PENDAM
KAWA
DI
BALAI PENGKA
BADAN PENEL
LAPORAN AKHI R
AMPI NGAN PENGEMBANG
WASAN PERKEBUNAN KOP
DI PROVI NSI BENGKULU
AFRI ZON
KAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN B
ELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PE
2015
No kode : 26/ 1801.01
NGAN
OPI
U
N BENGKULU
PERTANI AN
LAPORAN AKHI R
PENDAMPI NGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKEBUNAN KOPI
DI PROVI NSI BENGKULU
Afrizon
Siti Rosmanah
Kusmea Dinata
Marzan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pendampingan Pengembangan
Kawasan Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun
2015.
Laporan Akhir Tahun kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu berisi kegiatan yang telah dilaksanakan
hingga akhir Desember yaitu : 1) persiapan meliputi : penyusunan RODHP,
Seminar RODHP dan penyusunan Juklak; 2) koordinasi dengan Stakeholder di
lokasi kegiatan serta 3) Aplikasi inovasi teknologi peremajaan tanaman kopi yang
telah dilaksanakan di lapangan. Selain itu, Laporan akhir tahun ini juga
melaporkan serapan anggaran hingga akhir Desember.
Disadari masih banyak terdapat kekurangan didalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat
diharapkan. Kepada semua yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan
kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggung Jawab
Drs. Afrizon, M.Si
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kopi di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Penelitian (L/ B) : Baru
6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Drs. Afrizon, M.Si b. Pangkat/ Golongan : Penata Tk. I / I I I d c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong 8. Agroekosistem : Lahan Kering
9. Tahun Mulai : 2015 10. Tahun Selesai : 2016
11. Output Tahunan : Tersedianya inovasi teknologi budidaya kopi, peningkatan pengetahuan petani terhadap komponen teknologi budidaya kopi dan peningkatan peran serta fungsi kelembagaan tani.
12. Output Akhir : Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam adopsi komponen teknologi budidaya kopi melalui implementasi berbagai metode diseminasi (pelatihan, pertemuan dan demplot) dan didapatkanya model pendampingan pengembangan kawasan perkebunan spesifik lokasi.
13. Biaya : Rp.59.150.000 (Lima puluh sembilan juta seratus lima puluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P.19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RODHP,
Drs. Afrizon, M.Si
NI P. 19620415 199303 1 001
Mengetahui : Kepala BBP2TP
Dr. I r. Abdul Basit, M.S NI P. 19610929 198603 1 003
Kepala BPTP Bengkulu
DAFTAR I SI
1.2. Dasar Pertimbangan ... 2
1.3. Tujuan ... 3
1.4. Perkiraan Keluaran ... 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak... 3
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN ... 7
3.1. Pendekatan/ Kerangka Pemikiran ... 7
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 7
3.2.1. Lokasi dan waktu ... 7
3.2.2. Lingkup kegiatan ... 7
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan ... 8
3.3.1. Alat dan bahan ... 8
3.3.2. Metode pelaksanaan kegiatan ... 8
3.3.3. Metode analisis data ... 9
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 10
4.1. Kegiatan Pendahuluan ... 10
4.1.1. Koordinasi ke Kabupaten Kepahiang... 10
4.1.2. Koordinasi ke Kabupaten Rejang Lebong ... 11
4.2. I dentifikasi Kebutuhan I novasi Teknologi ... 12
4.3. I dentifikasi Lokasi Demplot ... 16
4.4. Demplot peremajaan Tanaman kopi ... 17
4.5. Studi Banding ... 20
4.6. Apresiasi ... 23
V. KESI MPULAN ... 29
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
ANALI SI S RI SI KO ... 32
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANA ... 33
JADWAL KERJA... 34
PEMBI AYAAN ... 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Dosis pemupukan tanaman kopi ... 14
2. Tanaman yang tumbuh hasil sambungan... 18
3. Bentuk Pendampingan penyuluh lapangan... 19
4. Materi Worskhop dan Apresiasi ... 24
5. Analisis risiko pelaksanaan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan tahun 2015 ... 31
6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan pendampingan pengembangan kawasan perkebunan ... 31
7. Tenaga dalam kegiatan ... 32
8. Jangka waktu kegiatan ... 33
9. Pembiayaan ... 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kebun entres Dinas Kehutananan dan Perkebunan
di Kabupaten Kepahiang ... 13
2. Buah kopi klon Sintaro 1 ... 13
3. Penjelasan tentang tata cara pemangkasan tanaman kopi ... 15
4. Cara pemupukan tanaman kopi ... 15
5. Area demplot tanaman kopi di Desa Babakan Bogor ... 16
6. Lay out komposisi tanaman kopi di lapangan ... 17
7. Penyambungan Tag Ent ... 18
8. Hasil sambung sistem Tag Ent ... 18
9. Pupuk hayati dan tanaman kopi berbuah serentak ... 21
10. Lokasi UPBS kebun entres di Balittri ... 21
11. Prosedur perbanyakan bibit kopi stek berakar ... 22
12. Biji dan bubuk kopi dalam kemasan produk Balittri ... 23
13. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu pembukaan Apresiasi... 25
14. Penyampaian materi I novasi peremajaan kopi ... 25
RI NGKASAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong
4. Tujuan : 1. Menyiapkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. 2. Meningkatkan pengetahuan petani terhadap
teknologi budidaya tanaman kopi.
3. Untuk mengetahui peningkatan peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
4. Output : 1. Tersedianya inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. 2. Meningkatnya pengetahuan petani terhadap
teknologi budidaya tanaman kopi. 3. Meningkatanya peran dan fungsi
kelembagaan tani pada areal perkebunan kopi.
5. Metodologi : Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong pada Januari-Desember 2015. Tahapan kegiatan meliputi pendahuluan (penyiapan RODHP, Juklak, Seminar ROPP/ RODHP, serta perbaikan RODHP) dan koordinasi dengan Dinas/ I nstansi terkait pada lokasi kegiatan. Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi identifikasi kebutuhan inovasi teknologi budidaya tanaman kopi, apreasiasi, implementasi inovasi teknologi dan pengawalan pada lokasi kajian.
6. Perkiraan Manfaat : 1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dan penyuluh terhadap komponen teknologi budidaya kopi serta meningkatkan kemampuan petani dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan, dan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. 2. Peningkatan adopsi komponen teknollogi
sehingaga meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
7. Perkiraan Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.
2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga mampu menciptakan pertanian berbasis bioindustri. 3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani
dan penyuluh secara luas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani berkelanjutan.
8. Jangka Waktu : 2 tahun
SUMMARY
1. Title RDHP : National Agricultural Area Development Assistance 2. Work Unit : BPTP Bengkulu
3. Location : District Kepahiang and Rejang Lebong
4. Objectives : 1). Setting up technological innovation to improve the production and quality of coffee.
2). I mprove the knowledge of farmers on crop cultivation technologies coffee.
3). To determine the role and function of institutional improvement of farmers in coffee plantation.
5. Output : 1). Availability of technological innovation to improve
the production and quality of coffee. 2). I ncreased knowledge of farmers on crop
cultivation technologies coffee.
