• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan imajinasi pengarang. Kenyataan dalam karya sastra didasarkan pada suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan imajinasi pengarang. Kenyataan dalam karya sastra didasarkan pada suatu"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terciptanya karya sastra tidak terlepas dari pandangan masyarakat, dalam arti kenyataan yang dilukiskan dalam suatu karya sastra adalah kenyataan yang dilihat dengan imajinasi pengarang. Kenyataan dalam karya sastra didasarkan pada suatu pemahaman tentang kehidupan manusia. Menurut Damono (dalam Jabrohim,1994:220-221), seorang novelis hakikatnya adalah seorang anggota masyarakat. Oleh karena itu, ia terikat oleh status sosial tertentu. Itulah sebabnya sastra dapat dipandang sebagai institusi sosial yang menggunakan medium (sarana) bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan produk sosial sebagai sistem tanda yang arbitrer. Sastra menampilkan gambaran kehidupan. Kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.

Dunia fiksi itu sebagai suatu dunia lain berdiri di samping kenyataan, tetapi menurut beberapa aspek menunjukkan persamaan juga dengan kenyataan. Sekalipun seorang pengarang menuangkan daya khayalnya dengan menciptakan makhluk-makhluk yang tidak ada, yang hidup di dalam suatu lingkungan khayalan. Namun, tetap ada kaitan antara tokoh-tokoh dan perbuatan mereka, yang dimengerti oleh pembaca dan dapat diterima berdasarkan pengertiannya mengenai dunia nyata (Luxemburg dkk, 1984:20-21).

(2)

2 Novel merupakan salah satu di antara genre sastra yang paling peka terhadap cerminan masyarakat. Menurut Johnson (dalam Faruk, 2005:45-46) novel mempresentasikan suatu gambaran yang realistis mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin oleh pengarang melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan terekam dalam novel, seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Dunia novel adalah pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi, sehingga dunia novel itu tidak harus terikat dengan dunia sebenarnya.

Irwan Bajang adalah penulis muda kelahiran Lombok Timur pada 22 Februari 1987. Menyelesaikan studi menengahnya di SMAN 1 Selong, sebelum hijrah ke Jogjakarta. Ia memulai kuliah di jurusan Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta pada tahun 2005. Ia menulis di beberapa media kampus dan pernah mengisi barisan Redaksi Ranjau News, serta Tjorong Post. Ia menjadi juara umum penulisan Cerpen Komunikasi Sehat 2007. Novel perdananya adalah Rumah Merah Kita, sebuah novel fiksi fantasi pertama yang berisi tentang perjuangan pemuda di sebuah negara otoriter yang baru saja merdeka. Ia pengarang yang produktif. Selain itu, ia menulis kumpulan puisi Sketsa Senja (2006), dan beberapa karya lainnya yang terhimpun dalam antologi bersama dengan banyak penulis, yaitu :

1. “IBU” (2009),

2. “Dunia Bercinta dengan Sajak” (2009), 3. “Tralala Trilili” (2009),

(3)

3 5. dan “Cinta yang Biasa” (2010).

Obsesinya saat ini adalah mendirikan sanggar menulis untuk anak-anak jalanan yang kurang mampu, agar tercipta sebuah dunia literasi yang sehat dan adil. Saat ini ia sedang merampungkan novel berikutnya yaitu “Memburu Binatang Jalang”, sebuah novel tentang seorang penyair idolanya, Chairil Anwar. Selain terlibat di banyak penelitian sejarah dan antropologi, ia juga memimpin sebuah penerbitan independen Indie Book Corner di Jogjakarta sejak 2009 hingga saat ini. Terlibat riset ekonomi sosial dan budaya di Cakrawala Institut. Buku terakhir adalah Ngeteh Di Patehan (2011) ditulis bersama remaja-remaja Kampung Patehan Keraton Jogjakarta. Saat ini menetap di Jogja, sambil tetap menulis, membaca, dan menyunting buku-buku sastra.

