• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Wireless Functional Electrical Stimulator Menggunakan X-Bee Pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Wireless Functional Electrical Stimulator Menggunakan X-Bee Pro"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak–- Secara garis besar semua jenis gerakan itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu gerakan tubuh bagian atas (upper limb) dan bawah (lower limb). Semua jenis gerakan, termasuk berjalan, merupakan hasil dari sebuah proses rumit yang melibatkan otak, sumsum tulang belakang, saraf perifer, otot, tulang dan sendi. Paralyzed lower limbs adalah suatu kondisi klinis pada pasien yang berupa kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah. FES (Functional Electrical Stimulator) adalah merupakan salah satu divais yang dipergunakan sebagai metode terapi restorasi gerakan pasien dengan paralyzed lower limbs untuk mengaktifkan jaringan motoriknya, sehingga pasien dapat berjalan. Harapan utama dari penelitian ini adalah adanya disain sistem FES dengan komunikasi data tanpa kabel. Dengan Wireless FES yang menggunakan X-Bee Pro, diharapkan dapat semakin memudahkan dan mempercepat proses restorasi kelumpuhan pasien bagian bawah.

Kata Kunci— Saraf perifer, paralyzed lower limbs, Functional Electrical Stimulator, restorasi.

I. PENDAHULUAN

unctional electrical stimulator (FES) telah banyak

diteliti untuk digunakan dalam merestorasi kemampuan motorik pada pasien yang mengalami kerusakan pada susunan syaraf pusat yang diakibatkan oleh spinal cord injury (SCI) maupun stroke. Penelitian mengenai FES pada level klinis mencakup restorasi kemampuan gerak dari alat-alat gerak manusia bagian atas (upper limb) maupun bawah (lower limb) dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggenggam (grasping) [1], [2], berdiri (standing) dan berjalan (gait) [2], [3]. Di Indonesia, banyak penderita kelumpuhan yang mengalami kehilangan kemampuan berjalan yang diakibatkan oleh gangguan sistem syaraf motorik akibat

spinal cord injury atau kerusakan pada otak (brain damage). Oleh karena itu FES sangat potensial untuk

dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu metode rehabiltasi sistem motorik.

Aplikasi FES untuk restorasi kemampuan berjalan pada level klinis pada umumnya menggunakan sistem yang ditrigger secara manual dengan menerapkan kendali open-loop. Sistem ini banyak diapakai karena sederhana dan mudah diaplikasikan. Pada dasarnya, sebuah open-loop FES tidak memanfaatkan muscle

model untuk memprediksi pola dari intensitas stimulasi

listrik. FES sistem dengan kendali open-loop dapat

menghasilkan gerakan yang baik hanya dalam kondisi

musculo-skeletal system yang dikontrol tidak

mengalami gangguan. Gerakan organ tubuh manusia yang diaktifkan oleh FES membutuhkan suatu metode pengendalian yang handal sehingga dapat menghasilkan gerakan yang diinginkan. Akan tetapi mengendalikan gerakan organ tubuh manusia yang diaktifkan oleh FES adalah sulit dan sangat kompleks dikarenakan nonlinearitas dari respon neuro-muscular system, variasi dari respon musculo- skeletal system terhadap stimulasi listrik, time delay yang panjang, dan gejala kelelahan (muscle fatigue). Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan- kesulitan dalam pengendali FES maka digunakan closed-loop control untuk menghasilkan gerakan yang akurat.

Pengembangan FES system dalam penelitian ini dalam rangka menjawab permasalahan kurangnya sarana rehabilitasi motorik dan merupakan tindak lanjut dalam memasyrakatkan FES ke level klinis dengan cara menggunakan closed-loop control. Sistem typical

closed-loop FES terdiri dari kontroler, stimulator dan

sistem sensor, seperti pada Gambar 1. Sistem yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi beberapa subsistem yang digambarkan dalam Gambar 2.