3). Meningkatanya role and function I nstitutional farmer on plantations coffee.
5. Methodology : The research was conducted in Kepahiang and Rejang Lebong district in January-December 2015. Stages include preliminary activities (preparation RODHP, Guidelines, Seminar ROPP/ RODHP, as well as repair RODHP) and coordination with the Department/ I nstitution related to the location of activities. Stages of implementation activities include the identification of the needs of the coffee crop cultivation technology innovation, appreciation, implementation of technological innovation and escort on the location of the study.
6. Estimated benefits : 1). I ncreasing behavior (knowledge, attitudes, and skills) farmers and extension workers to coffee cultivation technology components as well as improve the ability of farmers in designing an efficient farming both in the use of inputs and utilization of land resources, and efficient use of inorganic fertilizers.
2). I ncreased adoption teknollogi components sehingaga increase productivity, production and income of farmers.
3). The better coordination with farmers and stakeholders and more assured availability of inputs is expected to increase the acceleration of technology adoption.
2). The area is built capable of producing multi-products so as to create agriculture-based bioindustry.
3). Teradopsinya technology introduction by farmers and extension agents widely in order to increase revenue and realize sustainable farming.
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu.
Pada tahun 2013, areal penanaman kopi di Provinsi Bengkulu seluas 97.149 ha
dengan produktivitas 0,738 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013). Dibandingkan
dengan produktivitas kopi nasional, produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih
rendah. Beberapa penyebab rendahnya produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu
adalah umur tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta
masih menggunakan bibit asalan.
Umur tanaman kopi yang telah tua, rusak dan produktivitasnya rendah
perlu dilakukan rehabilitasi tanaman. Rehabilitasi tanaman bertujuan agar
pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kuat serta daya hasilnya lebih tinggi dan
stabil. Rehabilitasi tanaman kopi dilakukan melalui sambung pucuk dengan cara
memangkas batang utama serta klonalisasi yang dilakukan dengan cara
penyambungan. Persyaratan teknis pada teknik penyambungan dengan tujuan
rehabilitasi tanaman kopi adalah kondisi perakaran batang bawah masih kuat,
produktivitas rendah (500 kg/ ha/ tahun), populasi tanaman > 70% dari jumlah
standar, populasi naungan < 70% dari jumlah standar dan memenuhi
persyaratan kesesuaian lahan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan sambungan adalah ketegapan batang bawah, bahan entres,
kebersihan sarana, waktu, dan keterampilan tenaga penyambung (I swandi,
2013).
Peningkatan produktivitas tanaman kopi juga dapat dilakukan dengan
melakukan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan tanaman kopi
meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama penyakit dan
pemupukan. Pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah
pengendalian secara kimia. Jenis gulma yang sering tumbuh dan merugikan
tanaman kopi adalah alang-alang (I mperata sylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon dactylon, Salvia sp, Digitaria, belimbing-belimbingan (Oxalis spp), dan Mikania micrantha. Cara pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengedalian secara kimia dengan menggunakan herbisida dengan
Pada budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang
berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan pertanaman. Selain ditentukan oleh faktor pengelolaantanaman
(pemeliharaan tanaman), penggunaaan bahan tanam yang berkualitas sangat
menentukan tingkat produktivitas yang akan diperoleh.
Penerapan Budidaya yang benar dan penyambungan menggunakan
bahan klon unggul lokal disamping dapat meningkatkan produksi dan mutu kopi
juga meningkatkan umur produktif tanaman. Tujuan utama penggunaaan bahan
tanam dengan teknik penyambungan adalah agar sifat klon diwariskan secara
utuh kepada keturunannya. Didalam penyambungan ada dua bagian tanaman
yang disambung, yaitu bagian batang bawah dan bagian batang atas (entres)
yang akan diharapkan hasilnya.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan
dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian.
Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat
diharapkan dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah
ditetapkan. Melalui pengawalan/ pendampingan kegiatan pengembangan pada
kawasan perkebunan kopi rakyat, diharapkanpemahaman dan penggunaan
inovasi teknologi Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian dapat
diterapkan secara berkelanjutan oleh para petani kopi.
1.2. Dasar Pertimbangan
Produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih rendah, antara lain
disebabkan tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta
belum menggunakan klon unggul. Penyambungan dengan klon unggul
diharapkan dapat meningkatkan produksi karena klon unggul memiliki potensi
hasil dan sifat-sifat agronomis yang lebih baik dari pada genotipe standar yang
biasa digunakan sebagai bahan tanaman dalam pertanaman komersial. Pada
budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang berkualitas
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pertanaman. Penyambungan menggunakan bahan klon unggul akan mewariskan
sifatsecara utuh kepada keturunannya seperti produksi tinggi, mutu yang baik,
cita rasa dan sifat unggul lainnya. Untuk pencapaian t eknologi/ informasi hasil
pengawalan atau pendampingan teknologi yang dihasilkan oleh BPTP/ Badan
Litbang Pertanian. Sehingga dengan diseminasi hasil litkaji dapat dipahami dan
diadopsi oleh pengguna.
1.3. Tujuan
1. Menyiapkan inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas
kopi.
2. Meningkatkan pengetahuan petani dan petugas lapang terhadap teknologi
budidaya tanaman kopi.
3. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan
kopi.
1.4. Perkiraan Keluaran
1. Tersedianya inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas
kopi
2. Meningkatnya pengetahuan petani terhadap teknologi budadaya tanaman
kopi.
3. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan tani pada areal perkebunan
kopi.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.5.1. Perkiraan manfaat
1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dan
penyuluh terhadap komponen teknologi budidaya kopi serta meningkatkan
kemampuan petani dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam
penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan, dan efisiensi
penggunaan pupuk anorganik.
2. Peningkatan adopsi komponen teknollogi sehingaga meningkatkan
produktivitas, produksi dan pendapatan petani.
3. Semakin baik koordinasi dengan petani dan stakeholders dan semakin terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi
1.5.2. Perkiraan dampak
1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui pengembangan
inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi
setempat.
2. Kawasan yang dibangun mampu menghasilkan multi produk sehingga
mampu menciptakan pertanian berbasis bio-industri.
3. Teradopsinya teknologi introduksi oleh petani dan penyuluh secara luas
dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usahatani
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Bengkulu,
pada tahun 2013, areal penanaman kopi di Provinsi Bengkulu seluas 97.149 ha
dengan produktivitas 0,738 ton/ ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2013). Dibandingkan
dengan produktivitas kopi nasional, produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu masih
rendah. Beberapa penyebab rendahnya produktivitas kopi di Provinsi Bengkulu
adalah umur tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang belum optimal serta
masih menggunakan bibit asalan.
