• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum melongena L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum melongena L.)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN JENIS KEMASAN DAN

SIMULASI PENGANGKUTAN TERHADAP MUTU FISIK

BUAH TERUNG (Solanum melongena L.)

RIVAL HERWINDO

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum melongena

L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Rival Herwindo

(4)

ii

ABSTRAK

RIVAL HERWINDO. Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan Terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum melongena L.). Dibimbing oleh USMAN AHMAD.

Buah terung merupakan jenis sayuran yang sangat populer di Indonesia dan disukai banyak orang sebagai lalapan dan sayur. Tingginya permintaan buah terung menyebabkan kebutuhan akan jenis, kualitas, dan kuantitas perlu ditingkatkan. Oleh karena itu penanganan pascapanen perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu buah terung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah dan jenis kerusakan mekanis serta pengaruh jenis kemasan dan lama simulasi pengangkutan terhadap perubahan mutu fisik buah terung. Pengamatan dilakukan terhadap parameter mutu fisik buah terung seperti tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, dan perubahan warna. Hasil akhir dari penelitian ini berupa usulan kemasan yang paling baik untuk pengangkutan buah terung.

Kata Kunci: buah terung, kemasan, mutu fisik, simulasi pengangkutan.

ABSTRACT

RIVAL HERWINDO. Study on Packaging Type and Transportation Simulation on Physical Quality of Eggplant (Solanum melongena L.). Supervised by USMAN AHMAD

Eggplant is one of popular vegetable in Indonesia, commonly consumed in a fresh state or after cooking. The increase of demand of eggplanthas affected the need to improve the variety, quality, and the quantity of eggplant in the market. Proper postharvest handling is needed in order to mantain the quality of eggplant. The objective of this study is to find out the type of packaging and amount of mechanical damage along with the effect of the duration transportation simulation. The parameters observed in this research is based on the physical quality of eggplant such as mechanical damage, weightloss, hardness, total dissolved solids, and color change. The target of this study is a suggestion for type selection of packaging, that is ideal for the transportation of eggplant.

(5)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

KAJIAN JENIS KEMASAN DAN

SIMULASI PENGAKUTAN TERHADAP MUTU FISIK BUAH

TERUNG (Solanum melongena L.)

RIVAL HERWINDO

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

v Judul Skripsi : Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan terhadap Mutu

Fisik Buah Terung (Solanum melongena L.) Nama : Rival Herwindo

NIM : F14090040

Disetujui oleh

Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(8)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Kajian Jenis Kemasan dan Simulasi Pengangkutan terhadap Mutu Fisik Buah Terung (Solanum melongena L.)” dapat

diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtua dan seluruh keluarga besar atas dukungan dan doanya selama ini.

2. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si selaku dosen penguji.

4. Bapak Sulyaden dan Mas Abas atas bantuannya dalam pengambilan data di laboratorium.

5. Deasny Pratami atas dukungan dan semangatnya.

6. Teman-teman seperjuangan TMB 46 atas dukungan dan kenangan selama di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Juli 2014

(9)

vii

Waktu dan Tempat Penelitian 9

Alat dan bahan 9

Penurunan Mutu Fisik 17

(10)

viii

DAFTAR TABEL

1 Produksi Beberapa Sayuran di Indonesia Tahun 2003-2012 1 2 Data Pengukuran Goncangan Truk Pada Berbagai Keadaan Jalan 14

3 Kombinasi Perlakuan dalam Percobaan 15

4 Tabulasi Data dalam Penelitian 15

DAFTAR GAMBAR

1 Buah terung kopek 5

2 Alat ukur yang digunakan dalam penelitian 9

3 Penyusunan buah terung dalam keranjang bambu 10

4 Penyusunan buah terung dalam kemasan karton 10

5 Penyusunan buah terung dalam kemasan plastik polietilen 10 6 Penyusunan terung dalam kemasan diatas meja simulator 11

7 Diagram alir penelitian 11

8 Penyusunan buah terung dalam plastik polietilen (a), keranjang bambu (b),

dan karton (c) 16

9 Contoh luka gores (a) dan luka memar (b) 17

10Persentase kerusakan mekanis buah terung 17

11Persentase susut bobot buah terung 20

12Perubahan kekerasan buah terung setelah simulasi 21

13Nilai total padatan terlarut buah terung 22

14Perubahan warna sebelum (a) dan setelah simulasi (b) 23 15Perubahan warna pada buah terung akibat luka memar 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kesetaraan simulasi pengangkutan 29

(11)

1 tumbuh secara liar. Pusat keanekaragaman terung yang kedua terbesar adalah Cina.Tanaman ini telah tersebar dan dibudidayakan diseluruh penjuru dunia, Asia, Afrika, Amerika, Australia dan Eropa (Soetasad dan Muryanti 2000).

Di Indonesia tanaman ini tersebar di seluruh penjuru tanah air sehingga mempunyai nama yang berbeda-beda misalnya terong, cokrom (Sunda), encung (Jawa), toru (Nias), tiung (Lampung), poki-poki (Manado), fofoki (Ternate), dan kauremenu (Timor). Menurut Sunaryao dan Riamunandar (1981) Terung sebagai sayuran buah cukup banyak mengandung vitamin A, B, dan C sehingga cukup potensial untuk dikembangkan dan mengatasi kekurangan vitamin A. Gejala kekurangan vitamin A yang banyak terdapat di Indonesia menunjukkan kurangnya konsumsi sayuran (Soetadji 1983).Buah terung merupakan sayuran yang sangat popular di Indonesia dan disukai banyak orang sebagai lalapan dan sayur, sayuran ini banyak digemari karena rasanya enak dan harga relatif murah.

Berdasarkan data BPS (2012), produksi terung di Indonesia mulai tahun 2003-2012 mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 produksi buah terung sebesar 301.030 ton,pada tahun 2004 meningkat menjadi 312.354 ton dan pada tahun 2008 semakin meningkat menjadi 427.166 ton. Hal ini juga terlihat pada tahun-tahun berikutnya yang terus meningkat. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1 Produksi Beberapa Sayuran di Indonesia Tahun 2003-2012 Tahun Tomat Terung Buncis

(12)

supermarket-2

supermarket terkenal, saat ini rumah makan, dan hotel-hotel besar banyak menjadikan terung sebagai salah satu menu makanannya. Dengan demikian, kebutuhan akankuantitasdan kualitasnya pun harus ditingkatkan dan diperhatikan. Karena mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor terutama ke Negara Jepang maka tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan (Samadi 2001). Oleh karena itu, diperlukan penanganan pascapanen yang tepat untuk mempertahankan mutunya.

