• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visum Et Repertum Kasus Perkosaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Visum Et Repertum Kasus Perkosaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Visum et Repertum Kasus Perkosaan Visum et Repertum Kasus Perkosaan Definisi

Definisi

Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis atau ancaman kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis ke dalam kemaluan wanita (mulai dari labia minor). Pada kasus akut/dini (dalam 7 ke dalam kemaluan wanita (mulai dari labia minor). Pada kasus akut/dini (dalam 7 hari setelah kejadian) masih dapat dicari adanya sperma sebagai bukti. Sedangkan bila hari setelah kejadian) masih dapat dicari adanya sperma sebagai bukti. Sedangkan bila korban diperiksa lebih dari 7 hari setelah kejadian, kemungkinan ditemukannya korban diperiksa lebih dari 7 hari setelah kejadian, kemungkinan ditemukannya sperma lebih sulit dan pemeriksaan lebih ditujukan untuk mengetahui terjadinya sperma lebih sulit dan pemeriksaan lebih ditujukan untuk mengetahui terjadinya kehamilan.

kehamilan.

Penanganan medis kedokteran wanita korban perkosaan meliputi: Penanganan medis kedokteran wanita korban perkosaan meliputi: o Pencatatan anamnesis secara lengkap.

o Pencatatan anamnesis secara lengkap. o Pemeriksaan fisik dengan hati-hati. o Pemeriksaan fisik dengan hati-hati. o Penatalaksanaan medis cedera fisik. o Penatalaksanaan medis cedera fisik. o Pengumpulan bukti-bukti hukum. o Pengumpulan bukti-bukti hukum. o Pencegahan kehamilan.

o Pencegahan kehamilan.

o Pencegahan penyakit menular seksual. o Pencegahan penyakit menular seksual.

o Penanganan psikologis dan/atau psikiatri selanjutnya. o Penanganan psikologis dan/atau psikiatri selanjutnya.

Dalam penanganan korban (hidup) perkosaan, dokter memiliki peran ganda yaitu Dalam penanganan korban (hidup) perkosaan, dokter memiliki peran ganda yaitu sebagai pemeriksa yang membuat visum et repertum (VeR) serta tenaga medis yang sebagai pemeriksa yang membuat visum et repertum (VeR) serta tenaga medis yang mengobati dan merawat korban.

mengobati dan merawat korban. Pemeriksaan korban perkosaan

Pemeriksaan korban perkosaan. Lakukan secara cepat dan diam-diam dalam. Lakukan secara cepat dan diam-diam dalam tempat pemeriksaan terpisah. Segera tangani korban dengan keadaan kritis dan tempat pemeriksaan terpisah. Segera tangani korban dengan keadaan kritis dan lakukan pemeriksaan forensik setelah keadaan stabil. Korban sebisanya tidak pergi ke lakukan pemeriksaan forensik setelah keadaan stabil. Korban sebisanya tidak pergi ke kamar mandi, mandi, makan, atau minum sampai pemeriksaan selesai. Keluarga, kamar mandi, mandi, makan, atau minum sampai pemeriksaan selesai. Keluarga, teman, perawat, atau petugas dapat menemani bila perlu. Yang penting, korban tidak teman, perawat, atau petugas dapat menemani bila perlu. Yang penting, korban tidak ditinggalkan sendirian, tetapi ditemani orang yang juga berperan sebagai saksi dalam ditinggalkan sendirian, tetapi ditemani orang yang juga berperan sebagai saksi dalam  pemeriksaan.

 pemeriksaan. Yakinkan Yakinkan korban korban tentang tentang keamanannya keamanannya dan dan jelaskan jelaskan prosedurprosedur  pemeriksaan yang akan dilakukan.

(2)

Pembuatan VeR . Harus ada permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang dan korban harus diantar polisi. Buat visum berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban saat surat permintaan VeR diterima dokter. Hasil pemeriksaan korban yang diperiksa datang atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, tidak dapat dijadikan VeR, tetapi hanya sebatas surat keterangan. Untuk membuat VeR, korban harus datang dengan polisi yang membawa surat permintaan VeR. VeR dibuat  berdasarkan keadaan yang ditemukan saat permintaan diajukan.