Umur tanaman kopi yang telah tua, rusak dan produktivitasnya rendah
perlu dilakukan rehabilitasi tanaman. Rehabilitasi tanaman bertujuan agar
pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kuat serta daya hasilnya lebih tinggi dan
stabil. Rehabilitasi tanaman kopi dilakukan melalui sambung pucuk dengan cara
memangkas batang utama serta klonalisasi yang dilakukan dengan cara
penyambungan. Persyaratan teknis pada teknik penyambungan dengan tujuan
rehabilitasi tanaman kopi adalah kondisi perakaran batang bawah masih kuat,
produktivitas rendah (500 kg/ ha/ tahun), populasi tanaman > 70% dari jum lah
standar, populasi naungan < 70% dari jumlah standar dan memenuhi
persyaratan kesesuaian lahan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan sambungan adalah ketegapan batang bawah, bahan entres,
kebersihan sarana, waktu, dan keterampilan tenaga penyambung (I swandi,
2013).
Peningkatan produktivitas tanaman kopi juga dapat dilakukan dengan
melakukan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan tanaman kopi
meliputi pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama penyakit dan
pemupukan. Pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah
pengendalian secara kimia. Jenis gulma yang sering tumbuh dan merugikan
tanaman kopi adalah alang-alang (I mperata sylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon dactylon, Salvia sp, Digitaria, belimbing-belimbingan (Oxalis spp), dan Mikania micrantha. Cara pengendalian gulma yang banyak dilakukan oleh petani kopi adalah pengedalian secara kimia dengan menggunakan herbisida dengan
dosis dan waktu penyemprotan yang tidak beraturan.
keberhasilan pertanaman. Selain ditentukan oleh faktor pengelolaan tanaman
(pemeliharaan tanaman), penggunaaan bahan tanam yang berkualitas sangat
menentukan tingkat produktivitas yang akan diperoleh.
Penerapan Budidaya yang benar dan penyambungan menggunakan
bahan klon unggul lokal disamping dapat meningkatkan produksi dan mutu kopi
juga meningkatkan umur produktif tanaman. Tujuan utama penggunaaan bahan
tanam dengan teknik penyambungan adalah agar sifat klon diwariskan secara
utuh kepada keturunannya. Didalam penyambungan ada dua bagian tanaman
yang disambung, yaitu bagian batang bawah dan bagian batang atas (entres)
yang akan diharapkan hasilnya.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan
dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian.
Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat
diharapkan dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah
ditetapkan. Melalui pengawalan/ pendampingan kegiatan pengembangan pada
kawasan perkebunan kopi rakyat, diharapkan pemahaman dan penggunaan
inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara berkelanjutan
I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Pendekatan/ Kerangka Pemikiran
Kegiatan pendampingan kawasan perkebunan dilaksanakan dengan
metode pertemuan langsung, implementasi teknologi di lapangan, pertisipatif
dan spesifik lokasi.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
3.2.1. Lokasi dan w aktu
Pembuatan demplot inovasi peremajaan tanaman kopi dilaksanakan di
Kabupaten Kepahiang. Sedangkan untuk kabupaten dan Rejang Lebong hanya
berupa display dan sebaran bahan diseminasi. Kegiatan dilaksanakan dari bulan
Januari-Desember 2015. Pemilihan kedua lokasi tersebut, selain merupakan
sentra pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu juga karena adanya program
daerah pengembangan komoditas kopi.
3.2.2. Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan Pendampingan ini meliputi identifikasi kebutuhan
inovasi, kegiatan apresiasi, implementasi teknologi di lapangan, pertemuan serta
pengawalan.
a. I dentifikasi kebutuhan inovasi teknologi budidaya dan pasca panen tanaman
kopi yang bertujuan untuk mengetahui jenis teknologi yang dibutuhkan oleh
petani di lapangan.
b. Kegiatan apresiasi hasil identifikasi kebutuhan teknologi budidaya dan pasca
panen tanaman kopi dilakukan dengan stakeholder, penyuluh lapangan dan
kontak tani. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui peran dari
masing-masing Dinas/ I nstansi terkait terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan
yang akan dilakukan di lapangan.
c. I mplementasi teknologi di lapangan dilakukan untuk mengaplikasikan inovasi
teknologi pada lahan demplot. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat
penyampaian inovasi teknologi secara langsung kepada pengguna.
d. Pertemuan yang dilaksanakan berupa t emu lapang atau Apresiasi dilakukan
setelah kegiatan implementasi inovasi teknologi yang bertuj uan untuk
juga dilaksanakan terhadap anggota kelompok tani untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan/ pembinaan.
e. Kegiatan pengawalan dilakukan melalui kegiatan pada dua lokasi kegiatan
berupa bimbingan teknis inovasi teknologi budidaya tanaman kopi di
lapangan dan melalui penyebaran bahan diseminasi (leaflet, Banner, brosur,
maupun buku.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah gunting
pangkas, cangkul, dan sabit; saprodi berupa pupuk dan pestisida; bahan
informasi berupa leaflet, brosur dan lain-lain; serta alat tulis.
3.3.2. Metoda pelaksanaan kegiatan
1. I dentifikasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan dengan melakukan
pertemuan dengan petani, dinas/ instansi terkait, kontak tani dan penyuluh.
Tujuan pelaksanaan identifikasi adalah untuk mengetahui inovasi teknologi
yang dibutuhkan oleh petani pada lokasi kegiatan. Hasil identifikasi tersebut
dijadikan sebagai acuan inovasi teknologi yang akan diberikan kepada
petani.
2. Kegiatan apresiasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan dengan
Stakeholder yang bertujuan untuk menjaring dukungan yang akan diberikan
Pemda setempat terhadap penerapan inovasi teknologi yang akan diberikan
kepada petani.
3. I mplementasi inovasi teknologi di lapangan dilaksanakan di Desa Babakan
Bogor Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang pada lahan seluas 1 ha.
I novasi teknologi yang diaplikasikan meliputi (1) pemangkasan tanaman kopi
dan tanaman naungan; (2) pemupukan; (3) pengendalian hama dan
penyakit; (4) pengendalian gulma; serta (5) penyambungan tanaman kopi
untuk menggantikan tanaman yang tidak produktif dengan menggunakan
klon unggul.
4. Pengawalan kawasan perkebunan dilaksanakan pada kedua lokasi yaitu
Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong, sedangkan kegiatan implementasi
Kepahiang melalui kegiatan bimbingan teknis berupa pertemuan, leaflet,
brosur maupun buku.
3.3.3. Metode analisis data
Data yang diperlukan didalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain
adalah data sekunder dari Dinas/ instansi terkait berupa keragaan dan profil
wilayah dan data primer yang diperoleh dari petani, Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dan petani sebagai sasaran diseminasi berupa pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dimiliki terhadap inovasi teknologi yang
diimplementasikan. I ndikator yang diukur adalah :
- Pengetahuan petani terhadap inovasi t eknologi budidaya tanaman kopi.
- Tingkat pengetahuan dan adopsi petani setelah implementasi inovasi teknologi
dengan menggunakan analisis deskriptif.
- Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan kelompoktani melalui
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan Pendahuluan
4.1.1. Koordinasi di Kabupaten Kepahiang
Koordinasi dilakukan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Kepahiang, pada kesempatan tersebut berkoordinasi dengan Kepala
Bidang Produksi. Pada koordinasi tersebut disampaikan program pendampingan
komoditi kopi yang akan dilakukan BPTP Bengkulu di Kabupaten Kepahiang pata
tahun 2015. Untuk kegiatan pendampingan direncanakan akan membuat
demplot penyambungan kopi dengan klon unggul lokal yang sudah di rilis yang
akan dilakukan di lahan petani (petani sebagai kooperator). Kegiatan ini agar
bersinergi dan saling mendukung dengan program yang dilakukan dinas
perkebunan dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu kopi rakyat serta
mengoptimalkan fungsi kelembagaan penyuluhan khususnya penyluhan
perkebunan. Untuk program pengembangan kopi di Kabupaten Kepahiang Kabid
Produksi menjelaskan bahwa di kabupaten kepahiang pada tahun 2015 akan
melakukan program pengembangan tanaman kopi rakyat berupa kegiatan
peremajaan dengan penyambungan kopi seluas 300 ha. Kopi yang akan
disambung adalah tanaman kopi yang kurang produktif atau sudah tua dengan
klon unggul yang sudah dirilis oleh Kementerian Pertanian dan juga klon unggul
lokal yang memiliki berbagai keunggulan antara lain berproduksi tinggi dan lebih
toleran terhadan hama dan penyakit. Selain itu ada program bantuan pupuk
untuk petani kopi seluas 150 hektar serta bantuan pestisida untuk pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT) seluas 150 ha.
Adapun klon unggul kopi yang akan disambung yaitu jenis Sintaro 1,
Sintaro 2, Sintaro 3 dan dan Sehasence. Dari data program Dinas Perkebunan
Kabupaten Kepahiang sejak tahun 2009-2014 tercatat sudah 1500 ha tanaman
kopi dilakukan penyambungan dari total luas lahan perkebunan kopi sebesar
24.959 ha. Sedangkan untuk pemupukan belum banyak dilakukan oleh petani.
Hanya sebagian kecil petani yang melakukan pemupukan yang dilakukan setiap 6
bulan sekali. Saat ini Kabupaten Kepahiang telah memiliki kebun induk entres
seluas 1 ha yang telah berumur 1 tahun sebagai bahan untuk kebutuhan entres
penyambungan yang terdapat di desa Tebat Monok, dan direncanakan pada
terdapat juga kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu pada
tanaman kopi dari Balai proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi Bengkulu
sebanyak 2 paket. Masalah OPT yang dialami petani yaitu adanya serangan
hama bubuk buah kopi, penyakit jamur akar dan penyakit jamur upas.
4.1.2. Koordinasi di Kabupaten Rejang Lebong
Koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang
Lebong juga menyampaikan kegiatan pendampingan tanaman kopi yang akan
dilakukan BPTP Bengkulu. Pada kesempatan itu berkoordinasi dengan Kepala
Bidang Produksi Perkebunan. Sama halnya dengan di Kabupaten Kepahiang
disampaikan program pendampingan komoditi kopi yang akan dilakukan BPTP
Bengkulu pada tahun 2015. Untuk kegiatan pendampingan direncanakan akan
membuat demplot penyambungan kopi dengan klon unggul lokal yang sudah di
rilis yang akan dilakukan di lahan petani di Kabupaten Kepahiang. Sedangkan
untuk Kabupaten Rejang Lebong nantinya berupa display (penyebaran bahan
informasi inovasi teknologi peremajaan kopi) dan pelatihan bagi petani. Kegiatan
ini harus bersinergi dan saling mendukung dengan program yang dilakukan dinas
perkebunan dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu kopi rakyat serta
mengoptimalkan fungsi para penyuluh terhadap pemenuhan kebutuhan teknologi
tanaman kopi bagi petani. Kabid Produksi menyampaikan rencana program
tahun 2015 antara lain kegiatan intensifikasi produksi kopi dengan pelaksanaan
kegiatan pemupukan yang akan dilaksanakan di daerah Sindang Dataran,
Bermani Ulu, Bermani Ulu Raya, Selupu Rejang dan Curup Utara pada 10
Kelompok Tani. Di kabupaten Rejang Lebong juga mendapatkan Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman kopi sebanyak 2 kelompok tani di
Kecamatan Bermani Ulu. Masalah OPT yang paling meresahkan petani yaitu
adanya serangan hama bubuk buah kopi. Di Kabupaten Rejang Lebong memiliki
kebun induk kopi arabika yang terletak di daerah Air Lang dan Sambi Rejo
Kecamatan Sindang Dataran seluas 2 ha yang masih berumur 2 bulan.
Sedangkan untuk kopi robusta kebun induk entres terdapat di desa Pal 8
4.2. I dentifikasi Kebutuhan I novasi Teknologi
Mengingat di Kabupaten Kepahiang tersebar sentra sentra produksi kopi,
maka pelaksanaan kegiatan identifikasi kebutuhan inovasi teknologi dilaksanakan
di 2 Desa yang mewakili untuk menggali permasalahan perkopian di Kabupaten
Kepahiang. Kedua desa tersebut adalah Desa Talang Gelompok Kecamatan
Seberang Musi dan Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten
Kepahiang. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan
pengembangan kopi dan inovasi teknologi yang sesuai untuk mencari solusinya.
I nformasi yang didapat bersumber dari petani, penyuluh maupun stakeholder.
Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh beberapa informasi yang
menggambarkan kebutuhan inovasi teknologi budidaya kopi di Kabupaten
Kepahiang. Hal yang sama dari koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong sebelumnya, permasalahan yang
dihadapi petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong sama dengan petani kopi
dimKabupaten Kepahiang. Hasil identifikasi yaitu :
1. Produksi kopi rata rata ditingkat petani berkisar antara 700 - 1000
kg/ ha/ tahun. Sebagian besar umur tanaman diatas 15 tahun dan belum
menerapkan teknologi anjuran (jarak tanam rapat, belum melakukan
pemupukan dan perawatan sangat minim). Untuk petani yang melakukan
pemupukan dengan dosis yang tidak sesuai anjuran dan berbeda beda
setiap petani.
2. Sebagian kecil petani sudah ada yang melakukan penyambungan tanaman
kopi dengan klon yang dianggap lebih baik dari klon sebelumnya. Teknik
penyambungan yang sudah dilakukan adalah sambung tunas dengan alasan
petani adalah tanaman akan tumbuh lebih kuat tumbuhnya.
3. I nformasi tentang teknologi budidaya kopi dirasa masih minim. Sebanyak
20% petani kopi mendapatkan informasi budidaya kopi penyuluhan dari
petugas ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin
pertemuan dengan penyuluh pertanian sedangkan 11% petani menerima
penyuluhan secara rutin. Sisanya adalah petani kopi tidak pernah
mendapatkan informasi tentang budidaya tanaman kopi.
4. Penanganan pasca panen masih dilakukan secara kovensional. Setelah
dilakukan panen petani langsung mengeringkan buah dengan menjemurnya
yang permanen. Sedangkan 86% mengeringkan buah di atas tanah.
Sebanyak 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur menggunakan alas
berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70% petani lainnya
menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal inilah salah satu penyebab
mempengaruhi kualitas produk serta waktu yang dibutuhkan dalam
pengeringan jadi lebih lama.
