• Tidak ada hasil yang ditemukan

2284_anion kation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2284_anion kation"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Kation Anion

Kation Anion

D

D

II

S

S

U

U

S

S

U

U

 N

 N

OLEH :

OLEH :

-- M

M Chobind

Chobind rivaldo

rivaldo 122016035

122016035

-- Yokasari

Yokasari

122016032

122016032

Dosen

Dosen pembimbing

pembimbing :

: Ir

Ir Hj.

Hj. Ummi

Ummi kalsum,

kalsum, MT

MT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2016/2017

2016/2017

(2)
(3)

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENGESAHAN 1.

1. Judul Judul naskah naskah : : Kation Kation anionanion 2.

2. PesertaPeserta a.

a. Ketua kelompokKetua kelompok  Nama

 Nama : M. Chobind Rivaldo: M. Chobind Rivaldo  Nim

 Nim : 122016035: 122016035 Jurusan

Jurusan : : Teknik Teknik KimiaKimia  b.

 b. Jumlah anggota : 1Jumlah anggota : 1  Nama

 Nama : Yokasari: Yokasari  Nim

 Nim : 122016032: 122016032 Jurusan

Jurusan : : Teknik Teknik KimiaKimia

Palembang

Palembang , , April April 20172017 Menyetujui

Menyetujui

Dosen

Dosen Pembimbing Pembimbing Ketua Ketua KelompokKelompok

Ir

(4)

Kata pengantar Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah memberi kami rahmat dan Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah memberi kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik

karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik Makalah yang kami susun ini berjudul “ Kation dan Anion “. Makalah Makalah yang kami susun ini berjudul “ Kation dan Anion “. Makalah

ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kimia Analitik . ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kimia Analitik . Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan mengenai Kaiton dan Anion. dalam Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan mengenai Kaiton dan Anion. dalam  penyusunan makalah ini masih jauh dari sempu

 penyusunan makalah ini masih jauh dari sempuna.na. Terima kasih atas segala partis

Terima kasih atas segala partisipasi semua pihak yang mendukung tersusunnyaipasi semua pihak yang mendukung tersusunnya makalah ini. Atas segala kekurangan dan kesalahannya kami mohon maaf. Wa

makalah ini. Atas segala kekurangan dan kesalahannya kami mohon maaf. Wa ssalamu’alaikum Wr.wb

(5)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata

KataPengantar……….……….iPengantar……….……….i

Daftar isi……….……..ii Daftar isi……….……..ii BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...………...……1 1.1 Latar Belakang………...………...……1 1.2 Perumusan Masalah………..……….………..……1 1.2 Perumusan Masalah………..……….………..……1 1.3Tujuan………1 1.3Tujuan………1

BAB II. LANDASAN BAB II. LANDASAN TEORI……….……….……….2

TEORI……….……….……….2

2.1pengertian 2.1pengertian anion anion kation...kation...2...2

2.2 2.2 Analisa kation dan anion………..…2Analisa kation dan anion………..…2

2.3 R  2.3 R eaksi pengendapan………...…3eaksi pengendapan………...…3

2.4 2.4 Analisa anion……….17Analisa anion……….17

2.5 2.5 Reaksi kation……….…………19Reaksi kation……….…………19

2.6 2.6 Raksi anion………22Raksi anion………22

BAB III. PENUTUP BAB III. PENUTUP 3.1.Kesimpulan……….24 3.1.Kesimpulan……….24 3 3.2Saran……….….….25.2Saran……….….….25 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam sampel. Analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia organik sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik. Bahan kimia dalam sampel organik  juga cukup banyak ragamnya sesuai dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan kimia

organik molekuler berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia anorganik ionik. Analisis kualitatif kation dan anion secara sistematis telah berkembang cukup lama. Berkat kajian yang dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius sejak tahun 1840. Analisis kualitatif untuk anion dan kation dikaji secara terpisah. Analisis kualitatif anion lebih

sederhana dibanding degan analisis kation, tetapi analisis anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi dari gejala-gejala yang timbul. Mengingat keuntungan ini, maka analisis anion dipelajari sebelum analisis kation. Untuk lebih memahami mengenai anion dan kation, maka dilakukanlah percobaan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertisn anion dan pembahasannya? 2. Pengertian kation dan pembahasannya?

3. Bagaimana mengidentifikasi adanya kation secara kualitatif? 4. Bagaimana mengidentifikasi adanya anion secara kualitatif?

C. Tujuan Percobaan

1. Identifikasi adanya kation secara kualitatif dengan melakukan uji spesifik. 2. Identifikasi adanya anion secara kualitatif dengan melakukan uji spesifi k.

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985).

Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah AgNO3  yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata (Ismail Besari : 1982).

Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen (Ismail Besari : 1982).

Klorat, Bromat dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal sebagai pengoksida (Ismail Besari : 1982).

Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993).

Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4 atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret. Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion  bikarbonat yang terbentuk dari CrO4yang diasamkan (Ismail Besari : 1982).

Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama, dan dari masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri. Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada kelarutan garam

(8)

 pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion  bukanlah skema yang kaku, karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan

(G. Svehla : 1985).

Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air, sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda, kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut (Anonim : 2011).

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan  pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan

dengan cara basah (G. Svehla : 1985).

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).

Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan. Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokan dilakukan dalam bentuk pengendapan di mana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut. Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI) (Anonim,2010).

(9)

Dalam metode analisis kualitatif ini, kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya  pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis

anion / kation (Wiro, 2009).

Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion logam pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge, endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia (Cokrosarjiwanto,1977).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung  pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan  pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut denga ion sekutu tersebut (Masterton,1990).

(10)

PEMBAHASAN KATION DAN ANION

Kation adalah ion yang bermuatan positif. Ion ini terjadi karena atom netral

melepaskan elektron pada kulit terluarnya (kulit valensi). Peristiwa ini menyebabkan jumlah  proton lebih banyak daripada jumlah elektron sehingga bermuatan positif. Dalam sistem  periodik unsur, kecenderungan atom-atom yang berada pada sisi kiri , golongan IA dan IIA,

membentuk ion positif. Pada golongan IA akan membentuk kation bermuatan +1, contoh:  Na+, Li+, dan K + . Pada golongan IIA akan membentuk kation bermuatan +2, contoh: Ba+2,

Mg+2, dan Ca+2.

Anion adalah ion yang bermuatan negatif. Ion ini terjadi karena atom netral menerima elektron. Peristiwa ini menyebabkan jumlah elektron lebih banyak daripada jumlah proton sehingga bermuatan negatif. Dalam sistem periodik unsur, kecenderungan atom-atom yang  berada pada sisi kanan , golongan VIA dan VIIA, membentuk ion negatif. Pada golongan

VIA akan membentuk anion bermuatan -2, contoh: O2- dan S2- . Pada golongan VIIA akan membentuk anion bermuatan -1, contoh: F – , Cl – , Br  –  dan I – .

Contoh Tata Nama Senyawa Ion, Kation dan Anion, Aturan Penamaan, Rumus - Senyawa ion adalah senyawa yang terdiri atas suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah suatu ion logam, sedangkan anion dapat berupa anion nonlogam atau suatu anion poliatom. Daftar kation dan anion penting diberikan dalam tabel 1. dan 2. (Baca juga : Aturan

Penamaan Senyawa Kimia)

1.

Rumus Senyawa Ion

Unsur logam ditulis di depan.

