• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. 1 (diakses Agustus 2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. 1 (diakses Agustus 2009)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan dalam masyarakat mulai dari gaya hidup sampai pada pola berpikir. Perubahan ini akan terus terjadi sejalan dengan dinamika teknologi. Kemajuan teknologi mempengaruhi efisiensi dan produktivitas di segala bidang termasuk pangan. Pertumbuhan industri pangan yang tidak terlepas dari perkembangan teknologi mengakibatkan terciptanya inovasi produk. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tuntutan keragaman produk dan kepuasan konsumen.

Gaya hidup masyarakat pada era modern saat ini dengan berbagai macam aktivitas serta kesibukannya, berpengaruh pada pemenuhan akan makanan dan minuman yang praktis. Kepraktisan dalam mengolah makanan telah menjadi kebutuhan masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi tersebut, memberikan peluang bagi para produsen untuk menciptakan keragaman produk. Saat ini hampir semua bahan makanan dapat diolah dan dikemas sehingga lebih praktis. Beberapa diantaranya adalah sayur-sayuran, buah-buahan, hingga makanan olahan seperti sosis, nugget dan kornet.

Pangan tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar tubuh tetapi juga dapat bersifat fungsional, dimana hal ini menjadi awal munculnya konsep pangan fungsional yang akhir-akhir ini sangat populer. Secara umum pangan fungsional adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi juga memberikan efek perlindungan tubuh terhadap gangguan berbagai penyakit. Pangan fungsional telah melahirkan paradigma baru bagi perkembangan ilmu dan teknologi pangan, yaitu dilakukannya modifikasi produk olahan pangan menuju sifat fungsional (Hariyadi, 2005).

Industri makanan dan minuman di Indonesia masih tumbuh dengan baik1. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Adapun data pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per bulan dapat dilihat pada Tabel 1.

1

(2)

Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan

dan Minuman Jadi Per Kapita Per Tahun Tahun 2000-2007

Tahun Pengeluaran

Jumlah (Rp) Tren (Persen)

2000 8.535 - 2001 11.544 35.2 2002 20.012 75.3 2003 22.068 10.3 2004 24.202 9.7 2005 27.729 14.6 2006 30.169 8.8 2007 33.589 11.3

Sumber : BPS, 2007 (dalam Masrurah, 2009)

Pada Tabel 1 dapat dilihat pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per tahun, selama periode delapan tahun atau dari tahun 2000 sampai tahun 2007 selalu mengalami peningkatan. Tren pengeluaran penduduk Indonesia terhadap makanan dan minuman jadi per kapita per tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,6 persen.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan semakin meningkat seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap penataan pola makan dalam upaya mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pemilihan makanan tidak hanya didasarkan pada kelezatannya, tetapi juga khasiat yang terkandung dalam pangan tersebut. Pangan yang dikonsumsi harus memiliki efek yang menyehatkan. Banyak usaha yang ditempuh masyarakat agar kondisi fisiknya tetap baik atau tetap sehat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengkonsumsi minuman kesehatan. Produk minuman kesehatan digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu minuman berenergi, minuman isotonik dan minuman susu fermentasi2.

Susu fermentasi merupakan produk olahan susu yang telah difermentasi dengan cara menginokulasikan bakteri (starter) pembentuk asam laktat (LAB).

2

Tria. K. 2007. Bugar dengan Minuman Kesehatan. http://www.jadilangsing.com (diakses Agustus 2009)

(3)

Tujuan utama diproduksinya susu fermentasi adalah untuk memperpanjang daya simpan susu karena mikroorganisme perusak sulit tumbuh pada suasana asam dan kondisi kental (Susilorini, 2006).

Susu fermentasi menjadi salah satu pangan fungsional. Pangan fungsional adalah pangan yang tidak hanya memberikan zat-zat esensial pada tubuh, tetapi juga memberikan efek perlindungan bagi tubuh terhadap gangguan berbagai macam penyakit3. Susu fermentasi dipercaya mengandung zat gizi yang baik serta memiliki khasiat terhadap kesehatan manusia terutama saluran pencernaan.