Gambar 1. Diagram sebuah closed-loop FES system

Gambar 2. Sistem yang akan dikembangkan

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah perancangan dan implementasi subsistem pendukung dari closed-loop FES system yang meliputi: - Perancangan dan implementasi metode kendali FES. - Perancangan dan implementasi portable sensor

system dengan menggunakan fusi sensor-sensor

++++ −−−− error Musculo-skeletal System ΣΣΣΣ Controller θtarget θ Stimulator Sensor Closed-loop FES System Sensor System

Control Method Stimulator & Controller

Desain Wireless Functional Electrical Stimulator

Menggunakan X-Bee Pro

Bambang Supeno*, Rachmad Setiawan, Achmad Arifin

Bidang Keahlian Teknik Elektronika, Program Pascasarjana Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

* bambang.supeno10@mhs.ee.its.ac.id

(2)

mekanik dengan ukuran miniatu dan accelerometer.

- Perancangan dan implementasi

stimulator dan rangkaian p mikrokontroler ATMega8.

II. TINJAUAN PUST Hilangnya sinyal perintah moto otot pada pasien lumpuh dap menggantikan sinyal perintah ters stimulasi elektrik buatan (a

stimulation) yang diaplikasikan pad

(peripheral nervous system) atau ot buatan ini bekerja dengan cara yang perintah motorik dari otak, mengha untuk menghasilkan gaya otot yan gerakan. Metoda ini disebut dengan

stimulation, selanjutnya disebut F

untuk menghasilkan kontraks mengembalikan fungsional geraka FES digunakan sebagai ortosis yan terapi terhadap kelumpuhan yang dapat menghasilkan indirect contro otot dan gerakan, dan berkontribu sistem neural yang mengalam Kontribusi FES dalam normali tersebut disebabkan motorik respo dan berulang terhadap sinyal stim diterapkan secara terprogram d jangka yang panjang. Riset klin restorasi gerakan dengan FES meli gerakan fungsional dalam kehidupa menggenggam (grasping)[3],[4], b (standing and gait) [1], [4].

Gerakan manusia yang d membutuhkan metoda kendali ya dapat merestorasi kemampuan g diinginkan. Akan tetapi mengendali badan dengan FES adalah tug kompleks, dikarenakan oleh nonli

neuro-musculo-skeletal [5]-[7], va

[8], waktu jeda dan kelelahan otot faktor inter-subject variability, m yang tepat untuk seorang pasien dirinya sendiri dan dapat diperoleh melalui langkah eksperimen. P aplikasi metoda kendali FES untu meliputi metoda kendali open-loo [10]-[14], dan closed-loop control

closed-loop control telah dan sed

aplikasi FES pada level klini menggunakan sistem sederhana

open-loop control. Hal ini dikarena system yang sedang diteliti masi

keseluruhan kriteria kehandalan d aplikasi klinis. Sistem dengan open dipakai karena sederhana dan muda Secara konseptual, diagram co diperlihatkan pada Gambar 3. Deng yang sudah ada dan dikontro

cycle-to-cycle tersebut, diharapkan

dapat bergerak sesuai dengan gerak

iatur, yakni gyroscope asi portable electrical

pengendali berbasis

STAKA

torik dari otak menuju apat diatasi dengan tersebut dengan sinyal

artificial electrical

ada susunan syaraf tepi otot. Stimulasi elektrik ang sama dengan sinyal hasilkan kontraksi otot yang dibutuhkan untuk an functional electrical t FES, dengan tujuan

ksi muskular dan kan [1]. Secara klinis ang menghasilkan efek g diderita pasien. FES

trol terhadap kontraksi

busi untuk normalisasi lami kerusakan [2].

