• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP Penkes Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP Penkes Anak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI NERS

S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA DI RUANG

POLI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : HIDROSEFALUS

Sasaran : Keluarga yang sedang berkunjung di Ruang Poli Anak Tempat : Ruang Poli Anak RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Februari 2017

Waktu : 1 x 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit diharapkan keluarga di poli anak dapat memahami tentang perawatan anak hidrosefalus

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x15 menit diharapkan mampu : 1. Menyebutkan kembali pengertian hidrosefalus

2. Menyebutkan kembali 2 jenis hidrosefalus 3. Menyebutkan kembali penyebab hidrosefalus

4. Menyebutkan kembali 2 dari 3 karakteristik hidrosefalus 5. Menyebutkan kembali 4 dari 6 deteksi dini hidrosefalus

6. Menyebutkan kembali 2 dari 4 terapi anak hidrosefalus di rumah III. MATERI PELAJARAN

1. Pengertian hidrosefalus 2. Penyebab hidrosefalus

3. Tanda dan Gejala hidrosefalus 4. Dampak bagi penderta hidrosefalus

5. Peran keluarga pada anak yang menderita hidrosefalus

6. Makanan yang tidak boleh di konsumsi oleh penderita hidrosefalus IV. KEGIATAN PENYULUHAN

No .

Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. 3 menit Pembukaan :

(2)

mengucapkan salam.  Memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Menyebutkan materi yang akan diberikan  Kontrak waktu  Mendengarkan  Memperhatikan  Memperhatikan  Memperhatikan 2. 15 menit Pelaksanaan :

 Menjelaskan pengertian dan penyebab hidrosefalus

 Menjelaskan tanda dan gejala hiperaktif  Menjelaskan dampak dan peran keluarga bagi penderita hidrosefalus  Menjelaskan Makanan yang tidak boleh di konsumsi oleh

penderita hiperaktif

 Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya  Memperhatikan  Memperhatikan  Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan 3. 10 menit Evaluasi :

 Menanyakan kepada peserta tentang materi

yang telah diberikan, dan reinforcement kepada keluarga klien yang dapat menjawab pertanyaan.

Menjawab pertanyaan

4. 2 menit Terminasi :

 Mengucapkan terimakasih atas peran serta

peserta.

 Mengucapkan salam penutup

 Mendengarkan  Menjawab salam

(3)

V. METODE 1. Ceramah 2. Diskusi VI. MEDIA 1. Leaflet 2. LCD (power point) VII. PENGORGANISASIAN

Penyaji : Erawati Putri Moderator : Nuryuliana

Observer : Rizki Amalia Datau Fasilitator : Reazka Nur Oktavia VIII.PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

1. Moderator Uraian tugas :

a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.

b. Mengatur proses dan lama penyuluhan. c. Menutup acara penyuluhan.

2. Penyaji

Uraian tugas :

a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.

b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya. 3. Fasilitator

Uraian tugas :

a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.

b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan. c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.

d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.

4. Observer Uraian tugas :

a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.

b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.

c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.

(4)

d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.

e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.

MATERI

A. Definisi

Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan pada volume cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid / CSF). Peningkatan volume ini disebabkan karena gangguan penyerapan atau produksi yang berlebihan (lebih jarang terjadi). Secara harafiah, hidrosefalus terdiri dari 2 kata, yaitu hidro (hydro) dan sefalus (cephalus). Hidro berarti air, dan sefalus berarti kepala atau otak sehingga dapat diartikan sebagai “air di dalam otak”.

Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam otak dan saraf tulang belakang (medula spinalis). Cairan ini berfungsi sebagai pelindung mekanik otak dan medula spinalis dari trauma. Cairan serebrospinal juga berfungsi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme otak dan menjaga agar lingkungan di sekitar otak dan medula spinalis tetap stabil. Produksi cairan serebrospinal terjadi di dalam bagian otak yang disebut koroid pleksus di ventrikel otak. Dengan jumlah yang di produksi mencapai 500 ml per harinya. Cairan tersebut akan mengisi rongga otak dan medula spinalis. Kemudian cairan akan

(5)

bersirkulasi dan akhirnya diserap di bagian yang disebut vili araknoid (arachnoid vili).

Hidrosefalus dapat mengenai semua orang dari anak-anak hingga dewasa. Dikatakan bahwa terdapat 1 sampai 2 bayi yang menderita hidrosefalus dalam 1000 bayi yang lahir. Penyakit hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga kematian.

B. Penyebab

Hidrosefalus daapt dikelompokan ke dalam 2 jenis, yaitu obstructive hydrocephalus dan communicating hydrocephalus. Obstructive hydrocephalus adalah hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinal di dalam sistem ventrikel otak. Sementara communicating hydrocephalus disebabkan karena penyumbatan cairan serebrospinal di luar sistem ventrikel otak.

Keadaan obstructive hydrocephalus daapt disebabkan karena kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) atau kelainan yang didapat (acquired).

