• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa Mandarin pada penutur pemula. Untuk itu, penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan linguistik khususnya dalam bidang fonetik.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1).

Verhaar, (2001: 3) Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa ”Roman” (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin.

Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguitik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya. (Roger Lass)

”Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah

(2)

dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut ”fonetik organik” (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara”. (JWM Verhaar : 2001: 19)

”... Analisis kesalahan merupakan suatu usaha untuk mempelajari kesalahan pembelajaran yang diyakini sebagai hasil dari interfensi dalam belajar bahasa asing yang merupakan kebiasaan dari bahasa ibu” (Naibaho: 2003: 48)

Teori yang penulis kemukakan diatas tadi, inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini.

2.2.Konsep

Dalam bab ini penulis berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan Bahasa Mandarin. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berhubungan dengan Linguistik, terutama dalam bidang Fonologi dan Fonetik.

Seperti kita ketahui bersama bahwa bidang fonologi dapat melibatkan materi penelitian fonetik, fonemik dan fonestem, serta lingkungan fonem dan keselarasan vokal. Materi fonetik tidak hanya melibatkan bunyi bahasa, akan tetapi mencakup pula hubungan bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana bunyi itu diterima, sehingga kedalamnya termasuk fonetik akustik dan fonetik auditoris.

Adapun unsur-unsur bidang fonologi yang dapat diteliti selain yang disebut diatas termasuk pula:

(3)

2. Proses terjadinya bunyi bahasa

3. Fonem vokal dan fonem konsonan

4. Fonem klaster dan diftong

5. Perubahan varian fonem

6. Fonem serapan (dari bahasa asing), sebagai penyesuaian dengan fonem suatu bahasa akibat lintas bahasa

7. Ejaan sebagai bidang terapan dari fonologi

8. Ketaksaan fonem dalam lafal.

Dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya belajar bahasa asing dapat dipastikan, para peserta didik pernah membuat kesalahan. Hal ini tidak dapat dihindari karena membuat kesalahan itu adalah bagian penting dalam proses pemerolehan bahasa (Corder, 1973).

Kesalahan ini tentunya memerlukan koreksi secara bertahap dari instruktur agar tidak menggangu komunikasi dalam penggunaan bahasa tersebut. Akan tetapi, kesalahan yang akan dikoreksi perlu diseleksi, karena bisa mengganggu komunikasi atau kelancaran berbahasa. Akibatnya, peserta didik akan merasa frustasi dan kehilangan motivasi (Harmer, 1983).

Menurut Corder ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta didik, yaitu (1) bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang menunjukkan adanya transitional

(4)

competence yang disebut error dan (2) kesalahan-kesalahan yang sifatnya random,

tidak sistematis yang disebut mistake.

Selanjutnya, Corder menyebutkan bahwa kesalahan dalam katagori error mempunyai arti yang penting, yaitu (1) bagi instruktur dapat digunakan sebagai petunjuk seberapa banyak penguasaan bahasa peserta didik dan aspek apa yang belum dikuasai; (2) bagi peneliti, sebagai petunjuk bagaimana peserta didik menguasai aspek-aspek tertentu dan strategi apa yang digunakan dalam pemerolehan bahasa; dan (3) bagi peserta didik sendiri, kesalahan itu merupakan bagian penting dari proses belajarnya, karena kesalahan dapat dipakai sebagai alat untuk belajar.

Menurut Burt (1975) dikatakan bahwa kesalahan yang dikoreksi perlu diseleksi karena jika semua kesalahan dikoreksi akan dapat mengganggu komunikasi mereka. Di samping itu, koreksi yang berlebihan seperti yang dikemukakan oleh Harmer (1983) dapat menimbulkan rasa frustasi atau kehilangan motivasi belajar. Gower (1988) seperti yang dikutif oleh Chaudron menyarankan bahwa yang perlu segera diperbaiki adalah kesalahan yang dapat menimbulkan salah pengertian dan koreksi dilakukan setelah mereka selesai mengucapkan kalimat.

