KATA PENGANTAR
مـيح رلا نـمح رلا الله مـسب
Kami panjatkan syukur kehadirat Allah SWT, atas Hidayah-Nya kepada kita, sehingga Laporan Pelaksanaan Tugas Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2013 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi kewajiban Pengadilan Agama Pasuruan yang harus dibuat pada setiap akhir tahun
Selain itu laporan ini dibuat sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Pimpinan Pengadilan Agama Pasuruan kepada Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dan Mahkamah Agung RI sebagai bahan evaluasi pelaksanaan tugas 2013, sekaligus sebagai bahan informasi kepada semua pihak yang membutuhkan.
Atas nama Pimpinan Pengadilan Agama Pasuruan, kami mengucapkan terima kasih kepada segenap karyawan-karyawati Pengadilan Agama Pasuruan khususnya kepada Tim Penyusun laporan tahunan 2013 ini. Dan tak lupa kepada Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya yang kami perlukan. Sehingga laporan tahunan pelaksanaan tugas tahun 2013 ini bisa selesai. Semoga semua kerja keras dan bimbingan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.
Kami berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami menyadari Laporan tahunan ini masih terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak guna menyempurnakan laporan ini dimasa yang akan datang.
Semoga Laporan Pelaksanaan Tugas tahun 2013 ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Pasuruan, 31 Desember 2013 Ketua Pengadilan Agama Pasuruan
H. ANANG SETIO BUDI, SH. MH NIP. 19620106 199203 1 001
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN
A. Kebijakan Umum Pengadilan Agama Pasuruan 1 B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Pasuruan 3 C. D. E. F. G. H.
Renstra Pengadilan Agama Pasuruan Pengukuran Kinerja
Gambaran Kondisi Wilayah Hukum Gambaran Kondisi SDM
Gambaran Kondisi Kompetensi Analisis Kondisi Strategik
7 9 12 19 19 20
BAB II STRUKTUR ORGANISASI TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI)
A.. Penyusunan Alur Tupoksi 32
B. Penyusunan Standard Operating Prosedur (SOP) 36
BAB III KEADAAN PERKARA
1. Keadaan perkara 38 2. 3. 4. Penyelesaian perkara Berdasarkan Umur Berdasarkan Kecamatan 39 41 41 5. Faktor penyebab terjadinya perceraian 42
6. Tingkat penyelesaian perkara 43
7. Minutasi berkas perkara 43
8. Perkara yang masuk box arsip 43
9. Perkara khusus PP 10 tahun 1983 44
10. Perkara yang dimohonkan sita 44
11. Perkara PPPHP 44
12. Perkara yang dimohonkan eksekusi 45
13. Produktifitas hakim dalam menyelesaikan perkara 46
BAB IV PENGAWASAN INTERNAL
1. Kepaniteraan 52
BAB V PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN
A. Sumber daya manusia teknis yudicial 58
1. Sumber daya manusia teknis yudicial 58 2. Sumber daya manusia non teknis yudicial 67
3. Promosi dan mutasi 68
4. Pengisian jabatan struktural 72
B. Pengelolaan dan sarana dan prasarana 72
1. Sarana dan prasarana gedung 72
2. Sarana dan prasarana fasilitas gedung 73
C. Pengelolaan keuangan 74 1. Belanja pegawai 74 2. Belanja barang 75 3. Belanja modal 76 D. Pengelolaan administrasi 76 1. Administrasi peradilan 76 2. Administrasi umum 84 BAB VI BAB VII PELAYANAN INFORMASI
A. Laporan Tahunan Pelayanan Meja Informasi 86
B. Data Pelayanan Meja Informasi 87
C. Data Penyelesaian Sengketa Informasi 88
D. Kendala Eksternal dan Internal Pelayanan Informasi 88
E. Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut Peningkatan
Kualitas Pelayanan Informasi 88
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 89
B. Rekomendasi 91
LAMPIRAN – LAMPIRAN
B A B I
PENDAHULUAN
A. Kebijakan Umum Peradilan
Mahkamah Agung sebagai lembaga Tinggi yang membawahi kekuasaan kehakiman dan peradilan mempunyai posisi dan peran strategis. karena tidak hanya membawahi 4 (empat) lingkungan peradilan tetapi juga manajemen di bidang administratif, personil, finansial serta sarana dan prasarana. Kebijakan “satu atap” memberikan tanggungjawab dan tantangan, karena Mahkamah Agung dituntut untuk menunjukkan kemampuannya mewujudkan lembaga yang profesional, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
Gerakan Pembaharuan Mahkamah Agung menemukan momentumnya saat dicanangankannya Cetak Biru (Blue Print) Mahkamah Agung. Hal ini menjadi tonggak sejarah pembaharuan peradilan Indonesia untuk jangka waktu 2010-2035. Cetak biru ini lahir melalui proses panjang, yang melibatkan partisipasi 4 peradilan di Lingkungan Mahkamah Agung. Hal ini semakin mempertajam Gerakan Pembaharuan peradilan yang tengah berlangsung di semua sektor. Perubahan yang dilakukan diharapkan akan semakin terstruktur, terukur dan tepat sasaran.
Usaha transparansi dan penegakan keadilan pada dunia Peradilan dewasa ini menjadi salah satu isu sentral dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hal ini sejalan dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011, tentang keterbukaan informasi di Pengadilan yang menghendaki prinsip akuntabilitas dan transparansi peradilan guna mendukung indenpensi peradilan. Saat ini perasaan masyarakat menjadi sangat sensitif terhadap segala kebijakan pemerintah dan terhadap proses peradilan. Masyarakat mendambakan pelayanan yang prima dari petugas-petugas pemerintah dan negara pada umumnya dan dari aparatur peradilan khususnya.
Mahkamah Agung dan Lembaga Peradilan dibawahnya yang menjadi pilot project revormasi birokrasi Nasional sejak tahun 2007 telah berhasil melakukan perubahan yang besar pada kinerja Peradilan Agama, mulai dari mutu pelayanan, tanggung jawab maupun kedisplinan pegawai.
Paradigma pembinaan yang pernah dikembangkan sekarang ini harus disandingkan dengan paradigma pelayanan yang akuntable kepada masyarakat.Karena masyarakat kita sedang bergerak ke arah terwujudnya masyarakat madani. Itu berarti sekarang sedang terjadi proses penguatan dan pemberdayaan
masyarakat. Melalui kebebasan pers dan kemajuan tehnologi yang luar biasa, pengawasan dari masyarakat terhadap pelayanan itu akan berjalan efektif.
Perubahan yang sedang berlangsung itu kiranya secara positif harus disambut oleh aparat, bukan saja dengan peningkatan aktualisasi asas-asas efisiensi dan efektivitas dalam rangka perbaikan kinerja, melainkan juga dengan mengutamakan penyebaran informasi dengan semangat keterbukaan dan transparansi. Pengetahuan obyektif masyarakat mengenai kondisi dan permasalahan, dengan demikian akan melahirkan dialog-dialog yang berkualitas dan yang lebih bermanfaat khususnya untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: 71/KMA/SK/V/2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang ketentuan penegakan disiplin kerja dalam melaksanakan pemberian tunjangan khusus kinerja hakim dan pegawai negeri pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya, maka dituntut semua aparatur peradilan untuk menegakkan dan meningkatkan kedisiplinan guna mendukung program reformasi birokrasi;
Untuk meningkatkan kedisiplinan dilingkungan Pengadilan Agama Pasuruan diterbitkan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Pengadilan Agama Pasuruan, dengan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan nomor : W13-A15/1819/HM.00/SK/IX/2012 tanggal 3 September 2012. Kode etik ini berisi : prinsip dan Prilaku PNS, Aturan Prilaku, Hubungan antar sesama PNS, hubungan PNS dengan jabatan dan tugasnya, hubungan PNS dengan atasannya, hubungan PNS dengan bawahannya, hubungan PNS dengan pihak berperkara, Kewajiban dan larangan dan sanksi atas pelanggaran tersebut .
