LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TRITUNGGAL SENTRA BUANA DESA SALIKI KECAMATAN MUARA BADAK
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh
Ellysa Febrianti NIM. 090 500 062
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ………. iii
DAFTAR LAMPIRAN ………. iv
I. PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Tujuan ………. 2
C. Hasil yang Diharapkan ………. 2
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ………. 3
A. Tinjauan Umum Perusahaan ……… 3
B. Manajemen Perusahaan ……… 3
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ………. 4
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ……… 5
A. Survey Areal dan Pembukaan Lahan ………. 5
B. Pembibitan ………. 6
C. Penanaman ……… 16
D. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ……….. 20
E. Panen dan Pengangkutan ……… 28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
A. Kesimpulan ………. 33
B. Saran ……….. 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta PT. Tritunggal Sentra Buana ……… 36 2. Struktur Organisasi PT. Tritunggal Sentra Buana …….. 37 3. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang ………… 38
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit di Indonesia menunjukan perannya yang baik bagi perekonomian Indonesia. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara beberapa tanaman penghasil minyak.
Indonesia memiliki peluang besar dalam mengembangkan tanaman kelapa sawit karena Indonesia merupakan Negara tropis sehingga sangat cocok untuk membuka perkebunan kelapa sawit. Pembukaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia memberikan peluang dalam menerima tenaga kerja yang terampil dan handal serta memiliki disiplin yang tinggi dalam melakukan pekerjaan di bidang perkebunan.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang baik apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan benar, tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan pada kawasan hutan gundul atau lahan yang sudah tidak produktif lagi sehingga nantinya tanaman kelapa sawit dapat menyelamatkan ekosistem disekitarnya. Sehingga pemerintah memberikan izin dalam melakukan pendirian perusahaan perkebunan.
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan telah memiliki program kegiatan Praktek Kerja Lapang bagi mahasiswa ke perkebunan – perkebunan yang dikelola oleh lembaga swasta, rakyat maupun pemerintah agar para mahasiswa memiliki keterampilan dalam mengembangkan pengetahuannya di bidang tanaman perkebunan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami kegiatan serta prinsip kerja dalam membudidayakan tanaman kelapa sawit serta tata cara penggunaan alat, bahan dan sarana yang ada di lapangan. 2. Mahasiswa dapat memahami penerapan teori dengan
kegiatan di lapang secara langsung dengan adanya kegiatan praktek kerja lapang.
C. Hasil yang diharapkan
Kegiatan praktek kerja lapang ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dibidang budidaya tanaman perkebunan sebagai bekal dalam memasuki lapangan kerja.
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Tritunggal Sentra Buana (TSB) adalah perusahaan kelapa sawit yang terletak di Desa Saliki Kecamatan Muara Badak. PT. TSB merupakan bagian dari perusahaan Wilmar Group Plantation.
PT. TSB memiliki pabrik kelapa sawit yaitu PT. Tritunggal Sentra Buana Pulm Oil Mill.
B. Manajemen Perusahaan
1. General Estatet Manager (GEM)
GEM merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Tritunggal yang saat ini di jabat oleh Bapak John Martin yang membawahi seluruh organisasi lainnya yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di lapangan.
2. Departement. Legal Officer (Dept. LO)
Dept. LO merupakan pusat dari PT. TSB yang berada Jln. DI. Panjaitan. Dept Lo. Ini bergerak di bidang pencari tenaga kerja dan mengatasi masalah di kebun. Dept. LO memiliki Staff LO yang bergerak dalam mengatasi masalah yang ada di kebun.
3. Bina Mitra (BM)
BM merupakan bagian dari Wilmar Group Plantation yang mengurus kebun plasma ke masyarakat sekitar Desa Saliki Kecamatan Muara Badak.
4. Estate Manager
Estate Manager merupakan jabatan tertinggi kedua di PT. Tritunggal Sentra Buana yang saat ini di jabat oleh Bapak Ibnu Trisamsi yang bertanggung jawab dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di sekitar kebun Desa Saliki.
5. Divisi Manager (DM)
DM adalah pengamat di lapangan yang bertugas untuk menenukan dan mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada di kebun seperti kesalahan dalam melakukan panen. DM saat ini di jabat oleh Bapak Wiyono.
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Tritunggal Sentra Buana terletak di Desa Saliki Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. PKL ini dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari tanggal 2 Maret – 2 Mei 2012.
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Survey Areal dan Pembukaan Lahan 1. Membuat batas areal
a. Tujuan
1) Menentukan titik batas kebun sesuai dengan izin lokasi dan Hak Guna Usaha.
