• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PAUD BERBASIS GOOD SCHOOL GOVERNANCE Luluk Elyana 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PAUD BERBASIS GOOD SCHOOL GOVERNANCE Luluk Elyana 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PAUD BERBASIS GOOD SCHOOL GOVERNANCE Luluk Elyana1

1

Department of Early Childhood Teacher Education, Ivet University, Semarang Indonesia, lulukelyana76@gmail.com

ABSTRACT

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan landasan kuat dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya. Masa usia dini merupakan fondamen dasar manusia dalam menempatkan stimulasi-stimulasi penting yang bisa melejitkan fungsi-fungsi tumbuh kembang anak meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, agama dan moral serta perkembangan seni. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran good school governance dengan sistem kerja yang transparan, akuntabel, bertangggunjawab, menunjukkan prestasi, terarah dan berkeadilan dalam pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan studi literasi dan melibatkan subyek penelitian yaitu Pos PAUD Tunas Harapan Candi Sukuh Utara I dan PAUD Lab Belia Universitas iVET Semarang. Penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan tentang pemilihan model pengelolan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian system pengawasan dan kemitraan orang tua. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini memerlukan transparansi, kecermatan, tanggungjawab dan prinsip – prinsip keadilan sebagai implementasi peran good school governance. Seorang pengelola harus memahami peran good school governance untuk pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini yang terarah dan lebih baik. Memahami prinsip – prinsip manajemen dan tugas pokok fungsi dari masing – masing stakeholder yang terlibat di dalamnya.

Kata kunci: Pengelolaan PAUD, Usia dini, Good school Governance.

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia memiliki keragaman jenis dan fungsi yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Ketiga jenis pendidikan tersebut memiliki peran masing-masing sesuai kriteria dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang ditempuh secara resmi pada satuan lembaga atau organisasi yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal diselenggarakan oleh pemerintah (berstatus negeri) dan yayasan atau organisasi yang telah memenuhi syarat (berstatus swasta) sedangkan pendidikan non-formal merupakan jalur pendidikan yang didapat tidak secara formal melalui sekolah maupun perguruan tinggi, namun tetap memiliki struktur dan berjenjang.

Pengertian pendidikan in-formal adalah jalur pendidikan mandiri yang diperoleh dari keluarga maupun lingkungan dengan bentuk kegiatan pembelajaran secara mandiri. Hasil jalur pendidikan in-formal dapat diakui jika peserta didik dapat lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah (Siddik, 1984:54)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani supaya anak memiliki

(2)

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Yuliani, 2009: 45). Rentang usia anak usia dini Indonesia adalah 0-6 tahun menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 dengan lingkup perkembangan dan proses pertumbuhan yang terus menerus dan berkesinambungan menjadi tolok ukur bagi keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.

Usia dini merupakan masa peka, usia emas (Pranoto, 2010 : 5) dimana usia ini anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dengan keunikan-keunikan yang tidak akan terulang kembali di masa mendatang. Ahli neurologi mengatakan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Morrison, 2012:186).

Masa usia dini merupakan fondamen dasar manusia dalam menempatkan stimulasi-stimulasi penting yang bisa melejitkan fungsi-fungsi tumbuh kembang anak meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, agama dan moral serta perkembangan seni. Untuk melejitkan potensi perkembangan anak usia dini dibutuhkan asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.

Memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak dan pemerataan di bidang pendidikan maka diperlukan sarana pendidikan yang dapat menampung serta memfasilitasi anak dengan semua keunikan dan perbedaan individunya. Anak memiliki perbedaan individu yang dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, pola asuh, budaya dan lingkungannya. Di samping perbedaan tersebut anak juga memiliki kemampuan tumbuh kembang yang tidak sama. Anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan secara normal dan anak yang mengalami beberapa hambatan dalam tumbuh kembangnya di antaranya adalah hambatan dalam bidang kognitif, sosial emosialnya maupun hambatan dalam pertumbuhan fisik. Anak-anak yang mengalami hambatan memiliki kendala tersendiri dalam bidang pemenuhan pendidikan.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus memberikan layanan pendidikan yang sama dan dalam prakteknya harus menyertakan anak-anak berkebutuhan khusus dengan memberi kesempatan mereka belajar bersama dengan anak-anak normal. Layanan Program PAUD terdiri dari TPA (Tempat Penitipan Anak) atau Day Care, KB (Kelompok Bermain), TK (Taman Kanak-kanak) dan program layanan Pos PAUD. Di luar negeri PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu, Taman Kanak-Kanak (Kindergarten), Kelompok Bermain (Play Group), Taman Penitipan Anak (Day Care), PAUD Sejenis (Similar with Play Group) (PAUDNI, 2010:1).

Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta pengasuhan. Di Indonesia selain stimulasi potensi kecerdasan tersebut juga diberikan pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

(3)

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini tidak semuanya memiliki pengelolaan yang baik dan memenuhi standar. Senyatanya di lapangan masih banyak pengelola PAUD yang belum memahami standar pengelolaan PAUD dengan baik dan benar. Hal ini dibuktikan dengan belum terpenuhinya linieritas pendidikan akhir dari para pengelola untuk menunjang skill manajerial dan keterampilan mengelola. Rendahnya kesejahteraan para pengelola PAUD sehingga banyak pengelolaan yang berjalan ala kadarnya dan minimnya kesempatan – kesempatan pelatihan yang difasilitasi oleh dinas pendidikan terkait dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan PAUD.

Indonesia mengenal istilah pendidikan berstandar, sehingga sebagai lembaga pendidikan anak usia dini dalam kinerjanya harus memahami standar pengelolaan PAUD dimana pelaksanaannya mengacu pada standar isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan. Dan sebagai lembaga pendidikan yang melaksanakan fungsi manajemen, Pos PAUD melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dalam Pendidikan yang meliputi; perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan rencana kerja dan pengawasan (PP No.137 Th. 2014).

Perencanaan program merupakan penyusunan kegiatan lembaga PAUD dalam mencapai visi, misi, tujuan lembaga. Setiap satuan atau program memiliki kurikulum, kalender pendidikan, struktur organisasi, tata tertib, dan kode etik. Merumuskan visi dan misi sekolah dalam artian merumuskan visi, membuat artikulasi visi, mengkomunikasikan dan membangun rasa memiliki visi, mengevaluasi dan memodifikasi visi. Selain merumuskan visi yang tidak kalah penting adalah membuat kebijakan, merancang program, menentukan dan menyediakan sumber daya serta memodifikasi kebijakan dan rencana agar relevan dengan perubahan zaman.

Membuat kebijakan dan merumuskan tujuan yaitu mengklarifikasi isu atau masalah dan mengidentifikasi stakeholders, mengembangkan alternatif, memilih alternatif, mengembangkan aturan dan mengkomunikasikan tujuan. Merancang program yaitu merancang berbagai program dan memilih, mengorganisir dan menata urutan program/kegiatan. Menentukan dan menyediakan sumber daya, adalah menentukan ketersediaan, melakukan asesmen kebutuhan, mengalokasikan sumber daya, dan memonitor penggunaannya. Memodifikasi kebijakan dan rencana bila diperlukan yaitu mengumpulkan informasi, menafsirkan/memaknai informasi dan memperbaiki kebijakan dan rencana.

Berdasarkan pemikiran di atas maka aspek manajemen Pos PAUD menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaannya. Dalam hal ini fungsi-fungsi manajemen dapat menjadi perhatian bagi pengelola untuk mencapai kinerja yang optimal. Fungsi-fungsi yang dimaksud meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan (Terry, 2007:19).

Berbagai fakta permasalahan kinerja Pos PAUD yang telah diuraikan di atas memerlukan solusi dan pemecahan masalah secara tepat dan cepat agar mampu mendukung fungsi-fungsi manajerial sebagai lembaga yang sehat. Diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat dalam bentuk tata kelola yang baik (good school governance), yaitu tata kelola yang memiliki perangkat pendukung dan berfungsi sebagai satuan-satuan dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul. Perangkat yang dibutuhkan tersebut adalah sistem kerja yang terdapat dalam good school governance (GSG). Sebagaimana Dunn (1998:103) menyatakan bahwa:

(4)

“Berpikir, proses pedagogis, pemahaman atau pertimbangan sangat diperlukan dalam tata kelola sekolah; meliputi peran pendidik, kepala sekolah, orang tua murid dan guru dalam pengaturan beragam budaya. Senyatanya bahwa sebuah lembaga pendidikan harus diberdayakan dengan kontrol profesional untuk bertindak atas apa yang diyakini tentang bagaimana siswa belajar, untuk menentukan bagaimana harus menanggapi keberagaman siswa, dan akhirnya untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam proses pembelajaran. Proses pemberdayaan seperti pemberdayaan intelektual, bagaimana pengelolaan berjalan dengan baik”.