Corder (1981) juga membedakan kesalahan dalam beberapa pengertian kesalahan berbahasa berdasarkan sebab-sebabnya, yaitu: Mistakes (keliru) lapses (selip) dan errors (salah). Mistakes adalah penyimpangan pemakian bahasa (penyimpangan struktur lahir) yang terjadi karena penutur tidak menetukan pilihan penggunaan ungkapan secara tepat dan sesuai dengan situasi yang ada. Lapses adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir) yang terjadi karena beralihnya pusat perhatian terhadap topik pembicaraan secara sesaat, dan errors adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur

(5)

lahir) dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 ; 43) ”...Analisis adalah: 1, penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya) 2. Penjabaran sesudah dikaji sebaik baiknya. 3. Pemecahan persoalaan yg di mulai dgn dugaan akan kebenaranya”

Kesalahan menurut KBBI (2007:983) : perihal salah; kekeliruan; kealpaan

Ellis (1986:296) ”... analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meluputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”

Tarigan dan Tarigan (1988: 71) menyusun langkah-langkah kerja baru analisis kesalahan melalui penyeleksian, pengukuran dan penggabungan dengan hasil modifikasi sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar, misalnya: hasil ulangan, karangan, dan percakapan

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.

3. Memperingkat kesalahan: mengurut kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.

(6)

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan dan memberi contoh yang benar.

5. Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tatanan bahasa yang dipelajari yang potensial medatangkan kesalahan.

6. Mengkoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran yang serasi.

2. 2.1 Pelafalan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lafal adalah : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.

Pelafalan bunyi dalam pemerolehan suatu bahasa untuk kelompok umur dewasa (mahasiswa) biasanya dimulai dengan pengenalan alphabeth dari target bahasa yang dipelajari. Chastain (1976) menyatakan bahwa pemerolehan pelafalan bunyi bahasa dari target language merupakan suatu proses oleh karenanya tidaklah terlalu penting untuk memberikan perhatian yang berlebihan terhadap pemerolehan pelafalan bunyi yang sempurna.

West (1991) mendukung pernyataan ini dengan mengatakan bahwa proses pelafalan bunyi yang secara pasti mendekati suara dari penutur asli (native speaker) berlangsung secara bertahap dalam level awal pembelajaran bahasa tanpa adanya koreksi yang terus menerus dari instruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pelafalan yang

(7)

sempurna dari semua bunyi tidaklah merupakan suatu keharusan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

Chastain kemudaian memberikan contoh pelafalan bunyi dalam bahasa Perancis, German, dan Spanyol sebagai berikut:

“In French, the additional sounds that cause the most problems are (!) the sounds of the vowel u as in the pronoun tu, eu in deux, and oe as in soeur; (2) the nasal vowel sounds; the sound similar to the ny of the word canyon in English, which is one phoneme in French; and (4) the semi vowel u as it glides sound of the following vowel as in the word lui. In German, problem sounds are the sound of the umlauted vowels ŏ and ū and the sound of consonant r. In Spanish, the additional sounds to be stressed are those of the consonants r and rr”. (1975:339).

Penguasaan ranah kata (vocabulary) juga sangat diperlukan pada proses komunikasi. Kosa kata dalam suatu bahasa erat kaitanya dengan gramatika (grammar) dari bahasa tersebut. Menurut Yu Shu Ying diasumsikan bahwa“Vocabulary is

connected with grammar, so familiarity with grammatical patterns helps the reader guess the meaning of words. For example, a word can be classified as a grammatical item or as a vocabulary item. Beautiful is a vocabulary item, and in functional grammar it is also an epithet in the nominal group the beautiful girl and reflects the speaker’s opinion of the person described. The connection between vocabulary and grammar can be seen by the interdependence of grammatical and lexical cohesion. In a typical text, grammatical and lexical cohesion support each other”. (2001:2).

(8)

Asumsi ini dapat dikatakan bahwa ranah kata berkaitan erat dengan gramatika. Dengan mengetahui pola gramatika dapat membantu seseorang menebak arti suatu kata. Sebagai contoh, sebuah kata dapat diklasifikasikan sebagai unsur gramatika ataupun unsur ranah kata. Cantik adalah unsur ranah kata, dan dalam fungsi gramatika ini juga merupakan ungkapan yang ditujukan kepada sekelompok orang, yaitu wanita cantik dan langsung merefleksikan pendapat si pembicara terhadap orang yang dimaksud. Hubungan antara ranah kata dan gramatika dapat dilihat dari saling terkaitnya kohesi unsur gramatika dan leksikon. Dalam suatu wacana teks hubungan ini saling mendukung.

Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan tujuan. Dengan berkomunikasi kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki dan kita ketahui kepada orang lain. Untuk itu diperlukan kemahiran, ketrampilan dan tutur bahasa yang baik agar mereka yang mendengar atau membaca (tulisan) dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Salah satu ketrampilan itu adalah bertutur dengan baik. Bertutur dengan baik maksudnya bebas dari gangguan disfungsi alat ucap manusia. Misalnya dapat bertutur dengan baik karena tidak sumbing, cadel, atau tunarungu.

Bahasa sebagai objek kajian linguistik pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut ”tata bahasa”. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi.

(9)

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

Chaer, (1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Linguistik sebagai ilmu murni ternyata juga bermacam-macam, tergantung kepada bahasa yang diteliti, tujuan, dan cara kerjanya. Linguistik dibedakan atas Linguistik Deskriptif dan Linguistik Normatif/Preskriptif. Linguistik deskriptif mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Berbeda dengan linguistik normatif/ preskriptif, linguistik normatif meneliti bahasa berdasarkan norma atau ketentuan yang telah ada.

Jenis linguistik lain ialah linguistik komparatif dan linguistik historis. Sebagaimana terlihat dari namanya, cara kerja dari linguistik komparatif ialah membandingkan. Secara sinkronis, kita sering membandingkan dua satuan lingual atau dua konstruksi untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya. Linguistik historis (historical linguistics) yaitu memperbandingkan beberapa bahasa yang serumpun dari waktu ke waktu dengan tujuan pokok membuat rekonstruksi bentuk proto bahasa induknya.

Setiap ilmu pengetahuan lazimnya dibagi atas bidang-bidang dan sub bidang. Demikian pula ilmu Linguistik lazimnya dibagi menjadi bidang-bidang yang bermacam-macam. Misalnya saja ada linguistik antropologis, yaitu cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli antropologi budaya. Ada juga linguistik sosiologis atau sosiolinguistik, untuk meneliti bagaimanakah dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Bahkan dewasa ini berkembang ilmu linguistik komputasional, yaitu suatu penelitian linguistik dengan bantuan komputer.

(10)

Akan tetapi bidang-bidang linguistik diatas, didasari pada bidang yang menyangkut strukrur-struktur dasar saja, seperti struktur bunyi bahasa yang kita kenal dengan sebutan fonetik dan fonologi, susunan struktur kata disebut morfologi, struktur antar-kata dalam kalimat disebut sintaksis, arti atau makna suatu kata disebut semantik. Lalu ada lagi pragmatik yaitu pemakaian bahasa yang menyangkut hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan.

Secara umum linguistik sebagai ilmu murni yang empiris mempunyai cabang-cabang: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Fonologi meniliti bunyi-bunyi ujar suatu bahasa termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. (Edi Subroto: 2007: 28)

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan bunyi tertentu, yang agak berbeda-beda menurut bahasa tertentu. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya.

”Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut ”fonetik organik” (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara”. (JWM Verhaar : 2001: 19)

Fonetik Artikulatoris meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menhgasilkan bunyi bahasa. Manusia juga dapat menghasilkan bunyi-bunyi lain dengan artikulatorisnya, akan tetapi bunyi yang dihasilkan bukan merupakan bunyi bahasa.

