• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN

UMUM

TENTANG

MEREK

BERDASARKAN

UNDANG UNDANG NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK

DAN INDIKASI GEOGRAFIS

Merek pada dasarnya adalah tanda yang dilekatkan pada barang untuk menandai asal suatu barang. Dengan demikian merek akan berhubungan secara langsung dengan darimana asal suatu barang. Sebagai konsekuensi logis, memastikan merek yang beredar memang berasal dari pemilik merek tersebut merupakan upaya

perlindungan bagi pemilik merek dan juga masyarakat.1

A. Pengertian Merek

Pengertian Merek menurut Pasal 1 ayat (1) UU Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Sedangkan pengertian Merek menurut beberapa Ahli, antara lain :

1 Indirani Wauran-Wicaksono, Pengantar Hukum Kekayaan Intelektual, Tisara Grafika, Salatiga, 2017,

(2)

14 1. H.M.N Purwo Sutjipto

“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan,

sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.2

2. Mr. Tirtaamidjaya (mensitir pendapat Prof Vollmar)

“Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya membedakan

barang itu dengan barang- barang sejenis lainnya”.3

3. Molengraaf

“Merek adalah dipribadikannya suatu barang tertentu dengan nama untuk menunjukkan asal barang dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan

oleh orang atau perusahaan lain”.4

Dengan demikian, merek merupakan tanda pengenal yang digunakan dalam kegiatan perdagangan untuk membedakannya dengan barang dan jasa yang sejenis maupun tidak sejenis.

2 Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual(Intellectual Property Rights), Ed. Revisi, cet. 9,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal 344.

3 Ibid.

4 Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual, Oase Media, Bandung, 2010,

(3)

15

Selain sebagai tanda, merek juga selalu identik dengan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh produsen yang kemudian menjadi aset bagi produsen. Identitas sebuah produk juga menjelaskan kualitas suatu barang, hal tersebut juga menandakan

barang tersebut memiliki ciri khas tersendiri.5

Selain berfungsi sebagai sebagai tanda pengenal, merek juga memiliki fungsi

lain dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, yaitu: 6

a. Tanda pengenal atau identitas suatu produk, dengan kata lain merek berfungsi sebagai tanda pembeda (Distinctive Function).

b. Indikator sumber.

Merek merupakan penghubung antara produsen dengan produk yang dihasilkan.

c. Indikator kualitas, dengan kata lain merek berfungsi sebagai jaminan mutu (Quality Product Function).

Merek dagang dari barang-barang yang dibeli oleh para konsumen, lambat laun akan membentuk kesan didalam ingatan konsumen yang bersangkutan bahwa merek tersebut merupakan lambang dari mutu barang atau jasa.

d. Fungsi alat promosi

5 Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Medpress Digital, Yogyakarta, 2013, hal 29.

6 Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek Pada Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah

(4)

16

Merek berfungsi pula sebagai pemberi daya tarik pada barang-barang dan jasa-jasa, dan sekaligus juga merupakan iklan atau reklame bagi barang-barang atau jasa-jasa yang ditandai dengan merek tersebut.

B. Jenis Merek

Terdapat 2 jenis merek sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2) UU Merek, yang menyatakan bahwa “Merek sebagaimana diatur dalam undang undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa”.

Selain jenis merek yang terdapat di dalam UU Merek, secara umum terdapat

tiga jenis merek yang dikenal oleh masyarakat yaitu:7

1) Merek biasa

Merek biasa merupakan merek yang tergolong tidak mempunyai reputasi tinggi. Merek ini juga dianggap tidak memiliki daya tarik terhadap masyarakat atau konsumen

2) Merek terkenal.

Merek terkenal biasa disebut sebagai “Well-Known Mark”. merupakan merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek ini memiliki daya

(5)

17

tarik, sehingga jenis barang yang berada di bawah merek itu sangat familiar.

3) Merek termasyur.

Tingkat derajat merek yang tertinggi adalah merek termasyur. Sedemikian rupa tingkat termasyurnya di seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya digolongkan sebagai merek yang dikenal dunia.

C. Hak atas Merek

Hak atas Merek dalam Pasal 1 ayat (5) UU Merek, adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Sebagai hak yang ekslusif maka hak atas merek melarang pihak lain untuk mengunakaan merek yang dimiliki nya tanpa seijinnya karna merupakan bagian dari kekayaan seseorang yang perlu di pelihara, dipertahankan dan dilindungi. Pada hak merek juga terdapat hak absolut yang berarti diberinya hak gugat oleh Undang-Undang kepada pemegang hak, disamping adanya tuntutan pidana terhadap orang

orang yang melanggar hak tersebut.8

8 Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Ed. Revisi, cet. 9,

(6)

18

Perlindungan hukum terhadap hak merek sangat dibutuhkan dibutuhkan

karena : 9

1. Untuk menjamin kepastian hukum bagi para penemu merek, pemilik, atau pemegang merek;

2. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas hak merek; 3. Memberi manfaat kepada masyarakat banyak agar lebih terdorong untuk

mendaftarkan merek.

