ASUHAN
ASUHAN KEPERAW
KEPERAWA
AT
TAN PADA KLIEN D
AN PADA KLIEN DENGAN ANT
ENGAN ANTHRAX
HRAX
II.. DDeeffiinniissi i ddaan n EEttiioollooggiiAntraks adalah penyakit infeksi yang disebabkan
Antraks adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Penyakitoleh Bacillus anthracis. Penyakit tersebut merupakan zoonosis khususnya binatang pemakan rumput seperti domba, tersebut merupakan zoonosis khususnya binatang pemakan rumput seperti domba, kambing, dan ternak. Manusia terinfeksi penyakit ini apabila endospora masuk ke kambing, dan ternak. Manusia terinfeksi penyakit ini apabila endospora masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet atau luka, inhalasi atau makanan yang
dalam tubuh melalui kulit yang lecet atau luka, inhalasi atau makanan yang terkontaminasi.
terkontaminasi. IIII.. EEttiioollooggii
ecara alamiah manusia dapat terinfeksi apabila ter!adi kontak dengan binatang yang ecara alamiah manusia dapat terinfeksi apabila ter!adi kontak dengan binatang yang terinfeksi antraks atau produk binatang yang terkontaminasi ku
terinfeksi antraks atau produk binatang yang terkontaminasi ku man antraks.man antraks.
"alaupun !arang, penularan melalui gigitan serangga !uga dapat ter!adi. Penyebaran "alaupun !arang, penularan melalui gigitan serangga !uga dapat ter!adi. Penyebaran spora melalui aerosol potensial digunakan pada peperangan dan bioterorisme.
spora melalui aerosol potensial digunakan pada peperangan dan bioterorisme. Antraks kulit merupakan infeksi yang paling sering ter!adi, dan
Antraks kulit merupakan infeksi yang paling sering ter!adi, dan ditandai dengan lesiditandai dengan lesi kulit terlokalisasi dengan eschar #ulkus nekrotik$ sentral dikelilingi edema non kulit terlokalisasi dengan eschar #ulkus nekrotik$ sentral dikelilingi edema non pitting. A
pitting. Antraks inhalasi ditandai dengan mediastinitis hemorhagik, infeksi sisntraks inhalasi ditandai dengan mediastinitis hemorhagik, infeksi sistemiktemik yang progresif, dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Antraks
yang progresif, dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Antraks gastrointestinal !arang ter!adi dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi. gastrointestinal !arang ter!adi dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi. II. Edpidemiologi
II. Edpidemiologi
%e!adian luar biasa epizootik pada herbi&ora pernah ter!adi pada tahun '()* di Iran %e!adian luar biasa epizootik pada herbi&ora pernah ter!adi pada tahun '()* di Iran yang mengakibatkan ' !uta domba mati. Program &aksinasi pada binatang secara yang mengakibatkan ' !uta domba mati. Program &aksinasi pada binatang secara dramatis menurunkan mortalitas pada
dramatis menurunkan mortalitas pada binatang piaraan. "alaupun demikian sporabinatang piaraan. "alaupun demikian spora antraks tetap ada dalam tanah p
antraks tetap ada dalam tanah pada beberapa belahan ada beberapa belahan dunia. Di Amerika erikatdunia. Di Amerika erikat dilaporkan '+ kasus antraks inhalasi dari tahun '( - '(/. 0ampir semua kasus dilaporkan '+ kasus antraks inhalasi dari tahun '( - '(/. 0ampir semua kasus ter!adi pada peker!a yang mempun
ter!adi pada peker!a yang mempunyai risiko tertular antraks, seperti tempatyai risiko tertular antraks, seperti tempat
pemintalan bulu kambing atau 1ool atau penyamakan kulit. 2idak ada kasus antraks pemintalan bulu kambing atau 1ool atau penyamakan kulit. 2idak ada kasus antraks
inhalasi di A se!ak tahun '(/. ecara alamiah antraks kulit merupakan
inhalasi di A se!ak tahun '(/. ecara alamiah antraks kulit merupakan bentuk yangbentuk yang paling sering ter!adi dan diperkirakan terdapat 3 kasus pertahunnya di seluruh paling sering ter!adi dan diperkirakan terdapat 3 kasus pertahunnya di seluruh
dunia. dunia.
Pada umumnya penyakit timbul setelah seseorang terpa!an dengan he1an yang e!ak Pada umumnya penyakit timbul setelah seseorang terpa!an dengan he1an yang e!ak eptember 3' tercatat '3 kasus antraks di A, dua kasus inhalasi #satu kasus fatal$ eptember 3' tercatat '3 kasus antraks di A, dua kasus inhalasi #satu kasus fatal$ ter!adi pada peker!a penerbit tabloid di Boca 4aton, 5lorida, empat kasus inhalasi ter!adi pada peker!a penerbit tabloid di Boca 4aton, 5lorida, empat kasus inhalasi antraks #dua kasus fatal$
antraks #dua kasus fatal$ ter!adi pada peker!a ter!adi pada peker!a pengirim surat di "aspengirim surat di "ashington D6,hington D6, 2renton, 7e1 8ersey. Enam kasus lainnya menderita antraks kulit.
2renton, 7e1 8ersey. Enam kasus lainnya menderita antraks kulit. Dari surat kabarDari surat kabar dilaporkan 3+ orang di kantor senat terpapar antraks pada s1ab nasal. terinfeksi dilaporkan 3+ orang di kantor senat terpapar antraks pada s1ab nasal. terinfeksi antraks. Di A dilaporkan 33) kasus antraks kulit dari tahun '())9'(().
antraks. Di A dilaporkan 33) kasus antraks kulit dari tahun '())9'((). 6enters for6enters for diseases 6ontrol and Pre&ention #6D6$ melaporkan ke!adian antraks kulit dari tahun diseases 6ontrol and Pre&ention #6D6$ melaporkan ke!adian antraks kulit dari tahun '(+)9'((: hanya tiga orang, dan satu kasus dilaporkan ter!adi pada tahun 3./ '(+)9'((: hanya tiga orang, dan satu kasus dilaporkan ter!adi pada tahun 3./ %e!adian luar biasa ter!adi di ;imbab1e pada tahun '(+9'(+ yang mengakibatkan %e!adian luar biasa ter!adi di ;imbab1e pada tahun '(+9'(+ yang mengakibatkan '. orang ter!angkit antraks kulit terutama pada peker!a perkebunan.
'. orang ter!angkit antraks kulit terutama pada peker!a perkebunan. %e!adian di Indonesia
%e!adian di Indonesia
Menurut <MA7E=A4A '(*+, ke!adian A
Menurut <MA7E=A4A '(*+, ke!adian Anthra> di Indonesia pada sapi, kerbau,nthra> di Indonesia pada sapi, kerbau, kambing, domba dan babi antara tahun '(/ sampai '(*, terdapat di daerah9daerah ? kambing, domba dan babi antara tahun '(/ sampai '(*, terdapat di daerah9daerah ? '. umatra dan %alimantan ? 8ambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Buktitinggi, '. umatra dan %alimantan ? 8ambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Buktitinggi,
ibolga dan Medan.
3. 8a1a dan Madura ? 8akarta, Pur1akarta, Bogor, Priangan, Banten, 6irebon, 2egal, Pekalongan, urakarta, Bayumas, Madiun, dan Bo!onegoro.
:. 7usa 2enggara ? Di semua pulau seperti di umba1a, umba, @ombok, 5 lores, 2imur 4oti dan !uga Bali.
). ula1esi ? ula1esi elatan, Menado, Donggala dan Palu.
Dibeberapa tempat di 8a1a Barat dalam kurun 1aktu sepuluh tahun terakhir telah ter!adi lima kali 1abah yaitu tahun '((/ di kabupaten Pur1akarta, ubang, Bekasi dan %ara1ang, tahun '(( di kabupaten Pur1akarta, ubang dan %ara1ang, tahun '((( di kabupaten Pur1akarta, ubang dan Bekasi, tahun 3 di kabupaten
Pur1akarta, dan tahun 3' di kabupaten Bogor seiring dengan mendekatnya 0ari 4aya Idul 5itri dan Idul Adha di tiga kecamatan yaitu 6iteureup, 6ibinong dan Babakan Madang yang mengakibatkan 3 orang meninggal dunia.
III. Patogenesis
Bakteri Bacillus anthracis menginduksi ter!adinya respon inflamasi !aringan berupa nekrosis dan pendarahan. @esi kulit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis dia1ali dengan masuknya endospora melalui kulit yang mengalami abrasi, kemudian bakteri mencapai target utamanya di lapisan subkutan. Di tempat ini bakteri
berproliferasi dan menyebabkan edema lokal dan nekrosis. Makrofag yang mengenali adanya in&asi kemudian memfagositosis endospora. Endospora yang difagosit
kemudian berprolierasi di dalam makrofag men!adi bakteri &egetati&e. %emudian bakteri ini diba1a makrofag menu!u kelen!ar limfa regional. %emudian bakteri
&egetatif ini dilepaskan dari makrofag, bermultiplikasi di dalam kelen!ar getah bening regional menyebabkan limfadenitis hemoragik regional.
Bakteri dapat menyebar melalui darah dan getah bening dan dalam !umlah besar dapat menyebabkan septikemia berat. 2ingginya kadar eksotoksin yang diproduksi dapat menyebabkan kematian. 5aktor &irulensi utama bakteri Bacillus anthracis adalah binary e>oto>ins, oedema dan lethal to>ins yang dikode oleh dua plasmid yaitu p' dan p3. 2oksin yang masuk ke dalam menyebabkan efek sistemik bahkan dapat mengakibatkan kematian. Plasmid p' berukur an '+),* kbp berfungsi dalam mengkode gen yang berperan dalam meningkatkan sekresi
eksotoksin. %ompleks gen9toksin terdiri dari gen pengkode antigen protektif, gen pengkode faktor letal, dan gen pengkode faktor edema.
%etiga komponen eksotoksin bergabung untuk membentuk dua racun biner. 2oksin edema merupakan adenilat siklase yang tergantung kalmodulin yang dapat
meningkatkan kadar 69AMP intraseluler yang mengandung antigen pelindung sehingga memungkinkan masuknya toksin ke dalam sel tubuh. Peningkatan konsentrasi 69AMP seluler menyebabkan gangguan homeostasis air dan diyakini bertanggung !a1ab atas ter!adinya edema massif, hal ini terlihat pada anthra>
cutaneous. elain itu, toksin edema !uga secara in&itro dapat menghambat fungsi netrofil. 5aktor lethal merupakan metalloprotease yang secara in &itro dapat menonaktifkan protein kinase.
2oksin lethal dapat menyebabkan kondisi hiperinflamasi pada makrofag,
mengaktifkan !alur pemecahan oksidatif dan pelepasan reaktif oksigen intermediet, serta meningkatkan produksi sitokin pro inflamasi, seperti faktor tumor nekrosis
# 275a$ dan interleukin9'b, yang bertanggung !a1ab terhadap kerusakan dan
kematian sel. Bakteri Bacillus anthracis menghasilkan eksotoksin @5 #@ethal 5actor$ dan E5 #Edema 5actor$ disamping menghasilkan Protecti&e Antigen #PA$ . Antigen pelindung #PA$ dari toksin anthra> mengikat A24 pada permukaan sel host. Bentuk
PA yang berukuran +:9kDa dipecah oleh sel protease purin permukaan dan menghasilkan monomer /:9kDa.
0eptamer isasi PA menginduksi pengelompokan A24s, kemudian ter !adi hubungan kompleks A24s dengan ikatan lipid, dan domain binding faktor edema #E5$ atau faktor letal #@5$. %emudian ter !adi endositosis E5 dan @5. E5 menyebabkan kenaikan cAMP yang menyebabkan edema sel, sedangkan @5 merupakan metalloprotease yang memiliki kofaktor ;n3C mengalami translokasi ke sitosol melalui pori membran dan menyebabkan nekrosis dan hipoksia pada sel.
I. %lasifikasi
Inhaled anthra> #antra> inhalasi$
Dimana spora anthra> terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Antraks inhalasi dimulai dengan masuknya spora ke dalam rongga al&eolar, kemudian
makrofag akan memfagosit spora dan sebagian dari spora akan lisis dan rusak. pora yang tetap hidup akan menyebar ke kelen!ar getah bening dan kelen!ar mediastinal. Proses perubahan bentuk &egetati&e ter!adi kurang lebih / hari kemudian.
@ambatnya proses perubahan bentuk tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi
terdokumentasi dengan baik di &erdlo&sk bah1a kasus antraks inhalasi ter!adi antara hari ke93 hingga hari ke9): setelah terpa!an.
ekali proses germinasi ter!adi, penyakit akan timbul secara cepat dan replikasi bakteri menyebabkan perdarahan, edema, dan nekrosis. ecara klasik ge!ala klinis
antraks inhalasi bersifat bifasik. Pada fase a1al, '9/ hari setelah masa inkub asi timbul ge!ala yang tidak khas berupa demam ringan, malaise, batuk non produktif, nyeri dada atau perut, dan biasanya tanpa disertai kelainan fisik, penyakit akan masuk ke dalam fase kedua. Pada fase tersebut secara mendadak timbul demam, sesak napas akut, diaforesis, dan sianosis. Akibat pembesaran kelen!ar getah bening, pelebaran mediastinum, dan edema subkutan di dada dan leher yang dapat menimbulkan obstruksi trakea maka stridor dapat ter!adi.
6utaneous anthra> #antra> kulit$
Dimana spora anthra> masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkany spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthra> #(* kasus$. 0ampir pada (* kasus antraks yang ter!adi di A merupakan antraks kulit. Penderita
biasanya memiliki ri1ayat kontak dengan binatang atau produknya. Beberapa kasus dilaporkan ter!angkit antraks kulit akibat gigitan serangga yang diduga terinfeksi akibat memakan bangkai yang mengandung antraks. Daerah yang terkena terutama muka, ekstremitas, atau leher. Endospora masuk melalui kulit yang lecet atau luka. atu hingga tu!uh hari setelah endospora masuk, terbentuk lesi kulit primer yang tidak nyeri dan papula yang gatal.
Dua puluh empat sampai :/ !am kemudian lesi membentuk &esikel yang berisi cairan !ernih atau serosanguineus, dan mengandung banyak kuman =ram positif. esikel
nekrotik$ kehitaman yang khas yang dikelilingi edema dan &esikel keunguan. Edema biasanya ter!adi lebih hebat pada kepala atau leher dibandingkan badan atau tungkai. @imfangitis dan limfadenopati yang nyeri dapat ditemukan mengiku ti ge!ala sistemik yang ter!adi. "alaupun antraks kulit dapat sembuh sendiri, akan tetapi antibiotik tetap perlu diberikan #dapat mengurangi ge!ala sistemik yang ter!adi$. Pada +9( kasus
lesi sembuh secara sempurna tanpa komplikasi atau !aringan parut.
Edema maligna !arang ter!adi, ditandai dengan edema hebat, indurasi, bula multipel, dan syok. Edema maligna dapat ter!adi pada leher dan daerah dada yang
menyebabkan kesulitan bernapas, sehingga diperlukan kortikosteroid atau intubasi. =astrointestinal anthra>
Dimana daging dari he1an yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik sehingga masih megandung spora dan termakan. =e!ala biasanya timbul 39* hari setelah
memakan daging mentah atau kurang matang yang terkontaminasi kuman. Beberapa kasus dapat ter!adi di dalam satu rumah. Pada pemeriksaan patologi dengan
menggunakan mikroskop dapat ditemukan basil dalam mukosa dan submukosa !aringan limfe dan limfadenitis mesenterika. <lserasi hampir selalu ditemukan. Pada !aringan di sekitar tempat infeksi ditemukan edema masif dan nekrosis. e!umlah besar kuman =ram positif dapat ditemukan pada cairan peritoneal.
Pelebaran mediastinum dapat !uga ter!adi. =e!ala klinis berupa demam, nyeri
abdomen difus, konstipasi, atau diare. leh karena ulserasi yang ter!adi maka buang air besar atau muntah men!adi kehitaman atau kemerahan. Dapat ter!adi asites yang !ernih sampai purulen #bila dilakukan kultur sering ditemukan koloni B. Anthracis$. %ematian ter!adi akibat perdarahan, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, perforasi, syok, atau toksemia. Bila penderita dapat bertahan hidup maka sebagian besar ge!ala akan hilang dalam '9') hari. Pengendapan dan germinasi spora di
orofaring dapat menimbulkan antraks orofaring. =e!ala klinis berupa sakit teggorokan yang hebat, demam, disfagia, dan terkadang karena limfadenitis dan edema masif dapat ter!adi respiratory distress.
. 2anda dan =e!ala '. Antra>s inhalasi
F tadium pertama onset a1al #'9) hari$ malaise #kelemahan$, lemah, mialgia #nyeri otot$, batuk tidak produktif, rasa tertekan di dada, demam.
F tadium kedua perburukan #3) !am$ sesak nafas akut, sianosis, stridor, diaphoresis, demam perdarahan mediastinal, meningismus, septik syok, koma.
3. Antraks kulit
Demam subfebris, sakit kepala, bisul merah kecil yang nyeri. %emudian lesi tadi membesar, men!adi borok, pecah dan men!adi sebuah luka, kelainan berupa papel, &esikel yang berisi cairan dan !aringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak ber1arna hitam, kering yang disebut eschar # pathognomonik $ disekitar ulkus, sering didapatkan eritema dan edema. Pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk # non pitting $ bila ditekan disebut !uga malignant pustule.
:. Antraks gastro intestinal
coklat atau merah, buang air besar ber1arna hitam #melena$, sakit perut yang sangat hebat #melilit$.
I. Pemeriksaan Penun!ang
%elainan kulit berupa ulkus yang dangkal disertai krusta hitam yang tidak nyeri patut dicurigai suatu antraks kulit. Ditemukannya basil =ram positif pada pemeriksaan cairan &esikel merupakan temuan yang khas pada antraks kulit tetapi diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila biakan kuman positif. %arena mirip penyakit
gastrointestinal lainnya maka antraks gastrointestinal sering sulit didiagnosis. Adanya ri1ayat makan daging yang dicurigai mengandung kuman antraks disertai dengan ge!ala nause, anoreksia, muntah, demam, nyeri perut, hematemesis, dan diare #biasanya disertai darah$ sangat membantu penegakan diagnosis penyakit antraks. Dari pe1arnaan =ram yang dilakukan, bahan diambil dari darah dan atau cairan asites, dapat ditemukan basil antraks. <ntuk pemeriksaan biakan, bahan diambil dari apusan faring #antraks faring$, darah, dan cairan asites. Diagnosis antraks inhalasi !uga sulit ditegakkan. eseorang yang tiba9tiba mengalami ge!ala seperti flu yang
mengalami perburukan secara cepat dan disertai hasilpemeriksaan foto toraks
menun!ukkan pelebaran mediastinum, infiltrat, dan atau efusi pleura, sangat patut dicurigai menderita antraks inhalasi #apalagi bila pada penderita tersebut !uga ditemukan antraks kulit$. Pada pe1arnaan =ram bahan diambil dari darah, cairan pleura, cairan serebrospinalis, dan lesi kulit, dapat ditemukan basil antraks.
<ntuk pemeriksaan biakan bahan diambil dari darah, cairan pleura, cairan
serebrospinalis, dan lesi kulit. Pada pemeriksaan langsung pe1arnaan =ram dari lesi kulit, cairan serospinal atau darah yang mengandung kuman antraks akan
menun!ukkan basil besar, encapsulated, dan =ram positif. Pada kultur darah tampak pertumbuhan pada agar darah domba berupa koloni nonhemolitik, besar, nonmotil,
=ram positif, berbentuk spora, dan tidak tumbuh p ada agar Mac 6onkey. 7ilai prediksi pemeriksaan kultur apusan hidung #s1ab nasal$ untuk menentukan antraks
inhalasi belum diketahui dan belum pernah diu!i.
leh karena itu 6D6 tidak mengan!urkan pemeriksaan tersebut sebagai pemeriksaan diagnostik klinis. Tes serolois berguna secara retrospektif dan membutuhkan dua kali pengambilan yaitu pada fase akut dan penyembuhan. Pemeriksaan dengan
menggunakan caraELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen protektif dan antigen kapsul
II. Penatalaksanaan Pengobatan
Pemberian antibiotik intra&ena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dian!urkan pada antraks kulit. Antraks kulit dengan ge!ala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher !uga membutuhkan antibiotic intra&ena. "alaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk. B. anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada
penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin,
kloramfenikol, &ankomisin, sefazolin, klindamisin, rifampisin, imipenem,
aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin, tetrasikilin, atau
siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus tetap dilan!utkan hingga paling tidak
') hari setelah ge!ala reda. 8enis antibiotik yang dapat digunakan. leh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu. %eterlambatan pemberian antibiotik sangat mengurangi angka kemungkinan hidup. leh karena pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. ampai saat ini belum ada studi klinis terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. <ntuk kasus antraks inhalasi 5ood and Drug Administration #5DA$ mengan!urkan penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan.
III. Pencegahan
'. Profilaksis etelah 2erpa!an
%arena antraks berasal dari bioterorisme mungkin dilakukan perubahan strain yang resisten terhadap beberapa antibiotik maka siprofloksasin merupakan obat p ilihan utama. Mengingat kemungkinan adanya G9laktamase maka oleh 6D6 pemberian amoksisilin sebagai profilaksis setelah pa!anan hanya dapat diberikan setelah '9') hari pemberian fluorokuinolon atau doksisiklin atau bila terdapat k ontraindikasi terhadap dua !enis tersebut #misalnya ibu hamil, menyusui, usia H '+ tahun, atau terdapat intoleransi$. Mengingat kemungkinan adanya p erubahan strain yang resisten terhadap beberapa antibiotik pada bioterorisme maka kelompok ker!a pertahanan sipil di A yang terdiri atas para ahli mengan!urkan pemberian siprofloksasin #doksisiklin sebagai alternatif$ sebagai salah satu obat dari re!imen kombinasi antibiotik yang diberikan pada ibu hamil penderita antraks inhalasi. elain itu kelompok ker!a
tersebut !uga mengan!urkan pemberian siprofloksasin #doksisiklin sebagai alternatif$ pada ibu hamil untuk pengobatan infeksi antraks inhalasi pada ke!adian massal atau
profilaksis setelah pa!anan. Pada ibu hamil, bila doksisiklin yang diberikan, maka pemeriksan fungsi hati secara periodik harus dilakukan. 3. aksinasi Di A
pemberian &aksin antraks #anthra> &accine adsorbedAA$ terhadap kelompok risiko tinggi terpa!an spora sudah rutin dilakukan. ebanyak ,* ml AA yang disuntikkan secara subkutan diberikan pada minggu ke , 3, dan ), dan bulan ke /, '3, dan '+, selan!utnya booster dilakukan setiap tahun.' Para ahli yang terdapat pada kelompok ker!a pertahanan sipil di A mengemukakan bah1a pada penduduk yang terpa!an kuman antraks akibat bioterorisme maka pemberian antibiotik selama / hari setelah pa!anan ditambah dengan &aksinasi akan memberikan proteksi yang optimal :.
Pengendalian Infeksi dan Dekontaminasi Belum pernah ada laporan yang mengatakan adanya transmisi antraks dari manusia ke manusia baik di komunitas maupun di
rumah sakit. leh karena itu penderita antraks dapat dira1at di ruang ra1at biasa dengan tindakan pencegahan yang umum dilakukan. Menghindari kontak terhadap penderita hanya diberlakukan pada penderita antraks kulit dengan lesi yang berair.
Pakaian yang terkena cairan lesi kulit atau alat9alat laboratorium yang terkontaminasi sebaiknya dibakar atau dimasukkan ke dalam autoklaf. Dekontaminasi dapat
dilakukan dengan memberikan larutan sporosidal yang biasa dipakai di rumah sakit pada tempat yang terkontaminasi. Bahan pemutih atau larutan hipoklorit ,* dapat
dipergunakan untuk dekontaminasi. Pencegahan Pada manusia F 2idak memakan daging tercemar Anthra>. F 2idak menyembelih he1an yang sakit, atau !atuh karena sakit. F 2idak memanfaatkan atau bersentuhan dengan daging, !erohan, kulit, tanduk tulang, dan rambut atau bagian tubuh lainnya dari he1anternak penderita Anthra>. F Mencuci bersih bahan makanan sebelum dimasak. F Memasak daging dan !erohan sampai matang, karena spora dapat dimusnahkan pada suhu ( dera!at 6 selama )* menit atau ' dera!at 6 selama ' menit. F Mencuci tangan sebelum makan. Pada 0e1an ehat F emua he1an ternak #sapi, kambing, domba, kerbau, babi, kuda$ harus di &aksin secara teratur 3 kali dalam setahun. F 2ernak yang sehat, tapi tinggal sekelompok dengan yang sakit diberi suntikan serum atau antibiotik, dan setelah kurang lebih * hari baru di&aksin. F %ebersihan dan kesehatan kandan selalu di !aga dengan membersihkan kotoran dan memberikan desinfectan. F 0e1an ternak diberi pakan yang tidak bercampur dengan tanah F Bagi he1an ternak besar #kerbau dan
