• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PENDAHULUAN

Teknik pemilihan metode konstruksi dalam penulisan tesis ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dikuantitatifkan. Pendekatan kuantitatif akan menghasilkan pilihan yang sifatnya secara teori mempunyai derajad matematis teknis memenuhi syarat. Sedang pendekatan kualitatif akan menghasilkan pilihan yang sifatnya heuristik berdasarkan batasan-batasan teknis. Kedua pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya, suatu pilihan kuantitatif secara teknis dapat merupakan pilihan yang terbaik, tetapi apabila lingkungan secara teknis tidak memungkinkan, maka suatu pilihan belum tentu terbaik. Demikian juga sebaliknya, suatu pilihan kualitatif secara mutu dan lingkungan sudah memenuhi syarat, tetapi standard teknis kurang terpenuhi. Idealnya suatu pilihan. memenuhi kedua syarat pendekatan tersebut secara penuh, sayangnya jarang bahwa suatu pilihan dapat memenuhi syarat kedua pendekatan tersebut secara penuh bersama-sama.

Pada tesis ini dicoba untuk melakukan perumusan suatu teknik pemilihan metode konstruksi basemet yang menggunakan teknik pendekatan kuantitatif sebagai dasar untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pengolahan data yang diambil adalah pengolahan data deskriptif dengan membandingkan kedua metode konstruksi, dimana data yang diperoleh adalah data lapangan yaitu wawancara.

3.2 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA PENELITIAN

Dalam sebuah proyek konstruksi, salah satu kriteria perencanaan proyek yang baik adalah terintegrasinya seluruh aspek dengan baik. Aspek pemilihan metode konstruksi perlu pengintegrasian secara optimal dengan aspek kondisi teknis dan lingkungan serta aspek biaya dan juga aspek banyaknya tingkat basement. Hubungan dari ketiga aspek tersebut terdapat pada perencanaan pemakaian sumberdaya. Analisa pemakaian sumber daya menjadi asumsi dasar penetapan perencanaan tiga aspek tersebut13.

(2)

13

Iman Soeharto,”Manajemen Proyek”, Erlangga, Jakarta, 1997,1

Dalam mengeksekusi proyek banyak kombinasi pilihan skenario yang tersedia, namun tidak semuanya feasible dan dapat dijadikan baseline pengerjaan. Sementara itu, dalam teknik pemilihan metode konstruksi banyak variable yang harus dianalisa apalagi jika menyangkut perubahan asumsi dasar untuk mencari solusi pilihan khususnya masalah varians biaya dan waktu serta mutu menjadi dorongan untuk menyempurnakan proses perhitungan matematis metode tersebut. Untuk menjelajahi solusi dalam ruang pencarian yang sangat besar tersebut digunakan pendekatan kuantitatif dengan dasar informasi dari pakar ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman (expert knowledge) dibidang basement bangunan bertingkat.dalam pencarian solusi untuk pemilihan metode dan optimasi pada tiap kegiatan atau work breakdown structures.

3.2.1 Expert Knowledge

Dalam bidang sistim informasi itu hal yang biasa untuk membedakan antara data, informasi, dan pengetahuan. Istilah data mengacu pada angka ( atau bukan angka) tanda-tanda tsb dengan sendirinya tidak mempunyai arti apapun. Bentuknya dapat berupa keadaan nyata atau gambar yang dapat diproses. Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga ada artinya bagi seseorang yang menerimanya. Pengetahuan mempunyai beberapa definisi diantaranya adalah informasi yang tersusun yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Definisi pengetahuan yang lain adalah oleh Sowa 1985: Pengetahuan meliputi pembahasan eksplisit yang terkandung dalam object sebagai satu kesatuan, operasi, yang berhubungan dengan keadaan umum dan spesifik heuristik serta apabila akan mengambil kesimpulan harus menggambarkan situasi yang dimodelkan14.

Data, Informasi, dan pengetahuan dapat digolongkan dalam tingkatan atau derajat abstrak jumlahnya( gambar 3.1). Pengetahuan kebanyakan bentuknya adalah abstrak dan sangat sedikit jumlahnya15.

14

Sowa; J. F. (1984). Conceptual Structures. Reading, MA: Addison-Wesley.

15

Newell, A., and H. A. Simon. (1972). Human Problem Solving. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall

(3)

High Degree Knowledge of Abstraction Informasi Data Low Quantity

Gambar 3.1 Tingkat Abstrak dan Jumlah dari Data, Informasi dan Knowledge

Sebagai proses pembelajaran dapat menggunakan pengetahuan dari pengalaman orang lain yang mempunyai keahlian dibidangnya. Pengetahuan juga termasuk informasi yang telah tersusun dan dapat dianalisa untuk membuat sesuatu dapat dimengerti dan dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.. Kumpulan pengalaman yang berhubungan dengan suatu masalah yang dapat digunakan dalam sistem disebut suatu dasar pengetahuan (knowledge base). Kebanyakan basis pengetahuan sangat terbatas dari segi jenis khususnya pada beberapa spesifik, pada umumnya sempit wilayahnya atau pokok masalahnya. Sekali dasar pengetahuan dapat dibangun dan memiliki arti dan dapat diterima oleh akal pikiran maka dapat memberikan kemampuan untuk digunakan dalam perhitungan. Perhitungan selanjutnya dapat digunakan untuk membuat kesimpulan dan pertimbangan yang berdasar pada fakta dan hubungan yang ada kaitannya dengan dasar pengetahuan16.

16

Waterman, D. (1986). A Guide to Expert Systems. Reading, MA: Addison-Wesley. 68

(4)

Dengan dasar pengetahuan dan kemampuan untuk menggambarkan kesimpulan maka hal tersebut dapat dipergunakan oleh seseorang dalam praktek sebagai pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Para tenaga ahli memiliki sistem pengolahan pengalamannya sendiri yaitu dengan menganalisa kemampuan yang dimilikinya, dengan belajar dari hal tersebut dan mengembangkannya sebagai pembimbing untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya sehingga menjadi seorang pakar (expert).

Seorang Pakar yang dapat menggabungkan dari beberapa bagian pengalaman tenaga ahli lainnya yang diketahui memiliki pengalaman khusus, pertimbangan, pengalaman biasa, dan memiliki metoda penerapan bakat dalam pemecahan masalah untuk membentuk dasar pengetahuan karena kemampuannya tersebut maka dapat disebut seorang pakar yang memiliki pengetahuan (expert

knowledge) yang mampu menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengetahui

keadaan mana yang penting dan memiliki arti didalam hubungan kehidupan nyata17.

Sedikitnya dua orang atau lebih berpartisipasi dalam pengembangan sistem para pakar (expert system), minimal ada pakar dan pelaku. Terbentuknya pengetahuan sering terjadi dari bebebrapa pengalaman tenaga ahli dan di bangun dari sistem dimana tiap-tiap pelaku memiliki peran sesuai bidangnya masing-masing ( lihat gambar 3.2).

Pengalihan dari pengetahuan yang didapat dari pengetahuan tenaga ahli yang berpengalaman yang merupakan akumulasi, perpindahan, dan perubahan bentuk dalam proses pemecahan masalah dari beberapa sumber pengetahuan untuk membangun dan mengembangkan dasar pengetahuannya. Dasar acuan yang digunakan oleh seorang Pakar dalam expert system adalah dengan menghubungkan saling keterkaitan antara satu atau lebih tenaga ahli yang sesuai keahliannya masing-masing untuk dibangun suatu dasar pengetahuan dari beberapa pengalamannya 18.

17

Benders, J., and F. Manders. (1993). "Expert Systems and Organizational Decision Making." Information and Management, Vol. 25, pp. 207-213.

18

Badire, A. B. (1992). Expert Systems Applications in Engineering and Manufacturing. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

(5)

CONSULTATION DEVELOPMENT ENVIRONMENT ENVIRONMENT Facts about the Spesific Incident Knowledge Acquisition User User Interface Recommended Action Explanation Facility -Interpreter -Scheduler -Consistency Inference Engine Enforcer Draws Conclusion Blackboard (Workplace) Plan Agenda Solution Problem Description Knowledge Refinement Knowledge Base Facts: What is Know about the Domain Area

Rules: Logical Reference (e.g, Between Symptoms and

Causes)

Knowledge Engineer

Expert Knowledge

Gambar 3. 2 Expert Knowledge dalam Struktur Expert System

(6)

3.2.2 Hipotesa Penelitian

Ada tiga faktor yang mempengaruhi jenis pertanyaan penelitian, yakni: jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan.

