T
EORI
Dra. Rusmijati, M.Si.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
T
EORI
Dra. Rusmijati, M.Si.
Graha Cendekia
Teori Ekonomi Mikro I
Copyrights © Dra. Rusmijati, M.Si.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau isi seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Lay Out : Tim Cendekia Cetakan 1, September 2017
Penerbit Graha Cendekia
Perum Guwosari Blok XII No.187 Yogyakarta Email: [email protected]
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
Teori Ekonomi Mikro I/ Dra. Rusmijati, M.Si./
Cetakan 1: Yogyakarta, September 2017 17 x 25 cm
I. Ekonomi III. Rusmijati II. Judul
KATA PENGANTAR
Buku ajar Teori Ekonomi Mikro I ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari Teori Ekonomi Mikro secara mudah karena buku ini dibuat ringkas dan cukup jelas.
Isi dari buku ini disesuaikan dengan materi dalam diskripsi mata kuliah Teori Ekonomi Mikro I.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENYUSUN v
DAFTAR ISI vii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ANALISA PERMINTAAN DAN PENAWARAN 5
Hukum Permintaan dan Penawaran (Law of Demand)
5
. Hukum Penawaran (Law of Supply) 10
BAB III ELASTISITAS 15
Besarnya Koefisien Elastisitas 16
Elastisitas dan Total Pengeluaran/Total Penerimaan
18 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Elastisitas
19 Cross Elasticity Dari Pada Permintaan 20
Elastisitas Penawaran 20
Elastisitas Pendapatan 20
BAB IV TEORI PERMINTAAN KONSUMEN
PERSEORANGAN (MELALUI PENDEKATAN CARDINAL)
23
Teori Cardinal 24
Substitution Effect dan Income Effect 27
BAB V TEORI PERMINTAAN KONSUMEN
PERSEORANGAN MELALUI PENDEKATAN KURVE INDIFERENCE
29
Definisi Indiference Curve 29
Memaksimum Tingkat Kepuasan 30
Income Consumption Curve dan Engel Curve 31
Price Consumption Curve 32
Income Effect dan Substitution Effect 33 Hubungan Antara Bentuk Price Consumption
Curve (P.C.C) dengan Elastisitas
36
Pertukaran (Exhange) 37
Kurve Permintaan dan Kurve Engel 40
BAB VI TEORI PRODUKSI 43
Macam Waktu Dalam Menganalisa Teori Produksi
43 Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi 45
Tahapan Dalam Fungsi Produksi 49
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve 52
Isocost dan Least Cost Combination 52
BAB VII BEAYA PRODUKSI 55
Beaya dan Waktu 55
Kurve Ongkos Jangka Pendek 56
Ongkos Persatuan Dalam Jangka Pendek 57
Kurve-Kurve Ongkos Jangka Panjang 59
BAB VIII PENGGOLONGAN PASAR DAN KURVE
PERMINTAAN YANG DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN
63
Firm 63
Macam-Macam Pasar 63
Equilibrium Jangka Pendek Sebuah
Perusahaan Melalui Pendekatan Marginal
67 Kerugian ataukah Keuntungan Dalam
Jangka Pendek
68 Equilibrium Jangka Panjang Bagi Sebuah
Firm
70
BAB IX PASAR MONOPPOLI 71
Bentuk Pasar Monopoli 71
Penentuan Harga Pada Pasar Monopoli 73
Salah Anggapan Yang Umum Terjadi Di Dalam Monopoli
73
Diskriminasi Harga 74
BAB X PASAR OLIGOPOLI DAN PASAR MONOPOLISTIS
77
Bentuk Pasar Oligopoli 77
Pasar Persaingan Monopolistis (Monopolistic Competition)
72
BAB I
PENDAHULUAN
T
eori Ekonomi merupakan seperangkat prinsip ekonomi yang diturunkan dari berbagai model ekonomi yang berkaitan satu sama lain. Setiap prinsip/hokum ekonomi merupakan keterangan umum tentang perilaku dan fenomena dari sekelompok unsur tertentu yang merupakan satu konsep. Unsur-unsur pokok dari kegiatan ekonomi adalah :1. Kebutuhan-kebutuhan manusia 2. Sumber-sumber
3. Teknik-teknik produksi
A. Kebutuhan-kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia merupakan pendorong dari kegiatan ekonomi. Kebutuhan-kebutuhan manusia mempunyai dua sifat : a. beraneka macam dan b. tidak terbatas. Kebutuhan itu sendiri berasal dari adanya :
1. Organisasi manusia yaitu kebutuhan untuk melanjutkan fungsinya, seperti kebutuhan makanan, perumahan, pakaian dan sebagainya. Kebutuhan macam ini sering juga disebut kebutuhan biologis.
2. Kebudayaan manusia, kebutuhan ini timbul karena tuntutan sosial akan adanya kehidupan yang baik. Misalnya mengenai ukuran perumahan, bahan makanan, merk radio, televisi dan sebagainya. Kebutuhan semacam ini sering disebut juga kebutuhan cultural.
Kegiatan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lain-lain, misalnya ingin mengetahui hal-hal yang sama sekali baru, ingin meningkatkan pengetahuan/intelektual dan sebagainya.
B. Sumber-sumber
Sumber-sumber adalah alat yang tersedia untuk menghasilkan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan. Sumber-sumber digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
a) Human resources/tenaga kerja yaitu kekuatan tenaga kerja atau kapasitas usaha manusia yang dipakai untuk menghasilkan barang dan jasa. b) Non human resources/kapital yaitu semua non human resources yang
digunakan di dalam proses produksi sehingga barang sampai ke tangan konsumen, diantaranya gedung-gedung/ bangunan-bangunan, mesin-mesin yang biasanya nilainya diukur dengan uang.
Sumber-sumber di atas mempunyai sifat-sifat khusus diantaranya : a. Jumlahnya terbatas, sehingga memaksa manusia untuk memilih
kebutuhan mana yang harus dipenuhi lebih dahulu. b. Dapat dipakai dalam penggunaan alternatif.
c. Dapat saling menggantikan dalam kombinasinya untuk menghasilkan suatu barang.
C. Teknik Produksi
Teknik produksi meliputi cara-cara dan alat-alat phisik untuk proses produksi.
Teori Ekonomi pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Teori Ekonomi Makro
Teori Ekonomi Makro
Mempelajari ekonomi secara keseluruhan dan berpusat pada Gross Natio-nal Product (GNP), yaitu jumlah nilai seluruh barang dan jasa dari suatu produk yang dihasilkan oleh seluruh kegitan dalam suatu negara dalam periode tertentu.
Teori Ekonomi Mikro
Mempelajari tentang kegiatan-kegiatan ekonomi secara individual. Teori Ekonomi Mikro juga sering disebut Teori Harga (Price Teory). Hal ini disebabkan karena setiap barang ekonomis baik itu berupa output maupun input pasti akan memiliki harga. Seandainya barang itu tidak memiliki harga(price) maka teori ekonomi pasti tidak akan ada.
Biasanya Teori Ekonomi mempelajari tentang harga output dan input. Input dan output bagi semua perusahaan yang ada tidak sama, ter-gantung pada pemakainya.
