• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TERTULIS YANG DIGUNAKAN KOMUNITAS TULI. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TERTULIS YANG DIGUNAKAN KOMUNITAS TULI. Skripsi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TERTULIS YANG DIGUNAKAN KOMUNITAS TULI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Phieter Angdika

174114008

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

iv MOTTO

Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh seseorang

niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak

akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan

cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai

derajat tersebut,” (HR Abu Dawud)

Kindness is the language where the deaf can hear and

the blind can see (Mark Twain)

Tanpa bahasa, hidup kita hampa. Bumi kaya akan

bahasa termasuk bahasa Isyarat (Penulis)

(3)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orangtua saya. Ketika dunia menutup pintunya pada saya, ayah dan ibu membuka lengannya unutk saya. Ketika orang-orang menutup telinga mereka untuk saya, mereka berdua membuka hati untukku. Terima kasih karena selalu ada untukku.

2. Skripsi ini merupakan persembahan istimewa untuk orang yang saya cintai. Terima kasih atas dukungan, kebaikan, perhatian dan kebijaksanaan. Terima kasih karena memberi tahu saya acara hidup dengan jujur dan bahagia.

3. Bapak dan Ibu Dosen, kini mahasiswamu telah genap menjadi sarjana. Tentu ada banyak kejutan hidup yang menantiku di depan sana. Seluruh bekal ilmu yang pernah kau bagikan semoga menjadi modal unutk menjawab tantangan di masa mendatang. Untuk semua kemarahan, kritikan, dan tuntutan yang diberikan, aku mengucapkan banyak terima kasih. Semoga kebaikan juga selalu menyertaimu.

(4)

viii ABSTRAK

Phieter Angdika, 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia tertulis yang digunakan komunitas Tuli. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Latar belakang penelitian ini adalah kesalahan berbahasa Indoneisa tertulis yang digunakan komunitas Tuli. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui faktor yang menyebabkan kesalahan tata bahasa dalam penulisan bahasa Indonesia: (ii) mengetahui alasan perbedaan kemampuan bahasa Indoensia komunitas Tuli dan orang dengar: (iii) mengetahui sistem pembelajaran bahasa Indonesia yang dialami komunitas Tuli pada sekolah luar biasa.

Penelitian ini menggunakan teori dasar yaitu (i) keterampilan menulis: (ii) nomina dan numerlia; (iii) kata tugas; (iv) kalimat; (v) hubungan antar kalusa: (vi) wacana. Objek penelitian adalah 10 informan Tuli yang lulusan sekolah umum dan 10 informan Tuli yang lulusan sekolah luar biasa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner, lembar karangan cerita dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif dengan kualitatif dan metode komparatif.

Hasil penelitian ini meliputi (i) hasil perhitungan kesalahan dari 10 informan yang lulusan sekolah umum sebesar 37,14%, sedangkan kesalahan dari 10 informan yang lulusan sekolah luar biasa sebesar 62,28%. Data-data dari informan yang lulusan dari sekolah luar biasa (SLB) sering ditemukan kesalahan bahasa: (ii) hasil penelitian ini adalah paling banyak penggunaan bahasa Indonesia tertulis dari yang lulusan sekolah umum lebih bagus dan tepat daripada yang lulusan sekolah luar biasa (SLB).

Kata kunci: kesalahan berbahasa Indonesia, Tuli, masalah sistem pembelajaran bahasa Indonesia, sekolah luar biasa.

(5)

ix ABSTRACT

Phieter Angdika, 2020. “An Analysis of Errors in the Written Indonesian of Deaf Community”. Indonesian Study Program, Faculty of Humanities, Sanata Dharma University

This research paper is related to the error in the written Indonesian language produced by the deaf people. This study aims to determine the factors that cause grammatical errors in writing Indonesian, to find out the reasons why deaf people have different skills in comparing to hearing people in writing Indonesian, and to know the Indonesian language learning system experienced by the deaf people during studying in special schools.

This research used basic theories, such as writing skills; nouns and numerals; word assignment; sentence; the relationship between clauses; and discourse. The deaf informants participated in this study were 10 informants who graduated from public schools and 10 other informants who graduated from special schools. The instruments used in this study were questionnaires, story essay sheets and interviews. Data were anlyzed descriptively with qualitative and comparative methods.

This research reveals that the number of errors from 10 informants who graduated from public schools were 37.14%, while the errors of 10 other informants who graduated from special schools were 62.28%. From the data of the number of errors produced by all informants, it can be seen that the informants from special schools often made errors. Therefore, the informants from public school have better results than those from special schools in writing Indonesian.

Keywords: Indonesian language errors, deaf, the problems of Indonesian Language learning system, special schools

(6)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAH ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 9

(7)

xv

1.8 Sistematika Penyajian ... 33

BAB II ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN KARYA KOMUNITAS TULI ... 35

2.1 Pengantar ... 35

2.2 Kesalahan Ejaan ... 36

2.3 Kesalahan Penggunaan Kata dan Frasa ... 40

2.4 Kesalahan Kalimat ... 46

2.5 Kesalahan Penyusunan Paragraf ... 49

BAB III FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN BERBAHASA DALAM KOMUNITAS TULI ... 51 3.1 Pengantar ... 51 3.2 Faktor Pendidikan ... 52 3.3 Faktor Lingkungan ... 55 BAB IV PENUTUP ... 59 4.1 Kesimpulan ... 59 4.2 Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN ... 64

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara umum, mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari. Perlu dicatat, bahwa kata mayoritas ini menggarisbawahi golongan masyarakat dalam kelompok ras, agama, suku, dan kondisi disabilitas, pun minoritas juga terlingkup di dalamnya. Khusus kelompok masyarakat dengan kondisi disabilitas, tidak semua masyarakat di Indonesia mengetahui tentang disabilitas. Undang-undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pasal 1 berbunyi “Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang berinterkasi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdsaran kesamaan hak”.

Selain definisi disabilitas, undang-undang tersebut juga menguraikan kategori disabilitas, yaitu penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas mental dan penyandang disabilitas sensorik. Kategori disabilitas sensorik dibagi menjadi tiga jenis gangguan, yaitu gangguan penglihatan yang jamak disebut tunanetra atau buta, gangguan wicara, dan gangguan pendengaran atau Tuli. Kelompok Tuli ini berbeda dengan kelompok disabilitas yang lain, dengan keunikan mereka menggunakan bahasa Isyarat sebagai sarana komunikasi sehari-hari dengan modalitas gerak visual yang berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang menggunakan modalitas verbal. Tetapi

(9)

dengan bahasa yang mereka gunakan ini memengaruhi mereka dalam menggunakan bahasa lisan yang memiliki perbedaan modalitas dengan bahasa isyarat.

Pada zaman sekarang, Indonesia mengalami berbagai kemajuan berkomunikasi dengan adanya penggunaan gawai untuk telepon, mengirim pesan singkat, internet dan media sosial. Aktivitas di media sosial ini merupakan aktivitas produksi bahasa secara lisan dan tertulis, dan masyarakat Tuli juga tak luput dari aktivitas berbahasa di dunia maya. Namun, masyarakat Tuli ini mengalami masalah berbahasa dalam kegiatan maya mereka. Masalah berbahasa yang sering dijumpai di antaranya penggunaan tata bahasa Indonesia tulis yang tidak sesuai, misalnya penulisan kata yang terbolak-balik yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia sehingga sukar dipahami. Pemilik sosial media Tuli bisa mengekspresikan dengan menulis bahasa Indonesia tetapi tidak sadar yang benar dalam tata bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan singkat, banyak Tuli mengeluh karena belum ada respon atau membalas komentar atas status mereka yang dipasang di media sosial.

Sistem eksklusivitas dalam pendidikan di Indonesia juga memperburuk kondisi ini, sehingga kemampuan berbahasa ekspresif seorang Tuli yang tertuang dalam media isyarat dan media tulis belum dapat mencapai hasil yang maksimal dikarenakan lingkungan sekitar yang memengaruhi kemampuan berbahasa ekspresif belum potensial dan tidak mendukung penguasaan dan pengayaan bahasa seorang Tuli (Lintangsari 2014:62). Hal ini dikarenakan belum ada pemahaman bahwa bahasa Tulis dan bahasa Isyarat memiliki tata bahasa yang berbeda.