Kondisi fisik dan alam tiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Keadaan ini menyebabkan suatu daerah dapat menjadi penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang potensial, sedangkan daerah lainnya menggantungkan pemenuhan kebutuhan akan buah dan sayuran dari daerah lain. Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan pengangkutan buah dan sayuran dari suatu daerah ke daerah lainnya. Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai dalam penanganan pasca panen. Kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan berkisar antara 1.57% dan 37.05% (Sobari 1985). Kerusakan tinggi tersebut disebabkan oleh kerusakan fisiologis, kerusakan fisik karena pemuatan dan pembongkaran yang kurang hati-hati, penggunaan wadah pengangkutan yang tidak sesuai, kondisi pengangkutan yang kurang memadai, dan keterlambatan pada jalur pengangkutan (Anwar, 2005).

Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat selama pengangkutan dari produsen sampai ke tangan konsumen agar kuantitas dan kualitas buah dan sayuran tetap terjaga dengan baik. Penanganan pasca panen yang tepat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan yang tepat serta mengisi kemasan dengan jumlah yang optimal untuk setiap kondisi pengangkutan yang dikirim dari sentra-sentra produksi ke tempat pemasaran.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kerusakan mekanis terung setelah dilakukan simulasi pengangkutan?

2. Apakah kemasan yang digunakan dapat mengurangi kerusakan mekanis terung setelah simulasi pengangkutan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan kemasan yang sesuai untuk pengangkutan terung.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jumlah dan jenis kerusakan mekanis terung dalam beberapa jenis kemasan setelah simulasi pengangkutan;

(13)

3 Manfaat Penelitian

(14)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Terung

Tanaman terung (S. melongena L.) termasuk dalam famili Solanaceae yang menghasilkan biji (Spermatophyta), dan biji yang dihasilkan berkeping dua. Beberapa jenis terung yang sangat dikenal oleh masyarakat di Indonesia yaitu terung kopek yang mempunyai buah besar dan berbentuk bulat memanjang dengan ujung buah tumpul; terung craigi yang mempunyai buah berukuran sedang dan berbentuk bulat memanjang sehingga tampak lebih langsing dengan ujung buah meruncing; terung berbentuk bulat yang memiliki bentuk buah yang bulat seperti terung pendek, terung gayung, terung rangu dan terung getas. Berdasarkan taksonominya terung memiliki kalsifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Berdasarkan karakteristik morfologi yang dilihat dari ukuran dan sifat-sifat alamiah dari dinding buah. Buah terung digolongkan dalam jenis

berryyangdicirikan dengan lapisan luar yang tipis sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Seluruh pericarp adalah daging buah, meskipun kulit terkadang keras namun sangat tipis sehingga kecil persentasenya, dan dapat mempunyai satu atau banyak biji di dalamnya (Ahmad 2013). Terung memiliki sifat fisiologi antara lain: laju respirasi sedang (10-20 mg CO2/kg-jam), produksi etilen rendah (0.1-1.0 ml/kg-jam), bulk densitas 0.802 gr/ml, suhu simpan 7-13°C dan RH 90-95%, 100 gram terung mentah mengandung 24 kalori, sedangkan 100 gramterung rebus mengandung 35 kalori. Di dalam 100 gram terungmengandung sembilan gram karbohidrat, satu gram protein, tidak mengandung lemak, tidak mengandung kolesterol, dan 239 mg. Terung mengandung vitamin B1, B6, K,

copper, Mg, Mn, phospor, asam folat. Nasunin dan antosianin yang terkandung di dalam kulit terung merupakan antioksidan yang memiliki potensi tinggi sebagai

scavengerradikal bebas dan memiliki aktivitas protektif terhadap peroksidasi lipid (Winarno 1981).

(15)

5 dan ada yang bengkok. 4) terung bogor, buahnya bulat besar berwarna putih atau hijau keputihan, rasanya renyah agak ketir, 5) terung Medan, buahnya bulat panjang dan kecil, warnanya hijau bergaris putih, rasanya manis dan agak asam, 6) terung Jepang, bentuknya beraneka ragam, yang banyak dikenal bulat panjang silindris, panjang lonjong, lonjong, bulat lebar, dan bulat. Warnanya ungu hingga ungu gelap dan mengkilap. Jenis terung yang digunakan dalam penelitian ini adalah terung jenis kopek yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Buah terung kopek Pengemasan

Pengemasan buah-buahan dan sayuran merupakan usaha untuk menempatkan komoditas tersebut kedalam suatu wadah yang memenuhi syarat, dengan maksud mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan, dan pada saat diterima konsumen akhirnya nilai pasar tetap tinggi (Griffin dan Sachharrow 1980 dalam Pradnyawati 2006).

Menurut Ahmad (2013) kegiatan-kegiatan pengemasan yang lebih spesifik dengan urutan pengerjaannya tergantung pada sifat produk, kebutuhan pasar, jarak antara lahan produksi dan pasar, dan sistem perdagangan yang telah disepakati. Tujuan pengemasan produk hortikultura segar yang utama adalah untuk perlindungan terhadap produk dan memudahkan penanganan, distribusi, serta pemasaran. Kemasan yang digunakan merupakan suatu unit yang dapat mempermudah pemindahan produk dari satu lokasi ke lokasi lainnya atau ke tempat dimana produk akan dipasarkan, tanpa menimbulkan kerusakan terhadap produk.

Proses distribusi meliputi aktivitas-aktivitas pengemasan, penanganan, penggudangan, dan pengangkutan. Selama proses pendistribusian, kemasan dan produk yang dikemas akan menghadapi sejumlah resiko lingkungan (enviromnetal hazard), misalnya: temperatur dan kelembaban; resiko fisis (physical hazard) misalnya gesekan, benturan, tekanan, dan sebagainya; serta resiko lainnya seperti serangan mikroorganisme perusak, keracunan, dan kontaminasi (Friedman dan Kippness 1977).