Robert Yin (1994) mengatakan bahwa survey merupakan strategi penelitian yang memfokuskan pada suatu kegiatan di masa sekarang (zaman sekarang) dengan interval waktu tertentu, yang memiliki bentuk pertanyaan penelitian seperti apa, siapa, dimana, dan berapa besar (what, who, where, how much, how many)19 , seperti lihat dalam tabel 3.1. Pada umumnya, pertanyaan "apa" bisa eksploratoris (bisa menggunakan strategi yang manapun) dan bisa lainnya (menggunakan survey atau analisis rekaman arsip). Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan bantuan pertanyaan yang sesuai dengan metode penelitian tersebut yaitu :

- Apa?

Maksudnya adalah apakah ada keterkaitan antara kondisi teknis dan lingkungan serta biaya, terhadap jumlah tingkat basement pada proyek konstruksi dapat dirumuskan untuk proses pemilihan metode konstruksi dan apabila metode yang sudah dipilih tersebut maka apa saja yang dapat dilakukan untuk optimalisasi pelaksanaannya, dalam hal ini metode konstruksi bottom-up.

Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Berbagai Situasi

Strategi Bentuk pertanyaan penelitian

Membutuhkan pengendalian thd perilaku kegiatan yang diteliti Memfokuskan pada kegiatan di masa sekarang dengan interval waktu tertentu

Eksperimen Bagaimana, Mengapa ya ya

Survey Siapa, Apa, Di mana,

Berapa besar Tidak ya

Analisa Arsip Siapa, Apa, Di mana,

Berapa besar Tidak ya / Tidak

Sejarah Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak

Studi Kasus Bagaimana, Mengapa Tidak ya

Sumber : Diterjemahkan dari (Yin,1994)

(7)

72

19

Yin,Robert K, Case Study Research; Design and Methods, Sage Publication Inc, USA, 1994

Untuk menjawab pertanyaan Apa seperti yang dikemukakan diatas, maka strategi penelitian yang dipilih adalah dengan melakukan survey atau analisa dengan pengumpulan data wawancara kepada pakar ahli dengan dasar pengalaman dan kemampuan untuk menggambarkan kesimpulan maka hal tersebut dapat dipergunakan oleh seseorang dalam praktek sebagai pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (expert knowledge).

Berdasarkan dasar pemikiran yang disusun dari studi literatur pada penelitian ini dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

"Dengan menggunakan dasar Expert Knowledge dari Faktor kinerja proyek dan kondisi teknis dan lingkungan terhadap jumlah tingkat basement pada pemilihan metode konstruksi dapat memberikan solusi tercepat dalam pengambilan keputusan bagi kontraktor serta mengoptimalkan pelaksanaannya dari keputusan yang diambil dalam hal ini metode konstruksi bottom-up”.

Suatu desain penelitian adalah logika yang menghubungkan data yang dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang akan diambil dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada para pakar /tenaga ahli pada awal penelitian. Berkenaan dengan desain penelitian sekurang-kurangnya ada empat problem, yaitu pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana data relevan, data apa yang harus dikumpulkan, dan bagaimana menganalisis hasilnya.

(8)

TUJUAN PENELITIAN 73 KONDISI BATAS PARAMETER METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP STUDI LITERATUR PROSES ANALISA OPTIMASI PADA SETIAP KEGIATAN METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP KONDISI UMUM MUTU PD TIAP KEGIATAN YANG SIGNIFIKAN INGIN DICAPAI DG MTD KONSTRUKSI HASIL YANG INGIN

DICAPAI HUB KOND TEKNIS & LINGK ,

BIAYA THD JML LANTAI BASEMENT UTK KEDUA METODE DATA KUANTITATIF BOTTOM-UP BATAS UMUM KONDISI PILIHAN METODE KONSTRUKSI ANALISA HASIL SESUAI SKALA PRIORITAS PEMILIHAN METODE KONSTRUKSI HASIL PENELITIAN WAWANCARA KPD PARA AHLI KONSTRUKSI

BASEMENT GED BERTINGKAT (EXPERT KNOWLEDGE) PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF KOMPARATIF PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF VRBL TDK BEBAS X (JMLH LT BSMNT) & VRBL BEBAS Y (BIAYA, KNDS LINGK DAN MAT) VALIDASI PAKAR (EXPERT KNOWLEDGE) TEMUAN PENELITIAN PEMBAHASAN

(9)

74 Gambar 3.3. Skema Penelitian

3.3 PEMILIHAN STRATEGI PENELITIAN

Untuk menjawab pertanyaan Apa seperti yang dikemukakan pada pertanyaan penelitian maka strategi penelitian yang dipilih adalah dengan melakukan wawancara kepada para pakar yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dibidang bangunan basement pada bangunan bertingkat (expert knowledge).

3.4 PROSES PENELITIAN

Penelitian ini secara umum dilakukan melalui tiga tahapan, yakni: 1. Tahap identifikasi

Pada tahap ini dimulai dengan merumuskan masalah dari latar belakang yang telah dikemukakan selanjutnya ditentukan topik penelitian yang akan dibahas. Kemudian melakukan studi literatur mengenai topik yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini topik yang dipilih adalah penerapan pendekatan kuantitatif dalam proses pemilihan metode konstruksi dan optimasi pada tiap kegiatan atau work breakdown structures pada proses optimasi metode konstruksi bottom-up. Setelah ditentukan topik dari penelitian ini tindakan selanjutnya adalah menyusun referensi-referensi yang berkaitan dengan topik tersebut. Tahap selanjutnya adalah mengemukakan hipotesis serta menyusun alur tentang bagaimana metode yang akan digunakan pada penelitian ini.

2. Tahap pengumpulan dan pengolahan data

Data pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara yang ditujukan kepada Para pakar ahli dibidang pembangunan basement, Project Manajer, General Superintendent (Site Manager), atau Engineering Manajer dari proyek bangunan bertingkat yang ada di Jakarta. Dengan sampel tersebut setelah dikumpulkan maka dilakukan analisis untuk mendapatkan model deskriptif komparatif tentang hubungan antara kondisi teknis dan lingkungan serta variabel biaya terhadap jumlah tingkat basement dalam pelaksanaan pemilihan metode konstruksi kemudian dilakukan analisis pula untuk mendapatkan model deskriptif tentang hubungan kegiatan atau work breakdown structures dalam proses optimasi. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah sehingga didapat dihasilkan suatu permodelan permasalahan yang representatif.

(10)

75 3. Tahap Analisa dan kesimpulan

Dari permodelan yang dihasilkan dilakukan suatu analisa untuk mendapatkan usulan pemilihan metode konstruksi yang tepat dan mengoptimalkan pelaksanaannya dalam hal ini metode konstruksi bottom-up yang dipilih. Kemudian dilakukan validasi berupa respon berbagai pihak terkait pemilihan tersebut terhadap solusi yang diusulkan. Terakhir adalah menyimpulkan hasil dari penelitian serta memberikan saran dan masukan berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan.

3.4.1 Variabel Penelitian

Dalam penentuan variabel-variabel yang berpengaruh, pertama-tama perlu dilakukan telaah kembali mengenai manajemen suatu proyek secara umum, kemudian secara khusus dalam manajemen pekerjaan konstruksi

basement. Pada umumnya variabel dalam manajemen proyek adalah : Jadwal

(waktu), Biaya dan mutu. Variabel dalam manajemen pekerjaan konstruksi basement adalah kemampuan teknis dan kondisi lingkungan sekitar konstruksi tersebut dibangun, Getaran akibat pekerjaan pelaksanaan, jumlah lantai basement, mobilisasi/transportasi ke dan dari lokasi proyek dan terlebih lagi parameter-parameter tanah di lokasi. Tujuannya adalah agar dicapai suatu hasil yang optimal pada pelaksanaan proyek itu.

Biaya :Pengendalian biaya merupakan pengaturan alokasi biaya seefisien mungkin dan pemilihan teknik pelaksanaan yang sesuai agar biaya yang dikeluarkan efektif.

