• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Manajemen Keuangan

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Sebuah perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan tersebut menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran masing-masing dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan.

Manajemen keuangan sebagai salah satu fungsi yang dapat mempengaruhi kehidupan perusahaan, dan membahas mengenai pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintahan. Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa ahli adalah:

Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah:

“Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and non-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to customers, evaluating poposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation”

Sama halnya menurut Martono dan Agus Harjito (2005:4) mengartikan bahwa: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan dana secara optimal, dimana dana yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dana tersebut akan dialokasikan ke dalam berbagai bentuk investasi.

(2)

2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya. Menurut Horne dan Markowicz (2005:3) terdapat tiga fungsi keputusan dalam manajemen keuangan, yaitu:

1. Keputusan Investasi

Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan.

2. Keputusan Pendanaan

Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.

3. Keputusan Kebijakan Deviden

Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali saham-saham.

2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2009:6) terdapat dua tujuan manajemen keuangan, yaitu terdiri dari:

1. Maksimisasi profit

2. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan.

2.3 Tinjauan Umum Perbankan

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank.

(3)

Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang kita tidak dapat lepas dari dunia perbankan, jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.

Lembaga keuangan sebagai organisasi dapat berdiri karena adanya para pendukungnya, penyandang dana, pelaksananya, pimpinan dari perusahaan, mitra kerja, para pesaing, lembaga pemerintah, dan banyak pihak lagi yang dalam beroperasinya sehari-hari saling berhubungan.

Definisi Lembaga Keuangan secara umum menurut Iskandar (2008:2), bahwa Lembaga Keuangan merupakan:

“Badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya serta jasa keuangan lainnya”.

Praktek manajemen perbankan dan lembaga keuangan lainnya, berpusat disekitar pengelolaan keuangan sesuai dengan karakteristik bidang usahanya. 2.3.1 Pengertian Bank

Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”

Sedangkan menurut Kasmir (2011:11) pengertian bank merupakan: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya”

Dari batasan di atas dapat ditarik kesimpulan, usaha bank meliputi: 1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan

2. Menyalurkan dana dalam bentuk kredit, dan 3. Bentuk-bentuk usaha lainnya.

(4)

2.3.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai Financial Intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai Agen of Trust, Agent of Development, dan Agent of Services (Triandaru, Budisantoso, 2006:9).

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak berkerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

(5)

c. Agent of Services

Disamping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan perbankan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

2.3.3 Kegiatan-Kegiatan Bank

Menurut Kasmir (2011:12) terdapat tiga kegiatan bank yang telah disebutkan diatas, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa Bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa Bank lainnya merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

1. Menghimpun dana (funding)

Merupakan kegiatan mengumpulkan uang dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding.

2. Menyalurkan dana (lending)

Merupakan memberikan kembali dana yang diperoleh melalui simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan menyalurkan dana ini sering disebut dengan istilah lending.

3. Memberikan jasa bank lainnya

Merupakan jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Misalnya: Jasa pengiriman uang (transfer), Jasa penagihan (inkaso), Jasa kliring, dsb.

(6)

2.3.4 Jenis-Jenis Bank

Penggolongan Bank menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 terdiri atas beberapa klasifikasi diantaranya sebagai berikut:

a. Berdasarkan Jenisnya: 1. Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal Bank Umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing (Kasmir, 2011:22).

b. Berdasarkan Kepemilikannya: 1. Bank Milik Pemerintah

Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Misalnya: Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.

(7)

2. Bank Milik Pemerintah Daerah

Bank yang terdapat di daerah tingkat I dan Tingkat II masing-masing provinsi, seperti: BPD Jawa barat, BPD Sumatera Utara, dsb.

3. Bank Milik Swasta Nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Contoh: Bank Bukopin, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Danamon.

4. Bank Milik Koperasi

Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.

5. Bank Asing/ Campuran

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh: City Bank, Standard Chartered Bank, dan ABN AMRO Bank. Sedangkan Bank campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Contoh: Ing Bank, Inter Pasific Bank, dan Paribas BBD Indonesia. c. Berdasarkan Kegiatan Usahanya:

1. Bank Devisa

Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, dan pembayaran Letter of Credit (L/C).

2. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

(8)

d. Berdasarkan Sistem Pembayaran Jasa: 1. Bank Berdasarkan Pembayaran Bunga

Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:

- Spread based

Dengan menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian juga untuk produk pinjaman (kredit)

- Fee based

Untuk jasa-jasa lainnya bank konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu, seperti: Biaya administrasi.

2. Bank Dengan Prinsip Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah (Iskandar, 2008:30).

2.3 Tinjauan Perbankan Syariah

Perbankan Islam adalah bentuk layanan keuangan beretika yang prinsip dasarnya bersumber dari syariah. Elemen penting dari syariah adalah larangan terhadap bunga (riba), baik nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga tetap maupun berbunga mengambang. Elemen lainnya mencakup penekanan pada kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas, keinginan untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi serta berbagai ketidakpastian lainnya.

Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain-pemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4

(9)

BUS dimana 2 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun 2010 ini berkurang menjadi 23 UUS (www.bi.go.id)

2.3.1 Definisi Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yaitu:

“Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”

Sedangkan menurut Arifin (2009:3) Bank Syariah merupakan:

“ Bank yang didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah, dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”

Dimana, prinsip utama yang diikuti oleh bank islami itu adalah: a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi,

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah, dan

c. Memberikan zakat

2.3.2 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), adalah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya

maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola zakat serta dana-dana sosial lainnya.

(10)

2.3.3 Produk dan Jasa Bank Syariah

Menurut Iskandar (2008:31) produk dalam bank syariah pada dasarnya sama dengan prinsip bank konvensional, yang berbeda adalah istilah dan tata cara pengaturannya (sistem) dimana bank syariah mengacu kepada syariah agama islam.

1. Sumber Dana Bank Syariah

- Giro berdasarkan prinsip Wadiah - Tabungan berdasarkan prinsip Wadiah

- Tabungan berdasarkan prinsip Mudharabah muthlaqah atau prinsip mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank. - Deposito berdasarkan prinsip Mudharabah muthlaqah atau prinsip

mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank. Dalam penghimpunan dana bank syariah dikenal dengan adanya dua prinsip, yaitu:

a. Prinsip Wadiah

Suatu akad penitipan uang dimana pihak yang menerima titipan uang (bank) boleh menggunakan dan memanfaatkan uang yang dititipkan, dengan ketentuan bahwa:

- Semua keuntungan atau kerugian sebagai akibat penggunaan dan pemanfaatan uang menjadi milik atau tanggung jawab bank.

- Pihak bank dapat memberikan insentif berupa bonus dengan catatan tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan di awal namun hanya pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.

b. Prinsip Mudharabah

Suatu akad kerjasama antara pemilik dana atau shahibul maal (nasabah) dan pengelola dana atau mudharib (bank) dimana pemilik dana menyerahkan uangnya kepada mudharib untuk dimanfaatkan atau dikelola, dengan ketentuan bahwa pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang ditetapkan di awal dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Sedangkan jenis mudharabah ada dua, yaitu:

(11)

- Mudharabah Muthlaqah

Yaitu salah satu jenis mudharabah dimana mudharib (bank) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal (nasabah).

- Mudharabah Muqayyadah

Suatu bentuk akad mudharabah dimana pemilik dana/nasabah/ shahibul maal memberikan batasan-batasan tertentu atas pemanfaatan atau pengelolaan dananya.

2. Penggunaan Dana Bank Syariah

Dalam mencari keuntungan Bank Syariah memberikan jasanya dalam bentuk sistem pembiayaan yaitu:

a. Prinsip Bai’ atau Jual Beli

Dalam pembiayaan bank syariah prinsip bai’ terdiri dari: - Bai Murabahah

Adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Dan penyerahan barang pada saat disepakati sedangkan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan ataupun diangsur. Contoh: Jenis kredit investasi pembelian rumah.

- Bai As Salam

Adalah prinsip jual beli suatu jenis barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli dengan pembayaran dimuka sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang disepekati namun penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.

- Bai Istishna

Adalah prinsip jual beli barang dimana waktu penyerahan barang dilakukan dikemudian hari, sementara pembayaran dapat dilakukan melalui angsuran atau ditangguhkan.

b. Prinsip Ijarah wa Iqtina atau Beli Sewa

Adalah perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa

(12)

sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berkahir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

Contoh: Untuk jenis usaha leasing. c. Prinsip syirkah atau bagi hasil

Prinsip syirkah terdiri dari: - Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan suatu usaha tertentu.

Contoh: Pembiayaan khusus untuk modal kerja - Mudharabah Muthlaqah

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan suatu usaha tertentu dimana mudharib (bank) diberikan hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal (nasabah).

- Mudharabah Muqayyadah

Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan suatu usaha tertentu dimana mudharib dibatasi haknya oleh shahibul maal, antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, tempat usaha, dll.

3. Jasa-Jasa Bank Lainnya - Iqtina

Adalah pembiayaan jual beli yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah.

- Kafalah

Adalah akad pemberian garansi/jaminan oleh pihak bank kepada nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin.

(13)

- Ijarah (Sewa)

Adalah akad yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana pihak bank menyewakan barang, sedangkan pemelihara atas barang yang disewa dilakukan berdasarkan kesepakatan.

Contoh: Sewa mobil, Sewa kantor. - Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Adalah transaksi pertukaran dua mata uang yang berbeda. 2.4 Laporan Keuangan

2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.