2) Membuat batas lokasi kebun sehingga membentuk
polygon.
3) Membuat batas inclave terhadap lahan masyarakat, lahan yang tidak diusahakan dan lahan konservasi.
b. Dasar Teori
Pemerintah memberikan kepastian formal tentang perizinan penyelenggaraan perkebunan kelapa sawit. Untuk usaha perkebunan, diberikan HGU dengan jangka waktu selama-lamanya 35 tahun dan perpanjangan 25 tahun (Pahan, 2008).
Survei lapangan merupakan gambaran detail lokasi yang akan dijadikan kebun kelapa sawit, sehingga memudahkan pekerjaan pembukaan lahan dan pengendaliannya (Sunarko, 2009.) Global Positioning System
(GPS) merupakan sistem penentu posisi yang akurat dengan ketelitian submeter, yang didasarkan atas suatu sistem
satelit navigasi yang dibangun dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan kompas, Global Positioning System
(GPS), parang, meteran, sedangkan bahan adalah patok kayu, cat warna merah, peta dasar, alat tulis menulis.
d. Prosedur Kerja
1) Menentukan titik batas kebun sesuai izin lokasi dengan melihat peta dasar terlebih dahulu
2) Menentukan titik kordinat menggunakan GPS dan kompas dari titik yang sudah ditentukan sesuai peta dasar.
3) Setelah itu dilakukan perintisan dengan menggunakan parang.
4) Tarik meteran sepanjang rintisan dan patok dengan menggunakan anak kayu dan diberi cat warna merah. e. Hasil yang dicapai
Dalam pembukaan lahan 1 hari kerja (8 jam) menurut
ketentuan kerja PT. Tritunggal Sentra Buana diperoleh 1600-2000 m2/HK.
B. Pembibitan
1. Pre – Nursery a. Penyiraman
1) Tujuan
Agar kebutuhan tanaman terhadap air dapat terpenuhi.
2) Dasar teori
Penyiraman dilakukan dua kali sehari secara teratur. Jika curah hujan lebih dari 8 mm/hari maka penyiraman penyiraman tidak perlu dilakukan setiap hari Marsa et al. (2009). Sumisamsui sistem irigasi adalah irigasi kabut sistem untuk pembibitan.
Sumisamsui ialah selang yang terbuat dari bahan
polietilen khusus kelas hitam. Pola lubang irigasi dirancang oleh komputer untuk menghasilkan semprotan yang seragam dan sangat halus (Pahan, 2006).
Pada pembibitan awal (pre-nursery) kebutuhan tiap bibit adalah sekitar 0,1 liter, 0,2 liter dan 0,3 liter/hari berturut-turut untuk bibit umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
3) Alat yang digunakan sumisamsui, mesin air. 4) Prosedur kerja
a) Keran dibuka terlebih dahulu pada tiap-tiap saluran agar sumisamsui tidak meledak saat dialirkan air.
b) Mesin air dihidupkan oleh operator. 5) Hasil yang dicapai
Untuk penyiraman menggunakan sumisamsui, hasil yang dicapai sumisamsui mampu menyiram secara keseluruhan selama 25 menit dengan rotasi penyiraman 2 kali sehari/HK.
6) Pembahasan
Penyiraman di PT. Tritunggal Sentra Buana telah sesuai, yaitu penyiraman dilakukan dua kali sehari dan jika curah hujan 8 mm/hari maka tidak perlu dilakukan penyiraman setiap hari.
2. Main nursery
a. Menyusun polybag (spacing) 1) Tujuan
Agar tanaman lebih rapi dan tidak saling menutupi saat dalam penerimaan sinar matahari.
2) Dasar teori
Polibag disusun di areal pembibitan yang telah bersih dengan jarak tanam 90 x 90 x 90 cm berbentuk segi tiga sama sisi diukur dari pusat polibag (Pahan, 2008).
3) Alat yang digunakan adalah tali rapia, sedangkan bahan yang digunakan adalah polybag yang sudah diisi media tanam.
4) Prosedur kerja
a) Penyusunan polybag menggunakan tali rapia. b) Polybag yang sudah diisi dengan media tanam
disusun dengan jarak antar tanaman 75 cm x 75 cm x 75 cm.
5) Hasil yang dicapai
Rata-rata penyusunan polybag/jam sebanyak 20 polybag sedangkan bagi tenaga kerja 150 polybag/HK.