1. Kelainan kongenital

a. Dandy-Walker syndrome : menutupnya jalur keluar cairan dari dalam sistem ventrikel ke luar sistem ventrikel;

b. Aneurisma vena Galen (pelebaran dinding pembuluh darah); c. Penyempitan jalur cairan serebrospinal.

2. Kelainan yang didapat (acquired)

a. Penyempitan saluran cairan serebrospinal yang disebabkan infeksi atau perdarahan;

b. Tumor jaringan otak;

c. Abses (massa berbentuk kantung dengan isi berupa nanah);

d. Kista araknoid;

(6)

Hydrocephalus communicating disebabkan karena proses infeksi (TBC atau jamur atau bakteri penghasil nanah), perdarahan (trauma, spontan, atau setelah prosedur operasi), peningkatan kekentalan cairan serebrospinal, dan peningkatan produksi cairan serebrospinal karena tumor di pleksus koroid (jarang terjadi). Secara umum, penyebab pada penyakit hidrosefalus antara lain:

a. Perdarahan di dalam otak; b. Tumor otak;

c. Trauma pada kepala ;

d. Komplikasi dari kelahiran bayi yang prematur;

e. Gangguan perkembangan sistem saraf, seperti spina bifida;

f. Meningitis (peradangan pada selaput meningen atau selaput yang melapisi otak) atau infeksi lainnya;

g. Faktor genetik atau keturunan. C. Gejala

Rongga otak terbuat dari tulang tengkorak yang padat, sehingga peningkatan dari salah satu komponen di dalamnya (jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal) akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (di dalam rongga otak). Peningkatan tekanan intrakranial ini yang menyebabkan gejala pada penderita hidrosefalus.

Gejala pada hidrosefalus bervariasi tergantung pada usia penderita, perjalanan penyakit tersebut, dan toleransi individual terhadap kondisi hidrosefalus. Sebagai contoh pada bayi, di mana tulang tengkorak belum menutup sempurna, lebih toleransi terhadap peningkatan cairan serebrospinal dibandingkan dewasa.

Hidrosefalus memiliki 4 gejala klinis yang dikenal, yaitu: 1. Congenital atau infantile hydrocephalus

Hidrosefalus jenis ini terjadi pada bayi atau anak-anak di bwaha usia 3 tahun. Sutura (sendi kaku pada tulang tengkorak) menutup pada akhir usia 3 tahun. Sehingga dengan adanya hidrosefalus pada usia dibawah 3 tahun,

(7)

ukuran kepala menjadi membesar. Gejala pada anak dengan hidrosefalus yaitu memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibanding pertumbuhan normal, ubun-ubun di kepala menjadi tegang, kulit kepala yang tipis dengan pembuluha darah yang melebar, dan suara seperti pot yang retak saat tulang tengkorak diketuk. Pasien dapat mengalami kejang, muntah-muntah, nafsu makan menurun, dan sering tidur atau mengantuk. Hidrosefalus juga menimbulkan kelainan pada mata berupa kelopak mata (terutama kelopak mata atas) yang tertarik ke dalam, dan gangguan untuk melirik ke atas. Gejala pada mata tersebut membuat gambaran seperti matahari terbenam (setting sun appearance).

2. Occult hydrocephalus

Hidrosefalus jenis ini terjadi saat sutura kepala sudah menutup, sehingga tidak menimbulkan pembesaran kepala. Gejala yang timbul bervariasi, mulai dari gangguan postur hingga urinary urgency (keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan). Dapat terjadi gangguan penglihatan sepeerti penglihatan menurun atau melihat benda menjadi ganda (diplopia). Gejala lain seperti pada hidrosefalus bayi juga dapat terjadi pada hidrosefalus jenis ini.

3. Normal-pressure hydrocephalus

Hidrosefalus jenis ini terjadi karena adanya kompensasi dari pengeluaran cairan serebrospinal . sehingga tekanan intracranial menurun dan berada dalam batas normal. Gejala yang terjadi meliputi 3 gejala khas yaitu gangguan postur, gangguan fungsi mental, dan gangguan berkemih. Gangguan postur tubuh yang terjadi berupa gangguan keseimbangan sehingga pasien mudah jatuh, kelemahan pada kaki, berjalan dengan jarak pendek-pendek, dan posisi tubuh lebih condong ke depan. Gangguan mental yang terjadi meliputi ketumpulan dalam berpikir dan bertindak, apatis (menjadi pasif), dan menurunnya perhatian serta gangguan daya ingat. Gejala gangguan berkemih muncul dalam akhir perjalan pernyakit dengan gejala berupa rasa ingin berkemih yang mendadak dan tidak bisa ditahan (urgency), dan frekuensi berkemih yang meningkat. Lama kelamaan pasien akan mengalami inkontinensia (tidak dapat mengontrol rasa berkemih atau mengompol).

4. Acute hydrocephalus

Perjalan penyakit yang timbul bersifat cepat atau akut. Umunya disebabkan karena perdarahan atau karena tumor. Gejala yang timbul antara

(8)

lain sakit kepala, gangguan penglihatan, muntah-muntah, dan penurunan kesadaran seperti terus mengantuk.

D. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hidrosefalus antara lain gangguan penglihatan hingga kebutaan. Desakan di dalam rongga otak dapat menimbulkan desakan jaringan otak. Pasien dengan hidrosefalus yang tidak tertangani dapat menimbulkan kematian, namun sebagian besar kasus hidrosefalus menjadi tertahan. Kondisi hidrosefalus tertahan terjadi bila ventrikel otak tetap melebar namun tekanan intrakranial menjadi normal dan pengeluaran cairan serebrospinal menjadi seimbang dengan produksinya. Proses tumbuh kembang dapat kembali berjalan normal dan gejala akibat tekanan intrakranial yang meningkat mereda, namun kerusakan yang sudah terjadi umumnya tetap permanen. Pada pasien dengan hidrosefalus tertahan bila terkena rangsangan, seperti trauma dan infeksi, maka tekanan intrakranial dapat meningkat lagi. E. Pengobatan

Penanganan hidrosefalus bertujuan untuk mencegah kerusakan otak akibat openingktan tekanan intrakranial dengan memperlancara aliran dari cairan serebrospinal. Pengobatan pada hidrosefalus dapat dilakukan operasi bedah saraf menggunakan teknik shunt, di mana cairan serebrospinal yang berlebihan dialirkan keluar melalui tabung selang. Aliran cairan serebrospinal ini dapat diarahkan langsung ke jantung (ventriculoatrial shunt) atau ke rongga perut (ventriculoperitoneal shunt).

Satu hal penting yang perlu diketahui bahwa tindakan shunting tidak menyembuhkan hidrosefalus. Operasi shunting hanya mengatur tekanan dengan membuang cairan serebrospinal yang berlebihan dan mencegah kondisi menjadi lebih buruk. Gejala-gejala dapat membaik namun umumnya kerusakan otak tetap terjadi. Penanganan dengan shunting dapat mengalami kegagalan bila gejala tidak membaik atau gejala yang dirasakan semakin memburuk.

Pada hidrosefalus yang disebabkan karena adanya massa di dalam rongga otak, dapat dilakukan pengobatan dengan pengangkatan massa tersebut. Penggunaan obat-obatan penghambat produksi cairan serebrospinal masih controversial. Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa penggunaan obat tersebut tidak membantu, sementara yang lainnya mendapatkan bahwa penggunaan obat tersebut dapat menghindari dilakukannya tindakan shunting.

(9)

Penyakit hidrosefalus adalah penyakit yang fatal. Tanpa pengobatan, 6 dari 10 orang dengan hidrosefalus akan meninggal. Penanganan yang dilakukan sebelum timbulnya kerusakan otak dapat mempertahankan nilai IQ dalam batas normal bagi sebagian besar anak-anak. Komplikasi umumnya terjadi pada bayi dan anak kecil sehingga angka kematian lebh sering terjadi. Sampai saat ini belum diketahui cara pasti untuk mencegah terjadinya hidrosefalus.

F. Kriteria Penilaian 1. Evaluasi Struktur

a. Alat dan tempat siap

b. Sudah di bentuknya struktur pembagian peran yang terdiri penyaji, moderator, observer dan fasilitator.

c. Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat d. Perawat dan peserta siap

2. Evaluasi proses :

a. Alat dan tempat bisa di gunakan sesuai rencana

b. Peserta bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan. 3. Evaluasi hasil :

a. Semua peserta bisa menyebutkan tentang definisi Hidrosefalus

b. Semua peserta penyuluhan bisa menyebutkan tentang tanda dan gejala Hidrosefalus

c. Semua peserta penyuluhan mengetahui pengobatan Hidrosefalus

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Prawirohardjo sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Mc Closky & Bulechek.(2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

(11)

Makalah dan SAP

Pendidikan Kesehatan Hidrosefalus di Ruang Poli Anak Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda

Disusun oleh Kelompok 3 Erawati Putri P16052 Nur Yuliana P1605256 Reazka Nur Oktavia P1605243 Rizki Amalia Datau P1605249

(12)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA

PROGRAM PROFESI NERS 2016/2017

LEMBAR PENGESAHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN “HIDROSEFALUS” DI RUANG POLI ANAK RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Akademik, Pembimbing

Lahan,

Referensi

Dokumen terkait

Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran atau

Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaan obat-obatan, di samping karena

Ablasi atau destruksi endometrium dilakukan untuk pengobatan perdarahan kronik abnormal yang tidak berespon terhadap obat – obatan.. Hasil teknik ini baik dan

3 Melihat banyaknya efek yang ditimbulkan obat-obatan kemoterapi dan pengobatan yang dilakukan pada grade yang sudah lanjut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat- obatan yang dijual bebas

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang mengandung antibiotik yang sensitif terhadap kuman pasteurella seperti Ipervator, Ipermycine, Ipercillin, atau

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada lansia mengenai efek yang mungkin timbul pada rongga mulut disebabkan oleh penggunaan obat

Telah diketahui bahwa penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang pada remaja selain karena pengaruh teman, juga motivasi diri sendiri yang disebabkan oleh keadaan