• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manajer keuangan dalam sebuah perusahaan memiliki tugas yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan keuangan yang tepat dalam rangka membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama dari ilmu keuangan korporat adalah untuk mengejar pertumbuhan korporasi yang terus menerus sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan serta memaksimalkan kekayaan shareholder. Dalam usahanya untuk memaksimalkan nilai perusahaan serta memaksimalkan kekayaan dirinya, shareholder mempekerjakan karyawan (agen) untuk melakukan tugasnya dengan baik. Namun, tidak jarang dalam usaha ini terdapat perbedaan kepentingan yang nyata sehingga menimbulkan masalah keagenan (agency problem).

Sejak terjadinya bencana finansial pada tahun 2008, kesulitan keuangan terjadi pada hampir semua perusahaan, tidak terkecuali perusahaan tenar di Amerika Serikat seperti Citibank dan American International Group (AIG). Melihat terjadinya hal tersebut, pemerintah Amerika Serikat berinisiatif untuk melakukan proyek bailout untuk menyelamatkan perusahaan raksasa tersebut agar tidak mengalami kebangkrutan dan memperburuk keadaan. Satu hal yang menjadi perhatian bahwa beberapa perusahaan, setelah menerima projek bailout dari pemerintah, justru malah menawarkan bonus dan kompensasi yang tinggi untuk para top management dan CEO. Sebagai contoh, AIG memutuskan untuk mengeluarkan bonus dan kompensasi

(2)

2 sebesar 165 juta dollar top management dan CEO walaupun rencana ini sebenarnya telah mendapatkan kritik dari berbagai macam pihak. Kasus ini menjadikan dilema bagi pemerintah apakah pemerintah sebagai pemegang kebijakan perlu membantu perusahaan yang terkena kesulitan finansial atau tidak (Wang, 2010).

Di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa contoh kasus permasalahan keagenan (agency problem). Salah satu contohnya adalah kasus dari Kimia Farma yang diketahui melakukan mark up laporan keuangan. Kimia Farma melakukan mark up dalam laporan keuangan tahun 2011 sebesar Rp 132 miliar. Namun, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai adanya unsur rekayasa dalam pelaporan ini karena nilai laba bersih yang terlalu besar, sehingga dilakukan audit ulang pada bulan oktober 2002 yang menemukan adanya kesalahan mendasar pada akuntan publik yang melakukan audit. Hasil audit ulang memperlihatkan adanya overstated laba bersih senilai Rp 32,668 miliar atau 24,7% lebih tinggi daripada laba bersih sesungguhnya senilai Rp 99,594 miliar. Dalam kasus ini terdapat pelanggaran dalam transparansi dan pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) yang merugikan investor. Hal ini karena laba yang overstated tersebut dijadikan dasar transaksi bagi para investor dalam melakukan kegiatan bisnis (Syahrul, 2002)

Para akademisi berusaha untuk menguji isu tersebut untuk menemukan jawaban dari dilema tersebut dari berbagai sudut pandang. Sebagai contoh, perusahaan disarankan untuk memperbaiki etika bisnis dan corporate governance agar mengurangi motif self-interest dari para manajer untuk mengurangi moral

(3)

3 hazard. Di sisi lain, teori keagenan menguji bagaimana perilaku manajemen dapat diarahkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham untuk mengurangi masalah keagenan (Wang, 2010). Sesuai dengan teori keageanan yang disampaikan oleh Brush, Bromiley, dan Hendrickx (2000), teori keagenan terdiri dari 3 hal, yaitu : tujuan dari manajer untuk memperkaya diri sendiri alih alih memaksimalkan kekayaan pemegang saham, motif self-interest dan inefisiensi dalam menggunakan free cash flow, biaya keagenan yang timbul akibat perbedaan kepentingan yang ditanggung oleh pemegang saham.