Paine (1983) menyatakan beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah:

a. Sesuai dengan sifat produk yang akan dikemas.

b. Mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan.

(16)

6

d. Menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen, dan tujuan pengiriman.

e. Dapat dibongkar dengan mudah tanpa menggunakan buku petunjuk secara khusus.

Berdasarkan sifat kelenturannya jenis kemasan dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Kemasan fleksibel adalah kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk demi kemudahan penanganan selanjutnya, dan tidak dimaksudkan untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis akibat gaya tekan dari luar yang mengenai produk dalam kemasan. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi produk yang dikemas dari gaya tekan selama penanganan, terutama penanganan yang kasar (Ahmad 2013). Hasil panen yang diangkut menggunakan kotak karton sebaiknya ditumpuk dan disusundengan baik sehingga bisa memberikan sirkulasi udara yang cukup bagi keseluruh muatan, polapengisian yang terbaik untuk buah terung dikenal sebagai pola lubang merpati, dimana box ditumpuk dua sampai tiga lapisan tidak diberi jarak.

Bahan pembantu yang biasa digunakan dalam pengemasan buah maupun sayuran menggunakan keranjang dan peti di Indonesia adalah merang, daun-daun kering, pelepah batang daun pisang, kertas koran, potongan-potongan kertas, dan lain-lain. Bahan tersebut digunakan sebagai pelapis dinding kemasan atau sebagai pengganjal untuk melindungi buah atau sayuran.

Kemasan dan bahan pengisi yang sering digunakan di pasaran untuk proses pengangkutan buah terung antara lain:

1. Kemasan plastik polietilen

Kemasan plastik sebagai bahan pengemas memiliki keunggulan yaitu harga bahan relatif lebih murah, sifatnya ringan sehingga rasio berat atau volume yang rendah menguntungkan dalam pengangkutan, dan bila terbuat dari bahan yang kuat tidak akan mudah rusak, serta dapat digunakan berulang kali. Kemasan ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak mampu melindungi produk dari benturan, tekanan, guncangan, dan gaya mekanis yang dapat timbul saat kemasan jatuh, sulit untuk ditumpuk, dan laju transmisi uap air rendah bila tidak diberi lubang udara.

2. Kemasan keranjang bambu

Kemasan keranjang terdiri dari bermacam-macam bentuk dan ukuran. Keranjang bambu banyak digunakan karena harga yang relatif mudah, namun keranjang bambu masih kurang kuat menahan gaya tekan.

3. Kemasan karton

(17)

7 Pengangkutan

Produk hortikultura yang telah dikemas selanjutnya dikirim dari sentra-sentra produksi ke tempat pemasaran. Pengangkutan biasanya dilakukan menggunakan kendaraan truk, kereta api, perahu motor atau kapal laut, pesawat udara, atau kombinasi dari beberapa moda transportasi tersebut. Pengetahuan pada aspek ini akan dapat membantu para pelaku bisnis produk hortikultura segar dalam memilih dan menggunakan moda pengangkutan dengan lebih efektif dan efisien, dengan tujuan utama mempertahankan kualitas produk yang diangkut (Ahmad 2013).

Goncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel dapat mengakibatkan kememaran, susut berat, dan memperpendek masa simpan. Hal ini terutama terjadi pada pengangkutan buah-buahan dan sayur-sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut (Purwadaria 1992).

Perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang diderita oleh komoditi pada waktu sampai di tempat tujuan mencapai lebih kurang 30-50% (Satuhu 2004). Pada umumnya hambatan-hambatan yang meyebabkan penurunan mutu tersebut adalah kegiatan-kegiatan pasca panen yang tidak sempurna walaupun mutu pada waktu pemanenan sudah baik. Kegiatan penanganan pasca panen meliputi masalah tempat pengumpulan, grading/sortasi, pengemasan, pengangkutan, dan pemasaran/distribusi.

Kerusakan Mekanis

Perlindungan terhadap kerusakan fisik atau mekanis harus menjadi fungsi utama dari kemasan dalam upaya mempertahankan kualitas produk. Menurut Ahmad (2013) beberapa jenis kerusakan mekanis pada produk hortikultura dan penyebabnya dapat digolongkan menjadi tiga macam kerusakan berikut:

1. Kerusakan akibat benturan: penyebabnya adalah perlakuan kasar terhadap produk (dijatuhkan atau dilemparkan), pengereman mendadak dalam kendaraan pengangkut, jalan berlubang yang dilalui kendaraan pengangkut, dan sistem suspensi kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah tidak lagi berfungsi.

2. Kerusakan akibat tekanan, penyebabnya adalah: bentuk kemasan yang terlalu dalam, penumpukan yang melebihi daya dukung kemasan, dan pemuatan yang melebihi kapasitas kemasan. Kerusakan yang terjadi biasanya memar atau lecet permukaan, berubah bentuk, dan pecah pada buah-buahan dan sayuran atau patah pada beberapa jenis sayur daun.

(18)

8

Faktor-faktor yang terjadi selama pengangkutan dapat terjadi karena tumpukan buah yangterlalu tinggi dalam kemasan. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang besar terhadap buah yang terdapat pada lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan akibat kompresi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanik buah antara lain:

1. Gaya-gaya luar

Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar yang diterima oleh buah semakin besar.

2. Sifat mekanis buah

(19)

9

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2013-Maret 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah meja simulator, timbangan mettle PM-4800 untuk mengukur bobot buah, chromameter Minolta tipe CR-200 untuk mengukur warna, keranjang bambu (diameter bawah = 23 cm, diameter atas = 35 cm, dan tinggi = 26 cm), koran, kardus karton (dimensi = 42 cm x 34 cm x 18 cm, tebal = 7.1 mm) tipe karton RSC (Regular Slotted Container), plastik polietilen (PP) dan rheometer untuk mengukur kekerasan terung. Alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah terung kopek sebanyak 102 kg dengan umur petik 97 hari dan diperoleh dari Desa Cisarua, Kabupaten Bogor.

Gambar 2 Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

Metode Penelitian

Prosedur Penelitian

(20)

10

digunakan dalam pengangkutan buah terung terutama ke pasar tradisional dan supermarke-supermarket.