5. Pada kesempatan itu juga mengnjungi lokasi kebun entres milik Dinas
Perkebunan Kabupaten Kepahiang. Entres ini nantinya direncanakan akan
digunakan untuk penyambungan pada demplot yang akan diterapkan di
lahan. Kebun entres seluas 1,5 ha ini mengkoleksi sebanyak 4 jenis/ klon
unggul kopi robusta yang sudah dirilis. Keempat klon tersebut adalah
Sintaro 1, Sintaro 3, Sintaro 4 dan Sehanshense.
Gambar 1. Kebun entres Dinas Perkebunan Kabupaten Kepahiang
Gambar 2. Buah kopi klon Sintaro 1
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan teknologi, inovasi teknologi yang
diberikan kepada petani adalah pemangkasan, pemupukan dan penyambungan.
Pemangkasan yang dilakukan meliputi pemangkasan pemeliharaan dan produksi.
1). Pemangkasan
Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka
tanaman yang sudah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif,
membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki (seperi cabang sakit, patah
dan tunas air). Selain itu pemangkasan pemeliharaan juga bertujuan untuk
- Mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan cara
memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi.
- Memotong cabang yang ujungnya masuk ke dalam tajuk tanaman di
dekatnya dan diameter kurang sari 2,5 cm dipotong.
- Pemangkasan pemeliharaan ini dilakukan secara ringan di sela-sela
- pemangkasan produksi dilakukan dengan frekuensi 2-3 bulan atau
disesuaikan dengan kondisi tanaman
Pemangkasan produksi bertujuan untuk peremajaan tanaman yang sudah
tidak produktif ataupun tanaman yang sudah tua. Cara peremajaan tanaman
kopi dilakukan sebagai berikut :
- Pembuangan cabang-cabang balik yang tidak diperlukan yang tumbuh pada
cabang primer.
- Pemangkasan cabang tua yang tidak diperlukan.
- Pemangkasan tunas-tunas dilakukan waktu masih kecil, dalam jangka waktu
2 - 4 minggu.
- Pemangkasan cabang yang terserang hama / penyakit.
2). Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan agar ketersediaan hara yang dibutuhkan
tanaman dapat selalu dipenuhi. Tujuan utama pemupukan antara lain
meningkatkan produksi, meningkatkan mutu hasil dan mempertahankan
stabilitas produksi. Pemberian pupuk dianjurkan 2 kali dalam satu tahun yaitu
pada waktu awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan
disesuaikan dengan umur tanaman. Dosis pemupukan tanaman kopi pada
tabel 1.
Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman kopi
Umur (tahun)
Dosis pupuk (gram/ pohon)
Urea SP-36 KCl Kieserit
1 20 25 15 10
2 50 40 40 15
3 75 50 50 25
4 100 50 70 35
5-10 150 80 100 50
Gambar 3. Penjelasan tentang tata cara pemangkasan tanaman kopi
Gambar 4. Cara pemupukan tanaman kopi
3). Penyambungan
Penyambungan tanaman kopi dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Tag ent
Penyambungan pada tunas dari pohon tua yang telah dipotong (tunas
dengan tunas). Cara ini dapat dilakukan pada tunas dari pokok pohon kopi
tua. Caranya : tunas dari pohon kopi yang sudah tua pada ketinggian sekitar 30
-40 cm dari permukaan tanah dipotong. Tunas dipilih dengan ukuran diameter 1
cm. Tunas tersebut dipotong dan dapat disambung dengan entres yang sudah
disiapk an.Penyambungan dilakukan dengan membelah batang bawah berbentuk
V dan pada belahan leher V tersebut dapat disambungkan dengan entres yang
telah dipersiapkan setelah itu diikat dengan tali rapia secukupnya dan dibungkus
dengan kantong plastik lalu diikat kembali dengan tali plastik. Setelah tunas
entres sudah nampak tumbuh sampai hidup maka kantong plastik dan pembalut
sambungan dapat di buka atau dilepas, sehingga tanaman atas dapat tumbuh
dengan leluasa.
b. Top ent
Penyambungan dengan cara langsung pada potongan pohon kopi
tua. Caranya : pohon kopi tua dipotong setinggi ± 1 - 1,25 m dari permukaan
tanah kemudian pada potongan tersebut di belah pada bagian samping kulit
pohon yang telah dipotong t ersebut pada kulit pohon dapat diselipkan entres
yang telah disiapkan setelah itu diikat dengan tali plastik (tali raffia) secukupnya
4.3. I dentifikasi Lokasi Demplot
Lokasi demplot dilaksanakan di Desa Babakan Bogor Kecamatan
Kabawetan Kabupaten Kepahiang pada lahan seluas 1 ha. Kepemilikan lahan
perkebunan petani di Desa Babakan Bogor rata-rata 0,5-1,5 ha/ KK. Selain kopi,
jenis tanaman lain yang diusahakan oleh petani di Desa Babakan Bogor adalah
tanaman sayuran dengan lokasi penanaman di bawah tanaman kopi atau lahan
lainnya.
Produksi kopi di Desa Babakan Bogor masih rendah yaitu berada diantara
500 – 700 kg/ ha. Salah satu penyebab rendahnya produksi adalah usia tanaman
kopi yang telah berada di atas 15 tahun. Selain itu, pemeliharaan tanaman kopi
juga masih belum banyak dilakukan oleh petani. Pemupukan tanaman kopi
belum dilakukan oleh petani dengan alasan kesulitan untuk mendapatkan pupuk
dan harga yang cukup mahal.
Perbaikan tanaman kopi telah dilakukan oleh sebagian petani melalui
kegiatan penyambungan dengan menggunakan sistem sambung samping (tag ent). Berdasarkan hasil, tanaman kopi dengan penyambungan dapat meningkatkan produksi sebanyak 100% dan dapat dipanen setiap bulan.
Penanganan pascapanen kopi belum dilakukan oleh petani. Pengeringan kopi
masih dilakukan secara dengan menggunakan lantai tanah tanpa alas. Hal ini
merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas kopi rakyat.
Gambar 5. Area demplot tanaman kopi di Desa Babakan Bogor
4.4. Demplot Peremajaan Tanaman Kopi.
Kopi robusta diperbanyak secara vegetatif, sehingga bahan tanaman
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitasnya dapat dicapai dengan
menggunakan 3– 4 klon unggul (poliklonal) yang berkomposisi dengan tepat dan
sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu (Ernawati, 2008). Untuk
penyambungan dengan sistem Tag Ent yaitu penyambungan kopi dahan dengan
batang/ tunas batang yaitu dengan menggunakan entres berupa dahan / cabang
produksi yang berasal dari kopi unggul (pruduksi tinggi dan stabil) setiap
tahunnya. Keunggulan dari peremajaan sistem sambung antara lain bisa panen
tiap bulan, produksi meningkat, mutu lebih baik, umur produktif lebih lama dan
pemeliharaan lebih mudah.