Contohnya, rumus kimia natrium klorida ditulis NaCl bukan ClNa. Rumus senyawa ion: Untuk a dan b sama dengan angka 1 tidak perlu ditulis. Rumus senyawa ion ditentukan oleh  perbandingan muatan kation dan anionnya. Jumlah muatan positif sama dengan jumlah

muatan negatif. Contoh:

• Na+ + Cl – → NaCl natrium klorida • 2Na+ + SO42 – → Na2SO4 natrium sulfat • Fe2+ + 2Cl – → FeCl2 besi(II) klorida • Al3+ + PO43 – → AlPO4 aluminium fosfat

• Mg2+ + CO32 – → MgCO3 magnesium karbonat • 3K + + AsO4 3 – → K 3AsO4 kalium arsenat

(11)

Tabel 1. Contoh Beberapa Jenis Kation

No. Rumus Nama Ion No. Rumus Nama Ion

1.  Na+ Natrium 13. Pb2+  Timbal(II)

2. K + Kalium 14. Pb4+  Timbal(IV) 3. Ag+ Argentum/Perak 15. Fe2+  Besi(II) 4. Mg2+ Magnesium 16. Fe3+  Besi(III) 5. Ca2+ Kalsium 17. Hg+  Raksa(I) 6. Sr 2+ Stronsium 18. Hg2+ Raksa(II) 7. Ba2+ Barium 19. Cu+  Tembaga(I) 8. Zn2+ Seng 20. Cu2+  Tembaga(II)

9.  Ni2+ Nikel 21. Au+  Emas(I)

10. Al3+ Aluminium 22. Au3+  Emas(III)

11. Sn2+ Timah(II) 23. Pt4+  Platina(IV)

12. Sn4+ Timah(IV) 24.  NH4 + Amonium

Tabel 2. Contoh Beberapa Jenis Anion

No. Rumus Nama Ion No. Rumus Nama Ion

1. OH –  Hidroksida 16. C2O4 2 –   Oksalat

2. F –  Fluorida 17. PO3 3 –   Fosfit

3. Cl –  Klorida 18. PO4 3 –   Fosfat

4. Br  –  Bromida 19. AsO33 –   Arsenit

5. I –  Iodida 20. AsO43 –   Arsenat

6. CN –  Sianida 21. SbO3 3 –   Antimonit

7. O2 –  Oksida 22. SbO4 3 –   Antimonat

8. S2 –  Sulfida 23. ClO –   Hipoklorit

9. NO2 –  Nitrit 24. ClO2 –   Klorit

10. NO3 –  Nitrat 25. ClO3 –   Klorat

11. CH3COO –  Asetat 26. ClO4 –   Perklorat

12. CO3 2 –  Karbonat 27. MnO4 –  Permanganat

13. SiO32 –  Silikat 28. MnO42 –   Manganat

14. SO32 –  Sulfit 29. CrO4 2 –   Kromat

(12)

2.NAMA SENYAWA ION

 Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anion (di  belakang), angka indeks tidak disebut.

Contoh :

• NaCl = natrium klorida • CaCl2 = kalsium klorida • Na2SO4 = natrium sulfat

• Al(NO3)3  = aluminium nitrat

Jika unsur logam mempunyai lebih dari satu jenis bilangan oksidasi, maka senyawa-senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya, yang ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di belakang nama unsur logam tersebut. Contoh:

• Cu2O = tembaga(I) oksida • CuO = tembaga(II) oksida • FeCl2 = besi(II) klorida • FeCl3 = besi(III) klorida • Fe2S3 = besi(III) sulfida • SnO = timah(II) oksida • SnO2 = timah(IV) oksida

Sifat Senyawa Ion Secara Fisis adalah sebagai berikut : [1] a. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi

Ion positif dan negatif dalam kristal senyawa ion tidak bebas bergerak karena terikat oleh gaya elektrostatik yang kuat. Diperlukan suhu yang tinggi agar ion-ion memperoleh energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya elektrostatik.

 b. Keras tetapi rapuh

Bersifat keras karena ion-ion positif dan negatif terikat kuat ke segala arah oleh gaya elektrostatik. Bersifat rapuh dikarenakan lapisan-lapisan dapat bergeser jika dikenakan gaya luar, ion sejenis dapat berada satu di atas yang lainnya sehingga timbul tolak-menolak yang sangat kuat yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

c. Berupa padatan pada suhu ruang

d. Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik

(13)

Zat dikatakan dapat menghantarkan listrik apabila terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas membawa muatan listrik.

Klasifikasi Kation dan Anion

A.Klasifikasi Kation

Untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,

amonium sulfida dan amonium karbonat. Klalisfikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation  bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.

Menurut G. Svehla (1985), Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:

1. Golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal, merkurium(I) (raksa), dan perak.

2. Golongan II, kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), sti bium(III), stibium(V), timah(II), dan timah(III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-sub-golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.

3. Golongan III, kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrongen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dengan suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II). Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation didefinisikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifatnya terhadap pereaksi. Dengan menggunakan  pereaksi-pereaksi tertentu secara sistematik, dapat ditetapkan ada atau tidaknya kation-kation  berdasarkan golongannya

4. Golongan IV, kation golongan ini tak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.

5. Golongan V, kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagen-reagen golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion -ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

B.

Klasifikasi Anion

Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2-, dan N3-, Na+dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom. Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat

(14)

diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr 2O42-, BO33- -, Cr 2O42-, AsO43-,AsO33-.

Anion-anion ini mengendap dengan Ba2+dalam suasana basa. 2. Golongan halida : Cl-, Br -, I, S

2-Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).

3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.

Semua garam dari golongan ini larut. NO3-, NO2-, CH3OO- .

Menurut G. Svehla (1985), Proses reaksi anion dapat dibagi kedalan dua bagian yaitu: 1. Kelas A

a. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer: Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfide, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat.

 b. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. 2. Kelas B

a. Reaksi pengendapan: sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoate, dan suksinat.

 b. Oksidasi dan reduksi dalam larutan

C. Golongan Kation Pertama: Timbal(I I ), Merkurium(I ), Dan Perak(I )

Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal klorida sedikit larut dalam air dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna  bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan, ion timbal yang tersisa itu,

diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation golngan kedua.

 Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat praktis tidak larut, sedangkan perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium(I) sulfat terletak diantara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangka

 pengendapan timbal halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air  panas. Asetat-asetat labih mudah larut, meskipun perak asetat bias mengendap dari larutan

yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapksan dengan reagen yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagen berlebihan, ia tidak bertindak dengan bermacam -macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.

ANALISIS ANION KATION

Banyak ion-ion terlarut yang kita temui di sekitar kita misal nya pada air laut, sungai, limbah, atau pun dalam bentuk padatannya seperti pada tanah dan pupuk.

Unsur logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif atau anion. Metode yang digunakan untuk menentukan

(15)

keberadaan kation dan anion tersebut dalam bidang kimia disebut analisis kualita tif Untuk senyawa anorganik disebut analisis kualitatif anorganik.

Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif .

Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau,

terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.

Tabel berikut menunjukkan beberapa ion yang berwarna

Jenia anion Warna Jenis anion Warna

Cu2+  Biru Mn2+  Merah

Cr 3+  Hijau Ni2+  Hijau

Fe2+ Hijau Cro42_   Kuning

Fe3+ Kuning coklat Mno4-  Unggu

Kesetimbangan

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut:

aA + bB cC + dD

adalah : K = [C]c + {D]d :[A]a + [B]b

 Nilai K tersebut konstan pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam analisa kualitatif nilai K tersebut dapat digunakan untuk menggeser kesetimbangan ke arah reaksi yang

dikehendaki. Kesetimbangan kimia dapat digeser ke arah pembentukan hasil reaksi dengan menambahkan lebih banyak pereaksi atau dengan mengeluarkan salah satu hasil reaksi dari sistem kesetimbangan. Dalam prakteknya hal ini berarti menambahkan pereaksi-pereaksi dengan berlebih, atau mengeluarkan hasil reaksi dari fase l arutan misalnya dengan

(16)

 pengendapan, penguapan atau pun ekstraksi. Pergeseran kesetimbangan juga dapat dilakukan dengan cara merubah suhu atau tekanan.