Kondisi Lingkungan :Lingkungan sekeliling proyek dimana basement akan dibangun akan menyebabkan secara teknis suatu metode pelaksanaan basement tidak mungkin dilakukan

Tinggi MAT :Tanah adalah salah satu bagian dari ilmu teknik sipil yang mempunyai tingkat ketidakpastian yang cukup besar. Ketiga variabel tersebut saling melengkapi pengaruhnya terhadap jumlah

(11)

lantai basement dalam teknik pemilihan metode konstruksi sehingga apabila suatu tindakan atau teknik yang dipergunakan dapat mencakup salah satu bidang dan mendukung bidang yang lain, maka akan sangat berguna dalam manajemen suatu proyek.

Secara umum dapat dikatakan, semakin dalam atau semakin banyak jumlah lantai basement akan memberikan biaya pelaksanaan yang semakin tinggi mengingat tingkat kesulitan semakin besar. Untuk itu penelitian dilakukan pemilihan metode konstruksi yang tepat terhadap basement yang menggunakan metode Top-Down dan dengan metode Bottom-Up (konvensional). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan terpusat pada jumlah basement untuk memperoleh model kecenderungan hubungannya dengan parameter kondisi teknis dan lingkungan serta biaya.

"Tujuan dari mencari huhungan dari dua populasi data adalah memprediksi nilai dari salah satu populasi berdasarkan populasi lainnya. Suatu prediksi merupakan hal yang penting dalam bidang rekayasa bila Y tidak dapat diobservasi langsung, oleh sebab itu nilai tersebut diramal dari suatu nilai yang diketahui yaitu X". (Lapin, 1983)20

Dalam menentukan model penelitian kuantitatif ini dilakukan pendekatan statistik seperti yang disebutkan tadi. Tujuannya adalah menjabarkan bagaimana variabelvariabel yang diukur berhubungan. Dalam merumuskan cara memperoleh dan mengolah data hasil penelitian serta teknik pemilihan metode konstruksi ini, dibuat suatu sistematika urut-urutan studi.

Untuk melihat hubungan antara biaya, kondisi lingkungan dan tinggi MAT terhadap jumlah lantai basement dbuatlah suatu tabel hubungan antara Y (biaya, kondisi lingkungan dan tinggi MAT) dan X (Jumlah lantai basement), yang sudah barang tentu terdapat beberapa variasi mengingat data diambil 5 (pakar) yang memiliki pengalaman yang berbeda beda.

Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara jumlah lantai basement dengan biaya per meter persegi lantai basement, jumlah sisi lingkungan bangunan disekitar lokasi konstruksi dan tinggi muka air tanah (MAT) dari permukaan lokasi konstruksi berdasarkan metode konstruksi. apabila dapat diramalkan biaya,

(12)

77

20

Lapin,Lawrence L: ”Probability And Statistics For Modern Engineering”, PWS Publisher, Boston-Massachusetts,1983

jumlah sisi bangunan yang diijinkan dan tinggi muka air tanah yang diijinkan untuk masing-masing jenis metode konstruksi tersebut.

Data diperoleh dari wawancara dengan para pakar yang ahli dibidang teknik bangunan basement, sedang yang berasal dari literatur diambil sebagai dasar dalam pertanyaan kepada para pakar. Hasil dari pengolahan data yang diturunkan dari wawancara tersebut dijadikan model untuk mencari variabel tidak bebas yang kemudian dapat dijadikan prediksi biaya, jumlah sisi bangunan dan tinggi muka air tanah (MAT). Hasilnya dapat dijadikan pembanding dalam menentukan pilihan metode konstruksi dan dalam proses optimasi penelitian yang dilakukan terpusat pada tiap kegiatan atau work breakdown structures.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang diperlukan adalah data wawancara yang meliputi perhitungan skala prioritas dalam proses pemilihan metode konstruksi dan prosedur networking dan scheduling dalam proses optimasi. Perhitungan skala prioritas yang paling utama adalah berhubungan dengan keselamatan nyawa manusia kemudian nilai kerugian lain yang bersifat materi yang besar yang akan digunakan dalam proses pemilihan metode konstruksi. Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM) hanya sebagai dasar acuan dalam wawancara yang akan digunakan dalam proses optimasi metode konstruksi bottom-up.

3.4.3 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam menyusun penelitian ini pada tahap awal adalah: informasi umum proyek secara keseluruhan, Work Breakdown

Structures (WBS) proyek, rincian kegiatan proyek, rincian kebutuhan

sumberdaya per kegiatan dan produktifitas unit kegiatan.. Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dokumen perencanaan, data historis, studi literatur dan wawancara kepada para pakar yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dibidang pembangunan basement (Expert Knowledge).

3.4.4 Metode Analisis Data

(13)

78 memberikan solusi efektif dan efisien dalam penggunaan metode konstruksi basement pada pembangunan basement bangunan bertingkat di Jakarta dengan batasan kondisi teknis dan lingkungan serta biaya terhadap jumlah tingkat basement, selanjutnya melakukan studi literatur meliputi kegiatan mengumpulkan dasar teori yang mendukung dalam penelitian ini, dari studi literatur tersebut diambil data kuantitatif dari ketiga variabel tersebut yang diperlukan selanjutnya penentuan tujuan untuk pemilihan metode konstruksi yang ingin dicapai adalah hubungan kondisi teknis, kondisi lingkungan dan biaya terhadap jumlah lantai basement untuk kedua metode konstruksi dari hasil yang ingin dicapai tersebut ditentukanlah batasan umum kondisi variabel tidak bebas x (jumlah lantai basement) dan variabel bebas y (variabel biaya, kondisi teknis dan kondisi lingkungan) begitu juga untuk proses optimasi dari penentuan data kuantitatif ditentukanlah tujuan yang ingin dicapai adalah mutu pada setiap kegiatan metode konstruksi bottom-up kemudian penentuan batasan umum metode bottom-up, data pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara yang ditujukan kepada Para pakar ahli dibidang pembangunan basement, Project Manajer, General Superintendent (Site Manager), atau Engineering Manajer dari proyek bangunan bertingkat yang ada di Jakarta, data yang diperoleh selanjutnya akan disusun analisa secara deskriptif komparatif pilihan-pilihan apa saja yang mungkin diambil pada tiap metode konstruksi, kemudian data tersebut secara kuantitatif dengan dasar informasi dari pakar ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman (Expert Knowledge) yang akan digunakan untuk prosses pemilihan metode konstruksi sesuai dengan kondisi teknis dan lingkungan serta nilai variabel biaya terhadap jumlah tingkat basement yang diinginkan dengan melakukan penyusunan skala prioritas. Solusi yang dihasilkan kemudian dijadikan usulan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihanm metode konstruksi proyek tersebut. Selanjutnya dilakukan pula analisa deskriptif work break down structures dari data tersebut selanjutnya disusun opsi-opsi apa saja yang mungkin diambil pada tiap kegiatan proyek untuk dicari skenario pengerjaan proyek yang dapat menghasilkan solusi optimum. Solusi yang dihasilkan kemudian dijadikan usulan untuk pertimbangan dalam proses optimasi metode konstruksi bottom-up untuk mendapatkan pelaksanaan proyek yang efektif dan efisien. Terakhir adalah menyimpulkan hasil dari penelitian serta memberikan saran dan masukan berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan.

(14)

79

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1 PEMILIHAN METODE KONSTRUKSI

Perumusan teknik pemilihan metode konstruksi basemet yang menggunakan Faktor kinerja Proyek yaitu kinerja biaya sebagai dasar untuk mendapatkan hasil yang optimum pada teknik ini yang dipilih adalah pengolahan data tabulasi, dimana data yang diperoleh adalah data lapangan dari para pakar, begitu juga untuk kondisi teknis dan lingkungan yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan konstruksi basement. Pendekatan yang dilakukan berada dalam ruang lingkup dan batasan-batasan seperti yang secara umum telah disebutkan pada Bab I di atas. Untuk selanjutnya pembahasan tesis ini mengacu pada batasan dan ruang lingkup seperti yang sudah disebut pada bab-bab sebelumnya.