Perincian mengenai hal-hal yang dipelajari di dalam Teori Ekonomi Mikro adalah sebagai berikut :
1. Aliran dari barang dan jasa 2. Harga dari pada barang dan jasa
3. Tujuan yang ingin dicapai baik oleh produsen maupun kon-sumen
4. Model yaitu suatu abstraksi dari pada keadaan riil.
Dengan adanya model ini dapat diketahui beberapa hal yang penting diantaranya :
a) Dapat diperoleh gambaran ataupun keterangan-keterangan yang penting dari suatu masalah,
kepu-dimana syaratnya adalah MC = MR. Kemudian model mana yang akan dipakai, apakah model pasar persaingan sempurna ataukah model pasar monopoli.
c) Berdasar pada keadaan-keadaan yang penting dapat diadakan perhitungan-perhitungan untuk masa yang akan datang. 5. Teori Ekonomi Mikro merupakan suatu alat untuk menganalisa
ekonomi.
6. Teori Ekonomi Mikro dapat dipakai dalam kebijaksanaan/policy. Dengan perhitungan-perhitungan secara mikro ekonomi maka suatu kebijaksanaan yang bersifat makro dapat dijalankan. 7. Teori Ekonomi Mikro selalu berhubungan dengan pasar.
Penen-tuan tingkat harga baik itu output maupun harga input selalu di-anggap melalui pasar. Otomatis itu sendiri berhubungan erat dengan tipe-tipe pasar. Pasar itu sendiri mempunyai fungsi penentuan tentang :
a) Apa yang akan diproduksikan b) Bagaimana cara berproduksi
BAB II
ANALISA PERMINTAAN DAN PENAWARAN
A.
Hukum daripada Permintaan (Law of Demand)B
ahwa seorang atau konsumen akan membeli lebih banyak pada suatu waktu kalau harga itu lebih rendah dengan asumsi cateris paribus (hal-hal lain tetap).a) Hukum dari pada permintaan ini terjadi pada suatu waktu tertentu.
Hal ini disebabkan karena kemungkinan tindakan seseorang pada suatu periode akan berlainan dengan tindakan pada saat yang lain.
b) Kurve permintaan adalah merupakan batas maksimum dari
kesediaan konsumen untuk membeli pada berbagai harga alternatif.
Gambar 2.1
P
P
1A
P
2B
P
3C
P
4D
0 Q
1Q
2Q
3Q
4Q/UT
Di dalam seseorang membeli suatu barang akan dipengaruhi oleh ceteris paribus, yaitu :
1.
Tingkat pendapatan seorang konsumen2.
Selera konsumen3.
Banyaknya konsumen4.
Harga barang lain5.
Periode waktu1) Tingkat Pendapatan Konsumen
Apabila kita berhubungan dengan barang normal, kalau pada suatu saat tertentu pendapatan konsumen naik maka kurve demand/permintaan akan bergeser ke kanan, demikian pula sebaliknya bila pendapatan seseorang menurun maka permintaanterhadap barang normal tersebut akan bergeser ke kiri. Gambar 2.2.
P
P
1D
2D
oD
10 Q
2Q
OQ
1Asumsi yang berlaku di sini : tingkat harga tetap pada P1. Bila Y
(tingkat pendapatan) naik D akan bergeser dari D0 ke D1. Sedangkan bila
tingkat pendapatan konsumen menurun maka kurve demand akan bergeser dari Do ke D2. Lain halnya apabila kita berhadapan dengan barang inferior.
terhadap barang tersebut berkurang, dengan kata lain kurve permintaannya akan bergeser ke kiri.
Gambar 2.3.
P
P
1D
2D
10 Q
1Q
2Q
Gambar ini menunjukkan keadaan apabila kita berhadapan dengan barang inferior. Bila tingkat pendapatan (Y) naik maka permintaan terhadap barang tersebut kan berkurang, berarti kurve demandnya bergeser ke kiri.
2) Selera Konsumen
Apabila selera konsumen berubah maka kurve demand akan berubah pula. Selera konsumen naik maka kurve demand/permintaan akan bergeser ke kanan dan sebaliknya apabila selera konsumen menurun maka kurve demand akan bergeser ke kiri
.
Gambar 2.4.
Selera konsumen naik
P
A B
P
1D
2D
10 Q
1Q
2Gambar 2.5.
Selera konsumen menurun
P
1D
2D
10 Q
1Q
23) Harga Barang Lain
Yang dimaksud harga barang lain di sini terutama adalah barang yang ada hubungannya dengan barang tersebut. Apakah mempunyai hubungan substitute atau komplementer. Apabila dua macam barang merupakan barang substitute maka apabila harga barang lain tersebut (PB) naik akan berakibat permintaan terhadap barang tertentu (QA) naik
pula, demikian sebaliknya. Namun bila barang A dan B bersifat komplementer hubungannya , maka apabila harga barang B naik, permintaan terhadap barang A akan berkurang, demikian pula sebaliknya.
4) Jumlah Konsumen
Apabila jumlah konsumen berubah maka permintaan juga akan berubah. Apabila jumlah konsumen bertambah permintaan akan bertambah, berarti akan menggeser kurve permintaan ke kanan, demikian pula sebaliknya.
5) Periode Waktu
Apabila periode waktu berubah maka permintaanpun sering berubah pula. Dari uraian tentang ceteris paribus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permintaan akan barang tertentu (misalnya barang A) akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, tingkat pendapatan konsumen bersangkutan, harga barang lain, selera, banyaknya konsumen, jangka waktu tertentu. Atau dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut :
QA = f ( PA, Y, T, PB, N, W).
Dimana :
PA = harga barang A itu sendiri
Y = tingkat pendapatan konsumen T = selera
PB = harga barang lain
N = nation jumlah konsumen W = jangka waktu
Beberapa pengecualian dari kurve demand yang seharusnya berslope negatif.
1. Barang Giffen
Barang giffen ini merupakan barang yang biasanya dikonsumsi oleh mereka yang berpendapatan rendah. Barng giffen mempunyai kondisi lebih rendah bila dibanding dengan barang inferior. Barang giffen ini merupakan barng kebutuhan pokok sehingga bila harganya naik maka konsumen akan mengurangi konsumsi terhadap barang-barang yang harganya lebih mahal, kemudian menambah pembelian barang giffen tersebut.
Gambar 2.6
P D
P
2P
10 Q
1Q
2Q
Sebagai contoh misalnya gaplek lebih murah bila dibanding dengan harga jagung dan beras. Dengan naiknya harga gaplek maka masyarakat yang berpendapatan rendah akan membeli gaplek dalam jumlah yang lebih banyak, pembelian terhadap jagung atau beras berkurang dan pendapatannya digunakan untuk membeli gaplek. 2. Barang-barang prestise/barang-barang lux sekali.
Barang-barang macam ini pada umumnya dikonsumir oleh mereka yang berpendapatan tinggi. Barang lux sekali mempunyai sifat bila harganya naik maka jumlah yang diminta juga akan naik. Sebagai contoh misalnya intan/berlian, lukisan.
3. Barang-barang yang diharapkan di masa yang akan datang naik terus
menerus ataupun turun terus. Misalnya harga barang A diharapkan di
masa datang akan naik terus maka jumlah yang diminta akan naik,
demikian sebaliknya sehingga kurve demand akan berslope positif,
B. Hukum Penawaran (Low of Supply)
Semakin tinggi tingkat harga akan semakin banyak pula barang yang produsen/penjual mau melepaskan, demikian sebaliknya pada harga yang semakin rendah maka semakin sedikit jumlah barang yang penjual mau melepaskan dengan ceteris paribus.
Gambar 2.7.
P
S
P
2P
1Po
0
Qo Q
1Q
2Pada gambar ini Nampak bahwa pada harga P2 penjual mau melepas
barang sebanyak Q2, namun pada harga P1 hanya bersedia melepas sejumlah
Q1, demikian seterusnya
sehingga terbentuk kurve supply yang berslope
positif.