Sekolah atau Lembaga Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah Lembaga Publik, dimana masyarakat memberikan kepercayaannya dalam hal pendidikan bagi putra-putrinya. Adanya kepercayaan masyarakat pada Sekolah atau Lembaga Pendidikan adalah sebuah amanah yang harus dikelola secara baik. Ini tertuang antara lain dalam Prinsip-Prinsip Good School Governance (GSG). Inti dari GSG adalah governance yang diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata cara pemerintahan bersama warga masyarakat dalam mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik (Sumarto, 2009:1).

Meskipun istilah governance sering dipakai dalam tata kelola pemerintahan, tetapi menjadi relevan dan penting juga bila diterapkan dalam dunia pendidikan. Governance yang dimaksud dalam konteks ini adalah good school governance. Sebab sekolah merupakan wadah untuk mewujudkan kinerja yang baik dengan faktor-faktor lain yang terlibat didalamnya yaitu, peran pemimpin, kemitraan orang tua dan kemitraan penilik merupakan aktor-aktor yang masing-masing menjadi penentu keberhasilan sebuah kinerja.

METODE

Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Penggunaan metode ini dengan alasan bahwa fokus dalam penelitian ini adalah tentang model pengelolaan PAUD. Pendekatan fenomenologi bertujuan untuk menggambarkan makna dari pengalaman – pengalaman yang dilakukan oleh beberapa individu, tentang konsep atau fenomena tertentu dengan mengeksplorasi struktur kesadaran manusia. Peneliti ingin mengetahui makna pengelolaan berbasis good school governance. Sebagai disiplin ilmu, fenomenologi mempelajari struktur pengalaman dan kesadaran. Secara harfiah fenomenologi adalah studi yang mempelajari fenomena.

Fokus perhatian fenomenologi tidak hanya sekedar fenomena, tetapi pengalaman sadar dari sudut pandang orang yang terlibat secara langsung (Sugiyono, 2013:22). Lokasi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pos PAUD Tunas Harapan Candi Sukuh Semarang dan PAUD Lab Belia Bendan Dhuwur Gajahmungkur Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena melihat langsung lingkungan tempat subyek berada dimana aktivitas dan kegiatan pengelola terus menerus selalu dalam pengamatan dan mendalami sistem pengelolaan yang dijalankan.

Teknik pengumpulan sample menggunakan purposive dimana berbagai pertimbangan dilakukan. Sumber data bersumber dari informan yaitu pengelola Pos PAUD Tunas Harapan dan pengelola PAUD Lab Belia yang terdiri dari kepala TK, kepala KB, kepala TPA dan kepala SPS . Dokumentasi yang akan dipakai untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah bahan – bahan tertulis seperti transkrip wawancara, dokumentasi berupa rekaman dan foto – foto yang menunjukkan tentang subyek. Adapun tahapan – tahapan pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah proses memasuki kedua lokasi, ketika berada di lokasi dan

(5)

upaya pengumpulan data. Upaya pengumpulan data dilakukan dengan wawancara atau interview yang mendalam, observasi, dokumentasi dan pencatatan hasil pengumpulan data. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dari Miles dan Huberman (2005 : 43) yaitu model analisis interaktif dan analisis komparatif, yaitu membandingkan hasil – hasil penelitian dengan temuan – temuan penelitian terdahulu. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi.

