• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP OK dan RR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP OK dan RR"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERSIAPAN PASIEN OPERASI

No. Dokumen :

001/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu tindakan dalam menyiapkan kelengkapan sebelum

dilakukannya pembedahan

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah persiapan pasien operasi.

KEBIJAKAN Semua pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan

PROSEDUR a. Siapkan alat :

 Pencukur rambut dan gunting rambut  Bengkok

 Sabun  Waslap

 Alat-alat kesehatan dan obat-obatan sesuai program dokter dan jenis tindakan pembedahan.

 Baju khusus

 Formulir ijin operasi (Inform Consent)  Permintaan darah ke PMI bila diperlukan  Pemeriksaan penunjang

b. Beri penjelasan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan

c. Ekstra mandi bila kotor d. Puasakan 5 – 6 jam

e. Cukur daerah yang akan di operasi

f. Tandatangani surat ijin operasi (Inform Consent) jika pasien / keluarga setuju

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap 2. Instalasi gawat darurat 3. Ruang Kamar bersalin 4. Ruang Kamar Bedah (OK)

(2)

TIME OUT

No. Dokumen :

001/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Tata cara saling mengingatkan baik sebelum dan sesudah tindakan

pembedahan

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah Time Out.

KEBIJAKAN Pelaksanaan Time Out dilakukan sebelum insisi area operasi, dipimpin oleh dokter operator, dilakukan dikamar operasi, dihadiri oleh tim bedah.

PROSEDUR a. Lengkapi checklist safety surgery sebelum dilakukan insisi pada pasien.

b. Bacakan secara verbal pada semua tim oleh perawat circulating untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan perannya.

c. Konfirmasi pada semua tim nama pasien, prosedur dan area dimana insisi akan dilakukan.

d. Pastikan apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit terakhir.

e. Antisipasi adanya kejadian kritis. f. Dokter bedah harus menyampaikan :

 Step tindakan kritis atau tahapan tindakan tidak biasa yang mungkin dilakukan.

 Waktu penyelesaian tindakan.

 Kemungkinan kekurangan darah pada pasien. g. Perawat anestesi harus menyampaikan :

 Kemungkinan ada perhatian khusus pada saat operasi h. Tim perawat Instrumen harus menyampaikan :

 Kesterilan alat dan bahan yang dipakai

 Adakah masalah pada alat yang akan dipakai atau hal lain yang perlu diperhatikan

 Pastikan apakah dibutuhkan “ display imaging “ (hasil radiologi yang perlu di pajang)

(3)

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

SIGN IN

No. Dokumen :

001/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Mengkonfirmasi persiapan pasien sebelum dilakukan tindakan

operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah Sign In.

KEBIJAKAN Pelaksanaan Sign In dilakukan sebelum tindakan induksi dan tim dinyatakan siap. Dipimpin oleh perawat anestesi, dilakukan diruang persiapan, minimal dihadiri oleh perawat anestesi dan perawat.

PROSEDUR a. Siapkan rekam medik pasien dan hasil pemeriksaan penunjang. b. Siapkan checklist safety surgery dan dilengkapi sebelum induksi

dimulai :

 Pastikan pasien sudah dikonfirmasi identitas dengan mencocokkan pada gelang : menanyakan nama pasien, tanggal lahir dan mencocokkan No RM pada RM Pasien.  Pastikan pasien sudah dikonfirmasi area operasi, prosedur

yang akan dilakukan dan adanya persetujuan operasi.  Tanyakan kesiapan mesin dan obat anestesi.

 Tanyakan apakah pulse oxymetri berfungsi dan pasien dengan nilai normal.

 Tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi.

 Pastikan adakah kemungkinan resiko kesulitan jalan nafas atau aspirasi, bila ya pastikan alat/ alat bantu tersedia (laringoskop, ETT)

 Pastikan adakah kemungkinan kehilangan darah > 500 ml (pada anak : 7 ml/kg.BB), bila ya pastikan kesiapan akses IV/ central line dan kesiapan darah atau komponen cairan yang dibutuhkan.

 Pasien dikirim ke kamar operasi.

(4)

SIGN OUT

No. Dokumen :

001/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Mengkonfirmasi keadaan pasien setelah dilakukan tindakan operasi T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah Sign Out.

KEBIJAKAN Pelaksanaan Sign Out dilakukan sebelum tindakan penutupan luka operasi, dipimpin oleh dokter operator, dilakukan dikamar operasi, dihadiri oleh tim bedah.

PROSEDUR a. Lanjutkan mengisi checklist safety surgery sesaat sebelum penutupan luka operasi dengan :

1. Perawat circulating harus menyampaikan :  Nama prosedur yang sudah dilakukan

 Jumlah instrument, gass, jarum, dan alat lain sama (sebutkan jumlah angka untuk tiap alat/bahan) sebelum dan sesudah pembedahan

 Pelabelan specimen-bahan PA (baca label specimen dan nama pasien)

 Bila ada masalah pada alat yang harus ditekan selama periode operasi

2. Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat harus menyampaikan bila ada perhatian khusus yang harus dilakukan untuk recovery maupun perawatan pada pasien ini. b. Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat harus menandatangani

checklist safety surgery untuk pasien ini. c. Pasien dikirim ke Recovery Room

(5)

TATA TERTIB DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

002/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Segala aturan yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada di

lingkungan kamar operasi

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah tata tertib di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Setiap orang yang masuk kamar operasi tanpa kecuali, wajib memakai baju khusus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Semua petugas harus memahami tentang adanya ketentuan

pembagian area kamar operasi dengan segala konsekuensinya. c. Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan tehnik aseptik

sesuai peran dan fungsinya.

d. Semua anggota tim harus melaksanakan jadwal harian operasional yang telah ditentukan oleh perawat kepala bedah. e. Perubahan jadwal operasi yang dilakukan harus atas indikasi

kebutuhan dan kondisi pasien harus ada persetujuan DPJP.

f. Pembatalan jadwal harus dijelaskan oleh DPJP kepada pasien atau keluarga.

g. Setiap petugas di kamar operasi harus bekerja sesuai urutan tugas yang di perlakukan.

(6)

keperawatan preoperatif sesuai peran dan fungsinya agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara paripurna.

i. Setiap petugas harus melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan kamar operasi dengan penuh tanggung jawab dan disiplin

TATA TERTIB DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

002/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR j. Semua tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama pembedahan harus di catat secara teliti.

k. Anggota tim bedah wajib menjamin kerahasiaan informasi / data pasien yang diperoleh pada waktu pembedahan terhadap pihak yang tidak berkepentingan.

l. Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan tehnik aseptik sesuai peran dan fungsinya.

m. Khusus pada pasien pembiusan regional (lumbal anestesi) harus diperhatikan : Tim bedah harus bicara seperlunya, karena pasien dapat mendengar dan melihat sekelilingnya.

n. Ahli anestesi harus menjelaskan kepada pasien / keluarga tentang efek obat bius yang digunakan dan hal-hal yang di taati.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

(7)

No. Dokumen :

003/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Adalah sandal / alas kaki khusus yang dipakai di dalam kamaroperasi yang bertanda khusus sandal dalam, yang hanya dipakai di

dalam kamar operasi

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemakaian sandal di kamar operasi

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Setelah ganti pakaian khusus kamar operasi, harus mengambil sandal khusus kamar operasi ditempat yang telah ditentukan. b. Pakailah sandal khusus tersebut mulai daerah aseptik II.

c. Pakailah sandal tersebut selama berada didalam kamar operasi dan daerah aseptik II.

d. Lepaskan sandal tersebut bila akan meninggalkan daerah aseptik II dan letakkan kembali pada tempatnya.

e. Bersihkan sandal sewaktu-waktu bila kelihatan kotor.

