 2 Kabupaten. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

3.2. Ruang Lingkup

Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2014 dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Ruang lingkup kegiatan dibatasi untuk mengkaji pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat sehingga diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijakan. Meskipun demikian, metode pengkajian ini akan tetap memperhatikan landasan teoritis dan mempertahankan objektivitas. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk rumusan alternatif kebijakan dan pelaporan hasil akhir penelitian

3.3. Metode Pengkajian

a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data

(19)

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten (Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang dan pengolah kopi). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten. Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi, lembaga pasar, dll)

2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi.

Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari dinas/ instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/ wilayah (biofisik, sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.

b. Analisi Data

Untuk menjawab tujuan pertama analisis data dilakukan secara deskriptif. Sedangkan tujuan kedua alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem

(Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. I dentifikasi potensi dan permasalahan

Mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari sistem yang akan diamati. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka dan pengumpulan data awal. Dari identifikasi awal terhadap sistem perkopian di Bengkulu, telah dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini yaitu diindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas kopi selama ini belum begitu dirasakan manfaatnya oleh pelaku perkopian di Bengkulu. I dentifikasi juga digunakan untuk melihat hubungan nyata antar elemen agar mudah dilakukan diagnosa terhadap sistem.

2. Pemetaan Masalah (Black Box)

(20)

3. Analisis masalah dan potensi melalui metodeCausal Loop

Analisa causal loop diagram dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Pendekatan sistem produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen dalam sistem.

4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab akibat menjadi diagram alir (flow diagram) yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak komputer yang akan digunakan sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan.

5. Verifikasi dan validasi model

Verifikasi dan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dari model yang dibuat dengan sistem nyata. Cara yang digunakan dalam validasi model ini adalah membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya. Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan kesalahan kuadran rata-rata. 6. Analisis sensitivitas

Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

7. Rencana Rekomendasi Kebijakan

Pembuatan skenario Rekomendasi kebijakan dilakukan untuk pengambil/ penentu kebijakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan masukan, sebagai bahan bagi pengambil kebijakan.

Untuk menjawab tujuan yang ketiga dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Pembentukan tim penyusun ROK 2015-2019 2. Pembagian tugas tim penyusun ROK 2015-2019 3. Pendalaman materi yang berasal dari lingkup

a. Kementerian Pertanian : RPJP , RPJM dan Renstra Badan Litbang, Puslitbangtan, dan BB Pengkajian.

b. Permasalahan Daerah : RPJM, RPJP pemerintah Daerah Provinsi

Bengkulu, instansi terkait ( Dinas Pertanian, Bakorluh, Dinas Peternakan, Dinas perkebunan, dan BKP), Renstra Bapeda, BPP Stada.

4. FGD, konsultasi dan pematangan konsep. 5. Sosialisasi

(21)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu

4.1.1. Kinerja Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di I ndonesia yang sejak lama telah berusaha di bidang usaha tani kopi dan memberikan kontribusi yang cukup untuk perkopian di I ndonesia. Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menghasilkan kopi yang cukup besar dan menjadikan kopi sebagai produk unggulan di bidang Pekebunan. Kegiatan usaha tani kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang telah dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 % . Peningkatan luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang intensif.

Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta di Provinsi Bengkulu. I nput produksi ini berupa input tradable terdiri dari pupuk dan pestisida dan input non tradable terdiri dari bibit (biaya penyambungan), lahan, dan tenaga kerja. Sejauh ini walaupun komoditas kopi menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Faktor -faktor yang mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani kopi adalah adanya kesempatan kerja yang tersedia, adanya kemampuan kerja yang dimiliki, status lahan yang digarap, luas areal lahan yang digarap, pendapatan yang di terima dari tanaman kopi.

(22)

pembagian mesin pengola hasil panen dan kopi luwak jual biji kopi, kakao, lada pemerintah Kabupaten Kep kopi di Provinsi Bengkulu m peraturan daerah pelarang Kabupaten Kepahiang, Program/ kegiatan yang be penyambungan dengan pola petani disetiap kecamatan ujan mas, petani kopi leb kecamatan Bermani ilir dan pucuk.

4.1.2. Rekomendasi Kebijak

4.1.2.1. I dentifikasi Potensi

I dentifikasi dilakuka aspek biofisik, sosial buday 18 permasalan (Gambar 1).