Demplot atau Demontration Plot adalah suatu metode penyuluhan
pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani
dan pengguna teknologi pertanian lainnya bisa melihat dan membuktikan
terhadap objek yang didemontrasikan. Demplot bisa berupa I novasi teknologi
budidaya, VUB (Varietas Unggul Baru), Pemupukan dan lain-lain, disesuaikan
dengan kebutuhan di suatu wilayah tersebut. Untuk Kabupaten Kepahiang dan
Rejang Lebong domplot yang di bangun di Desa Babakan Bogor merupakan
demplot peremajaan tanaman kopi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
hasil identifikasi lapangan. Peremajaan tanaman kopi sistem sambung yang
dibuat adalah merupakan komposisi 4 klon unggul yang disusun dalam satu baris
terdiri dari satu klon seperti gambar 6 (lay out) dibawah ini :
1
Gambar 6. Lay out komposisi tanaman kopi di lapangan
Sedangkan Untuk klon unggul lokal disambung dengan sistem Top Ent yaitu
Penyambungan pada tunas yang tumbuh dari pohon tua yang telah dipotong
Gambar 7. Penyambungan Tag Ent Gambar 8. Hasil sambung sistem Tag Ent
Pertumbuhan tanaman hasil sambung
Untuk mengetahui keberhasilan fisik lapangan dari demplot peremajaan
penyambungan dapat dilihat dari keragaan tanaman antara lain prosentase
tanaman sambung yang tumbuh dan pertumbuhan tanaman yang dapat dilihat
dari komponen produksi (jumlah cabang produktif, panjang cabang, jumlah
dompolan dan jarak dompolan). Cabang produktif merupakan bagian tanaman
kopi tempat tumbuhnya dompolan buah kopi. Panjang cabang dan jumlah
cabang akan menentukan jumlah dompolan buah. Semakin panjang dan
semakin banyak cabang produktif akan semakin banyak pula jumlah dompolan
yang bisa tumbuh. Begitu juga dengan komponen hasil dompolan. Semakin
banyak jumlah dompolan dan semakin rapat jarak antar dompolan akan semakin
banyak pula produksi yang akan diperoleh. Untuk saat ini data yang baru bisa
disajikan adalah banyaknya tanaman yang tumbuh pada penyambungan. Seperti
tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Tanaman yang tumbuh hasil penyambungan
No Klon Sistem sambung
Jumlah yang disambung
(batang)
Jumlah yang tumbuh (batang)
Prosentase (% )
1 Sintaro 1 Tag Ent 200 167 83,5
2 Sintaro 2 Tag Ent 200 153 76,5
3 Sintaro 3 Tag Ent 200 166 83
4 Sehashence Tag Ent 200 156 78,1
Dari 5 klon unggul yang disambung terdapat variasi jumlah yang tumbuh
yaitu berkisar antara 76,5 – 87 % (rata rata 81,62 % ). Beberapa faktor
penyebab adanya tanaman yang tidak tumbuh antara lain masalah entres yang
terlambat menyambungnya dan banyak diantara entres sudah layu waktu
disambung. Sebagai bahan tanam/ entres yang unggul tentunya diharapkan
tanaman memiliki kelebihan terutama produksi dan mutu. Klon unggul adalah
suatu genotipe tanaman yang memiliki potensi hasil dan sifat -sifat agronomis
lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa digunakan sebagai bahan
tanaman dalam pertanaman komersial. Keunggulan suatu klon ditentukan oleh
faktor genetik yang dikandungnya dan diekspresikan dalam bentuk morfologis,
susunan anatomis dan proses fisiologis yang menunjang pertumbuhan, potensi
hasil dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Perbedaan keunggulan suatu klon
dengan klon lainya disebabkan oleh perbedaan susunan genetik yang menunjang
ketiga faktor di atas.
Kinerja Penyuluh lapangan
Kinerja petugas/ penyuluh lapangan dapat dilihat dari jumlah kunjungan ka
lapangan dalam membina petani maupun kelompok tani. Pembinaan ada dalam
beberapa bentuk kegiatan terkait dengan kegiatan pendampingan kawasan
perkebunan kopi yang dilakukan BPTP Bengkulu. Jumlah kunjungan dan bentuk
pembinaan atau pendampingan yang dilakukan selama kegiatan pendampingan
kawasan kopi berjalan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Bentuk pendampingan/ aktifitas yang dilakukan penyuluh lapangan
No Bentuk aktifitas Jumlah
petugas/ penyuluh 1 Peninjauan, I dentifikasi calon petani dan lahan 3 petugas lapangan 2 I dentifikasi Kebutuhan teknologi kopi bagi petani 3 petugas lapangan 3 Pemantapan dan Hunting Lokasi kegiatan demplot 3 petugas lapangan 4 Penjelasan Teknik Lapangan dan pengukuran lahan
demplot
3 petugas lapangan
5 Pemilihan bahan entres 3 petugas lapangan 6 Penjelasan teknis dan aplikasi penyambungan kopi 3 petugas lapangan 7 Aplikasi pemupukan dan pemangkasan tanaman
kopi
2 petugas lapangan
8 Pengamatan lapangan 2 petugas lapangan
Berbagai aktifitas sudah dilakukan oleh petugas/ penyuluh lapangan dalam
kaitannya dengan tugas dan fungsinya dalam membina petani/ kelompok tani di
wilayah kerjanya. Sudah banyak perobahan yang terjadi dengan kegiatan
pendampingan pengembangan kawasan perkebunan kopi yang dilakukan oleh
BPTP Bengkulu. Pada tahun sebelumnya sangat minim bimbingan ke petani
hanya ada 2 kali kunjungan oleh penyuluh lapangan dalam rangka pembinaan
dalam bentuk pertemuan yang membahas adanya rencana program bantuan
yang akan diberikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kepahiang. Pada tabel 3 diatas terlihat adanya perobahan yang signifikan dalam
hal kunjungan ke kelompok tani maupun petani koperator pendampingan
pengembangan kawasan perkebunan kopi. Ada sembilan kali kunjungan
pembinaan/ pendampingan dengan jumlah petugas yang datang 2 – 4 orang
sesuai dengan bentuk binaan yang dilakukan.
4.5. Studi Banding
Studi Banding ini merupakan salah satu Kegiatan pendukung Pendampingan
kawasan Perkebunan Kopi untuk memperoleh inovasi teknologi yang bisa
diterapkan dan dikembangkan baik untuk sekarang maupun masa yang akan
datang. Studi banding dilaksanakan di Balai penelitian komoditas yang
menangani/ mandat tanaman kopi yaitu di Balai Penelitian Tanaman I ndustri
(Balittri) Pakuwon Sukabumi Jawa Barat. Dari pelaksanaan studi banding ini ada
beberapa inovasi yang diharapkan bisa mendukung pengembangan kopi
kususnya di kapupaten Kepahiang dan Rejang Lebong. Beberapa hasil tersebut
adalah :
a. I novasi Matang Serentak
I novasi matang serentak buah adalah membuat buah kopi matang secara
bersamaan dengan cara mengkondisikan tanaman berbunga serentak sehingga
berbuah serentak dan matang juga serentak. Metode ini pada prinsipnya adalah
menciptakan keseimbangan hara dalam tanah dengan penyediaan pupuk
kandang dengan pupuk hayati. Pupuk hayati yang digunakan adalah Bionema
yang merupakan agen hayati yang berbentuk cair yang berbahan baku Bacillus.