6) Pembahasan
Jarak bibit di lapangan tidak sesuai dengan yang ada di teori yaitu 90 cm x 90 cm x 90 cm, sedangkan jarak tanam di lapangan yaitu 75 cm x 75 cm x 75 cm dengan alasan untuk menghemat lahan.
b. Penyiraman 1) Tujuan
Agar kebutuhan tanaman terhadap air dapat terpenuhi sehingga tidak mengakibatkan kematian pada tanaman.
2) Dasar teori
Penyiraman dilakukan dua kali sehari secara teratur dengan jumlah cukup kecuali jika turun hujan penyiraman cukup sekali saja. Jika kemarau maka penyiraman harus dilakukan dua kali sekali sehari minimal 2 liter/polybag (Sunarko, 2009).
Penyiraman yang kurang sempurna akan mengakibatkan kematian. Air yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan air di pembibitan setara dengan curah hujan 3,4 mm/hari atau 2,25 liter/polybag (Pahan, 2008).
Sumisamsui sistem irigasi adalah irigasi kabut sistem untuk pembibitan. Sumisamsui ialah selang yang terbuat dari bahan polietilen khusus kelas hitam. Pola lubang irigasi dirancang oleh computer untuk menghasilkan semprotan yang seragam dan sangat halus (Pahan, 2006).
4) Prosedur kerja
a) Keran dibuka terlebih dahulu pada tiap-tiap saluran agar sumisamsui tidak meledak saat dialirkan air.
b) Mesin air dihidupkan oleh operator. 5) Hasil yang dicapai
Untuk penyiraman menggunakan sumisamsui, hasil yang dicapai sumisamsui mampu menyiram secara keseluruhan selama 60 menit dengan ketentuan 2 liter/polybag yang dilakukan 2 kali sehari/HK.
6) Pembahasan
Penyiraman yang dilakukan oleh PT. Tritunggal Sentra Buana sesuai dengan pendapat Sunarko (2009), yang menjelaskan bahwa penyiraman dilakukan dua kali sehari dan minimal 2 liter/polybag.
c. Penyiangan gulma 1) Tujuan
Agar tidak terjadi perebutan unsur hara antara
tanaman pokok dengan gulma. Sehingga gulma di sekitar bibit menjadi bersih dan menghindari terbentuknya lapisan kedap air di permukaan tanah.
2) Dasar teori
Penyiangan dilakukan secara manual, yakni dengan
mencabut gulma menggunakan tangan. Tujuan penyiangan di antaranya membersihkan pembibitan dari vegetasi selain bibit dan menghindari terbentuknya lapisan kedap air di permukaan tanah Marsa et al, (2009).
Gulma di kelapa sawit harus dikendalikan karena gulma akan menghambat jalan bagi para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau
penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Rumput-rumput yang tumbuh diluar polibag dibersihkan dua bulan sekali dengan dicangkul atau herbisida (Selardi, 2003).
2) Alat yang digunakan hand sprayer, sedangkan bahan yang digunakan herbisida yaitu Gramoxone dan Fasta, air.
3) Prosedur kerja
a) Untuk gulma di dalam polybag dicabut
menggunakan tangan.
b) Untuk gulma di luar polybag dilakukan pengendalian secara kimiawi, disemprot menggunakan herbisida,
yaitu Gramoxone dan Fasta dengan konsentrasi 50 ml/15 ltr air.
2) Hasil yang dicapai
Untuk tenaga kerja pengendalian dilakukan secara manual oleh 20 orang tenaga/hari kerja, sedangkan secara kimia dilakukan setiap dua minggu sekali.
3) Pembahasan
Pengendalian gulma di PT. Tritunggal Sentra Buana belum sesuai dengan yang ada di teori, karena menurut teori pengendalian secara kimia harus menggunakan herbisida dan pengendalian pun dilakukan dua bulan sekali namun pengendalian gulma di lapangan dilakukan 2 minggu sekali. Bahan yang digunakan dibuat oleh pihak perusahaan yang tidak di jual belikan.
d. Pemupukan 1) Tujuan
Untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada proses pertumbuhan fase
2) Dasar teori
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Cara penebaran pupuk dapat menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akar pun lebih seimbang. Fase generatif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup – kuncup bunga, buah dan biji, namun dapat juga terjadi pada pembesaran dan pendewasaan akar dan batang tanaman, sedangkan fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru dalam fase ini terjadi 3 proses yakni pembelahan sel, dan perpanjangan sel (Novizan, 2002).