Gambar 1. I d

Kondisi sistem per Walaupun tiap tahunnya lu harga yang terus meningka yang masih rendah, bera asalan, yaitu sekitar 83% d

olah kopi, peningkatan nilai tambah melalui p ak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 te da dan kemiri basah dan resi gudang yang Kepahiang. Dari beberapa kegiatan/ program

masih banyak yang belum berjalan di tingka ngan jual kopi basah dan resi gudang yang pemupukan, teknik budidaya yang m berjalan di tingkat petani seperti peremajaa pola sambung tunas dan pucuk. Peremajaan n berbeda-beda. Seperti di Kabupaten Kepah lebih banyak menggunakan sambung tunas an Kecamatan Muara Kemumu pet ani menggu

jakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu

nsi dan Permasalahan

kan untuk menginventarisir potensi dan per aya, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil ident 1).

1. I dentifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu

erkopian Bengkulu ini cenderung sangat m luas areal lahan senantiasa meningkat kare

kat. Kualitas yang dihasilkan dari para petani ras kopi yang diperdagangkan umumnya m dan sisa dengan kualitas super. Hal ini yang

(23)

harga biji kopi Bengkulu dinilai masih rendah. Penilaian itu dikarenakan sebagaian besar kualitas kopi berasal dari petani. Penurunan kualitas tersebut dipicu karena penanganan proses pasca panen yang kurang memadai. Biasanya para petani hanya melakukan penjemuran biji kopi yang telah di panen, hal ini mengakibatkan kualitas yang buruk.

Sistem perdagangan kopi di Provinsi Bengkulu dimulai dari produsen yaitu perkebunan rakyat (petani). Hasil panen biji kopi dari para petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul ini kemudian sebagian besar akan di jual ke Lampung dan Palembang sisanya akan dijual di pasar lokal maupun industri pengolahan kopi. Harga kopi yang berlaku dipengaruhi oleh pasar ekspor yang ada di Provinsi Lampung. Pedagang besar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang memberlakukan 2 harga beras kopi, yaitu “beras kopi asalan” dengan harga Rp 18.500/ kg dan “beras kopi super” dengan harga Rp 19.000/ kg. Beras kopi asalan ditandai dengan kadar air sekitar 21-25% dan beras kurang bersih, sedangkan kopi super ditandai dengan kadar air maksimal 20% dan beras kopi bersih. Padagang besar kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang umumnya melakukan pengujian kadar air dengan alat pengukur yang masih sederhana namun menjadi penentu mut lak kualitas dan harga kopi. Kondisi ini menegaskan posisi tawar yang tinggi pada pedagang besar untuk menentukan harga, terutama untuk beras kopi dengan kualitas sangat rendah yang tidak akan ditampung. Margin harga kopi ditingkat pedagang kabupaten lebih tinggi Rp 500 – Rp 1.000/ kg dibandingkan tingkat petani. Kendala terbesar dalam perdagang kopi Provinsi Bengkulu adalah mutu beras kopi yang masih rendah, kondisi ini disebabkan penanganan pascapanen yang belum sesuai anjuran.

Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi yang diusahakan oleh petani sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis sesuai dengan anjuran, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah, sebagian tanaman kopi sudah rusak/ tua, terserang hama penyakit. Selain itu produk kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering sedangkan pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut memberikan nilai tambah yang cukup tinggi.

4.1.2.2. Analisis Kebutuhan Komponen

(24)

dapat dikaji berdasarkan

Sumber : data primer diolah 2

4.1.2.3. I dentifikasi I nput d

Dalam proses penin berpikir secara sistem, yan memenuhi kebutuhan dari dijabarkan dalam bentuk d pada Gambar 3.

G

an kebutuhan masing-masing. Secara le ada Tabel 1.

an komponen yang berperan pada pengemban di Provinsi Bengkulu.

Kebutuhan

Pendapatan meningkat, harga jual kop produktivitas kopi meningkat, kem modal, stabilnya harga kopi.

pi Kemudahan modal kerja, kemu

teknologi, kemudahan akses pasar. pul Kontuinuitas pasokan kopi, mutu kop

jual ke eksportir stabil.

h Pendapatan Asli Daerah (PAD) men kopi stabil, Daya saing produk tinggi. litian/ Sosialisasi inovasi teknologi hasil perta

2014

t dan Output

ningkatan produksi kopi harus dilandasi de ang melihat hubungan antar komponen yang ari masing-masing komponen. Untuk melih diagram input dan output yang secara lengk

Gambar 3. diagram input danoutput

(25)

Dalam input-output diagram ini yang pertama untuk input tak terkendali ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas sistem produksi kopi, namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai input tersebut. Pada umumnya input tak terkendali merupakan faktor eksternal sistem. Beberapa variabel yang menjadi input tak terkendali dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah Produktivitas lahan, harga pasar, bunga bank, permintaan kopi dunia. I nput terkendali merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh sistem agar dapat menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa variabel yang termasuk kelompok input terkendali yaitu usaha peningkatan mutu kopi, peran kelembagaan, klon unggul, pupuk, penyuluhan, pemeliharaan kebun, intensifikasi dan pengendalian OPT. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat dikontrol oleh sistem, tetapi tidak dapat dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel yang termasuk dalam kelompok lingkungan yaitu kebijakan pemerintah dan iklim. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem. I nput tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya stabilitas mutu kopi, stabilitas harga kopi, keuntungan optimal, PAD meningkat, produksi yang memadai serta Konsumsi Kopi meningkat. Sedangkan outuput tak dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input dikehendaki seperti penurunan jumlah produksi dan produktivitas.

4.1.2.4. Struktur Model

(26)

Gambar 4. struktur model

Analisa causal loop diagram merupakan gambaran yang digunakan untuk menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel. Causal loop diagram yang ditunjukkan dalam penelitian ini hanya menggambarkan variabel-variabel secara umum dalam bentuk yang utuh dan belum terbagi ke dalam sub sistem sebagaimana dilakukan pada saat simulasi. Untuk memperjelas hubungan sebab akibat yang terjadi, maka pada bagian analisa ini causal loop diagram akan dijelaskan dalam bentuk causal tree diagram.

Gambar 5.Causal Tree diagramProduksi Kopi Bengkulu

(27)

Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa causal loop tree diagram produksi kopi di Bengkulu dipengaruhi oleh variable harga kopi nasional, luas lahan, dan produktivitas lahan kopi. Produktifitas dipengaruhi hama PBK sebagai pengurang produktivitas dan intensifikasi sebagai faktor yang meningkatkan produktivitas. Sedangkan pendapatan petani mempengaruhi produksi kopi, karena semakin tinggi pendapatan petani kopi maka akan memacu minat petani untuk kembali menanam kopi, sehingga produksi kopi nasional akan semakin naik.

Gambar 6.Causal Tree diagramPendapatan Petani

Pendapatan petani kopi ini dapat dilihat dari diagram causal-tree pada gambar 6, bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya operasional perkebunan kopi tiap hektar-nya, harga kopi nasional, kualitas kopi, dan produktivitas lahan. Perolehan petani ini merupakan perolehan yang didapatkan petani dalam satu hektar lahan kopi. Kualitas kopi berpengaruh terhadap perolehan petani karena apabila kualitas buruk maka perolehan petani akan turun karena terdapat perbedaan pada setiap level kualitas. Sehingga dari diagram tersebut faktor biaya dan kualitas kopi akan menjadi pengurang perolehan petani, sedangkan harga dan produktivitas lahan akan menambah perolehan petani.

Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut.

Pendapatan Petani

Biaya Bibit

Biaya Operasional

Produktivitas Lahan

Harga kopi Palembang Harga kopi Lampung

Kualitas Petani Harga kopi Bengkulu

Biaya Pasca Panen

Biaya Pengendalian Hama Penyakit

Biaya Pupuk

Hama PBK

(28)

4.1.2.5. Analisa Hasil Simula

Setelah tahapan-tahapan p perangkat komputer diperole

Untuk mencapai pe ton/ ha, perlu dilakukan Berdasarkan hasil simulasi, kopi di Bengkulu dapat di c

penyusunan model dilakukan analisis dengan roleh model simulasi eksisting seperti gambar

Gambar 7. Hasil Kondisi Eksisting

peningkatan produksi kopi dari 700.000 kg/ n simulasi model dengan pendekatan sist

si, diperoleh gambaran bahwa target pening i capai melalui pendekatan inovasi teknologi p

r 8.

12:33:28 AM 12:33:29 AM 12:33:30 AM 12:33:31 AM 12:33:32 AM 12:33:33 AM Tahun i pertanian seperti

(29)

Dari hasil simulasi data eksisting dilanjutkan dengan menguji sensitivitas setiap variabel. Variabel yang mempengaruhi produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah regulasi, sapras, indeks harga, panen dan pasca panen, peremajaan, pengendalian OPT, penyuluhan, klon unggul dan rekomendasi pupuk.

1. Regulasi Pelarangan Petik Hijau

Regulasi pelarangan petik hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi. Regulasi yang sudah ada adalah peraturan daerah tentang pelarangan jual beli biji kopi basah di kabupaten kepahiang. Tetapi regulasi ini belum diterapkan oleh petani kopi di Kabupaten Kepahiang. Untuk itu perlu perbaikan ditingkat pelaksana dan sosialisasi tingkat petani perlu di tingkatkan.

2. Sarana dan Prasarana

Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dalam mendukung sarana dan prasarana adalah pembagian pupuk organik dan an organik, perbaikan klon kopi yang di datangkan dari jember, bantuan mesin pengolahan kopi dan pembuatan jalan produksi. Kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik di tingkat petani terutama bantuan pupuk dan perbaikan varietas unggul baru (kopi SE) dari jember. Hal ini disebabkan sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan terutama petani kopi yang didataran tinggi. Bantuan pupuk diterima tetapi dijual ke petani lain atau ke kios tani, dengan alasan kebutuhan hidup (tuntutan ekonomi). Sedangkan untuk perbaikan varietas unggul baru (Kopi SE) tidak diminati petani karena buahnya kecil, batangnya pendek, cabangnya pendek dan pertumbuhannya lambat. Kedua kebijakan tersebut perlu dilakukan perbaikan dengan cara meningkatkan penyuluhan kepada petani mengenai manfaat pemberian pupuk dan perbaikan varietas unggul lokal. Perbaikan jalan produksi dan bantuan mesin pengolah kopi sangat bermanfaat bagi petani kopi.

3. I ndeks Harga

(30)

4. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Penangan pasca panen akan mempengaruhi kualitas produk dan harga yang akan diterima. Pada daerah pengkajian saat ini penangan pasca panen 35,75 % sedangkan hasil simulasi penangan pasca panen cukup 11 % saja. Karena banyak perlakuan yang dilakukan petani hanya menambah jumlah biaya namun tidak menambah jumlah produksi dan harga. Semua petani tidak melakukan pemanenan dengan waktu yang dianjurkan, ketika sudah ada yang tua maka semua buah akan di panen karena alasan keamanan. Setelah di panen petani mengeringkan buah dengan menjemurnya dengan matahari pada pekarangan rumah petani. 14 % petani menggunakan lantai jemur yang permanen untuk pengeringan sedangkan 86 % mengeringkan buah di atas tanah. Tetapi 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70 % petani lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal ini akan mempengaruhi kualitas produk dan waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama.

5. Graffting

Peremajaan tanaman kopi sudah banyak dilakukan oleh petani kopi di Provinsi Bengkulu terutama di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Program/ kegiatan peremajaan tanaman kopi dimulai tahun 2007 dan petani banyak yang menerapkannya. Hampir setiap tahun pemerintah daerah membuat program peningkatan produksi kopi melalui peremajaan dengan cara penyambungan. Kondisi eksisting 65% petani sudah melakukan penyambungan. Program ini sangat diminati petani di Provinsi Bengkulu. Dari hasil simulasi program peremajaan ini perlu ditingkat menjadi 82% . Peremajaan tanaman kopi dilakukan dengan cara penyambungan. Ada 2 macam penyambungan yang dilakukan oleh petani yaitu sambung tunas dan sambung batang.

6. Pengendalian (OPT)

(31)

hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang coklat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro dan kutu tempurung serta kutu loncat.

7. Penyuluhan.

Penyuluhan akan sangat bermanfaat bagi petani dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan. 20 % petani kopi mengaku mendapatkan penyuluhan dari petugas ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan penyuluh pertanian sedangkan 11 % petani menerima penyuluhan secara rutin. Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya tanaman kopi dari petugas penyuluhan. Dari hasil simulasi penyuluhan harus di tingkatkan menjadi 48 % untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian saat ini yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan penyuluhan permasalahan pertanian dapat dihadapi oleh petani.

8. Klon/ bibit Unggul

Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang telah bekerja sama engan Puslit Kopi dan Kakao untuk melepas klon kopi unggul lokal. Untuk peningkatan hasil yang maksimal harus dilakukan peningkatan pemanfaatan klon unggul. Klon anjuran kopi disesuaikan dengan lingkungan yaitu pada ketinggian 0-400 m dpl untuk iklim basah (klon BP 42, BP 234, BP 409), iklim kering (klon BP 42, BP 288, BP 409, BP 234) dan ketinggian tempat 400-800 m dpl untuk iklim basah ( klon BP 42, BP 358, SA 237), iklim kering (klon BP 234, BP 42, BP 358, BP 409),(Sulkani,2013). Jenis klon unggul lokal yang banyak ditanam petani adalah klon tipe c, kromoan, misranan, kirmanan, juremian, taminan dan erlangan.

9. Rekomendasi Pemupukan

(32)

masing-masing setengah dari dosis 100 gr urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL, pada saat tanaman berumur 2 tahun selanjutnya ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, cara dan waktu) akan sangat menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial maupun kesehatan lingkungan.