Tugas dokter. Tugas dokter bukan menentukan apakah korban telah diperkosa, melainkan mencari ada/tidaknya bukti berupa tanda-tanda persetubuhan, kekerasan dan jenis kekerasan yang menyebabkannya sesuai kejadian. Dokter harus teliti, waspada, dan curiga, namun tetap obyektif dan tidak memihak. Catat setiap  penemuan, termasuk hal-hal yang tidak ditemukan, tetapi relevan dengan keterangan korban. Jangan menyampaikan kesimpulan atau opini. Simpan bukti-bukti yang diperoleh dalam tempat terpisah, disegel, dan diberi label dengan jelas berisi nama korban, tanggal, nama pemeriksa, dan dari mana bukti diperoleh. Di atas segel tulis inisial pemeriksa secara melintang sehingga bila telah dibuka akan diketahui. Barang  bukti diserahkan secara langsung pada polisi (dengan tanda terima) atau disimpan di tempat terkunci. Hal ini untuk menjamin bukti dapat digunakan dengan sah di  pengadilan.

Dasar Hukum

Agar kesaksiannya dalam perkara pidana dapat membantu pengadilan dengan sebaik- baiknya, dokter perlu mengetahui undang-undang yang berkaitan dengan tindak  pidana tersebut. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) diatur

undang-undang tentang kejahatan terhadap kesusilaan, yaitu: Pasal 284

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

1a. Seorang pria telah kawin yang melakukan zina, padahal diketahuinya bahwa pasal 27 BW berlaku padanya;

1b. Seorang wanita telah kawin yang melakukan zina, padahal diketahuinya bahwa  pasal 27 BW berlaku padanya;

2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya  bahwa yang turut bersalah telah kawin;

2b. Seorang wanita tidak kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku  baginya;

(3)

(2) Tidak dilakukan penuntutan, melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan tempat tidur karena alasan itu juga. (3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan  belum dimulai.

(5) Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama  perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang

menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap. Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita  bersetubuh dengan dia di luar perkawinan diancam karena melakukan perkosaan

dengan penjara paling lama dua belas tahun. Pasal 286

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui  bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana  penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 287

(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawini, diancam dengan  pidana penjara paling lama sembilan tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan kecuali jika umur wanita itu belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 296, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika salah satu kejahatan yang di dalam pasal 285, 286, 287, dan 290 itu mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Burgerlyk Wetboek (BW) pasal 27 berisi: Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang  perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya.

(4)

Anamnesis

Tanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian, atau minum obat-obatan sejak kejadian tersebut. Secara keseluruhan data yang didapat harus meliputi:

1. Identitas: umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan. 2. Riwayat medis.

3. Riwayat ginekologi; termasuk riwayat menstruasi (menars, lama, jumlah, siklus, keteraturan, nyeri), metode kontrasepsi,  riwayat penyakit menular seksual, riwayat  penyakit radang panggul, koitus terakhir, dst.

4. Riwayat obstetri; cara melahirkan, graviditas, dan paritas. 5. Tempat, tanggal dan jam terjadinya perkosaan.

6. Deskripsi kejadian dengan kata-kata pasien sendiri.

Perlu ditanyakan apakah korban pingsan dan apa sebabnya, apakah karena korban ketakutan hingga pingsan atau korban dibuat pingsan dengan obat tidur atau obat bius yang diberi pelaku.

Ada dua pendapat mengenai anamnesis dalam VeR saat  ini. Ada yang memasukkannya dalam VeR karena merupakan bagian dari pemeriksaan. Tetapi, ada yang memilih tidak dimasukkan dalam VeR karena bukan fakta yang dilihat dan ditemukan dokter sendiri. Namun, bila diminta yang berwajib, anamnesis adalah ‘keterangan dari yang diperiksa’ yang dilampirkan pada visum.

Pemeriksaan Fisik 

Pemeriksaan Umum 

o Catat keadaan uman pasien, keadaan, emosi dan sikapnya. Lakukan pemeriksaan  pakaian dengan teliti, apakah dalam keadaan rapi, apakah terdapat robekan baik lama ataupun baru, memanjang atau melintang. Cari adanya kancing yang terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, dan lumpur yang berasal dar i tempat kejadian.

o Cari tanda-tanda trauma, seperti laserasi, luka, dan adanya benda asing, terutama di mulut, leher, lengan, dada, dan paha. Deskripsi dan gambarkan dengan baik, bila  perlu dipotret pihak yang berwenang.