Di tahun 2013 ini Mahkamah Agung melaksanakan program Nasional berupa Pos bantuan Hukum (Pos Bakum), sidang keliling dan bantuan perkara prodeo bagi masyarakat miskin. Pengadilan Agama Pasuruan di tahun 2013 ini juga mengadakan sidang keliling 3 kali, yaitu : di Desa Wrati Kecamatan Kejayan, di desa Baledono Kecamatan Tosari dan desa Kebonrejo Kecamatan Grati. Sedangkan alokasi anggaran perkara prodeo sebanyak 20 perkara.
Di tahun 2013 Pengadilan Agama Pasuruan terus membenahi Website nya. Alamat: www.pa-pasuruan.web.id .yang lama diganti : www.pa-pasuruan.go.id
Hal ini dilakukan dalam rangka melaksanakan salah satu program transparansi birokrasi, yang saat ini diharapkan oleh pemerintah dapat berjalan efektif dan efisien guna meningkatkan kinerja aparat peradilan .
Sebagai salah satu lembaga percontohan Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, maka Pengadilan Agama Pasuruan sejak tahun 2010 telah melaksanakan program quick wins diantaranya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dengan cara memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan benar, menempelkan pengumuman tentang Panjar biaya perkara sebagai wujud dari transparansi, melarang aparat peradilan untuk menerima tamu orang yang berperkara serta pemanfaatan dan pengembangan Teknologi Informasi, sebagai sarana untuk penataan sistem informasi manajemen yang lebih efektif dan efisien, sehingga selain meningkatkan kualitas kinerja peradilan, dapat juga digunakan untuk meningkatkan transparansi sistem peradilan itu sendiri.
Sebagai upaya menindaklanjuti program pengembangan Teknologi Informasi sesuai dengan instruksi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, sampai akhir tahun 2013 Pengadilan Agama Pasuruan telah memanfaatkan atau menggunakan sistem aplikasi administarsi perkara yaitu Sistem Administrasi Peradilan Agama (SIADPA) dan juga telah mengaplikasikan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) dan Sistem Informasi Kepegawaian (SIKEP ON LINE) untuk pengelolaan data pegawai, SAKPA untuk pengelolaan dana APBN dan SIMAK-BMN untuk pengelolaan barang milik negara pada Pengadilan Agama Pasuruan.
Agar pemanfaatan dan pengembangan Teknologi Informasi dapat berjalan dengan efektif maka dibentuk Tim Pengelola Teknologi Informasi. Tim ini bertugas untuk mengelola dan mengembangkan Teknologi Informasi di Pengadilan Agama Pasuruan. Tim ini di pimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan.
B. VISI DAN MISI
Visi Pengadilan Agama Pasuruan mengacu pada visi Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai puncak kekuasaan Kehakiman di Negara Indonesia :
“Terwujudnya Pengadilan Agama Pasuruan Yang Transparan dan Akuntable “.
Visi Badan Peradilan tersebut di atas, dirumuskan dengan merujuk pada Pembukaan UUD 1945, terutama alinea kedua dan alinea keempat, sebagai tujuan Negara Republik Indonesia.
Pengadilan Agama Pasuruan , secara ideal dapat diwujudkan sebagai sebuah Badan Peradilan antara lain :
1. Melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen, efektif, dan berkeadilan pada Pengadilan Agama Pasuruan.
2. Didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara mandiri yang dialokasikan secara proporsional dalam DIPA pada Pengadilan Agama Pasuruan.
3. Memiliki struktur organisasi yang tepat dan manajemen organisasi yang jelas dan terukur pada Pengadilan Agama Pasuruan.
4. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi proses perkara yang sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan dan proporsional pada Pengadilan Agama Pasuruan.
5. Mengelola sarana prasarana dalam rangka mendukung lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan kondusif bagi penyelenggaraan peradilan pada Pengadilan Agama Pasuruan.
6. Mengelola dan membina sumber daya manusia yang kompeten dengan kriteria obyektif, sehingga tercipta personil peradilan yang berintegritas dan profesional.
7. Didukung pengawasan secara efektif terhadap perilaku, administrasi, dan jalannya peradilan pada Pengadilan Agama Pasuruan.
8. Berorientasi pada pelayanan publik yang prima pada Pengadilan Agama Pasuruan.
9. Memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi pada Pengadilan Agama Pasuruan.
10. Modern dengan berbasis TI terpadu pada Pengadilan Agama Pasuruan. Dalam Visi tersebut, tercermin harapan terwujudnya Pengadilan Agama Pasuruan yang modern, independen, bertanggungjawab, kredibel, menjunjung tinggi hukum dan keadilan;
Untuk mencapai visi tersebut, Pengadilan Agama Pasuruan menetapkan misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat, biaya ringan dan transparasi. 2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur Peradilan dalam rangka
peningkatan pelayanan pada masyarakat
4. Melaksanakan tertib administrasi dan manajemen peradilan yang efektif dan efisien
5. Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana peradilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Adapun Tujuan yang hendak dicapai Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut :
1. Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasannya terpenuhi 2. Setiap pencari keadilan dapat menjangkau badan peradilan
3. Publik percaya bahwa Pengadilan Agama Pasuruan memenuhi butir 1 dan 2 di atas
Adapun Sasaran strategis yang hendak dicapai Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya penyelesaian perkara 2. Peningkatan aksepbilitas putusan Hakim
3. Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
4. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap peradilan (acces to justice) 5. Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan.
6. Meningkatnya kualitas pengawasan
Di dalam melaksanakan Visi-Misi tersebut tidak terlepas dari cetak biru Mahkamah Agung yang memuat rencana pembangunan lembaga peradilan untuk waktu selama 25 tahun. Bahwa program pembangunan lembaga peradilan disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) lima tahunan mulai 2010 sampai dengan 2035. Renstra lima tahunan tersebut akan berada 7 area:
1. Area organisasi dan kepeminpinan; 2. Area kebijakan;
3. Area proses berperkara;
4. Area SDM, keuangan, dan infrastruktur; 5. Area kepuasan pencari keadilan;
6. Area keterjangkuan; 7. Area kepercayaan publik;
C. RENCANA STRATEGIS
percepatan pelaksanaan dan pencapaian program quick wins Mahkamah Agung yaitu:
1. Transparansi Putusan
Adalah sebuah program dimana pencari keadilan atau para pengguna pengadilan lainnya, dapat mengakses putusan yang telah memiliki kekuatan tetap melalui website maupun direktori putusan Mahkamah Agung, program ini berdampak :
a. memperkecil kesempatan pihak yang berperkara bertemu dengan hakim maupun panitera.
b. memudahkan pihak yang berperkara dan pengguna pengadilan bila ingin mencari dan mendapatkan salinan putusan.
c. menekan biaya, karena website Pengadilan Agama Pasuruan bisa diakses dari mana saja.
2. Pengembangan Teknologi Informasi
Pengembangan website di Pengadilan Agama Pasuruan terus dilakukan, dimaksudkan untuk memudahkan para pencari keadilan dan pengguna pengadilan lainnya untuk mencari berbagai informasi yang terkait dengan Pengadilan Agama Pasuruan.
3. Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima Pengadilan Agama Pasuruan dan disetor ke Kas negara antara lain : pendaftaran perkara, Redaksi, Akta Cerai, Legalisir, maupun pengembalian persekot gaji, dan lain-lain. Untuk menjamin kepastian besaran biaya berperkara dan transparansi pengelolaannya, maka sejak dicanangkan program quick wins Pengadilan Agama tidak lagi mengelola biaya perkara yang termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008. Penerimaan negara bukan pajak tersebut wajib langsung disetor ke kas negara sebagaimana Surat Wakil Ketua Mahkamah Agung nomor 33/WKMA.N.Y/IX/2008, tanggal 26 September 2008 dan nomor 42/WKMA.N.Y/XI/2008, tanggal 04 Nopember 2008.