4.1.2.6. Skenario Rekomendasi Kebijakan

Skenario rekomendasi kebijakan dilakukan untuk memilih kebij akan yang tepat dan operasional spesifik lokasi berdasarkan hasil simulasi. Dari 9 alternatif solusi diperoleh yang disimulasikan tidak seluruhnya operasional dan dapat diimplementasikan untuk kondisi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil simulasi dengan pendekatan sistem dinamik tersebut, ada 5 skenario yang secara signifikan dapat meningkatkan produksi kopi Bengkulu. Hasil simulasi tersebut dirumuskan dalam suatu skenario rekomendasi peningkatan produksi kopi di Provinsi Bengkulu sebagai berikut :

1. Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan. Kondisi eksisting baru 10% petani yang menerima penyuluhan dan perlu ditngkatkan menjadi 48 % . Peningkatan penyuluhan dapat ditempuh melalui penambahan jumlah penyuluh atau peningkatan frekuensi penyuluhan. Pendekatan dengan peningkatan frekuensi penyuluhan dirasakan dipandang lebih rasional dalam jangka pendek.

2. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui program bantuan bibit. Produktivitas dan produksi sangat dit entukan oleh bibit. Varietas unggul lokal yang direkomendasikan yaitu Sehasence (klon tipe c), Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3, taminan dan erlangan.

3. Peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan. Rekomendasi peremajaan dilakukan dengan cara penyambungan yaitu sambung tunas dan sambung batang.

4. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu. Rekomenasi pemupukan harus sesuai dengan anjuran (tepat dosis dan waktu). Kondisi eksisting baru 35% yang menerapkan rekomendasi pemupukan dan akan ditingkatkan menjadi 84 % .

(33)

4.2. Rencana Operasional Kegiatan BPTP 2015-2019

Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP Bengkulu adalah: 1) I nventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi dan diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian dan diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan efisien sesuai dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat Bengkulu. Tujuan dari diseminasi adalah untuk mempercepat adopsi dan difusi inovasi teknologi yang dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi teknologi adalah peningkatan produktivitas, produksi dan nilai tambah produk pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tani.

Kondisi lingkungan internal maupun ekternal selalu berubah dan dinamis seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu memerlukan rencana strategis untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan dalam kurun waktu 2015-2019. Rencana operasional balai diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh program dan kegiatan BPTP Bengkulu dalam mencapai tujuan dan sasaran utama yang telah ditetapkan. Rencana operasional disusun secara rasional, ringkas, jelas, akurat, terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur rencana operasional secara komprehensif dijabarkan dalam strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.

(34)

Organisasi

BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 20/ Permentan/ OT.140/ 3/ 2013 tanggal 11 Maret 2013. BPTP Bengkulu dikoordinir secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat struktural Eselon I I I a sebagai Kepala Balai dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon I Va yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja BPTP Bengkulu meliputi 9 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu.

Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan kehadiran BPTP Bengkulu diharapkan untuk dapat memperkuat penelitian dan pengembangan di daerah berdasarkan sumberdaya yang ada dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri serta diarahkan untuk menggerakkan pembangunan pertanian sekaligus sebagai pusat informasi teknologi pertanian, yang mempunyai tugas/ fungsi :

1. I nventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. 3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan

materi penyuluhan pertanian.

(35)

Gambar.1 Organisasi BPTP Bengkulu

Kepala Balai

Koordinator Kerjasama Koordinator

Pelayanan Pengkajian

Sub Bagian Tata Usaha Seksi Kerjasama dan

Pelayanan Pengkajian

Koordinator Urusan Kepegawaian

Koordinator Program

Koordinator Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan

Koordinator Urusan Keuangan

- Lab. Tanah

- Lab. Diseminasi

- Lab. Pascapanen

- Rumah Kaca

- I nformasi dan Perpustakaan

Kelompok Pengkaji SDM

(36)

Sumberdaya

1. Sumberdaya Manusia (SDM)

BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan. Berikut tabel keragaan sumberdaya manusia berdasarkan jenjang jabatan fungsional.

Tabel 2. Keragaan SDM BPTP Bengkulu Berdasarkan Jenjang Fungsional 2010-2014

N

o Jenis Jabatan Fungsional

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti/ Perekayasa :

6 Staf Pendukung 45 38 38 34 35

Jumlah 68 79 79 80 82

BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai lembaga pengkajian terdepan.

(37)

Tabel 3. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

No Pendidikan Jumlah ( orang) Persen ( % )

1 S3 4 5.13

2 S2 10 12.82

3 S1 27 34.61

4 D4 -

-5 D3 6 7.70

6 SLTA 28 35.90

7 SLTP 3 3.84

Jumlah 78 100

Peningkatan kualitas dan pembinaan manajemen sumberdaya manusia BPTP Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1). Perencanaan dan pengembangan pegawai antara lain : pelatihan jangka panjang (sekolah biaya Negara dan biaya sendiri), pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/ persamaan I jazah, Penerimaan pegawai dan pemutakhiran database SI MPEG. 2). Mutasi Kepegawaian meliputi : Kenaikan pangkat regular maupun fungsional, pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian I jazah, impassing gaji dan proses cuti.

Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan BPTP Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai unt uk mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek seperti kursus, seminar, lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian maupun institusi – institusi lain (LI PI ).

(38)

Tabel 4. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan jangka panjang sampai dengan Desember 2014

No Nama / NI P Program /

S3/ Sosek I PB Bogor 2016 Beasiswa Badan

Litbang

I PB Bogor 2014 Beasiswa Badan

(39)

2. Sumberdaya Sarana-Prasarana

2.1. Laboratorium

Fungsi laboratorium BPTP Bengkulu adalah menghasilkan data dan informasi yang sahi (accurate, precise) tentang suatu objek pengkajian dan diseminasi. BPTP Bengkulu saat ini memiliki 3 laboratorium diantaranya laboratorium tanah, laboratorium pasca panen dan laboratorium diseminasi.

Tabel 5. Jenis laboratorium dan PNBP yang di hasilkan

No Jenis Laboratorium Status Akreditasi

PNBP/ th ( Rp Jt)

2010 2011 2012 2013 2014

1. Laboratorium Tanah Belum Terakreditasi

- 2,8 2,4 6,6 12

2. Laboratorium Pasca Panen - - - -

-3. Laboratorium Diseminasi 6,3 7 6,8 8 8

a. Laboratorium Tanah

Laboratorium tanah merupakan salah satu sarana penelitian/ pengkajian yang digunakan untuk mendukung penelitian/ pengkajian dasar dan terapan, serta melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan pupuk. Laboratorium tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari peneliti baik dari BPTP maupun dari luar seperti: perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi pemerintah serta petani. laboratorium tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu berdiri sejak tahun 2003 dan mulai operasional pada tahun 2004. Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain adalah

(40)

b. Laboratorium Diseminasi

Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik dokumen maupun bahan informasi sejatinya menjadi keharusan dalam penyampaian atau penyajiannya sudah dalam bentuk dikemas dengan baik, maka diperlukan upaya dan penanganan secara baik pula dan dipandang perlu ditangani secara profesional. Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan dokumen maupun produk diseminasi lainnya tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan, selain kualitas data maupun informasi yang dikemas. Kedua aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP Bengkulu dimata luar. Di tahun 2014, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah cukup memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan cetakan yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik.

Peran laboratorium diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya, selain melakukan pelayanan internal balai, selama tahun 2013 juga telah dapat melayani instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya; 1) Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, 3) Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko. Dalam upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi di tahun 2014, diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan penyempurnaan manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan profesional sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

c. Laboratorium Pasca Panen

Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras. Kedua unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan berfungsi untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian melalui serangkaian ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi untuk memproduksi beras dan melayani jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar. Secara umum, sarana dan prasarana unit Laboratorium Pascapanen sudah lengkap.

(41)

menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat penyimpanan, pengemasan, alat pengukuran, dan perlengkapan pameran/ ekspose. Kondisi peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun beberapa diantaranya perlu dimodifikasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Selain itu, beberapa alat mesin (alsin) pertanian seperti alat pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir (washer) yang dipinjamkan kepada kelompok tani di Desa I migrasi Permu, Kabupaten Kepahiang sudah ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol jagung yang masih dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten Rejang Lebong. Harapan ke depan, laboratorium pascapanen dilengkapi dengan instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga produk-produk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan standar mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih luas untuk menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga dioptimalkan dalam hal penggunaan dan perawatannya. Kegiatan yang dilaksanakan di Unit Laboratorium Pascapanen Bengkulu meliputi pelayanan konsultasi teknologi pasca panen, alih teknologi dalam bentuk magang, dan pengkajian di bidang pascapanen komoditas pertanian spesifik lokasi. Meliputi : a) Pelayanan Konsultasi Teknologi Pascapanen, b) Alih teknologi, c) Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian Spesifik Lokasi, d) Pameran dan ekspose

2.2.Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)

Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan instalasi BPTP Bengkulu yang berfungsi untuk menyiapkan logistik untuk disemniasi an pengembangan varietas unggul baru/ adaptif spesifik lokasi berupa benih varietas unggul baru tanaman. Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.

Tabel 6. Jenis komoditas dan volume prouksi serta PNBP yang dihasil UPBS 2014 No Komoditas Status/

Kelas

Volume Produksi

PNBP/ th ( Rp Jt)

(42)

Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu adalah:

1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/ distribusi varietas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu.

2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu. 3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi,

jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. 4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam

penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.

Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi oleh varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823 ton dan didominasi oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai 9,0120 ton dan didominasi oleh varietas Anjasmoro. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru dengan produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga) perbenihan. UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang dengan menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan jagung (425 kg belum terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan terhadap 246 penangkar. Provinsi Bengkulu memiliki 7 BBI / BBU dengan kondisi infrastruktur, peralatan dan laboratorium yang masih sederhana. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki permasalahan yang komplek dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus.