alisasi sistem neural spon yang terprogram timulasi elektrik yang dan berulang dalam linis dasar mengenai elibatkan beberapa tipe

pan sehari-hari, seperti ], berdiri dan berjalan

diimbas oleh FES yang cocok sehingga gerak seperti yang alikan gerakan anggota ugas yang sulit dan nlinearitas dari sistem varibalitas respon otot tot [6],[9]. Oleh karena maka parameter FES en hanya cocok untuk leh melalui identifikasi Penelitian mengenai ntuk restorasi gerakan

loop control [1], [4],

[15]-[19]. Walaupun sedang diteliti, namun linis pada umumnya

na dan dikendalikan nakan closed-loop FES asih belum memenuhi n dan integrasi dalam

en-loop control banyak

dah diaplikasikan. control cycle-to-cycle engan FES gait pattern

trol dengan metode an penderita paralyzed rakan individu normal.

Aturan burst duration stimul ini yang dihasilkan:

TB[N] = TB[N-Dimana TB[n-1] adalah besar sebelumnya, ¨TB[n] adalah n

kontroler.

Gambar 3. Diagram konseptual Pencarian metode kenda efektif melibatkan dua

trajectory-based control da Trajectory-based control, wa

oleh Kubo dkk [15], nam pengendalian single-joint (k pengujian dengan two-joint m

joints), tidak bisa mengkomp

satu joint terhadap joint yang penelitian Hatwell dkk [1

feasibility dari trajectory-ba

jelas, dalam beberapa ka walaupun metode ini diwu

controller.

Boost Converter atau st to dc converter yang ber

tegangan dc menjadi level tinggi. Prinsip kerja dari ran saklar S tertutup, sebagaiman arus akan mengalir melewati i tersimpan di induktor L. Pada akan mengalir melewati diod sehingga kapasitor tersisi berfungsi sebagai pompa yan saat saklar S tertutup dan kapasitor C ketika saklar S kembali tertutup maka akan te pada induktor L dan energ kapasitor C saat saklar S te kapasitor menjadi 2 Vs. K kapasitor C akan terus berta energi yang dialirkan dari ind

Gambar 4. Rangkaian d III. PERANCANGANAL Berikut adalah diagram FES, terlihat pada Gambar 5 bagian utama. Bagian pertam dengan PC (personal compu dua terhubung ke kaki pa

ulasi TB[n] pada cycle saat

-1] +¨TB[N]

sar burst duration pada cycle h nilai yang dihasilkan oleh

ual control cycle-to-cycle [24] dali untuk FES gait yang metoda kendali yakni dan cycle-to-cycle control. walau dapat dibuktikan stabil namun itu terbatas untuk

knee joint control). Pada t movements (knee and ankle

mpensasi pengaruh gerakan ng lain. Hasil pengujian pada

[16] menunjukkan bahwa

based control masih belum

kasus mengalami osilasi, wujudkan dengan adaptive

step up converter adalah dc

berfungsi menaikkan level el tegangan dc yang lebih rangkaian ini adalah, ketika

ana terlihat pada Gambar 4, ti induktor L dan energi akan da saat saklar S terbuka, arus iode D menuju kapasitor C i sebesar Vs. Induktor L yang menerima energi pada

an mengalirkan energi ke S terbuka. Ketika saklar S n terjadi penyimpanan energi

ergi ini akan dialirkan ke terbuka, sehingga tegangan . Kenaikan tegangan pada ertambah dengan pemberian

nduktor.

n dasar boost converter

LATWIRELESS-FES m blok dari sistem Wireless r 5, yang terbagi dalam dua tama adalah yang terhubung

puter), sedangkan bagian ke

(3)

paralyzed. Kontrol utama atau start awal terletak pada

PC, sehingga selama tombol start belum diaktifkan, walau sistem FES sudah standby, tidak terjadi proses pengiriman dan penerimaan data.

Proses penerimaan dan pengiriman data terjadi dengan menggunakan protokol untuk setiap mikrokontroler yang menangani pengambilan data sensor dan pengiriman perintah ke mikrokontroler yang menangani kontrol FES. Adapun protokol yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan huruf ’a’, maka mikrokontroler slave akan mengambil data dari gyro untuk sumbu x dan mengirimkannya ke komputer dengan data biner.

• Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan huruf ’b’, maka mikrokontroler slave akan mengambil data dari gyro untuk sumbu y dan mengirimkannya ke komputer dengan data biner.

• Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan huruf ’c’, maka mikrokontroler slave akan mengambil data dari accelerometer untuk sumbu x dan mengirimkannya ke komputer dengan data biner. • Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan

huruf ’d’, maka mikrokontroler slave akan mengambil data dari accelerometer untuk sumbu y dan mengirimkannya ke komputer dengan data biner. • Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan

huruf ’e’ dan diikuti oleh data, maka komputer memerintahkan mikrokontroler slave yang menangani lebar pulsa FES untuk mengeluarkan pulsa-pulsa FES dengan lebar seperti yang diperintahkan komputer. • Pada saat komputer mengirimkan data serial dengan

huruf ’f’ dan diikuti oleh data, maka komputer memerintahkan mikrokontroler slave yang menangani amplitudo FES untuk mengeluarkan tegangan FES sesuai dengan yang diperintahkan komputer.

IV. HASIL DISAIN DAN PENGUJIANALAT Selanjutnya, berdasarkan diagram blok disain pada Gambar 5, dibuat rangkaian wireless FES dengan menggunakan komponen utama IC X-Bee Pro sebagai tranciever data. Bagian pertama adalah mewujudkan rangkaian interface yang akan menghubungkan PC dengan bagian transceiver X-Bee Pro, sebagaimana terlihat pada Gambar 6 dan 7. IC TC232CPE merupakan perangkat yang memiliki dual transceiver RS-232, yang sesuai dengan pedoman EIA/TIA RS232E serta ideal untuk semua jenis link komunikasi yang menggunakan RS232. Perangkat ini beroperasi dengan catu daya 5V dan berisi dua konverter tegangan yang menghasilkan pasokan listrik ± 10V. TC232CPE ini memiliki empat tingkat translator/konverter. Dua diantaranya adalah pemancar RS-232 yang mengkonversi tingkat masukan TTL/CMOS ke tingkat keluaran RS-232. Dua konverter lainnya adalah penerima RS-232 yang mengkonversi masukan RS-232 untuk tingkat keluaran 5V pada TTL/CMOS. Penerima memiliki ambang batas nominal 1.3V, histeresis tipikal 0.5V, dan dapat beroperasi dengan range tegangan input sampai ± 30V. Foto dari alat Interface to RS 232 diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 5. Diagram Blok Sistem Wireless FES

Gambar 6. Interface RS232 dan Tx-Rx X-Bee Pro (master)

Gambar 7. Rangkaian Rx-Tx X-Bee Pro (slave)

Gambar 8. Foto Rangkaian Interface RS232 dan Tx-Rx X-Bee Pro (master)

Gambar 9. Rangkaian ADC0820 dan MUX4051

Gambar 10. Foto Rangkaian Rx-Tx X-Bee Pro (slave) dan ADC0820/MUX4051

(4)

TABEL 1. LOGIKA SEKUENSIAL PADA M

RF Module merupakan sebuah

modul yang dapat dengan mud dengan berbagai macam mik

frequency tranciever ini merupakan

terdiri dari RF receiver dan RF sistem interface serial UART asyn pertama yang harus dilakukan dala

Module agar dapat melakukan komu

adalah melakukan setting konfigura Proses konfigurasi ini dapat dilakuk X-CTU yang merupakan software a

RF Module. Cara lain untuk mela

dilakukan melalui hyperterminal

setting konfigurasi address melalu

dua metode. Metode pertama

percommand dan metode kedu command on one line.