Seperti halnya permintaan (demand), kurve supply/penawaran yang merupakan batas maksimum yang penjual/produsen mau melepaskan barangnya pada berbagai tingkat harga juga mempunyai ceteris paribus. Yang dimaksud ceteris paribus dari pada kurve penawaran/hal-hal lain dalam penawaran selain tingkat harga adalah :
1. Teknik produksi yang tetap
2. Kurve supply dari pada input yang tetap 3. Tingkat pajak/subsidi yang tetap
4. Jangka waktu yang sama
1)
Teknik ProduksiDengan adanya teknik produksi yang baru pada suatu perusahaan maka variabel cost nya akan lebih rendah sehingga kurve penawarannya akan
Gambar 2.8.
P
S
1S
2P
10
Q
1Q
2Dengan teknik produksi baru akan terjadi efisiensi yang lebih tinggi sehingga pada tingkat harga yang sama dapat ditawarkan sejumlah barang yang lebih banyak.
2)
Curve Supply dari pada InputGambar 2.9.
P So S
1Po
0 Qo Q
1Gambar 2.10
P So S
1Po
0 Qo Q
1Q/t
Q/t
Q/UT3)
Tingkat Pajak/SubsidiGambar 2.11.
Ada pajak : S kekiri dari So ke S
1P
S
1So
0 Q/UT
Gambar 2.12.
Ada subsidi : S kekanan dari So ke S
1P
S
1So
0 Q/UT
4)
Jangka Waktu
Dalam jangka waktu yang berbeda maka penawaran akan berubah pula
. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah yang ditawarkan akan merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri, supply inputnya, teknologi, pajak/subsidi dan jangka waktu. Atau dapat dituliskan sebagai berikut :Qs
A= f (P
A, Si, T, X, W)
Dimana :
Qs
A= penawaran barang A
P
A= harga barang itu sendiri
Si = Supply input nya
T = Teknologi
X = Pajak
BAB III
ELASTISITAS
T
eori Ekonomi Mikro menerangkan sampai berapa jauh hubungan antara quantita dan harga, baik untuk demand maupun untuk supply. Salah satu bagian yang mempelajari adalah apa yang dinamakan elastisitas. Elastisitas dari pada suatu permintaan mengukur sampai berapa jauh atau bagaimana kepekaan jumlah barang yang dibeli terhadap perubahan harga dari suatu Kurve permintaan. Sedangkan pengukuran dari pada perbedaan elastisitas disebut coefisien elastisitas.Alfred Marshall mengemukakan rumus Coefisien Elastisitas sebagai
berikut :
Qoef.El. (E) =
=
/
=
X
Apabila Elastisitas dihitung antara dua titik yang terpisah pada suatu kurve permintaan, maka konsep tersebut dinamakan “arc elasticity”. Sedangkan elastisita yang dihitung pada suatu titik pada satu kurve untuk perubahan yang sangat kecil dalam harga adalah “point elasticity”. Dimana point elasticity ini lebih penting dari pada arc elasticity. Untuk arc elasticity terlihat pada gambar berikut :
Gambar 3.1
P
P
1L
P
2B
0 Q
1Q
2Untuk arc elasticity (elastisitas antara dua) dapat dihitung dengan berbagai cara :
1. dihitung dari titik A ke B 2. dihitung dari titik B ke A
3. Dengan menggunakan harga tengah.
Dengan menggunakan ketiga cara tersebut, maka hasilnya akan berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sedangkan untuk point elasticity dimulai dari rumus elastisitas yaitu :
Gambar 3.2
P N
M A
Demand
K
O L
Besarnya Koefisien Elastisitas
Sehubungan dengan besarnya Koefisien Elastisitas, terdapat tiga kategori penting yaitu :
Q/UT
1. Besarnya E > 1 , maka permintaan disebut elastis
2. Besarnya E = 1, maka permintaan disebut unitary elasticity 3. Besarnya E < 1, maka permintaan disebut in elastic
Gambar 3.3
P
N
L
K
LM
R
O Q/UT
Pada gambar ini menunjukkan keadaan Elastisitas. Di titik K besarnya E = 1 karena KN = KR. Di atas titik K sepanjang kurve permintaan sampai dengan titik N, besarnya E > 1, sedangkan sepanjang curve permintaan di bawah K sampai dengan titik R, besarnya E < 1.
Apabila kita ingin mengetahui besarnya Elastisitas pada titik tertentu untuk curve demand yang tidak linier (merupakan garis lengkung) maka harus dibuat garis singgung melalui titik tersebut.
Gambar 3.4.
P
C
A
D
B
O G
Q/UT
Pada gambar ini, bila akan dihitung besarnya elaastisitas pada titik A maka dibuat garis singgung BC melalui A, kemudian dibuat garis proyeksi AG, maka besarnya Elastisitas pada titik A = GB/OG.
Elastisitas dan total pengeluaran/total penerimaan
Yang sangat penting di sini bagi penjual/produsen mengenai elastisitas barang yang dimilikinya. Apakah barangnya termasuk yang elastis/ataukah inelastis. Hal ini disebabkan karena apabila barangnya elastis atau besarnya coefisien elastisitas >1 maka bila harganya diturunkan Total Revenue nya (TR) akan naik, demikian sebaliknya bila harga dinaikkan justru TR nya menurun. Sedangkan apabila barang yang dimiliki termasuk inelastis maka bila harga diturunkan justru akan menurunkan TR dan bila harga dinaikkan maka akan menaikkan TR nya.
Gambar 3.5.
P
B
O A C
Pada gambar ini, ditunjukkan keadaan-keadaan seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu :
E > 1 P / TR /
E = 1 TR
E < 1 R TR
E > 1 E = 1 E < 1 Q/UTSedangkan bila keadaan kurve permintaan adalah berbentuk hiperbola dengan kata lain mempunyai elastisitas selalu sama dengan satu di sepanjang kurve, maka perubahan harga tersebut baik naik maupun turun tidak akan berpengaruh pada besarnya TR, atau TR nya akan tetap.
Gambar 3.6.
P D
Po A
P
1B
D
O Qo Q
1Gambar ini menunjukkan keadaan Equilateral Hyperbola dimana besarnya coefisien elastisitas baik pada titik A maupun B atau pad titik lain sepanjang curve demand besarnya = 1, bila P atau P TR tetap.
Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi Elastisitas yakni:
a. Ada tidaknya barang pengganti yang baik, apabila ada maka permintaan akan suatu barang akan menjadi lebih elastis.
Misalnya : barang A mempunyai substitute yang baik yaitu barang B maka bila harga barang A naik akan berakibat quantitas A terjual turun drastis, sehingga TR nya akan turun lebih cepat.
b. Banyaknya penggunaan barang tersebut, semakin luas pemakaiannya sesuatu barang akan semakin elastis permintaannya. Apabila harganya turun maka quantita terjual akan naik lebih cepat bila disbanding dengan barang lain yang kegunaannya lebih sedikit.
c. Harga barang dibandingkan dengan tingkat pendapatan konsumen. Permintaan akan barang yang menghabiskan sebagian besar dari pada pendapatan konsumen, maka permintaan barang tersebut akan lebih elastis bila dibandingkan dengan barang yang relatif hanya mengambil sebagian kecil dri pendapatannya.
Daging lebih banyak mengambil tingkat pendapatan dari pada tempe. Apabila harga daging naik maka quantita daging akan menurun lebih besar bila disbanding dengan harga tempe naik, maka quantita tempe akan turun lebih kecil dengan asumsi ceteris paribus.