4. Kode Etik Hakim
Kode etik yang dimaksud dalam program quick wins adalah pedoman prilaku hakim. Pedoman prilaku hakim merupakan panduan keutamaan moral bagi hakim baik dalam menjalankan tugas profesinya maupun dalam melakukan
hubungan kemanusiaan atau sosial lainnya. Dengan demikian pedoman ini mengikat hakim dalam berprilaku sehari-hari. Adapun pedoman prilaku hakim ini merupakan penjabaran dari 10 (sepuluh) prinsip pedoman yang meliputi kewajiban-kewajiban untuk:
1. berprilaku adil, 2. berprilaku jujur,
3. berprilaku arif dan bijaksana, 4. bersikap mandiri,
5. berintegritas tinggi, 6. bertanggungjawab,
7. menjunjungtinggi harga diri, 8. berdisiplin tinggi,
9. berprilaku rendah hati, 10. bersikap profesional.
5. Manajemen SDM, khususnya Analisa Pekerjaan, Evaluasi Pekerjaan dan Sistem Remunerasi
Dalam cakupan program dan kegiatan SDM, kegiatan analisa pekerjaan dan evaluasi pekerjaan dimaksudkan untuk memberikan kejelasan cakupan pekerjaan dan tanggungjawab termasuk target kinerja utama pada setiap posisi. Dengan demikian diharapkan setiap orang memahami apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Hasil dari kegiatan ini adalah dokumen uraian pekerjaan. Uraian pekerjaan menjelaskan seluruh dimensi dari sebuah pekerjaan. Hasil ini dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan adanya tumpang tindih tugas dan tanggungjawab antar posisi. Selain itu, hasil ini juga menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan SDM lain maupun dalam pembenahan organisasi.
D. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja Pengadilan Agama Pasuruan dilakukan meliputi capaian
kinerja atas indikator utama Pengadilan Agama Pasuruan, capaian kinerja atas setiap sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Strategik dan capaian kinerja setiap kegiatan. Pelaporan atas capaian kinerja tersebut selanjutnya akan dituangkan melalui Akuntabilitas Kinerja Pengadilan Agama Pasuruan.
D.1.1. Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan menggunakan indikator asas hukum cepat, sederhana dan biaya ringan. Indikator ini meliputi beberapa variabel penentu yaitu ketepatan dan kecepatan penyelesaian perkara dan kemampuan/efektifitas dan efisiensi administrasi perkara. Indikator Kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan sebagai alat ukur tingkat keberhasilan kemajuan dalam mewujudkan visi Pengadilan Agama Pasuruan;
D.1.2. Indikator Kinerja Sasaran
Indikator Kinerja Sasaran merupakan alat ukur dalam menilai tingkat
capaian sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Stratejik. Indikator Kinerja sasaran Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2013 yang tertuang dalam Rencana Stratejik Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2013 menjadi alat ukur dalam penilaian tingkat pencapaian kinerja yang harus dicapai Pengadilan Agama Pasuruan dalam jangka pendek maupun menengah (lima tahun);
Indikator Kinerja sasaran digunakan oleh pimpinan dalam menyusun arah dan kebijakan serta stratejik dan prioritas yang selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan rencana kegiatan. Pada setiap akhir tahun dilakukan pengukuran kinerja atas indikator sasaran, melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan/penggunaan anggaran;
Indikator Kinerja sasaran disusun dengan melihat visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai Pengadilan Agama Pasuruan.
D.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Pasuruan akan diukur tingkat capaian kinerja melalui Indikator Kinerja Kegiatan. Indikator Kinerja tersebut terdiri dari indikator kinerja masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact);
Tingkat rencana capaian kinerja tersebut setiap akhir tahun dibandingkan dengan realisasinyapada akhir tahun melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK).
D.2. Target Kinerja
Target Kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan mengacu kepada prakiraan indikator penyelesaian perkara. Indikator penyelesaian perkara pada Pengadilan Agama Pasuruan menyisakan perkara kurang dari 20 % dari jumlah perkara yang diterima;
Sedangkan target kinerja setiap indikator sasaran, diuraikan pada formulir Rencana Stratejik. Metode penetapan target kinerja baik pada sasaran maupun kegiatan disesuaikan dengan kondisi yang ada.Metode analisis trend, metode rata-rata ataupun identifikasi serta penggunaan standar tertentu direkomendasikan untuk digunakan, sebagai metode yang realistis dan dapat dipertanggungjawabkan.
D.3. Perhitungan Capaian Kinerja
Perhitungan capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tingkat realisasi dengan tingkat rencana capaikan kinerja. Dalam kondisi normal, tingkat capaian kinerja dihitung dengan rumus, sebagai berikut:
Realisasi
Tingkat capaian kinerja= ________________ X 100% Rencana
Sedangkan dalam kondisi khusus (indikator kinerja yang digunakan memiliki karakteristik khusus) yaitu jika “semakin besar nilai realisasi” mengandung makna kinerja “semakin tidak baik” atau sebaliknya, maka rumus yang digunakan sebagai berikut:
Rencana – (Realisasi-Rencana)
Tingkat capaian kinerja= ___________________________________ X 100%
Rencana
Dengan rumus tersebut maka semakin tinggi nilai realisasi, maka tingkat capaian kinerja semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah nilai realisasi, maka tingkat capaian kinerja akan semakin tinggi;
Dari kedua rumus tersebut, tingkat capaian kinerja yang semakin tinggi akan menunjukkan semakin baik kinerja yang dicapai oleh instansi yang bersangkutan;
Informasi Data Kinerja yang memadai. Setiap data kinerja, baik rencana maupun realisasinya harus disediakan secara memadai agar informasi kinerja yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria informasi yang baik yaitu valid, lengkap, tepat waktu dan relevan.
D.4. Skala Penilaian
Setiap tingkat capaian kinerja selanjutnya akan dikategorikan dengan skala penilaian sebagai berikut:
0 - 55 : Sangat kurang
56 - 70 : Kurang
71 - 85 : Cukup
86 - 100 : Baik
Lebih dari 100 : Sangat baik
Dengan pengukuran kinerja, Pengadilan Agama Pasuruan melakukan evaluasi kinerja untuk mencari pemecahan masalah atas hal-hal yang menyimpang dari perencanaan. Strategi yang baru dapat dirumuskan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Hal sebaliknya yaitu peninjauan kembali atas standar atau rencana capaian kinerja juga dapat dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
E. Gambaran Kondisi Wilayah Hukum
Pengadilan Agama Pasuruan sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi masyarakat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara tertentu yang diatur dalam undang-undang.
Pengadilan Agama dibentuk berdasarkan Stbl. Nomor: 152/1882, Ketetapan Raja No. 24 Tahun 1882, tentang pembentukan Raad Agama/Pengadilan Agama Jawa dan Madura. Pengadilan Agama Pasuruan baru berdiri pada tahun 1950 dengan Ketua KH. Ahmad Rifai berkantor di Masjid Jami’ dengan jumlah karyawan hanya 5 orang.
Pada tahun 1970 Pengadilan Agama Pasuruan mengontrak bangunan gedung di Jl. Imam Bonjol No. 20 baru pada tahun 1975 tepatnya pada bulan Nopember gedung tersebut diresmikan menjadi gedung Pengadilan Agama Pasuruan, dan pada tanggal 22 Pebruari 2005 Gedung Pengadilan Agama Pasuruan yang baru terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 11 A diresmikan oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Bapak Drs. H. Zainal Imamah, S.H, M.H; Dan sejak
menempati gedung baru, gedung lama Pengadilan Agama Pasuruan yang terletak di Jl. Imam Bonjol no. 20 dialih fungsikan menjadi gedung arsip dan rumah dinas.
Wilayah hukum Pengadilan Agama Pasuruan meliputi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota Pasuruan :
a. Secara astronomi Kota Kabupaten
112055’ Bujur Timur 112030’ Bujur Timur 7040’ Lingtang Selatan 7030’ Lintang Selatan
b. Secara geografis (alam: laut, selat samudera, sungai) atau secara administratif wilayah Kabupaten/Kota Pasuruan berbatasan , sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dengan Selat Madura;
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Probolinggo; 3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Malang;
4. Sebelah Barat Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan; Adapun Wilayah Hukum Pengadilan Agama Pasuruan kelas I-B yang berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda No. 11 A Telp. 0343-410284 Fax. O343-431155 meliputi dua wilayah yaitu wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan.