4.1.1 Faktor Kinerja Proyek (Biaya)

Metode konstruksi adalah salah satu aspek dalam manajemen konstruksi yang dapat memberi pengaruh pada ketiga variabel biaya, waktu dan mutu. Suatu metode konstruksi akan memberikan pengaruh pada waktu dan mutu, karena suatu teknik pelaksanaan direncanakan untuk mencapai mutu tertentu dan sudah barang tentu jabaran kegiatannya akan memberikan suatu pola waktu tertentu. Tetapi terhadap biaya, pengaruh metode konstruksi adalah relatif, sangat tergantung pada kondisi lokasi setempat.

Atas dasar tersebut diatas maka dalam penulisan tesis ini akan membatasi variabel-variabel yang akan diukur mengacu kepada pemilihan metode konstruksi basement yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yaitu di Jakarta di mana penelitian lapangan ini dilakukan. Variabel yang akan menjadi dasar pertanyaan dalam wawancara adalah :

• Biaya Langsung meliputi :

Biaya langsung meliputi biaya dinding penahan tanah, konstruksi plat lantai, sumber daya, konstruksi sementara, waterproofing, penggalian tanah, dinding basement, dan biaya-biaya lain proses pelaksanaan.

Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara jumlah lantai basement dengan biaya per meter persegi lantai basement berdasarkan metode konstruksi. Dengan

(15)

demikian diharapkan akan didapat suatu batasan pemilihan metode konstruksi apabila dapat diramalkan biaya untuk masing-masing jenis metode konstruksi tersebut. Data diperoleh dari wawancara yang diajukan kepada para pakar dibidang bangunan basement dengan cara mempertanyakan hubungan biaya langsung pelaksanaan atau biaya rencana untuk tiap lantai basement pada masing-masing metode konstruksi. Hasil dari data tersebut dibuat tabulasi dan diklasifiksikan untuk mengetahui kondisi biaya pada tiap lantai basement untuk masing-masing metode konstruksi dan hasilnya dapat dijadikan pembanding dalam menentukan pilihan metode konstruksi

• Biaya Tak Langsung :

Biaya tak langsung meliputi biaya-biaya lain yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pekerjaan proyek, seperti : gaji staf manajemen yang ditempatkan dan lain sebagainya21.

Biaya tak langsung, yang merupakan overhead, juga menjadi salah satu variabel dalam pemilihan metode secara kuantitatif. Hal ini dikarenakan biaya tak langsung merupakan cerminan dari waktu pelaksanaan. Semakin singkat waktu semakin murah nominal biaya tak langsung, demikian juga sebaliknya22.

Secara umum dapat dikatakan, dengan kondisi seperti tersebut pada bab II, semakin dalam atau semakin banyak jumlah lantai basement akan memberikan biaya pelaksanaan yang semakin tinggi mengingat tingkat kesulitan semakin besar. Untuk itu penelitian dilakukan terhadap basement yang menggunakan metode bottom-up-dan dibandingkan dengan metode top down, dimana penelitian yang akan dilaksanakan terpusat pada jumlah basement dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh model kecenderungan hubungan antara parameter jumlah basement dan biaya.

4.1.2 Faktor Kondisi Teknis dan Lingkungan

Faktor kondisi teknis dan lingkungan antara lain adalah tinggi muka air tanah, jenis properties tanah, ruanggerak pada lokasi, tingkat kedap air yang

21

Asiyanto, ”Construction Project Cost Management”, Cet.2. Pradnya Paramita. Jakarta. 2005

22

Rao, S S : "Optimization : Theory and Application", Wiley Eastern Limited, New Delhi, 2nd edition, 1984.

(16)

diminta, peraturan setempat mengenai dampak lingkungan suatu pelaksanaan proyek, padat tidaknya sekeliling proyek dengan bangunan struktur lainnya, peralatan dan material yang tersedia dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan perlengkapan dan kondisi yang mempengaruhi pemilihan salah satu metode konstruksi basement.

4.1.2.1 Tinggi Muka Air Tanah (MAT)

Alasan teknis yang timbul dari variabel ini adalah terutama karena kondisi

basement yang ada di dalam tanah. Seperti telah disebutkan pada bab-bab

terdahulu, bahwa tanah adalah salah satu bagian dari ilmu teknik sipil yang mempunyai tingkat ketidak pastian yang cukup besar23. Sebagai misal pada kondisi muka air tanah tinggi, maka proses pelaksanaan basement yang menuntut spesifikasi tingkat kedap air yang tinggi, akan menyebabkan persoalan yang tidak mudah untuk hanya ditentukan secara teknis semata, karena faktor ekonomi juga turut memberikan andil dalam menentukan keputusan.

4.1.2.2 Kondisi Lingkungan Sekeliling Lokasi Konstruksi

Lingkungan sekeliling proyek dimana basement akan dibangun akan menyebabkan secara teknis suatu metode pelaksanaan basement tidak mungkin dilakukan24. Sebagai misal apabila lokasi proyek dikelilingi oleh bangunan tinggi lainnya yang bahkan mungkin juga menggunakan basement, maka suatu pemilihan metode pelaksanaan basement akan sangat menentukan. Dari pengamatan, lingkungan sekeliling di mana suatu proyek basement akan dibangun memberikan pengaruh terhadap pemilihan penggunaan metode konstruksi

basement. Suatu area di mana jumlah bangunan struktur lainnya di sekitar

mempunyai tingkat struktur tinggi, sebagai misal bangunan tinggi, jalan layang,

basement dan lain sebagainya, akan memberikan peningkatan resiko klaim yang

tinggi dan kemungkinan lahan pelaksanaan konstruksi yang sempit. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu

23

Cowdell, CA, “ Deep Basement Construction in Saturated Sands On Gold Coast”, Makalah Seminar Innovation And Economics in Building Conference, Brisbane, 1991.

24

Howe, John : "Introduction To Top-Down Construction", makalah seminar satu hari Top-Down Construction, Jakarta, 1993.

(17)

82 • Penggunaan ground anchor yang melebihi batas tapak tanah.

• Getaran yang ditimbulkan oleh pemancangan tiang.

• Turunnya bangunan sekeliling akibat turunnya tegangan efektif tanah akibat proses dewatering.

• Turunnya bangunan sekeliling akibat bergeraknya tanah akibat kegagalan sheet pile penahan tanah.

• Area tapak gedung yang memenuhi denah.

• Penggunaan fasilitas jalan yang akan mengakibatkan pengaruh pada kelancaran bagi pemakai jalan lainnya selama proses konstruksi berjalan. • Timbulnya fenomena Heave.

Kedua variabel diatas akan menjadi dasar pemilihan metode konstruksi

basement dalam tesis ini. Dalam merumuskan model data yang akan diambil

menggunakan wawancara dengan para ahli dibidang teknik pembangunan basement.. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memperoleh dasar pemilihan metode konstruksi berdasarkan faktor-faktor pengalaman teknis yang dimiliki oleh para ahli yang mengacu kepada pengalaman yang sudah ada dan alasan umum teknis yang berlaku. Alasan umum teknis yang berlaku pada tesis ini tidak dibahas secara detail mengingat merupakan faktor tersebut dianggap sudah baku. Untuk melakukan pendekatan pemecahan akan dilakukan analisa data dari hasil wawancara dari pakar.

4.1.3 Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan melibatkan 5 ahli yang sudah berpengalaman pada proyek konstruksi bangunan bertingkat sebagai nara sumber. Para nara sumber tersebut sebagai berikut :

1. Ir. Asiyanto, MBA, IPM (Staf Ahli)

Bekerja di PT. Waskita Karya selama 38 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya

2. Ir. Yauhar AS,CES

(18)

83 Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Jembatan

3. Ir. Handri Sarosa, MT

Bekerja di Departemen PU selama 17 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Bendungan

4. Ir. Achmad Subkhi, MT

Bekerja di Departemen PU selama 15 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya

5. Bhima Dhananjaya, ST

Bekerja di Departemen PU selama 2 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat

4.1.3.1 Pendapat Nara Sumber

Dalam pengumpulan data terdapat 21 variabel yang dijadikan variabel utama, dengan pendapat dari para ahli tersebut diatas diharapkan hasilnya dapat menjadi parameter data yang lengkap dan akurat untuk pemilihan metode konstruksi basement. Perincian data tersebut sebagai berikut :

A. Biaya/m2 (Biaya Langsung dan Tak Langsung

1. Dari dan hingga lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up dimana biayanya lebih efisien atau lebih menguntungkan. a. Nara sumber 1.