2.3. Perspustakaan Digital dan Teknologi I nformasi

(43)

pelatihan/ kursus. Selama tahun 2013, perpustakaan BPTP Bengkulu mendapatkan penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasil-hasil penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada tabel 6.

Tabel 7.Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Nopember 2014.

No Jenis Koleksi Judul Exemplar

1 Buku teks 2.150 5.311

2 Prosiding 199 207

3 Majalah/ Buletin/ Jurnal 161 1.102

4 Bibliografi khusus 37 37

5 Brosur 95 156

6 Liptan/ leaflet/ folder 278 712

7 Laporan 174 185

8 9

Lain-lain (surat kabar) CD

2 18

720 18

Jumlah 3.114 8.448

I nfrastruktur TI K telah dilengkapi dengan fasilitas data center menggunakan

jaringan virtual private network (VPN) yang terhubung langsung dengan Balitbangtan.

Fasilitasi komputasi seperti komputer (desktop dan laptop) dan LAN tersedia di BPTP

Bengkulu, namun dengan jumlah, kondisi dan kapasitas beragam. Aplikasi TI K telah

dibangun mulai tahun 2009. BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP

Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa I ndonesia dan bahasa

I nggris.

Anggaran

(44)

Tabel 8. Perkembangan anggaran BPTP Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya.

No Sumber Pembiayaan Anggaran ( Rp. Milyar)

2010 2011 2012 2013 2014

1. Rupiah Murni (RM) 5,658 6,247 9,710 11,664 10,118

2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

- - - -

-3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

0,006 0,003 0,007 0,012 0,012

T O T A L 5,664 6,250 9,717 11,676 10,130

Tata Kelola

Tugas dan fungsi (tusi) BPTP Bengkulu harus dilaksanakan secara ekonomis, efektif, efisien dan tertib serta taat terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Keberhasilan pelaksanaan tusi untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sangat di pengaruhi oleh pengendalian intern yang holistik dan handal. BPTP Bengkulu yang mengelola anggaran sendiri eawib melaksanakan SPI , yang meliputi lima unsur yaitu : 1) lingkungan pengendalian; 2) penilaian risiko; 3) kegiatan pengendalian; 4) informasi dan komunikasi dan 5) pemantauan. Penerapan unsur-unsur SPI harus dilaksanakan secara terus menerus, integral, dan tidak terpisahkan dari kegiatan BPTP bengkulu. oleh karena itu BPTP Bengkulu telah membentuk satuan pelaksana Pengendalian I nternal (Satlak SPI ) untuk membantu pemimpin ddalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Kinerja BPTP Bengkulu 2010-2014

(45)

lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan komersial. Disamping kegiatan tersebut BPTP Bengkulu juga mencetak dan mendistribusikan informasi teknologi yang berbentuk leaflet 75 judul, poster 35 judul, buku 28 judul, film 10 judul, dan brosur 5 judul.

(46)

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penguatan pengkajian di BPTP Bengkulu adalah inventarisasi topik kajian untuk mencegah terjadinya duplikasi dan pengulangan, serta penentuan fokus dan prioritas kajian yang jelas. Hal ini penting agar kegiatan pengkajian lebih fokus dan diprioritaskan menurut karateristik dan kebutuhan teknologi di Provinsi Bengkulu.

Program dan Kegiatan

Kegiatan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian lebih di fokuskan pada kegiatan pengkajian teknologi dan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mewujuddkan sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi berkelanjutan. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan hasil penelitian di tingkat balit dengan pemberdayaan potensi lokal. Percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian dilaksanakan melalui pengembangan spektrum diseminasi dan memanfaatkan berbagai channel (SDMC) untuk menunjang terwujudnya pertanian industrial perdesaan. Hal ini dilakukan melalui model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri. Termasuk didalamnya peningkatan kapasitas penyuluh untuk mendukung diseminasi hasil penelitian dan pengkajian.

Kegiatan pendampingan yang merupakan salah satu dukungan BPTP Bengkulu terhadap program strategis kementerian pertanian, akan dilaksanakan melalui pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional. Adapun pendampingan kawasan tersebut meliputi : 1) Tanaman Pangan 2 Kabupaten dengan fokus pada tanaman padi, 2) pendampingan pengembangan kawasan perkebunan akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 3) pendampingan pengembangan kawasan peternakan akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 4) pendampingan pengembangan kawasan hortikultura akan dilaksanakan di 2 Kabupaten dengan fokus pada komoditas cabai dan jeruk.

Penutup

(47)
(48)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kebijakan pemerintah daerah untuk peningkatan mutu dan produktivitas kopi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan petani.

