• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write: Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMK SMTI Bandarlampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write: Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMK SMTI Bandarlampung"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK TALK WRITE:

PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

PESERTA DIDIK SMK SMTI BANDARLAMPUNG

COOPERATIVE LEARNING TYPE THINK TALK WRITE: THE

EFFECT ON STUDENTS’ CRITICAL THINKING ABILITY IN SMK

SMTI BANDARLAMPUNG

Ririn Febriana1, Mukarramah Mustari 2 1,2 Pendidikan Fisika, FTK UIN Raden Intan Lampung

E-mail : ririnfhebrianna27@gmail.com

Diterima: 27 September 2018, Disetujui: 1 November 2018, Dipublikasikan: 30 November 2018

Abstract:This study aims to determine the effect of cooperative learning model Think Thalk Write on the ability of critical thinking among students of class X SMK SMTI Bandar Lampung. Research by the author is Quasi Experiment study. The study involved two groups of learners who totaled 31 students to a class experiment and 30 learners to grade control. The collection of data obtained using a test instrument. Shaped test instrument shaped essay test critical thinking skills. The results show that there are significant research critical thinking skills of learners after using cooperative learning model Think Talk Write. T test obtained tcoll > t table is 2.930 > 2.00 with a significance level of 5%. So H1 received, which indicates that there are

significant cooperative learning model Think Talk Write mode on the ability of critical thinking among students of Class X.

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Thalk Write terhadap kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas X SMK SMTI Bandar Lampung. Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Penelitian ini melibatkan 2 kelompok belajar peserta didik yang berjumlah 31 peserta didik untuk kelas Eksperimen dan 30 peserta didik untuk kelas kontrol. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan instrument tes. Instrument tes berbentuk essay berbentuk test kemampuan berpikir kritis. Diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Uji t diperoleh t hitung > ttabel yaitu 2,930 > 2,00 dengan taraf signifikan 5%. Jadi H1 diterima, yang menandakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write terhadap kemampuan berpikir kritis pada peserta didik Kelas X .

© 2018 Unit Riset dan Publikasi Ilmiah FTK UIN Raden Intan Lampung Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kritis, Kooperatif Tipe Think Talk Write, Model Pembelajaran. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang (Hamalik, 2013). Dari uraian tersebut bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar

disekolah. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan yang membantu dalam sumber daya pendidikan yang tersedia. Dengan adanya pemahman tentang pendidikan diatas akan

membawa perubahan pada proses

pembelajaran di sekolah menuju pemahaman yang lebih baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena

(2)

Pembelajaran Kooperatif Tipe….. │ Ririn Febriana, Mukarramah Mustari itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi

yang memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan menerapkan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan Pendidikan (Tirtarahardja, 2008).

Berdasarkan pendapat yang dikemuka-kan diatas, maka penulis menyimpuldikemuka-kan bahwa tujuan pendidikan merupakan hal yang penting, sebab tanpa perumusan yang jelas mengenai tujuan pendidikan sesuatu kegiatan tidak akan terarah. Setiap individu wajib mengenyam pendidikan dan menuntut imu dengan baik. Agama islam menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan dan berusaha untuk melakukan perubahan dalam hidupnya dengan menambah pengetahuannya seperti yang tertera jelas dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila

dikatakan kepadamu,

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Mujaadilah ayat: 11).

Maksud ayat di atas yakni sebagai seorang muslim harus berbagi ilmu kepada saudara sesama muslim lainnya, artinya ilmu yang dimilikinya adalah ilmu yang bermanfaat bagi dirinya atau orang banyak, tidak hanya ilmu tentang ke agamaan melainkan ilmu pengetahuan lainnya salah satunya yaitu ilmu pengetahuan fisika. Jadi, fisika merupakan salah satu aspek yang sangat

penting peranannya untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran fisika, terdapat keterampilan ilmiah yang dapat membantu siswa membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir

kritis dan kreatif (Haussler, 2000; Henderson, Mestre, & Slakey, 2015; Sin, 2014; Wati & Novianti, 2016).

Berdasarkan observasi peneliti di SMK SMTI Bandar Lampung, dalam proses belajar mengajar mata pelajaran fisika banyak peserta didik yang pasif, peserta didik lebih banyak diam ketika ditanya maupun disuruh bertanya. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika kelas X ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran fisika salah satunya mata pelajaran fisika selalu di anggap sulit oleh peserta didik, Sehingga prestasi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fisika banyak yang rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yaitu perencanaan dan penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode konvensional. Keterampilan berpikir kritis harus ditingkatkan karena berpikir kritis merupakan indikator kesuksesan dalam belajar (York, Gibson, & Rankin, 2015). Maka dari itu Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Aktifnya siswa

pada proses pembelajaran akan

menimbulkan interaksi yang membuat pembelajaran lebih bermakna (Yuberti, 2015).

Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga peserta didik lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think

(3)

265 | I n d o n e s i a n J o u r n a l o f S c i e n c e a n d M a t h e m a t i c s E d u c a t i o n ( I J S M E )

Talk Write (TTW) (Munawaroh,

Muhardjito, & Hartatiek, 2014).

Oleh karena itu, lebih lanjut peneliti ingin mengkaji pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write, karena pada model ini peserta didik menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerjasama dalam kelompok. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperiment Design. Penelitian ini dilakukan di SMK SMTI

Bandar Lampung Tahun Ajaran

2015/2016. Adapun Desain penelitian nya yaitu sebagai berikut :

Desain Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini

variabel bebas adalah Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write.

2. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis peserta didik (Sugiyono, 2015).

Populasi, Sampel dan Teknik

Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK SMTI

Bandar Lampung Tahun Ajaran

2015/2016. 2. Sampel

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas, yaitu Kelas

X A dan Kelas X B SMK SMTI Bandar Lampung tahun ajaran 2015/2016.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas. Teknik ini dilakukan peneliti dengan melakukan undian.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam

penelitian, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis 2. Observasi.

Uji coba instrumen 1. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus (Arikunto, 2013) :

𝒓𝒙𝒚 = 𝑵∑𝑿𝒀−(∑𝑿)(∑𝒀) √[𝑵∑𝑿𝟐−(∑ 𝑿)𝟐)] [𝑵 ∑ 𝒀𝟐−(∑ 𝒀)𝟐)] (1) Keterangan : rxy = Koefisien validitas

N = Jumlah peserta tes

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

X = Skor masing-masing butir soal Y = Skor total

Bila rxy di bawah 0,30, maka dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

2. Uji Tingkat Kesukaran

Menghitung tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus : P = ∑ 𝑥 𝑛 𝑖=1 𝑆𝑚 𝑁

(2)

O 1 X O2 O3 − O4

(4)

Pembelajaran Kooperatif Tipe….. │ Ririn Febriana, Mukarramah Mustari Tabel 1. Kriteria indeks kesukaran

Nilai (p) Kriteria

p < 0,3 Sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 Sedang

p > 0,7 Mudah

3. Uji Daya Beda

Indeks daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2013) : D = BA JA - BB JB (3) Keterangan : D = Daya pembeda

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar JA = Banyaknya peserta kelompok

atas

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JB = Banyaknya peserta kelompok

bawah.

Tabel 2. Klasifikasi Daya Pembeda

DP Kriteria 0,70 > DP ≤ 1,00 Sangat Baik 0,40 > DP ≤ 0,70 Baik 0,20 > DP ≤ 0, 40 Sedang DP ≤ 20 Lemah/Jelek 4. Uji Reliabilitas

Perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha :

𝒓𝟏𝟏 = ( 𝒏 𝒏−𝟏) (𝟏 − ∑𝝈𝒊𝟐 𝝈𝒕𝟐) (4) Keterangan:

r11 = reliabilitas tes yang di cari

∑𝝈𝒊𝟐 = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item

𝝈𝒕𝟐 = Varians total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan terhadap koefisien reliabilitas tes yang pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: a) Apabila rhitung 0,70 berarti tes

kemampuan komunikasi matematis yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.

b) Apabila rhitung 0,70 berarti tes

kemampuan komunikasi matematis yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi

Pengambilan Kesimpulan Butir Soal Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas butir soal kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini soal yang digunakan sebagai tes kemampuan berpikir kritis fisika adalah soal-soal yang memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa dari 20 soal uraian terdapat 12 soal yang dinyatakan valid.. Selanjutnya, soal yang digunakan sebagai instrumen tes berjumlah 5 soal pretest dan postes yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori sedang dan daya beda dalam kategori baik. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data di analisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalize Gain

Untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berpikir kritis peserta didik digunakan rumus:

<g> =

𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕𝒕𝒆𝒔−𝑺𝒑𝒓𝒆𝒕𝒆𝒔

(5)

267 | I n d o n e s i a n J o u r n a l o f S c i e n c e a n d M a t h e m a t i c s E d u c a t i o n ( I J S M E )

Tabel 3. Kategori N-Gain

Rentang Nilai Kategori

g < 0,3 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g > 0,7 Rendah

2. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus

lilliefors. Dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Hipotesis

𝐻𝑜 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

𝐻1 : Sampel tidak berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Kesimpulan :

1. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika 𝐻𝑜 diterima

2. Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal jika 𝐻𝑜 ditolak. Jika L hitung lebih kecil dari L tabel maka sampel berasal dari populasi yang normal.