- Bottom-Up : 1-2 lantai

- Alasan : Pada lantai 1-2 untuk ground support dan dewatering masih layak.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : 2 lantai maksimal

-Alasan : Kebutuhan penguatan untuk perancah lebih hemat metode konstruksinya simpel.

(19)

84 c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : 2 lantai

-Alasan : Agar dihemat kebutuhan perancah.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : 2 lantai

-Alasan : Kebutuhan perancah untuk perkuatan lebih hemat dan strukturnya ringan

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Metode bottom-up efektif untuk basement kurang dari 2 lantai.

2. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top Down dimana biayanya lebih efisien atau lebih menguntungkan? a. Nara sumber 1.

-Top-Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Dapat mengurangi pekerjaan perancah dan dapat memperingan struktur dinding basement terhadap beban samping tanah.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3 kebawah

-Alasan : Metode konstruksinya menggunakan teknologi lebih canggih sehingga efisien.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 kebawah

-Alasan : Metode konstruksi khusus.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

(20)

85 teknologi tinggi sehingga lebih efisien.

e. Nara sumber 5

-Top-Down : 3-4 lantai dst

-Alasan : Metode Top-Down akan efektif untuk basement 3 lantai dst.

3. Di lantai basement berapa untuk pelaksanaan metode Bottom-Up dan Top-Down dimanna biayanya sama.

a. Nara sumber 1.

- : Lantai 3

-Alasan : Untuk lantai 3 basement kelebihan dan kekurangan masing-masing metode berimbang.

b. Nara sumber 2

- : Lantai 3

-Alasan : Metode konstruksi bottom-up lebih banyak biaya sedangkan Top down kurang optimal baik dari segi efektifitasnya dan efisiensinya.

c. Nara sumber 3

- : Lantai 3

-Alasan : Bottom-Up dituntut lebih besar biaya sedangkan Top-Down tidak optimal efisiensinya.

d. Nara sumber 4

- : Lantai 3

-Alasan : Penggunaan metode konstruksi Bottom-Up dituntut lebih banyak biaya sedangkan Top-Down efisiensinya dan efektifitasnya kurang optimal.

e. Nara sumber 5

- : Lantai 3

-Alasan : Di lantai basement tsb nilai biaya kira-kira hampir sama untuk kedua metode.

(21)

86 B. Kondisi Teknis

4. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 1 (satu) meter?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1 (satu) lantai basement

-Alasan : Untuk galian basement satu lantai beban dewatering belum berat ( dengan asumsi debit rembesan besar).

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 2

-Alasan : Dewatering dapat dilaksanakan secara simple.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : lantai 1

-Alasan : Pengeringan MAT bisa dilakukan konvensional.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Lantai 1

-Alasan : Karena masih dapat dilakukan dewatering dengan metode tertentu.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1lantai

-Alasan : Galian basement 1 lantai beban dewatering akibat 1 meter< MAT < 4 meter sudah cukup tinggi

5. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 1 (satu) meter?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Dinding basement pada metode Top Down juga berfungsi sebagai deawatering sistem cut off..

(22)

87 b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 2 lebih

-Alasan : Metode konstruksinya pengamanan dapat dilakukan dengan metode konstruksi konvensional.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 2

-Alasan : Metode konstruksinya dengan konstruksi tertentu.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 2 dst

-Alasan : Dikarenakan metode konstruksi atau pelaksanaan saat ini sudah dimungkinkan menggunakan teknologi tertentu.

e. Nara sumber 5

-Top-Down : 2 lantai dst

-Alasan : Metode Top-Down juga sebagai dewatering untuk MAT <1 meter.

6. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1 lantai basement

-Alasan : Untuk selisih MAT sebelum 1 meter kondisi masih sama dengan B.4 diatas.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 1

-Alasan : Metode konstruksinya banyak pilihan alternatifnya.

c. Nara sumber 3

(23)

88 -Alasan : Metode konstruksi banyak alternatifnya.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Lantai 2

-Alasan : Metode konstruksi/pelaksanaannya saat ini banyak tersedia alternatif.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1 lantai

-Alasan : Sama dengan B.4.

7. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B5 diatas.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Sama dengan B.5

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3

-Alasan : Metode konstruksi banyak pilihan

d. Nara sumber 4

-Top-Down : lantai 2 dst

-Alasan : Metode konstruksinya saat ini banyak pilihannya.

e. Nara sumber 5

-Top-Down : 2 lantai

(24)

89 8. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 3 (tiga) meter?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 2 lantai basement

-Alasan : Dengan MAT sedalam 3 meter dari permukaan, galian 2 lantai basement masih dapat diatasi dengan layak

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 2

-Alasan : Biaya lebih hemat bila sampai basement lantai 2.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Lantai 2

-Alasan : Metode konstruksi konvensional lebih hemat sampai dengan lantai 2.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : lantai 2

-Alasan : Metode konstruksi/pelaksanaannya akan lebih efisien hanya sampai dengan 2 lantai selebihnya dari itu dibutuhkan perkuatan yang mahal.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 2 lantai

-Alasan : Sama dengan B.4.

9. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 3 (tiga) meter?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B.5 diatas.

(25)

90 b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya

-Alasan : Konstruksi penahan tanah berbeda dengan metode konstruksi Bottom-Up

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 kebawah

-Alasan : Konstruksi penahan tanah berbeda dengan pada Bottom-Up.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Diperlukan konstruksi penahan tanah dan metode konstruksi berbeda dengan bottom-Up.

e. Nara sumber 5

-Top-Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B.5.

10. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 4 (empat) meter?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 2 lantai basement

-Alasan : Sama dengan B.8 diatas.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Samapai dengan lantai 1

-Alasan : Untuk lantai 2 danseterusnya lebih efisien dengan metode Top-Down.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Lantai 2

(26)

91 d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2

-Alasan : Lantai selebihnya lebih efisien dengan metode konstruksi Top-Down.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 2 lantai

-Alasan : Sama dengan B.4.

11. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 4 (empat) meter?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai basement -Alasan : Sama dengan B.5 diatas.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3

-Alasan : Sama dengan B.7.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 kebawah

-Alasan : Konstruksi penahan tanah lebih murah dengan Top-Down..

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Perkuatan penahan tanah metode konstruksi ini lebih efisien .

e. Nara sumber 5

-Top-Down : 3 lantai dst

-Alasan : Sama dengan B.5.

(27)

92 12. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun merupakan lahan yang luas?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1-3 lantai

-Alasan : Dapat melakukan galian basement dengan sistem open cut tanpa support.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 3

-Alasan : Jalan keluar masuk kendaraan masih dapat dilaksanakan.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Lantai 3

-Alasan : Jalan keluar masuk angkutan masih tersedia.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Lantai 3

-Alasan : Detour untuk angkutan masih memadai untuk dilewati.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Cukup aman untuk pelaksanaan tanpa pendukung..

13. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun merupakan lahan yang luas?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Top Down baru efektif untuk lebih dari 3 basement atau 4 lantai keatas tidak dipengaruhi oleh kondisi lahan yang luas dalam kondisi yang lain.

(28)

93 b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan B.10.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Sama dengan B.11

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Metode konstruksi dan perancah penahan tanah lebih cocok dengan Top-Down..

e. Nara sumber 5

-Top-Down : > 3 lantai

-Alasan : Kondisi sekeliling cukup aman untuk pelaksanaan yang ideal.

14. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 1 (satu) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Tiga sisi yang lain dapat open cut sedangkan satu sisi masih dapat menggunakan support.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Maksimal 2 lantai -Alasan : Sama dengan B.13.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Sampai dengan B13.

(29)

94 -Bottom-Up : Maksimal lantai 2

-Alasan : Lebih dari lantai tsb akan lebih efisien dengan metode Top-Down.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Ada bangunan disamping site yang perlu diperhatikan apakah mempunyai basement juga.

15. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 1 (satu) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Sama dengan C.13 diatas.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Diperlukan metode khusus.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 kebawah

-Alasan : Supaya efisien metode konstruksinya dipilih teknologi khusus.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Metode konstruksi diperlukan teknologi khusus sehingga lebih efisien..

e. Nara sumber 5

-Top-Down : 1-2 lantai

(30)

95 16. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 2 (dua) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Sama dengan C.14 (Sebenarnya kondisi sekeliling lokasi tidak masalah selama support galian dapat diatasi.