Cross Elasticity dari pada Permintaan
Cross Elasticity mengukur sejauhmana berbagai barang mempunyai hubungan satu sama lain. Sedangkan koefisien elastisitasnya ditunjukkan dengan prosentase perubahan jumlah barang A yang diminta dibagi dengan prosentase perubahan harga barang B. Bila dituliskan ke dalam rumus, sebagai berikut :
C.E =
/
=
X
Apabila hasilnya koefiesien cross elasticity adalah positif maka antara barang A dan barang B mempunyai hubungan substitute. Sedangkan bila koefisien cross elasticity negatif berarti antara barang A dan B mempunyai hubungan complementer atau saling melengkapi.
Elastisitas Penawaran
Pengertiannya hampir sama dengan elastisitas permintaan. Hanya saja untuk elastisitas permintaan koefisiennya negatif, sedangkan elastisitas penawaran koefisiennya selalu positif, sebab kurve penawaran mempunyai slope yang positif.
Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah ukuran seberapa jauh pengaruh perubahan dari pada tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang diminta. Besarnya koefisien elastisitas dari pada pendapatan adalah positif untuk barang normal dan negatif untuk barang inferior.
Gambar 3.7.
Barang Normal
Y
Engel
Curve
Y
2Y
1Yo
O Qo Q
1Q
2Gambar 3.8.
Barang Inferior
Y
Y
2Y
1Yo
O Q
2Q
1Qo
Rumus umum untuk Income Elasticity :E
Y=
=
/ ∆ Y/Y
=
X
Q/UT
Q/UT
BAB IV
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
(MELALUI PENDEKATAN CARDINAL)
P
ermintaan konsumen perseorangan atau disebut juga tingkah laku konsumen di dalam membeli barang-barang konsumsinya. Teori tentang tingkah laku konsumen ini merupakan latar belakang mengapa curve permintaan terbentuk demikian. Ada yang berslope negatif dan ada yang berslope positif.Teori tentang tingkah laku konsumen ini dijelaskan dengan teori utility/kegunaan yang menyebabkan seseorang mau membeli barang. Teori guna ini didekati/diapproach melalui dua dasar titik tolak yang berbeda, yaitu :
1. Teori utility/kepuasan itu dapat diukur. Teori ini disebut Cardinal Utility. Cardinal Utility adalah pendekatan mengenai tingkat kepuasaan konsumen yang dapat diukur dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya. Teori ini digunakan oleh aliran klasik dan disebut dengan teori klasik. 2. Teori kegunaan/ utility yang diukur secara urut-urutan kepuasan/
Ordinal.
Teori Ordinal dalam pendekatan ini hanya membuat daftar urut-urutan /rangking dari tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan di sini tidak dapat diukur tetapi hanya melalui urut-urutan, misalnya kepuasan I, II dan seterusnya. Teori Ordinal ini didekati dengan menggunakan indifference curve dan disebut modern theory.
Teori Cardinal
Dalam hal ini akan dibicarakan mengenai teori cardinal/tingkat kepuasan yang dapat diukur. Dalam teori ini terdapat dua pengertian yaitu Total Utility dan Marginal Utility.
Total utility adalah jumlah kepuasan yang diperoleh konsumen karena mengkonsumir berbagai jumlah barang.
Semakin banyak barang yang dikonsumir pada suatu persatuan waktu, semakin besar pula kepuasaan yang diperoleh, sampai pada suatu titik tertentu total utility akan mencapai tingkat yang maksimum. Apabila sudah mencapai maksimum masih menambah jumlah barang yang dikonsumir, maka justru tambahan jumlah barang ini akan mengurangi besarnya total utility yang sudah maksimum tersebut dengan kata lain akan menurunkan tingkat kepuasaan yang dicapai. Titik maksimum tersebut dinamakan titik kekenyangan/titik jenuh.
Gambar 4.1.
TU
A Titik Jenuh 30 28 25 TUA 20 18 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 QATabel 4.1.
Q
ATU
AMU
A 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 10 18 24 28 30 30 28 24 10 8 6 4 2 0 -2 -4Gambar 4.2
MUA 10 (a) 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 QA -2 -3 -4 (b) MUAMarginal Utility (MU) adalah tambahan guna total sebagai akibat tambahan satu satuan unit barang yang dikonsumir persatuan waktu.
MU = =
Sifat dari pada Marginal Utility adalah semakin berkurang dengan semakin bertambahnya barang yang dikonsumir persatuan waktu. Atau
waktu akan memberikan tambahan yang semakin berkurang pada total utility sampai akhirnya tidak menambah apa-apa lagi.
Dari pengertian marginal utility ini memungkinkan kita mengetahui satu dapat menganalisa tingkah laku konsumen perseorangan di pasar. Analisa ini menganggap bahwa konsumen bertindak rasional untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dihadapinya. Konsumen bertindak rasional dalam arti dia akan berusaha mencapai tingkat kepuasan yang tinggi di dalam mengkonsumir barang, terutama dalam menghadapi batas-batas yang ada. Batas-batas tersebut terutama harga barang dan tingkat pendapatan konsumen. Karena konsumen di sini tidak dapat mempengaruhi barang-barang diterima sebagai kenyataan.
Persoalan yang timbul adalah memutuskan berapa banyak dari masih-masing barang yang berbeda-beda itu akan dikonsumir sehingga ia akan dapat mencapai kepuasaan yang maksimum dari tingkat pendapatannya.
Sebagai contoh misalnya seorang konsumen mempunyai pendapatan Rp 120.000,00/ satuan waktu. Apabila ia akan membeli barang A dan B dan diketahui harga barang A dan B masing-masing Rp 10.000,00/unit maka berapa barang A dan B supaya tingkat kepuasannya maksimum dengan diketahui tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.
BARANG A BARANG BUNIT
A
MU
AURUTAN
PEMBELIAN
UNIT B
MU
BURUTAN
PEMBELIAN
1 40 1 1 30 4 2 36 2 2 29 5 3 32 3 3 28 6 4 28 7 4 27 8 5 24 12 5 26 9 6 20 6 25 10 7 12 7 24 11 8 4 8 20Cara penyelesaian soal di atas adalah :
Syarat untuk mencapai kepuasan maksimum : 1). MUA MUB
--- = --- ……….. (1) PA PB
2). PA QA + PB + QB = Income ………… (2)
Dari data tabel di atas dapat dimasukkan kedalam persamaan (1) dan (2) dengan sebelumnya menuliskan urutan prioritas pembelian untuk dua barang tersebut.
Urutan prioritas pembelian berdasarkan pada besarnya MU. Ternyata dari urutan prioritas tersebut untuk barang A pembelian sampai pada unit yang ke 5, sedangkan untuk barang B sampai pada unit ke 7.
Persamaan 1) MUA 24 MUB 24
--- = --- = --- = --- PA 10.000 PB 10.000
2) 10.000.5 + 10.000.7 = 120.000
Berarti kedua persyaratan tersebut telah terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat kepuasan maksimum konsumen tersebut akan dibeli barang A sebanyak 5 unit dan barang B sebanyak 7 unit.
Substitution Effect & Income Effect
Apabila terdapat perubahan tingkat harga akan mengakibatkan adanya perubahan di dalam quantita yang diminta. Hal ini disebabkan karena adanya substitution effect & income effect.
Substitution Effect adalah konsumen akan mengganti barang yang harganya lebih mahal dengan brang-barang yang harganya relative lebih murah. Sedangkan Income Efffect timbul karena berkurangnya income riil dari konsumen karena adanya kenaikan harga. Jalan yang ditempuh adalah menaikkan MUA atau menurunkan MUB dengan jalan menambah pembelian
barang B atau mengurangi barang A. Untuk menurunkan MUB tidak pasti harus
dengan menambah jumlah barang B yang akan dibeli, tergantung pada elastisitas barang A. Apabila permintaan barang A elastis ( ℓA > 1 ) maka A menurun dan total outly untuk barang A menurun dan total outly barang B naik dengan asumsi harga barang B tetap sehingga jumlah barang B yang terbeli naik (karena ceteris paribus).