2. Di dalam kemasan keranjang bambu, bahan pengisi berupa daun pisang disusun di sekeliling sisi keranjang dan sebagai penutup atas (Gambar 3). Terung disusun melingkar pada umumnya dengan kapasitas 50 buah.

Gambar 3 Penyusunan buah terung dalam keranjang bambu

3. Di dalam kemasan kardus karton dan ventilasi tipe circle ventilation seluas 2 % terhadap permukaan vertikal (Siagian 2001). Terung diatur dengan susunan lurus dengan kapasitas 50 buah (Gambar 4). Bahan pengisi berupa kertas koran yang telah dipotong panjang disusun disetiap celah kemasan.

Gambar 4 Penyusunan buah terung dalam kemasan karton

4. Pada kemasan plastik polietilen terung disusun dengan kapasitas sebanyak 50 buah (Gambar 5).

Gambar 5 Penyusunan buah terung dalam kemasan plastik polietilen

(21)

11

Gambar 6 Penyusunan terung dalam kemasan di atas meja simulator

6. Setelah simulasi pada jam ke-2 dan ke-3 kemudian dihitung jumlah kerusakan mekanis pada setiap kemasan. Selain itu, dari setiap kemasan diambil 20 buah sampel dari setiap lapis untuk diukur susut bobot, 2 sampel untuk tingkat kekerasan, 2 sampel untuk warna, dan tingkat kerusakan mekanis. Sampel diukur sebelum simulasi dan pada hari ke-0 dan ke-2 setelah penggetaran pada suhu ruang. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Persiapan Buah Terung

(Jenis, ukuran, dan bobot yang seragam±100 gr)

Pengemasan

- Plastik polietilen sebanyak 50 terung

- Kardus karton dengan bahan pengisi

koran cacah (KKKC) sebanyak 50 terung

- Keranjang bambu dengan bahan pengisi

daun pisang (KBDP) sebanyak 50 terung

Simulasi Pengangkutan di atas meja simulator

F=3.00 Hz dan A=2.5 cm selama 2 jam, dan 3 jam

Pengamatan

Tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, uji warna,uji kekerasan, total padatan terlarut sebelum simulasi dan pada hari ke-0, dan ke-2

(22)

12

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, perubahan warna, total padatan terlarut dan perubahan pada tingkat kekerasan. 1. Tingkat Kerusakan Mekanis

Uji tingkat kerusakan mekanis dilakukan dengan melihat kerusakan secara visual. Kerusakan yang terjadi pada buah terung yaitu luka gores dan memar. Luka gores terjadi akibat adanya gesekan antar buah terung dengan kemasan, dengan sesama buah terung atau dengan bahan pengisi. Tanda luka gores dicirikan dengan adanya luka yang memanjang. Jumlah kerusakan dalam satu kemasan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

x100%

2. Susut Bobot

Pengukuran susut bobot dilakukan pada hari ke-0 dan ke-2 setelah dilakukan simulasi dengan menggunakan Timbangan mettle PM 4800. Untuk mengetahui pengukuran susut bobot dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Susut bobot = ((a-b)/a x 100% Keterangan: a = berat sampel awal pada hari ke-0 (gram) b = berat sampel pada hari ke-n (gram); n=2,4,6 3. Uji Warna

Uji warna dilakukan dengan menggunakan chromameter Minolta tipe CR-200 terhadap intensitas warna.Sistem yang digunakan adalah sistem L, a, b. Nilai L menunjukan kecerahan, a dan b adalah koordinat kromatis.Nilai a negatif untuk warna hijau dan nilai a positif untuk warna merah.Sedangkan nilai b negatif untuk warna biru dan nilai b positif untuk warna kuning (Pradnyawati 2006).

4. Uji Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap jarum penusuk dari rheometer.Penusukan dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu pangkal, tengah, ujung sebanyak 2 kali ulangan. Rheometer di set pada kedalaman 10 mm dengan beban maksimum 10 kg dengan diameter jarum 5 mm dengan satuan kekerasan kg/mm².

5. Total Padatan Terlarut

(23)

13 Kesetaraan Simulasi Pengangkutan

Kesetaraan jarak tempuh simulasi pengangkutan dilakukan dengan menggunakan meja simulator dan dihitung menggunakan persamaan:

 Luas satu siklus getaran vibrator = ∫

Keterangan: T = Periode ;f =frekuensi (Hz);

W = Kecepatan sudut; A = Amplitudo (cm)

 Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 30 menit = 30 menit x 60  Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam

= jumlah seluruh getaran selama 1 jam x luas satu siklus getaran  Simulasi pengangkutan truk dapat dihitung dengan persamaan:

=

Perhitungan Simulasi Transportasi

Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji kontruksi BPPT 1986 (Soedibyo1992). Bila alat simulasi dengan goncangan vertikal digunakan dalam waktu 1 jam, maka jarak yangditempuh adalah :

Y = (x / z)x setara jarak tempuh selama 1 jam

Dimana: x = jumlah luas seluruh getaran simulator(cm2/jam) z = jumlah luas seluruh bak truk (cm2/jam)

Y = jarak yang ditempuh truk (km)

(24)

14

Tabel 2 Data Pengukuran Goncangan Truk pada Berbagai Keadaan Jalan

Jumlah kejadian

Sumber: Lembaga Uji Kontruksi BPPT 1986

Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km dengan frekuensi getaran bak truk 1.442 Hz.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor (RAL faktorial) dengan 2 kali ulangan.

A. Jenis Kemasan Plastik polietilen (PP)

Keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang (KBDP) Karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah (KKKC) B. Lama simulasi diatas meja simulator

(25)

15 Tabel 3 Kombinasi Perlakuan dalam Percobaan

Faktor 1,2,3 Simulasi 2 jam Simulasi 3 jam

PP PP 2 jam PP 3 jam

KBDP KBDP 2 jam KBDP 3 jam

KKKC KKKC 2jam KKKC 3 jam

Tabel 4 Tabulasi Data dalam Penelitian Ulangan Simulasi

Model umum dari rancangan percobaan ini adalah: Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij+ Єijk

Єijk = pengaruh galat percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j, ulangan ke-k Dengan i = 1, 2, 3 (jenis kemasan); j = 2, 3 (lama simulasi); k = 1, 2 (ulangan)

Data pengamatan dianalisis dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test

(DMRT) sebagai penentu beda nyata dari hasil analisis ragam dengan taraf nyata 5%.