Daerah Kabupaten Pasuruan meliputi 13 Kecamatan terdiri dari 196 Desa dan 2 Kelurahan, yakni :
1. Kecamatan REJOSO terdiri dari :
a. Desa Rejoso Lor i. Desa Karangpandan b. Desa Rejoso Kidul j. Desa Sadengrejo c. Desa Kawisrejo k. Desa Manikrejo
d. Desa Arjosari l. Desa Toyaning
e. Desa Kemantrenrejo m. Desa Kedungbako f. Desa Segoropuro n. Desa Jarangan g. Desa Peteguran o. Desa Pandanrejo
h. Desa Ketegan p. Desa Sambirejo
a. Desa Tambaklekok g. Desa Rowogempol b. Desa Jatirejo h. Desa Gajugjati c. Desa Pasinan i. Desa Alastlogo
d. Desa Tampung j. Desa Wates
e. Desa Balunganyar k. Desa Semedusari f. Desa Branang
3. Kecamatan GRATI terdiri dari :
a. Desa Gratitunon i.. Desa Karanglo b. Desa Ranuklindungan j. Desa Rebalas
c. Desa Sumberagung k. Desa Sumberdawesari d. Desa Karangkliwon k. Desa Cukurdondang e. Desa Kambinganrejo l. Desa Kedawung Kulon f. Desa Kalipang m. Desa Kedawung Wetan g. Desa Trewung n. Desa Plososari
h. Desa Kebonrejo
4. Kecamatan NGULING terdiri dari :
a. Desa Sedarum i. Desa Sudimulyo
b. Desa Nguling j. Desa Sumberanyar c. Desa Panunggul k. Desa Dandanggendis d. Desa Kedawang l. Desa Wotgalih
e. Desa Mlaten m. Desa Watestani
f. Desa Kapasan n. Desa Sebalong
g. Desa Watu Prapat o. Desa Sanganom h. Desa Randuati
5. Kecamatan KRATON terdiri dari :
a. Desa Kraton n. Desa Curahdukuh
b. Desa Semare o. Desa Rejosari
c. Desa Kalirejo p. Desa Pulokerto d. Desa Tambakrejo q. Desa Sidogiri e. Desa Bandungan r. Desa Ngempit f. Desa Gerongan s. Desa Karanganyar g. Desa Asemkandang t. Desa Klampisrejo h. Desa Tambaksari u. Desa Ngabar i. Desa Mulyorejo v. Desa Jeruk j. Desa Plinggisan w. Desa Slambrit k. Desa Gambirkuning x. Desa Pukul
l. Desa Dompo y. Desa Kebotohan
m. Desa Selotambak
6. Kecamatan POHJENTREK terdiri dari :
a. Desa Pleret f. Desa Tidu
b. Desa Warungdowo g. Desa Sungikulon c. Desa Susukanrejo h. Desa Sungiwetan
d. Desa Parasrejo i. Desa Logowok
e. Desa Sukorejo k. Desa Tidu
7. Kecamatan KEJAYAN terdiri dari :
a. Kelurahan Kejayan n. Desa Ambal-Ambil
b. Desa Sladi o. Desa Kedemungan
c. Desa Patebon p. Desa Sumbersuko
e. Desa Klinter r. Desa Kurung
f. Desa Wangkalwetan s. Desa Sumberbanteng g. Desa Cubanjoyo t. Desa Pacarkeling
h. Desa Kepuh u. Desa Lorogan
i. Desa Kedungpengaron v. Desa Benerwojo j. Desa Klangrong w. Desa Oro-oropule
k. Desa Wrati x. Desa Randugong
l. Desa Luwuk y. Desa Ketangirejo
m. Desa Linggo
8. Kecamatan PUSPO terdiri dari :
a. Desa Puspo e. Desa Jajangwulung
b. Desa Jimbaran f. Desa Palangsari c. Desa Keduwung g. Desa Kemiri d. Desa Pusungmalang
9. Kecamatan GONDANGWETAN terdiri dari :
a. Kelurahan Gondangwetan k. Desa Lajuk b. Desa Karangsentul l. Desa Gayam
c. Desa Rangge m.. Desa Wonosari
d. Desa Bajangan n. Desa Wonojati
e. Desa Gondangrejo o. Desa Kresikan f. Desa Sekarputih p. Desa Tebas
g. Desa Pekangkungan q. Desa Tenggilisrejo
h. Desa Grogol r. Desa Keboncandi
i. Desa Peteguhan s. Desa Bayeman
10. Kecamatan WINONGAN terdiri dari :
a. Desa Gading j. Desa Sumberrejo
b. Desa Winongankidul k. Desa Jeladri c. Desa Winonganlor l. Desa Srui d. Desa Bandaran m. Desa Sidepan
e. Desa Penataan n. Desa Kandung
f. Desa Mendalan o. Desa Karangtengah g. Desa Menyarik p. Desa Minggir
h. Desa Prodo q. Desa Umbulan
i. Desa Kedungrejo r. Desa Lebak
11. Kecamatan LUMBANG terdiri dari :
a. Desa Cukurguling g. Desa Banjarimbo
b. Desa Lumbang h. Desa Welulang
c. Desa Pancur i. Desa Karangasem
d. Desa Wonorejo j. Desa Watulumbung
e. Desa Kronto k. Desa Karangjati
f. Desa Bulukandang l. Desa Panditan
12. Kecamatan PASREPAN terdiri dari :
a. Desa Pasrepan i. Desa Ampelsari b. Desa Pohgading j. Desa Tempuran c. Desa Mangguan k. Desa Sapulante d. Desa Rejosalam l. Desa Ngantungan e. Desa Pohgedang m. Desa Klakah f. Desa Jogorepuh n. Desa Galih
g. Desa Tambakrejo o. Desa Petung h. Desa Lemahbang p. Desa Sibon
13. Kecamatan TOSARI terdiri dari :
a. Desa Tosari e. Desa Kandangan
b. Desa Wonokitri f. Desa Sedaeng
c. Desa Podokoyo g. Desa Ngadiwono
d. Desa Baledono h. Desa Mororejo
Daerah Kota Pasuruan meliputi 4 Kecamatan yang terdiri dari 34 Kelurahan, yakni:
1. Kecamatan BUGUL KIDUL terdiri dari :
a. Kel. Bakalan c. Kel. Kepel
b. Kel. Krampyangan d. Kel.Bugulkidul c. Kel. Blandongan e. Kel. Tapaan
2. Kecamatan GADINGREJO terdiri dari :
a. Kel. Krapyakrejo e. Kel. Gadingrejo
b. Kel. Bukir f. Kel. Petahunan
c. Kel. Sebani g. Kel. Randusari
d. Kel. Gentong h. Kel. Karangketug
3. Kecamatan PURWOREJO terdiri dari :
a. Kel. Pohjentrek e. Kel. Sekargadung b. Kel. Wirogunan f. Kel. Purworejo c. Kel. Purutrejo g. Kel. Tembokrejo d. Kel. Kebonagung
4. Kecamatan PANGGUNGREJO terdiri dari :
a. Kel. Karanganyar i. Kel. Kandangsapi b. Kel. Trajeng j. Kel. Bugullor c. Kel. Tambakan k. Kel. Pekuncen d. Kel. Kebonsari l. Kel. Mandaranrejo e. Kel. Bangilan m. Kel.Panggungrejo f. Kel. Mayangan n. Kel.Ngemplakrejo h. Kel. Petamanan
F. Gambaran Kondisi Sumber Daya Manusia
Keberadaan Sumber daya manusia yang berkualitas sangat menentukan kualitas sebuah institusi. Demikian halnya pada Pengadilan Agama Pasuruan, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas SDM terus menerus dilakukan. Hal ini dilakukan baik melalui pembinaan rutin oleh Pimpinan, juga ,melalui pengiriman SDM pada pelatihan fungsional maupun stuktural.
Secara kuantitas, Pengadilan Agama Pasuruan sampai akhir Desember 2013 mempunyai sumber daya manusia sebanyak 21 orang. Terjadinya perangkapan jabatan tidak bisa dihindari. Jumlah hakim 10 orang tidak berimbang dengan jumlah Panitera Pengganti murni 1 orang. Sedangkan Jumlah sukwan sebanyak 10 orang, yang terdiri 6 orang tenaga honorer dan 4 orang tenaga kontrak, rinciannya terdiri dari
1. Hakim berjumlah 10 orang;
2. Panitera/Panitera Pengganti berjumlah 6 orang (1 orang merangkap jabatan jurusita pengganti, 1 orang merangkap Wakil Sekretaris ); 3. Jurusita/jurusita pengganti 5 orang (2 orang merangkap jabatan
Panitera Pengganti, 1 orang merangkap sebagai wakil sekretaris, 1 orang merangkap sebagai kepala urusan umum, 1 orang merangkap sebagai kepala urusan keuangan );
4. Pejabat struktural 9 orang ;
6. Tenaga Pramubhakti 2 Orang; 7. Sopir dinas 1 orang;
8. Satpam 1 orang;
G. Gambaran Kondisi Kompetensi
Kompentensi Pengadilan Agama Pasuruan diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: (a) perkawinan, (b) kewarisan, (c) wasiat, (d) hibah, (e) wakaf, (f) Zakat, (g) Infaq, (h) Shadaqah dan (i) Ekonomi Syari’ah.
undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 melengkapi kompetensi Peradilan Agama dengan menambahkan beberapa kewenangan hukum diantaranya:
1. Pengangkatan anak; 2. Zakat, Infaq;
3. Ekonomi syari’ah.
Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah antara lain meliputi:
1. bank syari’ah;
2. lembaga keuangan mikro syari’ah; 3. asuransi syari’ah;
4. reasuransi syari’ah; 5. reksa dana syari’ah;
6. obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; 7. sekuritas syari’ah;
8. pembiyaan syari’ah; 9. penggadaian syari’ah;
10. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah dan 11. bisnis syari’ah
Penambahan kewenangan tersebut merupakan suatu kekuatan untuk memberikan pelayanan hukum secara optimal kepada masyarakat pencari
keadilan yang berada diwilayah hukum Pengadilan Agama Pasuruan yang mayoritas beragama Islam;
Disamping itu, Pengadilan Agama Pasuruan dengan kekuatan yang dimiliki tersebut dapat mewujudkan masyarakat yang taat akan hukum yang bermuara pada cita-cita negara yakni Negara Hukum (rechtstaats).
H. Analisis Kondisi Strategik Pengadilan Agama Pasuruan
Analisis kondisi strategik sangat urgen dalam menentukan perencanaan yang baik dan berorientasi pada kebutuhan dan keserasian lingkungan, sehingga perencanaan yang disusun sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat sebagai stakeholder, pencari keadilan (justitiabelen);
Analisis kondisi stratejik menggunakan metode analisis SWOT (strenggths, weaknesses, oppotuneties and threats) terhadap kondisi real Pengadilan Agama Pasuruan. Dengan melakukan analisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dan melakukan analisis peluang/kesempatan yang tersedia dan hambatan yang ada, maka dapat dirumuskan kebijakan dalam bentuk rumusan rencana stratejik Pengadilan Agama Pasuruan ke depan;
Analisis SWOT (strenggths, weaknesses, oppotuneties and threats) tersebut dibagi dalam bentuk:
1. Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal memiliki dua sisi. Sisi pertama: kondisi internal Pengadilan Agama Pasuruan yang memiliki kekuatan atau
keunggulan. Sisi kedua: merupakan kondisi sebaliknya yaitu kondisi
internal yang memiliki kekurangan atau kelemahan. Kedua sisi tersebut merupakan kajian dalam menetapkan faktor kunci keberhasilan;
Kekuatan dan kelemahan Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut:
1.1. Kekuatan (strenghts)
1.1.1. Yurisdiksi Pengadilan Agama Pasuruan
Pengadilan Agama Pasuruan mempunyai yurisdiksi yang meliputi wilayah Kota (4 kecamatan) dan sebagian daerah Kabupaten Pasuruan (13 kecamatan), sehingga total 17
Kecamatan..
Keberadaan Pengadilan Agama di Pasuruan sangatlah dibutuhkan masyarakat Pasuruan. Apalagi melihat jumlah penduduk Pasuruan yang tumbuh disekitar industri yang terus bertambah. Hal ini berbanding lurus dengan naiknya angka perceraian dari tahun ke tahun.
1.1.2. Penerapan Sistem Satu Atap (one roof system)
Dengan di keluarkannya Keputusan Presiden (Kepres) Nomor : 21 tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung, maka kekuasaan kehakiman mengalami perkembangan yang lebih baik. Sistem satu atap (One Roof System) ini menjadikan koordinasi yang lebih sistematis. Sudah tidak ada dualisme pembinaan lembaga / Kementrian lagi. Pengadilan Agama Pasuruan bagian dari perubahan tersebut merasakan iklim yang lebih baik. Sistem pembinaan teknis yustisial yang menyangkut keperkaraan, maupun pembinaan teknis non yustisial yang menyangkut organisasi, administrasi, keuangan kini telah menjadi kewenangan Mahkamah Agung RI;
One roof system merupakan peluang bagi lembaga peradilan untuk meningkatkat profesionalisme, kemandirian hukum. Hukum hanya dapat ditegakkan dengan kemandirian tanpa ada campur tangan/intervensi dari luar. Hukum dan keadilan akan tercampak dan hilang kewibawaan bila telah dinodai pengaruh unsur di luar hukum itu sendiri.
1.1.3. Perluasan Jangkauan dan Cakupan Kewenangan
Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, maka terjadi perluasan jangkauan dan cakupan kewenangan Pengadilan Agama;
Perluasan jangkauan kewenangan yang dimaksud ialah tidak terdapat lagi hak opsi dalam perkara waris bagi seorang muslim dan kewenangan Pengadilan Agama untuk memriksa dan mengadili perkara tertentu yang didalamnya mengandung
sengketa hak milik dan keperdataan lainnya.
Perluasan jangkauan kewenangan lainnya juga meliputi pengangkatan anak berdasarkan hukum islam, zakat, infak dan ekonomi syari’ah atau hukum bisnis Islam;
Kondisi tersebut merupakan suatu kekuatan bagi lembaga peradilan termasuk Pengadilan Agama Pasuruan untuk melaksanakan kekuasaannya tanpa harus memikirkan lagi adanya titik singgung kewenangan dengan badan peradilan lainnya dan secara khusus kompetensi Pengadilan Agama sudah memasuki era baru menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan sengketa ekonomi syari’ah.
1.1.5. Kompilasi Hukum Islam sebagai Hukum Terapan
Penyelenggaraan peradilan agama dengan menggunakan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu hukum terapan peradilan agama merupakan satu kekuatan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan kondisi dan kebutuhan pada pencari keadilan (justitiabelen);
Heterogenitas wawasan dan madzab masyarakat muslim di Pasuruan secara nyata telah dapat menerima keberadaan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum.
1.2. Kelemahan (weaknesses)
1.2.1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang belum memadai
Perkembangan yurisdiksi dan kompetensi Pengadilan Agama Pasuruan harus diikuti dengan perkembangan kualitas dan kuantitas aparat peradilan sebagai aparat pelaksana dalam lembaga pengadilan;
Disadari bahwa masih terdapat deviasi antara kondisi normatif ideal dengan kondisi objektif tentang kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di Pengadilan Agama Pasuruan, jumlah SDM yang ada saat ini terasa sangat kurang, terutama Panitera Pengganti yang tidak berimbang dengan jumlah Hakim yang ada. Belum lagi memperhatikan perkembangan kuantitas dan kualitas perkara yang ada di masyrakat yang semakin kompleks.
Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan hukum dan teknologi saat ini sangat pesat. Hal ini mengharuskan para aparatur peradilan yang meliputi hakim, panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, dan staf untuk dapat menyesuaikan diri khususnya terkait dengan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan dalam menerapkan hukum dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi. Pada Pengadilan Agama Pasuruan terdapat berbagai bidang yang kualitas aparaturnya masih perlu ditingkatkan seperti dalam bidang tugas pokok dan fungsi, bidang kepaniteraan, bidang kesekretariatan khususnya masalah pengelolaan inventaris;
Dalam hal penyelenggaraan peradilan di bidang ekonomi syari’ah sebagai salah satu kewenangan yang baru, sangat memerlukan pembinaan, pengembangan dan pendalaman bagi tenaga teknis untuk memenuhi kehendak pembuat undang-undang dan masyarakat pencari keadilan.
1.2.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Belum Memadai Dalam Pelaksanaan Tugas
Tuntutan percepatan penyelesaian perkara sebagaimana kehendak tujuan hukum dan asas hukum cepat, sederhana dan biaya ringan menuntut adanya efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Perkembangan teknologi modern umumnya meningkatkan kecepatan dan efisinsi penyelesaian suatu pekerjaan dan pemberian informasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan tehnologi tinggi, biaya pekerjaan dapat lebih murah dengan waktu yang lebih cepat. Laporan via email maupun SMS mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Pencanangan “One Man One Computer” sejak tahun 2009 ternyata masih banyak kendala di tahun 2013, karena beberapa computer sudah rusak harus parkir di gudang. Apalagi Pengadilan Agama Pasuruan belum memiliki Computer Server yang bisa support dengan 31 pegawai dan tenaga honorer
1.2.3. Sistem Informasi Di Lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan
Sistem informasi merupakan alat yang membantu manajemen dalam memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi sangat dibutuhkan baik tingkat operasional, manajerial maupun stratejik. Sistem informasi yang baik akan membantu organisasi baik tingkat bawah, menengah maupun atas untuk mengambil keputusan yang tepat dan menginformasikannya secara terbuka dan transparan kepada masyarakat; Program sistem jaringan internet (speedy) dengan Hot spot sangat terasa manfaatnya untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan di Pengadilan Agama Pasuruan
Kondisi sistem informasi di lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan saat ini terus diikhtiarkan untuk dilakukan pembenahan disana-sini . Sistem Informasi Administrasi Perkara (SIDPA) sangat membantu kerja-kerja di sektor Kepaniteraan . Diantaranya entry data Permohonan atau Gugatan Cerai, PMH, PHS, Relaas, Berita Acara Sidang bahkan pembuatan Putusan.
Sedangkan disektor Kesekretariatan terdapat banyak aplikasi yang membantu Sistem Informasi, dibidang keuangan terdapat aplikasi RKAKL, DIPA, PERAN, PP 39/2006, SAKPA, GPP, SPM. Sedangkan dibidang BMN terdapat aplikasi SIMAK BMN dan Aplikasi Persediaan. Sedangkan Untuk bidang kepegawaian terdapat aplikasi SIMPEG maupun SIKEP ON LINE.
Sejak 2010 kami menggunakan Fasilitas Touchscreen (layar sentuh) perkara, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah akses informasi perkara kepada masyarakat pencari keadilan, namun sayang sampai akhir tahun 2013 ini pemanfaatan alat tersebut kurang optimal, dikarenakan masyarkat pencari keadilan masih banyak yang awam terhadap teknologi
1.2.4. Belum berimbangnya Jumlah tenaga Hakim dengan dengan Panitera Pengganti
tahun 2013 ini adalah tidak berimbangnya jumlah Hakim (10 orang) dengan jumlah Panitera Pengganti murni 1 orang, sedangkan 5 Panitera Pengganti yang lain merangkap jabatan lainnya.
2. Analisis Lingkungan Eksternal
Seperti halnya lingkungan internal, lingkungan eksternal juga memiliki dua sisi. Sisi pertama yaitu kondisi eksternal yang dapat membantu atau mendorong Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Kondisi ini disebut peluang. Hal sebaliknya atau sisi kedua yaitu berupa kondisi yang jika tidak diantisipasi dapat menghambat terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran Pengadilan Agama Pasuruan. Kondisi ini disebut
hambatan.
Peluang dan hambatan yang dimiliki Pengadilan Agama Pasuruan, terdiri dari:
2.1. Peluang (opportunity)
Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan untuk meraih visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan sangat ditentukan oleh sejauhmana aparatur Pengadilan mampu menangkap peluang-peluang yang ada;
Beberapa peluang eksternal berikut ini apabila dipadukan dengan kekuatan internal akan bersinergi menyukseskan visi perwujudan supremasi hukum dan judicial tranparancy yang akhir-akhir ini harus diwujudkan oleh semua lembaga peradilan;
Adapun peluang yang dimaksud sebagai berikut:
2.1.1. Kondisi Masyarakat
Kondisi objektif masyarakat Pasuruan adalah mayoritas beragama Islam. Kondisi objektif tersebut merupakan gambaran keserasian dan keterpaduan visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan dengan kondisi wilayah hukumnya dari sudut pandang penegakan hukum dan keadilan;
Pada umumnya hukum adat daerah-daerah di Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut disebabkan karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan
Pengadilan Agama dari sejak berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;
Sisi peluang yang dimaksud adalah perlunya sosialisasi secara terus menerus bidang kewenangan Pengadilan Agama kepada masyarakat atas dasar kebutuhan mereka dalam menjalankan syari’at Islam, baik dalam bentuk penyuluhan hukum atau melalui penyelesaian perkara dengan putusan yang baik dan benar.
2.1.2. Hukum Adat Bersumber dari Hukum Islam
Dalam perkembangan kehidupan masyarakat terdapat norma berupa hukum adat yang merupakan hukum yang hidup (living law) dan dihormati masyarakat terutama dibidang perkawinan; Pada umumnya hukum adat di daerah Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan Pengadilan Agama dari sejak berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;
Kondisi objektif tersebut merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tupoksi bagi Pengadilan Agama Pasuruan.
2.1.3. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi
Salah satu bentuk peluang untuk mengembangkan profesionalisme di dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi ialah kerja sama Pengadilan Agama dengan perguruan tinggi yang memiliki visi dan misi hukum dan keagamaan. Bentuk kerja sama tersebut adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penelitian mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi, diantaranya : UIN Malik Ibrahim Malang, IAIN Sunan Ampel, Unmer Pasuruan. Disamping itu, kegiatan seminar di kampus seputar Tupoksi Peradilan Agama yang meminta nara sumber dari Pengadilan Agama Pasuruan juga dilakukan.
Ke depan diharapkan kerja sama yang saling menguntungkan terus ditingkatkan , terutama kegiatan yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat, seperti : penyuluhan hukum, sosialisasi produk-produk hukum yang terkait dengan kompentensi Peradilan Agama dan kegiatan lainnya.
2.1.4. Kepercayaan Masyarakat
Integritas kepribadian dan kekuatan moral tenaga-tenaga teknis peradilan yang berlatar belakang pendidikan agama (madrasah, pondok pesantren dan perguruan tinggi bervisi agama) terutama Hakim sampai saat ini masih dipandang cukup memadai dan dipercaya untuk menjalankan tugasnya;
Kepercayaan masyarakat tersebut dipandang merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyukseskan penyelenggaraan tugas pokok sekaligus juga sebagai peluang untuk meminimalisasi kendala atau hambatan yang ada.
2.2. Hambatan (threatments)
Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok bidang peradilan sangat ditentukan oleh sejauhmana Pengadilan mampu meminimalisasi hambatan yang ada. Hambatan-hambatan yang banyak dijumpai ialah permasalahan hukum yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan supremasi hukum dan judicial transparancy;
Beberapa bentuk hambatan yang dimaksud ialah:
2.2.1. Pandangan Masyarakat
Terdapat pandangan image sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya memahami kedudukan Pengadilan Agama sebagai lembaga peradilan yang sejajar dengan lembaga peradilan lainnya. Dalam beberapa kejadian untuk perkara yang terkait dengan barang (harta bersama dan kewarisan), setelah diputus oleh Pengadilan Agama , pihak yang merasa dikalahkan masih mencoba untuk menggugat putusan Pengadilan Agama tersebut di Peradilan Umum;
Dalam bidang kewenangan, sebagian masyarakat masih belum memahami hilangnya hak opsi dalam perkara kewarisan, begitu pula jangkauan kewenangan mengadili dalam hal terjadinya sengketa hak milik dan keperdataan lainnya, termasuk
kewenangan Pengadilan Agama untuk pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam.
