• Tidak ada hasil yang ditemukan

Josef Papilaya FKIP Universitas Pattimura Ambon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Josef Papilaya FKIP Universitas Pattimura Ambon"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

107

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR

MENGANALISIS PERMASALAHAN KETENEGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

SMA NEGERI 7-AMBON Josef Papilaya

FKIP Universitas Pattimura Ambon Josef_papilaya@yahoo.co.id

Abstrak

Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul. Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik.

Tujuan penelitian ini adalah :1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran. 2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran ;3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran. 4) Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah pembelajaran Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan baik walaupun dalam keterlaksanaan model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang belum mengerti dan melaksanakan langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian, prosentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan pembelajaran oleh siswa mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.

Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan baik dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.

Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07% dan keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria sangat baik.

Kata Kunci : Model STAD, Motivasi Belajar, Hasil Belajar Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul. Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik. Peranan pendidikan sangat penting untuk menciptakan insan manusia yang cerdas, kompetitif dan kreatif, oleh karena itu pembaharuan dalam dunia pendidikan perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

(2)

108

Namun disisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan tantangan baru bagi kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya. Pada era globalisasi semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipengaruhi oleh informasi melalui IPTEK. Kemajuan IPTEK telah mendekatkan jarak dan waktu demikian kuatnya, sehingga telah menghadirkan warna baru dalam pembangunan dan praktek pendidikan. Menghadapi fenomena ini, pendidikan IPS idealnya harus responsive dan menata diri berhadapan dengan globalisasi.

Menurut Lasmawan (2010) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk membimbing tingkah laku sosial tertentu (behavior), mendorong pembentukan motivasi dan sikap-sikap tertentu (attitude), mempersiapkan kecakapan atau hubungan hubungan sosial tertentu (skill) dan menambah pengetahuan sosial tertentu (knowledge), sehingga setiap warga Negara memiliki rasa kepedulian dan komitmen yang tinggi, bertanggung jawab dan kritis terhadap diri serta lingkungan social maupun lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap situasi kehidupan baik secara lokal maupun global.

Tujuan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagaimana tercantum dalam Kurikulum IPS-SD tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. keluarganya. Untuk itu materi-materi IPS yang diajarkan di sekolah dasar disesuaikan dengan karakteristik peserta didik agar bisa dicermati dan dipahami sesuai dengan kemampuannya.

Realita pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas XI masalah/kendala yang masih dirasakan terutama pada pembelajaran IPS Ekonomi beberapa yang dapat dikemukakan seperti: 1) factor kekuasaan, 2) masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru yang berkaitan dengan kompetensi yang semestinya dimiliki oleh seorang guru, misalnya penggunaan model/metode mengajar dan lain-lain, sedangkan untuk siswa seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata-rata hasil tesnya, 3) dalam hal proses, adanya motivasi yang kurang sehingga sering mengabaikan pembelajaran termasuk hasil belajar, kurang disiplin, 4) demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan yang diharapkan suatu ketika bisa optimal, satu dengan lainnya saling mempengaruhi yang bermuara pada hasil belajar yang rendah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Krelas XI, dapat diungkap pula bahwa pengaturan lingkungan belajar cenderung masih konvensional. Pembelajaran masih menggunakan pola interaksi secara klasikal, pengaturan meja belajar masih menggunakan pola lama, di mana

(3)

109

siswa duduk manis ke samping dan memanjang ke belakang. Tangan dilipat, dan siswa tidak berinteraksi dengan teman yang lainnya, sehingga siswa tidak dapat bertukar informasi dengan temannyatemannya.

Pola seperti ini, menyebabkan daya serap siswa berbeda antara yang duduk di depan dengan di belakang. Siswa yang duduk di depan lebih dapat berkosentrasi dan jelas dalam mendengarkan penjelasan atau pengarahan guru dibandingkan dengan siswa yang duduk dibelakang. Keadaan ini menyebabkan hasil belajar siswa tidak dapat tercapai maksimal. Mengingat kompleksnya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap permasalahan yang kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang dihadapi dengan pemanfaatan model pembelajaran inovatif salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai model pembelajaran yang efektif, khususnya pada pembelajaran IPS, karena penerapan model pembelajaran kooperatif terdiri atas siklus pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerjasama yang diharapkan, yaitu sebuah kondisi belajar yang kondusif dan bermakna bagi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap sebagai yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif.

Para pendidik menggunakan model ini untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada para siswa. Dalam pelaksanaannya, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnis, maupun kemampuannya. Tiap anggota ti menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk saling menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk penguasaan mereka terhadap materi pelajaran, dan dilakukan pencatatan terhadap peningkatan yang diperoleh oleh setiap siswa, skor siswa dibandingkan dengan skor mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya dan poin diberikan berdasarkan sejauh mana siswa menyamai atau melampaui kinerja mereka sendiri sebelumnya. Poin tiap anggota kelompok ini dijumlah untuk mendapatkan skor kelompok dan kepada kelompok siswa yang meraih prestasi tinggi diberikan predikat atau penghargaan lain.

Menurut Slavin (dalam Marhaeni, 2012), model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yang harus diperhatikan yaitu: tahap penyajian kelas (class presetation),

(4)

110

belajar dalam kelompok (teams), tes/kuis (quizzes), skor kemajuan individu (individual improvement scores), dan penghargaan kelompok (team recognition). Dengan diterapkannya kelima komponen ini dalam proses pembelajaran, tentunya akan berdampak positif terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Aktifnya siswa menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi dari siswa, sehingga hasil belajar pun akan dapat ditingkatkan pula. Seberapa jauh pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar IPS Ekonomi, siswa keals XI tahun pelajaran 2018/2019 belum dapat diketahui secara pasti. Untuk itu mencoba untuk mengkaji lebih jauh tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa, sebagai sebuah inovasi dalam pengembangan pembelajaran melalui suatu kajian penelitian pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS Ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon. .

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajarn dan siswa – siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata – rata mereka sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa merek capai atau seberpa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai – nilai ini kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.

Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggunggung jawab perseorangan ). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan

(5)

111

mungkin bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusiakan pendekatan – pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau merekabisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi y ang mereka pelajari itu.

Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD 1. Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4 – 5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keagamaan) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentase dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersbut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pernyataan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikusai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara – cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompoknyang telah dibentuk. Guru menyiakan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok , sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperluan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini ilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam

(6)

112

memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

7. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1 penghitungan perkembangan skor individu

NO NILAI TES SKOR PERKEMBANGAN

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar -

2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 ;poin

4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan dasar) 30 poin

8. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata – rata skor perkembangan kelompok sebagaimana dalam tabel 2. sebagai berikut:

Tabel 2. Penghitungan skor kelompok

NO Rata-rata skor Kualifikasi

1 N -

2 N Tim yang baik (good tiem)

3 16 N Tim yang baik sekali (greet team )

4 N Tim yang istimewa (super)

(7)

113

Setelah masing – masing kelompok satu tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan prestesinya (kiteria tertentu yang ditetapkan guru).

STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru meggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi – materi ini.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001:17) , yaitu:

2.1.Kelebihan Pembelajaran STAD .

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Menurut Dess (1991) Pembelajaran STAD juga mempunyai kekurangan – kekurangan : a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target

kurikulum

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif

(8)

114 A. Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanan di Keas XI SMA Negeri 7 Ambon. Sujek Penelitian. Subejek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon.

Suber Data. Dalam yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam bentuk annallsis ketuntsan hasil belajar siswa. Teknik dan Alat Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Hasil tes diianalIsis oleh peneliti dengan mengikuti keriteria ketuntasan yang telah ditretapkann oleh sekolah khususnya pada mata pelajarn IPS Ekonomi dengan materi pokok adalah permasalahan ketenagakerjaan dalam pembangunan ekonomi. Validasi Data .Semua data yang ada dianalsis unutk menentukan apakah data hasil ter tersebut valid atau tidak, penulis menggunakan analysis butur soal unutk melihat benar-benar apakah soal itu telah memenuhi kriteria kevalitan atau tidak setelah dianalisis butur soal barulah peneliti serahkan kepada guru uuntum melakukan tes. Anallsis dialkuak sebelum prose pembellajarn berlangsung, sebab nilai yang diambil adalah nilai tes saat guru mengakhiri prloses pembelajarn barulah dilakukan tes Analisis data digunakan dengan menggunakan kriteria ketuntsan yang telah ditetapkan sekolah khususnya untuk mata pelajaran IPS Ekonomi. Prosedur Penelitian. Untuk mendapatkan data dari subjek penelitian peneliti menggunkan cara tes, dimana pada saat guru mengajar hasil tesnya diambil dan dianalisis proses ketentusan belajar siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal.

MODEL STAD

Motivasi belajar

(9)

115

Pada tahap awal pengambilan data diambil setealh guru melakukan tes, dan diantara 24 siswa kelas XI yang mengikuti pembelajaran, hanya 10 siswa atau 40 % yang mencapai ktuntsan dan 15 siswa atau 60% tidak mencapi ketuntasan

Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan

Pada tahan siklus 1, peneliti menyususn perangkat pembelajaran antar laian : a. Menyusun RPP

b. Menyusun instrument pedomen Observasi. c. Menentukan teman sejawat.

d. Menentukan waktu pelaksanan perbaikan. e. Menentukan model pembelajar,

f. Menccari teori untuk membuktikan keakuratan pengunaan model pembelajarn STAD g. Menentukan langkah –langkah penerapan model pembelajarn STAD.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaan tindakan dilakukan betrdasarkan Rencana Pelaksanana Pembelajarn yang telah disusun sebelumnya.

3. Hasil Pengamatan.

Setealah proses belajar mengajar berlangsung, peneliti memanfaatkan teman sejawat untuk melakukan obsevasi untuk meilihat akativitas pembelajarn siswa dan aktivitas mengajar guru.

4. Refleksi

Untuk aktivitas refleksi, sebelum teman sejawat memberikan kesempatan kepada gufru yang mengajar, saya memberikan kesempatan pertma kepada teman sejawat untuk mengemukan hal-hal yang bertentangan dengan yang seharusnya dalam roses pembellajran. Selajutnya saya memberikan kesempatan kepada guru yang mengajar untuk mengemukan seluruh hasil temuan yang didapat saat proses pembelajran berlangsung.

(10)

116

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Silus 1 dilaksanakan dalam empat kali pertemuan . Siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan . secara keseluruan kegiatan pembelajaran dari model pembelajaran STAD berjalan cukup baik. Hal ini didasari oleh data keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa berikut ini :

Tabel 1. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran hasil belajar siswa Oleh Guru pada Siklus I dan Siklus 2

Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)

Siklus 1 Siklus 2 72,04 87,35 Baik Sangat baik 15, 31 %

Tabel 2. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran mengetahui motivasi siswa pada Siklus I dan Siklus 2

Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)

Siklus 1 Siklus 2 78,07 94,98 Baik Sangat baik 16,91%

Berdasakan data pada tabel 1 dan 2 diatas dapat dilihat bahwa keterlaksanaan pembelajarn oleh guru dan siswa telah berjalan dengan baik. Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan baik walaupun dalam keterlaksanaan model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang belum mengerti dan melaksanakan langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian, prosentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan pembelajaran oleh siswa mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.

Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan baik dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.

Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07% dan keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria sangat baik.

(11)

117

Tabel 3. Peningkatan motivasi belajar siswa tahap awal, Siklus I dan Siklus II

No Indikator % Sebelum Tindakan % akhir siklus I % Kenaikan % akhir siklus II % kenaikkan 1 Perhatian 68,83 78.40 9,57 96,25 8,2 2 Keterkaitan 72,40 77,30 4,9 92,70 6,4 3 Percaya diri 67,76 72.20 4,44 94,57 10,19 4 Kepuasan 75.30 84.38 9.08 96.40 5.95 Rata-rata 71,07 78,07 6,70 94,98 7,68

Tabel 3 diatas menunjukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dilihat dari peningkatan hasil beajar siswa dari sebelum tindakan dengan ketuntasan sebesar 71,07% kemudian meninbgkatkan menjadi 78.07% pada siklus I dan terus meningkat pada siklus II menjadi 85,75%.

71.07% 78.07% 94.98% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%

(12)

118

Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa tahap awal, silus I dan siklus II Kegiatan Persentase ketuntasan

Sebelum tindakan

Siuklus I % kenaikan 5 siklus II % kenaikan

Hasil Belajar 66,07 72.04 5,97 87,35 15,31

Motivasi belajar

71,07 78.07 6,97 94,98 16.91

Data pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum tindakan dengan ketuntasan sebesar 71,07 meninkat menjadi 78,07 pada akhir siklu I dan terus meningkat menjadi 85,75% pada akhir siklus II.

PEMBAHASAN.

Penerapan model pembelajran SDAT terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pengukran yang dilakukan untuk mengetahui motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran STAD ialah dengan menggunakan lembar angket, motivasi yang dibagikan pada siswa. Indikator dalam angket motivasi yang digunakan adalah perhatian ( attentation) , keterkaitan ( relevance) , percaya diri ( Convidenci) dan kepuasan ( Statisvacion)

Angket , motivasi dibagikan kepada siswa padaa awal sbelum tindakan, akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil angket motivasi siswa pada awal sebelum tindakan adalah sebesar 71,07% dengan kriteria tinggi, kemudian hasil anket motivasi meningkat pada akhir siklus I sebesar 78,07% dengan kriteria tinggi pada kahir siklus II hasil angket motivasi meningkat menjadi 94,98 % denga kriterian sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran tipe STAD pada pelajarn IPS kompetensi dasar Permasalahn ketenagakerjaan dalam pembangunan ekonomi dapat meningkatkan motivasi siswa, peningkatn motivasi siswa ini tidak semata-mata berasal dari dalam driri siswa, tetapi juga berasal dari luar hal ini sesuai dengan pendapat Mappease ( 2009:3) yang menyatakan motivasi dapt berasal dari dalam atau disebut Motivasi intrinsic. Dan motivasi yang berasal dari luar atau disebut motivasi ekstrinsik.

(13)

119

Motivasi dari luar yang dimaksud ini adalah penerapan model pembelajaran STAD yang mendoroing siswa untuk belajar. Selain ini, model pembelajran STAD dapat meningkatkan motivasi siswa dikarenakan model ini menghadirkan cara belajar yang baru sehingga siswa terdorong untuk belajar. Hal ini sesia dengan pendapat yang dikemukan oleh S. Jukur ( 2012: 371). Motivasi menunjukkan cendrung siswa untuk terlibat dalam kegiatn yang menarik sehingga membuat siswa belajar untuk meningkatkan kapasitas mereka.

Meningkatnya motivasi siswa maka akan berdampak juga pada peningkatannya hasil belajar sesuai dengan pendapat Anggraeni (2013:189) yang dinyatakan motivasi siswa yang tinggi akan berdampak pada perolehan hasil belajar yang memuaskan.

Penerapan model pembelajarn STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang diukur ialah hasil belajar kognitif dengan menggunakan tes hasuol belajar yang dilaksanakan pada awal siklus I sebelum tinda,kan , akhir suklus I dan akhir siklus II soal tes hasil belajar berjumalh 25 soal pilihan ganda. Tes hasil belajar diberikan pada siswa sebagai acuan apakah siswa telah memahami materi dengan baik atau tidak, ahl ini sesuai dengan pernyataan dari Hariyanto (2015: 1001) yang menyatakan setelah melaluiproses belajar sisw diharapkan dapat mencaa tujuan pembelajarn sebagai hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran.