(26)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengemasan Buah Terung

Simulasi pengangkutan buah terung menggunakan tiga jenis kemasan yang berbeda, yaitu kemasan plastik polietilen, kemasan keranjang bambu dengan bahan pengisi daun pisang, dan kemasan karton dengan bahan pengisi kertas koran cacah. Berdasarkan hasil survey dilapangan dan wawancara terhadap produsen di pasar setiap kemasan biasanya diisi sebanyak 50 buah terung. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya kerusakan saat pengangkutan buah terung. Selain jenis pengemasan, cara penyusunan buah dalam kemasan juga berpengaruh terhadap kerusakan selama proses pengangkutan.

Cara penyusunan buah terung dalam kemasan plastik polietilen, keranjang bambu, dan karton disusun secara vertikal (Gambar 8), hanya saja untuk kemasan keranjang bambu dan karton berbeda. Bahan pengisi daun pisang untuk keranjang bambu diletakkan mengelilingi sisi dalam keranjang sehingga tidak berada di sela-sela buah. Hal ini bertujuan untuk melindungi buah terung terhadap gesekan dengan kemasan. Sedangkan bahan pengisi kertas koran cacah untuk kemasan karton disisipkan diantara sela-sela buah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan buah akibat gesekan selama simulasi pengangkutan.

Gambar 8 Penyusunan buah terung dalam plastik polietilen (a), keranjang bambu (b), dan karton (c)

Kesetaraan Simulasi

(27)

17 Kesetaraan simulasi pengangkutan yang dilakukan dengan meja simulator dapat dihitung dengan persamaan yang terdapat pada lampiran 1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan frekuensi 3 Hz dan amplitudo 2.5 cm selama 2 jam yang setara dengan perjalanan sejauh 86.29 km dan selama 3 jam setara dengan perjalanan sejauh 129.435 km. Dalam perhitungan nilai dari frekuensi, amplitudo dan lama simulasi sangat menentukan terhadap jarak yang ditempuh oleh angkutan pada keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan amplitudo yang dihasilkan selama simulasi mewakili kondisi jalan buruk aspal dengan frekuensi 3 Hz dan jarak ditempuh sejauh 86.29 km setara dengan jarak Bogor ke Jakarta serta jarak tempuh 129.435 km setara dengan jarak Cianjur ke Jakarta. Hal tersebut dapat mewakili kondisi pendistribuasian buah terung apabila ditransportasi dari Bogor ke Jakarta dan dari Cianjur ke Jakarta dengan kondisi jalan buruk aspal pada keadaan sebenarnya.

Dasar perbedaan antara jalan dalam dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo yang rendah dibanding dengan luar kota, jalan buruk aspal dan jalan buruk batu. Dari hasil perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan simulasi pengangkutan diatas meja simulator pada penelitian yang akan datang. Misalkan pengangkutan akan dilaksanakan antar daerah yang masih ada di pulau Jawa maka simulasi tidak perlu dilakukan selama 8 jam, mungkin cukup dengan pengangkutan selama 2 sampai 3 jam saja sudah mewakili kondisi pengangkutan di lapangan (Darmawati 1994 dalam

Oktaviani 2013).

Penurunan Mutu Fisik

Kerusakan Mekanis

Kerusakan buah terung dikelompokkan menjadi dua yaitu luka gores dan luka memar. Pengelompokkan kerusakan mekanis dilakukan secara visual dengan melihat langsung kondisi fisik dari buah terung. Contoh untuk luka gores dan luka memar dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b)

(28)

18

Gambar 10 Persentase kerusakan mekanis buah terung

Menurut Pantastico (1986) menyatakan bahwa ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel epidermal, tipe dan luas jaringan dasarnya serta susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar produk dan produk dengan kemasan. Tekanan tersebut mengakibatkan dinding sel mengalami penyempitan sehingga air yang di dalam sel terdesak keluar akibatnya jaringan menjadi memar. Luka gores dicirikan adanya luka yang dalam (3-5 mm) dan memanjang (2-4 cm).

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan simulasi pengangkutan, kerusakan mekanis terbesar untuk waktu simulasi pengangkutan selama 2 jam yaitu PP sebesar 84%, kemudian KBDP sebesar 72% dan KKKC sebesar 38%. Untuk waktu simulasi pengangkutan selama 3 jam, kerusakan mekanis terbesar yaitu PP sebesar 86 %, kemudian KBDP sebesar 74%, dan KKKC sebesar 40 % (Gambar 10). Persen kerusakan mekanis setiap kemasan diukur pada hari ke 0 dan 2, tetapi perhitungan untuk jumlah kerusakan mekanis terbesar diambil pada hari ke-2.Menurut teori yang ada, buah terung dengan simulasi pengangkutan selama 3 jam akan mengalami kerusakan lebih besar dari simulasi pengangkutan selama 2 jam.

Kerusakan fisik dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan yang terjadi pada buah terung berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan yaitu memar dan gores. Namun kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh stress metabolat, perubahan warna coklat dari jaringan yang rusak, menginduksi produksi gas etilena yang memacu proses kemunduran produk. Kerusakan fisik juga memicu kerusakan baik fisiologis maupun patologis.

Ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel epidermal, tipe dan luas jaringan dasarnya serta susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar produk dan produk dengan kemasan. Tekanan tersebut mengakibatkan dinding sel mengalami penyempitan sehingga air yang di dalam sel terdesak keluar akibatnya jaringan menjadi memar (Pantastico 1986).

(29)

19 Berdasarkan hasil penelitian, kemasan KKKC memiliki jumlah kerusakan yang lebih kecil dibandingkan kemasan PP dan KBDP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemasan karton merupakan kemasan yang paling baik digunakan untuk pengemasan buah terung. Hal ini karena bahan pembuat karton merupakan bahan yang lunak dan didalam kemasan karton diberi bahan pengisi kertas koran cacah yang diselipkan di hampir seluruh sela-sela buah, sehingga mengurangi adanya benturan sesama buah terung serta antara buah terung dengan dinding kemasan.

