• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Kondisi Geografis dan Iklim

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Provinsi Jawa Timur terletak pada batas astronomi 111o0’ hingga 114o4’ Bujur Timur dan 7o12’ hingga 8o48’ Lintang Selatan. Provinsi Jawa Timur mempunyai batas wilayah : a. Sebelah utara dengan Pulau Kalimantan tepatnya Provinsi Kalimantan Selatan. b. Selatan timur berbatasan dengan Pulau Bali.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka Samudera Indonesia. d. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Secara umum, wilayah Jawa Timur terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Jawa Timur daratan, hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dan wilayah kepulauan yang sekitar 10% dari luas wilayah Jawa Timur. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencapai 46 428.57 km2 atau 2.51% dari keseluruhan luas Indonesia dan merupakan provinsi dengan urutan ke-12 dari segi perbandingan wilayah dengan provinsi lain di Indonesia.

Provinsi Jawa Timur terbagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, 9 kota dan 658 kecamatan dengan 8 497 desa/kelurahan (2 400 kelurahan dan 6 097 desa). Apabila diamati dari komposisi jumlah kecamatan dan desa, maka diketahui bahwa Kabupaten Malang memiliki jumlah kecamatan terbanyak, yaitu 33 kecamatan. Banyaknya jumlah kecamatan yang dimiliki tidak secara otomatis menjadi daerah dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak pula. Kabupaten yang memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah di Kabupaten Lamongan, yaitu sebesar 474 desa/kelurahan. Sementara itu, Kabupaten Banyuwangi adalah daerah dengan luas wilayah paling besar yaitu sebesar 5 782.68 km2 dan Kota Mojokerto adalah daerah dengan luas wilayah paling kecil sebesar 16.46 km2 (Tabel 9).

(2)

Luas Area Jumlah

(km2) Kecamatan Perkotaan Perdesaan Jumlah Kabupaten : 1 Pacitan 1 342.42 12 19 152 171 2 Ponorogo 1 371.78 21 66 237 303 3 Trenggalek 1 205.22 14 28 129 157 4 Tulungagung 1 046.22 19 91 180 271 5 Blitar 1 588.79 22 53 195 248 6 Kediri 1 386.05 24 105 239 344 7 Malang 2 979.41 33 117 272 389 8 Lumajang 1 790.90 21 27 177 204 9 Jember 2 477.68 31 63 184 247 10 Banyuwangi 5 782.68 24 62 155 217 11 Bondowoso 1 560.10 23 33 182 215 12 Situbondo 1 638.81 17 33 103 136 13 Probolinggo 1 599.03 24 75 255 330 14 Pasuruan 1 150.75 24 106 259 365 15 Sidoarjo 634.39 18 268 85 353 16 Mojokerto 692.15 18 102 202 304 17 Jombang 903.90 21 144 162 306 18 Nganjuk 1 224.33 20 86 198 284 19 Madiun 1 010.86 15 39 167 206 20 Magetan 688.82 18 71 164 235 21 Ngawi 1 295.98 19 15 202 217 22 Bojonegoro 2 307.06 27 58 372 430 23 Tuban 1 839.94 20 45 283 328 24 Lamongan 1 669.56 27 51 423 474 25 Gresik 1 191.19 18 139 217 356 26 Bangkalan 1 259.54 18 38 243 281 27 Sampang 1 233.36 14 12 174 186 28 Pamekasan 792.30 13 25 164 189 29 Sumenep 1 998.54 27 35 297 332 Kota 71 Kediri 63.40 3 46 0 46 72 Blitar 32.57 3 21 0 21 73 Malang 110.06 5 54 3 57 74 Probolinggo 56.66 3 21 8 29 75 Pasuruan 35.29 3 32 2 34 76 Mojokerto 16.46 2 18 0 18 77 Madiun 33.23 3 27 0 27 78 Surabaya 326.36 31 163 0 163 79 Batu 92.78 3 12 12 24 Jumlah 46 428.57 658 2 400 6 097 8 497 Kelurahan/Desa Kabupaten/Kota

Tabel 9 Kabupaten/Kota dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur tahun 2008

(3)

Provinsi Jawa Timur mempunyai beberapa gunung berapi yang masih aktif antara lain Gunung Kelud, Gunung Berapi dan Gunung Raung. Sementara beberapa sungai besar yang ada di Jawa Timur diantaranya adalah sungai Bengawan Solo, Brantas, Madiun, Konto dan lainnya. Lokasi Provinsi Jawa Timur yang berada disekitar garis khatulistiwa, seperti provinsi lainnya di Indonesia, wilayah ini mempunyai perubahan musim sebanyak dua jenis setiap tahunnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bulan Oktober sampai April merupakan musim penghujan sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai September. Rata-rata temperatur di Jawa Timur antara 20oC – 37oC, dengan kelembapan 28% sampai 100%.

Keterangan : Kabupaten Kota 01 Pacitan 02 Ponorogo 03 Trenggalek 04 Tulungagung 05 Blitar 06 Kediri 07 Malang 08 Lumajang 09 Jember 10 Banyuwangi 11 Bondowoso 12 Situbondo 13 Probolinggo 14 Pasuruan 15 Sidoarjo 16 Mojokerto 17 Jombang 18 Nganjuk 19 Madiun 20 Magetan 21 Ngawi 22 Bojonegoro 23 Tuban 24 Lamongan 25 Gresik 26 Bangkalan 27 Sampang 28 Pamekasan 29 Sumenep 71 Kediri 72 Blitar 73 Malang 74 Probolinggo 75 Pasuruan 76 Mojokerto 77 Madiun 78 Surabaya 79 Batu

Gambar 9 Wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menurut ketinggian rata-rata dari atas permukaan laut Tahun 2008.

(4)

Gambar 9 menunjukkan letak kabupaten/kota di Jawa Timur menurut ketinggian rata-rata dari atas permukaan laut. Provinsi Jawa Timur dapat dibedakan menjadi 3 dataran yaitu : dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Dataran tinggi merupakan daerah dengan ketinggian rata-rata 100 meter diatas permukaan laut. Daerah tersebut meliputi Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang dan Kota Batu. Dataran sedang mempunyai ketinggian antara 45-100 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Bangkalan, Kota Madiun dan Kota Kediri. Kabupaten Lainnya merupakan dataran rendah, dengan ketinggian dibawah 45 meter diatas permukaan laut.