Bila barang A permintaannya bersifat unitary ( ℓ A = 1 ) maka bila harga barang A naik, tidak akan mengakibatkan perubahan baik pada total outly untuk barang A maupun total outly untuk pembelian barang B. Namun bila besarnya ℓ A < 1 atau dengan kata lain barang A mempunyai permintaan yang inelastis, bila harga barang A naik maka total outly untuk barang A naik walaupun jumlah yang membeli barang berkurang jumlahnya dan ini berakibat total outly untuk barang B menurun dan berari jumlahnya barang B yang terbeli juga menurun.
Biasanya substitution effect lebih kuat dari pada income effect. Sebab dengan adanya barang pengganti yang baik akan mengurangi pentingnya income effect.
Substitution effect dan income effect tidak selalu bergerak dalam arah yang sama tergantung jenis barangnya. Untuk barang normal, substitution effect dan income effect akan bergerak searah.
BAB V
TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PERSEORANGAN
MELALUI PENDEKATAN KURVE INDIFERENCE
Defisini dri Indifirence Curve
I
ndeference curve adalah kurve yang memberikan gambaran tentang preferensi konsumsi. Curve indifference dari seorang konsumen didapat dengan meng-hadapkan sejumlah pilihan diantara berbagai kombinasi barang A dan B. Anggapan yang menjadi dasar analisa indifference curve adalah bahwa konsumen dapat mengatakan mana dari berbagai kombinasi itu yang memberikan kepuasan yang sama baginya, maka yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit.Satu indifference curve adalah kurve yang menunjukkan utility/kepuasaan yang sama yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumir berbagai kombinasi barang A dan B atau dengan kata lain indifference curve adalah menunjukkan berbagai kombinasi barang A dan B yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dari pada konsumen.
Gambar 5.1
B B1 K IC4 B4 N IC3 B2 L IC2 B3 M IC1 O A1 A2 A4 A3 APada gambar ini, tingkat kepuasan pada titik K, L, M adalah sama karena terletak dalam satu kurve. Sedangkan tingkat kepuasan pada titik N lebih besar daripada titik K, L, M karena terletak pada I.C yang lebih tinggi. Semakin mendekati titik origin maka tingkat kepuasaan konsumen akan semakin besar. Kumpulan dari indifference curve disebut indifferencemap. Sifat khusus daripada Indefference Curve:
1. Berslope negatif/turun miring ke kanan 2. Cembung kearah origin
3. Tidak pernah saling berpotongan
Memaksimum Tingkat Kepuasan
Seorang konsumen akan memaksimum tingkat kepuasannya dibatasi oleh
tingkat pendapatan dan harga barang. Prinsip ekonomi mengatakan bahwa
dengan pengorbanan yang terkecil akan memperoleh tingkat kepuasan tertentu
atau dengan pengorbanan tertentu diharapkan memperoleh tingkat kepuasan
maksimum. Tingkat pendapatan dihubungkan dengan harga barang-barang yang
akan dibeli akan menunjukkan garis anggaran atau budget line.
Gambar 5.2
B/UT I/PB L B1 E IC1 M ICo Budget Line 0 A1 I/PA QA/UTAntara I/PB dan I/PA jika dihubungkan akan memperoleh satu garis yang disebut dengan garis anggaran/budget line.
Bila indifference curve masih memotong budget line maka tingkat kepuasaan maksimum belum dapat dicapai yaitu pada titik L & M. Sedangkan apabila indifference curve menyinggung garis anggaran, sebagai contoh pada titik K terjadi persinggungan antara IC1 dengan garis anggaran/budget line. Maka pada titik K terjadi tingkat kepuasan maksimum konsumen bersangkutan. Kemi-ringan garis anggaran tergantung pada harga barang A dan harga barang B. Slope/kemiringan budget line/garis anggaran = tangent ∂.
Slope B.L = I/PB/I/PA = X =
Kepuasan maksimum apabila IC persis menyinggung budget line. Pada gambar 5.2. pada titik K : MRSAB =
= Slope I.C = Slope budget line
Income Consumption Curve dan Engel Curve
1. Income Consumption Curve adalah garis yang menghubungkan tingkat kepuasan maksimum seorang konsumen pada berbagai tingkat penda-patan.
Gambar 5.3
B I3/PB I2/PB I1/PB ICC B3 IC3 B2 IC2 B1 IC1
0 A1 A2 A3 4/PA 12/PA 13/PA A/UT
Gambar 5.4.
I (Income) Engel Curve Y3 M Y2 L Y1 K 0 Q1 Q2 Q3Apabila income berubah maka B.L akan bergeser. Bila income naik maka budget line akan bergeser kekanan (gambar 5.3).
2. Engel Curve adalah curve yang menunjukkan berbagai jumlah barang tertentu yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat pendapatan pada periode tertentu (gambar 5.4).
Price Consumption Curve
Price Consumption Curve (P.C.C) adalah garis yang menghubungkan
titik-titik kepuasan maksimum (Equilibrium konsumen) pada beberapa tingkat
harga.
Gambar 5.5
B/UT
I/PB
L P.C.C
R
IC
2IC
10 I/PA
1I/PA
2Apabila harga barang A menurun dari PA1 menjadi PA2, maka jika konsumen hanya ingin mendapatkan kepuasan yang tetap seperti semula, berbari income yang digunakan lebih sedikit.
Gambar 5.6.
B/UT I/PB B3 M B1 IC2 K B2 L IC1 0 A! A3 A2 I/PA1 I/PA2Pada gambar di atas, tingkat kepuasan pada titik K & L adalah sama, namun total outlynya berbeda. Pada titik K, TO > TO pada titik L.
Income Effect dan Substitution Effect
Seperti di dalam bab sebelumnya sudah dibahas mengenai I.E dan S.E ini. Income Effect timbul karena berkurangnya Income Riil dari konsumen bila harga naik. Sedangkan Substitution Effect (S.E) adalah konsumen mengganti barang yang harganya relatif lebih murah.
Substituion Effect dan Income Effect untuk barang normal, barang inferior dan barang giffen masing-masing berbeda. Untuk barang normal, baik Income Effect maupun Substitution Effect positif yang berarti bergerak searah, sehingga nanti total effectnya akan positif besar.
Sedangkan untuk barang inferior, Income Effectnya negatiF namun tidak melebihi Substitution Effect yang positif sehingga total effectnya masih akan tetap positif.
Yang terakhir untuk barang giffen Income Effect negatif dan negatif ini cukup besar sehingga melebihi Substitution Effect yang positif namun relatif kecil.
Gambar 5.7
B/UT I/PB B1 K B3 M PCC B2 L LC2 LC1 SE IE TE O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Substitution Effect untuk barang normal, dimana S.E dan I.E berjalan searah dan positif sehingga T.E akan positif besar.
S.E = A1 --- A2
I.E = A2 --- A3
--- +
T.E = A1 --- A3 (positif besar)
Gambar 5.8
B/UT I/PB M PCC B3 K B1 IC2 L B2 IC1 SE IE TEO A1 A3 A2 I/PA1 1/PA2 A/UT
Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Susbtitution Effect untuk barang inferior, dimana S.E positif dan I.E negatif, namun T.E masih positif.