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi, Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman (Selardi, 2003). Jenis pupuk yang digunakan di pembibitan dapat berupa pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Di Malaysia dianjurkan pemakaian pupuk
majemuk 15.15.6.4 sampai bibit berumur 4 bulan sebanyak 5 g/bibit sedangkan pupuk majemuk 12.12.17.2 digunakan pada bulan ke-5 dengan dosis 30 g/bibit dan seterusnya (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
3) Alat yang digunakan adalah tas karung, sendok makan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah pupuk NPK 12-12-17-2+TE
4) Prosedur kerja
Pupuk NPK 12-12-17-2+TE diberi dengan cara ditabur dengan dosis 7,5 g pada saat berumur 3 minggu, apabila bibit telah berumur 3 bulan maka diberi pupuk dengan dosis 15 g dan 3 bulan berikutnya diberi lagi pupuk dengan dosis 35 g hingga bibit berumur 8 – 12 bulan. Namun apabila bibit telah berumur 8 – 12 belum juga dipindah ke lapangan maka bibit tersebut tetap diberi pupuk dengan dosis 35 g setiap 3 bulan.
5) Hasil yang dicapai
Pemupukan dilakukan dengan sistem borongan, hasil pekerjaan pemupukan adalah adalah 25 polybag/jam sedangkan bagi tenaga kerja 1
orang dapat memupuk 200 polybag/karung dan diupah 2.500 perkarung.
6) Pembahasan
Pemupukan yang dilakukan dalam praktek belum sesuai dengan yang ada pada teori, bahwa cara pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan dan dengan dosis yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Pupuk yang digunakan ialah pupuk yang dibuat oleh perusahaan yang tidak dijual belikan dan merupakan rahasia perusahaan.
e. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) 1) Tujuan
Pengendalian HPT dilakukan agar tanaman dapat terhindar dari hama dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2) Dasar teori
Hama umumnya merupakan jasad mikro yang kasat mata, hama Aspidiotus ialah hama yang menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan timbul bercak – bercak bulat. Untuk pengendalian hama Aspidiotus menggunakan
pestisida dengan bahan aktif Aldircab dengan dosis 4 g/bibit (Pahan, 2008).
Hama saat di pembibitan main nursery dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sedangkan untuk penyakit menggunakan fungisida dengan rotasi penyemprotan dua minggu sekali (Masra et al. 2009).
3) Alat yang digunakan adalah hand sprayer solo 425, sedangkan bahan yang digunakan adalah insektisida yaitu cozeb dan chlormite.
4) Prosedur kerja
a. Hand sprayer diisi air sebanyak 15 ltr.
b. chlormite dengan dosis 20 ml, dan cozeb dengan dosis 20 gr.
c. Penyemprotan dilakukan pada sore hari.
5) Hasil yang dicapai
Pengendalian hama penyakit tanaman untuk tenaga kerja dilakukan 2 minggu sekali tergantung dari serangan hama.
6) Pembahasan
Untuk pengendalian hama penyakit tanaman di lapangan telah sesuai dengan yang ada di teori,
yaitu dengan rotasi penyemprotan 2 minggu sekali. Untuk dosis merupakan rahasia perusahaan yang tidak diberi tahukan karena pestisida yang digunakan merupakan buatan perusahaan.
C. Penanaman
1. Pembuatan lubang tanam a. Tujuan
1) Untuk mematikan mikroorganisme tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
2) Mengurangi kemasaman tanah.
3) Untuk menggemburkan tanah sehingga memudahkan penyerapan unsur hara bagi tanaman. b. Dasar teori
Ajir ialah pancang yang digunakan untuk menentukan lubang tanam atau titik dimana tanaman akan ditanam nantinya. Pemancangan sebaiknya dilakukan setelah pekerjaan perun, rumpuk dan bakar selesai dilakukan pada seluruh areal. Sistem tanam yang dianjurkan yaitu membuat lubang tanam 1 bulan sebelum tanam, hal ini bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang tanam yang dibuat, untuk menggemburkan struktur tanah sehingga
penyerapan unsure hara yang diberikan (pupuk) menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman (Pahan, 2008).
Lubang tanam dibuat tepat di lokasi yang sudah dipasang ajir. Pembuatan lubang dilakukan dua atau tiga bulan sebelum kelapa sawit ditanam dan tanah top soil dengan sub soil harus dipisahkan. Tujuan dibuatnya lubang tanam agar semua gas beracun hasil metabolisme mikroba menguap atau terbawa angin (Selardi, 2003). c. Alat yang digunakan adalah tombak dan cangkul. d. Prosedur kerja
1) Lahan yang telah diajir dicangkul sedalam 70 cm. 2) Lalu diukur panjang 30 cm dan lebar 30 cm
menggunakan tombak.