Secara umum perkembangan struktur ruang Jawa Timur mengarah pada dominasi kawasan perkotaan yang mempengaruhi perekonomian wilayah perdesaan. Fenomena urbanisasi dan aglomerasi wilayah terus berkembang mengarah ke hierarki perkotaan lebih besar, sehingga primacy kota metropolitan semakin tinggi dibandingkan tingkatan kota-kota lainnya.

Untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang cenderung terus membesar, dan berpotensi mendorong perkembangan mega-urban tersebut, serta menyeimbangkan perkembangan perkotaan, dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan serasi dengan kawasan pedesaan sesuai dengan daya dukung serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka dibentuklah struktur ruang wilayah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Jawa Timur. Penentuan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) berdasarkan kecenderungan pergerakan manusia, barang dan jasa, serta karakteristik wilayah. Orientasi pergerakan manusia, barang dan jasa di Jawa Timur cenderung memusat pada titik-titik tertentu, dan mengarah pada wilayah yang telah terlebih dahulu berkembang. SWP Jawa Timur terbagi dalam sembilan kelompok yaitu kelompok Gerbangkertosusilo plus, Malang Raya, Madiun dan sekitarnya, Kediri dan sekitarnya, Probolinggo-lumajang, Blitar, Jember dan sekitarnya, Banyuwangi dan sekitarnya serta Madura dan Kepulauan. Gambar 10 menunjukkan kelompok Satuan Wilayah Pengembangan Jawa Timur.

(5)

Keterangan : Kabupaten Kota 01 Pacitan 02 Ponorogo 03 Trenggalek 04 Tulungagung 05 Blitar 06 Kediri 07 Malang 08 Lumajang 09 Jember 10 Banyuwangi 11 Bondowoso 12 Situbondo 13 Probolinggo 14 Pasuruan 15 Sidoarjo 16 Mojokerto 17 Jombang 18 Nganjuk 19 Madiun 20 Magetan 21 Ngawi 22 Bojonegoro 23 Tuban 24 Lamongan 25 Gresik 26 Bangkalan 27 Sampang 28 Pamekasan 29 Sumenep 71 Kediri 72 Blitar 73 Malang 74 Probolinggo 75 Pasuruan 76 Mojokerto 77 Madiun 78 Surabaya 79 Batu

Gambar 10 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Provinsi Jawa Timur beserta kelompoknya.

4.2 Karakteristik Kependudukan dan Sosial

Penduduk memegang peranan penting dalam proses pembangunan ekonomi karena disamping sebagai obyek pembangunan tetapi juga sekaligus sebagai subyek pembangunan. Keunikan peranan penduduk dalam pembangunan ini menempatkan posisi yang krusial yaitu merupakan penggerak pembangunan atau justru sebagai penghambat pembangunan. Penduduk sebagai penggerak pembangunan manakala penduduk merupakan sumber daya manusia yang produktif sehingga mampu menciptakan nilai tambah dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan penduduk akan menjadi penghambat pembangunan manakala jumlah

(6)

penduduk yang banyak tanpa diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga menjadi beban bagi pembangunan.

Jumlah Penduduk provinsi Jawa Tmur termasuk dalam kategori provinsi dengan jumlah penduduk yang besar di Indonesia. Konsekuensi yang ditimbulkan dengan jumlah penduduk yang besar adalah timbunya masalah-masalah sosial dan lingkungan yang cukup kompleks seperti penciptaan lapangan kerja, perumahan, pendidikan dan kesehatan.

Tabel 10 menunjukkan jumlah penduduk setiap kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2005-2008. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Timur menurut hasil SUPAS 2005 adalah sebesar 0.54%. Beberapa daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dibanding dengan daerah lain tidak terlepas dari potensi daerah tersebut menjadi pusat kawasan pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi daerah tujuan perpindahan penduduk. Daerah-daerah tersebut antara lain Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Gresik. Namun selain itu juga disebabkan karena masih kuatnya kepercayaan pada adat seperti banyak anak banyak rizqi, atau tidak boleh ikut program KB karena bertentangan dengan agama, Daerah-daerah tersebut antara lain daerah di kawasan Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan.

(7)

Pertumbuhan 2005 2006 2007 2008 Penduduk 2008 (%) Kabupaten 1 Pacitan 551 290 553 321 555 262 557 029 0.32 2 Ponorogo 885 047 888 857 892 527 895 921 0.38 3 Trenggalek 673 102 673 920 674 620 675 380 0.11 4 Tulungagung 977 211 981 257 985 147 988 731 0.36 5 Blitar 1 069 151 1 069 569 1 069 798 1 070 122 0.03 6 Kediri 1 450 937 1 451 028 1 451 119 1 451 630 0.04 7 Malang 2 375 537 2 388 755 2 401 624 2 413 779 0.51 8 Lumajang 1 013 454 1 017 467 1 021 317 1 024 849 0.35 9 Jember 2 295 795 2 304 634 2 313 100 2 320 844 0.33 10 Banyuwangi 1 517 432 1 522 534 1 527 384 1 531 753 0.29 11 Bondowoso 701 105 703 303 705 384 707 242 0.26 12 Situbondo 616 505 618 816 621 026 623 042 0.32 13 Probolinggo 1 040 234 1 041 370 1 042 323 1 043 671 0.13 14 Pasuruan 1 433 270 1 438 610 1 443 716 1 448 370 0.32 15 Sidoarjo 1 715 439 1 737 543 1 759 623 1 781 405 1.24 16 Mojokerto 978 769 987 817 996 774 1 005 486 0.87 17 Jombang 1 237 640 1 253 752 1 269 851 1 285 739 1.25 18 Nganjuk 991 313 994 468 997 458 1 000 132 0.27 19 Madiun 642 159 642 335 642 398 642 518 0.02 20 Magetan 622 384 623 536 624 581 625 424 0.13 21 Ngawi 827 728 830 281 832 696 834 847 0.26 22 Bojonegoro 1 239 756 1 247 919 1 255 914 1 263 551 0.61 23 Tuban 1 069 935 1 073 071 1 076 027 1 078 641 0.24 24 Lamongan 1 187 504 1 188 136 1 188 559 1 189 087 0.04 25 Gresik 1 132 689 1 153 292 1 174 063 1 194 821 1.77 26 Bangkalan 907 119 923 657 940 331 956 996 1.77 27 Sampang 851 537 868 370 885 379 902 429 1.93 28 Pamekasan 785 932 802 172 818 604 835 101 2.02 29 Sumenep 1 016 187 1 016 418 1 016 471 1 016 907 0.04 Kota 71 Kediri 263 335 265 721 268 081 270 374 0.86 72 Blitar 128 731 129 932 131 121 132 278 0.88 73 Malang 802 763 807 543 812 209 816 637 0.55 74 Probolinggo 215 195 218 995 222 822 226 643 1.71 75 Pasuruan 173 774 173 872 173 940 174 073 0.08 76 Mojokerto 112 823 112 959 113 075 113 201 0.11 77 Madiun 174 739 175 955 177 148 178 291 0.65 78 Surabaya 2 622 023 2 625 298 2 628 113 2 630 079 0.07 79 Batu 182 235 184 117 185 986 187 813 0.98 36 481 779 36 690 600 36 895 571 37 094 836 0.54 Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kabupaten/Kota