Pupuk ini dikombinasikan dengan pupuk kandang (Perbandingan 5 kg pupuk
Gambar 9 Pupuk hayati dan tanaman kopi berbunga serentak
b. Naungan Produktif
Naungan sangat diperlukan untuk pertanaman kopi. Naungan yang
dianjurkan adalah dengan menjaga agar intensitas cahaya berkisar antara 60 –
80 % . Sehingga perlu diadakan pemangkasan kalau sudah terlalu ternaungi.
Diantara pohon produktif yang dianjurkan adalah Tanaman Petai. Disamping
produktif tanaman ini juga berfungsi menyerap Nitrogen yang ada di udara.
Kunjungan ke Kebun Percobaan dan Diseminasi
a. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)
Klon unggul kopi Robusta yang sudah dihasilkan antara lain BP 42, BP
358, BP 234, SA 237. Di lapangan tanaman ini ditanam dalam bentuk komposisi
karena tanaman kopi Robusta ini menyerbuk silang. Kondisi tanaman saat itu
baru berumur 6 bulan (belum produksi).
b. Stek berakar
Stek berakar merupakan salah satu cara perbanyakan bibit tanaman kopi
yang dapat dilakukan dalam waktu cepat dan jumlah yang banyak. Bagian
tanaman yang diambil adalah wiwilan yang tumbuh pada pohon utama dan
diambil bagian ruas yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Kemudian
ditanam pada media yang sudah disiapkan pada bedengan ukuran 8 x 1,5 m
yang ditutup plastik. Media yang digunakan adalah campuran pasir sungai
dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Biasanya 3 minggu tanaman
sudah kelihatan tumbuh.
Gambar 11. Prosedur Perbanyakan bibit kopi stek berakar (Stek, Bedengan dan pertanaman dalam polibeg)
c. Pasca Panen (I novasi olah basah)
I novasi ini sebenarnya sudah lama ada, namun belum banyak
diterapkan oleh petani. I novasi ini menggunakan 2 jenis mesin yaitu mesin
pengupas kulit buah (fullper) dan mesin pengupas kulit tanduk (Huller) yang
menghasilkan gabah kopi. Buah yang digunakan buah yang sudah masak merah.
Penjemuran dilakukan dilantai semen sampai kadar air 12 % .
d. Ruang Diseminasi
Di ruang diseminasi indoor di pajangkan berbagai produk inovasi kopi
antara lain biji kopi varietas unggul dengan kadar air 12 % , biji kopi yang sudah
Gambar 12. Biji kopi dan bubuk kopi dalam kemasan produk Balittri.
4.6. Apresiasi
Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian yang positif terhadap suatu
karya tertentu. Dalam apresiasi disamping menyampaikan dan menginformasikan
hasil kegiatan pendampingan peremajaan tanaman kopi yang dilakukan di lahan
petani kepada petani lainnya serta stakeholder juga sekaligus menghimpun
masukan dan saran saran dari petani dan stakeholder terkait dengan
mengembangan kopi dan permasalahannya.
Kegiatan Apresiasi dilaksanakan di Desa Tangsi Duren Kecamatan
Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Mengingat di Kecamatan ini ada 2 kegiatan
terkait komoditas kopi yaitu Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan
Kopi dan Kajian Peremajaan Kopi Rakyat dengan Sistem Kapak Kulai, maka
pelaksanaan Apresiasi digabung dengan judul Workshop dan Apresiasi
Pendampingan Kawasan Kopi Melalui I novasi Pemupukan, Peremajaan dan Pasca
Panen di Provinsi Bengkulu. Kegiatan Workshop kusus untuk petani peserta
Kajian Peremajaan Kopi Rakyat dengan Sistem Kapak Kulai di Desa Tangsi
Duren. Kegiatan ini diikuti sebanyak 136 peserta yang berasal dari petani 3 Desa
yaitu Desa Babakan Bogor, Desa Tangsi Duren dan Desa Pagar Gunung serta
para penyuluh daerah/ desa masing masing binaan. Dalam kegiatan Apresiasi ini
juga diikuti 5 kelompok tani kopi dari Kabupaten Rejang Lebong dan 2 petugas
dari Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten Rejang Lebong. Para petani
dari 5 kelompok dari Rejang Lebong ini diharapkan dapat menjadi fasilitator
untuk pengembangan kopi di desanya masing masing. Nara sumber dan materi
Tabel 4. Materi Worshop dan Apresiasi Pendampingan Kawasan Kopi melalui I novasi Pemupukan, Peremajaan dan Pasca Panen di Provinsi Bengkulu
No Materi Pemateri
1. Kebijakan Pengembangan Usahatani Perkebunan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Kepala Dinas Perkebunan Kab. Kepahiang
2. Program dan Kebijakan Penyuluhan dalam Rangka Percepatan dan Pengembangan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Kepala BP4K Kab. Kepahiang
3. I novasi Teknologi Peremajaan Kopi Sistem Sambung Sebagai Upaya Bagi Percepatan Pengembangan Usahatani Perkebunan Kopi di Kabupaten Kepahiang
Drs. Afrizon, M.Si
4. Kajian Pemupukan dan Peremajaan Kopi Rakyat Dengan Sistem Kapak Kulai di Kepahiang
Dr. Wahyu Wibawa, MP
5. Diskusi Narasumber dan tim
6. Kunjungan lapangan
Beberapa hasil diskusi apresiasi.
1. Pada budidaya kopi sangat penting penggunaan klon yang unggul. Dimana
klon unggul adalah suatu genotipe tanaman yang memiliki potensi hasil dan
sifat-sifat agronomis lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa
digunakan sebagai bahan tanaman dalam pertanaman komersial.
Keunggulan suatu klon ditentukan oleh faktor genetik yang dikandungnya
dan diekspresikan dalam bentuk morfologis, susunan anatomis dan proses
fisiologis yang menunjang pertumbuhan, potensi hasil dan daya adaptasi
terhadap lingkungan. Perbedaan keunggulan suatu klon dengan klon lainya
disebabkan oleh perbedaan susunan genetik yang menunjang ketiga faktor
di atas.
2. Pemeliharaan yang intensif (pemupukan, pemangkasan, pengaturan
naungan dan pengendalian gulma) dapat meningkatkan produksi dan mutu.
Pemupukan sangat diperlukan dalam hal memenuhi ketersediaan hara yang
dibutuhkan tanaman, pemangkasan tanaman kopi diperlukan untuk
mempertahankan kerangka tanaman. yang sudah terbentuk baik, mengatur
penyebaran daun produktif, membuang bagian tanaman yang tidak
dikehendaki (seperi cabang sakit, patah dan tunas air). Selain itu
pemangkasan pemeliharaan juga bertujuan untuk merangsang pembentukan
3. Panen petik merah merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan mutu
dan harga jual biji kopi ditingkat petani. Biji kopi yang berkualitas baik
adalah biji kopi yang dipanen dalam keadaan matang sempurna, yaitu yang
memiliki kulit berwarna merah pada semua bagian sisinya. Hal ini oleh para
petani kopi biasa disebut sebagai panen petik merah. Pada panen biji kopi
merah prosesnya harus dilakukan secara selektif, karena kematangan biji
kopi tidak terjadi secara serentak dalam satu dompol. Biji kopi yang masih berwarna hijau tetap dibiarkan untuk waktu pemanenan berikutnya. Proses
pemanenan petik merah ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga
kematangan agar tidak mengalami perubahan kualitas pada proses
pengolahan.
