• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) laporan keuangan adalah:

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dan memiliki tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik”.

Adapun pengertian laporan keuangan menurut Martono dan Agus (2010:51) “laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”.

Sedangkan menurut Fahmi (2011:2) laporan keuangan adalah “suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah informasi mengenai keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu dan informasi tersebut dapat dijadikan acuan mengenai kinerja dari perusahaan tersebut.

(2)

2.1.1.1 Komponen Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) komponen laporan keuangan terdiri dari:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode d. Laporan arus kas selama periode

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain.

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.1.2 Manfaat Laporan Keuangan

Menurut Martono dan Agus (2010:52) laporan keuangan yang baik dan akurat dapat memberikan manfaat antara lain dalam:

1. Pengambilan keputusan investasi 2. Keputusan pemberian kredit 3. Penilaian aliran kas

4. Penilaian sumber ekonomi

(3)

6. Menganalisis perubahan yang terjadi terhadap sumber dana 7. Menganalisis penggunaan dana

Sedangkan menurut Fahmi (2011:4) manfaat laporan keuangan adalah “untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya”. 2.1.1.3 Pengguna dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2015) terdapat beberapa pengguna laporan keuangan dengan kebutuhan informasi yang berbeda yaitu:

a. Investor

Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.

(4)

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup entitas.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

(5)

g. Masyarakat

Entitas dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.2 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Gumanti (2011:111) analisis rasio keuangan adalah: “Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menganalisis prestasi usaha suatu perusahaan. Analisis ini didasarkan pada data-data historis yang tersaji dalam laporan keuangan, baik neraca, laporan laba rugi, maupun laporan arus kas”.

Adapun menurut Sudana (2011:20) analisis rasio keuangan adalah sebagai “salah satu cara memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaann adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan”.

Sedangkan menurut Sutrisno (2012:212) analisis rasio keuangan adalah:

“Menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan keuangan seperti elemen-elemen dari berbagai aktiva satu dengan lainnya, elemen-elemen pasiva yang satu dengan lainnya, elemen aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan dengan elemen-elemen laporan rugi/laba”.

Menurut Martono dan Agus (2010:50) sumber analisis rasio keuangan dapat dibedakan:

(6)

1. Perbandingan internal (internal comparison), yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.

2. Perbandingan eksternal (external comparison) dan sumber-sumber rasio industri, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

2.1.2.1 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan menurut Fahmi (2011:109) yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.

(7)

2.1.2.2 Jenis Rasio Keuangan

Menurut Martono dan Agus (2010:53) terdapat empat jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Keempat rasio keuangan tersebut adalah:

a. Rasio Likuiditas

Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.

b. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas dikenal juga sebagai rasio efesiensi, yaitu rasio yang mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya.

c. Rasio Leverage

Rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).

d. Rasio Profitabilitas

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.

(8)

2.1.3 Variabel Penelitian 2.1.3.1 Likuiditas

2.1.3.1.1 Pengertian

Likuiditas adalah “rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya” (Fahmi, 2011:121). Adapun pengertian likuiditas yang di kemukakan oleh Sutrisno (2012:14) adalah:

“Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas berhubungan dengan masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada perusahaan, artinya semakin tinggi likuiditas semakin percaya para kreditor jangka pendek. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva yang mudah dijadikan uang tunai, seperti kas, surat berharga, piutang, dan persediaan”.

Menurut Martono dan Agus (2010:55) likuiditas adalah “indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva yang tersedia”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo atau hutang-hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya.

2.1.3.1.2 Ukuran Rasio Likuiditas

Menurut Sutrisno (2012:60) likuiditas dapat diukur melaui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Current Ratio

b. Quick Ratio atau Acid Test Ratio c. Cash Ratio

(9)

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio (CR). Dimana current ratio (CR) menurut Sutrisno (2012:60) adalah:

“Rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Hutang jangka pendek disini meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar”.

Sedangkan menurut Fahmi (2011:121) current ratio (CR) adalah “ukuran yang umum digunakan atau solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo”.

Adapun rumus untuk menghitung current ratio (CR) menurut Sudana (2011:21) adalah:

2.1.3.2 Aktivitas

2.1.3.2.1 Pengertian

Menurut Sutrisno (2012:219) “aktivitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya”. Adapun menurut Martono dan Agus (2010:56) aktivitas adalah:

Activity ratio mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran”.

(10)

“Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menggunakan sumber dana yang dimilikinya secara optimal guna memperoleh hasil yang maksimal.