(11)

Misalnya dengan alat artikulatoris yang sama manusia bisa menghasilkan bunyi teriakan, batuk, berdehem, dan sebagainya tetapi bunyi tersebut umumnya tidak bermakna apa-apa.

Bila kita berbicara, udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan kepangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus terbuka agar udara bisa keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung atau kedua-duanya. Apabila udara keluar tanpa hambatan, kita tidak akan menghasilkan bunyi bahasa. Contohnya adalah ketika kita bernafas. Hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa ada pada pita suara.

Fonetik Artikulatoris juga membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan sebagai segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai dengan yang terakhir atau dari kiri ke kanan. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental, artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ada diatas segmental.

Kita menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara didalamnya, dan kesemuaan itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru.

2.3 Landasan Teori

Sebagai pendukung pembahasan penelitian ini penulis mengutip beberapa teori sebagai acuan dalam menganalisis data yang diperoleh. Adapun teori yang dipaparkan

(12)

dalam studi literatur ini seperti pemerolehan komponen bahasa dan analisis kesalahan dalam berbahasa (error analysis) dan selayang pandang tentang bahasa Mandarin.

Objek atau sasaran kajian linguistik adalah bahasa, yaitu bahasa manusia yang alamiah (natural). Jadi bukan bahasa binatang, dan juga bukan bahasa buatan (artificial). Bahasa manusia merupakan bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat bahasa (linguistic society) sebagai alat komunikasi verbal secara umum dan wajar. Cabang Ilmu linguistik yang paling sesuai digunakan untuk teori kesalahan pelafalan adalah Fonologi dan Fonetik.

Setiap bahasa pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut ”tata bahasa”. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik.

Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa ”Roman” (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin. (J.W.M Verhaar, 2001: 3)

Menurut Roger Lass Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur

(13)

linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang menbuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguitik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya.

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Sementara itu berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya.

”Fonologi adalah pengetahuan tentang bunyi yang merupakan suatu prasyarat untuk dapat mempelajari dan memahami seluk-beluk bahasa dengan baik.” (Lapoliwa: 1988: 3)

Cara pelafalan dalam bahasa Mandarin sangat penting untuk diperhatikan. Pelafalan yang baik dan benar merupakan landasan untuk bisa menguasai dan bertutur dalam Bahasa Mandarin. Cara pelafalan dalam Bahasa Mandarin tidak terlepas dari Pinyin.

Mandarin sebagai bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem penulisannya sehingga menyulitkan bagi orang asing untuk mempelajari bahasa mandarin. Pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi menggunakan fonetik Pinyin, yang dibuat oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik Rakyat Cina sebagai sistem penulisan latinnya. Pinyin merupakan sistem penulisan latin untuk Bahasa Mandarin berdasarkan sistem pelafalan standar nasional ( De-An Wu Swihart. 2007: 1).

(14)

Sistem fonetik pinyin mempermudah pembelajar asing yang kebanyakan mengenal huruf latin. Saat ini Pinyin telah banyak digunakan pada tempat seperti pada sistem pengetikan huruf Han dikomputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar, software computer dan lain lain. Berikut akan penulis jabarkan terlebih dahulu sistem artikulasi pelafalan pada alat ucap manusia.

1. 上唇 (shangchun )upper lip 2. 上齿 (shangchi) upper teeth 3. 牙床 (yachuang) teethridge 4. 硬额 (ying’e) hard palate 5. 软额 (ruan’e) soft palate 6. 小舌 (xiaoshe) uvula 7. 下唇 (xiachun) lower lip 8. 下齿 (xiachi) lower teeth 9. 舌尖 (shejian) tip of the tongue 10.舌面 (shemian)bladeof the tongue 11. 舌根 (shegen) back of the tongue 12. 声带 (shengda)i vocal cords 13. 鼻腔 (biqiang) nasal cavity

(15)

Bentuk penulisan Pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari inisial atau huruf konsonan(声母 Shengmu), final atau vokal (韵母 yunmu), dan juga Nada (声调 Shengdiao). Nada dalam bahasa mandarin diletakkan di atas huruf vokal.

Tabel Inisial dalam Bahasa Mandarin

Alfabet Pin Yin Lafal dalam Bahasa Indonesia b (po) p (pho) m (mo) f (fo) d (te) t (the) n (ne) l (le) g (ke) k (khe) h (he) j (ci) q (chi)

(16)

x (si) zh(i) (ceur) ch(i) (cheur) sh(i) (sheur) r(i) (re) z(i) (ce) c(i) (cheu) s (se) Tabel Final dalam bahasa Mandarin

Alfabet Pin Yin Lafal dalam Bahasa Indonesia a (a) O (o) eu (eu) e (e) ai (ai) ei (ei) ao (au) ou (ou) an (an) en (eun)

(17)

ang (ang) eng (eung) er (eur) yi (i) wu (u) ǚ (yiu) Contoh: 中 (baca: Zhōng)

Zh : merupakan Inisial (声母/ shengmu)

Ōng : merupakan Final (韵母/ yunmu)

Final (韵母/ yunmu) dalam Bahasa Mandarin terdri dari 4 jenis yaitu:

Final tunggal Final Gabungan Final Nasal Final khusus

a ai an er [ɐɹ]

o ei en ê [ɛ]

(18)

i ou eng u ia ong ü ie ian iao in iou(-iu) iang ua ing uo iong uai uan uei(-ui) uen(-un) üe uang ueng üan ün

Nada dalam Bahasa Mandarin (声调/ shengdiao)

Bahasa Mandarin memiliki empat jenis nada, yaitu:

Nada Lambang Nada Deskripsi

Puncak Ketinggian

(19)

Nada Pertama ¯ Suara tinggi dan datar 55: Nada Kedua ˊ Suara menanjak 35: Nada Ketiga ˇ Suara turun kemudian naik 214: Nada Keempat ˋ Suara Menukik 51: Nada Netral (pendek) ·

Pelafalan Nada

Dalam Bahasa Mandarin, nada (声调) atau shengdiao (baca : sengtiao) berperan

penting sebagai salah satu pembeda kata-kata yang berbunyi sama. Kalau salah

mengucapkan nada, bisa-bisa orang lain salah menangkap makna kata yang kita

maksud. Ada 4 nada yang membedakan makna dan pelafalan, yakni sebagai

berikut :

1. Nada Datar dilambangkan dengan nada “ - ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya datar dan panjang. Contoh : seperti yang terdapat

pada kata Mama (Ibu)

yang dibaca mendatar dan panjang.

(20)

2. Nada Naik dilambangkan dengan tanda “ / ” diatas huruf pinyin atau huruf

bacanya. Cara membacanya naik dan agak tinggi dibanding nada datar. Contoh :

seperti yang terdapat pada kata Ma (bintik/serat)

yang dibaca agak naik

dan tinggi.

3. Nada Melengkung dilambangkan dengan tanda “ v ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya naik, kemudian menurun (mendayu). Contoh : seperti

yang terdapat pada kata Ma (kuda)

yang dibaca dengan nada mendayu.

4. Nada Menurun dilambangkan degnan tanda “ \ ” diatas huruf pinyin/ huruf

bacanya. Cara membacanya menurun dan tegas. Contoh seperti yang terdapat

pada kata Ma (Marah)

(Mà) yang dibaca menurun dan tegas.

Seperti yang disebutkan di atas tadi. Empat kata yang sama bisa memiliki arti

yang berbeda, dikarenakan nada yang berbeda pula.

* ma (nada datar) = Ibu

* ma (nada naik) = Bintik/Serat

* ma (nada melengkung) = Kuda

* ma (nada menurun) = Marah

( ) nada 1. Contoh : ā

( ) nada 2. Contoh : á

( ) nada 3. Contoh : ă

(21)

Keempat nada dalam Bahassa Mandarin sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan menimbulkan kesalahpahaman.