Jumlah

Tabel 10 Jumlah penduduk kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2008

(8)

Permasalahan lain dalam kependudukan di Provinsi Jawa Timur yaitu adanya konsentrasi penduduk pada satu tempat sehingga menimbulkan perbedaan kepadatan penduduk antar wilayah di Jawa Timur. Daerah yang luas belum tentu penduduknya banyak atau sebaliknya daerah yang sempit belum tentu penduduknya sedikit. Angka kepadatan penduduk Provinsi Jawa Timur dari tahun 2002 ke tahun 2008 menunjukkan peningkatan.

Secara umum tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008 sebesar 799 orang/Km2, namun untuk tingkat kepadatan kabupaten/kota sangat bervariatif. Kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibandingkan kepadatan penduduk di kabupaten. Untuk tingkat kepadatan daerah kota, rata-rata diatas 2000 orang/km2. Kepadatan penduduk daerah perkotaan merupakan konsekuensi logis dari tingginya aktivitas perekonomian di perkotaan. Oleh karena itu, meskipun luas wilayah perkotaan relatif jauh lebih sempit dibandingkan wilayah kabupaten, namun jumlah penduduknya relatif lebih banyak, sehingga kepadatan penduduk pun semakin tinggi.

Wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur dapat dibedakan menjadi tiga kelompok menurut tingkat kepadatan penduduk. Kelompok pertama yaitu kelompok kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan penduduk di atas 2000 orang/km2, yaitu semua daerah yang berstatus kota serta Kabupaten Sidoarjo. Kelompok kedua yaitu kelompok kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan penduduk antara 1000 -2000 orang/km2, yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Pamekasan. Lokasi kelompok kedua ini berdekatan dengan Kota Surabaya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingginya aktivitas perekonomian Kota Surabaya mampu menjadi faktor penarik bagi para pekerja. Namun karena pertumbuhan penduduk di Surabaya sudah semakin jenuh serta tingginya kebutuhan hidup, maka banyak para pendatang pada umumnya memilih untuk berdomisili di wilayah sekitar Kota Surabaya.

Kelompok ketiga, yaitu kabupaten/kota yang mempunyai tingkat kepadatan kurang dari 1000 orang/km2 adalah lebih dari 50% dari kabupaten/kota di Jawa Timur. Kabupaten yang mempunyai kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Banyuwangi. Meskipun jumlah penduduk wilayah ini relatif

(9)

banyak, namun Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Jawa Timur. Selain Kabupaten Banyuwangi, wilayah dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Situbondo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Lumajang (Gambar 11).

Keterangan : Kabupaten Kota 01 Pacitan 02 Ponorogo 03 Trenggalek 04 Tulungagung 05 Blitar 06 Kediri 07 Malang 08 Lumajang 09 Jember 10 Banyuwangi 11 Bondowoso 12 Situbondo 13 Probolinggo 14 Pasuruan 15 Sidoarjo 16 Mojokerto 17 Jombang 18 Nganjuk 19 Madiun 20 Magetan 21 Ngawi 22 Bojonegoro 23 Tuban 24 Lamongan 25 Gresik 26 Bangkalan 27 Sampang 28 Pamekasan 29 Sumenep 71 Kediri 72 Blitar 73 Malang 74 Probolinggo 75 Pasuruan 76 Mojokerto 77 Madiun 78 Surabaya 79 Batu

Gambar 11 Wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur menurut tingkat kepadatan penduduk tahun 2008.

Jika diamati lebih lanjut, maka diketahui bahwa kabupaten dengan kepadatan penduduk yang rendah berlokasi jauh dari wilayah perkotaan, khususnya ibukota provinsi serta kondisi geografisnya yang di sekitar pegunungan. Adapun seluruh wilayah tapal kuda di Jawa Timur memiliki

(10)

kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi serta pusat kegiatan pemerintahan, dalam hal ini adalah perkotaan, merupakan faktor penarik yang cukup signifikan bagi masyarakat untuk menentukan tempat tinggalnya.

4.3 Karakteristik Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan yaitu produksi, pengeluaran dan pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan. PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktifitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan pajak tak langsung neto yang diperoleh.

Secara makro, besaran PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja ekonomi suatu wilayah seperti provinsi atau kabupaten. Fenomena dan perilaku ekonomi dari berbagai pelaku ekonomi dapat dilihat dari data PDRB. Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 dan direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004. Adanya kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan regional suatu daerah dan menimbulkan multiplier effect terhadap perekonomian Jawa Timur.

Jawa Timur merupakan barometer perekonomian nasional setelah DKI Jakarta dan Provinsi Jawa barat, sebab kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai sekitar 16%. PDRB Jawa Timur baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada periode 2002-2008 menunjukkan kecenderungan terus meningkat sejalan kian membaiknya kondisi perekonomian.

(11)

Pacitan; 0.45 Ponorogo; 0.98 Trenggalek; 0.60 Tulungagung; 2.30 Blitar; 1.81 Kediri; 2.07 Malang; 4.44 Lumajang; 1.93 Jember; 3.37 Banyuwangi; 3.26 Bondowoso; 0.72 Situbondo ; 1.17 Probolinggo; 2.09 Pasuruan; 2.18 Sidoarjo ; 8.39 Mojokerto; 1.98 Jombang; 1.97 Nganjuk; 1.47 Madiun; 0.83 Magetan ; 0.99 Ngawi; 0.98 Bojonegoro; 2.22 Tuban; 2.12 Lamongan; 1.41 Gresik; 5.04 Bangkalan; 1.04 Sampang ; 0.81 Pamekasan ; 0.69 Sumenep; 1.63 Kediri; 8.26 Blitar; 0.21 Malang; 4.11 Probolinggo ; 0.65 Pasuruan; 0.36 Mojokerto; 0.39 Madiun; 0.37 Surabaya; 26.27 Batu; 0.41 Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar) Atas Dasar Harga KonstanMilyar)

2002 267 157.72 218 452.39 2003 300 609.86 228 884.46 2004 341 065.25 242 228.89 2005 403 392.35 256 374.73 2006 470 627.49 271 249.32 2007 534 919.33 287 814.18 2008 621 581.96 304 798.97 PDRB

Tabel 11 PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2002-2008

Sumber : BPS, diolah.