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2

-Alasan : Konstruksi pengamanan masih dapat dilaksanakan dengan leluasa.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2

-Alasan : Pemasangan perkuatan konstruksinya masih leluasa dilaksanakan.

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2

-Alasan : Pengamanan konstruksi disekitarnya masih leluasa dilaksanakan perkuatan

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1-2 lantai

-Alasan : Sama dengan C.14.

17. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 2 (dua) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

(31)

96 b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan C15

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Sama dengan C15

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 3 dst

-Alasan : Metode konstruksi , perancahnya diperlukan teknologi khusus supaya lebih efisien..

e. Nara sumber 5

-Top-Down : > 3 lantai

-Alasan : Sama dengan C.13.

18. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 3 (tiga) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1 lantai

-Alasan : Dapat menggunakan support dengan struktur yang ringan

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 1

-Alasan : Lahan untuk keluar masuk kendaraan terbatas.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Lantai 1

-Alasan : Jalan angkutan terbatas.

d. Nara sumber 4

(32)

97 -Alasan : Lahan untuk Detour terbatas

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1 lantai

-Alasan : Pakai support yang ringan strukturnya

19. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 3 (tiga) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Sama dengan C.13 diatas.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 2 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan C18.

c. Nara sumber 3

-Top-Down : Lantai 2 dst

-Alasan : Jalan angkutan terbatas.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 2 dst

-Alasan : Keterbatasan jalan keluar masuk angkutan

e. Nara sumber 5

-Top-Down : > 3lantai

-Alasan : Sama dengan C13

20. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 4 (empat) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Bottom-Up : 1 lantai

(33)

98 ringan

b. Nara sumber 2

-Bottom-Up : Lantai 1

-Alasan : Menggunakan struktur penahan tanah galian yang ringan.

c. Nara sumber 3

-Bottom-Up : Tidak dapat dilaksanakan

-Alasan : Tidak ada lahan untuk angkutan bahan material

d. Nara sumber 4

-Bottom-Up : Tidak bisa dilaksanakan.

-Alasan : Tidak ada lahan detour untuk jalan keluar dan masuk angkutan.

e. Nara sumber 5

-Bottom-Up : 1 lantai

-Alasan : Sama dengan C.14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan.

21. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 4 (empat) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung?

a. Nara sumber 1.

-Top Down : Lebih dari 3 lantai

-Alasan : Sama dengan C.13 diatas.

b. Nara sumber 2

-Top-Down : Lantai 2 dan seterusnya

-Alasan : Metode ini lebih cocok bila sekelilingnya ada bangunan..

c. Nara sumber 3

(34)

99 -Alasan : Metode ini cocok dipakai karena ada konstruksi

bangunan disekitarnya.

d. Nara sumber 4

-Top-Down : Lantai 2 dst

-Alasan : Metode ini lebih aman digunakan karena terdapat konstruksi bangunan disekitarnya.

e. Nara sumber 5

-Top-Down : > 3 lantai

-Alasan : Sama dengan C14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan.

(35)

101 101

g g

2 (dua) meter?

No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumbe Rangkuman

Nara Sumber 1 Nara Sumber 2 Nara Sumber 3 Nara Sumber 4 Nara Sumber 5

4

Dari dan hinggá

basement berapa yang untuk pelaksanaan Bottom-Up bila Tingg

Air Tanah

kedalamannya permukaan tanah kura 1 (satu) meter? lantai efektif metode i Muka (MAT) dari ng dari 1 (satu) la basement: galian base lantai beba belum bera asumsi deb besar). ntai Untuk ment satu n dewatering t ( dengan it rembesan Lan dapa seca tai 2: Dewatering t dilaksanakan ra simple. lantai 1: Pengerin

MAT bisa dilakuk konvensional. gan an Lantai 1: K masih dapat dewatering metode terte arena dilakukan dengan ntu 1lantai: Galian basement 1 lantai beban dewatering akibat 1 meter< MAT < 4 meter sudah cukup tinggi

Lantai 1: Untuk galian

basement satu lantai beban dewatering belum berat ( dengan asumsi debit rembesan besar).

5

Dari dan hinggá

basement berapa yang untuk pelaksanaan Top-Down bila Tingg

Air Tanah

kedalamannya permukaan tanah kura 1 (satu) meter? lantai efektif metode i Muka (MAT) Lebih da Dinding b metode To berfungsi deawaterin dari ng dari off.. ri 3 lantai: asement pada p Down juga sebagai g sistem cut Lan Met peng dilak meto konv tai 2 lebih: ode konstruksinya amanan dapat ukan dengan de konstruksi ensional. Lantai 2: M konstruksinya d konstruksi tertent etode engan u. Lantai 2 ds Dikarenakan konstruksi a pelaksanaan sudah dimun menggunak teknologi te t: metode tau saat ini gkinkan 2 lantai dst: Metode Top-Down juga sebagai dewatering

untuk MAT <1 meter.

Lantai 2 dst: Metode

Top-Down juga sebagai dewatering untuk MAT <1 meter.

an rtentu.

6

Dari dan hinggá

basement berapa yang untuk pelaksanaan Bottom-Up bila Tingg

Air Tanah

kedalamannya permukaan tanah kura

lantai efektif metode i Muka (MAT) dari ng dari 1 lantai ba Untuk seli sebelum 1 kondisi ma dengan B.4 sement: sih MAT meter sih sama diatas Lan kons pilih tai 1: Metode truksinya banyak an alternatifnya. Lantai 2: Metode konstruksi banyak alternatifnya Lantai 2 konstruksi/p nya saat tersedia alte : Metode elaksanaan ini banyak rnatif.

1 lantai: Sama dengan

B.4

Lantai 1: Galian

basement 1 lantai beban dewatering akibat 1 meter< MAT < 4 meter sudah cukup tinggi

7

2 (dua) meter?

Dari dan hinggá

basement berapa yang untuk pelaksanaan Top-Down bila Tingg

Air Tanah

kedalamannya permukaan tanah kura

lantai efektif metode i Muka (MAT) dari ng dari Lebih dar Sama deng i 3 lantai: an B5 diatas Lan deng tai 2 dst: Sama an B.5 Lantai 3: Metode konstruksi banyak pilihan lantai 2 d konstruksin banyak pilih st: Metode ya saat ini annya.

lantai 2: Sama dengan

B.5.

Lantai 2 dst: Metode

Top-Down juga sebagai dewatering untuk MAT <1 meter.

(36)

g

No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumber Rangkuman

Nara Sumber 1 Nara Sumber 2 Nara Sumber 3 Nara Sumber 4 Nara Sumber 5

20

Dari dan hinggá

basement berapa

efektif untuk pelak metode Bottom-Up

(empat) sisi

sekeliling lokasi yan

dibangun t bangunan gedung? lantai yang sanaan bila 4 kondisi g akan erdapat 1 lantai: D menggunak support gal ringan apat an struktur ian yang 1 lan Meng pena yang tai: gunakan struktur han tanah galian ringan

Tidak dapat dilaksanakan: Tid

ada lahan untuk angkutan bahan material ak Tidak bisa dilaksanaka ada lahan de jalan keluar d angkutan n: Tidak tour untuk an masuk

1 lantai: Sama dengan

C.14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan

Lantai 1: Dapat

menggunakan struktur support galian yang ringan

21

Dari dan hinggá

basement berapa

efektif untuk pelak metode Top-Down

(empat) sisi

( p )

sekeliling lokasi yan

dibangun t bangunan gedung? lantai yang sanaan bila 4 kondisi Lebih dari Sama deng diatas g akan erdapat 3 lantai: an C.13 Lanta seteru ini leb sekeli bang i 2 dan snya: Metode ih cocok bila lingnya ada unan Lantai 2 dst: Met

ini cocok dipakai karena ada konstr bangunan disekita ode uksi rnya Lantai 2 dst ini lebih am digunakan ka terdapat kon bangunan dig y : Metode an rena struksi sekitarnya > 3 lantai: Sama

dengan C14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan

Lantai 2 dst: Metode

ini lebih aman digunakan karena terdapat konstruksi bangunan disekitarnyag y

(37)