ADC0820 mempunyai data tinggi dan catu daya tunggal. Adapu teknis ADC0820 adalah sebagai ber (VCC) = Tegangan referensi (Vre

track-and-hold yang terintegrasi. clock eksternal. Memiliki tiga o Mode,WR-RD (Write-Read) Mod Alone Operation. Waktu Konvers Mode dan 1,5 ms pada Write-Read Stand Alone Operation. Range inpu

(dengan VCC = +5 VDC). Selisih h penghitungan maksimum 1 LSB (se menggunakan VCC = +5 VDC). T pengaturan zero atau full-scale paralel dengan level tegangan CMO

Multiplekser analog 4051 ad penyaluran data (analog) dari sejum kanal keluaran. Pemilihan salah dihubungkan ke saluran ditentukan spesifik, yang ditunjukkan pada Ta kode biner menunjukkan atau me 001 maka berarti sinyal yang dihu keluaran adalah sinyal informasi dalam pencacah biner 3 bit. Da (GYRO Y). Bagian multiplekser in masukan, yaitu pin 13 dan 14 men gyrometer (GYRO X dan Y) sedan menerima masukan dari accelerato Baik gyro mau acc, keduanya tertem kaki pasien. Rangkaian ADC08 diperlihatkan pada Gambar 9, dan fo pada Gambar 10.

Berikutnya adalah rangk stimulator/FES. Bagian ini adalah m inti dari Functional Electrical Stim mampu menghasilkan sinyal kelu pulsa. Sebagai pulse generator, mikrokontroler 892051, khususnya Skema rangkaian pembangkit pul

MULTIPLEKSER 4051

ah wireless embedded udah di-interface-kan ikrokontroler. Radio kan sebuah modul yang

F transmitter dengan synchronous. Langkah

alam menggunakan RF munikasi point to point urasi alamat (address). kukan melalui software e aplikasi khusus untuk elakukan setting dapat

al. Untuk melakukan

alui hyperterminal ada a disebut one line dua disebut multiple

8-bit, berkecepatan apun fitur & spesifikasi berikut. Tegangan kerja ref) = +5VDC. Fungsi si. Tidak memerlukan operasi: RD (Read)

ode, WR-RD Stand

rsi 2,5 ms pada Read

ead Mode dan WR-RD

put 0 VDC hingga +5 V hasil pengukuran dan (sekitar 20 mV dengan Tidak membutuhkan

le adjust. Antarmuka

OS atau TTL.

adalah suatu sistem jumlah n kanal ke satu lah satu kanal untuk an oleh kode biner yang Tabel 1. Misalnya, saat mempunyai kombinasi ihubungkan ke saluran asi yang kedua yaitu Dalam hal ini pin 14 ini menerima beberapa

enerima masukan dari dangkan pin 12 dan 15 rator (ACC X dan Y). tempel pada bagian otot

0820 dan MUX4051 n foto alat diperlihatkan

gkaian pembangkit h merupakan rangkaian

timulator (FES), yang

eluaran dalam bentuk , digunakan sebuah ya pada pin 11 (P3.7). ulsa FES ditunjukkan

pada Gambar 11 dan pemban Gambar 12 di bawah in diperilhatkan pada Gambar 13

Gambar 11. Rangkaian P

Gambar 12. Rangkaian Pem

Gambar 13. Foto rangkai dan amplitu Keluaran pin 11 dari dipisah menjadi 2 jalur, salah sebuah transistor penguat Sedangkan yang lain, lebih da CMOS 4069 (U4A) sebelum penguat npn BD139 juga (Q kedua ini keluaran kole menggunakan penguat pn Akibatnya, bagian ini dikom P2, sehingga mengasilkan p besar, dan difungsikan sebaga Sebagai alat pendeteks dipergunakan sensor gyro-a diperlihatkan pada Gambar 1 bentuk kecil 4 mm x 4 mm x daya rendah, 3 aksis dengan o pengkondisi sinyal. Sensor dengan range full scale min dapat mengukur akselerasi s aplikasi tilt sensing sama ba akselerasi dinamis dari moti Foto rangkaian sensor diperlh