Pada tahun 2002 PDRB Jawa Timur menurut ADHB sebesar 267.158 triliun rupiah, yang kemudian meningkat di tahun 2008 mencapai 621.582 triliun rupiah. PDRB ADHK juga mengalami kenaikan menjadi 304.799 triliun rupiah pada tahun 2008 yang pada tahun 2002 sebesar 218.452 triliun rupiah (Tabel 11).

Gambar 12 Kontribusi PDRB kabupaten/kota terhadap total PDRB Jawa Timur tahun 2008.

Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota. Dari 38 kabupaten/kota tersebut, masing-masing daerah mempunyai karakteristik alam,

(12)

Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 19.04 18.24 17.57 17.24 17.15 16.73 16.57 Pertambangan dan Penggalian 2.06 2.00 1.93 2.00 2.07 2.12 2.18 Industri Pengolahan 29.31 29.50 29.61 29.99 29.27 28.76 28.49 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.89 1.94 2.05 1.90 1.86 1.91 1.91

Bangunan 3.81 3.74 3.68 3.60 3.46 3.36 3.34

Perdagangan, Hotel dan Restoran 25.35 26.08 26.71 27.17 27.96 28.80 29.36 Pengangkutan dan Komunikasi 5.67 5.71 5.52 5.53 5.57 5.55 5.32 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.53 4.41 4.61 4.53 4.52 4.62 4.68

Jasa-Jasa 8.35 8.38 8.32 8.04 8.14 8.15 8.15

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan produktivitas perekonomian antar wilayah yang satu berbeda dengan wilayah lainnya. Gambar 12 menunjukkan bahwa kontribusi terbesar terhadap total PDRB Provinsi Jawa Timur diberikan oleh Kota Surabaya yang pada tahun 2008 sebesar 26.27%, Daerah lain yang mempunyai peran cukup besar di dalam menciptakan PDRB Jawa Timur selain Kota Surabaya adalah Kota Kediri sebesar 8.26%, Kabupaten Sidoarjo sebesar 8.39%, Kabupaten Gresik sebesar 5.05% dan Kabupaten Malang sebesar 4.11%.

Struktur nilai tambah yang terbentuk dari masing-masing sektor menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap sektor tersebut. Semakin besar nilai tambah suatu sektor maka semakin besar pula wilayah tersebut tergantung dari sektor tersebut. Nilai tambah bruto Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh tiga sektor yang paling besar pangsanya dalam pembentukan nilai tambah bruto Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel 12 Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha Provinsi Jawa Timur tahun 2002-2008

Sumber : BPS, 2009

Tabel 12 menunjukkan bahwa mulai tahun 2006, terjadi pertukaran posisi antara sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi industri pengolahan mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adanya krisis BBM pada tahun 2005. Sebagaimana diketahui, bahwa sektor industri adalah

(13)

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 P e r s e n Kode Kabupaten

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

sektor yang sangat tergantung pada BBM, sehingga jika ada kenaikan harga BBM akan berpengaruh pada sektor industri.

Namun gambaran kontribusi sektor PDRB terhadap total PDRB untuk masing-masing kabupaten/kota di Jawa Timur sangat bervariatif. Sebagaimana diketahui kabupaten/Kota mempunyai kondisi geografis dengan berbagai potensi yang dapat diberdayakan, seperti sumberdaya air, lahan, hutan serta pesisir pantai dan laut. Beragamnya potensi masing-masing wilayah menyebabkan timbulnya perbedaan karakteristik struktur perekonomian yang berbeda di setiap kabupaten/kota. Sebagai contoh aktifitas perekonomian di wilayah kabupaten pada umumnya di dorong oleh sektor pertanian dan sektor industri sedangkan wilayah perkotaan oleh sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Struktur masing-masing daerah seperti ditunjukkan pada Gambar 13.

Keterangan : Kabupaten 01 Pacitan 02 Ponorogo 03 Trenggalek 04 Tulungagung 05 Blitar 06 Kediri 07 Malang 08 Lumajang 09 Jember 10 Banyuwangi 11 Bondowoso 12 Situbondo 13 Probolinggo 14 Pasuruan 15 Sidoarjo 16 Mojokerto 17 Jombang 18 Nganjuk 19 Madiun 20 Magetan 21 Ngawi 22 Bojonegoro 23 Tuban 24 Lamongan 25 Gresik 26 Bangkalan 27 Sampang 28 Pamekasan 29 Sumenep

Gambar 13 PDRB kabupaten di Provinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha tahun 2008.

(14)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 71 72 73 74 75 76 77 78 79 P e r s e n Kode Kota

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

Beberapa kabupaten didominasi hampir 50% oleh sektor pertanian seperti Kabupaten Banyuwangi, dan kabupaten-kabupaten di kawasan Madura. Kota secara umum kontribusi dari sektor pertanian sangat kecil kecuali Kota Batu. Sebagian besar didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pangsa terbesar pada PDRB tahun 2008 disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang kemudian disusul sektor industri, namun sebagian besar wilayah Jawa Timur masih berbasis sektor pertanian. Sedangkan sektor perdagangan dan industri pengolahan hanya menjadi basis di beberapa kabupaten/kota saja. Keterangan : Kota 71 Kediri 72 Blitar 73 Malang 74 Probolinggo 75 Pasuruan 76 Mojokerto 77 Madiun 78 Surabaya 79 Batu

Gambar 14 PDRB kota di Provinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha tahun 2008.

(15)

4.4 Struktur Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Sejalan dengan tuntutan demokratisasi dalam bernegara, penyelenggaraan pemerintahan juga mengalami perubahan. Sistem pemerintahan yang semula lebih condong pada sentralistik menjadi desentralisasi. Selaras dengan perubahan tersebut, maka tata aturan juga mengalami perubahan yang lebih mengarah pada penyempurnaan pelaksanaan otonomi daerah, melalui pemberian kewenangan yang seluas-luasnya dengan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai penyempurnaan dilakukan seperti yang tertuang dalam UU No. 33 Tahun 2004, yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 25 Tahun 1999. Pemberian kewenangan diberikan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran keuangan daerah.

Penerimaan daerah merupakan sumber pendapatan pemerintah daerah yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Penerimaan daerah di Propinsi Jawa Timur selama periode 2002-2008 mengalami peningkatan. Dengan demikian adanya implementasi kebijakan desentralisasi fiskal yaitu dengan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam mengelolan pendapatan daerah sejalan dengan meningkatnya besaran APBD yang diterima oleh pemerintah daerah Jawa Timur. Meningkatnya penerimaan daerah ini diharapkan juga mampu untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam membiayai pembangunan dan menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan juga mampu mengelola anggaran tersebut secara tepat karena dalam era desentralisasi fiskal ini, penerimaan daerah merupakan modal utama dalam pembangunan.

Penerimaan daerah terdiri atas beberapa komponen yaitu Pendapatan Asli daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPBP), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan penerimaan lain yang sah. Perkembangan komponen penerimaan daerah di Jawa Timur secara umum selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari komposisi penerimaan daerah di Provinsi Jawa Timur pada periode tahun 2002 dan 2008.

(16)

Sumber

Penerimaan Juta rupiah % Juta rupiah %

PAD 1 215 470.42 10.31 2 405 534.33 8.75 97.91 BHPBP 1 112 228.50 9.43 2 336 997.94 8.50 110.12 DAU 8 950 063.53 75.89 19 508 428.56 70.96 117.97 Lain-Lain 515 767.67 4.37 3 239 994.47 11.79 528.19 Total 11 793 530.12 100.00 27 490 955.30 100.00 133.10 Pertumbuhan (%) 2002 2008

Tabel 13 Penerimaan total kabupaten dan kota di Jawa Timur menurut sumber penerimaan tahun 2002 dan 2008 serta pertumbuhannya

Sumber : BPS, diolah

Tabel 13 menunjukkan perubahan penerimaan Jawa Timur periode tahun 2002 dan 2008 menurut sumber penerimaan. PAD mengalami perubahan sebesar 97.91% dari tahun 2002 ke tahun 2008. Perubahan ini merupakan perubahan yang terkecil dibandingkan dengan perubahan jenis sumber penerimaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa daerah belum optimal untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut BPS (2008) ada beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya penerimaan PAD terhadap total penerimaan daerah yaitu: a. Masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh Pemda akan

tetapi berada di luar penerimaan pemerintah daerah.

b. Rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat yang tercermin dalam pendapatan perkapita

c. Kurang mampunya pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang ada.

Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai dana transfer dari pusat, mempunyai kontribusi terbesar dari total penerimaan daerah. Besarnya kontribusi DAU terhadap total penerimaan daerah mengindikasikan masih lemahnya anggaran daerah kabupaten/kota di Jawa Timur dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan melalui Pendapatan Asli daerah (PAD). Hal ini memberikan gambaran bahwa kinerja fiskal penerimaan daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur melalui PAD belum menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, pembiayaan pembangunan Jawa Timur sebagian masih bergantung pada pusat.

(17)

Besarnya penerimaan total provinsi Jawa Timur tentu tidak terlepas dari bagaimana kondisi penerimaan daerah masing-masing kabupaten/kotanya. Adanya potensi yang dimiliki masing-masing kabupaten/kota tentu berakibat pada besarnya jumlah penerimaan yang diterima oleh masing-masing daerah. Tabel 15 menunjukkan dari 38 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya pada tahun 2008 merupakan daerah yang memiliki kontribusi penerimaan daerah terhadap total penerimaan provinsi terbesar dengan kontribusi sebesar 7.48%. Hal ini dikarenakan Kota Surabaya, sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur tentunya mempunyai kegiatan ataupun fasilitas yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain. Jika dilihat dari besarnya PDRB, kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap total PDRB Jawa Timur adalah lebih besar dari 25%, artinya kegiatan perekonomian Jawa Timur hampir lebih 25% terdapat di Kota Surabaya. Beberapa kota yang mempunyai kontribusi penerimaan sekitar 1%, jika dilihat kontribusi PDRB terhadap PDRB Jawa Timur rata-rata juga dibawah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kegiatan perekonomian yang tercermin dari besarnya PDRB dengan penerimaan daerah. Hal ini sesuai dengan teori Peacock dan Wiseman yang menyatakan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi suatu daerah, maka penerimaan daerah juga akan meningkat.

Jika dilihat komponen penerimaan daerah, kota Surabaya baik dari komponen PAD, BHPBP dan DAU mempunyai kontribusi terbesar dibandingkan daerah lain yang diikuti oleh Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik. Sebagaimana diketahui, komponen PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, BUMN dan lain-lain. Pajak daerah, retribusi daerah itu kebanyakan bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Kota Surabaya, sebagai ibu kota Provinsi hampir lebih 50% struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor tersebut. Sehingga wajar jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten/kota lainnya.

(18)

Total Pendapatan PAD BHPBP DAU Kabupaten 1 Pacitan 1.93 0.87 1.01 2.08 2 Ponorogo 2.56 1.39 1.65 2.76 3 Trenggalek 2.37 1.11 1.36 2.39 4 Tulungagung 2.93 1.88 1.38 3.22 5 Blitar 3.12 1.81 1.70 3.25 6 Kediri 3.04 2.27 2.13 3.50 7 Malang 4.62 3.56 2.91 4.96 8 Lumajang 2.68 2.11 1.37 2.76 9 Jember 4.38 3.82 2.70 4.83 10 Banyuwangi 3.58 2.24 2.12 3.95 11 Bondowoso 2.08 1.29 1.09 2.29 12 Situbondo 2.01 0.91 1.44 2.19 13 Probolinggo 2.46 1.35 1.57 2.72 14 Pasuruan 3.09 2.53 3.04 3.07 15 Sidoarjo 4.08 7.79 8.19 3.30 16 Mojokerto 2.58 1.68 2.74 2.57 17 Jombang 2.73 2.66 1.85 3.01 18 Nganjuk 2.76 2.01 1.59 2.97 19 Madiun 2.27 1.09 1.32 2.40 20 Magetan 2.33 1.44 1.22 2.51 21 Ngawi 2.49 0.83 1.60 2.79 22 Bojonegoro 2.95 2.03 5.81 3.01 23 Tuban 2.47 2.77 2.34 2.63 24 Lamongan 2.97 2.27 2.35 3.07 25 Gresik 3.03 5.28 4.41 2.73 26 Bangkalan 2.40 1.26 3.19 2.42 27 Sampang 2.04 0.84 2.00 2.17 28 Pamekasan 2.06 1.15 0.87 2.30 29 Sumenep 2.72 1.59 5.21 2.83 Kota 71 Kediri 1.97 2.75 1.37 2.05 72 Blitar 1.15 1.19 0.82 1.11 73 Malang 2.54 3.25 2.82 2.42 74 Probolinggo 1.45 1.26 1.44 1.29 75 Pasuruan 1.15 0.77 0.84 1.16 76 Mojokerto 1.12 0.73 0.93 1.14 77 Madiun 1.25 0.80 0.83 1.36 78 Surabaya 7.48 26.68 19.22 3.66 79 Batu 1.15 0.75 1.57 1.11 100.00 100.00 100.00 100.00 Total Kontribusi (persen) Kabupaten/Kota