3. Uji Homogenitas

Uji ini untuk mengetahui kesamaan antar dua keadaan atau proporsi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji fisher (Usman, 2000) Dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Rumuskan Hipotesis H0 :σ2 1 = σ 2 2( homogen) Ha :σ2 1 ≠ σ 2 2( tidak homogen). b. Kriteria Pengujian :

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima

(homogen)

Jika Fhitung> Ftabel maka Ha diterima (tidak

homogen).

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji t, Sugiyono

(2015:273) dengan rumus sebagai berikut: t = 𝑥̅1−𝑥̅2 √(𝑛1−1)𝑠12+(𝑛2−𝑛1)𝑠22 (𝑛1+𝑛2−2) ( 1 𝑛1)+( 1 𝑛2)

(6) Keterangan :

𝑥̅1 = rata-rata kemampuan kritis kelas eksperimen.

𝑥̅2 = rata-rata kemampuan kritis kelas kontrol.

𝑛1 = banyaknya peserta didik kelas eksperimen.

𝑛2 = banyaknya peserta didik kelas eksperimen.

𝑠12 = varians data kelompok eksperimen.

𝑠22 = varians data kelompok control.

H0 : 𝜇1 = 𝜇2 (Model pembelajaran Think

Talk Write tidak memberikan pengaruh). Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2 (Model pembelajaran Think

Talk Write memberikan pengaruh). Adapun kriteria pengujiannya adalah : H0 ditolak, jika thitung> ttabel, dalam hal ini

H1 diterima.

H0 diterima, jika thitung< ttabel, dengan α =

0,05 (5%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas sebagai sampel yaitu Kelas XA sebagai Kelas Eksperimen dan Kelas XB sebagai Kelas kontrol.Untuk Kelas Eksperimen1 digunakan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk

Write dan untuk Kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peneliti terlibat secara langsung dalam mengajar di

Kelas Eksperimen. Penelitian

dilaksanakan dalam waktu 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

(6)

Pembelajaran Kooperatif Tipe….. │ Ririn Febriana, Mukarramah Mustari Dalam penelitian pada kelas

eksperimen, diterapkan model

pembelajaran Think Talk Write,

berdasarkan perhitungan pada

lampiran, skor kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen (pretest) diperoleh nilai rata-rata 40,08. Sedangkan untuk (posstest) diperoleh nilai rata-rata 78,89

Uji normalitas kemampuan berpiki kritis pretest diperoleh Lhitung = 0,103

dan Ltabel = 0,159 sedangkan hasil

pengujian kemampuan berpikir kritis untuk postest diperoleh Lhitung = 0,100

dan Ltabel = 0,159. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut bahwa taraf signifikan 0,05 Lhitung < Ltabel yang

berarti hipotesis H0 diterima. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Kelas kontrol

Dalam penelitian pada kelas kontrol,

menggunakan pembelajaran

konvensional. berdasarkan perhitungan pada lampiran, skor kemampuan berpikir kritis kelas kontrolo (pretest) diperoleh nilai rata-rata 38,48, Sedangkan untuk (posstest) diperoleh nilai rata-rata 64,65.

Berdasarkan perhitungan pada lampiran, Uji normalitas kemampuan berpikir kritis pretest diperoleh Lhitung =

0,141 dan Ltabel = 0,162 sedangkan hasil

pengujian kemampuan berpikir kritis untuk postest diperoleh Lhitung = 0,121

dan Ltabel = 0,162. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut bahwa taraf signifikan 0,05 Lhitung < Ltabel yang

berarti hipotesis H0 diterima. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan analisis data dan perhitungan yang telah dilakukan, uji normalitas Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu berdistribusi normal karena probabilitaas lebih dari 0,05 maka sampel berdistribusi

normal. Karena semua data berasal dari data yang berdistribusi normal sehingga dapat diteruskan dengan analisis homogenitas dengan uji varaians.

Berdasarkan analisis homogenitas, data yang diperoleh memiliki nilai lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan data mempunyai varians yang sama (homogen). Setelah uji prasyarat terpenuhi maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.