Novel perdana karya Irwan Bajang berjudul Rumah Merah Kita (selanjutnya disingkat dengan RMK), terbit pada tahun 2008 setebal 192 halaman. Novel RMK merupakan novel yang dalam cara menyajikannya agak berbeda dengan novel yang lain, karena di dalamnya terdapat negara rekaan yang merupakan daya imajinasi pengarang dan tidak terdapat di dunia nyata. Dipilihnya novel RMK sebagai objek penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan. Pertama, novel RMK merupakan novel fiksi yang banyak mengandung aspek kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat gambaran perjuangan sekelompok anak muda yang menginginkan negaranya tetap bersatu tanpa adanya perpecahan. Dalam novel ini digambarkan hubungan tingkah laku antarmanusia dalam kehidupan masyarakat. Aspek

(4)

4 kemasyarakatan di dalam novel RMK mengandung unsur-unsur kemanusiaan seperti jiwa sosial, kemerosotan moral, perselingkuhan, dan keinginan untuk balas dendam.

Kedua, novel ini menarik karena novel RMK belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi, tesis, dan desertasi, khususnya di lingkungan Fakultas Sastra Universitas Udayana.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan membaca dan memahami novel RMK secara menyeluruh, tentunya akan menimbulkan begitu banyak permasalahan yang akan dibahas. Bertolak dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur novel RMK karya Irwan Bajang yang meliputi plot, penokohan, dan latar?

2. Bagaimanakah aspek-aspek sosiologis yang terungkap dalam novel RMK?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam menganalisis novel RMK karya Irwan Bajang, tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

(5)

5 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan membantu pembaca agar dapat memahami karya sastra, khususnya novel RMK. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya novel. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menambah khazanah penelitian sastra, khususnya sastra Indonesia.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang struktur novel RMK yang meliputi unsur penokohan, alur, dan latar.

2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek sosiologis yang terdapat dalam novel RMK.

1.4 Kajian Pustaka Sebelumnya

Novel RMK merupakan novel pertama (perdana) Irwan Bajang yang diterbitkan oleh penerbit Copernican, Yogyakarta, pada tahun 2008 dengan tebal x + 192 halaman dan merupakan cetakan pertama. Novel RMK belum ada yang menganalisis di lingkungan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Pembicaraan mengenai novel RMK diulas dalam beberapa artikel pada media-media yang beredar di masyarakat seperti media internet.

(6)

6 Dalam situs http://sketsasenja.multiply.com/reviews, 13 Sepetember 2009, artikel dengan judul “Razonca: Sebuah Percobaan Kritik”, Rizal mengungkapkan sebagai berikut.

“pada awalnya ada sedikit keresahan dan perasaan pesimistik menghinggapi diri saya ketika mulai membaca novel terbaru saudara Irwan Bajang Rumah Merah Kita. Hal tersebut lantaran nama tokoh dan negara asal mereka begitu asing di telinga saya. Namun, kemudian saya memaklumi karena ini hanyalah sebuah karya fiksi, maka saya pun memaksakan diri melahap kata demi kata yang terangkai dalam novel tersebut. Jangan takut membaca novel yang terdengar serius ini, kita tidak perlu mengernyitkan kening, tanda bingung dan sulit dicerna. Novel ini menggunakan bahasa yang lurus dan to the point, tidak berbunga-bunga. Cerita pun dibumbui kisah percintaan rahasia antara Razonca dan Ariaseni. Jadi, jangan takut untuk membacanya. Akan tetapi ingat, jangan dipinjam, belilah sendiri agar honor Saudara Irwan bisa lebih tinggi lagi. Intinya, dalam novel ini masih ada beberapa hal yang terlewatkan. Memberi kritik memang enak, tetapi mencurahkan perhatian untuk melahirkan sebuah karya sastra, khususnya novel, adalah hal yang luar biasa.”

Sementara itu Ombi Romli, dalam resensinya yang berjudul “Menengok Semangat Kaum Muda dalam Novel Karya Bajang Sasak” (http://www.jendelasastra.com/wawasan/resensi/menengok-semangat-kaum-muda-dalam-novel-karya-bajang-sasak, Senin, 8 Desember 2009), menyebutkan bahwa dengan membaca novel ini, tidak hanya disuguhkan sebuah drama kehidupan anak muda, tetapi juga sebuah cerita dan penguakan kebohongan kapitalis terhadap negara yang terjadi hampir di seluruh belahan dunia belakangan ini. Irwan Bajang menghadirkan sebuah gambaran negara makmur yang terus-menerus digali kekayaannya oleh negara penjajah dan itu pun ketika negara telah merdeka. Adanya penunjuk peta pada akhir buku, membuat kita bisa mengamati letak geografis daerah

(7)

7 yang Irwan Bajang ceritakan. Tidak ada gading yang tak retak, novel ini seperti terlihat terburu-buru untuk menghadirkan konflik dan klimaks, menjelang lima puluhan lembar terakhir ceritanya. Namun, bagi pembaca yang tidak menyenangi cerita yang berlarut-larut, kecepatan alur tersebut bahkan menghadirkan sensasi yang menegangkan.