Reaksi Pengendapan

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam

analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan pen yaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu j enuh dengan zat yang  bersangkutan.

Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan  jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti

 penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka  pada tekanan atmosfer.

Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada  beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena

suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak.

Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam

campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan  pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan memberikan efek yang sebaliknya

yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan

endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing. Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat menyebabkan endapan menjadi larut kembali,

Contohnya pada reaksi berikut:

 Ni(OH)2(s) + 2H+ Ni2+ + 2H2O

(17)

-Perubahan kelarutan karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam  beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya pelarut organik

seperti alkohol,eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu endapan yang dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan menghasilkan tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam

kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:

AgCl Ag++ Cl

-Maka Ksp = [Ag+]1 [Cl-]1

Tetapan ini dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi  pengendapan. Jika hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka

akan terbentuk endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka endapan tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka kation-kation dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok kecil yang selanjutnya dapat memudahkan identifikasi masing-masing kation.

Asam Basa

Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen., sedangkan basa mengalami

disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH.

Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau

 basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida. Dalam analisa kualitatif H2S digunakan untuk mengendapkan sejumlah kation menjadi garam sulfidanya.

Pengendapan kation dengan H2S dipengaruhi oleh pH seperti terlihat pada penjelasan  berikut.H2S merupakan asam diprotik yang mengalani disosiasi dalam dua tahap,yaitu

H+ + H2S HS- Ka1= 8,9 x 10-8

HS-H+ + S2- Ka2 = 1,2 x 10-13

Ka1 = [H+] [HS-] dan Ka2 = [H+] [S2-]

[H2S] [HS-]

(18)

[H2S] [HS-] [H2S]

maka [S2-] = 1,1 x 10-20 [H+]2 [H2S]

 jika digunakan konsentrasi H2S jenuh yaitu sekitar 0,1 M pada suhu 24oC, maka diperoleh : [S2-] = 1,1 x 10-21

[H+]2

 jika kation,M, diendapkan sebagai garam sulfida,MS, maka dari persamaan

di atas dapat dilihat pH atau konsentrasi hidrogen akan mempengaruhi konsentrasi S2- yang kemudian akan mempengaruhi hasil kali kelarutan ion. Pada pH rendah atau konsentrasi hidrogen tinggi, konsentrasi S2- sangat rendah sehingga hanya kation dengan Ksp rendah yang dapat mengendap, misalnya Cu2+, Cd2+, dan Bi3+. Sedangkan pada pH netral atau pun tinggi yang berarti konsentrasi hidrogen rendah maka konsentrasi S2- relatif tinggi sehingga kation yang tidak terendapkan pada pH rendah akan terendapkan pada kondisi ini, misalnya kation Co2+, Ni2+ dan Mn2+.

Dalam analisa kualitatif sering kita perlu mempertahankan konsentrasi hidrogen pada nilai tertentu. Misalnya jika diperlukan suasana yang bersifat asam kuat (pH 0-2) atau basa kuat (pH 12-14) dapat dicapai dengan menambahkan asam kuat atau basa kuat secukupnya. Tetapi jika pH larutan harus dipertahankan misalnya pada pH 4, maka cara diatas tidak dapat dilakukan. Cara yang tepat untuk mempertahankan kondisi larutan yang sedikit asam atau sedikit basa adalah dengan penambahan larutan buffer. Larutan buffer yang sering digunakan dapat dibuat dengan melarutkan asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya, misalnya asam asetat dan natrium asetat atau amonia dan amonium klorida.

Redoks

Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Beberapa reaksi oksidasi reduksi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan fisik seperti perubahan warna sangat berguna dalam membantu identifkasi ion.

Berikut ini beberapa zat yang digunakan dalam analisa kualitatif: 1. Kalium permanganat, KMNO4

Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dengan air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH dari mediumnya.

(19)

MnO4-+ 8H+ + 5e Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O

 b) dalam larutan netral

MnO4- + 4H++ 3e MnO2 (endapan coklat) + 2H2O c) dalam larutan basa

MnO4-+ e MnO42- ( warna hijau)

2. Kalium kromat, K2CrO4, dan kalium dikromat, K2Cr2O7

Kalium kromat merupakan zat padat berwarna yang menghasilkan larutan kuning dalam air, yang dengan adanya asam mineral encer berubah menjadi dikromat yang berwarna  jingga dalam air. Sebaliknya dikromat dalam larutan basa akan menjadi kromat kembali.

Sedangkan dalam larutan asam kuat dikromat direduksi menjadi kromium Cr(III) yang  berwarna hijau. Reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut:

a) 2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O

 b) Cr2O7 2- + 2OH-  2CrO4 2- + H2O c) Cr2O72- + 14H++ 6e 2Cr 3+ + 7H2O 3. Asam nitrat, HNO3

Asam nitrat merupakan jenis asam mineral yang bersifat oksidator dan tergantung  pada konsentrasi asam. HNO3 + 3H+ + 3e NO + 2H2O Gas NO tak berwarna tetapi mudah  bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan nitrogen dioksida yang berwarna coklat

kemerahan. 2NO + O2 2NO2 4. Hidrogen peroksida, H2O2

Zat ini dapat bersifat sebagai oksidator atau pun reduktor tergantung kekuatan pasangan reaksinya.

a) sebagai oksidator

H2O2 + 2H+ + 2e 2H2O  b) sebagai reduktor

H2O2 O2 + 2H+ + 2e

Reaksi Pembentukan Kompleks

Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksireaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat ters ebut. Atom pusat memiliki bilangan koordinasi tertentu yang menunjukkan jumlah ruangan yang tersedia di sekitar atom pusat.

(20)

Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif digunakan untuk : 1. uji-uji spesifik

Beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sangat peka dan spesifik dapat

digunakan untuk identifikasi ion. Berikut ini beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sering digunakan dalam analisis kualitatif:

Cu2+( biru) + 4NH3  [Cu(NH3)4]2+( biru tua)

Fe3+ + SCN-  [Fe(SCN-)6]3- Ni2+ + dimetilglioksim(DMG) 1 Ni-DMG(endapan

merah)

2. penutupan (masking)

ketika menguji suatu ion spesifik dengan suatu pereaksi, mungkin akan

muncul gangguan karena adanya ion lain yang ada dalam larutan.Gangguan ini dapat dicegah dengan menambahkan pereaksi yang disebut zat penutup, yang membentuk kompleks yang stabil dengan ion pengganggu. Ion yang akan diidentifikasi tidak perlu lagi dipisahkan secara fisika. Misalnya, pada uji kadmium dengan H2S dengan adanya tembaga. Ion tembaga dapat  bereaksi dengan H2S juga, karena itu perlu ditutupi dengan cara pembentukan kompleks

dengan CN- menjadi [Cu(CN)4]2-, dimana kompleks tetrasiano ini tidak akan membentuk

endapan tembaga sulfida. Sedangkan kompleks [Cd(CN)4]2- tetap dapat membentuk endapan

kadmium sulfida.

3. Pelarutan kembali endapan

Pembentukan kompleks dapat menyebabkan kenaikan kelarutan, sehingga suatu endapan dapat larut kembali. Contohnya pada endapan AgCl jika ditambahkan NH3 maka endapan tersebut akan larut kembali.