Menurut Kasmir (2011:253) pengertian laporan keuangan adalah:

“Laporan keuangan menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode”.

Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat di atas tergambar dalam laporan keuangan yang disebut neraca.

Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan memuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.

(14)

2.4.2 Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan

Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum menurut Kasmir (2011: 254) terdapat tujuh tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis

modal bank pada waktu tertentu.

d. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan, berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.

2.4.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan

Dalam praktiknya, pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak.

(15)

Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank.

Menurut Kasmir (2011:255) terdapat pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

a. Pemegang Saham

Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Bagi pemilik dengan adanya laporan keuangan ini, akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah dividen yang akan diterima. Kemudian untuk menilai kinerja pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang diberikannya.

b. Pemerintah

Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. Pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peran perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu.

c. Manajemen

Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan dan untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

d. Karyawan

Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya sehingga mereka merasa perlu meningkatkan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian.

(16)

e. Masyarakat luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank.

2.4.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank Syariah

Menurut Arifin (2009:80) terdapat enam jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

a. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan modal) suatu bank. b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas.

d. Laporan Perubahan Modal Atau Laba Ditahan

Laporan yang mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: modal disetor, kontribusi modal para pemilik, pendapatan (kerugian) netto, distribusi kepada para pemilik, kenaikan (penurunan) pada cadangan legal dan pilihan, dan laba ditahan pada awal periode.

e. Laporan pada Investasi Terbatas

Laporan yang memisahkan investasi terbatas berdasarkan sumber pembiayaan dan memisahkan portofolio investasi berdasarkan jenisnya.

f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat dan Sumbangan g. Laporan Sumber dan Penggunaan dana Qard

Mengungkapkan saldo qard yang beredar dan dana-dana yang tersedia pada awal periode berdasarkan jenisnya, jumlah, dan

(17)

sumber-sumber dan penggunaan dana yang disumbangkan selama periode berdasarkan jenisnya, jumlah, dan penggunaan dana-dana selama periode berdasarkan jenisnya serta saldo dana qard yang beredar dan dana yang tersedia pada akhir periode.

h. Catatan-Catatan Laporan Keuangan

Mengungkapkan semua informasi dan material yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan, dan bisa dipercaya bagi para pemakainya.

2.5 Tingkat Kesehatan Bank

2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode. Penilaian kesehatan bank akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.

Dimana definisi tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 sebagai berikut:

“Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi/kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan/atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar”

2.5.2 Penilaian Kecukupan Permodalan (Capital)

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

2.5.3 Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality)

Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur ada dua macam, yaitu;

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.

(18)

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan.

2.5.4 Penilaian Manajemen (Management)

Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

2.5.5 Penialain Rentabilitas (Earning)

Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank dengan melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu:

a. Rasio laba terdapat total asset (Return On Asset)

b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 2.5.6 Penilaian Liquiditas (Liquidity)

Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu:

a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktivitas lancar. Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro, dan BI, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendos oleh Bank Umum.

b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. 2.6 Modal Bank Syariah

2.6.1 Pengertian Modal Bank

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia (Dendawijaya, 2005:38).

(19)

Menurut Arifin (2009:58) berdasarkan prinsipnya bank syariah dapat menarik dana pihak ketiga atau masyarkat dalam bentuk:

 Titipan (Wadi’ah)

Yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.

 Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed account) untuk investasi umum dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proposional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.

 Investasi khusus dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee.

Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari: 1. Modal Inti

Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari:

a. Modal Disetor

Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Cadangan umum

Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

c. Laba ditahan

Merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah diputuskan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan.

(20)

2. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)

Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:

a. Rekening Investasi Umum

Dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip mudarabah muthlaqah.

b. Rekening Investasi Khusus

Dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui dan kehendaki.

c. Rekening Tabungan Mudharabah

Prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah dananya harus dalam bentuk uang, dalam jumlah tertentu dan diserahkan kepada mudharib.

3. Dana Titipan (Wadi’ah/Non Remunerated Deposit)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan.

 Rekening Giro Wadi’ah

Dengan prinsip wadi’ah yad dimana bank sebagai kustodian harus menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah.

(21)

Berupa simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali.

2.6.2 Fungsi Modal Bank

Menurut Johnson and Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi (Kasmir, 2011:159), yaitu:

a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya.

b. Sebagai dasar penetapan batas maksimum pemberian kredit.

c. Sebagai dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan

2.6.3 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti Standar Bank for International Settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan menurut BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan demikian, CAR minimum bagi bank-bank umum di Indonesia adalah 8%.

2.6.4 CAR (Capital Adecuancy Ratio)

Menurut Dendawijaya (2005:121) pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah:

“Capital Adecuacy Ratio merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko”.