1.5 Landasan Teori

Landasan teori berfungsi untuk memberikan dasar pijakan dalam menjawab permasalahan. Pada bagian ini dijelaskan landasan teori yang akan digunakan sebagai dasar pijakan pada penelitian ini. Penelitian novel RMK memfokuskan diri pada analisis sosiologi sastra. Sebelum melakukan analisis berdasarkan sosiologi sastra, akan dilakukan analisis struktur dengan tujuan untuk melihat unsur-unsur yang membangun novel RMK. Jadi, penelitian RMK menggunakan dua teori, yakni teori struktur dan teori sosiologi sastra.

1.5.1 Teori Struktur

Menurut Teeuw, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti mungkin dengan cara yang sangat mendetail dan mendalam keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis struktur tetap merupakan kerja yang pertama bagi setiap penelitian sastra, sebab karya sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu

(8)

8 sendiri (Teeuw, 1984:135–136). Analisis struktural adalah satu langkah, satu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu dengan sesempurna mungkin. Langkah itu tidak boleh dimutlakkan tetapi tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Pada esensinya, analisis struktur terhadap karya sastra adalah usaha untuk sebaik mungkin untuk mengeksplisitkan dan mensistematiskan apa yang dilakukan dalam proses membaca dan memahami karya sastra (Teeuw, 1984:154). Pendapat ini sejalan dengan Pradopo (2002:72), bahwa untuk memahami karya sastra, perlulah karya sastra dianalisis secara struktural.

Pembahasan analisis struktur disusun secara berurutan terlebih dahulu untuk mempermudah analisis strukturnya, di antaranya plot, penokohan, dan latar. Hal itu mengacu kepada pendapat Nurgiyantoro (2007:37) yang mengungkapkan bahwa analisis struktur karya sastra dapat dilakukan dengan mengindentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Setelah itu, dijelaskan bagaimana fungsi tiap-tiap unsur itu di dalam menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antarunsur itu, sehingga secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu.

Dalam menganalisis struktur RMK, tidak semua unsur struktur yang dikaji, melainkan hanya tiga unsur, yakni penokohan, alur, dan latar. Hal tersebut didasarkan pada pendapat Wellek dan Warren (1989:283) bahwa para kritikus yang menganalisis novel, pada umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, yaitu plot, penokohan, dan latar. Seiring dengan pendapat Wellek dan Warren, Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007:25) mengatakan alur, penokohan, dan latar dikelompokkan ke

(9)

9 dalam fakta cerita sebab ketiga hal tersebut yang akan dihadapi dan dapat secara konkret langsung membentuk cerita. Selanjutnya, Stanton membedakan unsur pembangun sebuah novel ke dalam tiga bagian: fakta, tema, dan sarana pengucapan (sastra). Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), latar, dan alur. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya dalam sebuah novel.

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra

Menurut Damono (1979:2-3) sosiologi sastra merupakan pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Selanjutnya Damono menyatakan bahwa ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologi sastra, yaitu (1) berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka dan (2) pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai penelaahan. Pendekatan pertama bergerak dari faktor-faktor di luar sastra, dalam hal ini teks sastra tidak dianggap utama, tetapi hanya gejala kedua. Pendekatan kedua menggunakan metode analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian digunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra. Penelitian ini difokuskan pada kecenderungan kedua, yakni mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin

(10)

10 kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2008:77).

Ian Watt (dalam Semi, 1984:54) mengungkapkan bahwa sosiologi sastra memiliki hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Oleh sebab itu, sosiologi sastra mencakup tiga hal antara lain: 1) konteks sosial pengarang, yang mempermasalahkan posisi sosial pengarang dalam kaitannya dengan isi karya tersebut, 2) sastra sebagai cerminan masyarakat, yang dipermasalahkan adalah sejauh mana sastra dapat mencerminkan keadaan masyarakat, 3) fungsi sosial pengarang, mempermasalahkan sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidik bagi masyarakat pembaca. Dasar filosofis pendekatan sosiologi sastra adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh: 1) karya sastra dihasilkan pengarang, 2) pengarang sendiri adalah anggota masyarakat, 3) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan 4) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Sosiologi sastra memandang bahwa karya sastra itu merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa dan merupakan hasil ungkapan kejiwaan pengarang, baik suasana pemikiran maupun emosi yang diekspresikan pengarang melalui tokoh-tokohnya (Ratna, 2004:59).

Berdasarkan uraian di atas, novel RMK layak dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Analisis sosiologi sastra pada penelitian ini ditekankan

(11)

11 pada telaah yang mengutamakan teks untuk melihat struktur dan gejala-gejala sosiologi yang ada di dalamnya seperti yang diungkapkan oleh Damono.

1.6 Metode Penelitian

Metode dianggap sebagai cara strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004:34). Untuk memperoleh hasil penelitian sebagaimana yang diharapkan, dibutuhkan suatu metode yang tepat sebagai mekanisme kerja yang berstruktur. Mekanisme kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan pengumpulan data, tahapan pengolahan data, dan tahapan penyajian hasil.

1.6.1 Tahapan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi kepustakaan yaitu dengan membaca secara intensif, baik objek penelitian itu sendiri novel RMK maupun pustaka lain yang memuat berbagai informasi yang mendukung proses penelitian. Metode di atas dibantu dengan menggunakan teknik lanjutan yaitu berupa teknik pencatatan atau tulis dalam sistem kartu. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana, Perpustakaan Daerah Bali, dan Pusat Dokumentasi Sastra H. B. Jassin. Untuk memperoleh data dari Pusat Dokumentasi Sastra H. B. Jassin sampai saat ini belum mendapatkan balasan.

(12)

12 1.6.2 Tahapan Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan data. Dalam tahapan ini metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode pengolahan data dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang terkumpul kemudian disusul dengan analisis.

Metode deskriptif analisis tidak semata-mata-mata hanya menguraikan dan menganalisis data melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2004:53). Langkah awal pengolahan data dilakukan dengan cara mendeskripsikan teks RMK, walaupun dalam tahap ini sudah memasuki tahap analisis, tetapi analisis yang dimaksud masih memerlukan penjabaran yang lebih luas. Untuk itu, peneliti melengkapi dengan metode analisis untuk dapat menguraikan kandungan naskah. Data yang telah dideskripsikan kemudian diklarifikasikan untuk dikaji secara ilmiah berdasarkan acuan ilmiah yang disesuaikan dengan pokok permasalahan. Tahap ini merupakan tahap untuk memecahkan persoalan, yaitu untuk mendapatkan unsur-unsur intrinsik seperti penokohan, alur, dan latar. Kedua metode ini digabungkan dengan cara mula-mula data dideskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian data yang telah dideskripsikan itu dianalisis, sehingga pembaca mendapatkan penjelasan, wawasan, dan pengetahuan mengenai teks tersebut.

(13)

13 1.6.3 Tahapan Penyajian Hasil

Pada tahapan ini, peneliti berusaha untuk menyajikan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan atau tahapan ini disebut sebagai tahapan akhir sebuah penelitian. Tujuannya untuk menyajikan hasil analisis data. Data yang telah dikumpulkan, diolah, akhirnya disajikan. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah metode informal. Metode informal menyajikan kaidah atau hasil penelitian secara verbalistis (menggunakan kalimat-kalimat). Artinya penyajian data (hasil analisis) terurai dalam bentuk kata-kata (Semi, 1993:24).

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan kerapatan lamun berhubungan dengan perhitungan biomassa lamun yang digunakan untuk mengestimasi hasil karbon pada lokasi penelitian.. Hasil

Termasuk dalam hal ini konsep diri akademik yang dimiliki siswa kelas unggulan dapat mempengaruhi cara individu mempersepsi dukungan sosial yang diterima dari teman

METODE TERMODINAMIKA l y K‐Value > Hidrokarbon : Peng‐Robinson, Soave‐Redlich‐ Kwong

Berdasarkan uraian pada latar belakang, adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa dalam memilih program studi akuntansi di Universitas Muhammadiyah

Shukla ve ark (1999) ile benzer şekilde, topikal uygulanan fizyolojik tuzlu suyun iyileşen deri yarası dokusunda hidroksiprolin düzeyini etkileyebileceği yönünde

Tapi penyelidikan sejarah yang sama,....juga membawa ke suatu kenyataan bahwa, akibat perkembangan kekuatan produksi yang dahsyat saat sekarang ini, bahkan apa

Ketentuan mengenai pengaturan lokasi tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.3.

Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Keluhan