Sebagaimana dikatakan oleh Jensen dan Meckling (1976), perusahaan digambarkan sebagai sekumpulan kontrak yang dilakukan antara principal (pemilik modal) dengan agent (manajer). Pemilik modal atau pemegang saham mempercayakan segala aktivitas perusahaan kepada agen atau manajer. Pemilik modal pun memberikan kewenangan kepada manajer untuk melakukan pengambilan keputusan atas nama pemilik. Manajer diharapkan dapat melalukan aktivitas perusahaan dan membuat keputusan-keputusan penting sehingga dapat menambah nilai perusahaan melalui peningkatan kekayaan dari pemilik modal atau pemegang saham (Bringham dan Gapenski, 1996).

Perusahaan yang memisahkan antara fungsi kepemilikan dan fungsi manajerial rentan terkena konflik kepentingan. Konflik kepentingan yang terjadi antara pemilik perusahaan dan manajer berpotensi menimbulkan masalah yang kerap disebut sebagai masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan tersebut

(4)

4 didasarkan atas sifat dasar manusia yang mendahulukan kepentinga diri sendiri (self interest) (Eisenhardt 1989).

Pemilik perusahaan berkepentingan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang berimbas pada peningkatan kekayaan pemilik saham itu sendiri. Pemilik perusahaan dapat menilai perusahaannya salah satunya dari laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dapat menilai apakah kinerja perusahaan sudah sesuai dengan yang diharapakan atau tidak. Disisi lain manajemen belum tentu betindak selaras. Hal ini muncul ketika bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi seperti promosi, kompensasi dan keamanan pekerjaan dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Manajer berpotensi mengelola perusahaan lebih untuk kepentingan pribadinya dan bukan untuk kepentingan pemilik menimbulkan insentif bagi pemegang saham untuk membuat berbagai perangkat tata kelola yang dirancang untuk memonitor manajer dan membuat keyakinan bahwa perusahaan dikelola sesuai kepentingan pemilik. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa biaya yang ditimbulkan karena adanya potensi konflik kepentingan ini disebut dengan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) membagi agency cost menjadi tiga yaitu (1) monitoring cost atau biaya pemantauan atas tindakan manajemen, (2) bonding cost atau biaya untuk mengikat kepentingan manager terhadap kepentingan pemilik, (3) residual loss atau

(5)

5 kerugian yang diterima pemegang saham atas keputusan manajemen yang tidak optimal.

Salah satu penyebab masalah keagenan antara manajer dan pemilik adalah ketika perusahaan menghasilkan free cash flow dalam jumlah yang cukup besar (Jensen, 1986). Dalam hipotesis free cash flow yang dikemukakannya, Jensen (1986) menyatakan bahwa ketika sebuah perusahaan menghasilkan free cash flow yang berlebihan dan tidak tersedia proyek yang menguntungkan, manajemen cenderung menyalahgunakan free cash flow tersebut dengan mengalokasikannya pada sumber daya yang tidak efisien, perilaku konsumtif yang berlebihan, dan melakukan investasi yang tidak perlu atau investasi dengan NPV negatif, sehingga akan membebani pemegang saham. Di sisi lain, Crutchley dan Hansen (1989) mengatakan bahwa penggunaan free cash flow dikatakan telah digunakan sesuai dengan kepentingan pemilik yaitu ketika perusahaan dapat mendistribusikan free cash flow untuk mendanai proyek dengan NPV positif atau mendistribusikannya kepada pemegang saham dengan bentuk pembelian kembali saham dan pembayaran dividen.

Pada penelitian terdahulu menemukan pengaruh free cash flow secara negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat terjadi ketika tersedia free cash flow yang besar namun hanya ada sedikit peluang investasi yang menguntungkan, sehingga akan memungkinkan manajemen untuk menyalahgunakan free cash flow di bawah wewenang mereka untuk meningkatkan ukuran perusahaan melalui investasi yang tidak perlu atau dengan NPV negatif (overinvestment). Sebagai contoh, Jensen (1993)

(6)

6 mengutip General Motors, IBM, dan Eastman Kodak pada tahun 1980an adalah beberapa perusahaan yang gagal menerapkan sistem internal control. Perusahaan ini melakukan investasi besar-besaran pada proyek yang tidak profitable. Jensen (1993) juga menunjukkan inefisiensi pada capital expenditure dan pengeluaran research & development pada beberapa perusahaan besar. Dalam jangka waktu 10 tahun, perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan return yang melebihi return yang perusahaan ini terima jika capital expenditure dan pengeluaran research & development diinvestasikan pada pasar surat berharga.

Perusahaan yang melakukan investasi pada proyek dengan NPV negatif tidak akan meningkatkan nilai perusahaan karena profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang akan lebih rendah (Chung et al. 2005) dan kinerja pertumbuhan penjualan pun akan lebih rendah pada perusahaan dengan free cash flow (Brush et al. 2000). Hasil yang konsisten juga ditemukan oleh Richardson (2006) serta Yuan dan Jiang (2008) yang menemukan adanya hubungan positif antara free cash flow dan overinvestment. Namun berbeda dengan temuan tersebut, Wang (2010) menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara free cash flow dengan kinerja keuangan dan nilai perusahaan sehingga gagal mendukung hipotesis free cash flow dari Jensen (1986). Dalam pengujiannya tersebut, Wang (2010) menggunakan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) sebagai proksi dari kinerja keuangan dan Tobin’s Q ratio sebagai proksi dari nilai perusahaan. Hasil ini tidak mendukung hipotesis free cash flow dari Jensen (1986) dan mengindikasikan bahwa keberadaan

(7)

7 free cash flow dalam perusahaan dapat meningkatkan peluang investasi yang akan menghasilkan nilai lebih bagi perusahaan.

Dalam beberapa penelitian lain, biaya keagenan dapat diukur dengan menggunakan beberapa proksi, beberapa diantaranya adalah total asset turnover ratio (Ang et al. 2000; Chen dan Austin, 2007; Wang, 2010) dan administrative expense ratio (Wang, 2010). Total asset turnover yang rendah menunjukkan manajer tidak dapat menggunakan aset secara efektif untuk berivestasi secara optimal, sehigga biaya keagenan yang diproksikan dengan total asset turnover memiliki hubungan terbalik. Sedangkan administrative expense ratio hubungannya berbanding urus. Tingginya administrative expense ratio menunjukkan pemborosan yang dilakukan oleh manajer yang dapat merugikan perusahaan.

Temuan dari Wang (2010) yang tidak sesuai dengan hipotesis free cash flow dan juga berbeda dengan hasil temuan penelitian sebelumnya (Brush et al. 2000; Fosberg et al. 2003; Chu, 2011; Lang et al. 1991) menjadi dasar penelitian ini yang bermaksud untuk mengetahui apakah hipotesis free cash flow berlaku di Indonesia. Penelitian ini menguji pengaruh biaya keagenan (agency cost) yang diproksikan dengan free cash flow ratio (FCF), total asset turnover ratio (TAT), dan administrative expense ratio (ADE) pada kinerja perusahaan yang diproksikan dengan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Berdasarkan informasi di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Biaya Keagenan pada Kinerja Perusahaan”.

(8)

8 1.2 Perumusan Masalah

Peneliti ini membandingkan antara penelitian mengenai hubungan antara teori keagenan dengan kinerja perusahaan antara hasil penelitian dari Wang (2010) dan Austin dan Chen (2007) dengan beberapa penelitian lain seperti Lang et al. (1991) dan Brush et al. (2001) yang akhirnya menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam penelitian Lang et al. (1991) dan Brush et al. (2001) menunjukkan hubungan negatif antara biaya keagenan dengan kinerja perusahaan, sedangkan penelitian Wang (2010) dan Austin dan Chen (2007) menunjukkan hubungan yang positif antara biaya keagenan dengan kinerja perusahaan. Bedasarkan research gap ini ditambah dengan hasil elaborasi latar belakang pada subbab sebelumnya, perumusan masalah ini adalah bagaimana hubungan antara biaya keagenan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengaruh free cash flow ratio terhadap kinerja perusahaan? 2. Bagaimana pengaruh total asset turnover ratio terhadap kinerja perusahaan? 3. Bagaimana pengaruh administrative expense ratio terhadap kinerja

perusahaan? 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis pengaruh free cash flow terhadap ROA dan ROE.

(9)

9 3. Menganalisis pengaruh administrative expense ratio terhadap ROA dan

ROE.

1.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Investor

Mempercayakan aset yang dimilikinya kepada manajer adalah kewajiban dari investor, dan disisi lain manajer diharuskan bertindak dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan sepenuhnya kepentingan investor. Menjadi hal yang penting bagi investor untuk mengetahui hubungan antara biaya keagenan dengan kinerja perusahaan, sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh investor untuk melakukan intervensi kepada manajemen seperti penentuan free cash flow pada tingkat tertentu dan atau pemilihan proyek yang memiliki NPV positif.

2. Bagi Manajer

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para manajer dalam melakukan pengambilan keputusan bagi perusahaan, terutama dalam hal pemilihan proyek dan penentuan tingkat free cash flow. Manajer diharapkan dapat mengambil keputusan dengan bijak sehingga tak hanya berdampak positif bagi perusahaan namun juga berdampak positif terhadap karir dan kompensasi yang didapatnya. 3. Bagi Penelitian

Memperluas wawasan bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh keberadaan biaya keagenan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan sehingga dapat

(10)

10 ditemukan solusi mekanisme penyelesaian konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. Selain itu, sebagai bahan referensi dan sumber informasi bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis di kemudian hari.

1.6 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk perusahaan yang tercantum secara aktif dibursa saham di Indonesia Stock Exchange yang datanya tercatat dalam basis data Osiris atau ICMD (Indonesia Capital Market Directory) dari tahun 2010 hingga 2014. Penelitian ini mengevaluasi kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan atau sering disebut dengan rasio profitabilitas yang terdiri dari return on asset (ROA), return on equity (ROE). Penelitian ini mengecualikan perusahaan finansial seperti perbankan, asuransi, leasing, investasi, dan jasa keuangan lainnya. Hal ini karena struktur keuangan dalam industri finansial berbeda dengan industri non finansial yang membuat perbedaan dalam perhitungan kinerja. Kinerja pada perusahaan non finansial dapat dihitung dengan rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Sedangkan pada industry finansial dihitung dengan CAMEL (capital, asset quality, earning, dan asset liability management) (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

1.7 Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

(11)

11 BAB II: TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka, berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bab ini juga diuraikan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan penelitian secara operasional yang membahas variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi obyek penelitian, hasil analisis data, dan interpretasi terhadap hasil berdasarkan alat dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini membahas tentang kesimpulan, keterbatasan dalam penelitian, dan disampaikan pula saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

jawaban Pustekom Kemendikbud dalam surat resminya kepada panitia agar memperlakukan sama/sejajar/setarap kepada calon penyedia barang/jasa dan hal tersebut tidak dilakukan

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan indeks adalah menyeleksi artikel pada surat kabar yang ada di Perpustakaan Universitas Dharma Andalas. Surat

Dalam teori sinyal, upaya penyampaian informasi mengenai kinerja yang sudah dilakukan perusahaan dengan baik menjadi sinyal bagi keputusan investor untuk menanamkan

Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) dengan penaksiran Partial Least Square (PLS). Penerapan ketidakpastian

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah menunjukkkan kemurahan, hikmat, dan kekuatanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tanggung jawab penulisan skripsi

empat area yang layak untuk dibangun fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki yaitu pada area sekitar gerbang kedua Pontianak Mall berupa pelican crossing, area di

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis

”Sebagai manusia, untuk itu mari kita berusaha menjadi khalifah terbaik di hadapan Allah,” demikian diserukan Ustadz Rifhan Halili dalam ceramahnya pada pengajian