4.2 OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP

4.2.1 Manajemen proyek

Dalam kegiatan proyek dapat dibagi dalam 3 tahap pelaksanaan yaitu : a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini dilakukan suatu penjabaran pekerjaan yang umum disebut sebagai

Work Breakdown Structure (WBS). Selain itu pada tahap ini juga dilakukan

perhitungan-perhitungan lainnya yaitu

- Kebutuhan akan tenaga kerja, material dan peralatan. - Estimasi biaya dan durasi masing-masing item pekerjaan. b. Penjadwalan (scheduling)

Penjadwalan adalah melakukan pengaturan item-item pekerjaan berbasis waktu dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Pada tahap ini dapat ditentukan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu waktu dalam pelaksanaan. Dan waktu yang diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan juga ditentukan pada phase ini. c. Pengendalian (Control)

Tahap ini dilakukan pada saat pelaksanaan sedang berlangsung atau akan berlangsung, dengan tujuan agar pelaksanaan di lapangan dapat sesuai atau diusahakan sesuai dengan kedua tahap di atas apabila terjadi penyimpangan25. Ketiga faktor tersebut di atas sangat menentukan apakah suatu proyek dapat berlangsung dengan baik sehingga berhasil dengan baik pula atau sebaliknya. Sebelum dilakukan analisa optimasi terlebih dahulu dilihat ciri-ciri atau karakteristik kegiatan-kegiatan yang pada umumnya ada pada metode Bottom-up. Sehingga dapat diramalkan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dioptimasi. Secara garis besar dapat disebutkan bahwa pada umumnya kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan basement dengan metode Bottom-Up adalah :

1. Pekerjaan persiapan (mobilisasi peralatan. 2. Pelaksanaan pondasi tiang

3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile). 4. Exkavasi (penggalian) dan pembuangan tanah. 5. Dewatering.

6. Poer pondasi.

25

Hendrickson, Chris Au, Tung "Project Management For Construction", Prentice Hall, New Jersey, 1989.

(38)

107 7. Waterproofing.

8. Tie beam dan Pondasi rakit.

9. Dinding basement dan strukstur bertahap keatas.

10. Lantai basement bertahap ke atas.

4.2.2 Hasil Penelitian

Data yang dikumpulkan melibatkan 5 ahli yang sudah berpengalaman pada proyek konstruksi bangunan bertingkat sebagai nara sumber. Para nara sumber tersebut sebagai berikut :

1. Ir. Asiyanto, MBA, IPM (Staf Ahli)

Bekerja di PT. Waskita Karya selama 38 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya

2. Ir. Yauhar AS,CES

Bekerja di Departemen PU selama 25 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Jembatan

3. Ir. Handri Sarosa, MT

Bekerja di Departemen PU selama 17 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Bendungan

4. Ir. Achmad Subkhi, MT

Bekerja di Departemen PU selama 15 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya

5. Bhima Dhananjaya, ST

Bekerja di Departemen PU selama 2 tahun

Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat

(39)

108

4.2.2.1 Pendapat Nara Sumber

1. Pekerjaan persiapan (mobilisasi peralatan, acces road, site plan dan pengukuran)

a. Nara sumber 1.

- Buat site plan agar tidak terlalu mengganggu kegiatan pelaksanaan proyek

- Pikirkam masak-masak pembuangan tanah galian basement.

b. Nara sumber 2.

- Harus ada blok plant

- Pemilihan lokasi keluar masuk kendaraan

c. Nara sumber 3.

- Lay out harus direncanakan

- Jalan angkutan dipilih pada lokasi yang tepat.

d. Nara sumber 4.

- Site plan harus benar-benar direncanakan secara tepat sesuai kondisi lingkungan sekitarnya

- Akses road harus benar-benar tepat dipilih untuk akomodasi.

e. Nara sumber 5.

- Persiapkan pembuangan tanah galian

- Persiapkan aliran air bila terjadi hujan saat penggalian. - Penentuan titik level tanah yang akan digali

2. Pekerjaan Pondasi tiang. a. Nara sumber 1.

- Data tentang tanah harus diyakini benar untuk menetapkan metode pelaksanaan fondasi yang tepat. - Tetapkan sistem dewatering yang sesuai dengan kondisi

(40)

109 b. Nara sumber 2.

- Data kondisi tanah secara akurat

- Lakukan pengeringan air dengan metode yang tepat.

c. Nara sumber 3.

- Periksa kondisi tanah

- Metode pengeringan disesuaikan MAT.

d. Nara sumber 4.

- Lengkapi data penelitian kondisi tanah secara akurat - Lakukan metode dewatering yang tepat sesuai MAT yang

ada.

e. Nara sumber 5.

- Perlu tes kekuatan dan sifat tanah

- Sesuaikan jenis/metode pondasi dengan hasil tes sifat dan kekuatan tanah.

3. Pekerjaan dinding penahan tanah (sheet pile). a. Nara sumber 1.

- Bila mungkin gunakan ground anckour agar pelaksanaan basement tidak ada gangguan.

- Bila tidak mungkin gunakan tanah sekeliling dinding untuk membantu menahan sementara sheet pile yang ada.

b. Nara sumber 2.

- Gunakan angkur ke tanah.

- Yakinkan sheet piles sampai lantai 3

c. Nara sumber 3.

- Menggunakan anckur bawah tanah

- Dinding penahan tanah precase / baja sampai dengan lantai 3

(41)

110 - Bisa digunakan ground anchour atau sheet pile bila

sampai dengan lantai 2

e. Nara sumber 5.

- Sheet pile dapat dibangun langsung pada semua sisi basement, bila tidak memungkinkan dapat dibangun pada bagian yang paling beresiko.

4. Pekerjaan exkavasi (penggalian) dan pembuangan tanah. a. Nara sumber 1.

- Penggalian menggunakan alat berat (excavator) dan sisakan ramp untuk naik turun alat (dump truck)

- Ramp digali terakhir

b. Nara sumber 2.

- Sediakan jalan masuk angkutan yang efisien..

c. Nara sumber 3.

- Tersedia jalan angkutan yang lancar

d. Nara sumber 4.

- Sediakan jalan keluar masuk dengan leluasa (detour)

e. Nara sumber 5.

- Persiapkan sarana dan lokasi pembuangan. - Persiapkan aliran air agar tidak terjadi genangan - Perlu pagar pengaman.

5. Pekerjaan deawatering. a. Nara sumber 1.

- Sesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada seperti MAT, debit rembesan (seepage), dampak penurunan MAT pada lingkungan, dan tersedia tidaknya saluran pembuangan.

(42)

111 - Pilih tiga metode yang ada: open pumping, predrainage

atau cut off.

b. Nara sumber 2.

- Teliti permukaan air tanah - Waspadai rembesan air tanah

c. Nara sumber 3.

- Lihat MAT dilokasi

- Debit air rembesan dilokasi bangunan

d. Nara sumber 4.

- Dewatering dilaksanakan sesuai dengan kondisi MAT dan debit rembesan air tanah sekelilingnya.

e. Nara sumber 5.

- Perlu informasi tentang MAT dan kerapatan tanah - Aliran air yang ada perlu dikonservasi (jangan dirusak)

6. Pekerjaan raft fondation (poer fondasi) a. Nara sumber 1.

- Rencanakan tahapan pengecoran sesuai dengan kemampuan volume pengecoran.

b. Nara sumber 2.

- Harus diketahui kebutuhan beton cor yang tepat. - Gunakan pompa beton dengan tekanan tinggi

c. Nara sumber 3.

- Hitung beton cor secara tepat

- Gunakan concrete pump tekanan tinggi - Gunakan vibrator.

d. Nara sumber 4.

(43)

112 - Gunakan alat cor dengan concrete pump yang memadai.

e. Nara sumber 5.

- Laksanakan bila kondisi tanah sudah benar-benar stabil

7. Pekerjaan waterproofing atau waterstop a. Nara sumber 1.

- Rencanakan dengan baik batas-batas pemberhentian pengecoran untuk basement, dan pasang waterstop yang sesuai dengan struktur basement (ukuran waterstopnya)

b. Nara sumber 2.

- Survey sesuai dengan kebutuhan konstruksi dilapangan, bandingkan dengan bahan dan alat yang tersedia di pasar.

c. Nara sumber 3.

- Sesuaikan dengan konstruksi basement

d. Nara sumber 4.

- Sesuaikan dengan kebutuhan konstruksi basement

e. Nara sumber 5.

- Pekerjaan waterproofing disesuaikan dengan sheet pile - Pekerjaan waterproofing harus benar-benar rapat,

perhatikan bila ada kebocoran-kebocoran.

8. Pekerjaan tie beam dan pondasi rakit. a. Nara sumber 1.

- Gunakan formwork dari pasangan batu bata untuk tie beam agar tempat kerja bersih dan lebih cepat.

b. Nara sumber 2.

- Usahakan gunakan bekisting yang dipakai seterusnya (pabrikan).

(44)

113 c. Nara sumber 3.

- Gunakan bekisting pabrikan

- Pada pondasi rakit teliti kondisi tanah dasarnya

d. Nara sumber 4.

- Gunakan formwork dari bahan permanen (knock down) dengan penggunaan tenaga yang terlatih agar efisien dan hemat bahan-bahan atau alat kerja.

- Untuk pondasi rakit teliti dulu kondisi tanahnya.

e. Nara sumber 5.

- Kekuatan tie beam, begisting dan umur beton

9. Pekerjaan Dinding basement dan struktur bertahap keatas.

a. Nara sumber 1.

- Pengecoran dinding basement harus sesuai antara kecepatan tinggi pengecoran dengan struktur formwork dinding.

b. Nara sumber 2.

- Bekisting yang akan digunakan sudah diketahui kemampuannya.

- Gunakan pompa beton dengan tekanan yang tinggi dan fibrator.

c. Nara sumber 3.

- Gunakan bekesting dengan kekuatan dan perkuatan yang sudah diperhitungkan dan pakai concrete pump tekanan tinggi

d. Nara sumber 4.

- Gunakan bekisting dinding dengan bahan yang sudah diperhitungkan kekuatannya dan perkuatannya seperlunya.

(45)

114 - Gunakan concrete pump dengan tekanan yang memadai

e. Nara sumber 5.

- Pekerjaan dinding dan struktur dapat dilakukan bila pondasi/struktur dibawahnya sudah benar-benar kuat dan siap

10. Pekerjaan Lantai basement bertahap ke atas. a. Nara sumber 1.

- Gunakan steel scafolding agar pekerjaan rapi, cepat dan mengurangi limbah konstruksi.

b. Nara sumber 2.

- Untuk acuan cor lantai digunakan perancah atau scafolding.

c. Nara sumber 3.

- Untuk acuan lantai cor beton harus diperkuat dengan scafolding

d. Nara sumber 4.

- Untuk landasan lantai cor gunakan scafolding

e. Nara sumber 5.

(46)

117 117

No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumber Rangkuman

5

Pekerjaan deawatering. a. Nara sumber 1.

- Sesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada seperti MAT, debit penurunan MAT pada lingkungan, dan tersedia tidaknya saluran pembu - Pilih tiga metode yang ada: open pumping, predrainage atau cut off. b. Nara sumber 2.

- Teliti permukaan air tanah - Waspadai rembesan air tanah c. Nara sumber 3.

- Lihat MAT dilokasi

- Debit air rembesan dilokasi bangunan d. Nara sumber 4.

- Dewatering dilaksanakan sesuai dengan kondisi MAT dan debit rem

N b 5

e. Nara sumber 5.

- Perlu informasi tentang MAT dan kerapatan tanah - Aliran air yang ada perlu dikonservasi (jangan dirusak)

rembesan (seepage), dampak angan.

besan air tanah sekelilingnya.

- Sesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada seperti MAT, debit rembesan (seepage), dampak penurunan MAT pada lingkungan, dan tersedia tidaknya saluran pembuangan.

- Pilih tiga metode yang ada: open pumping, predrainage atau cut off.

6

Pekerjaan raft fondat (poer fondasi)

ion a. Nara sumber 1.

- Rencanakan tahapan pengecoran sesuai dengan kemampuan volum b. Nara sumber 2.

- Harus diketahui kebutuhan beton cor yang tepat. - Gunakan pompa beton dengan tekanan tinggi c. Nara sumber 3.

- Hitung beton cor secara tepat - Gunakan concrete pump tekanan tinggi - Gunakan vibrator.

d. Nara sumber 4.

- Hitung kebutuhan beton cor yang sesungguhnya - Gunakan alat cor dengan concrete pump yang memadai. e. Nara sumber 5.

- Laksanakan bila kondisi tanah sudah benar-benar stabil

e pengecoran. - Rencanakan tahapan pengecoran sesuai dengan kemampuan volume pengecoran.

- Harus diketahui kebutuhan beton cor yang tepat. - Gunakan pompa beton dengan tekanan tinggi

(47)

119 119 i

No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumber Rangkuman

9

Pekerjaan Dinding basement dan strukt bertahap keatas

ur

a. Nara sumber 1.

- Pengecoran dinding basement harus sesuai antara kecepatan tinggi formwork dinding.

b. Nara sumber 2.

- Bekisting yang akan digunakan sudah diketahui kemampuannya. - Gunakan pompa beton dengan tekanan yang tinggi dan fibrator. c. Nara sumber 3.

- Gunakan bekesting dengan kekuatan dan perkuatan yang sudah dip pump tekanan tinggi

d. Nara sumber 4.

- Gunakan bekisting dinding dengan bahan yang sudah diperhitungk seperlunya.

G k t d t k d i

- Gunakan concrete pump dengan tekanan yang memada e. Nara sumber 5.

- Pekerjaan dinding dan struktur dapat dilakukan bila pondasi/struktu kuat dan siap

pengecoran dengan struktur

erhitungkan dan pakai concrete

an kekuatannya dan perkuatannya

- Pengecoran dinding basement harus sesuai antara kecepatan tinggi pengecoran dengan struktur formwork dinding.

- Gunakan pompa beton dengan tekanan yang tinggi dan fibrator.

r dibawahnya sudah benar-benar

10

Pekerjaan Lantai bas bertahap ke atas

ement a. Nara sumber 1.

- Gunakan steel scafolding agar pekerjaan rapi, cepat dan mengurang b. Nara sumber 2.

- Untuk acuan cor lantai digunakan perancah atau scafolding. c. Nara sumber 3.

- Untuk acuan lantai cor beton harus diperkuat dengan scafolding d. Nara sumber 4.

- Untuk landasan lantai cor gunakan scafolding e. Nara sumber 5.

- Sama dengan no.9 diatas.

i limbah konstruksi. - Gunakan steel scafolding agar pekerjaan rapi, cepat dan mengurangi limbah konstruksi.

Gambar

Gambar    3.1    Tingkat Abstrak dan Jumlah dari Data, Informasi dan Knowledge
Gambar     3. 2   Expert Knowledge dalam Struktur Expert System

Referensi

Dokumen terkait

Namun secara keseluruhan sikap mahasiswa TTUC Ban dung ini terhadap materi bidang studi MPT mempunyai hubung an positif yang sangat signifikan dengan prestasi belajar nya^

Kuat tekan beton ringan selain berhubungan dengan perencanaan campuran adukan beton ringan, juga mempunyai hubungan yang unik dengan karakteristik beton ringan yang lainnya

Analisis kelayakan finansial Elsari Brownies and Bakery dilakukan dengan tiga skenario, yaitu kondisi perusahaan saat ini, pengembangan usaha dengan menyewa bangunan untuk

Termasuk dalam hal ini kerusakan yang terjadi di air (pencemaran air). Indikator dari pencemaran air ialah adanya polutan. Polutan dapat berupa adanya bakteri, unsur-unsur

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri

Konstruksi penahan tanah seperti dinding penahan, dinding bangunan bawah tanah (basement), dan turap baja, pada umumnya digunakan dalam teknik pondasi; konstruksi

satu-satunya sekolah dasar yang berada didesa pansurbatu, dari hasil wawancara bersama salah satu tenaga pengajar di sekolah tersebut bahwa sekolah ini sangat

Kembali ke tadi kalau substansinya sudah jelas dan memang yang kita inginkan iut, ini nampaknya ya tidak perlu baik nomornya maupun amenyebut Ki tab