4. Penanganan pasca panen perlu diterapkan kususnya penggunaan tempat
jemur dari lantai semen. Penjemuran merupakan cara yang paling mudah
dan murah untuk pengeringan biji kopi. Jika cuaca memungkinkan, proses
pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara penjemuran penuh cahaya
matahari. Secara teknis cara penjemuran akan memberikan hasil yang baik
jika syarat-syarat berikut dapat dipenuhi, yaitu :
- Sinar matahari mempunyai intensitas yang cukup dan dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
- Lantai jemur dibuat dari bahan yang mempunyai sifat menyerap panas.
- Tebal tumpukan biji kopi di lantai jemur harus optimal.
- Pembalikan yang cukup
- Biji kopi berasal dari buah kopi yang masak.
- Penyerapan ulang air dari permukaan lantai jemur harus dicegah.
5. Pada tanaman kopi yang tidak produktif perlu segera diadakan peremajaan
dengan klon unggul lokal yang sesuai yang sudah dilepas oleh Kementerian
Pertanian (Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3 dan Sehacence). Tujuan yang
paling utama dari peremajaan adalah untuk meningkatkan hasil produksi dari
pohon kopi tersebut dan mempertahankan umur produktif. Salah satu
peremajaan dilakukan dengan cara menyambungkan antara kopi yg tidak
berbuah lebat atau tidak produktif dengan yg berbuah lebat sepanjang tahun
atau klon unggul.
biaya produksi. Penggunaan kompos juga dapat mengurangi penggunaan
pupuk kimia (substitusi).
7. Keterlibatan para petugas penyuluh lapangan dalam membina petani sangat
diperlukan dalam proses adopsi inovasi teknologi.
8. Diperlukan koordinasi dan sinergi antara Dinas teknis (Hutbun, BP4K)
dengan dinas Perindustrian dan perdagangan dalam hal pemasaran kopi
Gambar 13. sambutan Kepala BPTP dalam pembukaan Apresiasi
Gambar 14. Penyampaian materi I novasi Teknologi Peremajaan Kopi dan kajian pemupukan dengan sistem kapak kulai
Penyebaran bahan diseminasi
Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target
atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima,
dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Untuk diseminasi bidang inovasi
teknologi pertanian yang di informasikan pada kegiatan ini adalah berupa hasil
hasil penelitian dan review dari beberapa sumber yang diharapkan di adopsi dan
bahan diseminasi yang sudah dubuat dan disebarkan kepada pengguna terditi
dari :
a) Leaflet terdiri dari 3 judul :
1. Pemeliharaan Tanaman
2. Teknik Penyambungan dan Pemeliharaan Hasil Sambungan Tanaman Kopi
3. Teknik panen dan pengolahan kopi
b) Banner terdiri dari 1 Judul :
Peremajaan Kopi sistem sambung dan Pemeliharaan (upaya meningkatkan
produksi dan mutu)
V. KESI MPULAN
1. I novasi teknologi peremajaan penyambungan dengan klon unggul,
pemupukan dan pemangkasan yang diterapkan bisa sebagai percontohan
bagi petani kopi untuk memberi pengetahuan dalam upaya meningkatkan
produksi dan mutu kopi.
2. Secara kuantitatif perlu waktu untuk bisa melihat peningkatan pengetahuan
petani terhadap inovasi, namun demplot inovasi teknologi peremajaan
penyambungan sudah bisa memberi pengertian kepada petani terhadap
pentingnya penggunaan klon unggul untuk meningkatkan produksi dan
kualitas kopi.
3. Peran dan fungsi atau partisipasi penyuluh lapangan akan lebih optimal
dengan adanya demplot I novasi teknologi peremajaan penyambungan yang
diterapkan dilahan petani terlihat dari intensitas kunjungan pembinaan ke
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN
I novasi yang sudah diterapkan pada lahan petani seluas 1 hektar yaitu
peremajaan penyambungan tanaman kopi dengan klon unggul Nasional yaitu
Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3 dan Sehasenshe serta 1 klon unggu lokal yang
belum dilepas serta inovasi pemupukan dan pemangkasan tanaman.
Penyambungan menggunakan 2 sistem yaitu Tag Ent dan Top Ent. Dari
pengamatan pertumbuhan tanaman yang tumbuh setelah disambung adalah 81
% . Pada tahun pertama pendampingan belum sampai pada produksi tanaman
dan dan perlu waktu untuk melihat tingkat pengetahuan dan adopsi petani
terhadap inovasi teknologi yang diaplikasikan di lapangan. Untuk partisipasi
penyuluh lapangan memperlihatkan aktifitas yang cukup baik yang terlihat dari 9
(sembilan) kali kunjungan lapangan dalam bentuk pendampingan berbagai
kegiatan di areal demplot peremajaan. Hal semacam ini belum pernah dilakukan
sebelumnya. Bahan diseminasi yang sudah disebar kepada para pengguna
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p.
Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014. Data dan Potensi Ternak Kabupaten Kepahiang Tahun 2009-2014.Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang.Kepahiang.
Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Perternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Direktorat Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan I novasi Pertanian. http: / / ekonomi.kompasiana.com/ agrobisnis/ 2011/ 02/ 13/ mem percepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian [ 22 Juni] .
Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.
Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam Sistem Agribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi). Bogor.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rambe, S.S.M.R. 2013. I dentifikasi Masalah Teknologi Dan Kelembagaan Dalam Pengembangan Kawasan Jeruk Di Kabupaten Lebong. Prosiding Temu Teknis.Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
ANALI SI S RI SI KO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan
Pertanian Nasional. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka
akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara
antisipatif maupun responsif (table 5).
Tabel 5. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tahun 2016.
Tabel 6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional tahun 2015.
NO. Risiko Penyebab Penanganan
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANAAN
Tabel 7. Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan
N
1. Drs. Afrizon, M.Si/ Peneliti Muda/
JANGKA WAKTU KEGI ATAN
Tabel 8. Jadwal kegiatan
N
o. Uraian
Bulan
ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
Penyususan RODHP, Juklak dan seminar
Perbaikan RODHP 2. Pelaksanaan lapangan
Koordinasi dengan stakeholder
I dentifikasi kebutuhan teknologi
Apresiasi hasil
identifikasi kebutuhan teknologi
I mplementasi
teknologi di lapangan Temu lapang
Kompilasi dan analisis data
PEMBI AYAAN
Tabel 9. Rencana Anggaran Biaya
N
• Bahan pendampingan dan Bahan pendukung lainnya