Berdasarkan analisis data dan perhitungan yang telah dilakukan,

diperoleh pengujian hipotesis

menggunakan uji t dengan taraf signifikan

𝛼= 0,05 pada kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai t hitung = 2,93053 dan t tabel =

2,0003 karena t hitung > t tabel maka hipotesis

diterima.Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model pembelajaran Think Talk Write lebih besar dari pada nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran

Think Talk Write terhadap kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas x SMK SMTI Bandar Lampung.

Tipe Think Talk Write membantu peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dengan situasi belajar yang seperti kompetisi, sehingga memacu peserta didik untuk lebih semangat dan kritis dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran TTW peserta didik melakukan presentasi kelas, dengan cara ini peserta didik akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, dan peserta didik juga dituntut untuk berpikir kritis dalam menyampaikan dan menanggapi setiap permasalahan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan perhitungan yang telah dilakukan,

(7)

269 | I n d o n e s i a n J o u r n a l o f S c i e n c e a n d M a t h e m a t i c s E d u c a t i o n ( I J S M E )

diperoleh pengujian hipotesis

menggunakan uji t dengan taraf signifikan 𝛼= 0,05 pada kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai thitung = 2,93053 dan t tabel =

2,0003 karena thitung >ttabel maka hipotesis

diterrima.

Nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model pembelajaran Think Talk Write lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran konvensional.

Penerapan model pembelajaran Think Talk Write memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pokok bahasan kalor.

Saran

Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan, maka dapat diketahui adanya pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write

dalam pembelajaran fisika peserta didik kelas X SMK SMTI Bandar Lampung. Akan tetapi masih ditemukan kekurangan dalam pelaksanaannya. Maka dari itu ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, yaitu kepada peserta didik diharapkan bersungguh-sungguh dalam belajar, dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis diharapkan adanya faktor lain yang dapat mendukung proses pembelajaran, seperti sarana prasarana yang memadai dan suasana belajar yang kondusif, Guru fisika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Think Talk Write sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pustaka

Reka Cipta.

Haussler, P. (2000). A curricular Frame for Physics Education: Development, Comparison with Students Interests, and Impact on Students Achievement and Self Concept. Science Education,

84(6).

Henderson, C., Mestre, J. P., & Slakey, L. L. (2015). Cognitive Science

Research Can Improve

Undergraduate STEM Instruction: What are the Barriers. Behavioral and Brain Sciences, 2(1).

Munawaroh, U., Muhardjito, & Hartatiek. (2014). Penerapan Strategi Think Talk Write (TTW) Disertai Tugas

Open Ended Problem untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIIA SMP Sriwedari Malang Tahun Ajaran 2013-2014. Universitas Negeri Malang.

Sin, C. (2014). Epistemology, Sociology, and Learning an Teaching in Physics.

Science Education, 982.

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tirtarahardja, U. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, H. (2000). Pengantar Statistika.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wati, W., & Novianti, N. (2016). Pengembangan Rubrik Asesmen Keterampilan Proses Sains pada Pembelajaran IPA SMP. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni,

5(1), 131.

https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni. v5i1.113

York, T. T., Gibson, C., & Rankin, S. (2015). Defining and Measuring Academic Succsess. Practical Assessment Research and Evaluation,

20(5), 1–36.

(8)

Pembelajaran Kooperatif Tipe….. │ Ririn Febriana, Mukarramah Mustari Discussion pada Mata Kuliah

Teknologi Pembelajaran Fisika.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

Al-Biruni, 4(2), 145–153.

https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni. v4i2.88

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur/cara mengajukan gugatan dalam penyelesaian perkara prodeo di Pengadilan Agama Manado sama dengan pengajuan perkara pada umumnya, yaitu membuat surat

Perhitungan dosis resep obat telinga, mata, mulut dan gigi ... Interaksi resep obat telinga, mata, mulut dan

dengan unit usaha pesaing, melakukan suatu yang lebih baik dari unit. usaha

The method is called intelligence optimized support vector regression (IO-SVR), and it is based on the integration of the LS-SVR with a symbiotic organisms search (SOS) optimization

Disamping itu supaya penelitian ini dapat terarah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan, maka faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan program PLP dibatasi

Kadar CK- MB pasien PJK yang dirawat-inap di Bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang mulai meningkat pada selisih waktu jam ke-3, mencapai kadar puncak pada jam ke-

Diharapkan dari pihak yang berwenang selalu memberi pembinaan yang baik dan motivasi kepada siswa, sehingga siswa tersebut tetap mempunyai minat atau keinginan

yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155). Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk