• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK REMAJA GPM SILO DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK REMAJA GPM SILO DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

GISELLA CRISTY KAINAMA 80 2012 026

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gisella Cristy Kainama

NIM : 80 2012 026

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalty non-eksklusif (non-exclusicve royalty freeright) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK REMAJA GPM SILO DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan/ mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 31 Mei 2016 Yang menyatakan,

Gisella Cristy Kainama

Mengetahui, Pembimbing Utama

(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Gisella Cristy Kainama

NIM : 80 2012 026

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK REMAJA GPM SILO DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF

Yang dibimbing oleh:

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., Psi., M.A.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalima atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-oleh sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 31 Mei 2016 Yang memberi pernyataan

(6)

SILO DENGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF

Oleh

Gisella Cristy Kainama 802012026

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal: 31 Mei 2016 Oleh:

Pembimbing Utama

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., M.A.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. H. Soetjiningsih, MS Prof. DR. Sutarto Wijono, M.A. FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

Gisella Cristy Kainama Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data dengan metode skala, yaitu The Conformity Scale yang disusun oleh Mehrabian & Stefl (1995) untuk mengukur skala konformitas dan

The Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) yang disusun oleh Verplanken &

Herabadi (2001) untuk mengukur skala perilaku pembelian impulsif. Sebanyak 60 orang diambil sebagai sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi Spearman’s Rho. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,674 dengan nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif. Hal ini bermakna bahwa konformitas yang tinggi akan diikuti pula dengan perilaku pembelian impulsif yang tinggi, begitu juga sebaliknya.

(9)

ii Abstract

This research aiming to know a relationship between conformity and impulsif buying Tendency. The research methodology that been used on data collection by scale methode are The Conformity Scale by Mehrabian & Stefl (1995) to measure conformity scale and The Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) by Verplanken & Herabadi (2001) to measure scale of buying impulsif tendency. As a sample, the writer use 60 people by using a boring sample technic. Analysis data technic which been used is correlation spearman's Rho technic. According to analysis data result, coefission correlation (r) 0,674 with significancy result 0,000 (p< 0,05) meaning, there is a significant positif correlation between conformity with impulsif buying tendency. This issue could also meant that the higher conformity will follow by the higher impulse buying tendency, and vice versa.

(10)

PENDAHULUAN

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan manusia yang usianya berada pada rentang 12-18 tahun (Hurlock, 1997). Lebih lanjut, Hurlock (1997) juga mengungkapkan bahwa masa remaja dianggap sebagai masa labil, yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dengan lingkungan sekitar.

Pada masa remaja, kematangan emosi individu belum stabil yang mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar. Membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan, tetapi membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, dan ingin memperoleh fungsi yang sesungguhnya dan menjadi suatu ajang pemborosan biaya karena belum memiliki penghasilan sendiri (Zebua & Nurdjayadi, 2001).

Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja di supermarket atau

mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

sebagai contoh, ketika sedang jalan-jalan di mall seseorang melihat ada pakaian model baru yang terpajang bagus di etalase, supaya dirinya dinilai sebagai sosok yang selalu up to date, akhirnya memutuskan membeli meskipun ketika berangkat dari rumah tidak ada rencana untuk membeli pakaian. Kondisi ini menunjukkan

(11)

bahwa produk-produk yang ditawarkan mampu memberikan pengaruh secara psikologis bagi kehidupan pembelinya.

Solomon (2002) menyatakan bahwa pembelian impulsif atau pembelian tak terencana (unplanned purchase) adalah pembelian yang terjadi secara spontan karena munculnya dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera. Pembelian impulsif adalah proses pembelian yang dilakukan konsumen tanpa melakukan pencarian informasi dan mempertimbangkan berbagai merek karena konsumen langsung membuat keputusan untuk membeli (Irawan, 2005). Pada proses membeli impulsif, calon pembeli langsung mengarah kepada suatu produk tertentu dan kemudian melakukan pembelian secara cepat. Biasanya perilaku membeli impulsif timbul secara tidak sadar pada saat individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup (Loudon & Bitta, 1984).

Pembelian impulsif menjadi penting untuk diteliti karena pembelian impulsif berdampak pada kebiasaan berbelanja impulsif dapat menyebabkan timbulnya rasa bersalah (Fitri, 2006). Selanjutnya, perasaan itu akan timbul begitu mereka sampai di rumah dan melihat barang-barang yang telah dibeli, atau ketika mereka memeriksa lemari dan menyadari banyak baju, sepatu, tas, dan barang lain yang tidak pernah dipakai. Meskipun demikian, mereka akan membuang jauh perasaan tersebut dengan mencoba mencari alasan rasional yang melatarbelakangi pembelanjaan yang dilakukannya. Kemudian ketika berada dalam situasi yang mendorong untuk berbelanja secara impulsif lagi, terjadi pertentangan internal dalam diri mereka. pertentangan tersebut terjadi antara "keharusan" (ought to

be) dan "hasrat" (desire). Fitri (2006) juga menjelaskan bahwa di satu sisi mereka

(12)

ada dorongan kuat dalam diri mereka untuk berbelanja tanpa mempedulikan butuh atau tidak.

Selain itu, pembelian impulsif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Pembelian impulsif juga melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya, mengakibatkan konsumen remaja mudah terpengaruh oleh rayuan penjual maupun terpengaruh pada penampilan produk, kurang berfikif hemat dan impulsif (Santosa, 1999).

Thai (dalam Shofwan, 2010) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah pengaruh lingkungan. Orang-orang yang berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif, orang-orang tersebut cenderung mengikuti kelompoknya, sehingga selalu mudah dipengaruhi. Hal ini yang disebut konformitas. Faktor lain yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah kondisi mood, kategori produk dan pengaruh toko, variabel demografis, serta variabel kepribadian individu

Mehrabian & Stefl (1995) mendefinisikan konformitas sebagai keterlibatan karakteristik keinginan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka, bergabung dengan kelompok untuk menghindari konflik, dan pada umumnya lebih mengikuti daripada memimpin dalam mencetuskan suatu ide, nilai, dan perilaku. Di sisi lain Mehrabian & Stefl (995) juga mengungkapkan bahwa konformitas dapat menjadi suatu respon yang netral terhadap kemampuan

(13)

atau ketidakmampuan penyesuaian diri secara psikologis. Konformitas dapat berfungsi sebagai sesuatu yang berharga atau sebagai suatu halangan dalam hubungan interpersonal.

Perilaku membeli seseorang akan dipengaruhi oleh berbagai kelompok yang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Suatu kelompok biasanya memiliki pelopor opini yang mempengaruhi anggotanya dalam melakukan pembelian. Para remaja cenderung berpenampilan seperti yang dikehendaki kelompoknya (Hurlock, 1997). Dengan mengikuti trend, membuat para remaja merasa percaya diri dan diterima oleh lingkungan sosialnya (Chen-Yu & Seock, 2002).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (1995), iklan hanya mampu mempengaruhi remaja sebesar 17%, sedangkan 83% remaja lebih terpengaruh oleh lingkungan sosial remaja. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zebua & Nurdjayadi (2001) yang menyatakan bahwa 15,8% perilaku membeli pada remaja dipengaruhi oleh konformitas. Kenyataan ini menandakan bahwa lingkungan pergaulan mendukung suasana kompetitif untuk memperlihatkan ketidaktertinggalannya terhadap mode terbaru lebih mempengaruhi remaja. Menurut Tambunan (2001) kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang menyebabkan remaja berusaha mengikuti atribut yang sedang menjadi mode dan melakukan pembelian impulsif.

Penelitian yang dilakukan oleh Loudon & Bitta (1984) menunjukkan bahwa perilaku membeli seorang remaja dipengaruhi oleh konformitas terhadap kelompoknya, perilaku membelinya lebih cenderung impulsif. Sejalan dengan itu

(14)

penelitian yang dilakukan oleh Atika (2006) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja putri SMA Muhammadiyah III Yogyakarta.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdalela (1998) terhadap siswa SMU BOPKRI 1 Yogyakarta juga membuktikan bahwa interaksi dengan teman di lingkungan pergaulan sekolah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku membeli remaja. Penelitian ini didukung oleh penelitian Bayley & Nancarrow (1998) yang membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara pengaruh kelompok dengan pembelian impulsif. Pembelian impulsif lebih dipengaruhi oleh minat yang sangat kuat terhadap penampilan dan faktor kepribadian.

Berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan secara online pada tanggal 7 November 2015 melalui media sosial terhadap beberapa anak remaja Gereja Protestan Maluku (GPM) Silo. Mereka mengatakan bahwa sering ketika jalan bersama teman-teman banyak barang yang secara tiba-tiba ingin dibeli tanpa ada perencanaan atau kebutuhan khusus untuk barang tersebut. Awalnya hanya berniat utuk jalan-jalan saja, namun ketika melihat teman yang lain membeli barang yang bagus, secara tidak langsung timbul keinginan yang sama untuk membelinya, bukan karena mereka membutuhkannya, tetapi hanya karena ingin membeli saja. Ada juga yang menceritakan bahwa ketika salah seorang temannya mengajak untuk menemani membeli sebuah barang, secara tidak langsung ada rasa untuk ingin memiliki barang tersebut secara tiba-tiba, karena beberapa dari temannya juga memiliki barang tersebut, karena mereka hanya ingin memiliki barang yang sama dengan teman mereka. Dalam proses yang terjadi muncul

(15)

dampak yang mempengaruhi mereka, salah satu faktor yang sangat terlihat yaitu ekonomi. Ketika remaja yang dalam kaitan ini berada dalam kondisi keluarga kurang mampu, mereka akan cenderung memaksakan diri dan tetap ingin untuk memenuhi sesuatu yang bukan menjadi kebutuhan mereka.

Berdasarkan fenomena dan perbedaan pandangan di atas, maka peneliti ingin melakukan penlitian lebih lanjut mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja GPM Silo. Alasan peneliti memilih remaja GPM Silo karena peneliti memiliki akses yang mudah dengan subjek penelitian. Selain itu, pada penelitian sebelumnya, sebagian besar peneliti menggunakan siswa sekolah menengah sebagai subjek penelitian.

Berdasakan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja GPM Silo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja GPM Silo.

Pembelian Impulsif (Impulsive Buying)

Impulsive buying atau pembelian impulsif oleh Rook (1987) didefiniskan

sebagai pembelian ketika konsumen merasakan dorongan keinginan secara tiba-tiba, terkadang sangat kuat dan keras untuk membeli sesuatu secara cepat. Cobb & Hayer (1986), mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko.

(16)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko serta tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko.

Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif yang dimaksudkan adalah kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Hal ini didasari oleh pernyataan Verplanken & Aarts (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) bahwa pembayaran yang dilakukan mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan dengan matang untuk berbagai macam alasan, misalnya ketika pembayaran tak terencana tampak tak direncanakan dalam waktu yang panjang atau dalam kasus pengulangan pembayaran atau kebiasaan pembayaran.

b. Aspek afektif

Aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa perencanaan lebih lanjut menambahkan, setelah itu juga secara tiba-tiba muncul perasaan atau hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya. Aspek ini sangat berpengaruh besar terhadap konformitas seseorang, dimana lingkungan

(17)

yang mempengaruhi menyebabkan individu tersebut cepat tergoda dari sisi afektifnya. Perilaku ini akan terjadi secara berulang dan terus-menerus, apabila individu tidak memiliki kontrol yang baik untuk dirinya sendiri seperti mengontrol perasaan dan keinginannya untuk terjebak dalam lingkungan yang tidak seharusnya diikutinya karena hanya bersifat sementara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif menurut Thai (dalam Shofwan, 2010), yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi mood dan emosi konsumen, keadaan mood konsumen dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya kondisi mood konsumen yang sedang senang atau sedih. Pada konsumen yang memiliki mood negative akan melakukan pembelian impulsif tinggi dengan tujuan untuk mengurangi kondisi

mood yang negatif.

2. Pengaruh lingkungan. Orang-orang yang berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif, orang-orang tersebut cenderung mengikuti kelompoknya sehingga selalu mudah dipengaruhi itulah yang disebut konformitas.

3. Kategori produk dan pengaruh toko. Produk-produk yang cenderung dibeli secara impulsif adalah poduk yang memiliki tampilan menarik (bau yang menyenangkan, warna yang menarik), cara memasarkannya, tempat dimana produk itu dijual. Tampilan toko yang menarik akan lebih menimbulkan dorongan pembelian impulsif.

(18)

4. Variabel demografis seperti kondisi tempat tinggal dan status sosial. Konsumen yang tinggal di kota memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada konsumen yang tinggal di daerah pinggiran kota.

5. Variabel kepribadian individu. Kepribadian individu memiliki pengaruh terhadap kecenderungan pembelian impulsif.

Konformitas

Brehm dan Kassin (1993) mendefinisikan konformitas sebagai kecenderungan seseorang untuk mengubah persepsi, opini atau perilaku agar sama dengan norma-norma kelompok. Dalam kesempatan yang berbeda, Wade & Tavris (2007) berpendapat bahwa konformitas merupakan suatu tindakan mengadopsi suatu sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan. Dalam kesempatan yang berbeda, Mehrabian & Stefl (1995) mendefinisikan konformitas adalah keterlibatan karakteristik keinginan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka, bergabung dengan kelompok untuk menghindari konflik, dan pada umumnya lebih mengikuti daripada memimpin dalam mencetuskan suatu ide, nilai, dan perilaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan suatu perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau imajinasi dari tekanan kelompok yang menciptakan keinginan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka, bergabung dengan kelompok untuk menghindari konflik, dan pada umumnya lebih mengikuti daripada memimpin dalam mencetuskan suatu ide, nilai, dan perilaku.

Mehrabian & Stefl (1995) mengungkapkan tiga aspek konformitas, yaitu sebagai berikut:

(19)

1. Keinginan meniru kelompok

Individu meniru orang lain yang dominan dalam kelompok, sehingga membuat peniruan menjadi suatu trend kelompok. Individu merasa harus mengikuti

trend, karena hal ini dapat membuat meningkatkan rasa percaya diri dan

merasa diterima oleh kelompok sosial di mana ia berada. 2. Bergabung untuk menghindari konflik

Individu di dalam kelompok berusaha untuk menghindari konflik dengan anggota kelompok tersebut, sehingga ia memutuskan untuk bergabung. Individu tersebut juga bergantung pada kritik dan saran orang lain, karena ia merasa jika ia tidak menjalankan atau bahkan melawan kritik dan saran dari anggota kelompok, hal tersebut akan memicu terjadinya konflik.

3. Menjadi pengikut kelompok

Individu menutuskan untuk menjadi pengikut kelompok karena individu tidak tahu atau bingung harus berbuat apa, maka ia akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut adalah benar. Hal ini membuat individu tersebut menjadi mudah dipengaruhi. kondisi yang tidak dikenal mungkin menyebabkan terjadinya perasaan untuk menuruti orang lain Selain itu, keinginan individu menjadi dikendalikan oleh orang lain.

Dinamika Hubungan Antara Konformitas dengan Perilaku Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko (Engel & Blackwell, 1982). Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku pembelian impulsif ini yaitu konformitas seperti pengaruh

(20)

lingkungan akan membuat orang-orang yang berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif (Thai dalam Shofwan, 2010).

Pengaruh lingkungan cenderung merubah pemikiran serta tindakan seseorang, begitu pula dengan perilaku pembelian impulsif ini, ketika pengaruh lebih besar dari kelompok maka kecenderungan untuk mengikuti hal tersebut akan terlaksana. (Calhoun, 1990) menjelaskan bahwa konformitas merupakan perubahan keyakinan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau kelompok.

Konformitas juga merupakan faktor internal yang terbentuk dari lingkungan sosial remaja yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku membeli impulsif pada remaja, karena konformitas muncul dalam pribadi remaja akibat pembelajaran dari lingkungan sosial remaja atau pengaruh dari pergaulan teman sebayanya (Aronson, 1992)

Dengan demikian para remaja GPM Jemaat Silo yang cenderung melakukan perilaku pembelian impulsif, kemungkinan besar dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, dan kelompok sekitarnya sehingga memunculkan keinginan untuk dapat memiliki sesuatu meskipun hal itu tidak menjadi kebutuhan.

Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan positif signifikan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja GPM Silo.

H1 : Ada hubungan positif signifikan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan pembelian impulsif pada remaja GPM Silo.