Analisis deskriptif data penelitian ini adalah analisis pada semua data yang telah diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan 4 (empat) orang pengelola yaitu 1 (satu) dari Pos PAUD Tunas Harapan dan 4 (empat) dari PAUD Lab Belia yaitu kepala TK, kepala KB, kepala TPA dan kepala SPS tentang pengelolaan lembaga masing – masing dan mengkaitkan dengan good school governance. Keempat profil pengelola tersebut memiliki latar belakang pendidikan dan latar belakang budaya yang berbeda – beda. Informan pertama berasal dari kota Pati dengan latar belakang mahasiswa, informan kedua berasal dari kota Pemalang dengan latar belakang pendidikan sarjana ekonomi, informan ketiga berasal dari Demak dengan latar belakang pendidikan S1 Pendidikan Anak Usia Dini, informan keempat berasal dari Demak dengan latar belakang mahasiswa dan sudah menikah, informan kelima berasal dari Pati dengan latar belakang pendidikan agama islam.

Tabel 1 Deskripsi Informan

No Informan Hasil Observasi 1 Informan 1

Kepala Pos PAUD Tunas Harapan

Pengelolaan cenderung aplikatif dan monoton serta statis

2 Informan 2

Kepala TK Lab Belia

Pengelolaan instruksional dan operasional

3 Informan 3 Pengelolaan manajemen instruksional

4 Informan 4 Pengelolaan dinamis dalam pemikiran dan terbatas dalam tindakan

5 Informan 5 Pengelolaan apriori dan skeptis, loyalitas sangat tinggi dan matang keilmuan yang dimiliki

Sumber : Data observasi, 2019

Para informan memiliki kecenderungan dan gaya pengelolaan yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan karena latar belakan keluarga, pendidikan, budaya dan pengaruh sosial masing – masing informan. Pengelolaan PAUD brdasarkan permendikbud 137 tahun 2014 memiliki standar pengelolaan diantaranya standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar mutu dan proses, Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA), standar pembiayaan,

(6)

standar sarpras. Beberapa standar itu diharapkan mampu menopang pelaksanaan pengelolaan dengan baik menuju PAUD berkualitas. Implementasi pengelolaan berstandar tersebut tidak serta merta dilaksanakan dengan hanya mengandalkan kualitas sumber daya manusia dan gaya pengelolaan masing – masing kepala akan tetapi perlu adanya strategi teoritis empiris dalam menopang fungsi pengelolaan yang mengkait pada masing – masing standar tersebut.

Good school governance memiliki prinsip – prinsip tata kelola yang relevan dengan standar mutu pengelolaan diantaranya adalah transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab dan prinsip keadilan. Berikut tabel keterkaitan standar mutu PAUD dengan good school governance

(GSG)

Tabel 2

Keterkaitan standar mutu pengelolaan PAUD dengan GSG

STANDAR MUTU PENGELOLAAN PAUD < Permendikbud 137/14 >

KOMPONEN SPT SP STPPA BIAYA SARPRAS

TRANPARANCY * * *

ACCOUNTABILITY * * *

RESPONSIBILITY * * * * *

FAIRNESS * * *

Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini

Prinsip transparansi dalam good school governance. Transparansi dalam standar pengelolaan PAUD mengkait pada standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar tingkat pencapaian perkembangan anak dan standar pembiayaan.. Prinsip transparansi ini mendukung adanya manusia yang demokratis dan mendukung semua hak, mengacu pada keberadaan lembaga yang demokratis, hak asasi manusia, promosi toleransi, menghormati hak-hak yang ada, dan tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, warna kulit, etnis atau agama baik dalam bidang sumber daya manusia yaitu pendidik dan tenaga kependidikan, pelaporan perkembangan anak kepada para orang tua dan pertanggungjawaban dalam bidang pembiayaan meliputi alokasi anggaran, penggunaan sumbangan pembelajaran orang tua dan bantuan pemerintah.

Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar mutu dan proses serta standar pembiayaan. Manajemen kolaboratif dalam pengambilan keputusan, membutuhkan keterlibatan perwakilan dari semua pihak yang terlibat. Cermat dalam tingkat kepercayaan yang tinggi, membutuhkan kepercayaan di antara semua pemangku kepentingan.Keputusan yang tepat sangat membutuhkan kecermatan dalam

(7)

bertindak standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan terlebih dahulu melalui sistem rekrutmen yang tepat dan terpadu. Pelatihan guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar serta pemenuhan standar kualifikasi guru. Standar proses memerlukan ketepatan dalam prosedur – prosedur tindakan dan perlu adanya peran sistem penjaminan mutu internal yang terstruktur dan akuntabel. Sedangkan pembiayaan memerlukan ketepatan dalam rancangan anggaran, pengadaan sumber dana, ketepatan penggunaan, efektivitas dan efisiensi serta pertanggungjawaban yang sebenar – benarnya.