2.1.3.2.2 Ukuran Rasio Aktivitas

Menurut Sutrisno (2012:221) aktivitas dapat diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Inventory Turnover

b. Average Day Sell Inventory c. Receivable Turnover

d. Receivable Collection Period e. Fixed Assets Turnover f. Total Assets Turnover

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas adalah total assets turnover (TATO). Dimana pengertian total assets turnover (TATO) menurut Fahmi (2011:135) adalah “rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif”.

Sedangkan menurut Sutrisno (2012:221) total assets turnover (TATO) adalah “ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

(11)

Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya”.

Adapun rumus untuk menghitung total assets turnover (TATO) menurut Sudana (2011:22) adalah:

2.1.3.3 Profitablitas

2.1.3.3.1 Pengertian

Menurut Fahmi (2011:135) profitabilitas adalah:

“Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dan ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik pula tingkat kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan”

Adapun pengertian profitabilitas menurut Sutrisno (2012:16) adalah “kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya”.

Sedangkan menurut Martono dan Agus (2010:53) profitabilitas adalah “rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

(12)

2.1.3.3.2 Ukuran Rasio Profitabilitas

Menurut Sutrisno (2012:222) rasio profitabilitas dapat diukur melalui beberapa indikator sebagai berikut:

a. Gross Profit Margin b. Profit Margin c. Net Profit Margin d. Return On Assets e. Return On Equiy f. Return On Investment g. Earning Per Share

Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets (ROA). Dimana pengertian return on assets (ROA) menurut Sudana (2011:22) adalah:

“ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk meghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efesiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan”.

Sedangkan menurut Sutrisno (2012:222) return on assets (ROA) adalah “ukuran kemampuan perusahaan dan menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”.

Adapun rumus untuk menghitung return on assets (ROA) menurut Sudana (2011:22) adalah :

(13)

2.1.3.4 Kebijakan Dividen Kas

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi dalam bentuk dividen atau tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan (Sutrisno, 2012:266). Sedangkan dividen kas menurut Weygandt et al. (2011:513) adalah “dividen yang dibagikan dengan rata dalam bentuk tunai kepada pemegang saham”. Adapun pengertian kebijakan dividen menurut Martono dan Agus (2010:253) adalah:

“Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.

Sedangkan menurut Sudana (2011:167) kebijakan dividen adalah “kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham”.

Adapun perhitungan dividend payout ratio (DPR) menurut Sudana (2011:24) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Sudana (2011:24) dividend payout ratio (DPR) adalah:

“Rasio yang mengukur berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan”.

(14)

Sedangkan menurut Sutrisno (2012:266) dividend payout ratio (DPR) adalah “prosentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen”.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat kita lihat kebijakan dividen merupakan merupakan salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajemen dan besarnya tecermin dalam dividend payout ratio (DPR). Manajemen harus memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau tidak dibagi yakni dalam bentuk laba ditahan.

2.1.3.4.1 Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sutrisno (2012:267) faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain :

a. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.

b. Posisi Likuiditas Perusahaan

Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang

(15)

kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya memiliki dividend payout ratio kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

c. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana dari dalam perusahaan dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

d. Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan

(16)

perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut dapat dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga sapat diperoleh dari internal resources berupa memeperbesar laba ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio-nya.

e. Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang memengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen.

f. Stabilitas Pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatanya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya

(17)

tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

g. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang akan menimbulkan risiko yang cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

2.1.3.4.2 Teori Kebijakan Dividen

Terdapat beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Sudana (2011:168) terdapat tiga teori kebijakan dividen yaitu:

a. Teori Dividend Irrelevance

Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance, kebijakan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berependapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus

(18)

pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak memengaruhi nilai perusahaan.

b. Teori Bird In-The-Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Berdasarkan teori bird in the hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.

c. Teori Tax Preference

Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh perusahaan tetap ditahan perusahaan untuk membelanjai investasi yang dilakukan oleh perusahaan.