D. Sistem pendaftaran merek

Berdasarkan Pasal 3 UU Merek, Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar. Oleh sebab itu, Pendaftaran merek merupakan keharusan agar dapat memperoleh hak atas merek. Tanpa pendaftaran negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan perlindungan hukum oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain. Dengan demikian sistem yang dianut Indonesia adalah sistem Konstitutif dimana pendaftaran dimaksudkan untuk melahirkan hak. Sehingga perlindungan merek diperoleh oleh pihak yang pertama kali mendaftarkan merek (first to file).10

9 Endang Purwaningsih , Hak Kekayaan Intelektual, Pengetahuan Tradisional, dan Folklor, cet. 1,

Jenggala Pustaka Utama, Surabaya, 2013, hal 14.

(7)

19

Prinsip first to file sesuai dengan doktrin prior in tempore, melior injure,

sangat potensial untuk mengkondisikan: 11

a. Kepastian hukum untuk mengkondisikan siapa sebenarnya pemilik merek yang paling utama untuk dilindungi,

b. Kepastian hukum pembuktian, karena hanya didasarkan pada fakta pendaftaran. Pendaftaran satu-satunya alat bukti utama,

c. Mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik merek yang paling berhak dengan pasti, tidak menimbulkan kontroversi antara pendaftar pertama dan pemakai pertama.

E. Syarat Pendaftaran Merek

Agar suatu merek dapat didaftarkan dan digunakan sebagai merek dagang, syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu memiliki daya pembeda yang cukup. Adapun

syarat yang harus dipenuhi selain memiliki daya pembeda yang cukup yaitu:12

1. Tidak bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, dan ketertiban umum.

2. Bukan menjadi milik umum.

3. Tidak berupa keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran.

11 Yurida Zakky Umami, Penerapan Doktrin Persamaan Merek Pada Pendaftaran Merek, Jurnal Ilmiah

Ilmu Hukum QISTIE Vol. 9 No. 2 November 2016, hal 117.

12 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Cipta, HakPaten, Hak Merek, dan

(8)

20

Adapun merek yang tidak dapat didaftar berdasarkan pasal 20 UU Merek, jika: Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya; Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi; Tidak memiliki daya pembeda; dan/atau Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Pasal 21 UU Merek juga memuat ketentuan mengenai penolakan pendaftaran merek yang harus ditolak oleh Dirjen HKI apabila suatu merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau Indikasi Geografis terdaftar.

Permohonan merek juga harus ditolak oleh Dirjen HKI apabila merek tersebut Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,

(9)

21

lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Dan juga permohonan merek juga harus ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik. Pemohon yang beriktikad tidak baik adalah Pemohon yang patut diduga dalam mendaftarkan Mereknya memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau mengikuti Merek pihak lain demi kepentingan usahanya menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau menyesatkan

konsumen.13

F. Prosedur Pendaftaran Merek

Prosedur dan syarat pendaftaran merek di Indonesia diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 25 UU Merek

1) Permohonan Pendaftaran Merek

Permohonan pendaftaran merek ada dua macam yang dapat ditempuh yaitu dengan cara biasa atau bersifat umum dan dengan hak prioritas. Dalam Pasal 9 UU Merek memberi syarat khusus pendaftaran yang dilakukan dengan hak

13 Penjelasan Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang

(10)

22

prioritas yaitu permohonan harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek (filling

date) yang pertama kali diterima di negara lain. Persyaratan khusus lainnya

adalah permohonan pendaftaran dengan hak prioritas wajib dilengkapi dengan bukti hak prioritas berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan yang telah dilakukan pendaftaran mereknya dinegara

asing.14

2) Pemeriksaan Administratif

Setelah permohonan pendaftaran merek diterima, maka tahap selanjutnya adalah pemeriksaan administratif. Pemeriksaan administratif merupakan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran merek.

Apabila permohonan pendaftarannya telah lengkap sesuai yang dipersyaratkan maka prosesnya dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Sebaliknya apabila ditemukan adanya kekurang lengkapan persyaratan permohonan biasa maka sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Ayat (2) UU Merek, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal penerimaan. Kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak Tanggal Pengiriman surat pemberitahuan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan. Sedangkan permohonan yang diajukan dengan hak

14 Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

(11)

23

prioritas jangka waktu pemenuhan kekurangan kelengkapan persyaratan tersebut paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan Permohonan. Namun jika pemohon sampai batas waktu tersebut juga tidak melengkapi kekurangan persyaratan, permohonan pendaftaran merek dianggap ditarik kembali oleh pemohon.

3) Pengumuman Permohonan

Ketentuan mengenai pengumuman permohonan diatur dalam Pasal 14 UU Merek. Pengumuman dilakukan oleh Dirjen HKI dalam berita resmi merek dimana waktu pengumuman paling lama 15 (lima belas) hari sejak tanggal penerimaan permohonan untuk didaftarkan. Pengumuman tersebut diterbitkan secara berkala oleh Dirjen HKI dalam Berita resmi merek melalui sarana elektronik dan /atau non elektronik.

Berdasarkan Pasal 16 UU Merek, setiap pihak yang merasa keberatan dengan merek yang diumumkan dapat mengajukan keberatan terhadap permohonan atas merek tersebut secara tertulis. Atas keberatan tersebut pemohon atau kuasanya dapat mengajukan Sanggahan secara tertulis dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak Tanggal Pengiriman keberatan.

(12)

24

Pemeriksaan substantif adalah pemeriksaan permohonan pendaftaran merek dari segi teknis untuk menentukan sebuah tanda memenuhi persyaratan

sebagai merek dan kepemilikan merek.15

Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh pemeriksa dari Dirjen HKI. Segala keberatan dan / atau sanggahan menjadi pertimbangan dalam pemeriksaan substantif. Berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (5) UU Merek, pemeriksaan substantif dilakukan dalam jangka waktu paling lama 150 (seratus lima puluh) hari.

Setelah dilakukan pemeriksaan substantif oleh pemeriksa maka selanjutnya akan diputuskan apakah merek yang dimohonkan dapat didaftarkan, merek tidak dapat didaftarkan, atau merek ditolak untuk di daftarkan.

Apabila Pemeriksa memutuskan merek tidak dapat didaftarkan atau ditolak untuk didaftar, berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UU Merek, maka diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon dengan menyebutkan alasannya. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan tersebut, Pemohon dapat menyampaikan tanggapannya secara tertulis dengan menyebutkan

alasannya.16 Apabila Pemohon tidak menyampaikan tarrggapan atas surat

15 Gatot Supramono, Menyelesaikan sengketa merek menurut Hukum Indonesia, Cetakan

Pertama,.Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal 31.

16 Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

(13)

25

pemberitahuan tersebut, maka permohonan secara langsung ditolak.17 Sebaliknya

apabila Pemohon atau Kuasanya menyampaikan dan Pemeriksa memutuskan tanggapan tersebut dapat diterima, maka pendaftaran merek tersebut dapat

didaftarkan.18

5) Penerbitan Sertifikat Merek

Sertifikat diterbitkan oleh Dirjen HKI sejak Merek tersebut terdaftar. Seritifikat hak merek yang telah diterbitkan tidak diambil oleh pemilik merek atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak di terbitkannya sertifikat maka berdasarkan Pasal 25 ayat (3) UU Merek, merek yang telah terdaftar dianggap ditarik kembali dan dihapuskan.

G. Jangka Waktu Perlindungan dan Perpanjangan Merek

Jangka waktu perlindungan merek sebagaimana diatur Pasal 35 ayat (1) UU Merek, selama 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan dapat

diperpanjang untuk selama 10 (sepuluh) tahun.19

17 Pasal 24 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

18 Pasal 24 ayat (5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

19 Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

(14)

26

H. Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek

Penghapusan merek diatur dalam Pasal 72 UU Merek, penghapusan merek dapat diajukan oleh pemilik merek atau atas inisiatif Dirjen HKI. Penghapusan oleh Dirjen HKI dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Banding Merek. Selain itu berdasarkan Pasal 74 UU Merek, Penghapusan Merek terdaftar dapat pula diajukan oleh pihak ketiga yang berkepentingan dalam bentuk gugatan ke Pengadilan Niaga dengan alasan Merek tersebut tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir.

Pembatalan merek diatur dalam pasal 76 UU Merek, Gugatan pembatalan Merek terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau Pasal 21 UU Merek. Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan kepada Dirjen HKI. Gugatan pembatalan diajukan kepada Pengadilan Niaga terhadap pemilik Merek terdaftar.

Berdasarkan Pasal 77 UU Merek, Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pendaftaran Merek. Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu jika terdapat unsur iktikad tidak baik dan/atau Merek yang bersangkutan bertentangan dengan Ideologi Negara, Peraturan Perundang-undangan, Moralitas, Agama,

Referensi

Dokumen terkait

6 “Sistem konstitutif yaitu hka atas merek didapatkan setelah pendaftaran, dimana pendaftar merek pertamalah berhak atas merek.” 7 Sehingga untuk medapatkan

Dengan demikian, ketentuan Pasal 11 UU ayat (1) UU Wabah Penyakit Menular tidak memenuhi asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 5

Adapun definisi pajak menurut pasal 1 ayat (1) UU 28 Tahun 2007 tersebut, yaitu pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Syarat yang terdapat di dalam

Peraturan perundang- undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Merek Kolektif menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai

Subyek hak merek adalah pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merek tersebut atau membuat izin

(Negara Peserta diminta menolak, baik berdasarkan perundang-undangan merek yang dimiliki atau permintaan pihak yang berkepentingan permintaan pendaftaran atau