3) Tanah yang akan dicangkul tidak dipisahkan antara tanah top soil dengan tanah sub soil.
e. Hasil yang dicapai
Setelah pembuatan lubang tanam harus segera dilakukan penanaman agar lubang tidak tertutup kembali. Pembuatan lubang tanam yang dikerjakan 4 lubang/jam sedangkan bagi tenaga kerja 1 orang yang dilakukan dengan sistem borongan mampu membuat 30 lubang/HK.
f. Pembahasan
Dari yang dilakukan dilapangan tidak sesuai dengan yang ada di teori, karena yang seharusnya lubang tanam dibuat 2 – 3 bulan sebelum tanam tetapi malah baru dibuat saat akan dilakukan penanaman.
2. Penanam bibit a. Tujuan
Untuk menentukan produksi dan kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit.
b. Dasar teori
Penanaman kelapa sawit di lapangan sangat penting, karena akan menentukan produksi dan kelangsungan hidup tanaman. Penanaman dilakukan pada bulan Oktober dan sudah harus selesai pada akhir bulan Februari. Pada bulan Oktober hujan sudah mulai turun sehingga tanaman tidak akan kekurangan air. Penanaman di lapangan dilakukan setelah bibit berumur 12 bulan. Pemupukan dasar mutlak dilakukan pada kebun – kebun yang akan ditanami kelapa sawit (Selardi, 2003).
Penanaman kelapa sawit harus diawali dengan pemupukan lubang menggunakan pupuk rock phosphate
sebanyak 0,5 kg/lubang (Mangoensokarjo, 2005; Haryono, 2005).
c. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang, sedangkan bahan yang digunakan adalah bibit umur 3 tahun.
d. Prosedur kerja
1) Lubang tanam yang akan ditanami dibersihkan kembali menggunakan cangkul dan parang.
2) Buka bagian samping polybag menggunakan parang.
3) Masukan bibit ke dalam lubang lalu menimbunnya dengan tanah.
e. Hasil yang dicapai
Penanaman kelapa sawit menggunakan sistem borongan. Penanaman bagi mahasiswa yang melakukan praktek memperoleh 3 polybag/jam sedangkan bagi tenaga kerja dengan jumlah 10 orang dengan hasil pengerjaan 1 orang memperoleh 30 bibit/HK.
f. Pembahasan
Dari pengerjaan yang ada di lapangan tidak sesuai dengan yang ada diteori, karena bibit yang digunakan adalah bibit yang sudah berumur 3 tahun dan tanpa adanya pupuk dasar sedangkan menurut teori harus bibit
yang berumur 12 bulan dan harus diberi pupuk dasar. Bibit yang berumur 3 tahun ini disebabkan karena kondisi lahan yang belum siap dan tidak adanya penggunaan pupuk dasar pada saat penanaman disebabkan karena kurangnya stok dari perusahaan.
D. Perawatan Tanaman Menghasilkan
Menurut Risza (1995), yang dimaksud pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah umur 3 – 25 tahun (sampai diremajakan). Dimana kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan meliputi rawat piringan, pasar pikul, pruning, pemupukan, rawat jalan, panen dan pengangkutan.
1. Pengendalian gulma a. Tujuan
Agar tidak terjadi persaingan unsur hara antara gulma dengan tanaman pokok kelapa sawit.
b. Dasar teori
Pemeliharaan tanaman menghasilkan dilakukan pada umur 3 – 25 tahun (Risza, 1995).
Pengendalian gulma atau penyiangan merupakan kegiatan untuk menekan pertumbuhan gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dan secara
kimiawi (Sunarko, 2009). Gulma di kelapa sawit harus dikendalikan karena gulma akan menghambat jalan bagi para pekerja, gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara dan air serta kemungkinan gulma menjadi tanaman inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit (Selardi, 2003).
Pemberantasan gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pemberantasan secara kimiawi menggunakan herbisida, biasanya dibutuhkan 2 kali aplikasi herbisida untuk membuat lahan tanam cukup bersih dari alang – alang (Mangoensokarjo, 2005; Haryono, 2005). Tidak semua gulma harus diberantas, misalnya rumput – rumputan serta tanaman yang lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi di gawangan. Tanaman tersebut masih dapat ditoleransi. Tanah yang gundul tidak diijinkan karena mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan (Pahan, 2008).
c. Alat yang digunakan adalah parang dan hand sprayer
merek solo 425, sedangkan bahan yang digunakan adalah herbisida yaitu Inteam dan Winson, air.
d. Prosedur kerja
1) Untuk pengendalian secara manual dilakukan dengan menggunakan parang.