(5)

o Jika ditemukan benda asing, ambil dan simpan dalam amplop dengan identifikasi yang baik. Dapat dilakukan pencarian semen dengan lampu Woods karena akan  berfluoresensi hijau kuning. Namun, bila tidak ada larnpu Woods, cukup dengan  perabaan dan penglihatan di daerah yang dicurigai terdapat semen. Pada bahan tekstil  bercak semen kaku seperti kanji yang mengering. Pada tekstil yang tidak menyerap semen, bercak bisa teraba sedikit kaku atau tidak, tapi permukaannya lebih kasar daripada sekitarnya. Secara visual, pada tekstil yang menyerap, bercak semen segar dapat tidak berwarna atau keabu-abuan di tepinya. Tepi ini akan berangsur-angsur  berubah warna menjadi kuning sampai coklat dalam waktu + 1 bulan. Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak semen segar menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen. Dalam beberapa hari bercak menjadi putih granular, setelah 1 minggu menyerupai deposit cairan gula yang telah mengering, dan dalam + 1 bulan menjadi kuning sampai coklat. Bila latarnya gelap, bercak hampir tidak dapat dikenali lagi.  Noda mencurigakan diperiksa dengan 2 kapas lidi yang dibasahi NaCl 0,9%.

o Sisir rambut kepala dengan sisir baru di atas kertas toilet, secara hati-hati kumpulkan benda asing yang ditemukan. Ambil juga rambut standar dengan mencabut secara langsung.

o Cari adanya benda asing di bawah kuku jari, periksa, dan pisahkan antara kanan dan kiri. Biasanya kuku digunting dan dimasukkan dalam amplop dan dikirim untuk  pemeriksaan

o Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui adanya kehamilan sebelum kejadian, infeksi, dan tanda-tanda trauma lainnya.

Pemeriksaan Genitalia 

o Pasien diminta berbaring dalam posisi litotomi.

o Lakukan inspeksi genitalia eksterna untuk melihat adanya deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina.

Selaput darah yang utuh dapat dibagi dalam 3 golongan utama berdasar bentuk dan tepi lubangnya.

a. Bentuk teratur dengan tepi yang teratur dan utuh: hirnen anularis, himen semilunaris, himen labiiformis.

 b. Bentuk teratur dengan tepi tidak teratur: himen lobatus, himen dentatus, himen fimbriatus, himen koroliformis.

c. Bentuk tidak teratur dengan tepi teratur atau dengan tepi tidak teratur: himen imperforatus, himen bipartitus/septus, himen partim septus (sulit dibedakan dengan himen yang telah mengalami deflorasi), himen multipleks/koroliformis, himen kribrosus.

(6)

o Sisir rambut pubis (pemeriksaan seperti rambut kepala). Bila terlihat menggumpal, dicurigai terdapat noda semen. Rambut harus digunting dan diperiksa sebagai bukti. Periksa dan catat adanya memar, laserasi, dan daerah yang nyeri. Lampu Woods dapat dipakai untuk mencari adanya bercak semen. Daerah yang paling sering cedera adalah introitus posterior, himen, dan forniks posterior.

o Untuk memeriksa serviks dan vagina gunakan spekulum tanpa pelicin, cukup dengan dibasahi dengan air. Sperma dapat ditemukan dalam vagina dalam keadaan motil sampai 12 jam, sedangkan dalam serviks sampai 7 hari. Ambil spesimen untuk mencari sperma dengan kapas lidi dari daerah-daerah berikut:

1. Labia minor.

2. Forniks vagina untuk mencari sperma.

Pada masing-masing daerah diusapkan 2 kapas lidi. Satu kapas lidi langsung diusap di kaca obyek, keringkan, lalu tutup dengan kaca obyek lagi dengan diganjal lidi di antara kedua kaca tersebut (sehingga tidak saling bersentuhan maupun tergores dalam  penyimpanan). Masukkan kaca objek dalam amplop. Kemudian, keringkan kapas lidi dan simpan pula dalam amplop. Kedua amplop tersebut dikirim ke laboratorium forensik terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dalam bentuk ini, spesimen dapat  bertahan sekitar 1 bulan. Usapkan kapas lidi kedua di kaca obyek, tambahkan 1 tetes  NaCl 0,9%, lalu lakukan pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mencari adanya sperma. Dapat dipakai pewarnaan Giemsa (fiksasi dalam metil alkohol selama 3 menit) atau Papanicolau (fiksasi dalam alkohol 95% selama 15 menit), atau lainnya. Kemudian, masukkan kapas lidi dalam tabung berisi 1 ml NaCl 0,9% dan simpan dalam suhu 4-6oC jika akan dilakukan pemeriksaan kimiawi.

o Dapat dilakukan bilas vagina dengan NaCl 0,9% (4 ml) untuk mencari semen dengan alat khusus berbentuk seperti penyemprot/vaginal douche applicator atau dengan pipet.

o Selain untuk mencari sperma, dari apusan kapas lidi lakukan pemeriksaan Gram secara langsung dan kultur gonore pada perbenihan Thayer Martin atau New York City Medium bila fasilitas memungkinkan.