(8)

PEMAKAIAN LINEN DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

004/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Segala sesuatu yang berupa kain yang dipakai untuk perlengkapan

tindakan dikamar operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemakaian linen di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Linen kotor harus dihitung dari tiap ruang operasi, jenis dan banyaknya (skort, duk lubang, duk besar / kecil, sarung meja mayo, duk kecil buntu).

b. Linen harus dibungkus dengan pembungkus khusus dan ditetapkan pada tempat linen kotor.

c. Petugas harus mencatat pada papan tulis jenis dan banyaknya. d. Linen diambil oleh petugas cucian dengan dihitung kembali jenis

dan banyaknya, dicatat pada buku cucian, disaksikan dan ditanda tangani petugas kamar operasi dan petugas cucian.

e. Linen harus dicuci dan dikeringkan / disterilkan di instalasi loundry.

f. Tiap pagi tenaga OK harus mengambilkan linen steril dari instalasi loundry sesuai kebutuhan pada hari ini dan dicatat pada buku linen steril.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Unit Loundry

(9)

MENCUCI TANGAN DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

005/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Membersihkan tangan dengan menggunakan sikat dan sabunantiseptic dengan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian

bawah bebas dari mikroorganisme.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah mencuci tangan di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Atur topi dan masker dengan baik.

b. Perhiasan tangan harus dilepas, kuku panjang harus dipotong. c. Kran dibuka, basahi tangan sampai ke siku.

d. Tekan pompa Antiseptik Cair dengan salah satu siku dan tampung cairan Antiseptik dengan salah satu tangan sebanyak sekitar 2-3 cc.

e. Gosokkan Antiseptik Cair mulai dari ujung jari, sela jari tangan sampai siku, lalu guyur dengan air mengalir.

f. Ambil antiseptik lagi 2-3 cc dan gosokkan ke tangan lalu kuku kanan dari jari disikat sampai bersih (1-2 menit).

g. Guyur tangan sampai siku dengan air kran yang mengalir, dan ambil antiseptik sedikit untuk digosokkan pada tangan, tutup kran dengan siku.

h. Tangan yang steril harus lebih tinggi dari pada siku. i. Keringkan tangan dengan handuk atau kain steril.

(10)

PEMAKAIAN GAUN STERIL

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Menggunakan gaun steril khusus untuk petugas atau tim pembedahanantara lain Operator, Asisten, Instrumentir.

Gaun ini hanya dipakai di kamar operasi dan hanya selama operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemakaian gaun steril.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Tim operasi harus berdiri pada daerah aseptik satu.

b. Tangan harus diberi bedak steril dan diratakan, bila memakai sarung tangan baru tidak perlu bedak.

c. Perawat keliling (Omloop) membantu menalikan gaun operasi dari belakang.

d. Tim operasi memakai sarung tangan satu persatu dengan mendorong tangan masuk ke dalam sarung tangan dengan di bantu instrumentator.

e. Pangkal sarung tangan harus menutup ujung lengan baju operasi atau gaun operasi, sebelum melaksanakan kegiatan posisi kedua belahan tangan harus lebih tinggi dari pusat.

(11)

PEMBERSIHAN KAMAR BEDAH (BONGKARAN)

No. Dokumen :

007/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Pembersihan kamar bedah untuk tindakan pembersihan/bongkarandikamar operasi dilakukan petugas yang ikut didalam tim bedah

setelah melakukan pembedahan.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pembersihan kamar bedah (bongkaran)

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

(12)

PROSEDUR Pada prinsipnya pembersihan ruang kamar bedah ada dua macam : a. Pembersihan kecil (dilakukan setiap saat setelah operasi).

1. Bersihkan noda infeksius yang menempel pada dinding, alat-alat dan sebagainya dengan air sabun 10% lalu di keringkan. 2. Bersihkan lantai dari debu dan kotoran, dibilas dengan air,

diratakan dengan air / kran pel basah serta dibiarkan 10 menit.

3. Keringkan dengan weber.

b. Pembersihan besar (dilakukan setiap seminggu sekali).

1. Keluarkan alat-alat (meja operasi,meja instrument,alat anestesi, dsb) dari kamar bedah lalu dibersihkan dari noda infeksius dengan air sabun 10%.

2. Bersihkan langit-langit ruangan dari debu dan kotoran yang menempel dengan memakai lawa-lawa.

3. Bersihkan dinding, lampu operasi, almari, ligh source dari kotoran / noda infeksius dengan memakai larutan sabun 10% lalu dikeringkan.

4. Bersihkan alat-alat dari kaca dengan Brans Spirtus.

PEMBERSIHAN KAMAR BEDAH (BONGKARAN)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR 5. Bersihkan lantai dengan air sabun 10% ratakan dan sikat kemudian bilas dengan air bersih, selanjutnya dengan creoline, biarkan selama 10 menit lalu keringkan, kemudian bilas dengan air, biarkan selama 10 menit selanjutnya keringkan dengan weber.

6. Masukkan alat-alat dan diatur sesuai tempat masing-masing. 7. Sterilisasi ruangan dengan memakai sinar ultra violet selama

1 jam.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PENGGUNAAN STERILISATOR KERING / OVEN

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/2

(13)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Cara menggunakan dan mengoperasikan sterilisator kering yangdipakai untuk menyeteril alat-alat tertentu, instrument, linen, kassa,

inplant dan lain-lain.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah penggunaan sterilisator kering / oven.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Sebelum kabel sterilisator dihubungkan dengan listrik / sebelum dipanaskan, sterilisator harus dalam keadaan kosong (semua barang harus dikeluarkan), sterilisator dinyalakan sampai panas mencapai 1400 C.

b. Alat baru harus dimasukkan dengan ketentuan :

1. Untuk alat logam suhu 1400 C, waktunya 30 – 45 menit. 2. Untuk linen suhu 1400 C, waktunya 45 – 60 menit.

3. Untuk sarung tangan dan plastik suhu 1000 C, waktunya 15 menit.

4. Bor suhu 1400 C, waktunya 30 – 45 menit.

c. Setiap pembungkusan alat / instrument yang akan disteril harus ada label :

1. Jam dimasukkan.

2. Nama penanggung jawab dan tanda tangan.

d. Apabila mengetahui ada alat / instrument yang melebihi jamnya harap dikeluarkan, dengan tanpa membedakan penanggung jawabnya.