S.E = A
1--- A
2I.E = A
2--- A
3--- +
T.E = A
1--- A
3(positif)
Gambar 5.9
B/UT I/PB PCC M B3 IC2 B1 K L B2 IC1 TE IE 0 SE A3 A1 A2 I/PA1 I/PA2Gambar di atas menunjukkan Income Effect dan Substitution Effect
pada barang giffen, dimana S.E positif namun T.E negatif, sehingga T.E
menjadi negatif.
S.E = --- A2
I.E = A2 --- A3
--- +
T.E = A1 --- A3 (negatif)
Dari gambar 5.7, 5.8 dan 5 .9 dapat pula diketahui arah dari pada Price Consumption Curvenya, dimana untuk barang normal P.C.C nya mempunyai arah turun dari kiri atas ke kanan bawah. Untuk barang inferior mempunyai
mempunyai arah dari kanan bawah ke kiri atas. Keadaan ini mencerminkan juga mengenai arah dari pada curve demand masing-masing. P.C.C atau Price Consumption Curve adalah merupakan garis yang menghubungkan titik-titik
Equilibrium konsumen pada berbagai tingkat harga. Sedangkan curve demand adalah garis yang menghubungkan titik-titik dimana konsumen mau membeli pada berbagai jumlah tertentu pada harga-harga alternatif. Sehingga bila diamati keduanya sangat serta hubungannya dan memang demikian halnya, sebab curve demand sendiri dapat dibuat dengan cara menurunkan dari kurve price comsumption.
Hubungan Antara Bentuk Price Consumption Curve (P.C.C) dengan Elastisitas
Gambar 5.10
B/UT I/PB K B1 M PCC B3 B2 L O A1 A2 A3 I/PA1 I/PA2Pada gambar di atas dapat diamati :
Pembelian barang B berubah dari B1 -- B3. Karena diasumsikan di sini bahwa harga barang B tetap, berarti dengan berkurangnya jumlah barang B yang dibeli berarti juga uang yang dibelikan barang B jumlahnya berkurang,
Bila PA turun sedangkan TO nya naik berarti barang A mempunyai permintaan yang elastis ( ℓ >1 ), demikian pula untuk barang inferior dan barang giffen, dengan cara sama (analog) dapat dicari elastisitas permintaannya.
Pertukaran (Exhange)
Untuk pertukaran ini dapat dianalisa dengan menggunakan pendekatan Indifference dengan teori Edgeworth box diagram.
Gambar 5.11
QA B 14 12 10 8 6 4 2 0 K QB 12 2 10 4 6 H 8 G L 4 1 10 3 F 2 2 IC2L 12 3 IC1L Q3 0L 2 3 4 6 8 10 12 14 A QAOleh karenanya konsumen L mau melepaskan lebih banyak barang B untuk memperoleh satu (1) unit tambahan barang A dari pada yang diperlukan K untuk mendorong K melepaskan barang A. dalam keadaan semacam ini akan timbul pertukaran.
Pada titik F merupakan titik mula, bila L mengikuti IC ke bawah, L tidak akan rugi karena total utilitynya tetap meskipuns dia mengurangi B dan menambah A. Tetapi bagi K total utility akan naik karena dia berada pada IC yang lebih tinggi. Pertukaran akan terus dilakukan sampai pada titik G. Bila
akan berkurang, sehingga K tidak mau hal ini terjadi. Maka pertukaran akan berhenti pada titik G dimana MRSAB untuk L = MRSAB untuk K. Bagi individu K bila mengikuti I C2 maka analog akan berhenti pada titik H. Jadi titik G dan H adalah kemungkinan berhentinya pertukaran. Namun bukan berarti titik G dan H adalah titik akhir dari pada pertukaran antara individu K dan L, sebab hanya satu pihak saja yang beruntung. Maka akan didapatkan suatu titik dimana K dan L saling mendapatkan keuntungan yang maksimum. Yaitu pada titik persinggungan antara IC untuk L dan IC untuk K.
Titik F, G, H bila dhubungkan akan merupakan apa yang disebut dengan contract curve, yaitu kurve yang menghubungkan titik-titik dimana MRSAB bagi L = MRSAB bagi K.
Aplikasi
Seseorang akan membelanjakan dan menyimpan uangnya.
Gambar 5.12.
M N M R M1 M3 G L IC2 IC M2 0 A1 A3 A2 APada gambar di atas, apabila konsumen tersebut membelanjakan incomenya pada 0A1 maka uang yang dibelanjakan adalah MM1 dan yang dipegang adalah OM1. Missal harga , tetapi diarasa oleh pemerintah
Untuk meringankan beban masyarakat tersebut pemerintah mempunyai dua pilihan yaitu berupa pemberian subsidi uang atau harga barang A, caranya:
1. Membuat harga lebih murah, yaitu memberikan subsidi PA kepada masyarakat yang berarti pemerintah menanggung sebagian harga A. 2. Subsidi itu berupa uang yaitu dengan jalan memberikan uang pada
masyarakat.
Permasalahan yang ada yaitu mana yang lebih menguntungkan bagi pemerintah dalam pemberian subsidi tersebut. Dan bagi masyarakat tingkat kepuasan yang diperoleh akan sama dalam penerimaan subsidi tersebut, baik berupa uang maupun harga.
1. Misalnya subsidi harga sebesar 50 %, maka konsumen beranggapan bahwa harga A turun sebesar 50 % maka bergeser menjadi dan tingkat kepuasan akan berubah juga dan membeli A sebanyak OA2. Apabila tidak ada subsidi dari pemerintah, konsumen harus mengeluarkan uang sebanyak MM2, namun karena ada subsidi maka uang yang dibelanjakan sebesar MM3.
Dengan pemberian subsidi harga 50 % berarti pemerintah menanggung setengah dari harga A tersebut, dan bagi konsumen berarti harga sekarang menjadi setengahnya, dengan demikian budget line akan bergeser kekanan dan equilibrium baru terjadi di titik L, dimana pada equilibrium yang baru ini konsumen membeli A sebanyak OA2. Apabila konsumen tidak disubsidi harga maka dia/konsumen akan mengeluarkan uang sebesar MM2, tetapi karena mendapat subsidi harga dia hanya mengeluarkan uang sebesar MM3. Jadi subsidi pemerintah sebesar MM2 – MM3 = M3M2 = LH, yang secara keseluruhan untuk membeli OA2.
2. Apabila pemerintah memberikan subsidi berupa uang.
Pemerintah memberi subsidi uang pada konsumen yang tingkat kepuasannya akan sama dengan apabila konsumen tersebut diberi subsidi harga.
Subsidi uang sebesar MN.
Subsidi uang akan sebesar MN = RG < LH. Subsidi harga akan sebesar M2M3 = LH
Bila diperhatikan LH > RG. Dari ini dapat dikatakan bahwa subsidi uang akan lebih murah bila dibandingkan dengan subsidi harga. Berarti lebih baik pemerintah memberikan subsidi uang. Dengan cara sama hal di atas dapat diterapkan pada majikan/pengusaha pada buruhnya.
Kurve Permintaan dan Curve Engel
Kurve permintaan adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik yang menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen mau membeli pada berbagai kemungkinan harga. Sedangkan kurve engel menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang konsumen mau membelinya pada berbagai tingkat income. Terdapat tiga tipe dari pada Engel Curve.
1. Untuk barang normal Gambar 5.13 Y E.C Y3 Y2 Y1 0 A1 A2 A3 A
Semakin meningkat pendapatan (Y), maka semakin meningkat pula jumlah barang A yang dibeli.
2. Untuk barang-barang hiburan/lux Gambar 5.14 Y Engel Curve Y4 Y3 Y2 Y1 0 A1 A2 A3 A4
Semakin meningkat pendapatan seseorang maka kelebihan untuk hiburan/barang lux semakin meningkat.
3. Untuk barang-barang kebutuhan pokok
Gambar 5.15
Y EC Y4 Y3 Y2 Y1 0 A1 A2 A3 A4Misalnya untuk bahan pangan. Untuk barang-barang kebutuhan pokok tertentu, bertambahnya tingkat pendapatan (Y) mula-mula akan menambah jumlah A, tetapi dengan terus bertambahnya barang yang dikonsumir (A) akan semakin berkurang proporsinya.
A/UT
Atau makin lama prosentasenya makin turun dengan semakin bertambahnya tingkat pendapatan. Bahkan mungkin pada suatu titik tertentu akan menghentikan permintaan terhadap barang A tersebut.
BAB VI
TEORI PRODUKSI
T
eori produksi memberi dasar untuk menganalisa ongkos-ongkos produksi dan penawaran dari pada barang-barang tertentu. Teori produksi juga menjadi dasar dari unsur-unsur pokok untuk menganalisa penentuan harga sumber produksi, tenaga kerja, alokasi sumber-sumber dan pembagian produksi ekonomi. Dalam banyak hal teori teori produksi sejajar dengan teori permintaan konsumen. Individual Firm (Perusahaan Perseorangan) akan menggantikan konsumen individual.Memaksimum produksi menggantikan memaksimum kepuasan. Pada dasarnya teori produksi/fungsi produksi adalah menjelaskan hubungan phisik antara input dan output. Sedangkan produksi adalah perpindahan/transformasi dari input ke output. Dalam permintaan tersebut terjadilah proses produksi.
Macam Waktu dalam Menganalisa Teori Produksi
Di dalam masalah tentang teori produksi dari pada sebuah perusahaan dimana produsen bertindak rasional, biasanya dikenal tiga waktu yang berbeda untuk menganalisa, yaitu :
1) Very Short Run (Jangka waktu yang pendek sekali) 2) Short Run (Jangka pendek)
3) Long Run (Jangka panjang)
1) Very Short Run
sempat merubah variable inputnya. Jangka waktu ini tidak dapat ditetapkan seperti waktu sehari-hari, karena tergantung dalam waktu produksi.
Karena tidak dapat menambah outputnya maka kurve supply nya pun tetap dan bersifat inelastis sempurna dan harga ditetapkan sepenuhnya oleh permintaan. Dalam keadaan inelastis maka apabila harga barang bersangkutan naik maka total revenue nya akan naik.
Gambar 6.1 P S P3 P2 D3 D2 P1 D1 0 Q1
Keadaan supply inelastis sempurna ( E = 0 ) berapapun tingkat harganya, jumlah yang ditawarkan tetap pada Q1. Sebagai contoh keadaan ini misalnya seorang nelayan yang menjual hasilnya ke pasar, walaupun harganya naik tetapi tidak dapat menambah supply nya.
2) Short Run
Yaitu jangka waktu dimana produsen dapat merubah output nya karena faktor produksi dapat dirubah walaupun tidak seluruhnya, artinya masih ada factor produksi yang tetap.
3) Long Run
Yaitu merupakan jangka waktu dimana produsen dapat merubah output nya karena faktor-faktor produksinya dapat dirubah. Dalam long run ini semua faktor produksi dapat dirubah (bersifat variabel).
Cara Dalam Menjelaskan Teori Produksi
Teori Produksi dapat dijelaskan melalui dua macam cara :
1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi yaitu merupakan suatu hubungan fungsional secara phisik antara input dengan output pada satuan waktu tertentu.
A = F (a, b, c, ……… ) A = Output
Dimana :
A, b, c, …….. = input
Output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan tergantung pada : a. Banyaknya sumber-sumber yang dipakai serta perbandingan
kombinasinya b. Teknik produksinya
Di dalam fungsi produksi apabila salah satu factor produksi dinaikkan dengan kenaikan yang sama persatuan waktu, maka total product (TP) akan bertambah, tetapi sampai suatu titik tertentu bertambahnya output akan semakin berkurang. Apabila salah satu faktor produksi ada yang tetap maka akan berlaku Law of diminishing return/ the law of variable proportion. Misalnya A = F (a, b, c, ………….). Pada persamaan di atas, input a diartikan dengan keinginan yang sama persatuan waktu, sedangkan input lainnya tetap, maka output total (TP) akan bertambah, tetapi sampai suatu titik tertentu bertambahnya output ini akan semakin berkurang.
Gambar 6.2
TP
B
TP
A
0 Labour
Kurve di atas adalah merupakan kurve maksimum, yaitu kurve yang menunjukkan hasil yang maksimum dari kombinasi dua input. Pada titik A adalah merupakan MPP maksimum. Sedangkan titik B adalah batas dari MPP yang semakin menurun. Untuk menggambarkan keadaan stage yang ada di dalam fungsi produksi dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 6.1
TANAH
TENAGA
KERJA
T.P
LMPP
LAPP
LSTAGE
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 3 7 12 16 19 21 22 22 21 18 …….. 3 4 5 4 3 2 1 0 -1 -3 0 3 3,5 4 4 3,8 3,67 3 1/7 2 ¾ 2 1/3 1 4/5 Stage I Stage II Stage IIIMPPL adalah suatu tambahan produksi yang diakibatkan karena tambahan satu satuan unit input, dalam hal ini adalah tenaga kerja.
MPPL = marginal physical product of linear.
=
=
APP
L= Average physical product of labour
TP Total Product
= ---- = ---
QL Quantita input
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada waktu tambahan tenaga kerja menjadi 3 unit, maka berlaku law of diminishing return. Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram lengkap dengan stage-stagenya sebagai berikut
:
Gambar 6.3
TP
22
21 C
20
19
18
17
16
15 B
14 I II III TP
13
12
11
10
9 A
8
7
6
5
4
3
2
1
0 TK/Ha.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tanah
APP
LGambar 6.4
MPP
L6
5
4
3
2
1 AP
L0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TK/Ha
MPP
LTanah
Pada OA (gambar 6.3), dimana MPPL masih naik, disebabkan karena jumlah input variabel yang dipakai adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan input yang tetap (fixed). Dengan input variable yang terus ditambah maka total product akan terus bertambah dengan tambahan yang semakin besar. Tetapi lewat titik A dengan pertambahan input variable dengan satuan yang sama mengakibatkan tambahan total product (TP) semakin berkurang.
Apabila input variable terus ditambah, maka TP akan mencapai maksimum pada titik C dimana MPPL = 0. Di sini akan terjadi pengangguran yang tidak kentara. Apabila TP sudah maksimum, input variable masih ditambah terus maka TP akan semakin berkurang atau MPPL menjadi negatif.
Tahapan Dalam Fungsi Produksi
Di dalam fungsi produksi dibagi dalam tiga stage/tahapan. Pembagian ini didasarkan pada penggunaan input tertentu, sedangkan efisiensi ditunjukkan/diukur dengan AP.
1. Stage I ditandai dengan APL yang naik, berarti efisiensi tenaga kerja terdapat di sini. Disamping itu nampak pula efisiensi dari pada input tetap (Land) menaik. Dengan kata lain pada Stage I ini ditandai oleh kenaikan efisiensi di dua input (dalam hal ini tanah dan tenaga kerja). 2. Stage II. Pada stage ini ditandai oleh effisiensi tenaga kerja yang semakin
berkurang ( APPL semakin turun), MPPL berkurang tetapi masih positif, sehingga TP masih naik dan effisiensi tanah masih terus bertambah. 3. Stage III. Ditandai dengan effisiensi tenaga kerja yang berkurang , MPPL
berkurang dan sudah negatif, dimana TP akan berkurang. Di sini effisiensi tanah dan tenaga kerja keduanya berkurang.