(19)

2.1.3.4.3 Jenis Dividen

Menurut Rudianto (2012:309) jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya terdiri dari beberapa macam yaitu:

a. Dividen Tunai

Dividen tunai yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagi dividen tunai, itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup.

b. Dividen Harta

Dividen harta merupakan bagian laba usaha perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dapat berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan. Jika surat beharga yang dimiliki suatu perusahaan akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang sahamnya, maka nilai wajar atau harga pasar surat berharga tersebut yang dijadikan dasar pencatatan.

c. Dividen Skrip atau Dividen Hutang

Dividen skrip atau dividen hutang merupakan bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di masa

(20)

mendatang. Dividen skrip atau dividen hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia kas yang cukup walaupun laba ditahan menunjukkan saldo yang cukup. Karena itu, pihak manajemen perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang kepada para pemegang saham. Dividen skrip dapat disertai dengan bunga, dan dapat pula tanpa bunga.

d. Dividen Saham

Dividen saham merupakan bagian laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang sahan dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen saham ini dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasi sebagian usaha yang diperolehnya secara permanen. Jika dividen saham dibagikan, tidak ada aset yang akan dibagikan dan setiap pemegang saham memiliki bagian (proporsi) kepemilikan yang sama pada perusahaan. Pembagian dividen saham akan mengakibatkan jumah lembar saham yang beredar bertambah banyak. Tetapi total aset dan kewajiban perusahaan tidak akan mengalami perubahan, baik sebelum maupun sesudah pembagian dividen. Berkaitan dengan pembagian dividen saham ini, nilai wajar atau nilai pasar saham tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan.

(21)

e. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi merupakan dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam berbagai bentuknya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau atau saldo laba ditahan perusahaan. Dividen likuidasi merupakan pengembalian modal atas investasi pemilik oleh perusahaan.

2.1.3.4.4 Prosedur Pembayaran Dividen

Terdapat beberapa tahapan tanggal dalam pembayaran dividen, menurut Brigham dan Houston (2010:227) tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tanggal Deklarasi (Declaration Date)

Tanggal di mana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen.

b. Tanggal Pemilik Tercatat (Holder-of-Record Date)

Perusahaan menutup buku perpindahan sahamnya dan menyusun suatu daftar pemegang saham per tanggal tersebut. Jika perusahaan menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen.

(22)

c. Tanggal Eks-Dividen (Ex-Dividend Date)

Tanggal di mana hak atas dividen berjalan tidak dimiliki oleh suatu saham; biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat.

d. Tanggal Pembayaran (Payment Date)

Tanggal di mana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen.

2.1.3.4.5 Kebijakan Pemberian Dividen

Menurut Sutrisno (2012:268) ada beberapa pemberian dividen secara tunai atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah :

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yan diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang diperoleh menigkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni :

(23)

1. Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko yang kecil.

2. Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

3. Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen yang Meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, dengan demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio (DPR).

(24)

d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah Ditambah Ekstra

Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan mencapai jumlah tertentu.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian yang menjadi referensi pada penelitian ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul

Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

1 Ibrahim Elsiddig Ahmed (2015) Liquidity, Profitability and The Dividends Payout Policy (Study in UAE Banking Sector) Hasil penelitian menunjukkan secara parsial likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR) sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Sedangkan secara Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel independen yaitu return on assets (ROA) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets

(25)

No. Peneliti Judul Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

simultan likuiditas dan profitabilitas berepengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). turnover (TATO). 2 Nining Dwi Rahmawati, Ivonne S. Saerang dan Paulina Van Rate (2014) Kinerja Keuangan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaann BUMN di Bursa Efek Indonesia Hasil penelitian menunjukkan secara simutan rasi keuangan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Secara pasial total assets turnover (TATO) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (dividend payout ratio). Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel independen yaitu total assets turnover (TATO) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu likuiditas (current ratio) dan profitabilitas (return on assets). 3 Ahmad Sandi dan Nur Fadjrih Asyik (2013) Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan Otomotif Periode 2009-2011 Hasil penelitian menunjukkan secara simultan likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel independen yaitu return Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur

(26)

No. Peneliti Judul Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

dividen kas. Secara parsial return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas. on assets (ROA), current ratio (CR) dan variabel dependen yaitu kebijakan dividen kas melalui indikator dividen. yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets turnover (TATO). 4 Inta Budi Setyanusa (2012) Pengaruh Return on Asset dan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011) Hasil penelitian menunjukkan return on assets (ROA) dan current ratio (CR) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel independen yaitu return on assets (ROA), current ratio (CR) dan variabel dependen yaitu dividend payout ratio (DPR). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah menggunakan unit analisis berupa perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2010-2014. Selain itu pada penelitian ini digunakan variabel independen lainnya yaitu total assets turnover (TATO).

(27)

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas

Likuiditas merupakan “indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia” (Martono dan Agus, 2010:134). “Perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar” (Sutrsino, 2012:266). Pada penelitian ini likuiditas tecermin melalui current ratio. Hal ini didukung oleh penelitian Setyanusa (2012) yang menunjukkan bahwa variabel current ratio (CR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas yang diproksikan melalui dividend payout ratio (DPR).