Prinsip tanggungjawab berhubungan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar mutu dan proses, standar tingkat pencapaian perkembangan anak, standar pembiayaan dan standar sarana pra sarana. Prinsip ini mengacu pada kapasitas, kemampuan instansi yang bertanggung jawab untuk melakukan fungsi yang diperlukan. Hal ini juga mengacu kapasitas, kebijakan, kecukupan dan keamanan dana. Koordinasi merupakan kemampuan untuk sinkronisasi antara kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan. Selanjutnya informasi kinerja kepada orang tua murid, membutuhkan penyediaan informasi yang cukup bagi orang tua murid dan masyarakat untuk menilai kemajuan. Responsif, mengacu pada kemampuan lembaga dan kecenderungan menangani keluhan dan kritik orang tua murid maupun masyarakat. Adanya monitoring dan evaluasi, adalah kapasitas untuk melakukan secara rutin dan komprehensif menuju tujuan, dan untuk menindak lanjuti berbagai macam temuan dalam proses pelaksanaan. Implementasi kelima standar tersebut dengan prinsip tanggungjawab dalam GSG adalah manajemen adaptif dan manajemne risiko adalah kemampuan belajar dan menyesuaikan manajemen berdasarkan pengalaman. Kemampuan mengidentifikasi kunci potensi masalah.

Prinsip keadilan berhubungan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan dan standar sarana pra sarana.. Prinsip ini terdiri dari empat kriteria. Pertama adalah adanya konteks peradilan yang mendukung, sistem hukum ditandai dengan penghormatan terhadap supremasi hukum. Supremasi hukum meliputi suatu peradilan yang independen, persamaan di depan hukum, persyaratan bagi sekolah sebagai dasar melakukan tindakan pada otoritas hukum yang berjalan sesuai porsinya, hak orang tua murid untuk mencari solusi hukum terhadap sekolah. Kriteria kedua, adil, berimbang dan penegakan hukum dengan aturan yang efektif, termasuk transparansi peraturan yang bersifat internal, tidak adanya korupsi di kalangan organisasi sekolah, dan hak banding yang dikenai pelanggaran. Ketiga kriteria, keadilan dalam proses mendirikan situs konservasi baru, termasuk menghormati hak-hak, menggunakan pengetahuan masyarakat tradisional setempat, partisipasi publikdalam proses dan keseimbangan yang tepat antara tujuan situs yang dilindungi. Kriteria keempat, keadilan dalam pengelolaan kawasan konservasi, termasuk mencapai keseimbangan yang menguntungkan dari biaya dan manfaat bagi masyarakat lokal, mekanisme berbagi atau mengalihkan manajemen pengambilan keputusan dengan masyarakat lokal, praktek manajemen sumber daya manusia yang adil.

Dunn (1998:99) Inti dari masalah seputar tata kelola sekolah, menyatakan bahwa guru bertanggung jawab, mampu dan terdokumentasi dengan baik pertimbangan peserta didik di sekolah dalam meningkatkan belajar dan menangani isu-isu keragaman dengan kontrol dari dewan sekolah. Kontrol tersebut adalah nilai-nilai keluarga, persamaan ras, dan pekerjaan

Wang (2013:669) akuntabilitas sekolah, pendanaan dan staf manajemen adalah elemen penting dan tidak terduga. Lebih menarik adalah penekanan pada pengembangan

(8)

holistik peserta didik, dan pentingnya sekolah tidak hanya pada pengembangan dan kelangsungan hidup sebuah bangsa, tetapi untuk umat manusia dan generasi mendatang.

Beberapa sistem pendidikan berkembang menunjukkan pengambilan keputusan dimana terdapat banyak pihak yang memiliki aturan secara aktif dalam tata kelola sekolah meliputi tugas dan tanggungjawab yang terpimpin (Ehren dkk, 2017 : 382). Tata kelola sekolah bertumpu pada strategi pengembangan sekolah, finansial dan para staff yang terlibat dalam pengelolaan. Selain itu juga keterlibatan pihak luar dalam hal ini adalah program kemitraan yang dilakukan seperti relasi dengan orang tua, komunitas orang tua, unsur pemerintahan yang terlibat dalam pendidikan serta para pemimpin yang teredukasi dengan baik. (Moos, 2017: 171). Peninjauan beberapa perspektif yaitu pendidikan, membangun suasana demokratis antara pemimpin, peserta didik dan tenaga profesional yang terlibat didalamnya. Dengan demikian pengelolaan PAUD berjalan lebih berkualitas.

KESIMPULAN

Sistem pengelolaan PAUD membutuhkan standar mutu yang mengacu pada kebijakan dan regulasi pemerintah serta berlandaskan kebutuhan pemenuhan kualifikasi pengelolaan dimana lembaga tersebut berada. Kebutuhan pengelolaan PAUD berbeda – beda hal ini dipengaruhi beberapa faktor analisis kebutuhan yang muncul diantaranya faktor lingkungan, faktor budaya dan kearifan lokal, ketersediaan sarpran, kemampuan pembiayaan serta faktor sumber daya manusia yang berkembang pada lingkup lembaga tersebut. Terlepas dari itu pengelolaan membutuhkan sentuhan – sentuhan bijak yang dapat mengatasi berbagai kekurangan, kendala dan kesulitan yang muncul selama proses pengelolaan.

Perlu inovasi dan peran serta dari elemen pengelolaan untuk mewujudkan pengelolaan yang sehat. Salah satu inovasi dan teknik pengelolaan yang bisa dijadikan referensi adalah prinsip – prinsip good school governance. Transparansi, akuntabel, tanggungjawab dan prinsip keadilan menjadikan solusi keterbatasan kemampuan pengelolaan untuk mengatasi problematika proses pengelolaan PAUD.

REFERENSI

Ehren, Janssens, Brown, McNamara, O’Hara, Shevlin. 2017. Evaluation and decentralised governance: Examples of inspection in polycentric education systems. Journal Educ Change 18 : 365 – 383

Miles, Matthew B. And A. Michael Huberman. 2005, Qualitative Data Analysis (terjemahan) Jakarta : UI Press

Moos , L. Kofod , K.2008."Ethical governance: beyond good practices and standards",

Management Decision 46:1132 – 1145

Morrison, George S, 2012, Dasar – Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Permendikbud No. 137 tahun 2014, Kemendikbud : Jakarta

PP. No 14 tahun 2010, Jabatan Fungsional Penilik dan angka kreditnya

Pranoto, Y.K.S. 2010. Hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Siddik, Dja’far,1984. Konsep Dasar Pendidikan Islam. Kudus : Menara Kudus Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Manajemen, Alfabeta : Bandung

(9)

Sujiono Yuliani, 2009, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Indeks : Jakarta

Sumarto, 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Wang Ng. Shun, (2013). "Including parents in school governance: rhetoric or

reality", International Journal of Educational Management , Vol. 27 Issue: 6, pp.667-680, https://doi.org/10.1108/IJEM-07-2012-0087.

Gambar

Tabel 1  Deskripsi Informan

Referensi

Dokumen terkait

KAJI BANDING MANAJEMEN SAINT PRIMA FOOTBALL ACADEMY DENGAN COERVER COACHING SOCCER SCHOOL (CCSS). Universitas Pendidikan Indonesia |

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika. ©Melda Jaya Saragih 2014

Pacitan, pada prinsipnya sama dengan PKL, namun ada beberapa hal yang berbeda diantaranya: Prakerin adalah proses belajar siswa di DU/DI sehingga dapat dilaksanakan di

yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik.. 3) Mempunyai kemampuan untuk memperlakukan mereka sacara individu. Kemampuan

Praktek II (KP II) yang berjudul “ SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada Jurusan Elektro

Berdasarkan hasil uji hedonik pada makaroni mentah dan matang serta pertimbangan teknik dan mutu produk maka formulasi makaroni terbaik yang dipilih adalah formulasi F2 (40

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh kedalaman muka air tanah dan amelioran terhadap perubahan beberapa sifat kimia tanah dan produktivitas beberapa genotipe kedelai

Penerapan Allgoritma Chaid Exhaustive untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan layanan internet banking Universitas Pendidikan Indonesia |