2.2.2. Masih Lemahnya Kesadaran Hukum Masyarakat
Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada dan tentang hukum yang diharapkan. Rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat merupakan hambatan pencapaian visi dan misi. Oleh karena itu untuk mengurangi hambatan tersebut, maka tindakan preventif adalah dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat;
Ada empat unsur yang dapat mendukung peningkatan kesadaran dan ketentuan hukum masyarakat yakni (1) pengetahuan tentang hukum; (2) pengetahuan tentang isi hukum; (3) sikap hukum dan (4) pola prilaku hukum.
Pengetahuan mengenai hukum atau ketentuan merupakan awal dari kesadaran dan ketaatan terhadap hukum.
Meskipun hukum yang hidup dalam masyarakat adalah hukum agama Islam dan merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tugas pokok, tetapi sebagian masyarakat masih memisahkan antara hukum Islam dengan hukum nasional, antara lain dalam bidang perkawinan;
Dalam beberapa kasus terjadi perkawinan, poligami dan perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam undang-undang;
Dalam hubungan kelembagaan, baik eksekutif maupun yudikatif belum secara nyata memandang sederajat antara Peradilan Agama dengan Peradilan Umum, hal tersebut juga memberi pengaruh terhadap pemahaman masyarakat sehingga memberi dampak pada produk pengadilan agama.
I. DELAPAN AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI :
Tahun 2013 ini gerakan program reformasi Birokrasi di lingkungan Mahkamah Agung semakin gencar, seiring pemberian prestasi opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK yang di umumkan di awal tahun 2013, Gerakan delapan area Reformasi Birokrasi tersebut adalah :
(1). AREA POLA PIKIR DAN BUDAYA KERJA :
Di area ini mendasari 7 area yang lain, karena Reformasi Birokrasi menghendaki perubahan yang fundamental pada Pola Pikir dan Budaya kerja semua SDM di lingkungan Mahkamah Agung .Aspek-aspek yang menjadi penekanan di area ini adalah : pembentukan Tim Reformasi Birokrasi, Penetapan Role Model , Pelaksanaan Kode etik Pegawai, gerakan anti KKN, Survey kepuasan pegawai maupun para pencari kepuasan, termasuk analisa resiko terhadap area kritis yang resisten terhadap perubahan.
Pengadilan Agama Pasuruan sebagai bagian dari institusi bawahan Mahkamah Agung telah berikhtiar untuk melakukan perubahan di area ini. Diantara perubahan tersebut adalah : membentuk Tim Reformasi Birokrasi Pengadilan Agama dengan Penanggung Jawab Wakil Ketua. Surat Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan nomor : W13-A23/1818/OT.00/SK/IX/2012 tanggal 3 September 2012. Demikian juga Pembentukan Role Model di lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan sudah dilakukan dengan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan nomor : W13-A23/1174/OT.01.3/SK/VI/2012 tanggal 1 Juni 2012. Sedangkan Pelaksanaan Kode etik Pegawai dilakukan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan nomor : W13-A23/1819/OT.00/SK/IX/2012 tanggal 3 September 2012.
Sedangkan untuk survey kepuasan terhadap pegawai dan para pencari keadilan belum dilakukan. Hal ini disebabkan point-point quisioner belum ada contohnya.
(2). AREA PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan di masing-masing satuan kerja. Semua Produk peraturan apakah sudah dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada. Demikian juga area ini menghimpun/mengklasifikasi peraturan maupun produk hukum sesuai dengan Cluster masing-masing, termasuk peraturan yang bermasalah.
(3). AREA PERUBAHAN PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI :
Area ini meliputi Penataan Organisasi dengan ditandai pembuatan Rencana Kerja Tahunan (RKT) masing-masing Satuan Kerja, pelaksanaan RKT sampai pada evaluasi RKT tersebut. Demikian juga pelaksanaan input data base Kepegawaian melalui aplikasi SIMPEG maupun SIMKEP ON LINE. Pelaksanaan area ini di Pengadilan Agama Pasuruan sudah berjalan, bahkan untuk SIMPEG ON LINE Pengadilan Agama sudah 99,61%.
(4). AREA PERUBAHAN PENATAAN TATA LAKSANA:
Area ini menitik beratkan pada aspek : Pelaksanaan Teknologi Informasi untuk penyelesaian perkara, informasi perkara yang selalu up date di web site, memiliki SOP pelayanan, memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Renstra maupun program SMS Gate Way.
Pengadilan Agama Pasuruan sudah melaksanakan program perubahan di area ini, bahkan pada tahun 2012 yang lalu telah mendapatkan peringkat pertama nasional untuk up load Putusan ke Direktori Putusan Mahkamah Agung untuk katagori jumlah 1.000-2.000 perkara. Demikian juga website Pengadilan Agama Pasuruan telah dinobatkan menjadi terbaik se wilayah Pengadilan Tinggi Agama Surabaya.
(5). AREA PERUBAHAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM
APARATUR
Di area ini dimaksudkan untuk perubahan pada penataan sistem Kepegawaian. Sejauh mana efektifitas SDM aparatur, apakah terjadi perangkapan jabatan baik struktural maupun fungsional, pola karier jabatan non yudisial, sistem rotasi, mutasi
maupun promosi jabatan, sudah memiliki Sasaran Kenerja Individu (SKI), Standart Kompentensi Jabatan, penetapan jabatan Baperjakat, date base kompentensi pegawai, dan adanya sistem pendidikan dan pelatihan yang didasarkan pada anilisis kompentensi pegawai .
(6). AREA PERUBAHAN PENGUATAN PENGAWASAN :
Pada area ini aspek yang di tekankan adalah : Sistem Pengawasan Internal, Program anti korupsi, pengawasan pengadaan barang dan jasa, internalisasi dan sosialisasi kebijakan tentang whistleblowing. Pengadilan Agama
(7). AREA PERUBAHAN PENGUATAN AKUNTABILTAS KINERJA :
Di area ini mengatur perubahan pada aspek-aspek : Penguatan Kinerja Utama (IKU), sistem pengumpulan dan pelaporan data kinerja sesuai dengan LAKIP, penguatan Sasaran Kinerja Individu (SKI), up loading Rentra, IKU, RKT, PKT pada website dan optimalisasi website satker untuk pelayanan dan akuntabilitas publik.
(8) AREA PERUBAHAN PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK :
Area ini meliputi : peningkatan standart pelayanan Publik, pelaksanaan kode etik Hakim, penguatan daerah steril KKN maupun peningkatan kualitas layanan kepada para pencari keadilan. Pengadilan Agama Pasuruan telah menerbitkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan tentang Standart Pelayanan Peradilan nomor : W13-A23/2103/HK.05/SK/X/2013 tanggal 2 Oktober 2013. Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan di lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan terhadap para pencari Keadilan.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
A. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, disebutkan bahwa ”Tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan dan Sekretariat Pengadilan diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung”. Namun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, belum ada ketentuan dari Mahkamah Agung tentang tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan dan Sekretariat Pengadilan Agama yang baru sesuai dengan Undang-Undang tersebut di atas, sehingga Susunan Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan, masih mengacu pada ketentuan peraturan yang lama.
Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, disebutkan Susunan Pengadilan Agama terdiri dari pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita, sedangkan dalam pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa Pimpinan Pengadilan Agama terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua. Dalam pasal 26 ayat (2) disebutkan bahwa ”dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan Agama dibantu oleh seorang Wakil Panitera dan beberapa orang Juru Sita”. Dalam ketentuan pasal 44 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 disebutkan bahwa ”Panitera Pengadilan merangkap Sekretaris pengadilan”, hal ini berbeda dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan yang telah diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, yakni Panitera Pengadilan tidak merangkap Sekretaris Pengadilan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Struktur Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut :
1. Keterangan Jabatan struktural
1.a. Ketua Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan adalah H. ANANG SETIO BUDI, SH., MH. berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 1144/DjA/KP.04.6/SK/VI/2013 tanggal 28 Juni 2013 yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama Praya, dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak 11 September 2013 sebagai Ketua Pengadilan Agama Pasuruan;
1.b. Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan adalah Dra. Hj. HASNAWATY ABDULLAH, SH., MH. berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 1272/DjA/KP.04.6/SK/VI/2012 tanggal 07 Juni 2012, dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak 11 September 2012 sebagai Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan ;
1.c. Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan
Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan adalah Drs. KUSNADI dengan Surat Keputusan Dirjen Badan Peradilan Agama Nomor : 1720/DJA/KP.04.6/SK/VIII/2011 tanggal 5 Agustus 2011 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak 11 Oktober 2011 sebagai Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan.