Pemeriksaan terhadap anak kecil harus ditemani orang dewasa yang dipercayainya,  bila perlu dapat dilakukan dalam pembiusan umum. Dapat dilakukan dalam posisi

litotomi, atau knee chest. Gambar bentuk-bentuk himen

(7)

Pemeri ksaan Rektal 

Dilakukan bila terdapat indikasi berdasarkan anamnesis pasien. Dilakukan inspeksi, apusan kapas lidi yang sudah dibasahi NaCl 0,9%, dan kultur gonore. Kapas lidi diusapkan terutama pada lipatan-lipatan mukosa (kripti), bukan di tengah anus.

Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan di atas, dapat dilakukan tes penentuan golongan darah, tes kehamilan, tes serologi untuk sifilis (VDRL, Wasserman, Kahn), dan tes toksikologi  bila terdapat indikasi.

Penatalaksanaaan

Secara garis besar meliputi 3 tujuan, yaitu pencegahan infeksi penyakit menular seksual, pencegahan kehamilan, dan penatalaksanaan trauma korban.

Infeksi yang dideteksi dalam 24 jam setelah kejadian sebagian besar telah diderita sebelum kejadian. Untuk mencegah penyakit menular seperti gonore dan sifilis,  berikan penisilin 4,8 juta unit atau amoksisilin 3 g dan probenesid 1 g at au seftriakson 250 mg intramuskular. Bila alergi penisilin, berikan spektinomisin 2 g intramuskular diikuti doksisiklin 100 mg 2 kali sehari peroral selama 7 hari. Wanita hamil diberikan eritromisin 500 mg 4 kali sehari selama 7 hari, sedangkan anak-anak 30-50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis. Pemberian tergantung pula pada hasil sensitivitas  bakteri lokal. Untuk klamidia dapat diberikan azitromisin 1 g dosis tunggal oral. Untuk anak-anak tidak direkomendasikan profilaksis, kecuali tersangka diketahui infeksi.

Pemeriksaan dan penatalaksanaan HPV, HIV, hepatitis dan hespes simpleks masih menjadi kontroversi karena masa latennya yang panjang.

Untuk mencegah kehamilan dapat diberikan pil kontrasepsi  pasca senggama bila masih dalam waktu yang ditentukan (keterangan mengenai pil yang digunakan dapat dibaca dalam subbab Kontrasepsi). Lakukan tes kehamilan yang efektif sebelum dilakukan pengobatan bila dicurigai terdapat kehamilan sebelumnya.

Trauma fisik umumnya. Bila perlu diberikan suntikan tetanus toksoid pada luka yang cukup dalam. Yang paling penting adalah trauma  psikologis yang diderita, biasanya terdiri dari fase akut dan fase jangka panjang. Mula-mula pasien dapat bersikap ekspresif, termasuk marah, sedih, dan ansietas,  atau bersikap terkontrol. Gangguan  paling umum diderita adalah somatisasi dan dapat berlangsung selama 3-6 bulan. Fase  jangka panjang dapat berlangsung bertahun-tahun, termasuk depresi,  disfungsi seksual, penyalahgunaan zat, percaya diri yang rendah, obesitas, dan nyeri panggul kronik. Dilakukan pemeriksaan ulang 7-14 hari kemudian untuk tes serologi dan kultur gonore tetap negatif, pasien tidak hamil, dan terapi psikologis yang diperoleh sesuai

(8)

Dalam kenyataannya, pengusutan terhadap kasus dugaan perkosaan oleh pihak Kepolisian telah menunjukkan betapa penting peran visum et repertum. Banyak berita mengenai kasus dugaan  perkosaan yang terpaksa kasus tersebut dihentikan pengusutannya oleh pihak Kepolisian disebabkan

hasilvisum et repertum tidak memuat keterangan mengenai tanda terjadinya persetubuhan. Orang tua korban dengan dibantu oleh sebuah lembaga perlindungan perempuan, berupaya agar pihak Kepolisian dapat meneruskan pengusutan kasus tersebut karena menurut keterangan lisan yang disampaikan dokter pemeriksa kepada keluarga korban menyatakan bahwa selaput d ara korban robek dan terjadi infeksi. Permintaan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti karena pihak Kepolisian mendasarkan

tindakannya pada hasil visum et repertum yang menyatakan tidak terdapat luka robek atau infeksi pada alat kelamin korban.