Di dalam pembicaraan mengenai stage ini, kita akan menunjukkan stage mana yang merupakan stage yang terpenting, yaitu stage II yang letaknya antara stage I dan III. Stage II dikatakan stage yang terpenting, sebab :
Seandainya faktor produksi tanah konstan tidak mempunyai harga, maka dimana produksi akan dijalankan ?
Produksi akan dijalankan sampai dimana facktor tenaga kerja yang tidak gratis paling efisien, yaitu pada perbatasan antara stage I dan II dimana APL maksimum atau kombinasi tenaga kerja dan tanah yang menimbulkan efisiensi tenaga kerja yang maksimum terletak antara batas stage I dan II.
Bila keadaannya dibalik, yaitu faktor produksi tanah dibeli sedangkan tenaga kerja tidak dibeli maka sampai seberapa jauh faktor produksi digunakan ?
Faktor produksi tanah akan digunakan sampai dimana efisiensi tanah itu paling tinggi. Dalam hal ini efisiensi tanah yang paling tinggi yaitu perbatasan antara stage II dan III atau dengan kata lain kombinasi labour dan land yang menimbulkan efisiensi land yang terbesar terletak pada garis batas.
Perbatasan antara stage I dan III serta stage II dan III disebut efisiensi margin dan intensif margin, dimana produksi akan dijalankan tergantung perbandingan harga tenaga kerja dan tanah. Apabila harga tenaga kerja relatif mahal daripada harga tanah maka produksi akan lebih mendekati stage I dan stage II. Apabila harga tanah relatif lebih mahal dari pada harga tenaga kerja maka produksi akan mendekati stage II dan stage III. Berarti di sini produksi terjadi pada stage II.
2. Isoquant Curve
Produksi dengan dua input variable, melalui Isoquant curve dan Isocost approach. Pendekatan melalui Isoquant curve dan Isocost curve ini pada dasarnya hampir sama dengan pendekatan tradisional terdahulu yaitu menerangkan tentang prinsip yang menjadi dasar bagi ongkos-ongkos, penentuan harga dan
penggunaan sumber-sumber serta alokasinya dan pembagian produk. Jadi pendekatan ini adalah merupakan alternatif bagi pendekatan tradisional.
Isoquant adalah berbagai macam koordinasi dari dua input dalam suatu perusahaan yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Sebagai contoh dalam penggambaran baiklah di sini dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 2
ISOQUANT I ISOQUANT II ISOQUANT III
a B A b a B 2 11 4 13 6 15 1 8 3 10 5 12 2 5 4 7 6 9 3 3 5 5 7 7 4 2,3 6 4,2 8 6,2 5 1,8 7 3,5 9 5,5 6 1,6 8 3,2 10 5,3 7 1,7 9 3,4 11 5,4
Dari tabel di atas dapat digambarkan Isoquant sebagai berikut :
Ciri-Ciri dari Isoquant Curve
Isoquant curve mempunyai cirri yang identik dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh indifference curve, diantaranya :
1.
Pada daerah yang relevant mempunyai slope yang negative2.
Cembung kearah origin3.
Tidak pernah berpotongan satu sama lain4.
Semakin menjauhi origin, kapasitas produksi makin besar.Pada gambar 6.5 terlihat garis X dan Y, keduanya merupakan garis batas daerah relevant atau disebut dengan Ridge line. Kedua garis tersebut masing-masing menghubungkan titik-titik dimana isoquant-isoquant itu vertical, yaitu pada saat MPPa dan MPPb masing-masing sama dengan nol dan MRTSab adalah tidak terhingga.
Isocost dan Least Cost Combination
1. Isocost menunjukkan besarnya total outly yang akan sama untuk berbagai kombinasi dan input a dan b yang dibeli oleh sebuah firm persatuan waktu tertentu.
Slope dari Isocost =
Pada gambar 6.5 ditunjukkan :
Isocost I yaitu sepanjang garis : -- Isocost II yaitu sepanjang garis : --
Isocost identik dengan budget line pada konsumen yang membeli barang barang konsumsi.
2.
Least Cost Combination dari faktor-faktor produksi
Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh suatu firm yang sedang mengeluarkan ongkos tertentu adalah bagaimana mencapai
isoquant-isoquantnya, yaitu mencapai jumlah produk yang terbesar dari pengeluaran ongkos tertentu untuk membeli sumber-sumber.
Pada gambar 6.5. Dengan biaya yang tersedia sebesar TO1 dapat diperoleh produk sebanyak yang ditunjuk oleh titik D dan pada total pengeluaran sebesar TO2 diperoleh produk sebanyak yang ditunjukkan oleh titik N dan dengan TO3 produk sebesar yang ditunjukkan oleh titik K.
Pada titik-titik D, N, K menunjukkan keadaan dimana kombinasi input a dan b dapat menghasilkan output dengan perhitungan biaya paling rendah. Bila titik-titik tersebut dihubungkan maka akan merupakan Expantion Path, yaitu garis yang menghubungkan semua titik equilibrium (Least Cost Resource Combination).
BAB VII
BEAYA PRODUKSI
D
i dalam suatu produksi ada berbagai macam beaya produksi, yaitu :1.
Alternative CostAlternative cost adalah beaya yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan dimana beaya produksi adalah sama dengan nilai sumber-sumber produksi yang digunakan dengan cara yang lebih baik.
2.
Implicit dan Explicit CostImplicit cost adalah biaya dari sumber-sumber produksi yang dipunyai sendiri oleh perusahaan dan sering beaya ini diabaikan dalam menghitung biaya produksi. Misalnya gaji dari perusahaan perseorangan, juga investasi dan peralatan yang dipunyai sendiri. Explicit Cost adalah pengeluaran-pengeluaran yang benar-benar dikeluar kan oleh sebuah perusahaan.
Misalnya : pengeluaran untuk bahan mentah, gaji pegawai, bermacam - macam ongkos tetap dan penyusutan dan sebagainya.
Beaya dan Waktu
Di dalam masalah beaya terdapat pembagian juga, yaitu adanya beaya : 1. Jangka pendek
2. Jangka panjang
Ongkos produksi jangka pendek, apabila sebuah perusahaan dapat menaikkan output nya dengan perubahan sumber-sumber variabel dan masih
dan variabel cost. Fixed cost dihubungkan dengan input yang tetap, misalnya sewa gedung setiap bulan. Sedangkan variabel cost adalah beaya yang dihubungkan dengan input yang variabel, misalnya bahan mentah, gaji pegawai dan sebagainya.
Curve Ongkos Jangka Pendek
Di dalam jangka pendek terdapat beaya tetap (FC) dan beaya variabel (VC). Selanjutnya beaya total (TC) akan sama dengan penjumlahan dari keduanya yaitu TC = TVC + TFC.
- TFC adalah beaya-beaya yang dikeluarkan persatuan waktu tertentu untuk sumber-sumber yang tetap, terlepas dari pada output atau jumlah produksi dari pada firm.
- TVC adalah ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk sumber-sumber yang variabel dan beaya ini harus naik apabila output dari sebuah perusahaan dinaikkan. Hal ini disebabkan karena apabila output dinaikkan maka membutuhkan sumber-sumber variabel yang lebih banyak. Ongkos ini mempunyai sifat yang tertentu yaitu sampai pada suatu tingkat output tertentu pertambahannya berkurang apabila output bertambah.
Lewat output tertentu tersebut pertambahannya akan semakin bertambah. Tabel 7.1 Q TFC TVC TC 0 60 0 60 1 60 30 90 2 60 40 100 3 60 45 105 4 60 55 115 5 60 75 135 6 60 120 180