Secara komersial, produk susu fermentasi telah banyak ditemui di pasar Indonesia seperti yoghurt dan kefir. Namun produk susu fermentasi lain seperti koumiss belum banyak dikenal4. Yoghurt selain memiliki flavor yang disukai ternyata juga memiliki dampak yang sangat baik bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan yoghurt mengandung mikroba yang menguntungkan bagi kesehatan. Kemajuan teknologi mendukung produk seperti yoghurt untuk mengalami perubahan dan penambahan dengan unsur lain sehingga diklaim dapat meningkatkan kualitas kesehatan orang yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan laporan ACNielsen tahun 2003, minuman yoghurt merupakan produk yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat diantara produk makanan dan minuman lainnya yang memiliki total penjualan sekitar satu milyar Dollar di seluruh dunia. Cina berada di daftar teratas yang memiliki laju pertumbuhan 49 persen setiap tahunnya5.

Pertumbuhan minuman probiotik juga diperkuat laporan dari Datamonitor yang menunjukkan bahwa semua kategori pangan fungsional sedang mengalami perkembangan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akibat iklan yang gencar dan faktor produk yang disukai oleh konsumen. Data mengenai produksi yoghurt pada tahun 2002 sampai 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.

3

Hariyadi. P. 2007. Mencermati Label dan Iklan Pangan. http://www.ipb.ac.id (diakses Agustus 2009)

4

Apriyantono. A. 2004. Susu Fermentasi. http://groups.yahoo.com.group/halal-baik-enak/message/604 (diakses Agustus 2009)

5

(4)

Tabel 2. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005

Tahun Produksi (Liter) Nilai (000 Rp) Pertumbuhan (%)

2002 1.039.279 8.985.642 -

2003 1.536.824 11.356.826 26.39

2004 1.682.642 13.475.394 18.65

2005 1.765.031 30.438.258 125.88

Sumber : BPS, 2008

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat produksi yoghurt mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat berdampak positif karena dengan laju pertumbuhan yang semakin meningkat tersebut mengindikasikan bahwa kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, diantaranya adalah semakin meningkatnya tingkat konsumsi yoghurt atau dapat juga semakin banyaknya produsen yoghurt sehingga produksinya meningkat.

Semakin meningkatnya kebutuhan yoghurt dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari semakin besarnya nilai impor yoghurt dan semakin kecilnya nilai ekspor yoghurt. Secara keseluruhan, Departemen Perindustrian mencatat jumlah impor yoghurt nasional yang selalu meningkat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2008 memang terjadi penurunan jumlah impor yoghurt, tetapi hal ini juga diimbangi oleh peningkatan jumlah ekspor yoghurt. Data tentang volume impor dan ekspor yoghurt nasional bisa dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Volume Impor dan Ekspor Yoghurt Nasional Tahun 2004-2008

No Tahun Impor Ekspor

Berat (Kg) Nilai (US$) Berat (Kg) Nilai (US$)

1. 2004 172.027 244.769 704.763 878.43

2. 2005 169.396 293.988 336.982 743.494

3. 2006 713.311 712.768 146.341 213.335

4. 2007 1.481.554 1.502.598 126.046 284.045

5. 2008 (Jan-Okt) 734.985 770.089 234.861 660.077

Sumber: Departemen Perindustrian,2009 (dalam Indriyani, 2009)

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun 2006, volume impor yoghurt selalu lebih tinggi dari nilai ekspornya. Hal ini bisa menjelaskan bahwa kebutuhan yoghurt nasional lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi dalam negeri. Sedangkan pada tahun 2008, volume ekspor mengalami

(5)

peningkatan sebesar 112,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor yang meningkat ini menunjukkan bahwa industri dalam negeri yang mulai berkembang.

Salah satu perusahaan yoghurt yang berada di Kabupaten Bogor adalah Dafarm, tepatnya perusahaan ini berada di Kecamatan Ciampea. Perusahaan Dafarm merupakan bagian dari unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah yang telah beroperasi selama 2 tahun. Karena perusahaan tersebut relatif masih baru dan belum pernah dilakukan studi kelayakan terhadap usaha yang sedang dijalankannya, maka diperlukan adanya studi kelayakan mengenai Dafarm untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usahanya.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan sumber daya manusia yang unggul membutuhkan berbagai faktor pendukung, salah satu faktor tersebut adalah asupan gizi yang baik. Diantara makanan atau minuman yang dibutuhkan untuk mendapatkan asupan gizi yang baik adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan gizinya lengkap dan sifat gizinya mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Saat ini, konsumsi susu masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu per kapita per tahun masyarakat Indonesia hanya sekitar 7 liter per tahun, sedangkan konsumsi susu masyarakat Eropa mencapai 100 liter per tahun. Data tentang konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konsumsi Ternak Per Kapita Per Tahun Produk Peternakan 2007-2008

No Komoditi Tahun

2007 2008

1 Daging (Kg) 8,37 7,75

2 Telur (Kg) 20,64 17,42

3 Susu (Kg) 7,12 6,92

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2009

Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi susu pada tahun 2008 lebih rendah dari tahun 2007. Rendahnya konsumsi susu tersebut bisa diakibatkan oleh image masyarakat yang menganggap susu sebagai komoditi yang mahal dan

(6)

mewah. Sebagai solusi dari masalah ini diperlukan adanya produk susu yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, khususnya oleh kalangan menengah ke bawah. Salah satu produk susu dengan harga yang cukup murah adalah yoghurt buatan Dafarm. Yoghurt ini dijual dengan harga Rp 500 untuk kemasan 45 ml dan Rp 1.000 untuk kemasan 80 ml. Harga ini cukup terjangkau oleh anak sekolah yang merupakan target pasar utama Dafarm saat ini.

Dafarm merupakan salah satu pemain baru dalam industri susu di Kabupaten Bogor atau tepatnya di Kecamatan Ciampea. Dafarm hadir dengan produknya yaitu yoghurt untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pangan. Adanya perbedaan yang besar antara angka konsumsi dengan angka produksi susu ini merupakan peluang yang sangat baik bagi Dafarm untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, potensi pengembangan atau peningkatan produksi yoghurt di Dafarm sendiri juga terlihat dari permintaan yoghurt oleh para distributor yang setiap minggu rata-rata meminta sebanyak 17.000 stik atau sebanyak 68.000 stik per bulan. Sedangkan selama lima bulan pertama di tahun 2009 ini Dafarm baru bisa memproduksi rata-rata 27.220 stik setiap bulannya. Artinya Dafarm sejauh ini baru mampu memenuhi sekitar 40% dari total permintaan yang ada. Disini terlihat adanya gap yang besar antara permintaan dan pemenuhan permintan. Data tentang volume penjualan yoghurt Dafarm tahun 2009 bisa dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Volume Penjualan Yoghurt Dafarm Tahun 2009

Bulan Jumlah Penjualan (Stik) Jumlah Penjualan (Liter)

Januari 25.360 887,60 Februari 31.060 1.141,70 Maret 46.050 1.650,25 April 10.712 374,92 Mei 22.920 802,20 Sumber : Dafarm, 2009

Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk yoghurt Dafarm tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh yoghurt yang diproduksi oleh

(7)

perusahaan. Saat ini permintaan yang ada lebih banyak datang dari para distributor untuk dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sedangkan yang langsung di pasarkan ke konsumen hanya sekitar 5 persen saja.

Meskipun demikian, produk yang ditawarkan Dafarm harus mampu memposisikan diri sebagai produk yang terjangkau dan berbeda dengan produk susu fermentasi lain yang beredar di Indonesia. Adapun beberapa merek minuman susu fermentasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 6. Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia

Merek Produsen

Yakult PT. Yakult Indonesia Persada

Vitacharm PT. Pola Sehat Industri

Activia PT. Danone Indonesia

Bio Kul PT. Diamond Cold Storage

Yo’lite PT. Cisarua Mountain Dairy

Nice PT. Indomurni Dairy Industry

Duton Milk PT. Nirwana Lestari

Calpico PT. Milko Beverage Industry

Elle & Vire PT. Sukanda Djaya

Emmi PT. Indoguna Utama

Queen Yoghurt Perusahaan Queen Bandung

Taurus Bio Yoghurt PT. Fajar Taurus Indonesia

Sumber : Masrurah, 2009

Berbagai merek susu fermentasi yang ada di Tabel 4 sebenarnya tidak langsung menjadi pesaing Dafarm karena segmen pasar mereka dan Dafarm berbeda. Tetapi semua merek tersebut bisa mengancam pasar Dafarm seandainya mereka juga memasuki pasar menengah ke bawah. Selain pesaing-pesaing yang telah berskala nasional tersebut, Dafarm juga menghadapi persaingan dari produsen skala lokal. Ada beberapa produsen yoghurt baik yang tercatat pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan karena memiliki TDI (Tanda Daftar Industri) maupun yang berskala home industry yang menjadi pesaing Dafarm di

(8)

wilayah Bogor. Nama-nama produsen pesaing Dafarm yang berada di wilayah Bogor tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009

No Nama Perusahaan Alamat Usaha Kapasitas Produksi

Terpasang per Tahun (L)

1 PT Fajar Ahad Mandiri Desa Banjarwangi,

Kec. Ciawi

20.000

2 Riri Yoghurt Desa Pasir Buncir, Kec.

Caringin

9.000

3 Murita Yoghurt Desa Pasir Buncir, Kec.

Caringin

8.000 4 PP Darul Fallah

(Dafarm)

Desa Cibanteng, Kec. Ciampea

20.000

5 PT Bambino Boga

Persada

Jalan Pajajaran, Bogor Timur

6.000 6 PT Trias Sukses

Dinamika

Jalan Raya Tajur 31.500

Sumber: Indriyani (2009)

Karena itu diperlukan analisis studi kelayakan mengenai Dafarm untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha dalam menghadapi persaingan agar eksistensinya di industri minuman jadi tetap terjaga. Selain menganalisis kelayakan usaha yang ada saat ini, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis tentang pengembangan usaha dengan meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi ini diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar yang masih tersedia dan juga untuk memanfaatkan kapasitas produksi mesin yang masih belum terpakai. Permintaan pasar yoghurt Dafarm baru bisa dipenuhi sekitar 40 persen selama 5 bulan pertama di tahun 2009. Sementara itu, kapasitas produksi terpasang yang dimiliki Dafarm adalah sekitar 1.700 liter per bulan, sedangkan yang terpakai saat ini baru 1.400 liter per bulan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar?

2) Bagaimana kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi?

(9)

3) Bagaimana sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar.

2) Menganalisis kelayakan finansial usaha Dafarm, apabila usaha ini dilakukan dalam 2 pola, yaitu pola I adalah usaha yang telah dilaksanakan saat ini, dan pola II adalah pengembangan usaha dengan memanfaatkan kapasitas maksimal mesin produksi.

3) Menganalisis sensitivitas usaha Dafarm, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1) Sebagai bahan masukan informasi bagi perusahaan untuk melihat kelayakan usaha yang sedang dijalankan dan kelayakan pengembangan usaha serta sensitivitas usahaa guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam industri makanan dan minuman jadi.

2) Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai Studi Kelayakan Bisnis.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

. Penelitian ini dilaksanakan di Dafarm, yaitu unit usaha peternakan Pondok Pesantren Darul Fallah yang berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fokus penelitian yaitu pada analisis kelayakan usaha pengolahan susu segar menjadi yagurt ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial.

Gambar

Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia terhadap Makanan   dan Minuman Jadi Per Kapita Per Tahun Tahun 2000-2007
Tabel 2. Produksi Yoghurt di Indonesia Pada Tahun 2002-2005
Tabel 6. Daftar Merek Minuman Susu Fermentasi di Indonesia
Tabel 7. Daftar Produsen Yoghurt di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2009  No  Nama Perusahaan  Alamat Usaha  Kapasitas Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Kepengurusan HMI Komisariat Kampus C Airlangga yang telah dilantik pada tanggal 19 April 2015 di aula Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi Universitas

Tahap untuk merencanakan pekerjaan infrastruktur gas mulai dari pengkajian kelayakan pekerjaan secara teknis, finansial, lingkungan, penyelidikan geologi

1. Objeknya : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin.. Bentuk keempat ini juga hampir sama dengan bentuk kedua. Perbedaanya terletak pada unsur turut sertanya. Pada

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan.. komunikasi, pemantauan secara bersama- sama dapat berpengaruh dan signifikan terhadap

Kedua hal inilah (fenomena empiris dan research gap) yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian ini untuk mengenalisis data penelitian yang menggabungkan aspek

Salah satu penyewaan yang ada pada JN Photograph Kudus dalam bidang fotografi adalah penyewaan kamera dan jasa fotografi.Pelayanan penyewaan yang ada saat ini

[r]

Tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan pre-test kepada seluruh siswa kelas X SMA Negeri 9 Pontianak tahun ajaran 2014/2015 untuk melihat kemampuan awal siswa; (2)