2) Untuk pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida yaitu inteam 100 cc, winson 100 cc dan air 15 ltr. Ketiga bahan ini dicampur jadi satu.
3) Penyemprotan dilakukan menggunakan hand sprayer.
4) Penyemprotan tidak dilakukan pada saat hujan. e. Hasil yang dicapai
Pengendalian dilakukan oleh 20 orang dengan penyelesaian pekerjaan 1,5 ha/HK. Pengendalian dilakukan 3 – 4 bulan sekali.
f. Pembahasan
Pengendalian gulma di lapangan telah sesuai dengan pengendalian gulma di dalam teori, yaitu pengendalian dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan kimia. Untuk racun gulma merupakan buatan perusahaan yang dirahasia dan tidak dijual belikan.
2. Prunning (menunas)
a. Tujuan
2) Menghindari tersangkutnya berondolan pada ketiak pelepah
3) Meningkatkan bobot buah dengan mengurangi pelepah yang sudah tidak produktif lagi.
b. Dasar teori
Ancak ialah areal tertentu yang dikerjakan oleh seorang atau sekelompok pekerja di kebun kelapa sawit. Sistem ancak tetap ialah suatu sistem yang mana memberikan tanggung jawab kepada karyawan terhadap ancak. Dengan sistem ancak tetap maka kondisi areal relative bagus karena kesalahan dapat di deteksi dengan mudah. Untuk mencapai produksi yang maksimum maka harus dihindari terjadinya pembuangan sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi (Pahan, 2008).
Pada saat tanaman mulai di panen dan seterusnya, dalam prakteknya daun – daun kelapa sawit selalu dipangkas dampai dengan daun yang terletak di bawah tandan buah yang akan di panen. Dengan cara ini maka pekerjaan panen dipermudah. Siregar dan Hutaruuk mengemukakan beberapa tujuan lainnya dari pemangkasan daun yaitu meningkatkan sanitasi kebun untuk mencegah serangan jamur dan tikus,
memperlancar penyerbukan alami, mempermudah panen, mencegah sangkutnya berondolan, mempermudah pengamatan buah matang (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
c. Alat yang digunakan ialah dodos, batu asah dan parang, sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman yang lebih dari songgo dua
d. Prosedur kerja
1) Pelepah tanaman yang melebihi songgo 2 dilakukan
prunning dengan menggunakan dodos.
2) Pada saat melakukan pruning harus dekat dengan batang agar berondolan tidak sangkut pada tanaman kelapa sawit.
3) Pelepah yang telah di prunning langsung dibuang pada gawangan mati.
e. Hasil yang dicapai
Prunning dilakukan setiap melakukan panen.
Prunning menggunakan sistem ancak tetap yang mana
prunning hanya dilakukan oleh satu orang saja dan di lokasi yang telah ditetapkan.
f. Pembahasan
Tujuan penunasan yang diinginkan oleh perusahaan telah sesuai dengan teori yaitu membuang pelepah yang
dianggap sudah tidak produktif lagi sehingga meningkatkan bobot buah dan mempermudah saat melakukan panen.
3. Pembersihan piringan a. Tujuan
1) Untuk memudahkan panen
2) Untuk memudahkan dalam mengumpulkan brondolan yang jatuh.
3) Memudahkan dalam pemupukan b. Dasar teori
Pemeliharaan piringan merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Selain itu piringan juga merupakan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan (Pahan, 2008). Bagian yang perlu diperhatikan adalah piringan sekeliling kelapa sawit, yang secara sengaja dibersihkan dari semua gulma. Di samping untuk mencegah persaingan dengan gulma, pembuatan piringan juga untuk mempermudah pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah dan brondolan, pruning, pemupukan, aplikasi pestisida dan sebagainya (Mangoensoekarjo, 2005; Haryono, 2005).
Menurut Risza (1994), piringan di sekitar pokok harus tetap dalam keadaan bersih. Oleh karena itu, tanah di sekitar pokok dengan jari – jari 1 – 2 meter dari tanaman pokok harus selalu bersih dari gulma yang tumbuh harus selalu dibabat, disemprot dengan herbisida agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
c. Alat yang digunakan adalah garukan, cangkul, hand sprayer solo 425, parang, sedangkan bahan yang digunakan adalah herbisida.
d. Prosedur kerja
1) Pembersihan piringan dilakukan dengan menggunakan parang dengan tujuan agar meringankan saat dilakukan penyemprotan.