(10)

Dalam kehidupan sehari-hari, komunitas Tuli menggunakan bahasa Isyarat yang berbeda dengan bahasa Indonesia dari segi tata bahasa. Bahasa Isyarat diproduksi melalui gerakan tangan (gestur) dan dipersepsi melalui alat penglihatan (visual). Masyarakat Tuli Indonesia ada dua bahasa isyarat, yaitu Bahasa Isyarat (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, tetapi yang merupakan bahasa isyarat alamiah adalah BISINDO (Isma, 2018:10). Variasi bahasa isyarat yang digunakan di pusat kota di seluruh kepulauan ini dinamakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) oleh Gerakan untuk kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) (Palfreyman, 2015: 4). Riset sosiohistorik menunjukkan bahwa BISINDO telah digunakan di Indonesia setidaknya sejak awal tahun 1950-an maka umurnya BISINDO sekitar 60 tahun (Palfreyman, 2014: 130). Tuli mengangkat eksistensi Bisindo sebagai bagian dari Budaya Tuli yang menimbulkan kebanggaan akan identitas diri. (Gumelar, Hafiar, dkk, 2018:67)

Di sisi lain, SIBI diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1997 dalam bentuk kamus. Kosakata dalam kamus SIBI diambil dari beberapa yayasan dan organisasi pendidikan Tuli mengindikasikan bahwa kosakata tersebut diadaptasi dari ASL karena yayasan dan organisasi tersebut mengunakan ASL dalam kegiatan belajar-mengajar. Pola kalimat dalam SIBI pun mengikuti pola kalimat bahasa Indonesia. (Isma, 2018: 8). Dalam isyarat SIBI kata “pembangunan” dan “penggangguran” disampaikan dengan tiga bagian, pertama isyarat “pem-”, “bangun” dan “-an”. Isyarat “bangun” yang digunakan pada kata “pembangunan” menunjukkan seperti isyarat baru bangun tidur, pada l

(11)

tidak ada kaitannya bangun tidur dengan kata yang dimaksud (Gumelar, Hafiar, dkk., 2018: 75).

Jika dibandingkan dengan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), contoh kata pembangunan diproduksi dalam Bisindo menghasilkan isyarat yang berbeda dengan isyarat SIBI, baik dari segi pembentukan kata maupun pembentukan makna. Dari kata dasar bangun itu sendiri jika diisyaratkan dalam Bisindo memiliki beragam konsep makna. Jika kata dasar bangun ini mendapat imbuhan dalam bahasa Indonesia, secara otomatis gerakan isyarat yang diproduksi akan berbeda karena perubahan konsep makna yang mengikuti perubahan pembentukan kata. Misalnya kata bangun dengan imbuhan pe-…-an dan imbuhan me-…-kan memiliki gerakan isyarat yang berbeda karena konsep makna yang berbeda. Dan tidak hanya itu, Bisindo sendiri memiliki variasi bahasa antarsatu daerah dengan daerah yang lain.

Perbedaan bahasa isyarat sangat penting di Indonesia agar komunitas Tuli dapat mengakses konsep dan pemikiran mereka masing-masing sehinga dapat meraih kesetaraan dan dapat mengerti bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena adanya perebdaan tata bahasa, pengaruh sangat besar pada Tuli untuk menulis Bahasa Indoensia dengan benar. Banyak Tuli dibilang bodoh atau tidak bisa menulis dengan benar dikarenakan minimnya pengetahuan para guru dan ahli pendidikan tentang bahasa isyarat (Wijaya, 2018:11). Adanya berbagai aksi protes oleh Tuli di berbagai daerah menutut penggunaan bahasa isyarat yang efektif bagi mereka. Karena SIBI tidak efektif bagi Tuli dalam pembelajaran di sekolah luar biasa. Tetapi perspektif guru SLB bahwa

(12)

SIBI efketif bagi Tuli untuk meningkatkan bahasa Indonesia lebih baik. Salah satu

aksi mereka yaitu membuat petisi, yaitu

http://www.change.org/id/petisi/kementerian-pendidikan-dankementerian-sosial-pengakuan-bahasa-isyarat-indonesia-bisindo.

Gumelar, Hafiar dan Subekti (2018:66) menyatakan bahwa Tuli yang mengalami kesulitan menggunakan SIBI banyak memilih mengunakan Bisindo sebagai bahasa interkasi mereka. Alasannya, Bisindo meruapakn bahasa isyarat alami budaya asli Indonesia yang dengan mudah dapat digunakan dalam pergaulan isyarat Tuli sehari-hari. Mursita (2015:229) memaparkan tentang hasil respon SIBI dan BISINDO adalah responden menjawab sangat setuju dengan menggunakan BISINDO (48%) dan setuju (43%) dibanding dengan menggunakan SIBI yang sangat setuju (2%) dan setuju (6%).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa saja jenis-jenis kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan karya komunitas Tuli?

1.2.2. Apa saja faktor penyebab kesalahan bahasa Indonesia dalam karangan karya komunitas Tuli?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Menjelaskan jenis-jenis kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan karya komunitas Tuli.

(13)

1.3.2 Menjelaskan faktor penyebab kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan karya komunitas Tuli.

1.4 Manfaat hasil Penelitian 1.4.1 Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan langsung tentang kemampuan bahasa Indonesia Tuli.

1.4.2 Bagi pendidik dan calon pendidik

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran, khususnya tentang cara mengembangkan kemampuan sains.

1.4.3 Bagi pengguna bahasa Indonesia Tuli

Pengguna bahasa Indonesia Tuli sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara mengoreksi dan kesadaran dirinya.

1.4.4 Bagi aktivis Tuli

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan langsung tentang situasi komunitas Tuli dengan kemampuan bahasa Indonesia itu digunakan untuk menunjukkan bukti ilmiah kepada pemerintah dan kemendikbud.

1.4.5 Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dan menyusun program pembelajaran serta menetukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan sains anak.

(14)

Hasil penelitian ini akan ditujukan kepada pemerhati pendidikan, dinas pendidikan, kementerian pendidikan dan kebudayaan (KEMENDIKBUD), calon guru pendidikan luar biasa (PLB) dan masyarakat bertujuan mengetahui penyebab-penyebab, perkembangan dan kemampuan bahasa Indonesia yang digunakan komunitas Tuli.

1.5 Tinjauan Pustaka

Bahasa tertulis merupakan sebuah tata bahasa yang terikat pada aturan-aturan kebahasaan, seperti adanya ejaan, susunan, sistematika, dan teknik-teknik penulisan. Apabila siswa tidak memenuhi aturan-aturan kebahasaan tertulis, terjadilah kesalahaan kebahasaan. Salah satu kesalahan kebahasaan tertulis yang masih sering dilakukan siswa adalah kesalahan sintaksis (Istinganah, 2012:3).

Di sisi lain Kusumaningsih, Astriyanti, dan Ramadhiyanti (2017:131) menjelaskan bahwa analisis kesalahan sintaksis juga memiliki manfaat sebagai alat untuk mengukur kemampuan berbahasa peserta didik pada umumnya. Hasil dari analisis kesalahan sintaksis ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menerangkan bagian-bagian kesalahan sintaksis yang sering dilakukan mahasiswa, sehingga untuk selanjutnya kesalahan yang serupa dapat dikurangi.

Adapun Setiawan (2016:25) menjelaskan bentuk pengaruh tersebut misalnya terjadinya kesalahan berbahasa, yaitu penyimpangan/pelanggaran bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik kesalahan pemilihan kata, struktur, maupun gramatikal. Kesalahan-kesalahan ini wajar dialami oleh setiap penutur yang berdwibahasa, karena tidak seorang pun dari orang yang

(15)

berdwibahasa yang tidak melakukan kesalahan berbahasa. Dengan demikian, kesalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan oleh para dwibahasawan.

Anjarsari, Suwandi dan Mulyono (2013: 8) juga pernah membahas mengenai faktor-faktor penyebab kesalahan pemakaian bahasa Indonesia yang di dalamnya dibagi menjadi dua macam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kurangnya motivasi, potensi, dan latar belakang bahasa. Sementara faktor eksternal terdiri dari pembelajaran yang belum sempurna dan masa belajar yang singkat.

Berdasarkan tinjauan literatur yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penelitian contoh kesalahan bahasa dan faktor-faktor kesalahan bahasa telah banyak dilakukan. Ketiga tinjauan menggunakan pendekatan kesalahan bahasa, sedangkan tinjauan keempat memaparkan faktor-faktor penyebab kesalahan bahasa. Berfokus pada kesalahan berbahasa Indonesia tertulis di kalangan masyarakat, belum ditemukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikatakan sebuah pembaruan.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai umat manusia. Menurut pendapat Abbas (2006), keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Keterampilan menulis karangan atau

(16)

mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (Haryadi & Zamzani, 1996).

1.6.2 Kesalahan Berbahasa

a. Pengertian Kesalahan Berbahasa

Menurut KBBI, kesalahan berbahasa disebabkan adanya kekeliruan dan kealpaan. Kesalahaan (error) merupakan penyimpangan yang dapat disebabkan kompetensi belajar, sehingga kesalahan-kesalahan itu biasanya bersifat sistematis dan konsisten pada tempat-tempat tertentu. Kekeliruan (mistake) merupakan penyimpangan-penyimpangan pemakaian kebahasaan yang sifatnya hanya incidental, tidak sistematis, tidak terjadi pada daerah-daerah tertentu (Istinganah, 2012:29).

Di sisi lain menurut Musrifah (1999:15) bahwa kekeliruan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang disebabkan oleh ketidaktahuan si pemakai adalah termasuk kesalahaan. Kata menyimpang, melanggar, khilaf, dan keliru merupakan istilah lain dalam kesalahan berbahasa (Istinganah, 2012:29). Karakteristik yang penting pada kesalahan-kesalahan dan semacamnya itu ialah bahwa pemakai bahasa ketika itu juga menjadi sadar akan kesalahan yang dibuatnya dan dapat mengoreksi dirinya sendiri tanpa bantuan eksternal (Hastuti, 2003).

(17)

Dalam Setyawati (2010), ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut:

1) Terpengaruhi bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pemakai. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.

2) Kekuranganpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya terdapat kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (2) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep.

3) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyakut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan

(18)

urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran

c. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut KBBI (1993), analisis adalah (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya); (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Hal tersebut ditambahkan oleh Musrifah (1999:9), analisis kesalahaan sebagai suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklafikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua. Senada yang diungkapkan oleh Setyawati (2010), analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan tersebut, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.

1.6.3 Nomina, Pronomina, dan Numerlia 1.6.3.1 Nomina

(19)

Alwi, Dardjowidjojo, dkk (2013:221) menjelaskan bahwa nomina, yang sering juga disebut sebagai kata benda dan dapat dilihat dari tiga segi, segi semantis, segi sintaktis, dan segi bentuk, dengan uraian sebagai berikut.

a) Segi Semantis

Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja atau kebangsaan adalah nomina. Tiap kata dalam bahasa mana pun mengadung fitur-fitur semantik yang secara universial melekat pada kata tersebut. Nomina tidak terkecualikan. Contoh kalimat:

Kuda hijau saya merokok selusin jeruk

Berdasarkan contoh di atas, segi sintaksis pada contoh memenuhi semua persyaratan sebagai kalimat. Akan tetapi, dari segi makna atau semantic kalimat tidak bisa diterima karena tidak ada kuda yang berwarna hijau, kalaupun ada, kuda tidak melakukan perbuatan merokok, dan kalaupun ada kuda yang merokok, bukan jeruk yang dirokok.

b) Segi Sintaktis

Uraian tentang nomina dari segi perilaku sintaktisnya berikut ini akan dikemukan berdasarkan posisi atau pemakaiannya pada tataran frasa. Pada frasa nominal, nomina berfungsi sebagai inti atau poros frasa. Bila pewatas frasa nominal itu berada di muka, pewatas ini umumnya berupa numeralia atau kata tugas.

(20)

Contoh: Lima lembar Seorang petani Beberapa sopir

Kalau pewatas berada di belakang nomina, frasa nominal dapat berupa urutan dua nomina atau lebih atau nomina yang diikuti oleh adjektiva, verba, atau kelas kata yang lain.

Contoh:

Masalah penduduk Buku catatan Uang saku bulanan Istilah baru

Pola berpikir Rumah kita

Nomina juga digunakan dalam frasa preposisional. Contoh:

Di kantor Ke desa Dari markas

Nomina tunggal ataupun dalam bentuk frasa, nomina dapat menduduki posisi subjek, objek, pelengkap atau keterangan.

(21)

Manusia pasti mati. Masalah penduduk memerlukan penanganan yang serius. Penjarahan bulan Mei tahun 1998 itu memalukan bangsa.

Petani mulai segan bertanam padi. Itu baru merupakan suatu pendapat. Dia menyerupai ibunya.

c) Segi bentuk

Nomina terdiri dari atas dua macam, yakni nomina yang berbentuk kata dasar dan nomina turunan. Penurunan nomina ini dilakukan dengan afiksasi, perulangan atau pemajemukan.

Dasar

Nomina Afiksasi

Turunan Perulangan Pemajemukan 1. Nomina Dasar

Nomina Dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem. Berikut adalah beberapa contoh nomina dasar yang dibagi menjadi nomina dasar umum dan nomina dasar khusus.

a. Nomina Dasar Umum Contoh:

Gambar Meja Rumah

(22)

Malam Minggu

b. Nomina Dasar Khusus Contoh: Adik Atas Batang Bawah Dalam 2. Nomina Turunan

Nomina dapat diturunankan melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

Afiksasi Nomina

Suatu proses pembentukan nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Satu afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber pneurunan dan sumber ini belum tentu berupa kata dasar.

Proses yang sama juga terjadi pada penurunan nomina-nomina lain seperti terlihat dalam contoh-contoh berikut:

a. Darat -> mendarat --- daratan Darat -> mendaratan--- pendaratan

(23)

b. Kosong-> menggosongkan --- pengosongan

c. Satu - kesatuan

Satu -> Bersatu ---- Persatuan Satu -> Menyatukan --- Penyatuan

Karena keterakitan makna merupakan dasar untuk menentukan sumber maka dalam kebanyakan hal tiap nomina turunan mempunyai sumber sendiri-sendiri.

1. Perulangan Nomina

Perulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan kata dengan perulangan. Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok: perulangan utuh, perulangan salin suara, perulangan sebagaian dan perulangan yang disertai pengafiksan.

(1). Perulangan Utuh Contoh: Rumah-rumah Buku-buku Gunung-gunung Burung-burung

(2). Perulangan Salin Suara Contoh:

Warna-warni Corat-coret

(24)

Sayur-mayur Desas-desus Gerak-gerik (3). Perulangan Sebagaian Contoh: Jaksa-jaksa tinggi Surat-surat kabar Rumah-rumah sakit Orang-orang tua

(4). Perulangan yang disertai pengafiksan Contoh:

Bangun-bangunan Main-mainan Padi-padian Batu-batuan

2. Pemajemukan Nomina dan Idiom

Kriteria pemebdaan antara nomina majemuk dengan nomina idiom sama dengan kriteria yang dipakai unutk membedakan verba majemuk dengan verba idiom: pertama, makna nomina majemuk masih dapat ditelusuri secara langsung dari kata-kata yang digabungkan, sedangkan nomina idiom memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari kata-kata yang digabungakan.

(25)

Suami istri Anak cucu Suka duka Ganti rugi Lomba lari

Sebagai bandingan perhatikan idiom berikut. Tanah air Darah daging Sepak terjang Kutu buku Kambing hitam Tangan kanan Kuasa usaha 1.6.3.2 Pronomina

Pronomina adalah sebuah acuan yang dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Terdapat tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya (Alwi, Dardjowidjojo, dkk, 2013:255).

Makna

Persona Tunggal Jamak

(26)

a.) Pronomina Persona

Pronomina Persona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronominal persona pertama), atau mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina kedua) atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina ketiga).

b.) Pronomina Penunjuk

Promina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu promonia penunjuk umum, promonia penunjuk tempat dan promomina penunjuk ihwal.

1. Pronomina penunjuk umum

Pronomina penunjuk umum adalah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Untuk acuan pada yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau, atau pada informasi yang sudah disampaikan, digunakan kata itu.

Contoh:

Pertama Saya, aku, ku-, -ku Kami Kita

Kedua Engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu

Kalian, kamu sekalian, anda sekalian Ketiga Ia, dia, beliau, -nya mereka

(27)

Jawaban itu Lamaran itu Masalah itu Rumusan ini Saya ini Mereka itu

2. Pronomina penunjuk tempat

Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana). Karena menunjuk lokasi, pronominal ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga terdapat di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, dan di/ke/dari sana.

Contoh:

Kita akan bertolak dari sini Barang-barangnya ada di situ Siapa yang mau pergi ke sana? 3. Pronomina penunjuk ihwal

Pronomina penunjuk ihwal dalam bahasa Indonesia adalah begini atau begitu. Tiitk pangkal pembedaannya sama dengan penunjuk lokasi: dekat (begini), jauh (begitu). Dalam hal ini jauh dekatnya bersifat psikologis.

(28)

Dia mengatakan begini Jangan berbuat begitu lagi

Di samping begini dan begitu, ada pula demikian yang artinya mencakup keduanya.

Contoh:

Memang kemarin dia mengatakan demikian

Bagian berikut itu merupakan penjelas, uraian, atau perinician bagian sebelum kata yakni dan yaitu.

Contoh:

Camat wilayah itu, yakni/yaitu Pak Sitepu, masih berkerabat dengan saya.

4. Pronomina Penanya

Pronomina penanya adalah pronominal yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai orang, barang atau pilihan. Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bila brang; dan mana bila suatu pilihan tentang orang atau barang. Ada kata penanya lain, yang, meskipun bukan pronominal. Kata-kata itu mempertanyakan sebab, waktu, tempat, cara, dan jumlah atau urutan. Berikut ini adlaah kata penanya sesuai dengan maknanya di atas. a. Siapa

b. Apa c. Mana

(29)

d. Mengapa, kenapa e. Kapan, bila(mana)

f. Di mana, ke mana, dari mana g. Bagaimana

h. Berapa 1.6.3.2 Numerlia

Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia yaitu numeralia pokok dan numeralia tingkat.

a.) Numeralia Pokok

Numeralia Pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain, Numeralia pokok terbagi menjadi numeralia: pokok tentu, kolektif, distributif, dan pokok tak tentu

a) Numeralia Pokok Tentu 0 --- nol

1 --- Satu 2 --- dua 3 --- tiga

..dan Seterusnya.

b) Numeralia Pokok Kolektif

Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefix ke- yang ditempatkan di muka nomina yang diterangkan.

(30)

Contoh:

Ketiga pemain --- semua pemain dari nomor satu sampai ke nomor tiga Kedua gedung --- baik gedung pertama maupun gedung kedua

Kesepeluh anggota --- anggota nomor 1 sampai 10 c) Numeralia Pokok Distributif

Numeralia Pokok Distributif dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan.

Contoh: Satu-satu Dua-dua Empat-empat

d) Numeralia Pokok tak Tentu

Numeralia pokok tak tentu mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan Sebagian besar numeralia ini tidak menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa.

Contoh: Banyak orang Berbagai masalah Pelabagai budaya Sedikit air b.) Numeralia Tingkat

Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan.

(31)

Kesatu atau pertama Kedua

Ketiga

Numeralia kolektif juga dibentuk dengan ke-, bentuk kedua macam numeralia ini sama. Perbedaannya terletak pada bagaimana masing-masing dipakai.

Contoh:

Kolektif Tingkat

Ketiga pemain Pemain ketiga

Kedua jawaban itu Jawaban kedua itu Kelima anak saya anak saya kelima 1.6.4 Kata Tugas

a. Preposisi

(Alwi, Dardjowidjojo, dkk, 2013:293) Preposisi yang juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna atara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konsisten di belakangnya.

Jika ditinjau dari perilaku sintaktisnya, preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbial sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa preposisional. Dengan demikian, dapat bernetuk frasa preposisional seperti ke pasar, sampai penuh dan dengan segera.

b. Konjungtor

Konjungtor yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang emnghubungkan dua satuan bahasa yang sderajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

(32)

Contoh:

Toni dan Ali sendang belajar matmatika di kamar

Masalah PHK serta penghentian gaji karyawan menarik perhatian Menteri Sosial.

Dia tidak kuliah karena masalah keuangan c. Interjeksi

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran dan jijik.

Contoh:

Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih

Interjeksi kekesalan: brengesk, sialan, buset, keparat Interjeksi kekaguman atau kepuasan, aduhai, amboi, asyik Interjeksi Kesyukuran: Syukur, Alhamdulillah

Interjeksi Harapan: Insya Allah

Interjeksi Keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah Interjeksi kekagetan: astaga, astagfirullah, masyallah Interjeksi ajakan: ayo, mari

Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo Interjeksi simpulan: nah

d. Artikula

Artikula adalah kata tugas yang makna nomina. Dalam bahasa Indonesia adalah kelompok artikula: yang bersifat gelar, yang mengacu ke

(33)

mana kelompok dan yang menominalkan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Artikula yang Bersifat Gelar Contoh:

Sang untuk manusia atau benda unik dnegan maksud untuk meninggikan martabat; kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.

Sri untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.

Hang untuk laki-laki yang dihormati dan pemakainnya tebratas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama

Dang untuk wanita yang dihormati dan pemakainnya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.

- Artikula yang Mengacu ke Makna kelompok

Artikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna kolektif adalah para. Kita dapat bentuk seperti para guru, para petani, dan para ilmuwan.

- Artikula yang Menominalkan

Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makan tunggal atau generik, bergantung pada konteksnya kalimatnya.

Berikut adlaah ikhtisar pemakaian artikula si:

Di depan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat: si Ali, si Toni, si Badu

(34)

Di depan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu atau terkena sesuatu: si pengirim, si alamat, si terdakwa

Di depan nomina untuk dipakai untuk timangan, panggilan atau ejekan; yang disebut itu mempunyai sifat atau mirip seusatu: si belang, si bungsu, si kumis

Dalam bentuk verba yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, bersikukuh, bersimaharajelal, bersikap, bersilengah

Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang: siangit, sibusuk, sidingin, simalakama, siamang, sigasir, sikikih, sikudomba.

1.6.5 Kalimat

Alwi, Dardjowidjojo, dkk (2013:317) menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua ( : ), tanda pisah (-), dan spasi.

a.) Struktur Kalimat dasar

Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Hubungan antara bentuk, kategori, fungsi, dan peran itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan bagan berikut.

(35)

Bentuk ibu saya tid ak

mem beli

Baju Baru Untuk Kami Mi ng gu lalu K a t e g o r i Kata N Pron Ad v V N Adj Prep N N V Frasa FB FV FN FPrep FN

Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu

b.) Pola Kalimat

Tipe Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan 1. S.P Orang itu Sedang tidur

Saya mahasiswa

2. S-P-O Ayahnya Membeli Mobil baru

(36)

3. S-P-Pel Beliau Menjadi - Ketua koperasi Pancasila Merupakan - Dasar

negara kita

4. S-P-Ket Kami Tinggal Di Jakarta

Kecelakan itu

Terjadi Minggu lalu

5. S-P-0-Pel Dia Mengirimi Ibunya Uang

Dian Mengambilkan Adiknya Air minum 6.

S-P-O-Ket

Pak Raden Memasukkan Uang Ke bank

Beliau Memperlakukan Kami Dengan baik

c.) Fungsi Sintaksis Unsur-unsur Kalimat Fungsi Predikat

Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek disebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjectival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau preposisional, disamping frasa verbal dan adjektival.

Contoh:

(37)

Adiknya dua (P=FNum) Ibu sedang ke pasar (P=FPrep) Dia sedang tidur (P=FV)

Gadis itu cantik sekali (P=FAdj) - Fungsi Subjek

Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Contoh:

Harimau binatang liar Anak itu belum makan

Yang tidak ikut upacara akan ditindak Fungsi Objek

Objek adalah konsitituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif.

Contoh:

Adi mengunjungi Pak Rustam Saya makan nasi goreng Fungsi Pelengkap

Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba.