Menurut Satuhu 2004, untuk menekan jumlah kerusakan mekanis pada keranjang bambu perlu dilakukan perbaikan agar kemasan menjadi lebih kuat terhadap tekanan dari segala arah. Pengemasan dengan menggunakan KBDPsebaiknya dilengkapi dengan guntingan kertas atau jerami untuk mengurangi jumlah kerusakan akibat tekanan sesama buah dan gesekan buah dengan keranjang. Untuk kemasan PP dapat diperbaiki dengan mengurangi jumlah buah terung yang dikemas dan menyusun buah terung dengan rapi.

Dari hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari faktor kemasan sebesar 0.00 lebih kecil dari 0.05 sehingga faktor kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis buah terung. Tetapi faktor lama simulasi memiliki nilai signifikansi 0.776 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor lama simulasi tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah terung.Untuk interaksi antara faktor jenis kemasan dan lama simulasi memiliki nilai signifikansi 0.350 lebih besar dari 0.05 sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis. Hal ini karena buah terung memiliki sifat fisik seperti spons. Jika dilihat dari penanganan pasca panen dengan pendekatan pertimbangan fisik bahwa buah terung dapat menyerap getaran, oleh karena itu lama penggetaran tidak berpengaruh terhadap kerusakan fisik buah terung. Disamping itu, jenis komoditas dan faktor-faktor lingkungan akan bersama-sama mempengaruhi tingkat dan laju kehilangan air pada produk. Rasio permukaan-volume, yang nilainya tergantung pada bentuk dan ukuran produk, adalah salah satu faktor penting dalam penentuan besarnya kehilangan air (Ahmad 2013).

Susut Bobot

(30)

20

Dari grafik dapat dilihat bahwa susut bobot pada plastik polietilen paling rendah, hal ini disebabkan plastik polietilen dengan kerapatan rendah dan mempunyai sifat permeabilitas yang baik sehingga memungkinkan pertukaran gas dan mencegah penumpukan gas karbondioksida serta pengembunan uap air. Sedangkan karton dengan susut bobot tertinggi karena terbuat dari bahan yang lunak dan mudah rusak apabila terkena air sehingga memicu perkembangan jamur dan bakteri (Ahmad 2013).

Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa nilai signifikansi faktor kemasan sebesar 0.014 lebih kecil dari 0.05 sehingga faktor kemasan berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah terung. Sedangkan nilai signifikansi faktor lama simulasi sebesar 0.285 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor lama simulasitidak pengaruh yang nyata terhadap susut bobot buah terung. Untuk interaksi antara faktor jenis kemasan dan lama simulasi memiliki nilai signifikansi 0.910 lebih besar dari 0.05 sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot. Hal ini disebabkan oleh aktifitas biologi pada buah terung menyebabkan kemunduran kualitas dan dalam hal lain bisa menyebabkan derajat kematangan yang dikehendaki, misalnya pengurangan air. Kadar air permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan rendah sedangkan RH tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga menjadi lembab atau kadar air menjadi tinggi. Bila suhu rendah dari sekitarnya akan terjadi kondensasi uap air udara pada permukaan bahan. Kondisi tersebut merupakan media yang baik bagi perkembangbiakan bakteri (Winarno 1980). Hasil tanaman yang telah dipanen merupakan struktur hidup yang masih tetap melangsungkan metabolisme seperti respirasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi lainnya adalah sifat alami lapisan kulit, tingkat ketuaan dan kemasakan, dan susunan kerapatan sel. Ukuran dan jumlah stomata dalam sistem dermal dan keberadaan serta kutikel ikut mempengaruhi (Ahmad 2013).

(31)

21 Kekerasan

Pengukuran kekerasan pada buah terung dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan, semakin kecil nilai tekan dari buah terung maka kerusakannya semakin tinggi.

Menurut Pantastico (1986) ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma, dan elastisitas dinding sel. Buah-buahan akan kehilangan airnya setelah lepas panen, sehingga tekanan turgor menjadi kecil, dan menyebabkan komoditi menjadi lunak. Perubahan turgor sel disebabkan karena perubahan komposisi dinding sel. Ketika proses pembongkaran protopektin yang tidak larut menjadi asam pektat dan pektin yang mudah larut, maka hal ini disebabkan terjadinya penurunan kekerasan. Semakin rendah daya larutnya, akan semakin kuat terhadap gangguan mekanis (Winarno 1981 dalam Suherman 2011). Perubahan kekerasan buah terung dapat dilihat pada Gambar 12.

Kemasan yang baik secara keseluruhan adalah keranjang bambu karena keranjang bambu memeliki kekuatan untuk menahan goncangan yang cukup baik, tetapi bila terlalu lama maka buah terung akan banyak yang rusak sehingga kekerasan buah terung akan menurun.

Dari hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa nilai signifikansi faktor kemasan sebesar 0.356 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan. Sedangkan nilai signifikansi faktor lama simulasi sebesar 0.560 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor lama simulasi juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekerasan. Untuk interaksi antara faktor jenis kemasan dan lama simulasi memiliki nilai signifikansi 0.226 lebih besar dari 0.05 sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan. Hal ini dikarenakan tidak adanya buah terung yang pecah dan rusak serta sifat fisik dari buah terung yang berbentuk spon dan menyerap getaran. Dapat diartikan bahwa pengaruh jenis kemasan dan lama simulasi tidak mempengaruhi tingkat kerusakan buah terung.

0,00

Pangkal, Sebelum simulasi Tengah, Sebelum simulasi Ujung, Sebelum simulasi Pangkal, Setelah simulasi Tengah, Setelah simulasi Ujung, Setelah simulasi

KBDP KKKC

(32)

22

Total Padatan Terlarut

Proses respirasi yang berlangsung pada produk pertanian selama penyimpanan akan menggunakan substrat pada jaringan bahan tersebut. Ada tiga jenis substrat yang digunakan yaitu asam lemak, gula (karbohidarat), dan asam amino (Pantastico, 1986). Perubahan total padatan terlarut dapat dilihat pada Gambar 13.