(22)

100%

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

2.7 Likuiditas Bank

2.7.1 Pengertian Likuiditas Bank

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang harus segera dibayar. Sedangkan definisi likuiditas bank menurut Taswan (2006:96) adalah:

“Kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit”

Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan.

2.7.2 FDR (Financing Deposit Ratio)

Menurut Dendawijaya (2005:116) pengertian FDR (Financing Deposit Ratio) adalah:

“Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank”.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut.

100%

FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

(23)

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

2.8 Kredit

2.8.1 Pengertian Kredit

Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan, kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya.

Dalam bukunya Kasmir (2011:73) menguraikan pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

2.8.2 NPL (Non Performing Loan)

Pengertian Non Performing Loan menurut Mahmoedin (2004:2) adalah: “Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan”

NPL digunakan untuk menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Besarnya rasio ini dapat dirumuskan dengan:

(24)

2.9 Profitabilitas Bank

2.9.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut Dendawijaya (2005:118) bahwa pengertian profitabilitas merupakan:

“Kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan mengukur efektifitas suatu perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya”.

2.9.2 ROA (Return On Assets)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang akan dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:119).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 100%

2.9.3 BOPO (Rasio Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat digambarkan sebagai berikut:

100%

Rasio baiaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.

(25)

2.10 Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO Terhadap Profitabilitas di Sektor Perbankan

Suatu bank dapat dinilai sehat salah satunya dilihat dari aspek permodalan pada bank tersebut. Mengingat pentingnya fungsi modal bagi setiap bank, maka manajemen harus memperhatikan dengan baik penyediaan dan pengelolaan modal minimum pada bank tersebut. Apabila suatu bank dapat menjaga kestabilan nilai CAR, maka kemampuan bank tersebut untuk menghasilkan laba/profit yang optimum akan meningkat. Maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko yang dihadapi.

Oleh karena itu, adanya risiko-risiko yang dihadapi oleh bank inilah yang menyebabkan bank juga harus dapat menjaga tingkat likuiditas pada bank tersebut, agar suatu bank selalu mampu untuk memenuhi semua kewajibannya dalam jangka pendek. Sehingga tidak terjadi kondisi kredit bermasalah yang menyebabkan perusahaan tidak efisien dalam mengelola dana karena menurunnya pendapatan operasional yang diperoleh dari pemberian kredit pada masyarakat, sedangkan perusahaan harus tetap membayar biaya bunga kepada nasabah. Sehingga dengan menurunnya tingkat CAR pada suatu bank dan meningkatnya biaya operasional, maka penyaluran kredit pada masyarakat pun semakin turun dan akhirnya laba yang akan diperoleh perusahaan pun akan menurun.

2.10.1 Pengaruh CAR Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005: 121). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements). Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.

(26)

2.10.2 Pengaruh LDR Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Loan Deposit Ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank. Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR tersebut menyatakan, seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengadalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dimana semakin tinggi rasio ini, menunjukan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakn besar.

Simorangkir (2004:147) mengungkapkan bahwa bank yang dapat menjaga likuiditasnya membuat perusahaan terhindar dari kondisi bermasalah sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh profitabilitas yang optimal.

2.10.3 Pengaruh NPL Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

Non Performing Loan menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Almilia dan Herdanigtyas, 2005). Sehingga jika semakin besar Non Puerforming Loan (NPL) akan mengakibatkan menurunnya Return On Assets, yang juga berarti kinerja keuangan bank menurun. Begitu pula sebaliknya jika Non Performing Loan (NPL) turun, maka Return on Assets (ROA) akan semakin meningkat sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik.

Menurut Mahmoedin (2004:114) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Hal ini terlihat pada perhitungan produktivitasnya yang dituangkan dalam rumus Return On Equity dan Return On Assets. Jika kredit tidak lancar (NPL) maka rentabilitasnya menjadi kecil.

(27)

2.10.4 Pengaruh BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank

BOPO merupakan rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2005:120). Rasio BOPO yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.

Rasio yang sering disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya semakin besar BOPO berarti semakin kurang efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu untuk menjamin hal tersebut penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis proses pengembangan potensi pariwisata di Kota Pekanbaru

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka didapat identifikasi masalah yaitu : Bagaimana perkembangan produktivitas bawang merah di

Hasil penelitian memberikan bahwa varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter Tinggi Tanaman dan pemberian pupuk NPKMg memberikan pengaruh yang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan..

karya mural yang dikerjakan para perupa bersama masyarakat yang merupakan proyek mural Jogja Mural Forum (JMF), baik pelaku seni tradisi (proyek mural “Tanda Mata dari Jogja” tahun

Adanya hasil yang beragam dan terjadinya research gap dari penelitian terdahulu pada perusahaan Go Public yang mengalami underpricing, maka penulis tertarik untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca siswa dari SMA PGRI 1 Pati di tahun akademik

[r]