(21)

METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu konformitas sebagai variabel bebas, dan perilaku pembelian impulsif sebagai variabel tergantung. 1. Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa

direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko serta tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko. Pembelian Impulsif diukur dengan menggunakan Skala Pembelian Impulsif.

2. Konformitas merupakan suatu perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau imajinasi dari tekanan kelompok yang diakibatkan oleh adanya adopsi sikap karena adanya tekanan dari kelompok. Konformitas diukur dengan menggunakan Skala Konformitas.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan remaja GPM Jemaat Silo di Ambon yang berjumlah 60 orang. Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh, yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012), sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.

Alat Ukur Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan skala pengukuran psikologi, yang terdiri dari 2 skala, yaitu skala Perilaku Pembelian Impulsif dan skala Konformitas. Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan

(22)

telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) The Conformity Scale yang disusun oleh Mehrabian & Stefl (1995) adalah

skala yang digunakan untuk mengukur tingkat konformitas seseorang yang terdiri dari 3 aspek yaitu, keinginan meniru kelompok, bergabung untuk menghindari konflik, menjadi pengikut kelompok. Merhabian & Stefl melakukan uji reliabilitas yang menghasilkan Alpha Cronbach sebesar 0,77. Meskipun demikian, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan data yang didapat dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Dalam menentukan validitas setiap item, peneliti menggunakan ketentuan validitas menurut Azwar (2012) yang mengatakan bahwa item dikatakan valid apabila koefisien korelasi item total ≥ 0,3. Hasil uji daya diskriminasi menunjukan item yang gugur 3 dan yang tidak gugur 17 dari 20 item yang ada dengan reliabilitas 0,859.

(23)

Tabel 3

Blueprint Skala Konformitas

No. Aspek Item Item Valid Favorabel Unfavorable 1. Keinginan Meniru Kelompok 5 6 2 2. Bergabung Untuk Menghindari Konflik 2, 12, 13, 14, 17*, 18, 8*, 10*, 15 6 3. Menjadi Pengikut Kelompok 1, 3, 4, 7, 9, 16, 20 11, 19 9 Total Item 13 4 17

Keterangan: Yang diberi tanda (*) adalah item yang tidak valid/ gugur.

b) The Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) yang disusun oleh Verplanken & Herabadi (2001). Skala ini terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Verplanken & Herabadi melakukan uji reliabilitas menghasilkan Alpha

Cronbach sebesar 0,83. Meskipun demikian, dalam penelitian ini akan

dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan data yang didapat dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Dalam menentukan validitas setiap item, peneliti menggunakan ketentuan validitas menurut Azwar (2012) yang mengatakan bahwa item dikatakan valid apabila koefisien korelasi item total ≥ 0,3. Hasil uji daya diskriminasi menunjukan

(24)

item yang gugur 1 dan item yang tidak gugur 23 item dari 24 item yang ada dengan reliabilitas 0,806.

Tabel 4

Blueprint Skala Impulsif Buying

No. Aspek Item Item Valid Favorabel Unfavorable 1. Kognitif 5, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23 1, 3, 7*, 9, 10, 11, 12, 14 15 2. Afektif 2, 4, 6, 13, 16, 24 8, 22 8 Total Valid 14 9 23

Keterangan : Yang diberi tanda (*) adalah item yang tidak valid/ gugur.

HASIL PENELITIAN A. Uji Deskriptif Statistika

1. Variabel Konformitas

Kategorisasi pada variabel konformitas dibuat berdasarkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh, yaitu 17 x 4 = 68 dan nilai paling rendah yaitu 17 x 1 = 17. Pada skala ini dibagi menjadi lima kategori (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah) dengan nilai intervalnya sebesar 10,2.