2. Beberapa upaya penyempurnaan kebijakan dapat dilakukan antara lain :

 Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan.

 Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas melalui program bantuan bibit.

 Peningkatan peremajaan(grafting) melalui penyambungan.

 Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu.

 Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga. 3. Adanya rencana operasional kegiatan BPTP Bengkulu 2015-2019

5.2. Saran

(49)

ANGGARAN YANG DI ALOKASI KAN

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga

Satuan ( Rp. 000)

Jumlah ( Rp.000)

1. Belanja Bahan

•ATK dan komputer supplies

•Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi

•Honor petani sampel/ responden

•Honor petugas lapang antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000

6 OP 5.000

30.000

30.000

4. Belanja Perjalanan Dinas Paket

Meeting Luar Kota

•Pertemuan dalam rangka persiapan sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder

•Perjalanan luar propinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

• ATK dan komputer supplies 6.190.000 100.00 100,00

• Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi

7.160.000 99,93 100,00

2 Honor Output Kegiatan

• Honor petani sampel/ responden 5.600.000 100.00 100,00

• Honor petugas lapang 2.500.000 96.00 100,00

3 Belanja Perjalanan Biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000

30.000.000 97.95 100,00

4 Belanja Perjalanan Dinas Paket

Meeting Luar Kota

• Pertemuan dalam rangka persiapan sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder

16.060.000 99,50 100,00

• Perjalanan luar propinsi/ pusat dalam

(50)

ANALI SI S RI SI KO

Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian, kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya seperti tabel berikut.

Tabel 1 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Petani Kurang

Koperatif

Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap

I nformasi tidak sampai (terputus), data tidak tersedia dengan valid

jujur karena takut

bermasalah di

kemudian hari

Validitas data kurang

Tabel 2 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.

No. Risiko Penyebab Penanganan risiko

1. Petani Kurang

Koperatif

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.S. 2013. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu Di Perkebunan Kopi. Review Penelitian Kopi dan Kakao Vol 1 hal. 24-39.

Adnyana I M. 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah Di Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. Udayana Mengabdi. Volume 10 no.2 hal 64-66

Andi Nuhung, 2010. Pertanian, kemiskinan dan kawasan timur indonesia. Edisi sotf cover. Jakarta.

Anonim. 2008. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pada Kopi di Jawa Timur. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30.No.6 hal 10-12.

Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Metodologi dan Analisis Data Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 21 halaman.

Badan Litbang Pertanian. 2011a. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel.

Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi Bengkulu.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV. Alfabeta. Jakarta.

Sarantakos, 1993. Social Research. Macmillan, 1993. University of Virginia

Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas I ndonesia Press. Jakarta.

Sulkani.2013. Rehabilitasi tanaman dengan metode sambung pucuk.

(52)

LAMPI RAN FOTO

Koordinasi dengan BP3K Kec. Muara Kemumu

Survei di Kelompok Tani Mekar Jaya Kec. Bermani Ilir

Tim Anjak sedang melakukan Wawancara dengan petani kopi di Kab.

Rejang Lebong Tim Anjak sedang melakukan

Wawancara dengan petani kopi di Kab. Kepahiang

Contoh Tanaman kopi dengan Peremajaan Sambung Batang (Tag N)

Gambar

Gambar 1. Id1. Identifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu
Tabel 1. Analisis kebutuhanusahatanikopi di an komponen yang berperan pada pengembandi Provinsi Bengkulu.angan
Gambar 4. struktur model
Gambar 6. Causal Tree diagram Pendapatan Petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan penyuluhan ini diberikan untuk memberikan informasi yang lebih mendalam dan lebih kompleks di bidang pertanian dan ditujukan pada Kelompok Wanita Tani di beberapa

Pengurangan pengangguran terjadi karena para petani tidak mendukung adanya alat pertanian modern yang menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin, selain menggurangi

 Belum cukup tersedianya benih unggul bermutu, pupuk, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usaha tani, serta belum berkembangnya

Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan demo penggunaan dan pengoperasian alat dan mesin (alsin) di dua lokasi penerapan yaitu di desa Pingit, Kec Rakit, dan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor yang menghambat usaha peningkatan produksi pertanian. Serangan OPT tidak saja menyebabkan kehilangan kuantitas

Alat dan Mesin Pertanian Pra Panen Sub Sektor Tanaman Pangan. Penyediaan Alsintan Pra Panen Sub Sektor

Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan (Pengadaan Obat dan pembasmi tikus) Rancaekek 4 Kelompok tani di Desa Rancaekek Wetan 4 Paket 50,000,000 Distanbunhut

Analisis Kinerja Operasional dan Keuangan Kelompok Tani Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian Penerima Bantuan Dana Bergulir di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat