• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM CERIA TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI TK BABUSSALAM AMPALU KECIL NAGARI LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SENAM CERIA TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI TK BABUSSALAM AMPALU KECIL NAGARI LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh:

EZI ADHATUL RAHMI 14 109 025

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

EZI ADHATUL RAHMI, 14 109 025, Judul Skripsi:Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak Di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari LabuhKecamatan Lima Kaum KabupatenTanah Datar, Skripsi. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keterampilan motorik kasar pada anak kelompok B1 di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh. Hal ini dapat dilihat dari keterampilan motorik kasar seperti anak masih sering jatuh saat melakukan gerakan melompat, karena motorik anak belum distimulasi dengan baik dan kurangnya motifasi dari guru untuk mengikuti senam. Hal ini dapat dilihat ketika guru melaksanakan senam pagi. Hanya beberapa anak yang keterampilan motorik kasarnya sudah mulai terampil dengan baik.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian Pre experimental Design, dengan model One Group Pre Test Post Test

Design. Dalam penelitian ini popoulasinya yaitu anak TK Babussalam Ampalu

Kecil Nagari Labuh. Yang mana sampelnya adalah kelompok B1 dengan jumlah anak 10 orang.

Sebelum perlakuan/treatment diberikan kepada anak, terlebih dahulu diberikan pre-test untuk melihat keterampilan motorik kasar pada anak. Adapun rata-rata hasil pre-test adalah 24,1. Setelah pre-test kemudian dilanjutkan dengan

treatment, selama melaksanakan treatment terjadi suatu peningkatan yang terlihat

dari hasil post-test yang mana rata-ratanya yaitu 35,7. Untuk menguji signifikansi t0 dengan cara membandingkan t0 dan tt, pada taraf signifikan 5% yaitu tt 5% =

2,26 dan t0= 9,20 maka dapat diketahui bahwa t0 adalah lebih besar dari tt yaitu

9,20>2,26. Dengan demikian, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara

Pre-Test dan Post-Test pada kelompok experiment. Maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya kegiatan senam ceria dapat berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasarpada anak.

(6)

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GRAFIK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Batasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian ... 6 F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Keterampilan Motorik ... 7

a. Pengertian keterampilan motorik ... 7

b. Macam-macam keterampilan motorik ... 8

c. Fungsi keterampilan motorik ... 9

d. Cara mempelajari dan meningkatkan keterampilan motorik ... 10

e. Stimulasi untuk meningkatkan perkembangan motorik ... 12

f. Pengertian motorik kasar... 14

g. Grakan motorik kasar ... 15

h. Tugas Perkembangan Motorik Kasar ... 17

i. Tujuan pengembangan motorik kasar ... 17

j. Tahapan-tahapan Perkembangan Motorik Kasar ... 18

(7)

iii

a. Pengertian senam ceria ... 19

b. Jenis-jenis senam ceria ... 21

c. Manfaat senam ceria ... 22

d. Langkah-langkah senam ceria ... 22

3. Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik ... 23

B. Penelitian Relevan ... 24

C. Hipotesis ... 26

D. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Definisi Operasional ... 31

E. Pengembangan Instrumen... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Data Pre-test ... 41

2. Pelaksanaan Pertemuan (Treatment) ... 44

3. Deskripsi Data Post-test ... 60

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 63

1. Deskripsi data treatment-post-test ... 63

C. Persyaratan Analisis Data ... 68

1. Data Berdistribusi Normal ... 68

2. Uji Homogenitas ... 69

3. Data Interval ... 70

D. Pengujian Hipotesis ... 71

E. Uji N-Gain Ternormalisasi ... 73

(8)

iv BAB V PENUTUP ... 78 A. Kesimpulan ... 78 B. Implikai ... 78 C. Saran ... 78 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttes Design ... 28 Tabel 3. 2 Jumlah Anak TK Babussalam Ampalu Kecil ... 30 Tabel 3. 3 Sampel Penelitian ... 31 Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen PenelitianKeterampilan Motorik Kasar Anak di

TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh... 32 Tabel 3. 5 Penilaian Keterampilan Motorik Kasar... 35 Tabel 3. 6 AlternatifKategori Instrumen dan Bobot ... 37 Tabel 3. 7 Klasifikasi Skor Keterampilan Motorik Kasar pada AnakUsia 5-6

Tahun ... 39 Tabel 4. 1 Gambaran Keterampilan Motorik Kasar Anak(Pre-Test) ... 42 Tabel 4. 2 Jadwal Pelaksanaan untuk Meningkatkan Pengaruh Senam

CeriaTerhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak ... 43 Tabel 4. 3 Gambaran Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Kasar Anak(Treatment 1) ... 47 Tabel 4. 4 Gambaran Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Kasar Anak (Treatment 2) ... 51 Tabel 4. 5 Gambaran Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Kasar Anak (Treatment 3) ... 55 Tabel 4. 6 Gambaran Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Kasar Anak (Treatment 4) ... 59 Tabel 4. 7 Hasil Post-test Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh ... 61 Tabel 4. 8 Klasifikasi Skor Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan

Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh

(Post-test) ... 62

Tabel 4. 9 Klasifikasi Skor Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh (Treatment 1) ... 63

(10)

vi

Tabel 4. 10 Klasifikasi Skor Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh

(Treatment 2) ... 64

Tabel 4. 11 Klasifikasi Skor Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh (Treatment 3) ... 64

Tabel 4. 12 Klasifikasi Skor Pengaruh Senam Ceria Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh (Treatment 4) 65 Tabel 4. 13 Hasil Perolehan Nilai Pretest-Treatment-Posttest ... 66

Tabel 4. 14 Perbandingan Data Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak antara Pretest dan Posttest secara keseluruhan 66 Tabel 4. 15 Klasifikasi Skor Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh ... 68

Tabel 4. 16 Grafik Uji Normalitas ... 69

Tabel 4. 17 Uji Homogenitas ... 69

Tabel 4. 18 Anova ... 69

Tabel 4. 19 Perbandingan Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar AnakAntara Pre-test dan Post-test... 70

Tabel 4. 20 Menguji Kebenaran Hipotesis Alternatif Nilai t (H) ... 71

(11)

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh... 67

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang begitu pesat. Periode ini merupakan periode paling penting dan mendasar sepanjang kehidupan manusia. Mendukung hal tersebut Barnawi (2014: 32) menjelaskan bahwa:

“Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya”.

Kutipan di atas memiliki makna bahwa anak usia dini merupakan anak baru lahir hingga usia 6 tahun. Masa usia dini merupakan masa yang tepat untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada usia dini anak juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Mengingat pentingnya masa peka ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik. Baik orang tua, guru, maupun masyarakat yang ada disekitar anak. Dengan adanya dukungan penuh dari lingkungan, anak akan lebih dapat meningkatkan segala potensi yang dimilikinya. Potensi yang harus dikembangkan disini berkaitan dengan aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini nomor 137 tahun 2014 dinyatakan bahwa terdapat enam aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada anak usia dini yaitu:(1) perkembangan nilai agama dan moral, (2) perkembangan fisik

(13)

motorik, (3) perkembangan bahasa, (4) perkembangan kognitif, (5) perkembangan sosial-emosional, (6) perkembangan seni.

Salah satu dari beberapa aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah aspek perkembangan motorik. Keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.

Menurut Sutanto(dalam Adriati, 2017: 35) motorik adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh, dan perkembangan ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak.

”Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing perannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna

keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya

kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya”. (Zulkifli, 2009: 31).

Penjelasan diatas bermakna bahwa perkembangan motorik seorang anak dipengaruhi oleh unsur-unsur yang saling berkaitan yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini saling berkaitan dan berhubungan, anak yang memiliki pertumbuhan otak yang baik juga akan terampil dalam melakukan gerakan yang berhubungan dengan ototnya serta akan mengalami perkembangan saraf yang baik pula.

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil dari pola interaksi dan kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang di kontrol otak. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat dan alat yang terkoordinasi dalam tubuh. Maka dari itu otaklah yang berfungsi sebangai bagian dari susunan syaraf yang mangatur dan mengontrol

(14)

semua aktivitas fisik dan mental seseorang, perkembangan motorik terbagi atas motorik halus dan motorik kasar. (Nuryanti, 2015:102-103).

Motorik kasar (gross motor skill), yaitu segala keterampilan anak dalam menggerakkan dan menyeimbangkan tubuhnya, seperti melompat dan berlari. Sedangkan motorik halus (fine motor skill) yaitu suatuu keterampilan menggerakkan otot dan fungsinya. Dengan kata lain gerakan motorik halus lebih spesifik dibandingkan motorik kasar, seperti menulis, melipat, merangkai, dan menggunting. (Fadillah, 2012: 38).

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa motorik kasar merupakan keterampilan anak dalam menggerakkan dan menyeimbangi tubuhnya, baik itu untuk berlari, bergantung, berjinjit, melempar, menangkap, serta kegiatan yang membutuhkan keseimbangan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerak motorik kasar.

“Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini nomor 137 tahun 2014

dinyatakan bahwa terdapat empattingkat pencapaian

perkembanganmotorik kasar pada anak usia dini adalah: (1) melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. (2) melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam. (3) melakukan permainan fisik dengan aturan. (4) terampil menggunakan tangan kanan dan kiri”.

Salah satu cara untuk membantu perkembangan motorik kasar adalah gerakan senam. Senam adalah kegiatan yang bermanfaat dalam mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability) (Mahendra dalam Hariyati, 2012 : 35).

Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak (Mahendra, dalam Tulus Sukma, 2018:44). Senam merupakan latihan olah tubuh agar terbentuk daya tahan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan kontrol tubuh yang baik. Selain itu fungsi dari latihan senam ini sejalan dengan Pradipta (dalam Tulus Sukma, 2018:44) Dalam rangka pencegahan permasalahan baru dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang mengalami kekakuan.

(15)

Senam merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini. Senam diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anakpun terbina.

Peter H. Werner (dalam Nuryanti, dkk, 2015: 103-104) mengatakan bahwa:

"Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh". Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya,bukan pula pola-pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah

pengembangan kualitas terhadap fisik serta penguasaan

pengontrolannya. Sedangkan senam ceria yang dimaksud adalah senam yang di modifikasikan dari salah satu kelompok senam yaitu senam irama/ritmik, hal tersebut dikarenakan bahwa senam ritmik adalah gerakan yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama.

Menurut pendapat di atas dikatakan bahwa senam ceria merupakan modifiksasi dari senam irama. Senam irama tercipta dari adanya koordinasi gerak tubuh yang diiringi dengan irama. Iringan senam irama antara lain musik (piano), ketukan, angklung, tepukan, hitungan, dan berbagai alat lain yang ada di sekitar kita.

Melalui kegiatan senam PAUD ceria diharapkan keterampilan motorik kasar yang dimiliki anak dapat berkembang pula. Dengan demikian anak-anak yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia dapat diwujudkan. Di samping untuk mengembangkan potensi anak, dengan membiasakan anak-anak untuk berolahraga (senam) sejak dini, diharapkan nantinya anak-anak gemar berolahraga, mengingat olahraga merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh.

Berdasarkan hasil observasi di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh pada bulan Agustus 2018, peneliti melihat anak masih sering jatuh saat gerakan melompat, karena motorik anak belum distimulasi dengan baik dan kurangnya motivasi dari guru untuk mengikuti senam.

Kegiatan senam ceria yang dilakukan di TK Babussalam Ampalu Kecil belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat ketika guru

(16)

melaksanakan senam pagi. Anak-anak berbaris dihalaman sekolah, guru kemudian meminta anak-anak untuk mengatur jarak dengan teman. Pada saat proses senam berlangsung ada sebagian anak masih kesulitan dalam mengkoordinasikan tubuh, hal ini terlihat saat anak masih kesulitan dalam melompat dan mengayunkan kaki. Dalam kegiatan meloncat anak masih mengalami kesulitan sehingga mengakibatkan anak sering terjatuh. Saat melakukan senam gerakan anak masih belum terkoordinasi, karena anak melakukan gerakan yang disukainya saat melakukan senam, sehingga anak tidak mau mengikuti gerakan senam yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti tentang “Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar

Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Anak sering jatuh saat gerakan melompat.

2. Anak tidak mau mengikuti gerakan senam yang dicontohkan oleh guru. 3. Anak melakukan senam sesuai dengan gerakannyan sendiri.

4. Kegiatan senam ceria dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar anak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberi batasan masalah yang akan dibahas yaitu “Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah senam ceria berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasar anak?

(17)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui seberapa besarpengaruh senam ceriaterhadap keterampilan motorik kasar anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan peneliti tentang cara meningkatkan motorik kasar anak.

b. Memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) pada IAIN Batusangkar.

2. Bagi Anak

Dapat membantu anak dalam meningkatkan motorik kasaranak melalui kegiatan senam ceria.

3. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam meningkatkan motorik kasar anak. Memper mudah pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan, dan sebagai sarana membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran.

4. Manfaat dan Luaran Penelitian

Sebagai karya ilmiah untuk pengembangan kompetensi dan pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di program sarjana (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).

(18)

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Keterampilan Motorik

a. Pengertian keterampilan motorik

Keterampilan motorik merupakan “Gambaran kemampuan motorik seseorang yang ditujukan melalui penugasan suatu gerakan, dalam suatu proses pembelajaran motorik, seorang pembelajar

diharapkan mampu menguasai keterampilan motorik, yaitu

kemampuan seseorang untuk melakukan suatu gerak secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. (Rahyubi, 2012: 211).

Keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan akurat. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Setelah anak dapat mengendalikan gerakan tubuh secara kasar mereka siap untuk mulai memperoleh keterampilan. Keterampilan tersebut didapatkan atas kematangan yang pada waktu lahir telah mengubah aktivitas acak yang tidak berarti yang ada pada saat lahir, menjadikan gerakan terkoordinasi. Seperti contoh, pada waktu kematangan otot tangan menghasilkan kemampuan menggenggam dan memegang benda, dan anak siap mempelajari keterampilan makan sendiri dengan menggunakan sendok, demikian juga pada waktu kematangan otot menghasilkan kemampuan berjalan berarti anak telah siap belajar meluncur, melompat tinggi, dan melompat jauh.

Motorik terjemahan dari kata “motor” adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak, dengan kata lain gerak adalah suatu tindakan yang didasari oleh proses motorik. Sementara itu Muhibbin mengatakan:

Motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, karena motorik menyebabkan suatu gerak, maka setiap penggunaaan kata motorik selalu dikaitkan dengan

(19)

gerak dan didalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak. (Samsudin, 2008: 10-11)

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa

keterampilan motorik tersebut adalah kemampuan seseorang atau anak dalam gerak sesuai dengan kemampuannya dalam versi yang berbeda-beda, dengan adanya keterampilan motorik ini bisa dilihat sejauh mana kemampuan seseorang dengan tahap motoriknya.

b. Macam-macam keterampilan motorik

Terdapat dua keterampilan motorik pada anak Taman Kanak-kanak:

1) Keterampilan motorik kasar

Santrock (2007: 210) mengatakan bahwa “Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan yang melibatkan otot-otot besar, seperti menggerakkan lengan dan berjalan”. Sejalan dengan itu Rahyubi (2012: 222) mengungkapkan bahwa “Keterampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan sebagainya.

Perkembangan motorik anak akan berkembang sesuai dengan usianya. Orangtua tidak perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah pada waktunya dilakukan (dalam Afriana, 2018: 14).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras, semakin anak menjadi dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya

geraknya sudah berbeda pula. Hal ini mengakibatkan

(20)

2) Keterampilan motorik halus

Fadillah (2012: 38) menjelaskan bahwa “Motorik halus yaitu suatu keterampilan menggerakkan otot dan fungsinya, dengan kata lain motorik halus ini gerakan-gerakannya lebih spesifik dari motorik kasar, seperti menulis, melipat, merangkai, dan menggunting”. Rahyubi (2012: 222) mengungkapkan bahwa “motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasi atau mengatur otot-otot kecil/halus”. Misalnya berkaitan dengan gerakan mata dan tangan. Berdasarkan pendapat diatas diketahui bahwa keterampilan motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil.

c. Fungsi keterampilan motorik

Menurut Tjandrasa (dalam Afriana,2018: 18) keterampilan motorik berbeda, memainkan peran yang berbeda pula dengan penyesuaian sosial dan pribadi anak. Keterampilan motorik dapat dibagi ke dalam 4 kategori yaitu:

1) Keterampilan bantu diri (self-help)

Untuk mencapai kemandiriannya anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.

2) Keterampilan bantu sosial (social-help)

Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan tetangga anak harus menjadi anggota yang kooperatif. Untuk mendapatkan penerimaan kelompok tersebut diperlukan keterampilan tertentu, seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah.

3) Keterampilan bermain

Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau dapat menghibur diri diluar kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain bola kaki, menggambar, melukis, dan memanipulasi alat permainan.

(21)

4) Keterampilan sekolah

Pada permulaan sekolah keterampilan motorik seperti melukis, menulis, menggambar dan menari. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki , semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan semakin baik prestasi disekolahnya, baik dalam prestasi akademik maupun non akademik.

Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa fungsi keterampilan motorik berperan penting dalam diri anak, dengan adanya fungsi ini sehingga bisa membantu anak dalam kemandirian di sekolah, dapat bermain dilingkungannya, dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.

d. Cara mempelajari dan meningkatkan keterampilan motorik

Menurut Aisyah (2007: 4.46-4.47) ada beberapa cara mempelajari keterampilan motorik anak:

1) Belajar coba dan ralat (trial and error)

Suatu keterampilan motorik dimana anak akan

mempelajainya dengan cara mencoba-coba beberapa kali hingga dia berhasil menguasai keterampilan tersebut secara benar. Namun cara ini biasanya akan menghasilkan keterampilan yang jauh dibawah kemampuannya. Misalnya ketika anak belajar naik ayunan tanpa bimbingan. Dia akan mencoba berbagai cara agar dapat memainkan ayunan tersebut. Kemungkinan besar dia akan bisa memainkannya tetapi cara yang dilakukan belum tentu benar, bahkan bisa saja membahayakannya.

2) Meniru (imitation)

Belajar dengan cara meniru dan mengamati (orangtua dan anak lain yang lebih tua) lebih cepat dari pada belajar dengan cara coba-coba dan rallat, tetapi belajar dengan cara ini dibatasi oleh kesalahan yang dilakukan oleh model. Hasil yang didapat oleh anak akan kurang baik jika model yang ditirunya jelek. Misalnya jika anak belajar berenang dengan melihat contoh jelek, maka kemungkinan besar cara berenang anak juga akan jelek.

3) Pelatihan

Belajar dengan supervisi atau bimbingan yang

dikombinasikan dengan meniru model akan menghasilkan keterampilan motorik yang baik. Bimbingan diberikan ketika anak mengamati dan memperhatikan model yang yang sedang melakukan keterampilan motorik, sehingga anak dapat meniru dengan tepat dan juga gerakan-gerakan yang kurang benar dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Gerakan yang salah atau

(22)

kurang benar sudah tertanam dalam diri anak akan sukar untuk hilang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga cara yang paling umum digunakan anak dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu dengan cara belajar coba dan ralat, meniru, dan melalui pelatihan.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik anak diperlukan beberapa cara diantaranya:

1) Dunia anak pada usia dini adalah bermain. Beri kesempatan kepada anak untuk bermain yang dapat melatih penguasaan keterampilan motorik kasar dan halusnya. Suasana berlatih harus menyenangkan. Usahakan agar pengalaman bergerak ini memasukkan unsur eksplorasi dan aktivitas pemecahan masalah, sehingga anak termotivasi untuk bertindak kreatif.

2) Sediakan peralatan dan lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan motoriknya. Untuk motorik kasarnya yaitu dengan menyediakan lahan/area yang aman dan cukup luas bagi anak untuk bergerak bebas, berlari-lari, dan berguling-guling. Kegiatan ini dapat dilakukan dirumah, di lapangan, pusat-pusat olahraga atau taman-taman yang tersedia.

3) Perkenalkan dan latihlah anak dengan sebanyak mungkin jenis keterampilan motorik karena, keberhasilan menguasai suatu keterampilan bukan jaminan bagi anak untuk dapat menguasai keterampilan lain. Semakin banyak jenis keterampilan yang diperkenalkan pada anak, akan semakin baik bagi perkembangan motoriknya.

4) Tidap perlu membedakan perlakuan pada anak laki-ladi dan perempuan karena pada usia dini kemampuan dan ketertarikan anak terhadap aktivitas motorik sama.

5) Jangan menekankan pada kekuatan dan kecepatan, tetapi perhatikan gerakan dan postur tubuh yang benar dalam melakukan aktivitas motorik tersebut.

6) Sabarlah dalam menghadapi anak, karena berkembangnya suatu keterampilan motoriknya, juga tergantung waktu dan keinginan anak untuk menguasainya.

7) Pada dasarnya setiap anak adalah unik. Oleh karena itu jangan membandingkan kemampuan motorik seorang anak dengan anak lain yang sesuai dengannya. (Hildayani dalam Afriana, 2018: 19-20)

(23)

Berdasarkan pemaparan diatas, diketahui bahwa untuk meningkatkan keterampilan motorik anak dilakukan dengan cara yang telah disebutkan, dan pada masa ini anak perlu mendapatkan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat untuk perkembangan motoriknya.

e. Stimulasi untuk meningkatkan perkembangan motorik

Benyamin Bloom menyatakan bahwa rentang penguasaan psikomotor ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan lancar dan luwes. Dave mengembangkan teori Bloom ini dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik kedalam lima kategori, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. (dalam Suyadi, 2010: 73) Kelima kategori tersebut adalah

imitation (peniruan), manipulation (penggunaan konsep), presition

(ketelitian), articulation (perangkaian), dan naturalization

(kewajaran/kealamiahan). 1) Imitation (peniruan)

Imitation (peniruan) adalah keterampilan untuk menentukan

suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan atau memperlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini merupakan representasi ulang terhadap apa yang dilihat dan didengar anak. Oleh karena itu peningkatan gerak fisik motorik tahap ini bisa dilakukan dengan memeragakan gerakan tertentu, atau sekedar mempertontonkan tayangan film, misalnya. Stimulasi yang diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan nenirukan gerakan binatang, suara burung, atau gerakan-gerakan yang lain.

2) Manipulation (penggunaan konsep)

Manipulation (penggunaan konsep) adalah kemampuan

untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan anak selalu

mengikuti arahan, penampakan gerakan-gerakan, dan

menempatkan suatu keterampilan gerak tertentu berdasarkan latihan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan melatih keterampilan tertentu pada anak, seperti menggunakan sendok makan, gunting, gergaji, atau gerakan-gerakan lompat, loncat, skipping, dan lain sebagainya.

(24)

3) Presition (ketelitian)

Presition (ketelitian) adalah kemampuan yang berkaitan

dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu. Kemampuan gerak fisik-motorik ini sebenarnya hampir sama dengan gerak fisik-motorik pada tahap manipulasi. Hanya saja, pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih tinggi, sehingga kesalahannya dapat dieliminasi. Stimulasi yang dapat diberikan untuk menunjang tercapainya gerak fisik-motorik pada tahap ini adlah dengan melatih mengendarai sepeda roda tiga, berjalan mundur, menyamping, dan zig-zag, melempar bola, menangkap, menendang, dan lain sebagainya.

4) Articulation (perangkaian)

Articulation (perangkaian) adalah kemampuan untuk

melakukan serangkaian gerakan secarra kombinatif dan antarorgan tubuh, saraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat ditingkatkan pada mengurutkan serangkaian gerak secara berkesinambungan, konsisten, ajeg, dan luwes. Stimulasi yang diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah menggambar, mengetik, menulis, dan lain sebagainya.

5) Naturalization (kewajaran/kealamiahan)

Naturalization (kewajaran/kealamiahan) adalah kemampuan

untuk melakukan gerak secara wajar atau luwes. Untuk dapat melakukan gerak fisik-motorik pada tahap ini diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara saraf, pikiran, mata, tangan, dan anggota badan yang lain. Oleh karena itu, gerak fisik-motorik pada tahap ini seringkali menguras tenaga dan pikiran. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai keterampilan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah mendemostrasikan atau memeragakan gerak akrobat (jungkir balik), pantomim, tampil bergaya, dan lain sebagainya. Khusus gerak fisik-motorik pada tahap ini, anak tidak serta merta langsung bisa mempraktikannya, melainkan, melainkan harus diulang-ulang hingga mencapai tahap kelenturan dan keluwesan gerak yang sempurna. (dalam Suyadi, 2010: 73-75)

Dengan memberikan berbagai stimulasi secara bertahap sebagaimana dikemukakan Dave diatas, diharapkan anak mampu mencapai tingkat perkembangan fisik motorik secara sempurna, sehingga kesempurnaan capaian gerak ini dapat menunjang tingkat kegeniusannya.

(25)

f. Pengertian motorik kasar

Motorik adalah suatu aspek perkembangan dalam diri anak yang sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya. Aspek keterampilan motorik anak harus dikembangkan sejak dini untuk menunjang aspek perkembangan lainnya. Salah satu kegiatan dapat membantu mengembangkan keterampilan motorik anak yaitunya dengan bermain.

Motorik berasal dari kata “motor” yang menunjukkan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya. Perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik.Samsudin (2008: 8)

Sejalan dengan pendapat diatas Zulkifli (dalam Samsudin, 2008: 11) juga mengemukakan Motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Sukintana (dalam Gusra, 2018: 11) mendefenisikan “Kemampuan motorik merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non-olahraga maupun gerakan dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik”.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa motorik adalah kegiatan yang melibatkan otot-otot tubuh baik gerakan non-olahraga maupun dalam non-olahraga. Motorik setiap anak memang harus dikembangkan dengan baik. Menurut Samsudin (2018: 8) jenis-jenis pengembangan motorik terdiri dari gerak motorik kasar, motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh dan gerak motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang menggunakan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan.

Motorik kasar sangat berperan penting dalam kehidupan anak.

(26)

berhubungan dengan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan meloncat. Baik berjalan, berlari, melompat dan meloncat akan memnggunakan otot-otot besar. Otot besar yang pada anak akan meransang perkembangan keterampilan motorik kasar anak. Rahyubi (2012: 222) mengungkapkan bahwa:

Motorik kasar adalah keterampilan gerak dan gerak tubuh memakai otot-otot besar sebagai dasar utama geraknya. Keterampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga, melompat, meloncat, dan sebagainya.

Hal lain juga diungkapkan oleh Decaprio (dalam Hidayani, 2018: 10)

Menurut Decaprio motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri. Sedangkan pembelajaran

motorik kasar yang diadakan disekolah merupakan

pembelajaran gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh, sebagian, atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berlari, berjalan, melompat, menendang, dll.

Jadi motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dapat dipelajari dengan pembelajaran gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh, sebagian, atau seluruh anggota tubuh. Sehingga motorik kasar anak dapat berkembang dengan baik.

g. Grakan motorik kasar

Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Gerakan motori kasar melibatkan aktifitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak sangat berguna bagi kehidupan.

(27)

Gerakan yang utama utuk dilatih anak yaitu gerakan dasar. Gerakan dasar adalah gerak pengulangan yang dilakukan terus-menerus dari kebiasaan serta menjadi sebagai dasar dari pengalaman dan lingkungan mereka. Menurut Sujiono (dalam Hidayani, 2018: 14) mengatakan bahwa gerakan dasar antara lain:

1) Berjalan

Pada waktu berjalan posisi badan tegak, dada dibuka, perut agak ditari ke dalam supaya rata, kepala tegak, pandangan ke depan. Tangan diayunkan dari belakang ke depan lemas dengan siku agak dibengkokkan kesamping badan.

2) Berlari

Gerakan dasar berlari bagi anak taman kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara berlari ditempat, berlari ke depan, ke samping, ke belakang, dan diserta dengan variasi dan kombinasi kecepatan dan jarak sesuai dengan tingkat kemampuan anak, misalnya berlari ditemmpat pelan-pelan kemudian agak lebih cepat dan berlari ke depan pelan-pelan kemudian cepat

3) Melompat

Pengembangan kemampuan jasmani melalui bentuk-bentuk gerakan dasar melompat pada anak usia taman kanak-kanak adalah untuk memberikan pengalaman bagaimana cara jatuh atau mendarat dengan benar. Disamping itu juga untuk menanamkan keberanian pada anak-anak.

4) Melempar

Pengembangan kemampuan jasmani melalui pembentukan gerak dasar melempar pada anak usia taman kanak-kanak bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota badannya agar lebih terampil dengan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tingkat usia dan kemampuannya.

(28)

h. Tugas Perkembangan Motorik Kasar

Motorik kasar meliputi kegiatan gerak seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh. Dengan menggunakan bermacam koordinasi kelompok otot-otot tertentu, anak dapat belajar untuk merangkak, melempar, atau meloncat. Koordinasi keseimbangan, ketangkasan, kelenturan, kecepatan, dan ketahanan yang merupakan kegiatan motorik kasar.

Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini tugas perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun adalah:

1) Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2) Melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam.

3) Melakukan permainan fisik dengan aturan. 4) Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri

i. Tujuan pengembangan motorik kasar

Mudjito (dalam Hidayani, 2018:15) mengatakan bahwa pengembangan motorik kasar anak di taman kanak-kanak bertujuan sebagai berikut:

1) Untuk memperkenalkan dan melatih gerakan dasar. 2) Untuk melatih kesinambungan tubuh anak.

3) Melenturkan otot-otot anak. 4) Untuk kelincahan gerakan anak.

5) Mengembangkan kecerdasan anak karena dapat merangsang otak melalui gerak aliran atau peredaran darah yang lancar dapat mengalirkan oksigen ke otak sehingga syaraf otak dapat berkembang.

6) Sebagai alat untuk menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Sumantri (dalam Muriyan, 2018: 21) mengatakan tujuan pengembangan motorik kasar adalah sebagai berikut:

1) Mampu meningkatkan keterampilan gerak

(29)

3) Mampu menanamkan sikap percaya diri 4) Mampu bekerjasama

5) Mampu berperilaku disiplin, jujur, dan sportif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan motorik kasar pada anak yaitu agar pertumbuhan pada otot-otot anak berkembang dengan baik, agar dapat meransang otak anak melalui gerak aliran peredaran darah, agar dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

j. Tahapan-tahapan Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Fits dan Potsner (dalam Triyana, 2017:30) proses belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu:

1) Tahap verbal kognitif

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terhadap diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik, karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.

2) Tahap asosiatif

Tahap ini juga disebut dengan tahap menengah. Tahap ini ditandai gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tahap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, dengan

tingkat penguasaan gerak dimana anak sudah mampu

melakukannya sesuai dengan keinginannya dan kesalahangerakan semakin berkurang. Pada tahap ini perkembangan anak usia dini memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang dipelajari. 3) Tahap otomasi

Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Pada tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan

(30)

dimana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal selain yang dilakukan. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan baik dan spontan.

2. Senam Ceria

a. Pengertian senam ceria

Mahmudi menjelaskan bahwa istilah senam berasal dari kata Yunani gymn yang berarti telanjang, sedangkan pesenam disebut

gymnast, berlatih senam dengan Gymnasium. Sedangkan Kusuma

mengemukakan bahwa senam merupakan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan sendi dan keindahan tubuh, sehingga olahraga senam ini banyak diminati orang. Lebih jauh Darnela mengatakan bahwa, senam merupakan gerakan-gerakan yang mengacu kepada kualitas gerakan hingga mengandung arti sebagai suatu sistim latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik melalui latihan tubuh. (dalam Yulifri dan Jonni, 2018: 7)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, senam adalah suatu kegiatan yang muncul ketika anak senam berusaha keras untuk menguji kemampuan gerak tubuhnya dengan kekuatan dan tingkat kesulitan yang dipilih secara sengaja. Latihan tubuh tersebut sengaja dipilih dengan terencana, terprogram dan disusun secara sistematis dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis.

Senam merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini. Senam diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anakpun terbina.

Peter H. Werner (dalam Nuryanti, 2015: 104) mengatakan bahwa:

"Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya

(31)

tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh". Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya, bukan pula pola-pola geraknya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah pengembangan kualitas terhadap fisik serta penguasaan pengontrolannya. Sedangkan

senam ceria yang dimaksud adalah senam yang

dimodifikasikan dari salah satu kelompok senam yaitu senam irama/ritmik, hal tersebut dikarenakan bahwa senam ritmik adalah gerakan yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama.

Irama adalah suatu keadaan gerak, bunyi yang teratur dan tetap antaranya. Di dalam seni irama adalah serangkaian bunyi menurut panjang pendeknya nada tertentu, teratur, dan tetap antaranya, serta irama ini dapat menimbulkan berbagai perasaan atau keindahan, sedangkan birama merupakan bagian terkecil yang sama dari waktu penyajian lagu, disertai aksentuasi yang teratur dan tetap antaranya. (Sujiono, 2011: 9.4)

Senam ceria merupakan rangkaian gerak senam yang dilakukan dengan gerak langkah-langkah serta ayunan lengan dan sikap badan dengan diiringi suatu irama atau musik. Senam irama yang diartikan sebagai “aktivitas gerak yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang secara berirama dengan menggunakan otot-otot besar, yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan kebugaran tubuh serta tujuan lain yang relevan dan penggalian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya” dapat dijadikan sebagai pilihan yang dikedepankan. (Yulifri dan Jonni, 2018: 11)

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa senam ceria merupakan modifikasi dari senam irama, dimana gerakan pada senam irama dan senam ceria dilakukan dengan diiringi musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama. Irama adalah gerakan yang dilakukan diiringi musik ataupun lagu-lagu. Adapun pada aktivitas ritmik ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni fleksibelitas, kontinuitas, dan ketepatan dengan irama. Senam ceria ini senam yang diiringi musik yang ceria sehingga anak ketika sedang melakukan

(32)

senam anak akan aktif, ceria, dan menyenangkan dengan irama musik yang mengiringinya ketika sedang senam.

b. Jenis-jenis senam ceria

1) Senam ceria tanpa alat

Adapun menurut Santoso,dkk (2010: 45-47) gerakan senam dapat dilakukan tanpa alat seperti

a) Gerakan ayunan tangan

b) Gerakan ayunan tangan dan kaki c) Berjalan berputar

d) Berjalan maju mundur 2) Senam ceria pakai alat

Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam senam yang dimaksud yaitunya:

a) Bola

Bola hendaknya dapat selalu diam pada telapak tangan walaupun tidak dicengkram dengan jari. Dengan demikian, ukuran bola untuk senam ini adalah bola ukuran sedang, seukuran bola tangan atau bola voli. Bola plastik sebenarnya bisa juga digunakan. Kelemahannya adalah karena ia tidak bisa dipantulkan.

b) Tali

Latihan senam dengan tali termasuk ke dalam kategori latihan peregangan dan pengembangan daya tahan umum, di samping untuk penguatan kaki dan tungkai.

c) Gada d) Pita e) Simpai

Simpai adalah alat berbentuk cincin besar yang terbuat dari fiber glass atau jika untuk digunakan anak-anak dapat dibuat dari satu bilah bambu atau rotan yang dipertemukan kedua ujungnya membentuk lingkaran. Untuk menambah indah bentuknya, simpai dapat diwarnai dengan menempelkan selotif berwarna, atau melingkarkan kertas hiasan berwarna disekeliling batangnya, berselang-seling antara dua atau lebih warna sehingga menambahkan motif kontrasnya. (Yulifri dan Jonni, 2018:100-101)

f) Topi

Berdasarkan jenis-jenis senam ceria diatas dapat disimpulkan bahwa senam ceria dapat dilakukan dengan

(33)

menggunakan alat atau tanpa alat, sehingga ketika melakukan senam anak dapat melakukannya dengan semangat.

c. Manfaat senam ceria

Adapun menurut Yulifitri dan Jonni (2018: 14) manfaat senam ceria yaitunya:

1) Mengembangkan keterampilan

2) Mengembangkan nilai-nilai mental dan spiritual. 3) Membentuk keindahan tubuh.

4) Meningkatkan kekuatan, kelentukan, keseimbangan, ketepatan gerak serta kelincahan.

5) Meningkatkan kemampuan tubuh serta kesegaran jasmani.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat senam ceria untuk anak yaitu untuk kesehatan jasmani anak untuk meningkatkan kekuatan, kelenturan, keseimbangan pada anak dan dapat membangun kepercayaan diri anak.

d. Langkah-langkah senam ceria

Adapun menurut Zulfahmi (2016: 25) langkah-langkah dalam senam terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1) Gerakan pemanasan (warming up)

Gerakan pemanasan merupakan gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan sebelum melakukan gerakan inti. Gerakan pemanasan dalam senam irama ini bertujuan untuk menyiapkan kondisi tubuh secara fisiologi maupun psikologi, menyiapkan sistem pernafasan, peredaran darah , otot, dan persendian.

Caranya: kedua tangan di pinggang angkat kaki kanan dan kiri secara bergantian dan gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan (seperti gerakan melihat ke kiri dan ke kanan) lakukan gerakan 2x8 dalam hitungan.

2) Gerakan inti (core)

Secara umum gerakan inti dalam senam irama adalah berbagai aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran motorik kasar untuk

(34)

melatih kekuatan, kelenturan, kelincahan serta koordinasi otot-otot yang bergerak.

Caranya: posisi kaki rapat, letakkan kedua tangan di depan dada, kemudian lakukan gerakan melompat, lakukan sebanyak 2x8. pada posisi masih tetap hanya saja kedua tangan di ayunkan ke kanan dan ke kiri, kemudian letakkan kedua tangan di pinggang angkat kaki kanan dan kiri secara bergantian sambil melihat ke atas dan ke bawah, dan pada posisi yang masih sama rentangkan kedua tangan ke depan lalu gerakkan tangan seperti gerakan mendorong.

3) Gerakan penutup (cooling down)

Setelah melakukan gerakan inti dari senam irama, dilanjutkan dengan gerakan penutup atau sering disebut dengan gerakan pendinginan. Gerakan ini dilakukan untuk menetralisir metabolisme tubuh setelah melakukan gerakan inti yang bertujuan untuk melenturkan otot, menenangkan kondisi tubuh, dan mengatur pernafasan agar tubuh kembali rileks.

Caranya : buka kaki selebar bahu rentangkan kedua tangan dan lakukan gerakan menurunkan kaki kanan dan kiri.

3. Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik

Peter H. Werner (dalam Nuryanti, 2015: 104) mengatakan bahwa: Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh". Sedangkan senam ceria yang dimaksud adalahsenam yang dimodifikasikan dari salah satu kelompok senam yaitu senam irama/ritmik, hal tersebut dikarenakan bahwa senam ritmik adalah gerakan yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama.

Senam ceria merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat menyehatkan tubuh melalui gerakan yang diiringi dengan musik. Anak

(35)

umumnya sangat senang bergerak, dengan senam ceria adalah salah satu cara agar gerak anak bisa teratur, terlatih dan terarah.

Menurut Hidayani (2008: 8.5) menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar yaitu gerakan yang dihasilkan dari keterampilan mengontrol otot-otot besar seperti berjalan, berlari, melompat, dan berguling.

Pengaruh senam ceria terhadap motorik kasar anak yaitu dengan adanya kegiatan senam ceria dapat meningkatkan motorik kasar anak seperti gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam, melakukan permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

B. Penelitian Relevan

Beberapa kajian penelitian yang relavan yang peneliti temuka diantarannya yaitu:

1. Pengaruh Senam PAUD Ceria Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Di Pos PAUD Terpadu Bina Balita (3-4 tahun) Jambangan Kota Surabaya, Erick Yunus Satrio, 2014. Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini adalah siswa PPT Bina Balita Surabaya yang berusia 3-4 tahun yang berjumlah 15 orang. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, dimana sampel diberi perlakuan selama 8 minggu. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lari dan loncat. Untuk mengetahui tingkat motorik kasar diberikan pre-test dan post-tes berupa tes lari dan loncat. Sedangkan treatment yang diberikan adalah latiha Senam PAUD Ceria selama 8 minggu. Data pre-test dan post-test kemudiaan dianalisis dengan diuji t dua sampel yang berhubungan (dependent). Dari analisis data tersebut diperoleh nilai mean dan standar deviasi pada kelompok eksperiment pada tes lari (pre-test)sebesar 1,67 dan 0,617 sedangkan nilai mean dan standart deviasi (post-test) sebesar 2,87 dan 0,640. Nilai mean dan standar deviasi pada kelompok eksperiment pada tes loncat (pre-test) sebesar 2,00 dan 0,756 sedangkan nilai mean dan standart deviasi

(36)

lari, dan nilai t-hitung 2,489 > 2,145 t tabel pada tes loncat pada α = 0,05 df = 14 sehingga Ho diterima jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan tingkat motorik kasar pada anak didik Pos PAUD Terpadu Bina Balita usia 3-4 tahun setelah diberikan Senam PAUD Ceria.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode experiment dan perlakuan yang digunakan sama-sama menggunakan pre-tes dan post-test sedangkan perbedaan dengan penelitian di atas adalah peneliti menggunakan anak TK, sedangkan penelitian di atas menggunakan anak PAUD yang berusia 3-4 tahun.

2. Pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan senam ceria, Nuryanti 2015. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu pengembangan kemampuan motorik kasar anak yang belum baik. Proses pembelajaran lebih terpaku kepada kegiatan membaca, menulis, dan berhitung sehingga untuk kemampuan motorik anak kurang ditingkatkan. Maka dari itu penelitian dilaksanakan untuk pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan senam yang dikhususkan untuk untuk kelompok A. Jumlah anak pada penelitian ini adalah 5 orang. Terdiri dari 1 anak perempuan dan 4 anak laki-laki. Pengembangan kemampuan motorik kasar anak dilakukan melalui kegiatan senam ceria yang menarik dan mudah ditiru oleh anak sehingga tidak menyulitkan anak. Selain itu kegiatan senam ini dilakukan dengan iringan irama tamborin dan irama musik/lagu yang ceria, serta anak dipakaikan properti saat senam.Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan desain penelitian model John Elliot. Instrumen yang digunakan yaitu penilaian peforma, observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan senam ceria terdapat pengembangan yang lebih baik. Pengembangan kemampuan motorik kasar dalam indikator mengikuti gerakan senam sesuai dengan iramapada siklus I sebesar 48%, sedangkan pada siklus II

(37)

terjadi pengembangan yaitu sebesar 72%, dan siklus III semakin meningkat sebesar 89%. Dalam indikator menggerakkan kepala, tangan, dan kaki secara terkoordinasi sesuai irama pada siklus I sebesar 44%, pada siklus II terjadi pengembangan sebesar 68%, dan siklus III semakin meningkat menjadi 91%. Dalam indikator mengekspresikan gerakan senam sesuai dengan irama musik, pada siklus I sebesar 43%, pada siklus II terjadi pengembangan 65%, dan siklus III semakin meningkat menjadi 89%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan senam ceria kemampuan motorik kasar anak meningkat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan yang ditemukan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang motorik kasar. Sedangkan perbedaan yang ditemukan pada penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode PTK dan jenis penelitian yang digunakan kualitatif sedangkan penulis menggunakan metode experiment dan jenis peneltian yang digunakan adalah kuantitatif.

C. Hipotesis

Sugiyono (2013: 64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Ho : Senam ceria tidak berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasar anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh.

Ha : Senam ceria berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasar anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh.

Ho : t0≤tt

(38)

D. Kerangka Berfikir

Pengaruh Senam Ceria Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak Di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh

BAB I

Keterampilan Motorik Kasar Anak Senam Ceria

Keterampilan motorik kasar adalah suatu aktivitas yang menggunakan motorik kasar dengan melakukan gerakan tubuh

Dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini nomor 137 tahun 2014 menyatakan bahwa terdapat empat tingkat pencapaian perkembangan motorik kasar pada anak usia dini sebagai berikut:

1. Melakukan gerakan tubuh secara

terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2. Melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam.

3. Melakukan permainan fisik dengan aturan. 4. Terampil menggunakan tangan kanan dan

kiri

Senam ceria yang

peneliti maksud adalah

suatu rangkaian gerak

senam yang dilakukan

dengan gerak

langkah-langkah serta ayunan lengan dan sikap badan dengan diiringi suatu irama atau musik.

Pengaruh senam ceria terhadap motorik kasar anak yaitu dengan adanya kegiatan senam ceria dapat meningkatkan motorik kasar anak seperti gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala

dalam menirukan tarian atau senam,

melakukan permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

(39)

28

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian

Pre-experimental. Desain penelitian yaitu dengan Tipe One Group Pretest-Postest Design. Karena pada desain ini terdapat pre test sebelum diberi

perlakuan dan post test sesudah perlakuan sehingga dapat dibandingkan antara keadaan sebelum perlakuan dengan keadaan sesudah perlakuan.

Penelitian Pre-Experimental ini belum eksperimen sesungguhnya karena masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel independen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh independen. Pada penelitian ini awalnya peneliti melakukan pengukuran terhadap variabel terikat sebelum diberi perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap variabel terikat dengan alat ukur yang sama. Data tersebut dijadikan pembanding setelah diberikan senam ceria dengan membandingkan nilai rata-rata keterampilan motorik kasar sebelum dan setelah diberikan senam ceria dengan anlisis uji beda dan uji t (t-test) untuk melihat signifikansi keterampilan motorik kasar pada anak. Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pretest-post-test.

Tabel 3. 1

Desain Penelitian One Group Pretest-Posttes Design Pretest Treatment Posttest

01 X 02

Keterangan :

01 : Pretest (Sebelum diberikan tindakan)

x : Tindakan atau perlakuan

(40)

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Penelitian one-group pretest-post-tes design dilaksanakan dengan tiga tahapan yaitu:

1. Melaksanakan pretest untuk mengukur kondisi awal responden mengenai keterampilan motorik kasar sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan senam ceria (01).

2. Memberikan perlakuan atau treatment dengan menggunakan senam ceria (X).

3. Melakukan post-test untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik kasar anak sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan senam ceria (02).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari – Juli 2019

C. Populasi dan Sampel

Agar penelitian lebih terarah dalam pelaksanaan penelitian, maka dari itu peneliti harus menentukan populasi dan sampel yang akan dijadikan sebagai obyek dalam melakukan penelitian.

Adapun populasi dan sampel yang peneliti pilih dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 80).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Babussalam Ampalu Kecil ini memiliki jumlah siswa sebanyak 21 orang, terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas B1 dan B2.

(41)

Tabel 3. 2

Jumlah Anak TK Babussalam Ampalu Kecil

No Kelas Jumlah

1 B1 10

2 B2 11

Jumlah 21

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018: 81) sampel adalah bagian dari dan karakteristikyang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.

Dalam penelitian ini, untuk menentukan sampelnya peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 85). Adapun sampel dalam penelitian ini berdasarkan Purposive Sampling adalah sebagian dari anak yang didik yang ada di TK Babussalam Ampalu Kecil. Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan disini dengan mengambil sampel dari anak Tk Babussalam Ampalu Kecil yang berjumlah 21 orang anak., sedangkan sampel yang peneliti adalah 10 anak yang ada di kelas B1.

(42)

Tabel 3. 3 Sampel Penelitian

No. Nama Anak Didik Jenis Kelamin L/P 1. AW P 2. AB L 3. AM L 4. AIN P 5. BML P 6. CK P 7. CM L 8. IMP L 9. IPS P 10. MI L D. Definisi Operasional

Menurut Peter H. Werner (dalam Nuryanti, 2015:104) senam ceria adalah senam yang dimodifikasikan dari salah satu kelompok senam yaitu senam irama/ritmik, hal tersebut dikarenakan bahwa senam ritmik adalah gerakan yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama.

Jadi senam ceria yang peneliti maksud adalah suatu rangkaian gerak senam yang dilakukan dengan gerak langkah-langkah serta ayunan lengan dan sikap badan dengan diiringi suatu irama atau musik.

Perkembangan motorik khususnya motorik kasar terdiri dari beberapa indikator yaitu: melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam. Melakukan permainan fisik dengan aturan. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri

Jadi keterampilan motorik kasar adalah suatu aktivitas yang menggunakan motorik kasar dengan melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan

(43)

tarian atau senam, melakukan permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

E. Pengembangan Instrumen

Instrumen pada penelitian ini adalah tes kemampuan mengenal motorik kasar anak. Sugiyono (2010: 102) mengatakan instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena ini disebut dengan variabel penelitian. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti.

1. Kisi-kisi instrumen

Sesuai dengan masalah yang diteliti maka kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel III.4 sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Kisi-kisi Instrumen PenelitianKeterampilan Motorik Kasar Anak di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh Variabel Indikator Sub Indikator

Keterampilan motorik kasar Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan

Anak mampu melakukan gerakan menoleh ke kanan

Anak mampu melakukan gerakan menoleh ke kiri Anak mampu melompat dengan kedua kaki tanpa terjatuh.

Anak mampu menirukan gerakan menurunkan kaki dan tangan

(44)

Melakukan koordinasi gerakan mata kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam

Anak mampu mengangkat kaki kanan sambil melihat keatas dan kebawah Anak mampu mengangkat kakikiri sambil melihat keatas dan kebawah

Anak mampu menirukan gerakan senam

Melakukan permainan fisik dengan aturan

Anak mampu membaca doa sebelum senam.

Anak mampu

melakukanpemanasan sebelum senam. Terampil menggunakan

tangan kanan dan kiri

Anak mampu mengayunkan kedua tangan ke kanan

Anak mampu mengayunkan kedua tangan ke kiri

Anak mampu menggunakan tangan kanan dan kiri untuk melakukan gerakan

mendorong

Sumber: Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

2. Validitas

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi yang mengacu pada sejauh mana suatu instrument (kisi-kisi instrumen) mengukur konsep dari suatu teori, yaitu dengan menjadi dasar penyusunan instrument. Untuk itu perlu adanya pembahasan mengenai teori tentang variabel yang akan diukur menjadi dasar penentu konstruk sebagai

(45)

instrument. Berdasarkan teori variabel tersebut, kemudian dirumuskan defenisi operasional, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir instrument baik dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan. Pengajuan validitas ini dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan para ahli (Sugiyono, 2018: 129). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli. Pada penelitian ini yang menjadi validator peneliti adalah ibuk Meliana Sari M.pPd

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik antara lain:

1. Observasi

Sugiyono (2010: 145) mengatakan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Adapun observasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan motorik kasar anak melalui kegiatan senam ceria di TK Babussalam Ampalu Kecil Nagari Labuh.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik chechlist dengan menggunakan likert. Menurut Wina Sanjaya (2011: 93) chechlist merupakan pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan di observasi, sehingga obsever tinggal memberi tanda cek (√) mengenai aspek yang akan diamati

(46)

Tabel 3. 5

Penilaian Keterampilan Motorik Kasar

Nama : Umur : Jenis Kelamin : No Sub Indikator Penilaian ST T KT TT 4 3 2 1

1 Anak mampu melakukan gerakan

menoleh ke kanan

2 Anak mampu melakukan gerakan

menoleh ke kiri

3 Anak mampu melompat dengan kedua

kaki tanpa terjatuh

4 Anak mampu melakukan gerakan

menurunkan kaki dan tangan

5 Anak mampu mengangkat kaki kanan

sambil melihat ke atas dan ke bawah

6 Anak mampu mengangkat kaki kiri

sambil melihat ke atas dan ke bawah

7 Anak mampu menirukan gerakan

senam

8 Anak mampu berdoa sebelum

melakukan senam

9 Anak mampu melakukan gerakan

pemanasan sebelum senam

10 Anak mampu mengayunkan kedua

tangan ke kanan

11 Anak mampu mengayunkan kedua

tangan ke kiri

12 Anak mampu menggunakan tangan

kanan dan kiri untuk melakukan gerakan mendorong Keterangan: ST : Sangat Terampil T : Terampil KT : Kurang Terampil TT : Tidak Terampil

Gambar

Tabel 3.  3  Sampel Penelitian
Tabel 4. 16  Grafik Uji Normalitas
Tabel 4. 21  Hasil Nilai N-Gain
Tabel IV.22

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangan nya diare sudah dapat ditangani dengan obat-obatan dari berbagai bahan dasar baik itu obat obatan berbahan dasar bahan kimia maupun obat obatan

Pengaruh Merger terhadap Kinerja Perusahaan Page 18 Cara terakhir dalam menemukan potensi dan peluang merger yang suk- ses adalah penilaian risk. Seperti yang kita tahu,

Kegiatan : Parade Gong Kebyar Wanita :Sekaa Gong Asti Pradyaswari, Kecamatan Kuta Selatan, Duta Kabupaten Badung dengan Sanggar Mekar Suara Santi, Br.. Puri Kanginan, Duta

Tapi kalau Anda tetap ingin jadi prajurit dan tidak peduli cocok atau tidak dengan panggilan jiwa Anda, maka hal itu dapat Anda lakukan dengan mempelajari secara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai kualitas proses belajar mengajar bidang keahlian teknik bangunan di SMKN 1 Seyegan pasca

PERANCANGAN BALAI PELATIHAN PETERNAKAN AYAM PETELUR DI BLITAR DENGAN PENDEKATAN METAFORA KOMBINASI OLEH RIZAL QOMARUZ ZAMAN 13660006... UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki

Dari hasil simulasi yang diperoleh, kemudian dilakukan kajian mengenai hasil peramalan kinerja reservoir yaitu faktor perolehan produksi gas dan keekonomian