Gambar 14. Sensor Gyr diagram blok fungsi

bangkit amplitudo FES pada ini. Foto dari alat FES 13.

n Pembangkit Pulsa FES

embangkit Amplitudo FES

kaian pembangkit pulsa litudo FES

ri mikrokontroler langsung ah satunya disalurkan melalui t npn tipe BD139 (Q4). dahulu dibalik oleh inverter um akhirnya dilewatkan ke

(Q3). Bedanya, pada bagian olektor Q3 dibalik lagi pnp dari 2SA1265 (P2). ombinasikan dengan Q4 dan pulsa keluaran yang lebih agai sebuah boost converter.

ksi gerakan lower limb, accelerometer ADXL335, r 14. Sensor ini mempunyai x 1.45 mm, tipis, konsumsi output yang sudah melewati or ini mengukur akselerasi

inimum 3g. Sensor ini juga statis dari gravitasi dalam baiknya dalam pengukuran

otion, shock atau vibration.

rlhatkan pada Gambar 15.

yro-Accelerometer dan gsional ADXL335

(5)

Sebelum Wireless-FES diaplikasikan secara eksperimen kepada pasien, maka terlebih dahulu perangkat tersebut harus diuji-coba. Tahap awal adalah dilakukan beberapa pengukuran rangkaian. Hasil Pengukuran FES dengan menggunakan osiloskop digital TDS 2014 ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 15. Foto rangkaian sensor Gyro-Accelerometer ADXL335 bagian pertama dan kedua

Gambar 16. Output dari FES menggunakan osiloskop

Grafik 1. Sudut accelerometer terhadap sumbu X dan Y untuk perubahan tiap 10 derajat.

Grafik 2. Sudut accelerometer terhadap sumbu X dan Y untuk perubahan tiap 5 derajat.

V. KESIMPULAN

Dari hasil pengukuran pada stimulator dengan menggunakan osiloskop digital, terlihat bahwa keluaran FES berupa pulsa, yang lebar dan level pulsanya dapat diatur dengan menggunakan PC. Kemudian pengukuran juga dilakukan pada bagian sensor ADXL335, yang dilakukan dalam dua macam perubahan sudut. Pada Grafik 1, diperlihatkan adanya pengukuran denan perubahan tiap 10϶, dan pada Grafik 2, diperlihatkan adanya pengukuran denan perubahan tiap 5϶. Akhirnya, diperoleh adanya perubahan sudut yang lebih maksimal pada perubahan sudut setiap 5϶͘ Dari dua hasil pengukuran tersebut, terbukti pula bahwa perangkat

tranciever X-Bee Pro dapat berfungsi dan berhasil

mentransfer data dengan baik. Yaitu, dari PC (master) menuju pasien (slave) dan sebaliknya.

REFERENCES

[1] A Kralj and T Bajd, “Functional Electrical Stimulation: Standing and Walking after Spinal Cord Injury,” CRC Press, Boca Raton, 1989.

[2] L. Vodovnik, T. Bajd, A. Kralj, F. Gracanin, P. Strojnik, “Functional Electrical Stimulation for Control of Locomotor System,” CRC Critical Review in Biengineering, pp. 63-131, 1981.

[3] N. Hoshimiya, A. Naito, M. Yajima, and Y. Handa, “A Multichannel FES System for the Restoration of Motor Function in High Spinal Cord Injury Patients,” IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 36, pp. 754-760, 1989.

[4] A. Arifin, T. Watanabe, and N. Hoshimiya, ''Design of Fuzzy Controller of the Cycle-to-Cycle Control for Multi-joint Movements of Swing Phase of Hemiplegic Gait Induced by FES,'' IEICE Trans. Information and Systems, Vol. E89-D, No. 4, pp.1525-1533.