2.3.2 Pengaruh Aktivitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas

“Aktivitas berkaitan dengan rasio yang mengukur seberapa efisien penggunaan elemen-elemen yang ada di dalam perusahaan dalam kaitannya dengan tingkat perputaran” (Gumanti, 2011:116). Aktivitas diukur melalui total assets turnover (TATO) yang “mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan” (Sudana, 2011:22). “Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatanya tidak stabil” (Sutrisno, 2012:267). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rahmawati et al. (2014) yang menunjukkan bahwa variabel total assets turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).

(28)

2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas

“Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Semakin besar tingkat keuntungan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan” (Sutrisno, 2012:222). Profitabillitas diukur menggunakan return on assets (ROA) yang menunjukkan “kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak” (Sudana, 2011:22). Menurut Martono dan Agus (2010:253) “dividen yang dibayarkan akan lebih kecil apabila laba perusahaan yang ditahan lebih besar”. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Setyanusa (2012) yang menunjukkan bahwa variabel return on assets (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).

2.3.4 Pengaruh Likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas

Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan dapat diukur melalui current ratio (CR) (Gumanti, 2011:112). Perusahaan hanya dapat membayar dividen kas jika tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan mencukupi, artinya semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar dividen kas yang mampu dibayar kepada pemegang saham dan sebaliknya (Sudana, 2011:170). Sedangkan aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset-asetnya yang dapat diukur melalui total assets turnover (TATO) (Martono dan Agus, 2010:56).

(29)

“Semakin tinggi tingkat perputaran yang diperoleh, semakin baik kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang ada guna menghasilkan penjualan” (Gumanti, 2011:115). Penjualan akan berdampak pada keuntungan yang dihasilkan perusahaan, perusahaan yang memiliki keuntungan relatif teratur akan membagikan dividen dengan presentasi yang lebih besar (Sudjaja dan Inge, 2002: 340). Faktor terakhir yakni profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya dan diukur melalui return on assets (ROA) (Martono dan Agus, 2010:53). “Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham” (Sudjaja dan Inge, 2002:340). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas.

(30)

Berdasarkan pemaparan di atas, struktur hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Analisis Rasio Keuangan Laporan Keuangan

Likuiditas Aktivitas Profitabilitas

Current Ratio (CR) Total Assets Turnover

(TATO)

Return On Assets

(ROA)

Kebijakan Dividen Kas

Dividend Payout Ratio (DPR)

Tinggi Rendah

Tinggi Rendah

Likuiditas, Aktivitas dan Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen Kas

(31)

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Hipotesis Secara Simultan

Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari likuiditas, aktivitas

dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas.

Hipotesis Secara Parsial

a. Likuiditas (current ratio)

Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari likuiditas terhadap

kebijakan dividen kas. LIKUIDITAS Current Ratio (X1) AKTIVITAS Total Assets Turnover (X2) PROFITABILITAS Return On Assets (X3) KEBIJAKAN DIVIDEN KAS Dividend Payout Ratio

(32)

b. Aktivitas (total assets turnover)

Ha3: Terdapat pengaruh yang signfikan secara parsial dari aktivitas terhadap

kebijakan dividen kas.

c. Profitabilitas (retun on assets)

Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari profitabilitas

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No.  Peneliti  Judul
Gambar 2.2  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

pahlawan yang waras, dan hanya The Joker yang digambarkan sebagai orang gila dalam cerita di novel grafis tersebut. Akan tetapi jika pembaca ingin mengamati lebih dalam

Hindi rin niya alam kung nakikipag-syota na ba sa kaniya si Doray o simpleng pinaglalakuan lang siya ng „tilapiya nito.Hindi nakatulog si Intoy sa gabing iyon nang sabihin ni Doray

Salah satu dari karakter sistem komunikasi spread spectrum adalah adanya gain proses yang merupakan besarnya perbandingan antara jumlah bit rate hasil proses spreading (chip

DOSIS OBAT DALAM PRESKRIPSI DOKTER Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat adalah sejumlah obat (satuan berat, isi atau unit international) yang

Tombol reset dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan [√] diterima [ ] ditolak Klik gambar pensil Menampilkan data debitur untuk dapat diedit pada bagian yang

2) Abjad yang diapit antara tanda titik pertama dan tanda titik kedua menunjukkan Subbidang Usaha.. 3) Dua angka yang diapit antara tanda titik kedua dan tanda

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab 2.6.1 diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka berlaku :. Mn