• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian

Penelitian akan mempelajari faktor-faktor apa sajakah dan sebesar apakah dampaknya bagi keberhasilan yang dicapai oleh Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Adapun alur tahap penelitian seperti disajikan pada Gambar 1.

3.2 Pemahaman Topik Kajian

Perpustakaan Elektronik Keliling merupakan salah satu layanan perpustakaan keliling yang ada di Perpustakaan Nasional RI dimana penggunanya dititikberatkan pada pelajar Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat yang lokasi layanannya berdomisili sekitar

Gambar 1 Alur Tahap Penelitian.

Pemahaman Topik Kajian Mulai

Selesai Pemahaman Topik Kajian

Penyusunan Kuesioner untuk Survei

Survei Lapangan

Pengolahan Data dan Analisis PHA

Pembahasan dan Penulisan Laporan

Bahan Pustaka

Metode Proses Hierarki Analitik (PHA)

(2)

Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Tujuan diadakannya Pusteling ini yaitu sebagai pengenalan sarana teknologi informasi seperti pengenalan windows office kepada pelajar, koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital dari Perpustakaan Nasional RI, jurnal online yang dapat diakses langsung serta sarana penelusuran OPAC Perpustakaan Nasional RI sehingga apabila pemustaka Pusteling ingin mencari koleksi bahan pustaka di Perpustakaan Nasional RI, pemustaka telah mengetahui bahan pustaka apa yang ingin dibaca dan telah mempunyai nomor panggil buku, sehingga dia dapat langsung menuju lokasi bahan pustaka tanpa melalui lokasi penelusuran katalog terlebih dahulu. Apabila tujuan dari pengadaan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa layanan Pusteling telah berhasil berjalan dengan baik.

3.3 Perumusan Solusi Masalah

Pada pembetukkan hierarki prioritas tingkat keberhasilan Pusteling, kriteria dan sub kriteria analisa diperoleh melalui studi literatur dan studi pada layanan Pusteling. Langkah selanjutnya yaitu merumuskan faktor internal dan eksternal layanaan Pusteling yang kemudian dianalisa dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat empat kriteria utama dalam menganalisa prioritas kriteria tingkat keberhasilan Pusteling, dimana masing-masing kriteria utama terdiri dari beberapa subkriteria. Pembahasan tiap kriteria dan subkriteria serta penilaiannya disajikan dalam Gambar 2.

Tujuan:

Kriteria:

Subkriteria:

Gambar 2 Diagram Hierarki Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling. 1. Manajemen Pusteling 2. Petugas Pusteling (SDM) 1. Kebutuhan Pemustaka 2. Kuantitas Pemustaka 1. Perangkat Keras 2. Perangkat Lunak 3. Perangkat Jaringan 1. Geografis Lokasi Pusteling 2. Cuaca/ Kondisi Alam Wilayah Kelembagaan

(Perpustakaan Nasional RI) Sosial

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling

(3)

Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria dan subkriteria hierarki tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kriteria Kelembagaan

Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Kriteria kelembagaan dibagi menjadi 2 (dua) subkriteria berdasarkan hasil studi literatur dan pengamatan di lapangan, yaitu: (1) Subkriteria Manajemen Pusteling

Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah birokrasi atau regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan kelokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan serta perpustakaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan, karena merupakan pedoman/ payung segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan layanan Pusteling. Dukungan dana anggaran juga penting karena untuk menunjang keberlangsungan operasional Pusteling.

(2) Subkriteria Petugas Pusteling (SDM)

Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Kriteria tersebut seperti petugas yang ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC online Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka.

(4)

B. Kriteria Teknologi Pusteling

Kriteria ini mencakup pemilihan perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat jaringan yang baik agar dapat mendukung keberhasilan dari layanan Pusteling.

(1) Subkriteria Perangkat Keras

Fasilitas fisik untuk mendukung layanan Pusteling menurut Astra International dalam spesifikasi kendaraan Pusteling antara lain:

a. 11 Laptop HP Compaq 510 dimana 10 unit untuk mengakses dan 1 unit lainnya untuk petugas.

b. LCD Proyektor BenQ infocus MP522 Lumens 2000 c. Screen Dispaly

d. Scanner

e. Printer HP Deskjet D2500 f. Modem Huawey HSDPA g. Fotokopi

h. DVD player

i. Meja komputer dan laptop j. Kursi yang nyaman

k. AC kendaraan merek Termo King Roof Top Ducting dan blower AC Coleman ¾ PK

l. AC indoor merek Daikin 2 PK m. Kamera CCTV

n. Rak untuk menyimpan koleksi digital

(2) Subkriteria Perangkat Lunak

Sebuah server Hawlet Packard ML 350 G series yang difungsikan sebagai

server komunikasi dan repositori bahan multimedia, dan perangkat lunak

instal windows 2007 original untuk 11 laptop yang dimiliki oleh layanan Pusteling.