(14)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR e. Sterilisator kering diatasnya tidak boleh dipakai untuk mengeringkan sarung tangan.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PENGGUNAAN STERILISATOR

No. Dokumen :

002/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Segala aturan dan penggunaan alat untuk menyeteril dengan cara

merebus.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah penggunaan sterilisator.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

(15)

PROSEDUR a. Air dalam sterilisator harus diganti setiap kali dipakai. b. Seluruh bagian alat yang akan disterilkan harus terendam air. c. Masukkan sodium karbonat sehingga air tersebut menjadi larutan

sodium karbonat 2% untuk meningkatkan titik didih.

d. Alat dinyatakan steril bila waktu mencapai 30 menit sejak air mendidih.

e. Tidak dibenarkan alat ini dimasukkan selama proses sterilisasi berlangsung.

f. Penutup sterilisator tidak boleh dibuka selama proses sterilisasi berlangsung.

g. Sterilisator harus selalu dalam keadaan siap pakai. h. Alat yang direbus harus selalu bebas dari noda minyak.

i. Alat yang sudah steril harus segera diangkat dengan korentang steril.

j. Instrumen yang berujung tajam dan runcing harus dibungkus dengan kasin kassa.

k. Cantumkan tanggal dan jam pelaksanaan sterilisasi.

UNIT TERKAIT 1. Ruang kamar bedah (OK)

KESELAMATAN KERJA DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

003/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Menjaga keselamatan dan keamanan kerja ditujukan kepada

penderita, petugas dan alat.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah keselamatan kerja di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Petugas kamar operasi harus meneliti lyst penderita atau status berkenaan dengan kelengkapan syarat operasi.

2. Alat – alat hendaknya harus selalu dalam keadaan siap dan lengkap.

3. Petugas harus meningkatkan kesehatan sendiri-sendiri sesuai alur pemeriksaan.

(16)

PROSEDUR a. Keamanan dan keselamatan penderita.

Untuk menjamin keselamatan dan keamanan penderita semua anggota tim bedah harus meneliti kembali :

1. Identitas penderita. 2. Rencana tindakan.

3. Jenis pemberian anestesi yang akan diberikan. 4. Faktor alergi.

5. Respon penderita selama operasi.

6. Hindari penderita dari bahaya fisik akibat penggunaan alat / kurang teliti.

b. Keselamatan dan keamanan petugas :

1. Laksanakan pemeriksaan fisik secara preodik.

2. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan petugas.

3. Perlu adanya keseimbangan antara beban kerja dengan kesejahteraan, penghargaan dan pendidikan berkelanjutan. 4. Laksanakan pembinaan secara terus menerus dalam rangka

mempertahankan hasil kinerja.

5. Bina hubungan kerja sama yang baik intern dan antara profesi dalam penempatan tujuan tindakan pembedahan.

KESELAMATAN KERJA DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

004/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR c. Keselamatan dan keamanan alat-alat :

1. Sediakan pedoman dalam bahasa indonesia tentang cara penggunaan alat-alat.

2. Periksa secara rutin kondisi alat dan beri label khusus untuk alat yang rusak.

3. Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat.

4. Laksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan.

5. Periksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada pipa gas medis, pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPS – RS.

6. Periksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaan siap pakai.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. IPS RS

(17)

PEMERIKSAAN PENDERITA WAKTU DI KAMAR

OPERASI

No. Dokumen :

005/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Melakukan timbang terima dengan petugas ruangan denganmemeriksa penderita / lystnya atau yang ada kaitannya dengan

dokumentasi kelengkapan penderita yang akan dioperasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemeriksaan penderita waktu di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Tim kamar operasi harus memeriksa kelengkapan penderita yang akan di operasi.

2. Tim hendaknya saling bekerjasama.

PROSEDUR a. Periksa kembali persiapan penderita mencakup : 1. Identitas penderita.

2. Kelengkapan status / rekam medis.

3. Surat persetujuan operasi dari penderita dan keluarga. 4. Pemeriksaan : lab, radiologi, EKG, dan sebagainya.

5. Periksa gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, peniti, penjepit rambut.

6. Ganti baju penderita dan beri selimut ekstra. 7. Nilai keadaan umum penderita, tanda-tanda vital. 8. Pastikan bahwa penderita dalam keadaan puasa. 9. Anjurkan penderita mengosongkan kandung kemih. b. Berikan premedikasi :

1. Cek nama penderita sebelum memberikan obat.

2. Berikan obat premedikasi sesuai program anestesi dan catat obat, dosis, cara dan waktu pemberian, tanda tangan serta nama perawat yang memberikan.

c. Dorong penderita ke kamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan.

(18)

d. Pindahkan penderita ke meja operasi.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap 2. Instalasi gawat darurat

3. Ruang Kamar bersalin 4. Ruang Kamar Bedah (OK)

PENGHITUNGAN PEMAKAIAN KASSA

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Menghitung semua kassa yang dipakai pada waktu melakukan

tindakan pembedahan pada pasien.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah penghitungan pemakaian kassa.

KEBIJAKAN 1. Semua kassa harus dihitung sebelum dan sesudah tindakan oleh instrumentir.

2. Bila terjadi kekeliruan menjadi tanggung jawab tim bedah.

PROSEDUR a. Sebelum operasi dimulai kassa dihitung terlebih dahulu.

b. Instrumentir menempatkan kassa yang telah dipakai dan kotor di bengkok.

c. Sebelum luka operasi ditutup, kassa dihitung kembali baik yang sisa maupun yang telah dipakai, jumlahnya harus sesuai, bila tidak sesuai harus dicari lagi sampai ketemu.

(19)

PEMBERSIHAN SEWAKTU DI KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

007/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Pembersihan yang dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk

tindakan pembedahan pada kasus infeksi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pembersihan sewaktu di kamar operasi.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus di patuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Bersihkan dengan desinfektan : dinding kamar operasi, meja operasi, meja instrument, dan semua peralatan di kamar operasi. b. Instrument dan alat bekas pakai di desinfektan di cuci dengan air

mengalir.

c. Alat linen direndam dengan desinfektan atau di sendirikan / tempat khusus di beri label.

d. Lantai di bersihkan dengan desinfektan, UV, dan foging.

(20)

PENGHITUNGAN PEMAKAIAN INSTRUMEN

No. Dokumen :

002/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Menghitung semua instrumen yang dipakai pada waktu melakukan

tindakan pembedahan pada pasien.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah penghitungan pemakaian instrumen.

KEBIJAKAN 1. Semua instrumen harus di hitung sebelum dan sesudah tindakan oleh instrumentir.

2. Hendaknya instrumen selalu dalam keadaan baik dan siap pakai.

PROSEDUR a. Set alat yang akan dipakai dan disiapkan dimeja instrumen. b. Set alat dibuka dan dihitung jumlah dan macamnya.

c. Alat – alat di tata / disusun dimeja mayo.

d. Alat yang telah dipakai di tempatkan pada tempat yang sudah disediakan.

e. Sebelum luka operasi ditutup alat dihitung, bila belum sesuai harus dicari bersama sampai ketemu.