[5] P.E. Cargo, P. H. Peckam, and G. B. Thrope, “Modulation of Muscle Force by Rectruitment During Intrmuscular Stimulation,” IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. BME-27, pp. 679-1980.

[6] M. Levy, J. Mizrahi, and Z. Susak, “Recruitment, Force, and Fatigue Characteristics of Quadriceps Muscles of Paraplegics Isometrically Activated by Surface Functional Electrical Stimulation,” J. Biomed. Eng.., vol. 12, pp. 150-156, 1990. [7] M. Ferrarin, A. Pedotti, “The Relationship between Electrical

Stimulus and Joint Torque: A Dynamic Model,” IEEE Trans. Rehabl. Eng., vol. 8, pp. 342-352, 2000.

[8] A. Trnkoczy, “Varibiality of Electrically Evoked Muscle Contraction with Special Regard to Closed-loop Control Orthosis,” Ann. Biomed. Eng., vol. 2, pp. 226-238, 1974. [9] B.J. Bigland-Ritchie, F. Fulbrush, and J. J. Woods, “Fatigue of

Intermittent Sub-maximal Voluntary Controctions: Central and Peripheral Factors,” J. App. Physiol., vol. 61, pp. 421-429, 1986. [10] D. R. Mc Neal, R. J. Nakai, P. Meadow, and W. Tu, “Open-loop Control of Freely-swinging Paralyzed Leg,” IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 36, pp. 895-905, 1989.

[11] H. J. Chizeck, R. Kobetic, E. B. Morales, J. J. Abbas, I. H. Donner, and E. Simon, “Control of Functional Neuromuscular Stimulation System for Standing and Locomotion in Paraplegics,” Proc. IEEE, vol. 76, pp. 1155-1165, 1988. [12] G. T. Yamaguchi, and T. Zajack, “Restoring Unassisted Natural

Gait to Paraplegia via Functional Neuromuscular Stimualtion: A Computer Simulation Study,” IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 37, pp. 886-902, 1990.

[13] J. M. Hausdroff and W. K. Durfee, “Open-loop Position Control of the Knee Joint Using Electrical Stimulation of the Quadriceps and Hamstrings,” Med. & Biol. Eng. & Computing., vol. 29, pp. 269-280, 1991.

[14] R. Kobetic and E. B. Marsolais, “Synthesis of Paraplegic Gait with Multichannel Functional Neuromuscular Stimulation,” IEEE Trans. Rehabl. Eng., vol. 2, pp. 66-78, 1994.

[15] K. Kubo, K. Fujita, N. Itakhura, Y. Iguchi, and H. Minatami, “Simultaneous Closed-loop Control of Knee and Ankle Joints Using Functional Electrical Stimulation,” IEICE Trans. Inf. &. Syst., vol. J71D, pp. 2197-2204, 1998 (in Japanese).

[16] M. S. Hatwell, B. J. Oderkerk, C. A. Sacher, and G. F. Inbar, “The Development of a Model Target Adaptive Controller to Control Knee Joint of Paraplegic,” IEEE Trans. Automatic Control, vol. 36, pp. 683-691, 1991.

[17] J. J. Abbas and H. J. Chizeck, “Neural Network Control of Functional Neuromuscular Stimulation System: Computer Simulation Studies,” IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 42, pp. 1117-1127, 1995.

[18] G. W. Chang, J. Luh, G. Liao, J. Lai, C. Cheng, B. Kuo, and T. Kuo, “A Neuro-Control System for the Knee Joint Position Control with Quadriceps Stimulation,” IEEE Trans. Rehabl. Eng. Vol. 5, pp. 2-10, 1997.

[19] Y. Chen, S. Chen, W. Chen, C. Hsiao, T. Kuo, and J. Lai, “Neural Network and Fuzzy Control in FES-assisted Locomotion for the Hemiplegic,” J. Med. Eng. & Tech., vol. 28, pp. 32-38, 2004.