Hasil penerapan model pembelajaran STAD menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa sbelum tindakan, akhir suklus I dan akhirsiklus II. Pada tes sebelum tindakan ada 10 (40%) dari 24 siswa yang nilainya mencapai > 71.07.

Hasil belajar dari siklus I menjunjukkan 14 siswa ( 60 % ) yang dinyatakan tuntas. Hasil belajar akhir siklus II menujukan 24 sisawa (100%) dinyatakan tuntas dengan rata–rata nilii yang diperoleh 94,98. Hasil belajar yang meningkat ini sesuai dengan pernyataan Harsono ( 2009: 72) yang menyatakan bahwa belajar dapat menghasilkan perubahan yang dialami siswa baik secara potensial maupun aktual.

Simpulan

Model pembelajarn STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. MOtiavsoi siswa yang meningkat selain dilihat dari hasil pengisian angkev dapat dilihat dari sikap siswa yang antusian mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi berani menyampikan idenya dan tiadk malu untuk

(14)

120

bertanya hal-hal yang belum dipahami. Perubahan motivasi yang baik ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Daftar Rujukan

Anggraeny, 2013. Pdengaruh Motivasi Mengajar dan LIngkungan Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar, Bandung FRemaja Rosdikarya.

Budiyono,Budi Usodo &Yemi Kuswardi.2012.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran Matematika.Surakarta:UNS

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . 2011 . http://www.sarjanaku.com (24 September 2018) Paul M La Bounty dkk . 2011 . International Society of Sports Nutrition position stand: meal

frequency.springer.com (20 September 2012)

Harsono, 2009. Guru Prefesional, Menguasai Metode dan Keterampilan Mengajar, Jogjakarta Kanisius

Hariyanto, 2105, Implementasi belajar dan Pembelajaran , Bandung Remaja Rosdakarya.

Irma Pujiati . 2008 Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1

Mega Irhamna. 2009 . Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitu. Jurnal Penelitian Kependidikan , Tahun 19,Nomor 2, Oktober 2009

Mappease, 2009. Pengaruh Cara dan MOtivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar, UTHM.

Nanik Pudjowati . 2009 . Implementasi Model STAD (Student Teams Achievement Divisions ) SebagaiUpayaPeningkatanApresiasi HAM PadaPesertaDidikKelas VII SMP 1. JurnalLemlit, Volume 3, Nomer 2, Desember 2009

Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru .Jakarta: Rajawali Pers.

Gambar

Tabel 1 penghitungan perkembangan skor individu
Tabel 1.  Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran hasil  belajar siswa Oleh Guru pada   Siklus I  dan Siklus 2
Tabel 3. Peningkatan motivasi belajar siswa tahap awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa tahap awal, silus I dan siklus II  Kegiatan  Persentase ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan analisis dengan menggunakan metode AASHTO (1993) didapat bahwa dengan kondisi lapisan eksisting dengan daya dukung lapis pondasi beserta tanah dasar yang ada sudah tidak

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh latihan Small Sided Game (X) terhadap kemampuan passing (Y) pada tim futsal thallita Fc

Matkailu- tulojen ja kaupungin muiden yrittäjien roolin korostuneisuus kirjoittelussa kertoi kuitenkin siitä, että matkailun kerrannaisvaikutukset olivat

Contohnya adalah aplikasi seperti jaringan nirkabel yang digunakan untuk memilih barang di gudang melalui PC yang dipasang di forklif, pembaruan status pengiriman

Kemudahan dalam hal pendirian perusahaan membangkitkan minat untuk membentuk sebuah perusahaan jasa kontraktor yang juga akan mempekerjakan banyak sumber daya

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu editing, coding dan tabulasi.Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah analisis statistik

Berdasarkan hasil pengamatan penggunaan terminologi medis yang tidak tepat disebabkan oleh penulisan diagnosis yang menggunakan bahasa Indonesia, penggunaan singkatan

Algoritma Apriori adalah salah satu algoritma paling popular dalam data mining untuk mempelajari konsep association rule yang digunakan oleh begitu banyak orang