Berdasarkan dari Gambar 13, terlihat bahwa perubahan total padatan terlarut pada simulasi 2 jam untuk masing-masing kemasan PP, KBDP, dan KKKC adalah 4.44% brix, 4.38% brix, dan 4.53% brix. Pada lama simulasi 3 jam perubahan total padatan terlarut untuk masing-masing kemasan PP, KBDP, dan KKKC adalah 4.58% brix, 4.69% brix dan 4.68% brix. Setelah dilakukan simulasi diperoleh bahwa perubahan total padatan terlarut tidak terlalu besar karena buah terung merupakan buah non-klimakterik dan mempunyai kandungan karbohidrat dan pati yang rendah perubahan keduanya hampir tidak ada sesudah panen.

Dari hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa nilai signifikansi faktor kemasan sebesar 0.591 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut. Sedangkan nilai signifikansi faktor lama simulasi sebesar 0.580 lebih besar dari 0.05 sehingga faktor lama simulasi juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut. Untuk interaksi antara faktor jenis kemasan dan lama simulasi memiliki nilai signifikansi 0.836 lebih besar dari 0.05 sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut.Berdasarkan pertimbangan lingkungan, suhu adalah faktor yang paling penting terhadap susunan gula dalam buah-buahan. Buah non-klimakterik menimbun gula selama proses pendewasaan dan pematangan, produksi etilena, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik bagi komoditi (Agustin 1986).

3,8

(33)

23 Warna

Warna merupakan salah satu parameter utama yang dilihat oleh konsumen ketika membeli sebuah komoditi. Jika warna dari sebuah komoditi buah atau sayuran tidak menarik maka konsumen akan segan untuk mempertimbangkan rasa dan aromanya. Penilaian terhadap warna dapat dilakukan secara visual tetapi hasil penilaian tersebut bersifat subyektif, karena pandangan warna setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengukuran warna yang obyektif menggunakan instrumen.

(34)

24

Pengukuran warna secara obyektif dapat dilakukan dengan menggunakan alat chromameter. Nilai L dalam chromameter menyatakan tingkat kecerahan suatu bahan, dimana cahaya pantul menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam. Parameter L mempunyai nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Berdasarkan Gambar 14 dapat dilihat bahwa grafik nilai L sebelum simulasi lebih rendah dibandingkan grafik nilai L setelah simulasi. Hal ini karena warna buah terung yang semula berwarna ungu sebelum simulasi kemudian berubah menjadi lebih cerah setelah simulasi. Menurut Ahmad (2013) warna yang timbul pada buah-buahan dan sayuran adalah akibat dari adanya klorofil untuk warna hijau, karoten untuk warna kuning, jingga dan merah, likopen untuk warna merah, atau antosianin untuk warna ungu dan merah. Selama proses pematangan pada buah-buahan, klorofil dipecah secara enzimatis oleh klorofilase membentuk klorofilida, atau secara non-enzimatis akibat perubahan tingkat keasaman (pH) membentuk faeofitin. Kedua komponen tersebut selanjutnya dapat dikonversi menjadi faeforbida melalui proses oksidasi sehingga warna berubah menjadi pudar bahkan hilang.

Nilai a dalam chromameter menyatakan tingkat kehijauan, dimana nilai positif (+) menyatakan warna merah dan negatif (-) menyatakan warna hijau. Pada Gambar 14dapat dilihat bahwa grafik nilai a sebelum simulasi lebih tinggi dibandingkan grafik nilai a setelah simulasi. Hal ini menunjukkan bahwa buah terung yang mengandung warna merah, mulai memudar warnanya setelah simulasi.

Nilai b dalam chromameter menyatakan tingkat kekuningan, dimana nilai positif (+) menyatakan warna kuning dan negatif (-) menyatakan warna biru. Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa grafik nilai b sebelum simulasi lebih rendah dibandingkan grafik nilai b setelah simulasi. Hal ini menunjukkan bahwa warna ungu pada buah terung sebelum simulasi mulai berubah menjadi warna kuning kecoklatan setelah simulasi. Menurut Rahmawati (2008) pencoklatan merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pembentukan warna coklat ini dapat dipicu oleh adanya reaksi oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase (Mardiah 1996). Perubahan warna buah terung akibat luka memar dapat dilihat pada Gambar 15.

(35)

25

(36)

26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Jumlah kerusakan mekanis buah terung terbesar setelah dilakukan simulasi pengangkutan terdapat dalam kemasan plastik polietilen dengan lama simulasi 3 jam dan persentase kerusakannya sebesar 86%. Sedangkan tingkat kerusakan mekanis terkecil terdapat dalam kemasan karton bahan pengisi kertas koran cacah dengan lama simulasi 2 jam dan persentase kerusakannya sebesar 38%.

2. Dari hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan, faktor jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis dan susut bobot buah terung, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan, total padatan terlarut, dan warna. Sedangkan faktor lama simulasi tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, dan warna. 3. Kemasan karton bahan pengisi kertas koran cacah merupakan kemasan paling

baik dalam pengangkutan buah terung untuk perjalanan jarak jauh, baik jalan beraspal maupun jalan berbatu serta pada kondisi bongkar muat.

Saran

1. Setelah dilakukan penelitian, kemasan yang cocok digunakan untuk buah terung adalah kertas karton dengan bahan pengisi koran cacah.

2. Pada saat melakukan simulasi pengangkutan di meja simulator, diharapkan memperhatikan frekuensi dan amplitudo setiap 15 menit, karena frekuensi dan amplitudo di meja simulator tidak selalu konstan

(37)

27

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Poduction of Fruits. In Handbach der Pfanzenphysiologie vol. XII/2, W. Rukland (ed.) Springer-Venlag, Berlin, pp, 536-592.

Ahmad U.2013.Teknologi Penanganan Pasca Panen Buahan dan Sayuran. Graha Ilmu, Yogyakarta (ID).

Anwar RS. 2005. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan terhadap Perubahan Fisik dan Masa Simpan Brokoli setelah Transportasi [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Augistin MA, MH Azudin. 1986. Storage of Mangosteen (Garcina mangostana

L.). Asian Food Jurnal Vol (2)2: 78-80.

Darmawati, E. 1994.Simulasi Komputer Untuk Perancangan Kemasan Karton

Bergelombang Dalam Pengangkutan Buah-Buahan. Tesis MS. Program Studi

Keteknikan, Bogor.

Husni Ali. Studi Regenerasi Protoplas Tanaman Terung dan Ketahanan Terhadap Penyakit Bakteri Layu [Skripsi].Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Oktaviani R. 2013. Pengaruh Kemasan Terhadap Mutu Fisik Baby Corn (Zea

mays) Selama Simulasi Transportasi[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Paine, L.A. dan H.Y. Paine. 1983. A Handbook of Food Packaging. Leonard Hill. London (UK).

Pradnyawati PN. 2006. Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Fisik Jambu Biji [Skripsi].Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Purwadaria HK. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-buahan dan Sayuran.Makalah Pelatihan Teknologi Pasa Panen Buah-buahan dan sayuran.PAU Pangan dan Gizi.Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Rismunandar.1989. Tanaman Jambu Biji yang Serbaguna.CV Sinar Baru, Bandung (ID).

Rochmah S. 2001. Karekterisasi Morfologi dan Produksi Tanaman Hibrida Somatik dan Kultur Anther Hasil Fusi Protoplas antara Terung (S. melongena L.) dengan Kerabat Liarnya [Skripsi].Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sacharow S, Griffin R C. 1980. Principles of Food Packaging. AVI Publishing Co., Inc.m Westport, Connecticunt(USA).

Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Penerbit Kanisius, Yogyakarta (ID). Satuhu S. 1999. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Siagian, M.H dan Harahap, R. 2001.Pengaruh Pemupukan dan Populasi Tanaman

Jagung terhadap Produksi Baby Corn pada Tanah Podsolik Merah Kuning.Jurnal Penelitian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Vol 7 (3) PP : 331-340.

Simanjuntak FN. 2003. Karakterisasi Keragaman Fenotipik Tanaman Terung (Solanum melongena L.)[Skripsi]. Bogor (ID).Institut Pertanian Bogor. Sjaifullah, Setyadjit, Donny ABS, Rusdiyanto U. 1998. Penyimpanan Buah

(38)

28

Survei Pertanian. 2012. Produksi Tanaman dn Sayuran dan Buah-buahan. Badan Statistik, Jakarta

Pantastico ErB. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah : Kamariyani dan Tjitrosoepomo G. Gadjah Mada University Press.

Winarno F G. 2012. Produksi Tanaman dan Sayuran dan Buah-buahan. Badan Statistik, Jakarta (ID).

Winarno FG, MA Wiratakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta : Sastra

(39)

29

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kesetaraan simulasi pengangkutan

Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km.

Asumsi :

1. Kecepatan truk di jalan dalam kota dan luar kota 60 km/jam sedangkan di jalan buruk aspal dan jalan buruk berbatu 30 km/jam

2. Frekuensi getaran bak truk 1.442 Hz

Amplitudo rata-rata getaran bak truk untuk jalan luar kota

1.742 cm

Frekuensi bak truk = 1.442 Hz =

= 0.693 detik/getaran

=

= 9.062 getaran/detik

Luas siklus getaran bak truk di jalan luar kota = ∫

Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama0.5 jam = 30 menit x 60

Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan menggunakan meja simulator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Frekuensi 3 Hz ; Amplitudo = 2.5 cm = = 0.333 detik/getaran =

(40)

30

Jumlah seluruh getaran selama 1 jam = 1 jam x 60

Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam = 10800 getaran/jam x 7.9499 x 10-4 cm2/getaran = 8.5859 cm2/jam

Maka simulasi pengangkutan dengan truk selama x jam =

=

x 30 km

= 43.145 km

Simulasi digetarkan diatas meja simulator selama 2 jam: = 43.145 x 2

= 86.29 km

Simulasi digetarkan diatas meja simulator selama 3 jam: = 43.145 x 3

(41)

31 Lampiran 2 Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kerusakan mekanis buah terung Between Subject-Factor

Test of between Subject-Factor

Homogeneuos subject

(42)

32

Lampiran 3 Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan susut bobot buah terung Between Subject-Factor

Test of between Subject-Factor

Homogeneuos subject

(43)

33 Lampiran 4 Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kekerasan buah terung

Between Subject-Factor

Test of between Subject-Factor

Homogeneuos subject

(44)

34

Lampiran 5 Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan total padatan terlarut buah terung

Between Subject-Factor

Test of between Subject-Factor

Homogeneuos subject

(45)

35 Lampiran 6 Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan warna buah terung

Between Subject-Factor

Test of between Subject-Factor

Homogeneuos subject

(46)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lintau pada tanggal 30 Maret 1991 dari pasangan Bapak Herman dan Ibu Eli Marfida. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai dari jenjang pendidikan TK Aisyah yang dilanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) yang diselesaikan di SD Negeri 22 Balai Tengah pada tahun 2003. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan di MTsN Padang Panjang pada tahun 2006, dan pada tahun 2006-2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bukittinggi. Pada tahun 2009, Penulis diterima sebagai mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Gambar

Gambar 2 Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
Gambar 3 Penyusunan buah terung dalam keranjang bambu
Gambar 6 Penyusunan terung dalam kemasan di atas meja simulator
Tabel 2 Data Pengukuran Goncangan Truk pada Berbagai Keadaan Jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koeswara, Siagian, Schein, Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 80) menyatakan bahwa di dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah serta hasil survey awal peneliti, maka timbul beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai permasalahan

Untuk dapat mengetahui nilai pengaruh yang diberikan ketinggian tempat dan kandungan C-organik tanah terhadap kemampuan mikoriza dalam menginfeksi akar tanaman

Dugaan Amerika Serikat bahwa Irak mensponsori terorisme tidak terbukti dan tidak ada bukti bahwa Saddam Hussein terlibat dengan peristiwa 9/11 sehingga pemerintah AS

Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab

Dan, jenderal kanan ini juga sudah melangsungkan Simposium Anti-PKI dengan keluarkan 9 rekomendasi yang disampaikan pada Pemerintah, dimana intinya menimpakan Kesalahan berada

Hasil-hasil pemantauan akan berguna dalam banyak kepentingan manajemen kawasan pasca bencana alam gunung meletus secara keseluruhan antara lain: memutuskan apakah tindakan

Alasan pemilihan subjek pada Bank Pe- merintah dan Bank Umum Swasta Nasional, karena Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional memiliki kinerja keuangan yang baik