Golongan Kation Pereaksi pengendap/kondisi

1. Ag+, Hg+, Pb2+ HCl 6 M

2. Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+,

Sn4+, Sb3+

H2S 0,1 M pada pH 0,5

3. Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+,

 Ni2+, Mn2+, Zn2+

H2S 0,1 M pada pH 9

4. Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+,

K+, NH4 +

Tidak ada pereaksi pengendap Golongan

(21)

Golongan 1 : Ag+, Hg+, Pb2+

Untuk memisahkan ketiga kation ini kita menambahkan HCl 6 M pada sampel uji. Kation golongan 1 akan mengendap sebagai garam klorida yang berwarna putih. Reaksi yang terjadi:

Ag+ + Cl-  AgCl

2Hg+ + 2Cl-  Hg2Cl2

Pb2+ + 2Cl-  PbCl2

Endapan PbCl2 akan larut dengan kenaikan suhu. Karena it u PbCl2 dapat dipisahkan dari kedua kation yang lain dengan menambahkan air panas kemudian mensentrifus dan memisahkannya dari larutan. Adanya Pb2+ dapat diidentifikasi dengan penambahan K2CrO4 membentuk endapan kuning atau dengan H2SO4 membentuk endapan putih.

Pb2+ + CrO42-  PbCrO42-Pb2+ + SO42-  PbSO4

Hg1+ dan Ag+ dapat dipisahkan dengan penambahan NH3. Ji ka ada Hg2Cl2 maka dengan NH3 akan bereaksi:

Hg2Cl2 + 2NH3 HgNH2Cl + Hg + NH4Cl putih hitam

Endapan yang teramati menjadi berwarna abu-abu. Sedangkan penambahan amonia terhadap Ag+ menyebabkan endapan AgCl larut kembali karena terjadi pembentukan kompleks Ag(NH3)2+ yang stabil. AgCl + 2NH3 Ag(NH3)2+ + Cl-Adanya Ag+ dapat diuji dengan menambahkan asam kuat HNO3 6 M. Ion H+ akan mendekomposisi kompleks Ag(NH3)2 + sehingga Ag+ akan bebas dan bereaksi dengan Cl- yang sudah ada membentuk endapan AgCl kembali.

Kation yang tidak ada: Hg+, karena jika ada Hg+ maka endapan tidak akan

larut seluruhnya dengan penambahan amoniak. Kation golongan 2: Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+, As3+, Sn4+, Sb3+ Kation golongan 2, 3,4, dan 5 tidak membentuk endapan klorida. Dengan demikian kation tersebut tetap ada dalam filtrat larutan setelah penambahan HCl 6M. Untuk memisahkan kation golongan 2 dengan kelompok kation lainnya maka kation gol 2

diendapkan sebagai garam sulfida dengan konsentrasi ion H+ dibuat menjadi sekitar 0,3 M (pH=0,5). Kondisi pH ini

 penting karena jika konsentrasi asam terlalu tinggi maka tembaga, kadmium, kobalt dan timbal tidak akan sempurna pengendapannya,

(22)

ikut teLarutan kemudian dijenuhkan dengan sulfida. Ion sulfida terbentuk dari ionisasi asam lemah H2S yang berasal dari gas H2S yang dilarutkan dalam air atau dari tioasetamida yang terhidrolisis.

Penambahan hidrogen peroksida dapat dilakukan untuk mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+ sehingga endapan SnS yang agak gelatin menjadi SnS2. Reaksi yang terjadi diantaranya:

Cu2+ +S2- 2CuS (endapan hitam)

Endapan kation lainnya adalah CdS(kuning), Bi2S3(hitam), SnS2(kuning), dan Sb2S3(jingga). PbCl2 mempunyai Ksp yang cukup tinggi sehingga agak mudah larut dalam larutan asam klorida encer, karena itu dalam kation

golongan 2 ini kemungkinan kation Pb masih ditemukan.rendLarutan kemudian dijenuhkan dengan sulfida. Ion sulfida terbentuk dari

ionisasi asam lemah H2S yang berasal dari gas H2S yang dilarutkan dalam

air atau dari tioasetamida yang terhidrolisis.

Penambahan hidrogen peroksida dapat dilakukan untuk mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+ sehingga endapan SnS yang agak gelatin menjadi SnS2. Reaksi yang terjadi diantaranya:

Cu2+ +S2- 2CuS (endapan hitam)

Endapan kation lainnya adalah CdS(kuning), Bi2S3(hitam), SnS2(kuning),

dan Sb2S3(jingga). PbCl2 mempunyai Ksp yang cukup tinggi sehingga

agak mudah larut dalam larutan asam klorida encer, karena itu dalam kation golongan 2 ini kemungkinan kation Pb masih ditemukan.

 Pemisahan kation gol 2 menjadi: sub gol tembaga dan arsen

Kation gol 2 dibagi menjadi dua sub golongan yaitu sub-gol tembaga dan arsen.pembagian ke dua sub-gol ini berdasarkan kelarutan endapan garam sulfida dan amonium polisulfida. Sulfida dari sub-gol tembaga yaitu PbS, CuS, CdS, HgS dan Bi2S3 tidak larut dalam pereaksi ini, sedangkan sulfida

dari sub gol arsen yaitu As2S3, As2S5, SnS2 dan Sb2Sb3 akan larut

membentuk garam tio. Reaksi yang terjadi: As2S5 + 3S2-  2AsS4 3- (tioarsenit) 2AsS As2S3 + 3S2- 3-- (tioarsenat) 2SbS Sb2S3 + 3S2- 3-3- (tioantimonat)

(23)

SnS + S2-  SnS3 2- (tiostanat)

Amonium sulfida (NH4)2S tidak dapat melarutkan SnS, karena itu SnS harus

dioksidasi telebih dahulu. Hal ini dapat dilakuka dengan penambahan

hidrogen peroksida sebelum pengendapan sulfida atau mengganti amonium sulfida dengan amonium polisulfida (NH4)2S2 ) yang dapat mengoksidasi

kation tersebut.

• Pemisahan dan identifikasi Hg

Sulfida dari tembaga, kadmium, bismut, dan timbal larut dalam asam nitrat, sedangkan merkuri tidak. Berdasarkan hal tersebut, maka merkuri dapat dipisahkan dari kation lainnya yang ada dalam sub gol tembaga. Sulfida tembaga, kadmium, bismut dan timbal latut dengan asam nitrat

 berdasarkan reaksi berikut;

3CuS + 2NO3- + 8H+ 3Cu2+ + 3S + 2NO + 4H2O

Endapan HgS berwarna hitam, bila ada warna lain misalnya putih atau kuning maka perlu dilakukan uji kemungkinan adanya Hg. HgS dapat larut dengan aqua regia (campuran HCl:HNO3=3:1). Reaksi yang terjadi:

3HgS + 2NO3- + 8H+ + 12Cl-  3HgCl42- + 2NO + H2O + 3SIon HgCl42- akan segera

terdisosiasi menjadi ion Hg2+ dan Cl- yang tidak

 berwarna. Ion Hg2+ dapat diidentifikasi dengan cara reduksi oleh Sn2+. 2Hg2+ + Sn2+ + 2Cl- Hg2Cl2(putih) + Sn4+

 jika Hg2+ dalam jumlah banyak dan Sn2+ terus ditambahkan maka endapan Hg akan terbentuk.

Hg2Cl2 + Sn2+ 2Hg (hitam) + Sn4+ + 2Cl

-Karena Sn2+ pereaksi yang ditambahkan secara berlebih, maka endapan yang terbentuk akan terlihat abu-abu atau hitam. Sn2+ merupakan senyawa  pereduksi yang kuat, tetapi kemampun ini akan hilang jika terdapat ion Cl

-karena Cl- ini akan mengoksidasi Sn2+menjadi Sn4+.

• Pemisahan dan identifikasi Pb dari Bi, Cu, dan Cd

PbSO4 sangat tidak larut dalam air, sedangkan sulfat dari Bi, Cu dan Cd sebaliknya, mudah larut. Hal ini menjadi dasar pemisahan Pb dengan ketiga kation tersebut.