UNIT TERKAIT 1. Ruang kamar bedah (OK)

MENGHILANGKAN EFEK EMOSIONAL

No. Dokumen :

003/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/1

(21)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu cara untuk menghilangkan rasa cemas kepada penderita. T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah menghilangkan efek

emosional.

KEBIJAKAN Pasien harus dalam keadaan tenang sebelum tindakan pembedahan

PROSEDUR a. Pasien yang akan dilakukan operasi harus menandatangani dan mendapat penjelasan mengenai surat persetujuan / inform concent.

b. Berikan penyuluhan mengenai operasinya, penyakitnya, tindakan yang akan dilakukan, cara pembiusan dan resiko akibat pembiusan dan tindakan operasi yang akan dilakukan.

c. Petugas harus ramah, sopan, santun, bicara tidak boleh keras dan tidak berteriak.

d. Operator dan dokter anestesi sebaiknya hadir dan mengenalkan diri.

e. Sebelum dibawa ke kamar operasi penderita diberi dahulu premedikasi yang isinya obat penenang.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

MASUK KAMAR OPERASI BAGI PETUGAS

No. Dokumen :

004/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/1

(22)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Alur masuk ke kamar operasi bagi karyawan / petugas kesehatan.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah masuk kamar operasi bagi petugas.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus di patuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Masuk lewat pintu masuk karyawan. b. Sepatu dilepas diruangan / tempat sepatu.

c. Ganti pakaian dikamar ganti dengan pakaian yang disediakan dan tidak diperkenankan membawa pakaian dari luar.

d. Masuk daerah steril / I, II, harus memakai topi, masker, yang menutup sebagian rambut, hidung, mulut dan dagu.

e. Tidak diperkenankan keluar masuk daerah steril I tanpa ada keperluan dan dilarang duduk dilantai.

f. Bila operasi ganda / seri, pakaian kena darah / kotoran, harus ganti pakaian yang baru.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

TATA LAKSANA PEMBEDAHAN PADA

PENDERITA HIV / HEPATITIS B/C

(23)

No. Dokumen :

005/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Pembedahan dimana penderita juga mengidap penyakit menular

yaitu HIV dan Hepatitis B/C.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah tata laksana pembedahan pada penderita HIV / Hepatitis B/C.

KEBIJAKAN 1. Kegiatan pengendalian infeksi Nosokomial di RSIA Esto Ebhu merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.

2. Ruang kamar bedah (OK) wajib melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi Nosokomial dengan cara membuat standart, prosedur kerja, peraturan / tata tertib dan lain –lain harus dengan mendukung pencegahan dari pengendalian infeksi Nosokomial. 3. Standart, program kerja, peraturan / tata tertib yang ditentukan

harus di patuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas Kamar Operasi dan dilaksanakan dengan disiplin oleh setiap petugas.

PROSEDUR a. Permukaan tubuh yang terkena darah, feces, urine atau cairan harus segera dicuci dengan air dan sabun.

b. Hati-hati menangani jaringan yang mengandung banyak pembuluh darah.

c. Harus waspada dalam pemakaian pisau, jarum dan alat suntik. d. Ada fasilitas yang baik untuk pembuangan barang bekas berupa

container dengan mulut lebar, tidak mudah tembus, diberi bioh adzat dan cara pembuangan secara khusus (tidak bersama sampah lain).

e. Endotracheal tube, blade laryngoscopy harus disposible.

f. Alat anestesi (face mask, orrugated boxes, connection dan kateter) harus segera di pasteuriasi setelah anestesi selesai.

g. Tim bedah harus memakai sarung tangan dobel. h. Pakai googles.

i. Anestesi harus memakai sarung tangan.

j. Sebaiknya direncanakan acara tunggal atau terakhir. k. Harus memakai scort plastik.

l. Petugas dalam kamar operasi secukupnya saja. m. Linen yang sudah dipakai sebaiknya dibuang.

(24)

TATA LAKSANA PEMBEDAHAN PADA

PENDERITA HIV / HEPATITIS B/C

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR n. Instrument yang sudah dipakai harus segera dicuci dengan sabun dan air panas lalu di autoclave, kecuali tidak dapat di autoclave instrument di rendam cidex atau presept.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PENGENDALIAN LOGISTIK

No. Dokumen :

007/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

(25)

PENGERTIAN Segala sesuatu cara atau langkah dalam pengadaan bahan yang

dipergunakan untuk keperluan operasional di instansi kamar operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pengendalian logistik.

KEBIJAKAN Setiap tindakan operasi harus tersedia bahan dan alat di depo farmasi atau logistik.

PROSEDUR a. Pada tiap operasi, petugas instrument mengajukan permintaan dengan depo farmasi, yaitu obat anestesi, alat anestesi, benang, cateter, NGT dan lain-lain sesuai dengan operasi yang dilakukan. b. Petugas farmasi memberikan bahan-bahan tersebut dan

menandatangani buku, sisanya dikembalikan.

c. Petugas farmasi menghitung biaya bahan-bahan yang dipakai. d. Kekurangan bahan harus segera dipenuhi oleh petugas depo

farmasi.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

2. Ruang Kamar Bedah (OK)

PROGRAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN

ALAT

No. Dokumen :

002/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/1

(26)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat oleh tenaga kerja teknisi OK

baik dalam keadaan cito maupun berkala.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah program pemeliharaan dan perbaikan alat..

KEBIJAKAN Bahwa untuk tetap terpeliharanya alat dan instrument di OK dan untuk kelancaran tindakan pembedahan maka perlu diusahakan tentang pemeliharaannya.

PROSEDUR a. Data alat-alat yang ada di OK.

b. Prioritaskan alat yang akan di servis atau diperbaiki. c. Buat jadwal pemeliharaan alat.

d. Dalam keadaan cito harus segera diperbaiki.

e. Bila alat tersebut tidak bisa diperbaiki oleh teknisi OK, maka akan dirujuk ke IPS, dengan surat permintaan.

f. Dan bila IPS pun tidak bisa mengatasi, akan dirujuk ke pihak suplayer dengan pihak IPS menghubungi OK terlebih dahulu.

UNIT TERKAIT 1. IPS

PENANGANAN PASIEN GAWAT DI RUANG

OPERASI

(27)

No. Dokumen :

003/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Penanganan segera pada keadaan yang mengancam jiwa saat pasien

berada diruang operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah penanganan pasien gawat di ruang operasi.

KEBIJAKAN Tindakan yang dilakukan oleh tim OK baik operator, perawat instrumen, anestesi segera mungkin pada pasien gawat diruang operasi.

PROSEDUR a. Sebelum operasi : langsung dilakukan resusitasi oleh dokter yang saat itu berada didekat pasien atau perawat yang diberi wewenang.

1. Bila perlu konsulkan ke bagian terkait sesuai dengan penyebab kegawatannya.

2. Operasi ditunda dulu, kembali ke ruangan / HCU b. Saat operasi : dilakukan resusitasi oleh dokter anestesi.

1. Bila perlu operasi dihentikan sampai kegawatannya selesai / teratasi.

c. Setelah operasi : segera lakukan resusitasi oleh anestesi, selanjutnya kirim ke HCU.

(28)

PASIEN MENINGGAL DI RUANG OPERASI

No. Dokumen :

004/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Pasien yang telah meninggal dunia diruang operasi, setelah tidak

berhasil dilakukan tindakan resusitasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pasien meninggal di ruang operasi.

KEBIJAKAN Lakukan resusitasi segera ketika terjadi arest di ruang operasi

PROSEDUR a. Dokter bedah / anestesi memberitahukan dan menerangkan sebab kematiannya kepada keluarga.

b. Petugas OK melapor ke ruang yang bersangkutan.

c. Setelah ruangan selesai melapor, jenazah dibawa oleh petugas ke kamar mayat.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

ALUR BARANG DEPO DI OK

No. Dokumen :

005/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/1

(29)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Segala sesuatu cara atau alur dalam mempersiapkan bahan dan

alat-alat untuk memenuhi kebutuhan barang di instalasi kamar operasi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah alur barang depo di OK.

KEBIJAKAN Setiap tindakan operasi harus tersedia bahan dan alat di depo farmasi atau logistik.

PROSEDUR FARMASI

a. Buat rencana permintaan kebutuhan barang untuk sekitar 1 minggu.

b. Mintakan ke logistik farmasi.

c. Antar sesuai permintaan ke depo kamar operasi..

d. Bila barang / alat tidak sesuai perkiraan habis sebelum 1 minggu, buat permintaan cito ke logistik farmasi agar membantu mengusahakan.

INSTALASI KAMAR BEDAH

a. Setiap ruangan OK prakiraan bahan / alat untuk setiap operasi yang direncanakan hari itu.

b. Beri sesuai permintaan, bila tidak ada ditawarkan yang semacam. c. Bila ada sisa, kembalikan ke farmasi (depo) atau ditulis sisa. d. Setelah selesai operasi, dihitung biaya sesuai yang dicantumkan

dalam bon-bonan bahan / alat yang terpakai untuk masing-masing operasi.

e. Buatkan ke TU OK untuk dimasukkan dalam perincian biaya pembedahan ke dalam komputer.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

2. Ruang Kamar Bedah (OK)

MEMBEBASKAN SUMBATAN JALAN NAFAS

BAGIAN ATAS DARI BENDA ASING

(30)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu rangkaian kegiatan yang diterapkan pada pasien yang

mengalami sumbatan jalan nafas atau dikarenakan ada benda asing.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah membebaskan sumbatan jalan nafas bagian atas dari benda asing.

KEBIJAKAN Sebelum melakukan pembebasan sumbatan jalan nafas, siapkan dulu alat-alat yang akan dipakai

PROSEDUR Bebaskan sumbatan jalan nafas bagian atas dari benda asing : a. Cair

1. Pasien terlentang. 2. Buka mulut pasien. 3. Hidupkan alat penghisap.

4. Masukkan kateter ke dalam cairan dirongga mulut, usahakan kateter masuk tidak terlalu dalam hingga menyentuh dan merangsang mukosa mulut.

5. Pada pasien yang setengah sadar, hal tersebut menyebabkan reaksi / menarik nafas sehingga cairan akan terhisap masuk ke paru-paru.

b. Padat

1. Dapat dihisap.

2. Dapat diambil dengan menggunakan penjepit.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang Pulih Sadar (RR)

(31)

RESUSITASI JANTUNG PARU PADA PASIEN

DEWASA

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Rangkaian kegiatan yang diterapkan pada pasien dewasa yang

mengalami henti jantung.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah resusitasi jantung paru pada pasien dewasa.

KEBIJAKAN Penolong/petugas harus siap dan tahu cara membebaskan sumbatan jalan nafas

PROSEDUR Pijat jantung selalu dilakukan dengan nafas buatan : a. Umumnya pasien jatuh tidak sadar.

b. Baringkan dan terlentangkan korban diatas alas keras.

c. Ambil posisi penolong disamping korban sebatas pundak korban. d. Yakinkan korban telah bebas jalan nafas.

e. Yakinkan tidak bernafas artinya berhenti nafas. f. Berikan nafas 2x.

g. Cek nadi karotis 10 detik, untuk memastikan ada denyut nadi di leher pasien, kalau tidak ada artinya korban henti jantung.

h. Langsung dilakukan pijat jantung titik tumpu di sternum.

i. Titik tumpu tekan jantung telah ditentukan, selanjutnya letakkan telapak tangan yang lain bertumpu pada telapak tangan pertama, dengan ujung-ujung jari saling merangkai (usahakan ujung-ujung jari tidak menyentuh atau menekan dinding dada).

j. Kedua lengan penolong tegak lurus bertumpu pada tumit telapak tangan diatas titik tumpu tekan jantung.

k. Selanjutnya dengan menjatuhkan berat badan melalui kedua lengan, maka tekanan akan diteruskan pada titik tumpu tekan jantung.

l. Yang dipakai titik poros di pinggul.

m. Usahakan tekanan tersebut mengakibatkan tulang dada tertekan 4-5 cm ke dalam.

n. Dengan demikian diharapkan jantung dibawah tulang dada dan tulang belakang. Hal ini mengakibatkan darah dalam jantung terjepit dan mengalir melalui pembuluh darah beredar ke seluruh

(32)

tubuh.

o. Sesaat setelah menekan, kendorkan kedua lengan penolong. Saat itu maka jantung tidak terjepit, akan mengembang dan darah dari bagian tubuh mengalir masuk jantung lagi.

RESUSITASI JANTUNG PARU PADA DEWASA

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR p. Selanjutnya tekan ulang, kendor lagi, tekan ulang dan seterusnya, usahakan waktu tekan = waktu kendor.

q. Satu penolong perbandingan nafas buatan dan pijat jantung 2 : 30 kalau sudah terintubasi pemberiannya bersamaan yaitu nafas buatan dan pijat jantung menghitung sendiri-sendiri sesuai kebutuhan.

r. Anak > 8 tahun diperlakukan seperti dewasa.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang RR

(33)

PENGELOLAAN SHOCK ANAFILAKTIK

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu rangkaian prosedur tindakan yang diterapkan pada pasien yang

mengalami shock anafilaktik.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pengelolaan shock anafilaktik.

KEBIJAKAN Segera berikan pertolongan sesuai dengan tata cara penanganan pasien shock anafilaktik

PROSEDUR a. Tanda-tanda shock anafilaktik :

1. Terjadi penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal-hal lain) atau setelah pemberian obat-obatan.

b. Pelaksanaan :

1. Berikan adrenalin dengan dosis :  Shock anafilaktik berat : 0,5 mg IV  Shock anafilaktik sedang : 0,25 mg IV  Shock anafilaktik ringan : tak perlu obat

2. Berikan posisi shock pada pasien dan jaga / pertahankan jalan nafas. Berikan O2 masker sederhana atau berbalon dan siap melakukan RJPO.

3. Observasi dan perhatikan gerak nafas, perfusi, nadi, hawa nafas, tensi dan suara nafas.

4. Setelah 10 – 16 menit kemudian kalau perlu :  Ulangi adrenalin 0,25 – 0,5 mg IV atau  Cartison 100 – 200 mg IM atau

 Oradexon 1 – 2 cc IV atau  Avil / deladryl 1 – 2 cc

5. Perhatian : hati-hati tensi turun lagi.

6. Apabila tensi > 100 mmHg dan pada auskultasi suara nafas terdapat suara wheezing (+), berikan aminophilin 5 – 10 cc.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang RR

(34)

PROSEDUR POSISI SHOCK

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu rangkaian kegiatan yang diterapkan pada pasien yang

mengalami shock dengan mengangkat kedua tungkai.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur posisi shock.

KEBIJAKAN Segera berikan pertolongan sesuai dengan tata cara penanganan pasien shock

PROSEDUR Posisi shock :

a. Pasien terlentang.

b. Yakinkan jalan nafas bebas dengan memperhatikan kondisi leher. c. Pernafasan telah teratasi.

d. Naikkan kaki + 450

e. Masukkan papan resusitasi (80-90 x 40-50 x 1.5-2) menyusup dibalik kedua tungkai bawah mulai ujung kaki hingga dibawah pantat.

f. Naikkan ujung papan bagian ujung kaki pelan-pelan dan hati-hati.

g. Cek ulang kondisi jalan nafas, pernafasan dan kondisi sirkulasi segera.

h. Pasang infus.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang RR

(35)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu rangkaian kegiatan yang diterapkan pada pasien untuk

memberikan nafas buatan dengan menggunakan alat.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemberian nafas buatan dengan alat.

KEBIJAKAN Sebelum memberikan nafas buatan, siapkan dulu alat-alat yang akan dipakai

PROSEDUR Menggunakan ambu-bag :

a. Hanya digunakan untuk membantu atau membuat pernafasan artinya oksigen berada dalam balonnya harus ditekan akan masuk ke paru-paru pasien.

b. Cek ambu-bag lengkap, ada sungkup yang sesuai :  Katup pengatur kelebihan tekanan.

 Balon tidak bocor.

 Katup masuk oksigen atau udara yang umumnya berada dibelakang balon.

 Pipa atau balon cadangan oksigen yang dihubungkan dibelakang balon ambu-bag.

c. Pasien terlentang yakinkan jalan nafas bebas dan pernafasannya perlu dibantu atau dibuatkan.

d. Pilih sungkup yang sesuai, dapat menutup rapat hidung, mulut bagian atas dagu, tidak terlalu keras menekan muka pasien. e. Perhatikan pernafasan pasien, dada mengembang ?

f. Penggunaan ambu-bag tanpa oksigen memberikan konsentrasi O2 21 %

g. Penggunaan ambu-bag dengan oxygen tanpa pipa reservoir atau balon reservoir memberikan konsentrasi O2 40 %

h. Penggunaan ambu-bag dengan oxygen dengan pipa reservoir atau balon reservoir memberikan konsentrasi O2 90-100 %, perhatian : digunakan pada pasien apneu.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang RR

(36)

MENILAI FUNGSI KESADARAN

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Suatu rangkaian kegiatan yang diterapkan pada pasien untuk

mengetahui tingkat kesadaran pasien.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah menilai fungsi kesadaran.

KEBIJAKAN Penilaian fungsi kesadaran dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada

PROSEDUR Menilai fungsi kesadaran : a. Pasien terlentang.

b. Periksa pasien dan lihat responnya, goyang dan bertanya cukup keras :

 “ Apakah kamu baik-baik saja ? “  “ Siapa namamu ! “

 “ Coba buka matamu ! “ c. AVPU : (primary survey).

 Alert : spontan / respon.  Verbal : respon dengan verbal.  Pain : respon dengan nyeri.  Un Responsiveness : tanpa respo. d. Glasgows Coma Scale : (secondary survey).

1. Membuka mata (E) :  Spontan : 4

 Karena perintah : 3  Karena rangsangan : 2  Tidak membuka mata : 1 2. Verbal (V) :

 Toleransi baik : 5  Bingung : 4

 Kata-kata tidak mengerti : 3  Hanya suara : 2

(37)

MENILAI FUNGSI KESADARAN

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR 3. Respon motorik (M) :  Mengikuti perintah : 6

 Melokalisir rangsangan nyeri : 5  Menjauh rangsangan nyeri : 4  Fleksi abnormal : 3

 Ekstensi abnormal : 2  Tidak ada respon : 1

UNIT TERKAIT 1. Ruang RR

2. Ruang Kamar Bedah (OK)

PENGELOLAAN ACARA OPERASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 1/1

(38)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN

Prosedur yang dibuat untuk mengelola kegiatan operasi, baik permohonan maupun pembatalan acara operasi elektif bagi pasien rawat inap atau rawat jalan yang berasal dari ruangan, poli klinik, serta pasien rujukan.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pengelolaan acara operasi.

KEBIJAKAN Pengelolaan acara operasi, baik permohonan maupun pembatalan acara operasi elektif di konfirmasikan antar Unit yang bersangkutan

PROSEDUR a. Sasaran

 Instalasi Rawat Jalan  Instalasi Rawat Inap  Kamar Operasi  Ruang Pulih Sadar b. Rincian tugas

1. Setiap ahli bedah atau asistennya, menginformasikan rencana operasi dari pasien yang ditanganinya dengan mengisi lembar permohonan acara operasi.

2. Lembar tersebut kemudian diberikan kepada koordinator tata usaha instalasi kamar bedah.

3. Semua informasi yang terkumpul direkap berdasarkan dimana operasi berlangsung lalu didistribusikan ke pihak terkait. 4. Apabila ternyata rencana operasi tersebut tidak jadi

dilaksanakan, maka ahli bedah atau asistennya berkewajiban menginformasikan kepada koordinator tata usaha instalasi kamar bedah dengan mengisi lembar kronologis kejadian luar biasa kecuali bila ada rencana operasi cadangan.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang Rawat Inap

3. Ruang Rawat Jalan

(39)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Prosedur yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah tindakan medis

invasif (pembedahan) pada pasien.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur perawatan pembedahan.

KEBIJAKAN Perawatan pembedahan dilakukan pada semua pasien yang akan dilakukan pembedahan

PROSEDUR a. Sasaran

 Ruang persiapan pasien  Ruang Premedikasi  Kamar Operasi  Ruang Pulih Sadar b. Rincian tugas

1. Setiap pasien yang mendapat pelayanan pembedahan dan pembiusan harus telah direncanakan dan di dokumentasikan berdasarkan penilaian medis yang tercatat dokumen medis. 2. Penilaian medis berdasar pada riwayat penyakit, status

fisiologis dan data-data standar yang digunakan.

3. Pemilihan prosedur tindakan harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian pembedahan, resiko dan komplikasi yang mungkin timbul, alternatif prosedur yang ada dan sudah disampaikan kepada pasien / keluarga.

4. Setiap pembedahan atau tindakan invasif atau pembiusan harus dilaporkan oleh dokter penanggung jawab atau seseorang yang dipercayakan dan terdokumentasi dalam catatan medis pasien.

5. Laporan operasi yang terdokumentasi dengan benar, meliputi:  Diagnosa pasca operasi

 Nama dari operator dan asisten operasi  Nama prosedur operasi

 Specimen operasi yang dikirim untuk diperiksa

 Daftar spesifik dari ada atau tidaknya komplikasi selama prosedur, termasuk jumlah darah yang hilang

(40)

 Tanggal, waktu dan tanda tangan dari dokter yang bertanggung jawab

PROSEDUR PERAWATAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR 6. Status fisiologis pasien harus diawasi selama dan segera setelah operasi kemudian didokumentasikan pada catatan medis pasien. Hal ini dilakukan oleh anestesi.

c. Perawatan pasien pasca operasi harus sudah direncanakan dan di dokumentasikan pada catatan medis pasien oleh dokter yang bertanggung jawab, atau seseorang yang diberi mandat oleh dokter penanggung jawab.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap 2. Instalasi gawat darurat 3. Ruang Kamar bersalin 4. Ruang Kamar Bedah (OK) 5. Ruang Pulih Sadar (RR)

PENGELOLAAN SET INSTRUMEN / ALAT DI

KAMAR OPERASI

(41)

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN

Proses pengelolaan set instrumen / alat yang ada di kamar operasi meliputi :

1. Sebelum, selama dan sesudah operasi 2. Pada waktu melakukan serah terima 3. Tata laksana kerusakan set instrumen / alat

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pengelolaan set instrumen / alat di kamar operasi.

KEBIJAKAN Pengelolaan set instrumen / alat di kamar operasi dilakukan sesuai prosedur

PROSEDUR a. Sasaran

1. Persiapan set instrumen / alat sebelum kegiatan operasi 2. Penginventarisasian set instrumen / alat selama kegiatan

operasi

3. Penanganan set instrumen / alat sesudah kegiatan operasi 4. Sistem pemeliharaan serta perawatan set instrumen / alat alur

rencana pengadaan set instrumen / alat baru b. Rincian Tugas

Sebelum, selama dan sesudah operasi

1. Set instrumen / alat yang steril dibuka oleh perawat sirkulasi 2. Perawat instrumen yang berkondisi steril mengambil set

instrumen / alat tersebut

3. Lakukan pengecekan set instrumen / alat berdasarkan daftar yang ada

4. Atur set instrumen / alat di meja mayo sesuai urutan pemakaian

5. Sampaikan set instrumen /alat ke operator yang sedang bertugas sehubungan dengan alur kegiatan operasi

6. Bersihkan dan atur kembali set instrumen / alat yang digunakan untuk kegiatan operasi

7. Periksa kembali set instrumen /alat sesaui daftar yang ada kemudian menginformasikannya ke perawat sirkulasi

8. Set instrumen / alat diserahkan ke perawat sirkulasi untuk dilakukan pencucian / pembersihan kemudian dikemas dan diberi tanda tertentu

(42)

PENGELOLAAN SET INSTRUMEN / ALAT DI

KAMAR OPERASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR 9. Daftar periksa yang telah terisi dikumpulkan sebagai arsip Pada waktu melakukan serah terima

1. Petugas instalasi sterilisasi dan binatu yang bertugas pada lantai kamar operasi melakukan pengecekan set instrumen / alat bersama dengan perawat sirkulasi

2. Setiap set instrumen / alat yang akan disterilkan harus sesuai dengan daftar yang ada

3. Setelah semua set instrumen/alat lengkap atau tidak ada yang tertinggal serta hilang, perwakilan instalasi sterilisasi dan binatu juga perawat sirkulasi menandatangani kartu kendali 4. Set instrumen/alat dapat segera dibawa ke instalasi sterilisasi

dan binatu untuk disterilkan

5. Kartu kendali yang telah terisi dikumpulkan sebagai arsip Tata laksana kerusakan set instrumen / alat

1. Perawat koordinator tiap kamar operasi segera mengisi lembaran usulan permintaan atau perbaikan set instrumen/alat Lembar yang sudah terisi lengkap kemudian diserahkan ke sekretariat instalasi kamar bedah untuk dilakukan inventarisasi serta dibuatkan surat pengajuan permintaan / perbaikan set instrumen / alat ke penunjang medik melalui instalasi pemeliharaan dan sarana medik

(43)

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PROSEDUR PELAKSANAAN OBSERVASI pada

PASIEN PASCA BEDAH DINI dan PASCA ANESTESI

dengan SISTEM TRIAGE DI RUANG PULIH SADAR

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Rangkaian tindakan observasi yang diterapkan pada pasien pasca

bedah dini dan pasca anestesi di Ruang Pulih Sadar

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur pelaksanaan observasi pada pasien pasca bedah dini dan pasca anestesi dengan sistem triage di ruang pulih sadar.

KEBIJAKAN Observasi pada pasien pasca bedah dini dilakukan pada semua pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan

PROSEDUR 1. Sasaran

 Ruang Kamar Bedah (OK)  Ruang Pulih Sadar (RR)

2. pelaksanaan

1. pasien dengan label warna MERAH, observasi tanda-tanda vital (ABCD) tiap 15 menit, 3 kali berturut-turut. 2. Pasien dengan label warna KUNING, observasi

tanda-tanda vital (ABCD) tiap 30 menit, 2 kali berturut-turut. 3. Pasien dengan label warna HIJAU, observasi tanda-tanda

vital (ABCD) tiap 60 menit, 2 kali berturut-turut.

4. Khusus pasien-pasien dengan tingkat kegawatan seperti :  Perdarahan banyak

 Pasien-pasien dengan operasi laparatomy

(44)

berat)

 Observasi blader (urin tiap 1 jam atau sewaktu-waktu)

UNIT TERKAIT 1. Ruang RR

PROSEDUR STERILISASI INSTRUMENT

EMERGENCY

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Proses penyeterilan alat instrumen yang akan segera dipakai operasi

kembali.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur sterilisasi instrument emergency.

KEBIJAKAN Sterilisasi instrument emergency dilakukan sesuai prosedur

PROSEDUR a. Sasaran

Tenaga kamar operasi

b. Pelaksanaan

1. Persiapan

 Larutan antiseptik 0,5% (chlorhexidine gluconate) dalam tempat penampung

 Sikat penggosok

 Peralatan instrumen yang akan dibersihkan  Bak penampung

 Sarung tangan  Lap pengering

(45)

2. Cara kerja

 Setelah proses dekontaminasi selesai, pasang etiket alat instrument tersebut

 Siapkan sterilisator alat instrument sesuai dengan petunjuk pemakaian

 Masukkan alat instrument tersebut ke dalam sterilisator 3. Tunggu sampai proses steril selesai

 Matikan sterilisator sesuai dengan petunjuk pemakaian  Angkat dan keluarkan alat instrument yang sudah steril

tersebut

 Alat instrument sudah siap dipergunakan kembali

c. Catatan

Selama proses sterilisasi, sterilisator tidak boleh dibuka tutup

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PROSEDUR PENGENCERAN BAHAN

DEKONTAMINASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Proses melakukan pengenceran bahan dekontaminasi yang akandipergunakan untuk merendam peralatan instrument yang akan

dilakukan pembersihan

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur pengenceran bahan dekontaminasi.