Tabel 14 Kontribusi penerimaan kabupaten/kota terhadap total penerimaan Jawa Timur menurut jenis pendapatan tahun 2008

(19)

Jenis

Belanja Juta rupiah % Juta rupiah %

Pegawai 5 749 553.30 50.15 13 786 993.74 45.23 139.79 Barang 718 013.35 6.26 4 827 374.75 15.84 572.32 Modal 3 554 018.21 31.00 8 746 505.65 28.70 146.10 Lain_lain 1 442 546.90 12.58 3 119 555.84 10.23 116.25 Total 11 464 131.76 100.00 30 480 429.98 100.00 165.88 Pertumbuhan (%) 2002 2008

Jumlah keseluruhan dana APBD baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kebijakan masing-masing pemerintah daerah melalui alokasi sumber-sumber pendanaan yang tercermin pada alokasi belanjanya. Secara umum total belanja daerah dari tahun 2002 ke tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 165.88%. Jenis belanja barang merupakan jenis belanja yang mempunyai pertumbuhan terbesar dari tahun 2002 ke tahun 2008. Selain terjadi perubahan yang besar, kontribusi belanja barang terhadap total belanja juga mengalami peningkatan dari 6.26% pada tahun 2002 menjadi 15.84% pada tahun 2008.

Tabel 15 Total belanja kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menurut jenisnya tahun 2002 dan 2008 serta pertumbuhannya

Sumber : BPS, diolah.

Besarnya total belanja Provinsi Jawa Timur tentu tidak terlepas dari bagaimana kondisi belanja daerah masing-masing kabupaten/kotanya. Adanya perbedaan potensi, kondisi dan kebijakan masing-masing daerah mengakibatkan prioritas pembangunan masing-masing daerah juga berbeda. Hal ini mengakibatkan perbedaan alokasi belanja untuk masing-masing kabupaten/kota di Jawa Timur. Daerah yang kondisi geografisnya rentan terhadap potensi bencana alam, maka alokasi belanja untuk menangani bencana akan lebih besar dibandingkan daerah lainnya.

(20)

Total Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Lainnya Kabupaten 1 Pacitan 1.85 2.16 1.34 1.71 1.71 2 Ponorogo 2.64 2.98 2.09 2.47 2.49 3 Trenggalek 2.36 2.34 2.31 2.43 2.40 4 Tulungagung 2.61 2.95 3.51 2.12 1.11 5 Blitar 3.04 3.34 1.74 3.51 2.39 6 Kediri 3.27 3.31 2.09 4.15 2.45 7 Malang 4.57 4.96 3.00 4.18 6.31 8 Lumajang 2.44 2.69 1.87 1.70 4.29 9 Jember 4.04 4.31 3.48 3.80 4.33 10 Banyuwangi 3.66 4.16 2.13 2.82 6.17 11 Bondowoso 2.01 2.45 1.51 1.31 2.78 12 Situbondo 1.91 2.03 1.67 1.96 1.63 13 Probolinggo 2.30 2.45 1.98 1.90 3.20 14 Pasuruan 2.93 2.93 4.64 1.99 2.96 15 Sidoarjo 4.14 3.58 4.31 4.02 6.71 16 Mojokerto 2.36 2.65 1.25 2.67 1.90 17 Jombang 2.62 2.92 2.94 1.91 2.78 18 Nganjuk 2.63 3.21 1.79 2.44 1.91 19 Madiun 2.19 2.58 1.81 1.73 2.33 20 Magetan 2.21 2.86 1.55 1.64 1.95 21 Ngawi 2.38 2.71 1.63 2.23 2.51 22 Bojonegoro 2.95 3.04 1.78 3.42 3.08 23 Tuban 2.47 2.87 1.61 2.30 2.55 24 Lamongan 2.72 2.82 2.49 2.45 3.44 25 Gresik 2.91 2.59 3.32 2.04 6.16 26 Bangkalan 2.36 2.02 2.95 2.78 1.75 27 Sampang 2.32 2.01 1.81 3.15 2.21 28 Pamekasan 2.17 2.25 2.24 1.98 2.19 29 Sumenep 2.61 3.33 2.30 1.56 2.84 Kota 71 Kediri 1.79 1.57 2.06 1.85 2.20 72 Blitar 1.04 0.92 1.43 1.24 0.38 73 Malang 2.52 2.24 2.89 3.11 1.50 74 Probolinggo 1.39 1.05 2.20 1.73 0.65 75 Pasuruan 1.25 1.03 1.49 1.47 1.23 76 Mojokerto 1.18 0.75 1.85 1.52 1.08 77 Madiun 1.17 1.46 1.17 0.94 0.48 78 Surabaya 9.93 5.73 18.75 14.19 2.85 79 Batu 1.05 0.74 0.96 1.57 1.11 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Total

Kabupaten/Kota Kontribusi (persen)

Tabel 16 Kontribusi belanja kabupaten/kota terhadap total belanja Provinsi Jawa Timur menurut jenis belanja tahun 2008

(21)

Tabel 16 menunjukkan Kota Surabaya, sebagai ibukota provinsi, dari berbagai jenis belanja mempunyai kontribusi terbesar dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini disebabkan sebagai kota metropolitan, dengan kepadatan penduduk, kegiatan perekonomian yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lain, tentunya jumlah pegawai, biaya pemeliharaan barang dan jasa serta biaya pelayanan masyarakat juga akan lebih besar dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lain. Hal ini menunjukkan bahwa suatu daerah yang mempunyai kegiatan perekonomian yang lebih besar dibandingkan daerah lain, maka besarnya belanja daerah juga akan lebih besar dibanding daerah lain. Hal ini sesuai dengan hukum Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi (Mangkoesoebroto, 1997). Selain itu juga sesuai dengan hukum Wagner yang menerangkan mengapa peranan pemerintah yang dimanivestasikan lewat belanja daerah menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat. Suatu daerah yang kegiatan perekonomiannya lebih maju di daerah lain, tentunya mempunyai potensi sumberdaya yang lebih banyak dari daerah lain baik itu sumberdaya alam maupun manusia. Dengan adanya kelebihan sumberdaya tersebut, tentunya biaya yang digunakan baik untuk membayar, memelihara dan perawat fasilitas yang ada akan lebih besar dibandingkan dengan daerah lain.

4.5 Jumlah Fasilitas Pelayanan Publik Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

Salah satu cara untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan menyediakan fasilitas pelayanan publik yang diperlukan masyarakat. Fasilitas pelayanan publik yang diperlukan antara lain adalah sarana pendidikan dan kesehatan. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan baik, sehingga harapan suatu daerah untuk mempunyai penduduk yang berpendidikan dan sehat dapat terwujud. Hal ini disebabkan, penduduk yang sehat dan berpendidikan akan menjadi modal atau penggerak dalam pelaksanaan pembangunan suatu daerah. Pada akhirnya, kondisi masyarakat yang adil dan makmur dapat terwujud.

(22)

TK SD SLTP SMU SMK MI MTs MA Kabupaten 1 Pacitan 357 415 59 11 18 105 35 12 2 Ponorogo 318 618 82 30 27 79 69 44 3 Trenggalek 391 436 78 19 22 111 20 8 4 Tulungagung 479 660 69 20 21 103 38 15 5 Blitar 846 730 91 17 21 193 49 22 6 Kediri 677 638 97 31 28 221 91 32 7 Malang 956 1 127 267 62 53 303 163 46 8 Lumajan 435 577 92 31 13 159 66 15 9 Jember 831 1 001 236 59 52 357 138 57 10 Banyuwangi 653 856 144 48 33 226 73 26 11 Bondowoso 339 502 66 20 21 98 82 30 12 Situbondo 238 459 67 15 15 84 61 35 13 Probolinggo 340 618 91 25 7 355 124 52 14 Pasuruan 551 728 111 36 31 287 115 47 15 Sidoarjo 730 614 143 57 59 217 57 30 16 Mojokerto 374 506 96 34 34 182 69 37 17 Jombang 357 570 262 50 46 262 119 73 18 Nganjuk 613 690 70 27 33 91 50 27 19 Madiun 707 464 40 13 15 63 33 15 20 Magetan 402 506 54 12 28 71 32 13 21 Ngawi 440 579 73 25 32 106 34 12 22 Bojonegoro 571 808 95 43 46 227 83 33 23 Tuban 361 611 69 26 19 210 87 32 24 Lamongan 934 636 131 69 55 529 162 67 25 Gresik 488 477 94 46 25 357 127 60 26 Bangkalan 185 654 98 28 6 112 87 35 27 Sampang 187 578 96 18 4 484 136 47 28 Pamekasan 208 482 102 34 15 291 148 66 29 Sumenep 239 707 79 35 2 510 102 75 Kota 71 Kediri 103 144 30 25 22 18 8 5 72 Blitar 81 61 15 7 16 7 5 2 73 Malang 258 259 90 48 45 48 24 13 74 Probolinggo 76 116 22 12 14 22 9 3 75 Pasuruan 83 62 20 8 10 8 2 1 76 Mojokerto 50 61 17 16 9 12 3 4 77 Madiun 62 70 20 25 26 135 35 14 78 Surabaya 1 250 897 289 168 96 23 16 9 79 Batu 77 72 25 9 10 11 2 2 Jumlah 16 247 19 989 3 580 1 259 1 029 6 677 2 554 1 116 Kabupaten/Kota

Tabel 17 Banyaknya sekolah TK, SD, SMP, SMA dan SMK menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2008

(23)

TK SD SLTP SMU SMK MI MTs MA Kabupaten 1 Pacitan 24 110 368 379 483 68 152 183 2 Ponorogo 34 119 380 381 506 89 173 160 3 Trenggalek 30 124 359 389 329 94 303 275 4 Tulungagung 46 125 564 624 574 118 235 280 5 Blitar 36 120 397 443 430 104 249 311 6 Kediri 53 185 513 391 421 113 170 146 7 Malang 54 172 308 338 564 158 160 132 8 Lumajan 53 153 336 314 605 119 141 260 9 Jember 55 217 305 412 468 126 203 137 10 Banyuwangi 58 156 372 389 712 132 279 186 11 Bondowoso 41 132 280 271 273 83 94 89 12 Situbondo 48 108 321 574 523 91 127 102 13 Probolinggo 44 143 264 334 594 101 101 123 14 Pasuruan 45 188 383 354 713 94 169 139 15 Sidoarjo 70 232 560 543 674 188 329 213 16 Mojokerto 59 139 365 352 480 156 237 205 17 Jombang 56 148 163 366 619 162 218 180 18 Nganjuk 36 128 629 400 610 104 217 152 19 Madiun 29 108 601 531 648 131 195 157 20 Magetan 27 98 479 783 494 95 218 178 21 Ngawi 24 121 449 312 518 188 245 218 22 Bojonegoro 35 117 422 394 359 115 246 258 23 Tuban 53 137 581 338 358 119 191 203 24 Lamongan 34 109 333 386 362 112 136 190 25 Gresik 62 152 357 430 55 139 149 169 26 Bangkalan 48 184 255 303 447 148 120 106 27 Sampang 45 165 199 275 293 138 112 105 28 Pamekasan 42 168 180 236 223 114 140 163 29 Sumenep 47 102 244 316 724 95 269 140 Kota 71 Kediri 71 182 497 573 855 87 415 574 72 Blitar 58 208 603 668 880 232 478 746 73 Malang 68 268 400 456 839 222 274 173 74 Probolinggo 68 190 412 325 587 105 171 233 75 Pasuruan 63 335 452 533 714 195 119 304 76 Mojokerto 75 189 535 410 925 249 275 339 77 Madiun 89 235 575 251 585 179 274 107 78 Surabaya 58 276 427 486 486 104 202 186 79 Batu 58 221 321 296 320 211 580 78 Jawa Timur 47 156 364 406 530 135 224 212 Kabupaten/Kota

Tabel 18 Rasio jumlah siswa menurut tingkatan sekolah dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2008

(24)