1.d. Wakil Panitera Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Wakil Panitera Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh AGUS SAMSUL HUDA, SH , NIP. 19670813 199503 1 001, berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor : 3369/DJA/KP.04.6/IX/2010 tanggal 08 September 2010 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 29 Oktober 2010 sebagai Wakil Panitera Pengadilan Agama Pasuruan
1.e. Kepala Sub Kepaniteraan Hukum Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh Drs. A. DARDIRI NIP. 19641231 199403 1 011 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/739/Kp.07.6/SK/III/2007 tanggal 16 Maret
2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 April 2007 sebagai Kepala Sub Kepaniteraan Hukum Pengadilan Agama Pasuruan;
1.f. Kepala Sub Kepaniteraan Gugatan Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh Hj. IRDARIYAH, SH., NIP. 19601209 198003 2 001 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/738/Kp.07.6/SK/III/2007 tanggal 16 Maret 2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 April 2007 sebagai Kepala Sub Kepaniteraan Gugatan Pengadilan Agama Pasuruan;
1.g. Kepala Sub Kepaniteraan Permohonan Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh Drs. YUMRONI, NIP. 19620408 199203 1 002, berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor : 2568/DJA/KP.04.6/IV/2009 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 26 April 2009 sebagai Kepala Sub Kepaniteraan Permohonan Pengadilan Agama Pasuruan;
1.h. Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan
Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh MUHAMMAD NIDZOM ANSHORI, SH, NIP.19710424 200003 1 001, Berdasarkan surat Keputusan Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung RI Nomor: 035/BUA/Peng.06.1/IV/2009 tanggal 6 April 2009 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 7 Oktober 2009 sebagai Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan;
1.i. Kepala Sub Bagian Kepegawaian Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Bagian Kepegawaian Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh DIMAS WAHYU ADRIANTO, SE. NIP. 19811013 200904 1 004 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/2135/KP.04.6/SK/VIII/2010 tanggal 25 Agustus 2010 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 28 September 2010 sebagai Kepala Sub Bagian Kepegawaian Pengadilan Agama Pasuruan;
1.j. Kepala Sub Bagian Keuangan Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Bagian Keuangan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh MOCHAMAD RODIEN, NIP. 19600107 198403 1 002 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/267/Kp.07.6/SK/I/2007 tanggal 19 Januari 2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 Mei 2007 sebagai Kepala Sub Bagian Keuangan Pengadilan Agama Pasuruan;
1.k. Kepala Sub Bagian Umum Pengadilan Agama Pasuruan
Jabatan Kepala Sub Bagian Umum Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh SAMSUL HADI, NIP. 19660614 198702 1 001 berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor: PTA.m/Kp.07.6/800/SK/2004 tanggal 20 April 2004 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 30 April 2004 sebagai Kepala Sub Bagian Umum Pengadilan Agama Pasuruan;
2. Keterangan jabatan struktural
2.a. Jumlah pegawai
Kekuatan Pegawai pada Pengadilan Agama Pasuruan sampai dengan akhir Desember 2013 berjumlah 21 orang, dari jumlah tersebut 18 orang laki-laki, 3 perempuan ditambah 6 orang pegawai honorer/wiyata bhakti dan 4 orang tenaga kontrak (2 orang pramubakti, 1 orang sopir dinas dan 1 orang satpam).
2.b. Pangkat/Golongan Pegawai
1. Pembina Utama Muda (IV/c) ... = 2 orang 2. Pembina Tk I (IV/b) ... = 5 orang 3. Pembina (IV/a) ... = 4 orang 4. Penata Tk I (III/d) ... = 6 orang 5. Penata (III/c) ... = 2 orang 6.
7.
Penata Muda Tk I (III/b) Penata Muda (III/a)
... ... = = 1 orang 1 orang
2.a. Tingkat Pendidikan
1. Pasca Sarjana ... = 4 orang 2. Sarjana ... = 15 orang
3. Sarjana Muda ... = 0 orang 4. SLTA ... = 2 orang
B. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Pasuruan
Pengadilan Agama Pasuruan yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang: Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan perubahan kedua dengan undang-undang Nomor 50 tahun 2009.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama Pasuruan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Memberikan pelaksanaan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi;
2. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi lainnya;
3. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama (Umum, Kepegawaian dan Keuangan termasuk biaya perkara)
4. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam pada Instansi Pemerintah di daerah hukumnya serta memberikan keterangan isbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah, sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo. Pasal 52A UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107 ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
6. Waarmerking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk pengambilan deposito/tabungan, pensiunan dan sebaginya;
7. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,memberikan pertimbangan hukum agama, pelayanan riset/penelitian,
pengawasan terhadap advokad/penasehat hukum dan sebagainya.
8. Membuka dan memberikan pelayanan kehumasan serta penanganan pengaduan masyarakat terhadap tingkah laku, manajemen dan kepemimpinan, kinerja dan kwalitas pelayanan publik aparat peradilan.
B. PENYUSUNAN STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP)
Dalam rangka terwujudnya pelayanan prima kepada pencari keadilan, maka Pengadilan Agama Pasuruan dalam melaksanakan tugas telah membuat Standart Operasional prosedur (SOP). Hal ini dimaksudkan agar ada acuan kinerja pelayanan yang jelas dan terukur di Lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan. Standar pelayanan perkara (SOP) telah dituangkan dalam Keputusan Ketua pengadilan Agama Pasuruan Nomer : W13-A23/1925/HK.05/SK/XII/2010 tanggal 20 Desember 2010, lebih lengkap sebagaimana pada lampiran.
C. PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PERADILAN :
Disamping Penyusunan Standar Operating Procedure (SOP) Pengadilan Agama Pasuruan, pada tahun 2012 ini telah disusun Standar Pelayanan Peradilan pada Pengadilan Agama Pasuruan dengan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan nomor : W13-A23/2103/Hk.05/SK/X/2013 tanggal 2 Oktober 2013. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, lebih lengkap ada di lampiran.
BAB III
KEADAAN PERKARA
1. Keadaan Perkara tahun 2013
Keadaan perkara pada Pengadilan Agama Pasuruan, baik sisa perkara tahun 2012, maupun perkara yang diterima dan diputus selama tahun 2013 dapat diperinci sebagai berikut :
a. Sisa tahun yang lalu (2012) 380 perkara
b. Diterima tahun 2013 2.175 Perkara
JUMLAH : 2.555 Perkara
c. Diputus tahun 2013 2.211 Perkara
Sisa Akhir tahun 2013 344 Perkara
Perkara yang diterima tahun 2013 sebanyak 2.175 perkara terdiri dari
:
a. Perkara gugatan 2.015 terdiri dari :
1). Ijin Poligami 4 Perkara
2). Pembatalan Perkawinan 1 Perkara
3). Cerai talak 542 Perkara
4). Cerai gugat 1.456 Perkara
5). Gugatan Harta bersama 5 Perkara
6). Penguasaan (hak Asuh) anak 4 Perkara
7). Hak-hak bekas isteri 1 Perkara
8). Pengesahan (Isbat) Nikah
(contentius)
1 Perkara
9). Kewarisan 1 Perkara
10) Penetapan Ahli Waris (contentius) 0 Perkara
Jumlah 2.015 Perkara
b. Perkara permohonan 160 perkara terdiri dari :
1). Pengesahan anak 1 Perkara
2) Perwalian Anak 9 Perkara
3). Asal Usul Anak 19 Perkara
4) Pengesahan (itsbat) nikah 1 Perkara