(46)

PROSEDUR a. Sasaran

Tenaga kamar operasi

b. Pelaksanaan

1. Persiapan alat

 Bahan dekontaminasi chlorin 0,5% atau sejenisnya  Sarung tangan

 Bak penampung

 Takaran (ukuran sendok makan) 2. Cara kerja

2.1 Bahan dekontaminasi serbuk

 Siapkan air sebanyak 1 liter kedalam bak penampung

 Takar bahan dekontaminasi chlorin 0,5% (bentuk serbuk) sebanyak 1 takaran (14gr)

 Masukkan chlorine tersebut kedalam 1 liter air  Aduk agar merata

 Larutan sudah siap untuk dipergunakan 2.2 Bahan dekontaminasi cair

 Siapkan larutan chlorin cair sebanyak 1 bagian ( 1 bagian berisi 1 liter mengandung chlorin 5,25%)

 Siapkan air sebanyak 9 1iter  Campurkan kedua larutan tersebut  Aduk secara merata

 Larutan sudah siap dipergunakan

PROSEDUR PENGENCERAN BAHAN

DEKONTAMINASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

PROSEDUR 2.3 Tablet precept

 Siapkan tablet precept sebanyak 9 tablet (1 tablet mengandung 5gr)

 Siapkan air sebanyak 2,5 liter

 Campurkan kedua bahan / larutan tersebut  Aduk secara merata

 Larutan sudah siap untuk dipergunakan

c. Catatan

(47)

tangan

2. Apabila larutan tersebut sudah dipergunakan untuk merendam buang ke tempat pembuangan air pencucian

Proses pengenceran bahan dekontaminasi hanya dipergunakan untuk sekali pakai.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK)

PROSEDUR PEMINDAHAN PASIEN PASCA

ANESTESI DAN PEMBEDAHAN

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Memindahkan pasien yang masih dalam pengaruh obat anestesi dari

kereta dorong ke RR untuk mendapatkan perawatan pasca anestesi.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemindahan pasien pasca anestesi dan pembedahan.

(48)

PROSEDUR a. Sasaran

 Pasien pasca anestesi umum  Pasien pasca anestesi regional

 Pasien pasca premedikasi yang karena alasan tertentu batal dilakukan operasi

b. Pelaksanaan

1. Pasien pasca anestesi diantar dari OK ke RR oleh transporter (Dokter anestesi yang bertugas di OK bersama perawat anestesi).

2. Tenaga medis atau paramedis terkait menerima dan melakukan serah terima pasien.

3. Tenaga medis atau paramedis terkait menempatkan pasien di daerah perawatan yang tersedia.

4. Tenaga medis atau paramedis terkait melakukan observasi dan melakukan tindakan tertentu yang dibutuhkan oleh pasien (contoh : usaha membebaskan jalan nafas, memberikan oksigen, memberikan selimut hangat).

5. Tindakan tertentu tersebut selanjutnya akan diatur dalam protap-protap khusus yang terperinci.

6. Tenaga medis atau paramedis terkait melakukan pencatatan dibuku register RR.

7. Pasien berada di RR dilakukan perawatan pasca anestesi dan pembedahan sampai memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat dipindahkan ke ruangan atau pulang atau di transport ke Rumah Sakit tempat asal pasien

UNIT TERKAIT 1. Ruang Kamar Bedah (OK) 2. Ruang Pulih Sadar (RR)

PROSEDUR PETUGAS PELAYANAN KAMAR

OPERASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1 Halaman 1/2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit : 1 April 2015 Ditetapkan oleh : Direktur RSIA Esto Ebhu

dr. Moh. Ibnu Hadjar, Sp.OG

PENGERTIAN Petugas yang bekerja di kamar operasi yang berhubungan dengantindakan pembedahan agar pelayanan di kamar operasi tetap

berlangsung.

T U J U A N Sebagai acuan penerapan langkah langkah prosedur petugas pelayanan kamar operasi.

(49)

KEBIJAKAN Semua petugas di kamar operasi memberikan pelayanan sesuai prosedur

PROSEDUR a. Sasaran

 Dokter operator (Senior)  Dokter Anestesi

 Perawat kamar operasi  Perawat anestesi

 Petugas kesehatan lain (Cleaning service)

b. Pelaksanaan

1. Petugas yang ada di kamar operasi pada saat tindakan pembedahan berjumlah paling banyak 10 orang, antara lain :  Dokter operator (1 orang)

 Dokter anestesi (1 orang)  Perawat Anestesi (1 orang)  Perawat instrument (2 orang)  Perawat sirkulasi (1 orang)

 Petugas tambahan apabila diperlukan (misalkan : petugas PA) 2. Apabila masuk ke kamar operasi petugas harus mengganti

pakaian dengan baju dasar kamar operasi.

3. Setiap petugas harus menggunakan penutup kepala, masker dan alas kaki.

4. Petugas yang berhubungan dengan tindakan pembedahan harus menggunakan gaun bedah steril dan sarung tangan steril, antara lain : Operator, asisten dan perawat instrument. 5. Setiap petugas harus memenuhi peraturan yang ada di kamar

operasi.

PROSEDUR PETUGAS PELAYANAN KAMAR

OPERASI

No. Dokumen :

006/3.3.3/RSIA’EE/II/2015 No. Revisi 1

Halaman 2/2

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.1 GEP 150 (3 Phase) dan GEH 220 V (3-Phase) 3.2.4 Menentukan Rating Pengaman Keluaran Genset Dalam menentukan rating pengaman keluaran genset menurut PUIL 2000 pasal

Analisis deskriptif data penelitian adalah analisis pada semua data yang telah diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan empat orang mahasiswa dibeberapa universitas

Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang

a) Mendeskripsikan mekanisme partisipasi publik dalam proses penyusunan kebijakan publik dalam proses penyusunan perundang-undangan di DPR setelah berlakunya UU nomor

Metformin "idroklorida diindikasikan untuk tera#i diabetes mellitus ti#e II an$ tidak terkontrol den$an memuaskan ole" diet dan obat lain #en$obatan utama dan tamba"an

Diantara sanro (dukun) dan bissu sebelumnya sangat dihormati oleh masyarakat tidak lagi dihormati seperti sebelumnya. Sejak operasi taubat tahun 1966, jumlah bissu,

Hadrah merupakan salah satu grup kesenian yang berasal dari jawa tondano yang berada di desa salilama didirikan pada tahun 1948 oleh Bapak Sahwangi Suronoto.. Pada saat