Tabel 17 menunjukkan jumlah sarana pendidikan yang tersedia di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2008. Beberapa kabupaten/kota mempunyai fasilitas yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kota Malang, Kota Surabaya adalah kabupaten/kota yang mempunyai fasilitas yang lebih banyak dibandingkan kabupaten lain. Hal ini disebabkan banyaknya warga di sekitar kabupaten/kota yang sekolah di kabupaten/kota tersebut, karena terkenal mutu pendidikan yang lebih baik. Oleh karena banyaknya permintaan, maka sekolah-sekolah banyak bermunculan baik swasta maupun negeri. Akan tetapi, banyaknya sekolah belum tentu dapat menaikkan indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Suatu indikator pelaksanaan pembangunan dikatakan berhasil, jika sarana pelayanan publik tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Rasio murid terhadap jumlah sekolah menunjukkan persebaran yang hampir merata antara kabupaten/kota di Jawa Timur. Kota cenderung mempunyai rasio murid terhadap sarana sekolah yang lebih besar dari daerah lain (Tabel 18).

Selain sarana pendidikan, sarana yang sangat diperlukan dalam masyarakat adalah sarana kesehatan. Kesehatan adalah sangat penting dalam kehidupan. Penduduk yang sehat dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dirinnya. Suatu kabupaten/kota yang mempunyai sarana kesehatan yang lebih banyak dibanding daerah lain, dan masyarakat mau memanfaatkan maka tingkat keberhasilan pembangunan akan lebih baik dari daerah yang kondisi kesehatan penduduk kurang baik.

Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan sangat berhubungan dengan keberhasilan salah satu indikator pembangunan yaitu IPM. IPM terbentuk atas tiga hal, yaitu indek harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Indeks harapan hidup sangat terkait dengan fasilitas kesehatan. Jika suatu daerah angka kelahiran bayi hidup besar, maka secara tidak langsung angka harapan hidup juga lebih besar di bandingkan dengan daerah lain yang mempunyai angka harapan hidup lebih kecil. Sedangkan fasilitas pendidikan sangat terkait dengan angka buta huruf. Oleh karena itu, walaupun sarana dan prasarana tersedia, namun jika masyarakat tidak mau mamanfaatkan, maka tidak akan mempengaruhi IPM kabupaten/kota yang lainnya.

(25)

Pemerintah Swasta Induk Pembantu Keliling Kabupaten 01 Pacitan 1 0 24 83 36 786 110 02 Ponorogo 1 5 31 56 52 1 134 241 03 Trenggalek 1 4 22 66 27 841 104 04 Tulungagung 1 9 28 70 29 1 232 176 05 Blitar 1 5 24 68 22 1 605 1 528 06 Kediri 2 6 36 80 39 2 022 152 07 Malang 2 7 38 94 66 2 734 244 08 Lumajan 1 2 24 53 33 1 269 127 09 Jember 5 6 49 126 49 2 819 120 10 Banyuwangi 2 8 45 105 55 2 170 164 11 Bondowoso 1 0 23 64 25 1 010 130 12 Situbondo 1 1 17 59 30 909 40 13 Probolinggo 1 3 33 87 33 1 526 220 14 Pasuruan 1 2 33 72 41 1 810 253 15 Sidoarjo 1 15 25 57 41 1 662 410 16 Mojokerto 3 4 27 55 51 1 248 226 17 Jombang 1 8 34 73 44 1 267 123 18 Nganjuk 2 3 20 83 13 1 301 183 19 Madiun 2 1 25 58 33 861 150 20 Magetan 1 1 22 58 42 914 106 21 Ngawi 1 1 24 63 29 1 166 152 22 Bojonegoro 3 4 36 67 36 1 547 308 23 Tuban 1 2 33 54 50 1 406 210 24 Lamongan 1 4 33 108 37 1 732 348 25 Gresik 1 6 32 74 36 1 434 150 26 Bangkalan 1 0 22 70 33 1 010 207 27 Sampang 1 0 21 52 23 870 186 28 Pamekasan 1 1 20 48 26 788 180 29 Sumenep 1 1 29 71 29 1 353 163 Kota 71 Kediri 1 10 9 26 8 323 0 72 Blitar 1 4 3 16 7 158 0 73 Malang 1 16 15 33 17 640 0 74 Probolinggo 1 2 6 19 7 214 0 75 Pasuruan 1 0 9 24 8 260 0 76 Mojokerto 1 4 5 15 7 159 0 77 Madiun 2 4 6 16 6 269 0 78 Surabaya 5 34 53 71 54 2 801 0 79 Batu 1 3 4 3 9 186 10 Jumlah 56 186 940 2 297 1 183 45 436 6 721

Rumah Sakit Umum

Posyandu Pondok Bersalin Puskesmas

Kabupaten/Kota

Tabel 19 Jumlah fasilitas kesehatan menurut jenisnya di Provinsi Jawa Timur tahun 2008

Gambar

Gambar 9 Wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menurut ketinggian  rata-rata dari atas permukaan laut Tahun 2008
Gambar 10 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Provinsi Jawa Timur beserta  kelompoknya.
Gambar 11 Wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur menurut tingkat kepadatan  penduduk  tahun 2008
Tabel 11 PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2002-2008
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan kinerja KM dari segi struktur organisasinya, proses kredensial dan kewenangan klinis, pengembangan profesi dan audit, serta

Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembiasaan pendidikan Islam sangat efektif diterapkan pada siswa dengan langkah-langkah (1) Membuat buku

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh jurusita pajak negara yang berada di Kantor Pelayanan

Peningkatan kinerja merupakan hal yang diinginkan baik dari pihak pemberi kerja maupun para pekerja. Pemberi pekerja menginginkan kinerja karyawannya baik untuk kepentingan

Hal yang menunjukan keberhasilan kebijakan yaitu para penambang mengikuti prosedur-prosedur yang telah dibuat oleh pemerintah daerah, dimana penambang harus

Identifikasi sumber perolehan kayu bakar dimaksudkan untuk mengetahui lokasi tempat memungut kayu bakar.Jenis konsumsi energi oleh rumahtangga di Indonesia sebagian besar

K esehatan keluarga karyawan di PTPN VI Kebun Kayu Aro sudah baik, dilihat dari status kesehatan yang baik karena perusahaan menyediakan sarana pengobatan yaitu Rumah Sakit Kayu

Tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, berat kering akar, dan berat kering tajuk pada Pulu Lotong dan Pulu Mandoti yang diberi perlakuan cendawan endofit