2) Penyemprotan menggunakan hand sprayer solo 425 dengan menggunakan herbisida yaitu glisat dengan dosis 100 ml dan winson dengan dosis 100 ml dan dicampur dengan 15 ltr air.
3) Pembersihan dibersihkan dengan membentuk lingkaran dengan jari – jari 2 m menggunakan cangkul dan garukan.
4) Untuk gulma yang terdapat pada batang tanaman dibersihkan menggunakan parang.
e. Hasil yang dicapai
Pembersihan piri ngan ini dilakukan 3 bulan sekali tergantung kondisi gulma.
f. Pembahasan
Pembersihan piringan telah sesuai dengan teori yaitu pembersihan secara manual dengan jari – jari 2 m serta penyemprotan dengan menggunakan pestisida. Namun untuk dosis yang digunakan dalam pembersihan piringan menggunakan pestisida yang dibuat oleh perusahaan dan dirahasiakan tidak dapat dikatakan sesuai dengan yang ada di teori.
4. Pemupukan Tanaman Menghasilkan a. Tujuan
Untuk menambah unsur hara di dalam tanah sehingga meningkatkan produksi buah.
b. Dasar teori
Tujuan pemupukan adalah menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan mampu menyuplai kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan analisis daun (Novizan, 2002).
Unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman biasanya dibagi atas 2 kelompok, yaitu unsur makro dan
unsur mikro. Alasan pembagian ini, yaitu unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar seperti N, P, K, Mg, Ca, S, Na, dan CI, sedangkan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti Mn, Fe, Zn, Cu, Mo, dan B (Mangoensoekarjo, 2005;Haryono, 2005).
c. Alat yang digunakan tas karung dan mangkok takar. Bahan yang digunakan pupuk NPK Granular 13 – 6 – 27 – 4 + 0,65B
d. Prosedur kerja
1) Pupuk NPK Granular 13 – 6 – 27 – 4 + 0,65B dibagi menjadi 2 dan dimasukan ke dalam tas karung.
2) Pupuk ditabur disekitar tanaman dengan dosis 4 kg per pokok tanaman dengan umur tanaman 5 tahun.
e. Hasil yang dicapai
Pemupukan tidak dilakukan pada saat cuaca hujan karena pupuk dapat larut terbawa air. Pada saat ingin melakukan pemupukan harus mengetahui umur tanaman terlebih dahulu agar pada saat melakukan tidak memberikan dosis yang banyak ataupun sedikit pada tanaman. Pemupukan dikerjakan oleh 23 tenaga kerja dengan pengerjaan setengah 1 blok/HK.
f. Pembahasan
Pemupukan yang dilakukan dilapangan telah sesuai dengan yang ada di teori, yaitu dilakukannya analisis terlebih dahulu pada tanaman. Analisis ini dilakukan 6 bulan sekali. penggunaan bahan seperti pupuk sebagai sarana awal penanaman kelapa sawit di lapangan, karena penggunahan pupuk di awal penanaman kelapa sawit sangat membantu proses tumbuhnya tanaman dengan baik.
E. Panen dan Pengangkutan 1. Panen
a. Tujuan
Mengambil buah yang telah mencapai kriteria matang panen.
b. Dasar teori
Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit, yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman (Pahan, 2008).
Dalam hal buah kelapa sawit, kriteria yang dapat dipakai adalah warna buah. Dalam proses pematangan buah, warna kulit buah secara bertahap berubah dari
kehitam – kehitaman menjadi jingga kemerahan. kriteria lain adalah bahwa setelah mencapai tahap matang penuh, buah akan mudah terlepas dari tandan. Rata – rata berat tandan dipengaruhi oleh umur tanaman, yaitu sekitar 5 – 7 kg pada umur 3 – 4 tahun dan meningkat menjadi sekitar 20 kg pada umur 15 tahun. Ciri fraksi yaitu seperti pada Tabel 1. (Mangoensoekarjo, 2005;Haryono, 2005). Table 1. Fraksi, jumlah buah lepas dan derajat
kematangan buah
Fraksi Jumlah buah lepas (% dari buah luar
Derajat kematangan 00 Tidak ada, buah masih
mentah Sangat mentah 0 1 buah s/d 1,25 Mentah 1 12,5 – 25 Kurang matang
2 25 – 50 Matang 1
3 50 – 75 Matang 2
4 75 – 100 Lewat matang 1 5 Buah dalam ikut
membrondol Lewat matang 2 c. Alat yang digunakan : dodos, batu asah, parang, gerobak
merek arco, tombak dan kapak. d. Prosedur kerja
1) Mene ntukan lokasi panen
2) Mencari buah yang siap dipanen
3) Memotong pelepah yang menyangga buah dan memotongnya menjadi dua dan dibuang di gawangan mati.
4) Memotong tandan buah, dan memotong tankai buah membentuk huruf V hingga panjang tangkai buah 2 cm.
5) Memunggut berondolan yang telah jatuh.
6) Pengangkutan buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan menyusunnya di TPH.
e. Hasil yang dicapai
Panen menggunakan sistem borongan, dalam 1 HK diperoleh buah 30 – 40 tandan buah segar dengan berat jenjang rata-rata 5 – 7 kg. Rotasi panen dilakukan 10 hari sekali. Pemunggutan berondolan dilakukan oleh pemanen.
f. Pembahasan
Panen yang dilakukan di lapangan belum sesuai dengan yang ada di teori yaitu masih adanya panen buah mentah yang menyebabkan terjadinya perubahan rotasi panen buah.
2. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) a. Tujuan
Untuk mengangkut TBS segera mungkin beserta berondolan untuk diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
b. Dasar teori
Dalam hal penggunaan jalan sebagai sarana transport, sarana transpornya dapat menggunakan traktor dengan trailer atau truk. Traktor dengan trailer memiliki keunggulan, yakni kapasitas angkutan tinggi, mampu melewati jalan licin, basah dan berlumpur namun memiliki kelemahan seperti kecepatan yang relatif rendah. Sedangkan truk umumnya berkapasitas angkut relatif rendah, kurang mampu melewati jalan berlumpur, tetapi dapat berjalan dengan kecepatan tinggi. Penumpukan buah di TPH dan transpor berkaitan dengan waktu, karena tandan tidak boleh menunggu terlalu lama agar kandungan asam lemak bebas (ALB) tidak terlalu tinggi dan tandan harus sudah naik ke kendaraan pengangkut menjelang hari gelap (Mangoensoekarjo, 2005;Haryono, 2005).
c. Alat yang digunakan tombak, truk, traktor dengan trailer merek kubota M4900.
d. Prosedur kerja
1) Pengangkutan telah ditentukan sesuai blok yang telah dilaksanakan panen.
2) Pengangkutan menggunakan truk dengan tenaga kerja 3 orang.
3) TBS dimasukan ke dalam truk menggunakan tombak dan brondolan dimasukan menggunakan karung, brondolan di TPH harus bersih.
4) Setelah truk penuh dengan TBS maka truk ke PKS.
e. Hasil yang dicapai
Untuk satu truk dapat mengangkut hingga ± 6 ton TBS dan traktor dengan trailer dapat mengangkut ± 8 ton TBS . TBS hanya boleh berdiam selama 24 jam di TPH karena bisa berpengaruh pada kandungan ALB
f. Pembahasan
Untuk pengangkutan TBS di lapangan telah sesuai dengan yang ada di teori, yaitu pengangkutan buah tidak boleh lebih dari 1 hari karena berpengaruh pada ALB.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Secara keseluruhan penggunaan alat dan bahan di PT. Tritunggal Sentra Buana belum sesuai dengan teknis penggunaan alat dan bahan secara umum.
2. Rangkaian kegiatan praktek kerja lapang budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit di PT. Tritunggal Sentra Buana adalah Pembukaan Areal, Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan, Panen, dan pengolahan kelapa sawit.
B. Saran
1. Perlu diperhatikannya sarana kendaraan bagi karyawan agar memudahkan dalam melakukan pekerjaan.
2. Perlu adanya jalinan kerja sama antara perusahaan dengan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda agar mahasiswa dapat melakukan praktek kerja lapang dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Masra Chairani D, Alfred Sipayung dan Hendra H. Sipayung, 2009. Meraup Untung Dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa Sawit. Agro Media. Jakarta.
Mangoensoekarjo. S dan Haryono S, 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Risza S. 1995. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta
Selardi, S. 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Peta Tanam PT. Tritunggal Sentra Buana
Lampiran 2. Struktur Organisai PT. Tritunggal Sentra Buana
Keterangan :
………….. Garis Kordinasi Garis Instruksi
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Tritunggal Sentra Buana GEM John Martin Purchasing DEPT. LO Head of BM & Legal SR. ESTATE MANAGER DM CLINIK SDC KTU
NURSE STAFF FC FAA PURHACE STOR HRD MI SD Payrol STAFF
STAFF LO
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Gambar 1. Proses penyiraman di main nursery
Gambar 2. Proses pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT)
Gambar 4. Penanaman bibit di lapangan
Gambar 5. Perawatan Tanaman Menghasilkan