(25)

Tabel 1

Kategorisasi Pengukuran Skala Konformitas

Interval Kategori Mean N Persentase 55,25 ≤ x < 68 Sangat Tinggi 14 23,33% 42,50 ≤ x < 55,25 Tinggi 53,03 38 63,33% 37,4 ≤ x < 47, 6 Sedang 7 11,67% 29,75 ≤ x < 42,5 Rendah 1 1,67% 17 ≤ x < 29,75 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 60 100% SD = 6,623 Min =30 Max = 68 Keterangan: x = Konformitas

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa 14 subjek subjek memiliki skor konformitas yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 23,33%, 38 subjek memiliki skor konformitas yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 63,33%, 7 subjek memiliki skor konformitas yang berada pada kategori sedang dengan persentase 11,67%, 1 subjek memiliki skor konformitas yang berada pada kategori rendah dengan persentase 1,67%, dan tidak subjek memiliki skor konformitas pada kategori sangat rendah dengan persentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 53,03, dapat dikatakan bahwa rata-rata konformitas berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 30 sampai dengan skor maksimum sebesar 68 dengan standard deviasi 6,623. Berdasarkan uraian data di atas, dapat dikatakan bahwa remaja GPM Silo, memiliki tingkat konformitas yang tinggi.

(26)

2. Variabel Pembelian Impulsif

Kategorisasi pada variabel pembelian impulsif dibuat berdasarkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh, yaitu 23 x 4 = 92 dan nilai paling rendah yaitu 1 x 23 =23. Pada skala ini dibagi menjadi lima kategori (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah) dengan nilai intervalnya sebesar 13,8.

Tabel 2

Kategorisasi Pembelian Impulsif

Interval Kategori Mean N Persentase 74,75 ≤ x < 92 Sangat Tinggi 12 20% 57,5 ≤ x < 74,75 Tinggi 70,22 36 60% 50,6 ≤ x < 64,4 Sedang 9 15% 40,25 ≤ x < 57,5 Rendah 3 5% 23 ≤ x < 40,25 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 60 100% SD =10,383 Min =32 Max =87 Keterangan: x = Pembelian Impulsif

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa 12 subjek subjek memiliki skor pembelian impulsif yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 20%, 36 subjek memiliki skor pembelian impulsif yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 60%, 9 subjek memiliki skor pembelian impulsif yang berada pada kategori sedang dengan persentase 15%, 3 subjek memiliki skor pembelian impulsif yang berada pada kategori

(27)

rendah dengan persentase 5%, dan tidak subjek memiliki skor pembelian impulsif pada kategori sangat rendah dengan persentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 70,22, dapat dikatakan bahwa rata-rata pembelian impulsif berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 32 sampai dengan skor maksimum sebesar 87 dengan standard deviasi 10,383. Berdasarkan uraian data di atas, dapat dikatakan bahwa remaja GPM Silo, memiliki tingkat pembelian impulsif yang tinggi.

B. Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, yaitu:

1. Uji Normalitas

Pada skala konformitas diperoleh nilai K-S-Z sebesar 0,940 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,340 (p>0,05). Sedangkan, pada skor pembelian impulsif memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,834 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,490 (p>0,05). Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal.

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,723 dengan sig.= 0,072 (p<0,05) yang menunjukkan variabel konformitas dengan pembelian impulsif adalah linear.

C. Uji Korelasi

Uji korelasi menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yang dapat dilihat pada tabel 5:

(28)

Tabel 5

Hasil Uji Korelasi antara Konformitas dengan Perilaku Pembelian Impulsif

Correlations KOMFORMITAS IMPULSIF_BUYING KOMFORMITAS Pearson Correlation 1 .674 ** Sig. (1-tailed) .000 N 60 60 IMPULSIF_BUYING Pearson Correlation .674 ** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif sebesar 0,674 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif pada remaja GPM Silo, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r = 0,674 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu konformitas dengan perilaku pembelian impulsif memiliki

(29)

hubungan yang positif signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi konformitas, maka semakin tinggi perilaku pembelian impulsif atau sebaliknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Loudon & Bitta (1984) menunjukkan bahwa perilaku membeli seorang remaja dipengaruhi oleh konformitas terhadap kelompoknya, perilaku membelinya lebih cenderung impulsif. Lebih lanjut, penelitian Loudon & Bitta (1984) membuktikan bahwa perilaku pembelian impulsif pada remaja tidak lepas dari trend fashion dikalangan remaja yang semakin beragam dan keinginan yang kuat dari remaja untuk tampil menarik, tidak berbeda dengan teman-temannya agar dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya, mereka selalu terlihat beramai-ramai bersama kelompok mereka datang ke pusat perbelanjaan. Produk yang biasanya mereka belipun selalu sama. Apapun barangnya, jika mereka suka dan tertarik maka mereka beli, sekalipun barang tersebut tidak mereka butuhkan. Penelitian Rohman (2009) juga membuktikan konsumen yang berbelanja dengan keluarga atau bersama teman untuk mendapatkan kesenangan, bersosialisasi sambil berbelanja, serta menjalin hubungan dengan orang lain sambil berbelanja sehingga seseorang cenderung lebih impulsif. Reaksi impulsif mempengaruhi terhadap keputusan pembelian impulsif. Reaksi impulsif sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, segera dan cepat mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian tanpa direncanakan dan otomatis tanpa memikirkan risiko dari keputusan yang diambil.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan kecenderungan untuk berperilaku impulsif dalam pembelian yang dilakukan remaja putri dipengaruhi oleh karakteristik khas yang ada pada diri remaja putri sendiri, yaitu ketergantungan

(30)

yang kuat pada kelompok teman sebaya (Affif, 1993). Ketergantungan yang kuat pada kelompok teman sebaya merupakan salah satu bentuk konformitas. Jika remaja memiliki tingkat konformitas yang tinggi, maka remaja akan cenderung memiliki perilaku membeli impulsif yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika remaja memiliki tingkat konformitas yang rendah maka remaja akan memiliki perilaku membeli impulsif yang rendah pula.

Hal ini terlihat dari hasil kajian penelitian di atas, bahwa antara konformitas dengan perilaku pembelian impulsif memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa konformitas sebesar 63,33% yang berada pada kategori tinggi, dengan skor tertinggi adalah 68 dan skor terendah adalah 30. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian remaja GPM Silo memiliki tingkat konformitas yang tinggi. Pada perilaku pembelian impulsif, data sebesar 60% yang berada pada kategori tinggi, dengan skor tertinggi adalah 87 dan skor terendah adalah 32. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja GPM Silo memiliki tingkat perilaku pembelian impulsif yang tinggi.

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya perilaku pembelian impulsif, konformitas merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya stres akademik (Thai dalam Shofwan, 2010), jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan konformitas terhadap perilaku pembelian impulsif, konformitas memberikan kontribusi sebesar 45,43% dan sebanyak 54,57% dipengaruhi oleh faktor lain di luar konformitas yang dapat berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif, seperti mood, kategori produk dan pengaruh toko, variabel demografis, serta kepribadian.

(31)

PENUTUP KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas memberikan pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif, sehingga nampak jelas bahwa konformitas mempunyai hubungan positif signifikan dengan perilaku pembelian impulsif.

SARAN

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan:

1. Bagi Pihak Gereja

Disarankan untuk memberi pengetahuan kepada para remaja tentang gaya hidup hedonis dan pergaulan yang baik dari sudut pandang Alkitab pada pengajaran-pengajaran di SM-TPI (Sekolah Minggu - Tunas Pekabaran Injil), agar dapat menurunkan tingkat konformitas yang mengarah pada perilaku pembelian impulsif yang tinggi.

2. Bagi Para Orang tua

Untuk para orang tua dihimbau untuk dapat membatasi anggaran belanja bagi para remaja agar dapat menurunkan tingkat perilaku pembelian impulsif, serta memberi batasan pergaulan pada para remaja agar dapat menurunkan tingkat konformitas yang berlebihan

3. Bagi Subjek Penelitian

Untuk remaja Gerja Silo disarankan agar dapat mengikuti program pengajaran di SM-TPI dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

(32)

sehari-hari serta patuh kepada aturan orang tua, agar dapat menurunkan tingkat konformitas yang dapat mengarah pada perilaku pembelian impulsif yang tinggi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lain di luar konformitas yang memengaruhi perilaku pembelian impulsif sebesar 54,57%. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga terungkap faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku pembelian impulsif, seperti mood, kategori produk dan pengaruh toko, variabel demografis, serta kepribadian.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Affif, R. (1993). Psikologi Penjualan. Bandung: Angkasa.

Atika, R. (2006). Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Membeli Impulsif pada Remaja Putri : Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Aronson, E. 1992. The social Animal. San Francisco: W. H Freman & Co.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi.Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bayley, G., & Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing: A Qualitative Exploration of the Influence by Groups Phenomenon. Qualitative Market

Research: An International Journal 1(2), 99-114.

Beatty, S. E. and Ferrell M. E. (1998) A Impulsive Buying: Modeling Its Precursors Journal of Retailing 74 (2) 169-191.

Brehm, S. S., & Kassin, S. M, 1993. Social Psychologi. Second Edition. Boston: Houghton.

Calhoun, J. F. & Acocella. 1990. Psychology of Adjustment and Human

Relationship. New York: McGraw-Hill Book, Inc.

Chen-Yu, A. & Seock, L. (2002). Adolescent’s Clothing Purchase Motivation, Information Sources, And Store Selection Cretiria: Comparison Of Male/ Female and Impulse/ Nonimpulse Shoppers. Family and Consumer

Sciences Research Journal 31 (4).

Cobb, C. J. and Hoyer W. D. (1986) A Planned Versus Impulse Purchase Behavior, Journal of Retailing 62, 67-81.

Engel, J., and Blackwell, R. (1982). Consumer Behaviour. Dryden Press, Chicago, IL.

Hurlock, E. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Masa. Alih Bahasa: Jakarta: Penerbit Erlangga.

Irawan, H. D 13 Juni 2005. Menyiasati Pembelian Impulsif. http://www.cybercob.cbn.net.id. Akses tanggal 18 November 2015

Loudon, D & Bitta, D. (1993). Consumer Behavior: Concepts & Application. Fourth Edition. New York : McGraw Hill.

Loudon, D & Bitta, D. (1984). Consumer Behavior: Concepts & Applications. Second edition. Singapore: McGraw-Hill Book Company.

Luthfi, H. (2015). Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Pembelian Impulsif pada Remaja Putri : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

(34)

Mahdalela, A. (1998). Peran Interaksi Dengan Teman Sebaya Di Lingkungan Pergaulan Sekolah Terhadap Sikap Konsumtif. Psikologika 5 (3), 39-48. Mehrabian, A. & Stefl, C. A. (1995). Basic Temperament Components of

Loneliness, Shyness, and Conformity. Social Behavior and Personality

23(3), 253-264.

Melati, N, dkk. (2007). Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Pembelian Impulsif Pada Remaja Awal. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi

9 (2), 115-133.

Rohman, F. (2009). Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Mediasi Pengaruh Faktor Situasional terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen. 2(7), 251-261.

Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. Journal of Consumer Research 9(14), 189-199

Rook, D. W. & Fisher R. J. (1995). A Normative Influences on Impulsive Buying Behavior, Journal of Consumer Research 2, 305-313.

Rook, D. W. & Hoch S. J. (1985). A Consuming Impulses, Advances in Consumer Research UT: Association for Consumer Research 12, 23-27. Santosa, S. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.

Santrock, J. (2002). Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Edisi V. Jakarta: Erlangga.

. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.

Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2000). Consumer Behavior. Sevent Edition. New Jersey: Prentice-Hall International. INC

Solomon, M. (1992). Consumer Behaviour. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Solomon, M. R. 2002. Consumer Behavior, Buying, Having and Being. New Jersey: Prentice Hall.

Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif. www.e-psikologi.com. (diakses tanggal 11 Februari 2016).

Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual Differences in Impulse Buying Tendency: Feeling and no Thinking. European Journal of Personality. 15, 571-583.

(35)

Zebua, A & Nurdjayadi, R. (2001). Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis. 3, 6, 72-82.

Referensi

Dokumen terkait

Raskin adalah satu program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara memberikan beras dengan cara memberikan beras dengan harga murah pada rakyat miskin melalui

Topik-topik yang dibahas dalam mata kuliah Metode Numerik ini adalah sebagai berikut:.. Peraturan kuliah, silabus/materi, aturan

[r]

Trakindo Utama Cabang Jakarta telah diselenggarakan upaya-upaya penerapan safety behavior berupa : observasi keselamatan kerja, safety induction, toolbox meeting, safety

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada peubah daya dukung pakan dari lima model trend tidak ada model trend yang sesuai untuk alat pendugaan dan peramalan.. Hal ini

Eksperimentasi Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think-Talk-Write (TTW) dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan

Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khu-susnya, maupun bagi masyarakat luas

[r]