sapi$ !angan terlalu dipaksakan beker!a berat, karena keletihan dan kurang makan dapat mempermudah ber!angkitnya 1abah anthra>. Pada 0e1an akit F Dipisahkan dari ternak yang sehat. F Pengobatan dengan serum dan atau kombinasi antibiotik #penicillium, treptomycin,>itetracyclin,6hloramphenicol$ atauterapi
#ulametazine,ulafanilamide, ulafapyridin danlain9lain$. F Melakukan &aksinasi setelah sembuh. I. Path1ay terlampir . Pengka!ian Pada pengka!ian dilakukan 1a1ancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh informasi dan data yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan kepera1atan klien. a. %eadaan <mum %lien mengeluh nyeri kepala dan demam, rasa sakit perut yang hebat b. 2anda9tanda ital Meliputi pemeriksaan? 2ekanan darah? rendah #H'3+mm0g$ Pulse rate lemah dan cepat #J' kalimenit$
4espiratory rate meningkat #J3 kali menit$ uhu meningkat #J:,*6$
c. 4i1ayat penyakit sebelumnya
dengan antra>
d. Pola 5ungsi %epera1atan a. Akti&itas istirahat
=e!ala ? %elemahan b. irkulasi
2anda ? 2akikardi,
=e!ala? berkeringat, sianosis c. Eliminasi
=e!ala ? %etidakmampuan defekasi , Diare
2anda ? distensi abdomen. Penurunan bising usus,peningkatan bising usus d. Makanan dan cairan
=e!ala ? disfagia, mual, muntah. d. 7yeri atau ketidaknyamanan =e!ala ? 7yeri abdomen, nyeri otot 2anda ? Distensi
e. Pernapasan
2erdengar stridor, dispnea, batuk dengan sputum purulen, pemeriksaan radiologi tampak pelebaran mediastinum , efusi pleura, , pada pe1arnaan gram bahan diambil dari darah,cairan pleura, cairan serebrospinal, dan lesi anthra> ditemukan basil anthra>.
f. Integumen
2erdapat lesi kulit primer yang tidak nyeri dan papula yang gatal, &esikel yang berisi cairan !erni, &esikel mengalami nekrosis sentral menimbul eskar #ulkus nekrotik$ kehitaman yang khas dikelilingi edema dan &esikel keunguan.
e. Pemeriksaan Diagnostik
F Pemeriksaan radiologi tampak pelebaran mediastinum , efusi pleura. F Pemeriksaan cairan &esikel ditemukan bakteri gram positif.
F Pada pe1arnaan gram bahan diambil dari darah,cairan pleura, cairan serebrospinal, dan lesi anthra> ditemukan basil anthra>.
F Pemeriksaan E@I;A terdeteksi antibodi terhadap antigen protekstif dan antigen kapsul.
I. Diagnosa %epera1atan
'. Bersihan !alan nafas berhubungan dengan obstruksi !alan nafas ditandai dengan terdengar stridor, dispnea, batuk dengan sputum purulen, pemeriksaan radiologi tampak pelebaran mediastinum , efusi pleura
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan dispnea, menggunakan otot bantu pernapasan, 44 meningkat 3+ > menit :. 7yeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan klien mengeluh nyeri , dispnea, nadi cepat, klien tampak gelisah
). %erusakan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanik # edema orofaring$ ditandai dengan klien menun!ukkan sulit menelan, mengeluh nyeri ketika menelan *. %onstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus =I ditandai dengan klien mengatakan sulit BAB, suara usus hipoaktif, adanya darah dalam feses, feses keras
leebih dari : kalihari, suara usus hiperaktif dan nyeri perut
. %erusakan intergritas !aringan berhubungan dengan iritan toksin b akteri anthra> ditandai dengan terdapat lesi kulit primer yang tidak nyeri dan papula yang gatal, &esikel yang berisi cairan !erni, &esikel mengalami nekrosis sentral menimbul eskar #ulkus nekrotik$ kehitaman yang khas dikelilingi edema dan &esikel keunguan +. 0ipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal #:/,*9:,*$, 44 meningkat 3+ >
menit, dan kulit ber1arna merah (. P% Infeksi