(24)

Pb2+ + SO42-  PbSO4 (putih)

Identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan melarutkan endapan dengan amonium asetat membentuk kompleks Pb-asetat dengan reaksi:

PbSO4 + 4C2H3O2- _ Pb(C2H3O2)42- + SO4

2-Kemudian dengan penambahan K2CrO4 akan terbentuk endapan PbCrO4 yang berwarna kuning. Kation Pb sebagaian besar sudah diendapkan dalam kelompok kation gol 1 sehingga uji pada gol 2 ini tidak akan begitu seperti yang terlihat pada uji kation lainnya.

• Pemisahan dan identifikasi Bi dari Cu dan Cd

Penambahan NH4OH pada larutan yang mengandung kation Bi,Cu dan Cd  pada awalnya akan mengendapkan ketiga hidroksida kation tersebut.

Cu2+ + 2NH4OH _ Cu(OH)2 (biru) + 2NH4+

Tetapi jika pereaksi diberikan secara berlebih, hidroksida Cu akan larut membentuk kompleks Cu(NH3)42+

. Warna larutan akan berubah dari warna  biru muda menjadi biru gelap.

Cu(OH)2 + 4NH4OH _ Cu(NH3)4 2+ + 2OH- + 4H2O

Demikian juga dengan hidroksida kadmium, Cd(OH)2 (putih) akan larut dalam pereaksi berlebih membentuk kompleks Cd(NH3)42+. Tetapi tidak demikian dengan hidroksida bhismut, Bi(OH)3, tidak akan larut dalam  pereaksi berlebih. Karena itu adanya endapan putih menunjukkan adanya

kation Bi. Identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan mereduksi Bi(OH)3 menjadi logam Bi yang merupakan endapan berwarna hitam. 2Bi(OH)3+ 3 Sn(OH)42- _ 2Bi + 3Sn(OH)6

2-Sn(OH)42- diperoleh dari SnCl2 sebagai pereaksi yang ditambahkan  bersama dengan NaOH berlebih yang telah ditambahkan sebelumnya.

Sn2+ + 2OH- _ Sn(OH)2

Sn(OH)2 + 2OH- _ Sn(OH)4

2-• Identifikasi Cu dan Cd

Cu dapat diidentifikasi secara visual lewat warna larutan yang berwarna biru (jika konsentrasi Cu dalam larutan 1 bag per 25000 air). Jika larutan tidak  berwarna maka sebaiknya tetap dilakukan uji Cu dengan penambahan

(25)

Fe(CN)63- yang dengan Cu akan membentuk endapan warna merah dari

kompleks [Cu2Fe(CN)6]. Pereaksi ini dapat mengidentifikasi Cu sampai

konsentrasi 1 ppm.

Jika Cu tidak ada, maka pada larutan yang tidak berwarna dapat langsung ditambahkan amonium sulfida. Jika terbentuk endapan kuning,CdS, maka

Cd ada. Tetapi jika Cu ada, maka untuk mengidentifikasi Cd dilakukan

dengan membentuk Cu dan Cd menjadi kompleks Cu(CN)42- dan Cd(CN)42-.

Reaksi yang terjadi:

2Cu(NH3)42+ + 5CN + H2O _ 2Cu(CN)42- + CNO- + 6NH3 + 2NH4+

Cd(NH3)42+ + 4CN- _ Cd(CN)42- + 4NH3

Kompleks Cu(CN)42- sangat stabil dibandingkan kompleks Cd(CN)42-,

sehingga komplek Cd dapat terdisosiasi : Cd(CN)42- +_ Cd2+ + 4CN

-Kation Cd yang dihasilkan cukup untuk membentuk endapan sulfida dengan  penambahan amonium sulfida menghasilkan sulfida kadmium yang

 berwarna kuning.

• Kation golongan 3: Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+

Kation golongan 3 membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan kation golongan 2.

Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3 sebagai

garam sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida dan

amonium klorida. Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini

kesetimbangan: H2S _ 2H+ + S

2-akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2- akan meningkat dan cukup untuk mengendapkan kation golongan 3. H2S dapat juga diganti

dengan (NH4)2S.

Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2.

Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Fe3+ dan Cr 3+ sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3 (merah), Al(OH)3(putih) dan

(26)

mengendap tetapi penambahan amonium hidroksida berlebih menyebabkan hidroksida kation-kation tersebut menjadi kompleks Zn(NH3)42+ , Ni(NH3)62+ , Co(NH3)62+ yang larut. Ion sulfida dapat bereaksi dengan Zn(NH3)42+ ,

 Ni(NH3)62+ , Co(NH3)62+ membentuk endapan sulfida CoS (hitam),

 NiS(hitam), dan ZnS (putih) dengan reaksi seperti berikut:Ni(NH3)62+ + S2- _ 2NiS + NH3 Sedangkan Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan

sulfida FeS (hitam) dan MnS(coklat).

• Pemisahan Sub golongan Aluminium dan Nikel

Hidroksida aluminium, kromium dan seng bersifat amfoter sehingga larut dengan NaOH. Sebaliknya hidroksida besi, mangan, kobalt dan nikel tidak  bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak larut dengan NaOH. Hal ini

yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kati on golongan 3. Endapan kation golongan 3 larut dengan HCl, kecuali NiS dan CoS yang agak sullit, keduanya dapat larut cepat dengan aqua regia (HCl dan HNO3). Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.

Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke tujuh kation tersebut akan terbentuk, tetapi aluminium, kromium dan seng yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks Al(OH)4-, Cr(OH)4-, Zn(OH)4-, sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 dan Co(OH)2 akan teroksidasi oleh udara menjadi MnO2 dan Co(OH)3 yang berwarna hitam. Penambahan hidrogen  peroksida mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi

Cr(OH)4- menjadi CrO42-.

Hidroksida besi dan nikel cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+ dan  Ni2+, tetapi MnO2 dan Co(OH)3 lambat larut. Hidrogen peroksida

ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan cara mereduksinya menjadi MnO dan Co(OH)2.

Reaksi yang berlangsung:

MnO2 + H2O2 _ MnO + H2O + O2

2Co(OH)3 + H2O2 _ 2Co(OH)2 + 2H2O + O2 MnO + 2H+ _ Mn2+ + H2O

Co(OH)2 + 2H+ _ Co2+ + 2H2O

• Identifikasi besi

(27)

1. Kaliumheksasianoferat(II), K4Fe(CN)6

Membentuk endapan biru Prussian 4Fe3+ + 3Fe(CN)64- _ Fe4[Fe(CN)6]3

2. Kalium tiosianat, KSCN Larutan berwarna merah Fe3+ + SCN- _ Fe(SCN)6

3-• Identifikasi kobalt

Identifikasi kobalt dapat dilakukan dengan pereaksi yang sama dengan besi yaitu KSCN dalam alkohol memberikan warna larutan biru. Kompleks besi dengan tiosianat merupakan kompleks yang stabil sedangkan kompleks Co dengan tiosiant merupakan kompleks yang kurang stabil s ehingga untuk  penentuan besi dengan adanya Co tidak akan mengganggu. Tetapi untuk identifikasi Co harus ditambahkan NaF untuk mengkompleks Fe menjadi FeF63- yang tidak berwarna sehingga tidak mengganggu kompleks Co

tiosianat. Kompleks Co tiosianat ini akan lebih stabil dalam alkohol. Co2+ + 4SCN _ Co(SCN)4

2-• Identifikasi Ni

Buat larutan menjadi basa dengan penambahan NH3. Jika pada

 penambahan ini terbentuk endapan hidroksida besi dan mangan, sentrifus dan dekantasi. Pada filtrat yang tidak berwarna ditambahkan dimeti

glioksim.