Contoh:

orang itu bertubuh besar Negara ini berlandaskan hukum

(38)

Ida benci pada kebohongan Fungsi Keterangan

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling bragam dan paliing mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat.

Contoh:

Orang memotong rambutnya di kamar Orang memotong rmabutnya dengan gunting

1.6.6 Hubungan Antar Kalusa

Alwi, Dardjowidjojo, dkk (2013:395) menyebutkan bahwa hubungan antarklausa yang disebut di atas dapat ditandai dengan kehadiran konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut.

Contoh:

- Pardi tinggal di kumuh, dan kakaknya tidak bisa membantunya

- Walaupun kedua pahlawan proklamator itu kadang-kadang berselisih pendapat sejak masa pergerak nasional, keduanya tetap Bersatu dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.

- Saya tak dapat bertahan dengan keadaan itu sebab semuanya itu terasa begitu tersiksa.

(39)

Kalimat yang pertama menyebabkan timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadi acuan kalimat ketiga, kalimat ketiga mengacu Kembali ke kalimat pertama, dan seterusnya. Rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan yang dinamakan wacana (Alwi, Dardjowidjojo, dkk 2013:431).

a. Kohesi

Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproppsisi yang dinyatakan secara ekspilist oleh unsur-unsur gramatikal dan semantic dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Perhatikan kalimat-kalimat-kalimat-kalimat berikut. (1) A: Apa yang dilakukan si Ali?

B: Dia memukuli istrinya. (2) A: Apa yang dilakukan si Ali?

B: Jahanan itu memukuli istrinya

Proposisi yang dinyatakan oleh A pada (1) berkaitan dengan proposisi yang dinyatakan oleh B dan perkaitan tersebut diwujudkan dalam bentu pemakaian pronominal dia yang merujuk ke si Ali. Pada (2) perkaitan itu dinyatakan dengan frasa jahnanan itu yang dalam konteks normal mempuyai yang sama, yakni si Ali baik pada (1) dan (2) perkaitan itu juga dapat dilihat pada verba dilakukan dan memukuli yang mempunyai kesinambungan makna. b. Koherensi

Koherensi merupakan hubungan perkaitan antarpropsisi yang dinyata secara tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungakpakannya. Perhatikan contoh berikut.

(40)

(3) A: Angkat telepon itu, Ma! B: Aku sedang mandi, Pa! A: Oke

Dalam (3) perkaitan antarproposi tetap kita rasakan ada, tetapi pada kalimat A dan B tidak secara nyata kita temukan unsur-unsur kalimat yang menunjukkan adanya perkaitan gramatikal ataupun semantic. Kalimat B dapat ditafsirkan sebagai bentuk pendek dari kalimat Aku sedang mandi, pak! (jadi, aku tidak dapat menerima telepon itu), sementara Oke! yang diucapkan oleh A dapat ditafsirkan sebagai bentuk pendek dari kalimat seperti Oke! kalau beigtu, biar aku saja yang menerimanya.

1.7 Metode Penelitian

1.7.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1988). Objek penelitian utama adalah informan Tuli dari komunitas Tuli dengan wawancara. Kedua, sumber penelitian adalah hasil pengarangan dari informan Tuli.

Informan Tuli berasal berbagai daerah berjumlah 108 yang telah mengisi kuesioner yang telah disebarkan melalui daring. Jumlahnya dikurangi lagi menjadi 20 informan Tuli yang dibagi dua menjadi 10 informan yang lulusan sekolah umum

(41)

dan 10 informan yang lulusan sekolah luar biasa. Kemudiaan, wawancara kepada 6 informan Tuli dibagi dua menjadi tiga informan masing-masing.

1.7.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode komparatif. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadi ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nasir, 1988). Bahan wawancara dari informan Tuli akan dianalisis untuk menemukan pengaruh pola kalimat yang tidak sesuai kaidahnya.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian menganalisis pola kalimat dengan menggunakan Keterampilan menulis, Sintaksis, Wacana dan Kesalahaan bahasa. Informan Tuli akan mengarang sesuai topik yang telah diberikan peneliti. Setelah itu akan dianlisis dengan mengamatkan kesalahan bahasa di lembar karangan.

1.7.5 Metode Penyajian

Metode penyajian data yang digunakan dalam peneltiian ini adalah metode penyajian secara narasi dan grafik atau diagram. Metode ini digunakan untuk menguarikan hasil analisis yang berupa faktor-faktor kesalahan bahasa dalam menggunakan bahasa Indonesia.

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam 4 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

(42)

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Lalu, bab II akan dipaparkan analisis kesalahan berbahasa dalam hasil karangan komunitas Tuli. Bab III akan mendeskripsikan tentang penyebab dan faktor kesalahan berbahasa di komunitas Tuli. Terakhir, bab IV adalah bagian penutup yang memuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

(43)

36 BAB II

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN KARYA KOMUNITAS TULI

2.1 Pengantar

Dalam bab II ini, dibahas hasil analisis kesalahan berbahasa dalam karangan komunitas Tuli yang terdiri atas kesalahan ejaan, kesalahaan penggunaan kata dan frasa, kesalahan kalimat, dan kesalahan penyusunan paraagraf. Adapun data penelitian yang terkumpul yaitu 107 informan yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Di sisi lain, terdapat beberapa informan Tuli yang tidak memahami pengisian kuesioner penelitian secara baik. Contohnya, ketika peneliti meminta informan Tuli untuk mengisi kolom cerita bertajuk “Pengalaman Terbaik” sebanyak satu paragraf atau minimal 5 sampai dengan 10 kalimat. Tetapi, hasilnya, ada beberapa informan Tuli hanya menulis satu kata, satu kalimat atau sekadar membuat poin-poin, dan sebagainya.

Dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan, peneliti memilih 20 informan dengan alasannya dari sisi penyampaian cerita yang unik dan isinya sudah sesuai instruksi yang diberikan oleh peneliti. Penggunaan bahasa Indonesia yang ditulis informan Tuli lulusan SMA umum (Sekolah Menegah Atas) dan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Peneliti menyebarkan kuesioner “Pengamatan Kemampuan Bahasa Indonesia Tulis di Komunitas Tuli” melalui media sosial maupun aplikasi pesan singkat (Whatsapp). Sebelumnya, peneliti sudah membuat jadwal untuk bertemu

(44)

informan secara tatap muka tetapi terhambat karena situasi pandemi COVID-19. Kuesioner disebarkan melalui media sosial yang meliputi Whatsapp, Instagram, dan pesan singkat yang dibagikan antar rekan. Kuesioner berisi nama lengkap, nomor handphone, pendidikan terakhir, nama sekolah SMA/SMALB/SMK, nama universitas, kesediaan wawancara melalui video call dengan pilihan ya atau tidak dan terakhir ialah cerita tentang “Pengalaman Terbaik” sebanyak satu paragraf (lampiran 1).

Setelah mendapat data, peneliti memberi nomor tiap informan, yaitu; 01-SUM/SLB terdiri dari 01 itu nomor urutan dan 01-SUM/SLB singkatan dari Sekolah umum / Sekolah Luar Biasa. Nomor informan memiliki tujuan sebagai pengganti biodata informan yang bersifat rahasia dan bisa diketahui yang mana lulusannya. 2.2 Kesalahan Ejaan

Berikut disajikan hasil analisis kesalahan ejaan yang terdiri dari atas dua kelompok, yaitu huruf dan tanda baca.

2.2.1 Huruf

Berdasarkan 20 informan yang dianalisis, informan dengan lulusan sekolah umum memiliki sedikit kesalahan huruf, yaitu 40% sedangkan informan yang berasal dari lulusan sekolah luar biasa memiliki kesalahan lebih banyak, yakni berjumlah 60%. Berikutnya, contoh data cerita dari 4 (empat) informan (dua informan lulusan sekolah umum dan dua informan lulusan sekolah luar biasa) di bawah:

04-SUM

(1) Pengalaman tak terlupakan ikut event hari kartini 21 april 2019 dan berkesempatan untuk mendongeng disana di perpustakan nasional jkt dan saya deg-degkan dan saya mendongeng lancar

(45)

dan mendapatkan hadiah hewan disitu tonton oleh beberapa guru .disitulah pengalaman yang sangat terbaik dalam hidup saya... Dalam data (1) terdapat kesalahan huruf, yaitu perpustakan nasional karena menurut Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (Fitri, 2015), nama tempat harus diawali dengan huruf dan jkt seharusnya Jakarta.

Selanjutnya dalam informan yang ke 2 terjadi kesalahan yakni beberapa huruf yang belum sempurna dalam penggunaan kapital dan kata non formal.

08-SUM

(2) Pengalamanku yang terbaik adalah menjadi relawan sosial dan kebencanaan.

Menjadi relawan memang berat sebab harus siap mental dan lahir batin juga bergelut dengan suara hati.

Tetapi saya senang karena bisa mendapat pengalaman juga bertambah banyak teman - teman baru serta wawasan , ilmu pengetahuan yang bisa diceritakan kepada kepada keluarga, teman, dan lain lain. Dan kedua cukup senang melihat mereka bisa tertawa juga tersenyum.

Dalam data (2) terdapat kesalahan huruf, yaitu dua kali menulis “kepada” seharusnya menulis satu kali. Cerita ini tidak ditemukan kesalahan huruf, tetapi kemungkinan kesalahan kata ini terjadi karena informan belum teliti setelah menulis ceritanya.

17-SLB

(3) Pengalam terbaik di sekolah adalah makan bakso favorit. Setiap waktu istirahat selalu makan bakso sama teman2 karena baksonya enak porsinya cukup apalagi penjual ramah, trus makan di dalem kelas hehehe untung guru gak marah. Sudah itu saja pengalaman terbaik waktu SMALB

Berikut data (3) dipaparkan kesalahan penulisan huruf pada paragraf yang ditulis oleh 17-SLB, yaitu

(46)

(b) sama karena kata yang bersifat non formal seharusnya menulis “dengan”

(c) teman2 itu kata tidak sesuai aturan bahasa Indonesia, seharusnya menulis kepanjangan “teman-teman”

(d) trus karena kata termasuk golongan nonformal, seharusnya menulis “lalu”

Cerita ini banyak ditemukan kesalahan huruf terutama nonformal dan singkatan kata .

19-SLB

(4) Pengalaman terbaik yaitu pernah berpengalaman menjadi Ketua Osis di Sekolah Luar Biasa. Selama menjadi Ketua Osis pernah menyelegarakan beberapa kegiatan seperti Pramuka, Hari raya, makan bersama dll. Dan pernah juga mengikuti jenjang lomba waktu sekolah di SMALB itu pengalaman terbaik karena bisa bertemu dengan teman teman Tuli dari sekolah lain. Waktu masih SMALB pengalaman yang tak terlupakan yaitu diajak mengikuti acara Halal BiHalal bersama guru guru sekolah. Dan mengikuti kegiatan tata boga dll selama di Sekolah SMALB. Data (4) yang ada kesalahan huruf, yaitu:

(a) Osis karena menurut Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), huruf kapital dipakai sebagai huruf semua unsur singkatan.

(b) Menyelengarakan seharusnya menyelenggarakan

(c) Pramuka itu kesalahan kapital karena kata tersebut termasuk kelompok nomina, seharusnya menulis “pramuka”

(d) Hari raya karena huruf kapital tidak diperlukan, seharusnya “hari raya”

Cerita ini mudah ditemukan kesalahan huruf terutama non formal dan singkatan kata.

(47)

Berdasarkan analisis dari (empat) cerita yang bertemakan “pengalaman terbaik” dengan isi cerita yang berbeda-beda, peneliti menemukan kesalahan huruf dalam cerita lebih banyak yang berasal dari informan lulusan SLB (Sekolah Luar Biasa) daripada yang informan dengan lulusan sekolah umum.

2.2.2 Tanda Baca

Karangan karya informan yang berasal dari lulusan sekolah umum lebih baik dan menguasai penulisan tanda baca pada karangan yang bertajuk “pengalaman terbaik” dibandingkan dengan informan yang berasal dari lulusan sekolah luar biasa.

03-SUM

(5) Alhamdulillah...sejak kecil umur saya 2 tahun sakit panas menjadi Tuli katanya Ibu kandungku. Saya pindah dari Bandung ke Solo yang dibawa oleh Bu de (Kakak Bapakku) menjadi Ibu angkat saya tinggal sampai sekarang. Mulai masuk TK tahun 1981 mulai belajar berbicara. Kemudian masuk SD di SLB/B YRTRW SURAKARTA tahun 1983 mulai belajar bahasa isyarat dari teman-teman Tuli senior. Alhamdulillaah.. bersyukur.

Data (5) ditulis oleh 03-SUM yang memiliki kesalahan tanda baca, yaitu Alhamdulillah… seharusnya tidak perlu menulis titik sebanyak tiga butir.

06-SUM

(6) Setelah aku bersekolah di SMPIT Ar-Raihan selama 2 tahun, dan betah disana. Terkadang aku mendapat kesempatan yang terbaik yaitu mengikuti lomba FLSSN 2016, saat itu aku senang sekali karena SD sebelumnya aku tidak pernah dapat kesempatan dari sekolah itu dan mendapat perlakuan kurang tidak enak. Aku latihan dan persiapan menulis puisi agar semakin bagus nanti ketika lomba akan dimulai. Hari Lomba FLSSN telah tiba, aku sempat bingung mau ngapain disana juga dan ingin ajak kenalan tetapi ujungnya tidak kenalan dengan teman baru. Selama waktu lomba mulai berjalan, aku menulis dengan sekiranya. Akhirnya sudah selesai, aku menunggu pengumuman bersama guru wakil, ternyata aku tidak menang itu tidak apa-apa. Meskipun, aku

(48)

sudah punya pengalaman yang terbaik di sekolah dalam sekali seumur hidupku.

Dalam data (6) ini terdapat kesalahan dalam penulisan tanda baca, yaitu tidak adanya tanda koma (,) sebelum kata ‘yaitu’ pada kalimat kedua. Selanjutnya, tidak ada penulisan tanda baca titik (.) setelah kata ‘2016’.

11-SLB

(7) Pengalaman saya aktivitas dengan motivasi mandiri.

Yang jangan takut gagal orang sukses tidak pernah gagal tapi mereka selalu dan bangkit tapi setelah gagal.

Pengalaman organisasi atau komunitas yaitu biolksa , latihan bedah hewan dan water.

Berikutnya data (7) yang mengandung kesalahan dalam penulisan tanda baca, yaitu tidak adanya penulisan tanda koma (,) sebelum kata ‘yaitu’ pada kalimat ke empat

14-SLB

(8) Pada Juli 2015-Juli 2016, saya mengumumkan bahwa saya diterima sebagai delegasi Indonesia dalam program USA Indonesia Youth Deaf Youth Leadership di Indonesia dan Amerika Serikat. Ade memulai tertarik pendidikan di Amerika karena pendidikan yang dikembangkan dan kuatkan. Ini adalah pengalaman baru dan berharga bagi saya untuk belajar membaca perspektif orang dari sana.

Dalam data (8) terdapat kesalahan penggunaan tanda koma (,) pada kalimat pertama setelah kata numeralia ‘2016’. Seharusnya penggunaan tanda koma (,) tidak diperlukan.

2.3 Kesalahan Penggunaan Kata dan Frasa

Kesalahan penggunaan kata dan frasa yang terdiri dari atas kata dan frasa dibawah:

(49)

2.3.1 Kata

Adapun komunitas Tuli yang berasal dari sekolah umum mampu menulis kata dasar yang ditambahkan imbuhan awalan dan akhiran cukup baik. Kesalahan kata yang dilakukan hanya sebesar 40% (4 dari 10 informan), sedangkan komunitas Tuli dengan lulusan SLB (10 informan) memiliki kesalahan kata lebih besar, yaitu sebesar 60%. Peneliti mengambil data 4 (empat) karangan karya informan yang telah ditentukan, sebagai berikut:

05-SUM

(9) Pengalaman terbaikku adalah menjadi financial advisor. Dimana aku bisa banyak membantu keluarga,teman dan juga masyarakat yang belum mengerti soal perencanaan keuangan mereka. Meraka jadi paham mengapa kita harus mengatur keuangan,perencaan keuangan apa saja yang perlu dilakukan agar impian kita tercapai. Terimakasih semoga membantu ya. 😊🙏🌷

Data (9) dari informan 05-SUM terdapat kesalahan kata, yaitu:

Kata “jadi” di tengah satuan kalimat pada kalimat ke tiga merupakan kata yang tidak formal. Seharusnya penggunaan imbuhan diawal kata ’jadi’, yaitu me- (menjadi) lebih tepat.