Dalam Bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada pada nada ringan tidak di berikan nada apapun pada suku katanya.

Peletakan tanda nada selalu diletakan di atas vokal. Jika dalam suku kata terdapat final (ui) atau (iu), maka tanda nada diletakkan di vokal akhir.

Cara pelafalan konsonan dalam Bahasa Mandarin sangat tergantung pada posisi lidah, bibir, dan gigi, serta cara melafalkan. Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang akan dihasilkan akan kurang tepat.

Contoh:

1. Konsonan (Inisial/ Shengmu) /b/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperi konsonan [p] dalam bahasa Indonesia

2. Konsonan /p/ dilafalkan dengan suara bibir (labial) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [ph] dalam bahasa Indonesia.

3. Konsonan /m/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [m] dalam Bahasa Indonesia

4. Konsonan /f/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [f] dalam Bahasa Indonesia.

5. Konsonan /d/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [t] dalam Bahasa Indonesia.

(22)

6. Konsonan /t/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [th] dalam Bahasa Indonesia.

7. Konsonan /n/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [n] dalam Bahasa Indonesia.

8. Konsonan /l/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [l] dalam Bahasa Indonesia.

9. Konsonan /g/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [k] dalam Bahasa Indonesia.

10. Konsonan /k/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [kh] dalam Bahasa Indonesia.

11. Konsonan /h/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [h] dalam Bahasa Indonesia.

12. Konsonan /j/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨ] atau seperti konsonan [c] dalam bahsa indonesia.

13. Konsonan /q/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam bahasa indonesia.

14. Konsonan /x/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ɕ] atau mirip seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia, namun dilafalkan dengan badan lidah, bukan dengan ujung lidah.

15. Konsonan /zh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut. Dilafalkan seperti [ʈ͡ʂ] atau konsonan [z] dalam Bahasa Indonesia.

(23)

16. Konsonan /ch/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʈ͡ʂʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam Bahasa Indonesia. 17. Konsonan /sh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk

ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʂ].

18. Konsonan /r/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangit-langit mulut, dilafalkan [ʐ/ɻ]

19. Konsonan /z/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan [ʦ]. 20. Konsonan /c/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan

bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan[ʦʰ]atau seperti konsonan c dalam Bahasa Indonesia.

21. Konsonan /s/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia.

22. Konsonan /y/ dilafalkan seperti vokal [i] (baca: yi= i) 23. Konsonan /w/ dilafalkan seperti vokal [u] (baca: wu= u)

Konsonan dalam Pinyin dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Konsonan Aspirasi (送气音 song qi yin)

(24)

Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, Adapun konsonan aspirasi adalah : p, t, k, q, ch, c. sedangkan konsonan Non-aspirasi tidak.

Vokal dalam Pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam Pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda, dan vokal dengung/ nasal. Berikut penulis akan coba memaparkan cara pelafalan vokal Pinyin dalam Bahasa Mandarin

1. Vokal /a/ dilafalkan [a] seperti dalam kata ”aku” 2. Vokal /i/ dilafalkan [yi] seperti dalam kata ”bayi’

3. Vokal /u/ dilafalkan [u] seperti dalam kata bau, vokal /u/ juga dapat dilafalkan [wu] seperti dalam kata ”wushu’, serta vokal /u/ juga dapat dilafalkan [yu] seperti dalam kata kayu.

4. Vokal /ü/ disebut sebagai ü umlaut dilafalkan [y] pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal /i/, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal /u/.

5. Vokal /e/dilafalkan [ɤ] dan /ê/ dilafalkan [ɛ] 6. Vokal /o/ dilafalkan [ǫ] seperti dalam kata ”orang”

7. Vokal /ai/ dilafalkan [aɪ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ai/ dalam kata belai.

8. Vokal /ei/ dilafalkan [eɪ] atau vokal /e/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ei/ dalam kata hei.

9. Vokal /ao/ dilafalkan[ɑʊ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /o/. Seperti /ao/ dalam kata pulau.

(25)

10. Vokal /ou/ dilafalkan [ɑʊ] atau vokal /o/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /u/. Seperti /ou/ dalam kata o..ow!!

11. Vokal /ia/ dilafalkan vokal /i/ atau /y/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/. Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata buaya

12. Vokal /ie/ dilafalkan vokal [iɛ] , lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti [ye] dalam kata yen.

13. Vokal /iao/ dilafalkan vokal [iɑʊ], lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata yao.

14. Vokal /ua/ dilafalkan[uɑ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti wa dalam kata uang.

15. Vokal /uo/ dilafalkan [uǫ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /o/.

16. Vokal /uai/ dilafalkan [uaɪ] vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /ai/ Seperti /wai/ dalam kata pantai.

17. Vokal üe dilafalkan [y] atau vokal /ü/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti /yüe/ dalam kata yiue.

18. Vokal /an/ dilafalkan [an] seperti dalam kata anak. 19. Vokal /en/ dilafalkan[ən] seperti /eun/ dalam kata entah. 20. Vokal /ang/ dilafalkan[ɑŋ] seperti dalam kata angka. 21. Vokal /eng/ dilafalkan [ɤŋ]seperti dalam kata enggak.

22. Vokal /ong/ dilafalkan [ʊŋ] vokal /o/ terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut dilafalkan /ung/ seperti dalam kata gaung.

23. Vokal /ian/ dilafalkan [iɛn] atau vokal /i/ terlebih dahulu, lalu tanpa merubah posisi mulut, lalu lafalkan vokal /en/ seperti dalam kata yen.

(26)

25. Vokal /iang/ dilafalkan [iɑŋ] seperti /yang/ dalam kata kayang. 26. Vokal /ing/ dilafalkan [iŋ/iəŋ] seperti ying dalam kata inggris.

27. Vokal /iong/ dilafalkan [iyŋ/iʊŋ] atau vokal /i/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal /ong/ seperti yung dalam kata gayung.

28. Vokal /uan/ dilafalkan [uan] atau wan seperti dalam kata awan. 29. Vokal /uang/ dilafalkan [uɑŋ] seperti wang dalam kata wangsit.

30. Vokal /üan/ dilafalkan [yɛn] atau vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan yuan seperti dalam kata yuen.

31. Vokal /ün/ dilafalkan vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan /en/

Gambar

Tabel Inisial dalam Bahasa Mandarin

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian oleh penyusun, maka terungkaplah adanya ketentuan dalam hukum Islam yang menyatakan bahwa Hukum waris Islam (fiqih) tidak memasukkan hibah kepada

Sebagai tenaga kesehatan yang terdepan, maka perawat harus bisa menerapkan fungsi dan perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan, manajer, pendidik, change agent ,

Kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tes bahasa Inggis yang diterapkan di sekolah kejuruan yang ada di Kota Gorontalo adalah bahasa Inggris yang bersifat

Untuk tujuan ini, baik Fakultas maupun Sekolah menyediakan sumber daya akademik maupuan sumber daya pendukung akademik (laboratorium, studio, perpustakaan), bukan

Nandhut’s outlet sebagai market follower, karena memiliki lokasi yang dekat dengan pemukiman pasar sasaran, pelayanan konsumen yang baik, dan.. menawarkan dan menjual

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kegiatan penyuluhan hukum tentang bullying, didalamnya memuat pembahasan tentang sosialiasi cara pembentukan produk

regression dengan kolom three way interaction menunjukkan bahwa efek menurunnya kepuasan kerja akibat adanya peningkatan konflik peran tersebut dapat dikendalikan oleh

Maha Esa setelah berhasil menyelesaikan tugas, kuis, atau ulangan dalam kaitannya dengan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. 1.1.4 Menyadari bahwa