Perananvisum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus perkosaan menunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana perkosaan dari hasil pemeriksaan yang termuat dalam visum et repertum, menentukan langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus perkosaan.

Seringkali wanita yang menjadi korban tindak pidana perkosaan mengalami trauma yang sangat hebat sehingga tidak melaporkan kejadian yang baru dialaminya. Selain itu dapat juga dikarenakan adanya ketidaktahuan korban tindak pidana perkosaan itu sendiri atas perilaku atau  perbuatan pencabulan yang baru dialaminya. Hal ini dilatarbelakangi oleh aspek-aspek normatif

maupun aspek-aspek psikologis bagi korban yang telah terenggut masa depannya serta menimbulkan trauma yang mendalam sekaligus dampak sosiologis di masyarakat di mana korban tinggal.

Dalam kenyataannya tidak jarang pihak Kepolisian mendapat laporan dan pengaduan terjadinya tindak pidana perkosaan yang telah berlangsung lama. Dalam kasus yang demikian barang  bukti yang terkait dengan tindak pidana perkosaan tentunya dapat mengalami perubahan dan dapat kehilangan sifat pembuktiannya. Tidak hanya barang-barang bukti yang mengalami perubahan, keadaan korban juga dapat mengalami perubahan seperti telah hilangnya tanda-tanda kekerasan. Mengungkap kasus perkosaan yang demikian, tentunya pihak Kepolisian selaku penyidik akan melakukan upaya-upaya lain yang lebih cermat agar dapat ditemukan kebenaran materiil yang selengkap mungkin dalam perkara tersebut.

Sehubungan dengan peran visum et repertum yang semakin penting dalam pengungkapan suatu kasus perkosaan, pada kasus perkosaan dimana pangaduan atau laporan kepada pihak Kepolisian

(9)

 baru dilakukan setelah tindak pidana perkosaan berlangsung lama sehingga tidak lagi ditemukan tanda-tanda kekerasan pada diri korban, hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et repertum tentunya dapat berbeda dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan segera setelah terjadinya tindak pidana

 perkosaan. Terhadap tanda-tanda kekerasan yang merupakan salah satu unsur penting untuk

 pembuktian tindak pidana perkosaan, hal tersebut dapat tidak ditemukan pada hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et repertum. Menghadapi keterbatasan hasilvisum et repertum yang demikian, maka akan dilakukan langkah-langkah lebih lanjut oleh pihak penyidik agar dapat diperoleh kebenaran materiil dalam perkara tersebut dan terungkap secara jelas tindak pidana perkosaan yang terjadi.

C. Identifikasi Dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kenyataan mengenai pentingnya penerapan hasil visum et repertum dalam  pengungkapan suatu kasus perkosaan pada tahap penyidikan sebagaimana terurai diatas.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diangkat untuk selanjutnya diteliti dan dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan visum et repertum pada tahap penyidikan dalam mengungkap s uatu tindak  pidana perkosaan ?

2. Upaya apakah yang dilakukan penyidik apabila hasil visum et repertum tidak sepenuhnya mencantumkan keterangan tentang tanda kekerasan pada diri korban perkosaan ?

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apa makna istiqomah bagi santri Hamilil Qur’an dan (2) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi istiqomah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemilihan alat kontrasepsi pada wanita usia subur yang bersuami yang mempunyai dukungan rendah namun pemilihan alat kontrasepsinya yang

Walaupun interaksi antara ruang, frekuensi, dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi dengan uji Tukey (taraf 5%) menunjukkan bahwa pada

Demikian halnya dengan masyarakat Kota Denpasar sebagai konsumen dari media massa, majalah Playboy menjadi kantor tempat beroperasinya majalah tersebut karena Kota

Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kewenangan formal, karakteristik SIKD, peranan manajerial pengelola keuangan daerah dan kewenangan informal

Selama pengamatan di lokasi, pada jam breakfast banyak customer yang datang untuk menikmati sarapan pagi terutama di outlet coffee shop, dengan penempatan crew di

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media blokjes berpengaruh terhadap pemahaman operasi hitung matematika pada anak tunanetra