07-SUM

(10) " Pengalaman terbaik"

Pengalaman terbaik ini saya akan sangat cerah. Walaupun saya akan tetap masih berusaha belajar terus menerus agar bisa berkembang lagi.

Tapi begitu saya ingin berusaha mencari motivasi dengan teman-temen Tuli yang lain agar bisa memahami berkomunikasi secara baik itu. Saya berpikir teman - teman Tuli yang lain melakukan merasa masih kurang mampu berkomunikasi dengan masyarakat karena masalah pikir dalam membuat kalimat ini sepertinya.

(50)

Jadi itulah saya akan membantu dengan teman - teman Tuli yang berusaha belajar terus menerus. Nanti bisa lebih paham berkomunikasi bahasa isyarat secara langsung tapi pakai lebih dasar dulu. jika tidak bisa, bisanya ketik hp atau tulis buku saja. Saya berharap teman - teman Tuli harus punya pengalaman terbaik saat dari dulu yang pernah masalah komunikasi atau apa hingga sekarang masih bisa belajar terus menerus. Sehingga temen temen Tuli harus bisa belajar mandiri untuk perlu akan komunikasi dengan masyarakat seperti contoh yang ada Tuli senior itu sudah bisa dan percaya diri.

Tetapi ini kita masih sama belajar terus menerus karena biasanya ada yang kata - kata baru jika kita akan cari kamus. Beberapa teman - teman Tuli yang paham kalimat bahasa Indonesia untuk ada yang penting sesuatu. Jangan takut atau malu jika perlu tau komunikasi seperti ini.

Pada data (10) terdapat kesalahan kata, sebagai berikut: (a) tapi itu bukan formal, yang benar adalah tetapi

(b) pakai itu kurang tepat dan bersifat kata dasar, seharusnya menulis yang benar adalah “memakai”

(c) ketik seharusnya mengetik 13-SLB

(11) Pengalaman terbaik adalah banyak belajar dari kegagalan, banyak belajar dari penderitaan dan belajar dari kesuksesan teman-teman Tuli. Maksud saya belajar dari kegagalan itu masa lalu aku banyak gagal berupa gagal kuliah sampai drop out kini akhirnya berhasil dapat beasiswa untuk kembali berkuliah, ratusan menolak lamaran kerja dari saya sehingga berjuang mencari kerja akhirnya dapat bekerja di perusahaan lain. Dan saya juga banyak belajar dari penderitaan ialah kehilangan kedua orang tua berupa papa dan mama telah meninggal dunia maka saya mendapat kesulitan yang sangat luar biasa dalam mengurus ekonomi karena saya sebagai kepala keluarga selama hidup. Saya juga belajar dari kesuksesan teman-teman Tuli yaitu belajar bahasa isyarat dari teman-teman asli Tuli sehingga bahasa isyarat itu sangat bermanfaat dan bisa sukses diri kok karena bahasa isyarat itu identitas komunitas Tuli asli. Teman-teman Tuli yang sudah tersukses telah mendidik dan memotivasi saya

(51)

dan tertarik menerima tantangan baru dalam hal-hal apa saja. Itu pengalaman yang terbaik bagi saya.

Data (11) dibuat oleh informan 13-SLB memiliki kesalahan kata, antara lain:

(a) gagal itu kurang tepat, harusnya menulis “kegagalan” di kalimat kedua. (b) menolak yang bersifat aktif, harusnya menulis “ditolak”

(c) dapat itu kata dasar dan bukan bersifat kata verba atau kerja, seharusnya menulis “mendapat”

(d) bekerja berasal dari kata kerja bukan kata benda setelah dapat, lebih baik dia menulis “kerja”.

(e) Kedua setelah orangtua di kalimat ketiga, seharusnya tidak perlu menulis “kedua” karena orangtua sudah termasuk bapak dan ibu. (f) asli itu kurang tepat di kalimat keempat karena termasuk kata sifat,

dimaksudnya “pertama kali bertemu kepada teman-teman Tuli”.

(g) Tersukses artinya paling sukses tetapi kurang tepat di kalimat kelima, seharusnya menulis “sukses”.

15-SLB

(12) Pengalaman setelah tamat SMALB ikut2 lomba - lomba antara teman sesama disibilitas, ikut membantu adik di SLB kemudian setelah teman-teman memilih saya jadi ketua komunitas Tuli, di undang untuk berbicara dgn memakai bahasa isyarat di pertemuan para anggota kepolisian diajak untuk mengajar polisi wanita berbahasa isyarat dan ikut aktif bersama teman komunitas melakukan aksi amal seperti bersama2 membersihkan sampah dan mengajak masyarakat menjaga kebersihan, komunitas2 dengar dan Tuli mengumpulkan dana untuk bencana, saya berlatih komputer 2 bulan sebelum november saya berhasil dan siap berangkat ke hotel sentani jayapura untuk lomba Jambore TIK saya berlatih komputer bersama teman-teman dari ambon dan luar papua barat dalam 2 atau 3 hari, setelah menyelesaikan

(52)

kompetisi dan pengumuman saya dapat juara 1&2 microsoft excel dan cerpen, waktu saya di Jakarta saya bersiap-siap untuk mengikuti kompetisi dan pengumuman saya kalah karena pertama kali kalau gagal itu penting tetapi tetap selalu belajar dari pengalaman untuk maju dan tanggung jawab akan masa depan.

Berdasarkan data (12) pada informan 15-SLB terdapat kesalahan kata, yaitu;

(a) Disibilitas seharusnya disabilitas

(b) Tetapi tetap itu makna sama, seharusnya tidak perlu menulis “tetap” (c) Di undang seharusnya digabung, yaitu diundang.

2.3.2 Frasa

Banyak orang Tuli dengan lulusan SLB berdasarkan hasil karangan yang ditulis belum memiliki frasa yang baik dibandingkan dengan orang Tuli lulusan sekolah umum. Adapun jumlah 20 informan akan dibagi berdasarkan asal usul sekolah, antara lain:

02-SUM

(13) Pengalaman yang terbaik dalam hidup saya, yaitu pergi ke luar negeri dan keterlibatan Tuli dalam pemerintahan. Pertama, pergi ke luar negeri dengan naik pesawat air Asia sebagai salah satu kendaraan yang saya tumpangi pertama kali dalam hidup. Dalam perjalanan, saya melihat langit, awan, pulau dan pesawat lain. Awalnya, saya deg-degan naik pesawat sebab seperti badan terangkat. Lalu terakhir, saya melibatkan di pemerintahan Jawa tengah sebagai salah satu Tuli. Itu membuat saya terinspirasi. Karangan karya informan 02-SUM terdapat kesalahan frasa, yaitu; badan terangkat itu bukan frasa karena belum ada menyebutkan siapa pemilik badan yang terangkat. Yang tepat dalam menulis adalah “badan saya terangkat”.

(53)

04-SUM

(14) Pengalaman tak terlupakan ikut event hari kartini 21 april 2019 dan berkesempatan untuk mendongeng disana di perpustakan nasional jkt dan saya deg-degkan dan saya mendongeng lancar dan mendapatkan hadiah hewan disitu tonton oleh beberapa guru .disitulah pengalaman yang sangat terbaik dalam hidup saya... Karangan karya informan 04-SUM dalam data (14) terdapat kesalahan frasa, yaitu hadiah hewan artinya binatang masih hidup, harusnya menulis yang jelas, yaitu “hadiah boneka hewan” bila informan mendapat boneka atau “hadiah berupa hewan peliharaan/peternakan” bila informan mendapat hewan yang hidup.

20-SLB

(15) Aku mendapat kesempatan yang kuanggap berbeda tapi cukup menyenangkan. Bapak Ibu Guru memberi mengajukan aku dari SLB untuk ikut seleksi lomba Duta Batik Trenggalek. Tapi dalam seleksi l, aku harus bertemu dan bersaing dengan teman² dengar wakil dari lain mereka itu secara mandiri. Dari tahap seleksi aku lolos sampai tahap yang harus masuk karantina 10 besar. Terus dari 10 besar waktu pentas akhir aku masuk 6 besar dengan keterbatasanku, Tuli dengan pakai bahasa semampuku dan isyarat juga, tidak menyangka ternyata juri menetapakn aku jadi juara 1 Duta Batik Trenggalek.

Karangannya informan bernomor 04-SUM dalam data (15) memiliki kesalahan dalam penggunaan frasa, sebagai berikut;

(a) Bahasa semampuku di kalimat kelima yang kurang tepat karena se- itu imbuhan awalan bersifat “setara” atau “sama dengan”, misalnya “Jackie Chan semirip saya”. Seharusnya menulis “kemampuan bahasa”

(b) Isyarat di kalimat kelima juga itu bukan frasa karena itu artinya tanda, sebenarnya menulis “bahasa isyarat”.

13-SLB

(16) Pengalaman terbaik adalah banyak belajar dari kegagalan, banyak belajar dari penderitaan dan belajar dari kesuksesan teman-teman Tuli. Maksud saya belajar dari kegagalan itu masa

(54)

lalu aku banyak gagal berupa gagal kuliah sampai drop out kini akhirnya berhasil dapat beasiswa untuk kembali berkuliah, ratusan menolak lamaran kerja dari saya sehingga berjuang mencari kerja akhirnya dapat bekerja di perusahaan lain. Dan saya juga banyak belajar dari penderitaan ialah kehilangan kedua orang tua berupa papa dan mama telah meninggal dunia maka saya mendapat kesulitan yang sangat luar biasa dalam mengurus ekonomi karena saya sebagai kepala keluarga selama hidup. Saya juga belajar dari kesuksesan teman-teman Tuli yaitu belajar bahasa isyarat dari teman-teman asli Tuli sehingga bahasa isyarat itu sangat bermanfaat dan bisa sukses diri kok karena bahasa isyarat itu identitas komunitas Tuli asli. Teman-teman Tuli yang sudah tersukses telah mendidik dan memotivasi saya dan tertarik menerima tantangan baru dalam hal-hal apa saja. Itu pengalaman yang terbaik bagi saya.

Pada data (16) dalam infomran 13-SLB terdapat kesalahan frasa, sebagai berikut;

(a) Ratusan menolak di kalimat kedua yang bukan frasa karena tidak ada subjek atau pelaku menolak. Seharusnya menulis, contoh: ratusan perusahaan menolak atau ratusan pekerjaan menolak, dll.

(b) Kedua orangtua di kalimat ketiga yang bukan frasa alasan orangtua itu sudah termasuk papa dan mama, yang tepat menulis adalah kedua papa dan mama.

(c) Teman-teman asli Tuli di kalimat keempat yang kurang tepat karena “asli” dimaksudnya sesamanya.

(d) Tuli asli di kalimat keempat yang ada kata “asli” tidak perlu ditulis lagi karena penulisan informan sendiri sebagai Tuli.

2.4 Kesalahan Kalimat

Penulisan kalimat yang teratur ialah terdiri dari subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Tetapi pada kenyataannya, inkonsistensi dalam

(55)

penyusunan kalimat seringkali ditemukan dalam penulisan cerita informan yang bertajuk ‘pengalaman terbaik’, terutama pada kelompok lulusan SLB (10 informan). Peneliti menemukan permasalahan dalam penyusunan tata kalimat seperti tidak adanya konjungsi di antara dua kalimat dan dua kata kerja. Di sisi lain, peneliti jarang menemukan kesalahan dalam penulisan kalimat karangan berupa sumber informan yang berasal dari lulusan sekolah umum. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, hanya satu informan lulusan sekolah umum yang memiliki kesalahan dalam penyusunan kalimat. Peneliti menunjukkan dua data dari informan dengan lulusan SLB (Sekolah Luar Biasa) dan satu data informan dengan lulusan sekolah umum. Berikut disajikan hasil analisis kesalahan kalimat dari beragam informan, yang terdiri dari:

11-SLB

(17) Pengalaman saya aktivitas dengan motivasi mandiri.

Yang jangan takut gagal orang sukses tidak pernah gagal tapi mereka selalu dan bangkit tapi setelah gagal.

Pengalaman organisasi atau komunitas yaitu biolksa , latihan bedah hewan dan water.

Dalam data (17) terdapat kesalahan dalam penyusunan kalimat, yaitu: (a) “Pengalaman saya aktivitas dengan motivasi mandiri.”

Kalimat ini belum ditambahkan konjungsi dan sukar dibaca. Seharusnya menulis kalimat yang tepat, yaitu “Pengalaman saya dalam aktivitas dengan mandiri dan motivasi”.

(b) “Yang jangan takut gagal orang sukses tidak pernah gagal tapi mereka selalu dan bangkit tapi setelah gagal”.

(56)

Kalimat ini yang kurang tepat, yaitu: jamak “mereka” itu siapa yang belum dijelaskan dan tidak ada kata seru.Seharusnya menulis kalimat yang tepat, yaitu “Jangan takut menghadapi kegagalan! Mereka sukses karena sellau bangkit setelah menedapat kegagalan.” (c) “Pengalaman organisasi atau komunitas yaitu biolksa, Latihan

bedah hewan dan water”

Kalimat ini tidak mempunyai subjek, predikat dan kata bahasa inggris “water”itu tidak ada maknanya hingga sukar dipahami. Seharusnya menulis kalimat yang tepat, yaitu “Saya mempunyai pengalaman-pengalaman, yaitu melibatkan organisasi atau komunitas, pernah belajar biolksa, berlatih betah hewan”

18-SLB

(18) Aku mendapat kesempatan yang kuanggap berbeda tapi cukup menyenangkan. Bapak Ibu Guru memberi mengajukan aku dari SLB untuk ikut seleksi lomba Duta Batik Trenggalek. Tapi dalam seleksi l, aku harus bertemu dan bersaing dengan teman² dengar wakil dari lain mereka itu secara mandiri. Dari tahap seleksi aku lolos sampai tahap yang harus masuk karantina 10 besar. Terus dari 10 besar waktu pentas akhir aku masuk 6 besar dengan keterbatasanku, Tuli dengan pakai bahasa semampuku dan isyarat juga, tidak menyangka ternyata juri menetapakn aku jadi juara 1 Duta Batik Trenggalek.

Data (18) terdapat kesalahan dalam penyusunan kalimat, antara lain: (a) “Bapak Ibu Guru memberi mengajukan aku dari SLB untuk

seleksi lomba Duta Batik Trenggalek.”

Kalimat ini memiliki dua predikat, yaitu memberi dan mengajukan. Apalagi, belum ada tanda baca yang melengkapi subjek dan keterangan.

Gambar

Gambar  Meja  Rumah
Gambar tentang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga pola kemitraan yang digunakan antara LPMD dengan Kepala Desa dapat saling memberikan manfaat lebih, sehingga akan mencapai tujuan secara lebih optimal karena antara

1) PTP melakukan seleksi terhadap penerima rekomendasi Bidik Misi yang merupakan lulusan seleksi nasional (SPMB PTAIN) sesuai persyaratan dan kriteria yang ditetapkan

Motor akan berhenti jika sensor TGS 2600 mendeteksi gas dengan konsentrasi tinggi atau jika robot menemukan sumber gas seperti yang telah ditentukan oleh algoritma logika fuzzy

Peneliti menduga keterlibatan kerja berpengaruh secara signi- fikan terhadap hubungan antara etika kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan organisasi disebabkan

Goal In Context Pharmacist can manage drug Preconditions The data doesn’t update Successful End Condition drug data updated Failed End Condition can’t update drug data Primary

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggantian bovine serum albumin (BSA) dengan serum darah sapi dan putih telur (PT) pada pengencer dasar

4 Penggunaan Teknologi Nano- Partikel pada Fitobiotik dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Pertumbuhan, Kesehatan Saluran Pencernaan dan Kualitas Daging Ayam Broiler

Oleh karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000<0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa Kemampuan baca tulis hitung memiliki hubungan yang signifikan terhadap