• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN IBU ANAK. Jurnal. p-issn e-issn X"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Alamat Redaksi:

STIKES ‘Aisyiyah Bandung

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264

Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

Jurnal

&

IBU ANAK

ASUHAN

(2)

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK (JAIA)

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018 Pelindung:

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab:

Santy Sanusi, M.Kep. Ketua:

Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris:

Diah Nurindah Sari, SKM. Bendahara:

Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb.

Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.

Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST

Mitra Bestari :

DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

DEWAN REDAKSI

(3)

DAFTAR ISI

1. Hubungan Tingkat Pemahaman Tenaga Kesehatan tentang Pelayanan Islami dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Fatiah Handayani, Annisa Ridlayanti ... 1 - 9 2. Analisis Penggunaan Kontrasepsi Suntik terhadap Gangguan Menstruasi

Siti Qomariah, Wiwi Sartika ... 11 - 17 3. Kombinasi Pemberian Jus Jambu Biji Merah dan Madu terhadap Peningkatan

Kadar HB pada Ibu Hamil

Halimatus Saidah ... 19 - 28 4. Hubungan Pengetahuan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kecemasan Orang

Tua terhadap Anaknya

Iwan Shalahuddin, Theresia Eriyani ... 29 - 35 5. Kebutuhan Ibu yang Mengalami HIV/Aids dalam Merawat Anak dengan HIV di

Rumah Cemara Kota Bandung : Studi Kualitatif

Eli Lusiani, Blacius Dedi, Nadirawati ... 37 - 44 6. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Prolaktin Serum Ibu Menyusui

(4)

29

JAIA 2018;3(1):

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK

29-35

HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DENGAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA

Iwan Shalahuddin1, Theresia Eriyani2

1,2Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Kampus Garut

ABSTRAK

Anak yang sakit menjalani perawatan di rumah sakit membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari orang tuanya karena di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal, menjalani prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui. Keadaan ini dapat memungkinkan timbulnya respon emosional pada orang tua. Orang tua mengalami cemas menghadapi anaknya yang sakit tersebut. Salah satu upaya untuk menurunkan kecemasan orang tua adalah memperhatikan tingkat pengetahuan orang tua dengan memberikan informasi yang benar tentang prosedur pamasangan infus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Penelitian ini dilakukan di RSU dr. Slamet Garut dengan jumlah responden 30 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan instrumen berupa kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Nilai p value yang diperoleh (p value:0,882 ; α=0.05). Penelitian ini merekomendasikan dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan analisa penelitian yang lain, misalnya deskriptif korelasi dengan analisa multivariat untuk mencari hubungan masing-masing varibel dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terhadap orang tua.

Kata kunci : anak, infus, kecemasan, pengetahuan, prosedur

Abstract

Children who are sick undergoing hospitalization need more affection and attention than their parents because in the hospital the child has to cope with a foreign environment, an unknown carer, undergoing painful procedures, loss of independence and unknown things. This situation may allow the emergence of an emotional response in the elderly. Parents are anxious about their sick child. One effort to reduce parental anxiety is to pay attention to the level of parental knowledge by providing correct information about the infusion pamasang procedure. The purpose of this study is to get a picture of the relationship of knowledge level about the benefits and procedures of infusion with anxiety parents to their children who carried out the action of the infusion. This research was conducted in RSU dr. Slamet Garut with the number of respondents 30 people. The research design used is descriptive correlation with instrument in the form of questionnaire. Data analysis used is univariate analysis in the form of frequency distribution and bivariate analysis with chi-square test. The results of this study conclude that there is no significant relationship between the level of knowledge about benefits and procedures of infusion with anxiety parents to their children who performed the action of infusion. The value of p value obtained (p value: 0.882; α = 0.05). This research recommends doing further research with research design and other research analysis, for example descriptive correlation with multivariate analysis to find the relation of each variable from factors influencing anxiety to parent.

(5)

30 Iwan Shalahuddin, Theresia Eriyani

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

LATAR BELAKANG

Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat yang mempunyai beberapa fungsi. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan (Friedman, 1998). Agar fungsi keluarga dapat dijalankan oleh keluarga dengan baik, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kejelasan peran yang ditampilkan oleh masing-masing anggota keluarga. Friedman (1998) mengemukakan keadaan sehat/sakit anggota keluarga dapat mempengaruhi peran keluarga. Keluarga merupakan instrumen dalam membuat keputusan, dimana dan oleh siapa penanganan anggota keluarga yang sakit (Pratt, 1976 dalam Friedman, 1998). Keluarga memainkan perannya terutama terhadap anggota keluarga yang sangat tergantung. Anak yang sakit akan sangat tergantung pada orang tua yang melindunginya.

Peran orang tua akan lebih dituntut apabila anak yang sakit menjalani perawatan di rumah sakit. Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dari orang tua. Wong (1996) mengemukakan bahwa keadaan sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Seringkali, mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. Keadaan ini dapat memungkinkan timbulnya respon emosional terhadap orang tua dan anggota keluarga yang lainnya. Orang tua mengalami cemas menghadapi anaknya yang sakit tersebut.

Cemas adalah suatu reaksi emosional terhadap penilaian individu yang tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart & Sundeen, 1995). Kecemasan dapat dimanifestasikan dengan perasaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram yang disertai berbagai keluhan fisik. Kecemasan

keluarga tersebut dapat dikelompokan dalam tingkat-tingkat kecemasan, tergantung dari respon yang diberikan keluarga melalui respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektifnya. Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasikan tingkat kecemasan ke dalam 4 tingkatan yaitu tingkat kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. Ada 2 kategori stresor yang menimbulkan kecemasan, yaitu :

Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial.

Berdasarkan pengalaman klinik peneliti selama bertugas pada pelayanan keperawatan, melihat banyak hal yang dapat menimbulkan rasa cemas pada keluarga antara lain cemas atas tindakan keperawatan, pengobatan yang diberikan, penyakit klien, dan situasi rumah sakit. Hal ini sesuai dengan paparan Wong (1996) yang menyatakan keseriusan ancaman penyakit pada anak, prosedur medis, pengalaman sakit, dan hospitalisasi merupakan faktor yang mempengaruhi respons orang tua terhadap timbulnya kecemasan.

Penelitian sebelumnya mengidentifikasi terdapat kecemasan orang tua terutama terhadap anaknya saat dilakukan pemasangan infus. Kristiyawati (2012) mengidentifikasi sebagian besar kecemasan ibu yang anaknya akan dilakukan pemasangan infus berada pada tingkat kecemasan ringan. Dari 30 responden yang diteliti sebanyak 56,7 % berada pada tingkat kecemasan ringan dan sisanya pada kecemasan sedang sampai berat. Harto dan Susilawati (2014) mengidentifikasi adanya keterkaitan antara informasi yang benar tentang prosedur tindakan terhadap timbulnya kecemasan pada orang tua.

(6)

Hubungan Pengetahuan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kecemasan Orang Tua terhadap Anaknya

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

31

Informasi yang benar tentang prosedur tindakan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga. Namun, pada kondisi tertentu tim kesehatan terlalu berfokus kepada kebutuhan fisik anak dan keluarga sering tidak diajak berkomunikasi. Sehingga informasi yang harus diberikan perawat sering terabaikan.

Dari fenomena tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus di RSU dr. Slamet Garut.

METODOLOGI

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua mengenai manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua yang anaknya dilakukan pemasangan infus.

Kerangka konsep penelitian ini menggunakan konseptual model keperawatan menurut Betty Neuman (1972). Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marriner & Tomey, 1994 dikutip dalam Potter & Perry, 1999). Manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stresor baik internal maupun eksternal. Lingkungan internal terdiri dari segala suatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal terdiri dari segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien.

Sesuai teori Neuman, tingkat pengetahuan orang tua tentang pemasangan infus merupakan lingkungan internal yang ada pada diri orang tua. Tingkat pengetahuan merupakan hasil ”tahu”, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2013). Tingkat pengetahuan orang tua tentang pemasangan infus meliputi pengertian, tujuan, manfaat dan prosedur pemasangan infus. Pada penelitian ini pengetahuan orang tua dibagi dalam tiga kategori yaitu, tinggi, sedang dan rendah.

Kecemasan yang terjadi pada orangtua merupakan respon terhadap stresor lingkungan baik eksternal maupun internal. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) terdapat 4 tingkatan kecemasan yaitu, ringan, sedang, berat dan panik

Berdasarkan kerangka konsep yang ada maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua pada anaknya yang dilakukan pemasangan infus.

Definisi konseptual: pengetahuan adalah segala apa yang diketahui atau apa yang akan diketahui berkenaan dengan sesuatu hal (Poerwadarminta, 1991).

Definisi operasional: tingkat pengetahuan adalah tingkat pemahaman orang tua mengenai manfaat dan prosedur pemasangan infus yang dilakukan pada anaknya. Cara ukur: dengan memberikan kuesioner pada orang tua baik bapak maupun ibu yang anaknya dipasang infus. Alat ukur: kuesioner yang berisi data demografi dan pertanyaan mengenai pengertian, manfaat, prosedur pemasangan infus. Hasil Ukur: tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi 3, dengan kategori: Tinggi: jika jawaban kuesioner ≥ 75 % benar, Sedang: jika jawaban kuesioner ≥ 50 % benar, Rendah: jika jawaban kuesioner < 50 % benar. Skala ukur: ordinal

(7)

32 Iwan Shalahuddin, Theresia Eriyani

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

Definisi konseptual: kecemasan adalah suatu reaksi emosional terhadap penilaian individu yang tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart & Sundeen, 1995). Definisi operasional: kecemasan yang terjadi pada orang tua yang anaknya dilakukan pemasangan infus. Cara ukur: dengan memberikan kuesioner pada orang tua baik bapak maupun ibu yang anaknya dipasang infus. Alat Ukur: menggunakan kuesioner alat ukur untuk kecemasan berdasarkan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), yang terdiri dari 14 kelompok gejala. Hasil ukur: gambaran tingkat kecemasan dengan kategori: kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.

Populasi dalam penelitian yaitu orang tua yang berada di ruang anak yang anaknya dilakukan tindakan pemasangan infus di RSU dr. Slamet Garut. Tehnik pengambilan sampling secara non acak dengan accidental sampling artinya sampel diambil dari responden yang kebetulan ada pada saat penelitian yang sesuai dengan kriteria responden (Alimul, 2013). Pada penelitian ini, peneliti akan mengambil sampel sebanyak 30 orang, dengan alasan menurut Burn dan Grove (1993) 30 orang sampel sudah memenuhi syarat untuk diteliti dan cukup adekuat untuk dianalisa. Kriteria responden yang akan diteliti yaitu:Orang tua: ayah atau ibu; Memiliki anak yang dilakukan pemasangan infus pada hari ke-1 sampai hari ke-5; Dapat membaca dan menulis; Bersedia dan mampu berpartisipasi dalam penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik usia pada penelitian ini dikelompokan menjadi 3 kelompok usia responden seperti terlihat pada table 1

Tabel 1. Responden Berdasarkan Usia No (tahun)Usia (jml)Frek (%)

1 2 3 20-30 31-40 >40 14 15 1 46,7 50,0 3,3 Dari tabel 1 menunjukan bahwa usia responden sebagian besar diantara 31 sampai 40 tahun yaitu 50,0 %. Responden yang berusia lebih dari 40 tahun sebanyak 3,3% %

Jenis kelamin responden sebagaian besar adalah perempuan yaitu sebesar 70%. Agama yang dianut Responden sebagain besar beragama Islam yaitu 90 %.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan No PendidikanTingkat (jml)Frek (%)

1 2 3 4 SD SLTP SLTA PT 5 6 15 4 16,7 20,0 50,0 13,3

Dari tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar SLTA sebesar 50, %.

Tabel 3. Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan (jml)Frek (%)

1 2 3 4 Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Tidak Bekerja 3 1 9 17 10,0 3,3 30,0 56,7 Total 30 100,0

Pada tabel 3 menunjukan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebesar 56,7 %.

(8)

Hubungan Pengetahuan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kecemasan Orang Tua terhadap Anaknya

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

33

Dari 30 responden hanya 1 orang responden sebagai pegawai negeri.

Tabel 4. Variabel Tingkat Pengetahuan No PengetahuanTingkat (jml)Frek (%)

1 2 3 Tinggi Sedang Rendah 10 17 3 33,3 56,7 10,0

Pada tabel 4 menunjukan tingkat pengetahuan responden tentang pemasangan infus berada pada Tingkat sedang sebesar 56,7 %. Dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 10,0 %.

Tabel 5. Variabel Tingkat Kecemasan No Kecemasan Tingkat (jml)Frek (%)

1 2 3 4 Tidak cemas Ringan Sedang Berat/panik 14 11 5 0 46,7 36,7 16,7 0,0

Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa tingkat kecemasan responden sebagian besar tidak cemas sebesar 46,7 % dan responden yang mengalami cemas ringan sebanyak 36,7 %. Dari 30 responden yang diteliti, tidak ada yang mengalami cemas berat atau panik.

Analisa bivariat adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen tingkat pengetahuan dan variabel dependen tingkat kecemasan.

Untuk menguji hubungan variabel pengetahuan dengan variabel tingkat kecemasan peneliti menggunakan uji Chi- Square dengan tingkat kemaknaan atau α (level of significan) sebesar 5 %. Berdasarkan ketentuan bahwa hubungan bermakna jika p-value kurang dari α 0,05 (p < α). Dan tidak ada hubungan atau hubungan tidak bermakna jika p value lebih dari α 0,05 (p > α).

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

No Pengetahuan Kecemasan Total p-Value

Tidak cemas Ringan Sedang

1 2 3 Tinggi Sedang Rendah 5 8 1 3 7 1 2 2 1 10 17 3 0,882

Dari tabel 6 hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan variabel tingkat kecemasan didapatkan p-value sebesar 0,882 yang berarti p-value lebih dari nilai (p > α) sehingga diperoleh keputusan uji hipotesis Ho gagal ditolak yang artinya pada α 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan

infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus.Setelah uji statistik Chi Square peneliti ingin melihat keeratan hubungan masing-masing variabel walaupun dengan uji statistik Chi Square

dengan p-value > 0,05, yaitu Ho gagal ditolak sudah dapat menentukan keputusan hipotesis. Setelah dilakukan uji Spearman Rank Corelation

(9)

34 Iwan Shalahuddin, Theresia Eriyani

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

didapatkan nilai r (koefisien korelasi) -0,012 yang artinya hubungan tingkat pengetahuan tentang pemasangan infus dengan kecemasan orang tua sangat kecil dan bisa diabaikan.

Tujuan penelitian adalah untuk menggali hubungan tingkat pengetahuan tentang pemasangan infus dengan tingkat kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan pemasangan infus. Peneliti mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang pemasangan infus sebagian besar sedang (56,7%) dan tinggi (33,3 %). Sebagian besar orang tua sudah memiliki pemahaman yang benar tentang pemasangan infus yang dilakukan pada anak. Tingkat pengetahuan yang tinggi didukung dengan tingkat pendidikan orang tua yang sebagian besar berpendidikan SLTA (50,0 %) bahkan 13,3 % berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Poerwadarminta (1991) bahwa pengetahuan merupakan kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar.

Peneliti mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan pemasangan infus. Sebagian besar orang tua mengalami cemas ringan sampai sedang (53,3 %). Sedangkan orang tua yang sudah tidak

cemas lagi ketika anaknya diinfus sebesar 46,7 %.

Hal ini sesuai dengan paparan

Wong (1996) yang menyatakan keseriusan ancaman penyakit pada anak, prosedur medis, pengalaman sakit, dan hospitalisasi merupakan faktor yang mempengaruhi respons orang tua terhadap timbulnya kecemasan. Stuart dan Sundeen (1995) kecemasan yang terjadi pada orang tua berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Apabila kecemasan berlanjut, seseorang akan memusatkan pada hal penting dan

mengesampingkan yang lain.

Setelah mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang pemasangan infus dan kecemasan orang tua, peneliti menggali hubungan dua variabel tersebut dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan atau α (level of significan) sebesar 5 %. Berdasarkan hasil perhitungan peneliti memperoleh nilai P value adalah 0,882 yang berarti p value lebih dari nilai ( p > α). Sehingga keputusan uji hipotesis Ho gagal ditolak yang artinya pada α 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Hal ini tidak sejalan dengan teori Neuman (1972) bahwa manusia beradaptasi terhadap kecemasan disesuaikan oleh lingkungan, baik internal maupun eksternal (Marriner & Tomey, 1994 dikutip dalam Potter & Perry, 1999). Lingkungan internal terdiri dari segala suatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif/pengetahuan dan lain-lain.

Namun tingkat pengetahuan bukan satu-satunya yang mempengaruhi kecemasan pada orang tua. Penelitian menunjukan terdapat faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi kecemasan orang tua, misalnya lingkungan eksternal yang berasal dari luar diri orang tua seperti kondisi lingkungan, sikap perawat, suport sistem yang perlu penelitian lebih lanjut. Sesuai dengan paparan Wong (1996) keseriusan ancaman penyakit pada anak, prosedur medis, pengalaman sakit, dan hospitalisasi merupakan faktor yang mempengaruhi respons orang tua terhadap timbulnya kecemasan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak

(10)

Hubungan Pengetahuan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kecemasan Orang Tua terhadap Anaknya

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2018

35

ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang manfaat dan prosedur pemasangan infus dengan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang dilakukan tindakan pemasangan infus. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan pada orang tua bukan berarti informasi yang diberikan tidak penting untuk menurunkan kecemasan pada orang tua, tetapi penelitian merekomendasikan perlunya mempertimbangkan banyak hal untuk menurunkan kecemasan orang tua.

Saran yang perlu dijadikan pertimbangan, yaitu bagi institusi pelayanan, agar mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien terutama dalam melakukan tindakan infus pada anak. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan desain penelitian dan analisa penelitian yang lain, misalnya deskriptif korelasi dengan analisa multivariat untuk mencari hubungan masing-masing varibel dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. (2003). Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Burn, N & Grove, K.S. (1993). The practice of nursing reaserch conduct critique, and utilization.

(2nd ed). Philadhelpia: W.B Saunders.

Frey, A.M. (2011). Infusion therapy in clinical therapy. (2nd ed). Philadhelpia: W.B

Saunders.

Friedman, M.M. (1998). Family Nursing Theory and Practice. (3rd ed). (I. Debora, Yoakim Asy,

penerjemah). Appleton & Lange (Sumber asli diterbitkan 1992)

Harto, H & Susilawati. (2014). Tingkat kecemasan orang tua yang anaknya mengalami diare dan dipasang infus di RS. Syamsudin

Sukabumi. Laporan penelitian. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kristiyawati. (2012). Tingkat kecemasan orang tua saat anaknya dipasang infus di RS. Cipto Mangunkusumo. Laporan penelitian. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Notoatmojo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Olivieri, K.E. (1991). Fundamentals of Nursing, Conceps, Process, and Practice. (4th ed).

Redwood: Wesley.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1994).

Prosedur tindakan keperawatan pada anak. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Poerwadarminta, W. (1991). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Potter, P.A & Perry, A.G. (1999). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.

(4th ed). (R. Komalasari, penerjemah). St.

Louis: Mosby. (Sumber asli diterbitkan 1997).

Rawlin, R. & Heacock, S. (1993). Clinical manual of psychiatric nursing. Philadelphia: Mosby. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1995). Pocket guide

to psychiatric nursing. (3rd ed). (A. Yani,

Penerjemah) St. Louis: Mosby. (Sumber asli diterbitkan 1995).

Wong, D.L. (1996). Wong and whaley’s clinical manual of pediatric nursing. (4th ed). (M.

Ester, penerjemah). St. Louis: Mosby. (Sumber asli diterbitkan 1996).

_________. (2011). Essentials of pediatric nursing.

(11)

Gambar

Tabel 1. Responden Berdasarkan Usia No (tahun)Usia (jml)Frek  (%)
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini penulis membahas mengenai keterkaitan antara karakteristik khas yang dimiliki oleh remaja dengan perilaku konsumtif, serta bagaimana perilaku konsumtif

Panggung Wayang Potehi juga dibuat lebih tinggi yang memiliki makna bahwa panggung tersebut ditujukan untuk ritual dewa bahwa bagian atas panggung merupakan

29 Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber guna memperoleh data dan informasi yang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan ekstradisi antar negara dalam menangani masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang batas Sesar Sumatra Segmen Musi Bengkulu terdapat pada kedalaman 20,51 km, sedangkan jenis batuan di daerah penelitian

SD Muh Ngadiwinatan PGSD 13144600273 Devita Agusta Miftahul Khusna 637 Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd. 641 Hermawan Wahyu

Ferguson, B (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menya- takan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas: (a) Literasi dasar (basic literacy) yaitu terkait dengan

pemasangan infus dapat memberikan informasi tentang manfaat dari pemasangan infus sampai dengan alas an kenapa harus dilakukan penggantian posisi infus. Responden