[20] J. Xu, T. H. Lee, H. W. Zhang, “Analysis and Comparison of Iterative Learning Control Schemes,”Eng. App. AI., vol. 17, pp. Ϭ ϭϬ ϮϬ ϯϬ ϰϬ ϱϬ ϲϬ ϳϬ ϴϬ ϵϬ Ϭ ϮϬ ϰϬ ϲϬ ϴϬ ϭϬϬ ϭϮϬ ϭϰϬ ϭϲϬ ϭϴϬ ϮϬϬ ^ ƵŵďƵy ^ ƵŵďƵz ^ ƵĚƵƚ;ʹ) Ϭ ϭϬ ϮϬ ϯϬ ϰϬ ϱϬ ϲϬ ϳϬ ϴϬ ϵϬ Ϭ ϮϬ ϰϬ ϲϬ ϴϬ ϭϬϬ ϭϮϬ ϭϰϬ ϭϲϬ ϭϴϬ ϮϬϬ ^ ƵŵďƵ y ^ ƵŵďƵ z ^ ƵĚƵƚ;ʹ)

(6)

675–686, 2004.

[21] H Dou, K. K. Tan, T. H. Lee, and, Z. Zhou, “Iterative learning feedback control of human limbs via functional electrical stimulation,” Control Engineering Practice, vol. 7, pp. 315-325, 1999.

[22] A. Arifin, H. Saito, T. Watanabe, “An Error Reduction Method of Portable, Low-Cost Joint Angle Sensor System for Human Movement Measurement and Control,” IEICE Technical Report, MBE2008-69, pp.31-34, 2008.

[23] H. Saito, T. Watanabe, A. Arifin, “Ankle and Knee Joint Angle

Measurements during Gait with Wearable Sensor System for Rehabilitation,” Proc. World Congress on Medical Physics and Biomedical Engineering 2009, Munich, Germany, pp. 506-509, 2009.

[24] Arifin, Ahmad, Watanabe, Takashi, Matsuko, “Application of

Knowledge Engineering and Fuzzy System in Realizing Cycle-to-Cycle Control Method for Swing Phase of FES-Induced Gait,” 3rd International Symposium on Medical, Bio and Nano-Electronics, Japan, 2008.

Gambar

Gambar 1. Diagram sebuah closed-loop FES system
Gambar 3. Diagram konseptual
Gambar 10. Foto Rangkaian Rx-Tx X-Bee Pro (slave) dan  ADC0820/MUX4051
Gambar 11.  Rangkaian P
+2

Referensi

Dokumen terkait

8. Dijadikan pedoman, panduan, dan rambu-rambu bagi semua pemangku kepentingan internal, serta dijadikan acuan perumusan renstra, pelaksanaan kegiatan, ketercapaian tujuan

Sebagaimana Islam telah mensyaratkan poligami dengan kewajiban berbuat adil dan membatasi jumlah istri empat orang saja, Islam juga memberikan hak kepada perempuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara penguasaan simple past tense dan kemampuan menulis teks narrative oleh siswa kleas duabelas MAN 01 Pati tahun

Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik yang dimiliki individu

Transverse friction merupakan suatu tehnik manipulasi yang bertujuan untuk melepaskan perlengketan, memperbaiki sirkulasi darah, dan menurunkan rasa nyeri secara

Kalimat [14] diisi oleh nomina Dia yang berfungsi sebagai subjek, diisi oleh verbal tidak bertahan yang berfungsi sebagai predikat, dan diisi frasa Nominal dalam kepakatan

Hasil penelitian juga dari Harisman dan Dina (2012) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu di Desa Mualag Kecamatan Kotabumi Selatan

Hasil studi menunjukkan bahwa Esties’S Orchid menggunakan tunas muda sebagai bahan perbanyakan anggrek Dendrobium secara in vitro yang diinduksi pada media Vacin