(3) Subkriteria Perangkat Jaringan

Pusteling menggunakan sambungan 3G dengan memanfaatkan jasa sambungan internet dari PT. Indosat dan Excelcom. Untuk wilayah yang

(5)

berada tidak jauh dari Jakarta sambungan dalam kondisi baik, namun apabila agak jauh dari Jakarta atau diluar Jakarta, maka kualitasnya makin berkurang. Pusteling jika dipandang perlu, dapat juga memanfaatkan sambungan internet

dial up dengan memanfaatkan sambungan telepon di sekolah yang disediakan

oleh PT. Telkom. Untuk memperkuat catu atau hasil daya listrik Pusteling menggunakan generator set listrik portabel.

C. Kriteria Sosial

Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan Pusteling, adapun faktor-faktor sosial tersebut meliputi:

(1) Subkriteria Kebutuhan Pemustaka

Pemenuhan kebutuhan pemustaka yang harus diperhatikan antara lain yaitu: a. Prasarana seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk

pemustaka.

b. Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman.

c. Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran.

d. Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran.

e. Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka.

f. Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu.

(2) Subkriteria Kuantitas Pemustaka

Kuantitas pemustaka dapat meningkat apabila kebutuhan pemustaka terpenuhi pada saat mengunakan layanan perpustakaan, sehingga pemustaka dapat merasa puas akan layanan perpustakaan dan dapat menambah frekuensi kunjungannya untuk layanan Pusteling. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik.

(6)

c. Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan.

d. Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian.

D. Kriteria Wilayah

Kriteria ini mencakup georafis lokasi pusteling dan cuaca/ kondisi alam yang dilalui oleh layanan Pusteling.

(1) Subkriteria Geografis Lokasi Pusteling

Layanan Pusteling dalam memberikan layanan tidak hanya melayani untuk Jakarta tetapi juga memberikan pelayanan untuk daerah Bekasi, Bogor, dan Tangerang, dan geografis lokasi serta jarak menuju lokasi adalah salah satu faktor yang sangat menentukan waktu kunjungan. Apabila jarak tempuh menuju lokasi layanan Pusteling dekat dengan Perpustakaan Nasional RI maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak juga tidak lama sehingga waktu untuk memberikan layanan Pusteling dapat lebih lama dan efisien. Hal lain yaitu tempat dari lokasi layanan seperti halaman sekolah yang datar dan lapang, pintu gerbang yang tinggi dan lebar sehingga memudahkan keluar masuknya bus Pusteling, serta pihak sekolah yang koorperatif pada lokasi layanan Pusteling, merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan Pusteling.

(2) Subkriteria Cuaca/ Kondisi Alam

Iklim dan Cuaca juga mempunyai andil dalam menentukan tingkat kunjungan pada layanan Pusteling. Kegiatan layanan Pusteling berlokasi di luar ruangan sehingga kegiatan pelaksanaannya sangat tergantung oleh faktor cuaca, salah satu alasannya yaitu:

a. Cuaca yang tidak mendukung (panas, hujan dan dingin), mengakibatkan pelajar lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka untuk melakukan kegiatan lainnya seperti pergi ke kantin atau berdiam di kelas.

(7)

b. Bus Pusteling biasanya ditempatkan di lapangan terbuka dan tidak memiliki perlindungan dari hujan, maka akses menuju lokasi layanan dapat beresiko terhalang oleh hujan.

3.4 Penyusunan Kuesioner Survei

Kuesioner diberikan kepada pemustaka layanan Pusteling, dimana kuesioner yang dibagikan untuk pemustaka dilakukan secara kebetulan ketika pemustaka melakukan pelayanan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan antara lain terdapat pada lampiran 1.

3.5 Survei Lapangan

Survei lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penentuan populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang dilakukan pada tanggal 17-18 Februari dan 21-23 Februari 2011. Jumlah pelajar SMU yang didapat selama waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Adapun lokasi penyebaran kuesioner disajikan pada Gambar 3.

B

E D

C A

(8)

Gambar 3 Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner (A. SMUN. 77; B. SMKN. 11; C. STM Poncol; D. SMUN. 1; E. SMKN. 27; F. SMK Satya Bhakti I; dan G. SMK Satya Bhakti II).

Karakteristik pemustaka pusteling dari ketujuh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik Sampel Penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek penyebaran informasi melalui Pusteling.

2. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan maupun menjawab pertanyaan penelitian tentang layanan Pusteling.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data untuk penelitian ini terdapat dalam kerangka penelitian seperti pada Gambar 5 berikut:

0 10 20 SMU N. 77 SMK N. 11 SMK Poncol SMU N. 1 SMK N. 27 SMK Satya Bhakti I SMK Satya Bhakti II Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan

(9)

Gambar 5 Kerangka Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode tersebut dipilih untuk penelitian ini dengan alasan bahwa metode Proses Hierarki Analitik dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, dan data yang didasarkan atas persepsi, pengalaman dan intuisi. Jadi masalah tersebut dapat dirasakan, diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki (decomposition), prinsip menentukan prioritas (comparative

judgement), dan prinsip konsistensi logis (logical consistency).

Fakta Keadaan yang Diharapkan

Adanya Permasalahan internal dan eksternal

Pusteling:

- Lemahnya manajemen - Jumlah bus bus

kurang

- Koneksi jaringan yang tidak stabil.

Terwujudnya tujuan pengadaan Pusteling:

- Meningkatkan pengetahuan pemustaka Pusteling dalam hal penggunaan informasi berbasis Teknologi Informasi khususnya untuk para pelajar.

- Dukungan Manajemen

- Kuantitas pemustaka meningkat. - Pelayanan Pusteling yang

maksimal.

Mengakibatkan:

- Birokrasi yang tidak efektif dan efisian - Minimnya Jumlah

pemustaka

- Pelayanan yang tidak maksimal.

Tujuan: Mengetahui faktor permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling.

Diidentifikasikan melalui faktor internal dan faktor eksternal.

Hasil: Memberi gambaran sejauhmana keberhasilan layanan Pusteling dan

faktor yang mempengaruhi keberhasilannya.

Kesimpulan dan Saran

Metode Proses Hierarki analitik (PHA) Studi Literatur dan Data Hasil Kuesioner

(10)

1. Menyusun Hierarki

Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Lengkap

Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.

b. Operasional

Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.

c. Tidak berlebihan

Menghindari adanya kriteria yang mengandung pengertian yang sama. d. Minimum

Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.

2. Menentukan Prioritas

Prinsip pertimbangan komparatif (comparative judgement) berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise

comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen yang diperbandingkan

terdapat tahapan sebagai berikut:

a. Elemen mana yang lebih (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya). b. Berapa kali sering (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya).

(11)

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, maka perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan seperti tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10 Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner

Intensitas

Kepentingannya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada

sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting

ketimbang yang lain

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

5 Elemen yang satu esensial atau sangat

penting ketimbang elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting

ketimbang elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2.4.6.8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka

bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i

3. Menentukan Konsistensi Logis

Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. PHA dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Langkah awal dari PHA dapat diringkas dalam penjelasan yaitu menyusun matriks perbandingan serta menyusun matriks perbandingan hasil normalisasi yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi

Matriks Hasil Perbandingan C A1 A2 …. An A1 A11 A12 …. A1n A2 A21 A22 …. A2n …. …. …. …. …. An An1 An2 …. Ann Hasil Normalisasi

(12)

Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hierarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Perhitungan ini diperlukan bantuan Tabel Indeks Acak (Random Index/ RI) dimana nilai setiap ordo matriks disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks Acak (Random Index)

Urutan

Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(RI) 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Langkah selanjutnya tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah:

a. Melakukan perkalian antara bobot subkriteria dengan nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot subkriteria & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen.

b. Mencari nilai matriks yang merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya.

λMaks

c. Mencari nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index/ CI) = (Penjumlahan nilai eigen) / N

CI = (λMaks

d. Mencari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio/ CR)

– N) / (N-1) dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks

CR = CI / RI

Gambar

Gambar 1  Alur Tahap Penelitian.
Gambar 5  Kerangka Penelitian.
Tabel 10  Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner

Referensi

Dokumen terkait

Terakhir peserta disajikan Pos-Test tentang materi akuntansi secara umum untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman akuntansi masing-masing pelaku IKM KUB RRT

Kemudian secara terminologis yang berdasarkan pada pendapat para ahli bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan

Untuk memahami komunikasi yang baik antara suami yang berasal dari papu dan istri yang berasal dari jawa haruslah keduanya adanya saling mengerti satu masa

Untuk membuat objek pada WebGL, yang pertama kali dilakukan adalah dengan menentukan vertex dari objek dan disimpan pada sebuah array. Lalu dengan menggunakan

Pemberian pupuk organik cair urin sapi untuk pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L) sebanyak 10% dan setara dengan urea.. Saran- saran yang dapat digunakan sebagai

Nilai gel strength akan mengalami kenaikan yang berbanding lurus dengan waktu pembentukan gel. Gel strength kemudian akan mengalami penurunan jika sudah mencapai

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

Sertiflkasi produk pupuk kalium sulfat dilakukan oleh LPK yang telah terakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian - Persyaratan untuk