Endapan merah dari NiC8H14N4O4 (Ni-dimetil glioksim) menunjukkan adanya Ni. (CH3)C2(NOH)2 + Ni(NH3)6

2+ _ 2NH4+ + NiC8H14N4O4 + 4NH3

• Identifikasi Mn

Mangan dapat diidentifikasi dengan mengoksidasi Mn2+ menjadi MnO 4-yang berwarna ungu dengan natrium bismutat (NaBiO3) dalam asam nitrat. 2Mn2+ + 5HBiO3 + 9H+ _ 2MnO4- + 5Bi3+ + 7H2O

• Pemisahan dan Identifikasi Sub golongan Al

Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam nitrat akan memberikan reaksi berikut:

Al(OH)4- + 4H+ _ Al3+ + 4 H2OZn(OH)4- + 4H+ _ Zn2+ + 4H2O2CrO42- + 2H+ _ Cr2O7

2-+H2O

(28)

terbentuknya dikromat. Penambahan amonium hidroksida lebih lanjut akan membentuk endapan putih yang menunjukkan adanya Al. Sedangkan

Cr2O72- dan Zn2+ akan menjadi CrO42- dan Zn(NH3)42+. Identifikasi Cr

dapat dilakukan dengan BaCl2 memberikan endapan kuning barium kromat.

CrO42- + Ba2+ _ BaCrO4

Identifikasi Zn dapat dilakukan dengan kertas difeniltiokarbazon atau kertas ditizhone memberikan warna merah keunguan menunjukkan adanya Zn.

Kation golongan 4: Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K + dan NH4+

• Pemisahan dan Identifikasi Ba

Barium sulfat merupakan garam sulfat yang sangat tidak larut dengan ai r, sedangkan kalsium agak larut, dan kation logam lainnya larut dalam air. Pemisahan barium dengan kation lainnya berdasarkan hal tersebut.

Penambahan amonium sulfat akan memberikan endapan putih jika terdapat  barium. Uji selanjutnya dapat dilakukan dengan uji nyala memberikan

warna hijau kekuningan.

• Pemisahan dan Identifikasi Ca

Pemisahan kalsium dengan kation lainnya berdasarkan kelarutan garam kalsium oksalat yang sangat tidak larut dalam air, sedangkan kation lainnya mudah larut. Jika kalsium ada endapan putih kalsium oksalat akan

terbentuk pada penambahan amonium oksalat. Larutan dibuat basa untuk mencegah kelarutan garam oksalat.

• Pemisahan dan Identifikasi Mg

Magnesium diendapkan dengan Na2HPO4 dalam keadaan basa menjadi magnesium amoniumphosfat dengan reaksi berikut:

Mg2+ + HPO42- + NH3 _ MgNH4PO4

Karena endapan putih fosfat dari kation lain juga dapat terbentuk maka  perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan pereaksi magneson I (p-nitribensenazoresorsinol) atau

magneson II (p-nitrobense-α-nftol) dengan penambahan basa NaOH. Ion

OH- dari basa akan bereaksi dengan Mg2+ membentuk endapan putih

hidroksida Mg(OH)2. Hidroksida tersebut akan bereaksi dengan pereaksi magneson atau mengabsorbsinya sehingga menjadi berwarna biru.

(29)

Uji nyala dapat dilakukan untuk menguji adanya Na+ dan K +dimana Na+ akan memberikan warna nyala kuning dan K + warna merah keunguan. Warna nyala dari kaliu dapat tertutupi jika terdapat natrium, karena itu diperlukan kaca kobalt untuk melihat warna nyala kalium tersebut. Uji spesifik dapat dilakukan untuk Na+ dengan menggunakan pereaksi seng uranil asetat membentuk endapan kuning [NaZn(UO2)3(C3H3O2)9]. Sedangkan untuk K + dapat dilakukan dengan pereaksi natrium

heksanitrikobaltat (III) memberikan endapan kuning [K2NaCo(NO2)6] Ion amonium juga memberikan reaksi yang serupa dengan K + sehingga harus dihilangkan terlebih dulu dengan cara pemanasan.

 NH4+ dapat diketahui dengan memanaskan larutan sampel asli dengan  NaOH 6 M.

 NH4+ + OH- _ NH3 + H2O

Bau gas amoniak yang khas menunjukkan adanya kation ini. Gas tersebut merubah lakmus merah menjadi biru.

ANALISIS ANION

Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti analisis kation. Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga berdasarkan  pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan kelarutannya.

Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau dioksidasi dengan asam sulfat pekat seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Anion Pengamatan Reaksi

Cl- Bergelembung, tidak berwarna,  bau menusuk, asap putih pada

udara lembab, lakmus biru menjadi merah

 NaCl NaHSO4- + HCl  +

H2SO4

Br- Bergelembung, berwarna coklat ,  bau menusuk, berasap, lakmus  biru menjadi merah

 NaBr HBr +  + 2H2SO4

 NaHSO4-2HBr Br2 + SO2 +  +

H2SO4 2H2O

(30)

I- Bergelembung, uap ungu jika dipanaskan, bau seperti H2S.

 NaI NaHSO4+ HI  + H2SO4

H2SO4 H2S + 4H2O + 4I2  + HI

S2- Bau khas gas H2S ZnS ZnSO4 + H2S  +

H2SO4 CO3

2-Bergelembung, tidak berwarna dan tidak berbau

 Na2CO3 Na2SO4 +  +

H2SO4 H2O + CO2 SO3

2-Bergelembung, tidak berwarna,  bau sengak  Na2SO3 Na2SO4 +  + H2SO4 H2O + SO2 CrO4

2-Perubahan warna dari kuning menjadi jingga

2K2Cr2O4 K2Cr2O7 +  +

H2SO4

H2O + K2SO4

Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin, tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2

yang dihasilkan, dan asetat memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.

Umumnya anion dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

a. golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-,AsO4 3- b. golongan halida : Cl-, Br-, I-, S

2-c. golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.

Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2, BaCO3,

BaC2O4,Ba3( AsO4)2 tidak larut dalam air kondisi basa, sedangkan garam barium anion lainnya mudah larut. Berdasarkan sifat tersebut maka pemisahan dan identi fikasi untuk

golongan sulfat dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi BaCl2. Kecuali barium kromat yang berwarna kuning, garam barium lainnya berwarna putih. Jika larutan sampel diasamkan dengan asam nitrat dan ditambahkan perak nitrat maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap sebagai

(31)

Anion yang tidak menunjukkan uji yang positif untuk kedua golongan di a tas kemungkinan mengandung anion golongan nitrat. Jika sampel mengandung beberapa kati on maka uji  pendahuluan diatas tidak cukuk untuk menentukan ada atau tidaknya suatu anion. Karena itu

setelah pengujian pendahuluan dilakukan maka perlu juga dilakukan uji spesifik untuk tiap anion. 32

Berikut ini contoh uji spesifik beberapa anion: 1. sulfat

Ambil 1 ml sampel, tambahkan asam dan BaCl2. Jika terbentuk endapan putih maka anion

sulfat ada. 2. kromat

Perhatikan filltrat pada uji 1, jika berwarna kuning maka anion kromat ada. Tambahkan pada filtrat Pbnitrat, jika terbentuk endapan kuning maka kromat ada.

3. nitrat

Ambil 1 ml sampel, tambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Miringkan tabung uji sehingga membentuk sudut 30oC, kemudian tambahkan beberapa tetes ferosulfat melalui dinding tabung

 perlahan-lahan. Jika terbentuk cincin coklat maka nitrat ada. 4. asetat

Ambil beberapa tetes sampel, tambahkan etanol, perhatikan bau yang terbentuk, jika tercium  bau buah maka asetat ada.

5.

Cl-Setelah dilakukan uji golongan, maka penambahan NH4OH akan melarutkan anion Cl- dan Br-, sedangkan I- tidak larut. Penambahan asam lebih lanjut dapat membentuk endapan putih  jika Cl- ada. REAKSI –  REAKSI : Reaksi kation Golongan I Ag+ 1. Ag++ HCL → AgCL ↓ putih + H

-2. 2Ag+ + 2 NaOH → 2AgOH + 2Na+↓ coklat 3. 2Ag+ + 2NH4OH→ 2 AgOH → NH+

Pb2+

(32)

Pb(OH)2+ 2NaOH → Na2Pb(OH)4

2. Pb2+ +2 NH4OH→ Pb(OH)2↓ putih + 2 NH4+

3. Pb2++ 2KI → PbI2

Golongan II

Hg2+

1. Hg2++ 2KI → HgI2↓ merah + 2k +

HgI2 +2 KI → K 2HgI2

2. Hg2++ 2 NaOH → Hg(OH)2 ↓ kuning +2 Na+

3. Hg2++2 NH4OH →Hg(OH)2↓ putih + 2NH4+

4. Hg2++ 2CUSO4→ Hg(SO4)2 + 2 CU2+

CU2+

1. CU2+ + 2KI→ CUI2 + 2K +

2. CU2++ 2 NaOH → CU(OH)2 ↓ biru + 2nA+

3. CU2++ 2NH4OH→ CU (OH)2↓biru + 2NH

Cd2+

1. Cd2++ KI →

2. Cd2+ + 2NaOH → Cd(OH)2 + 2 Na+ Cd(OH)2+ NaOH → Cd(OH04↓ putih

3. Cd2++ 2 NH4OH → Cd(OH)2+ 2 NH+

Golongan III A

Fe2+

1. Fe2++ 2NaOH → Fe(OH)2↓ hijau kotor + 2Na+

2. Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2 ↓ hijau kotor + 2NH4+

3. Fe2+ + 2K 4Fe(CN)6→ K 4{Fe(CN)6} ↓ biru + 4k +

4. Fe2++ KSCN → Fe(SCN)2+ 2K +

Fe3+

1. Fe3++ 3 NaOH → Fe(OH)3 ↓ kuning + 3Na+

2. Fe3++ 3 NH4OH→ Fe(OH)3↓ Kuning + 3NH4+

3. Fe3+ + 3K 4Fe(CN)6}2→K 4{Fe(CN)6}2↓ biru +3k +

4. Fe3++ 3KCNS → Fe(SCN)3 + 3K +

(33)

1. Al3++ 3NaOH → Al(OH)3↓ putih + 3Na+ 2. Al3++ 3NH4OH→ Al(OH)3 ↓ putih + 3NH4+ 3. Al3++ KSCN→

Golongan III B

Zn

2-1. Zn2-+ NaOH → Zn(OH)2↓ putih + 2Na+ 2. Zn2-+ Na2CO3→ZN(CO3)2↓ putih + 2Na+

3. Zn2- + K 4Fe(CN )6 → Zn4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k +  Ni2+

1. Ni2+ + 2NaOH → Ni(OH)2↓hijau + 2Na+ 2. Ni2+ + NH4OH→ Ni(OH)2 ↓ hijau + 2NH4+ 3. Ni2+ + 2Na2CO3→ Ni(CO3)2↓ hijau muda + 2Na

4. Ni2+ + K 4Fe(CN)6→ Ni4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k + CO

2-1. CO2- + NH4OH → CO(OH)2 ↓ hijau + 2NH4 2. CO2- + 2NaOH → CO9OH)2↓ biru + 2Na+

3. CO2-+ K 4Fe(CN)6→CO4{Fe(CN)6}2 tetap + 8k + 4. CO2- + 2Na2CO3→ CO(CO3)2↓ hijau muda + 2Na

Golongan IV

Ba

2-1. Ba2-+ k 2CrO4→BaCrO4↓ kuning 2. Ba2-+ Na2CO3→ BaCO3↓ putih Uji nyala

Ba → kuning kehijaun Ca2+

1. Ca2+ + K 2CrO4→ CaCrO4 Lart. Kuning +2K + 2. Ca2+ + Na2CO3 → CaCO3+ 2Na+

Untuk uji nyala

Ca → merah kekuningan. Sr 2+

1. Sr 2++ K 2CrO4→ SrCrO4 Lart. Kuning + 2K 2. Sr 2+ + Na2CO3→ SrCO3 + 2Na+

(34)

Untuk uji nyala Sr → merah karmin Golongan V

Mg2+

1. Mg2+ + 2 NaOH → Mg(OH)2 putih + 2Na+

2. Mg2++ 2 NH4OH→ Mg(OH)2 tetap + 2NH4+

3. Mg2++ Na3CO(NO2)6→ Mg3{CO(NO2)6} Lart. Merah darah + 3Na

Reaksi Anion

Anion golongan A Cl

-1. Cl-+ AgNO3→ AgCl ↓ putih + NO3

-AgCl + 2NH3→ Ag(NH3)2 + Cl

-2. Cl-+ Pb(CH3COO)2→ PbCl2 putih + 2 CH3COO

-3. Cl- + CuSO4→

I

-1. I- + AgNO3→ AgI putih + NO3

-2. I-+ Ba(NO3)2→

3. 2I- + Pb(CH3COO)2→ PbI2+ 2 CH3COO

-SCN

-1. SCN-+ AgNO3→ AgSCN putih + NO3

2. SCN- + Pb(CH3COO)2→ Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO

-3. SCN-+ Pb(CH3COO)2→ Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO

-Golongan B S

2-1. S2- + AgNO3→ Ag2S ↓ hitam + 2NO3

Ag2S + HNO3

2. S2- + FeCl3→ FeS hitam + HNO3

3. S2- + Pb(CH3COO)2→ PbSO4 hitam + 2CH3COO

-Golongan C CH3COO

(35)

-1. CH3COO- + H2SO4→ CH3COOH + SO4 2. CH3COO- + Ba(NO3)2

3. CH3COO-+ 3FeCl3 + 2H2O→ (CH3COO)6+ 2HCL + 4H2O → 3Fe(OH)2

CH3COO-merah + 3CH3COOH +HCL Golongan D

SO3

2-1. SO32- + AgNO3 → Ag2SO3 putih + 2 NO3 Ag2SO3 + 2HNO3 → 2AgNO3 + H2SO4 2. SO32-+ Ba(NO3)2→ BaSO3 putih + 2NO3 BaSO3 + 2HNO3→ Ba(NO3)2 + H2SO3

3. SO32- + Pb(CH3COO)2→ PbSO3 putih + 2CH3COO -PbSO3+ 2HNO3→ Pb(NO3)2 + H2SO3

CO3

2-1. CO32-+ AgNO3→ Ag2CO3 putih + 2NO3 -Ag2CO3+ 2NO3- → 2AgNO3+ H2CO3

2. CO32- + Mg(SO4)2→ MgCO3 putih + 2SO4

2-Golongan E S2O3

1. S2O32- + FeCl3→ Fe(S2O3)3Cl + 2Cl

-2. Pb(CH3COO)2→ PbS2O3 putih + 2CH3COO

-Golongan F PO4

3-1. PO43- + Ba(NO3)2 → Ba3(PO4)2 putih + 2NO3 -2. PO43- + FeCl3 → FePO4 putih kuning + 3 Cl

-Golongan G

1. Anion NO32- → ↓ coklat tipis + FeSO4 + H2SO4P.

(36)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah sat u cara yang  paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.

Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat.

(37)

SOAL-SOAL DAN PE,BAHASAN

1. Nama senyawa KCl adalah . . . . a. Kalsium klorida  b. Kalium diklorida c. Kalium klorida d. Kalium hidroksida e. Kalsium diklorida Jawab : c

Senyawa biner yang terdiri atas unsur logam dan non logam mempunyai aturan penamaan : 1. Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut. 2. Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai dengan nama unsure

tersebut dengan mengganti akghiran unsur menjadi

 – 

ida.

Logam K diberi nama kalium. Non logam Cl diberi nama klorida. Dengan demikian nama kimia KCl adalah kalium klorida.

2. Nama senyawa biner, NaI yang tepat adalah . . . . a. Natrium iodat  b. Natrium iodit c. Natrium hipoiodit d. Natrium periodat e. Natrium iodida Jawab : e

Senyawa biner yang terdiri atas unsur logam dan non logam mempunyai aturan penamaan : 1. Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan nama unsur tersebut. 2. Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai dengan nama unsure

tersebut dengan mengganti akghiran unsur menjadi

 – 

ida.

Logam Na diberi nama Natrium. Nonlogam I diberi nama iodide. Dengaqn demikian nama kimia NaI adalah Natrium Iodida.

3. Rumus molekul nitrogen (III) oksida yang benar adalah . . . .

a. NO3  b. N2O c. N2O3 d. N3O2 e. N3O4 Jawab : c

Karena bilangan oksidasi Nitrogen dalam senyawa N2O3  sama dengan +3, sesuai dengan nama rumus molekul nitrogen (III) oksida yang diberi angka romawi III.

(38)

4. Nama senyawa poliatom NH4Cl adalah. . . .

a. Amonium klorida

 b. Kalium sianida

c. Seng hidroksida

d. Besi (III) sulfat

e. Magnesium sulfat

Jawab : a

 NH4 = ammonium, Cl = klorida.

5. Nama kimia dari senyawa MnO2 adalah . . . .

a. Mangan (II) oksida

 b. Mangan (III) oksida

c. Mangan (VI) oksida

d. Dimangan trioksida

e. Mangan oksida

Jawab : c

Bilangan oksidasi Mn dalam MnO2adalah +4. Nama unsur yang di depan disebutkan terlebih dahulu, yaitu Mangan. Kemudian bilangan oksidasi Mn dituliskan dalam angka romawi, setelah itu disebutkan unsur yang dibelakang. Jadi Nama senyawa MnO2 adalah Mangan (VI) oksida.

6. Nama senyawa Al2O3 adalah . . . .

a. Aluminium oksida  b. Dialuminium oksida c. Aluminium trioksida d. Dialuminium trioksida e. Aluminium dioksida Jawab : a

Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur yang mempunyai bilangan oksida hanya satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsurnya yang kemudian

dibubuhi kata oksida.

Senyawa Al2O3 tersusun atas unsur Al yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +3 sehingga

dinamai senyawa aluminium oksida.

7. Nama senyawa Na2O adalah . . . .

a. Dinatrium oksida  b. Natrium trioksida c. Natrium pentaoksida d. Natrium oksida e. Natrium tetraoksida Jawab : d

Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur yang mempunyai bilangan oksida hanya satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsurnya yang kemudian dibubuhi kata oksida.

(39)

Senyawa Na2O yang tersusun atas unsur Na yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1

sehingga dinamai senyawa Natrium oksida.

8. Nama senyawa NaOH adalah . . . . a. Natrium Hidroksida  b. Dinatrium Hidroksida c. Natrium Oksida d. Natrium tetraoksida e. Natrium Jawab : a

 Natrium Hidroksida.Na = Natrium, OH = Hidroksida. Basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (OH – ). Penamaan basa selalu diakhiri dengan anion hidroksida.

9. Rumus kimia dari senyawa hidrat kalsium sulfat dihidrat adalah . . . . a. CuSO4.5H2O  b. NaCl.10 H2O c. HBr. 4H2O d. Na2CO3.10H2O e. CaSO4.2H2O Jawab : e

Senyawa Hidrat diberi nama dengan menambahkan angka yunani yang menyatakan  banyaknya air Kristal hidrat di akhir nama senyawa tersebut.

CaSO4= kalsium sulfat, karena terdapat 2 H2O jadi namanya dihidrat. Sehingga CaSO4.2H2O

= kalsium sulfat dihidrat.

10. Rumus besi(II) oksida dan tembaga(I) oksida berturut-turut yaitu . . . . a. FeO dan CuO

 b. FeO dan Cu2O

c. Fe2O dan Cu2O

d. Fe2O3 dan CuO

e. Fe2O3 dan Cu2O

Jawab : b

Bilangan Oksidasi Fe dalam FeO adalah +2 sehingga namanaya besi(II) oksida dan Bilangan oksidasi Cu dalam Cu2O adalah +1 sehingga namanya tembaga(I) oksida.

11. Oksida adalah senyawa berupa unsur dan oksigen yang terbentuk pada peristiwa oksidasi. Tentukan jenis oksida dari senyawa-senyawa berikut ini dan definisikanlah macam oksidanya !

a. H2O2 dan Na2O2

 b. H2O, NO, dan MnO2

c. Al2O3, PbO dan ZnO

d. CO2, SO3 dan P2O5

e. Na2O, BaO dan Al2O3

Jawaban :

a. H2O2  dan Na2O2  adalah contoh senyawa peroksida, yaitu oksida logam atau oksida

(40)

b. H2O, NO, dan MnO2 adalah contoh senyawa oksida indefferen yaitu oksida logam atau oksida nonlogam yang tidak bersifat sebagai oksida asam ataupun sebagai oksida asam ataupun sebagai oksida basa.

c. Al2O3, PbO dan ZnO termasuk senyawa oksida amfoter, yaitu oksida logam atau oksida nonlogam yang dapat bersifat sebagai oksida asam atau sebagai oksida basa.

d. CO2, SO3 dan P2O5 termasuk dalam senyawa oksida asam, yaitu oksida nonlogam yang  jika direaksikan dengan air akan menghasilkan asam.

e. Na2O, BaO dan Al2O3 adalah contoh senyawa oksida basa, yaitu oksida logam yang jika direaksikan dengan air akan menghasilkan basa atau hidroksida

12. Contoh soal:

Suatu sampel diketahui mengandung kation golongan 1. Penambahan

K2CrO4 pada filtrat air panasnya membentuk endapan kuning. Endapan sisa setelah penambahan air panas larut seluruhnya dengan penambahan amoniak. Tentukan kation yang ada dan tidak ada?

Jawab:

Kation yang ada:

1. Pb2+, hal ini karena Pb2+ larut dalam air panas dan membentuk endapan kuning dengan K2CrO4. Reaksi yang berlangsung: Pb2+ + 2Cl- _ PbCl2

2. Ag+, karena Ag+ larut dengan NH3 dengan reaksi sebagai berikut; AgCl + 2NH3 _ Ag(NH3)2+ +

Gambar

Tabel 2. Contoh Beberapa Jenis Anion
Tabel berikut menunjukkan beberapa ion yang berwarna

Referensi

Dokumen terkait

Grafik titrasi asam dan basa  Siswa dapat menganalisis grafik hasil titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lermah, asam lemah dan basa kuat untuk menjelaskan larutan

Campuran senyawa yang tidak merubah harga pH jika ditambah sedikit asam atau basa adalah larutan penyangga : larutan asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat CH 3

Variasi pH dilakukan untuk mengetahui kemampuan karbon aktif menyerap larutan pewarna tekstil dalam suasana asam atau basa. pH larutan merupakan salah satu faktor yang

Adalah garam yang terbentuk dari basa kuat dengan asam lemah. Garam ini bersifat basa dan mempunyai pH

Jika ion Ni 2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan hijau dari garam basa yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan didapati

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat

Prinsip dari titrasi asam basa adalah perubahan pH dari titrasi asam basa adalah perubahan pH larutan titrasi akibat penambahan larutan larutan titrasi akibat penambahan

Kation golongan II tidak dapat bereaksi dengan asam klorida, namun dapat membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer...