• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN SISTEM KOMPUTER UNTUK MEMANDU PERAWAT PEMULA DI RUMAH SAKIT. Jebul Suroso 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN SISTEM KOMPUTER UNTUK MEMANDU PERAWAT PEMULA DI RUMAH SAKIT. Jebul Suroso 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARANINTERAKTIFDENGANSISTEMKOMPUTERUNTUKMEMANDUPERAWATPEMULA DIRUMAHSAKIT

Jebul Suroso1

1Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto/Mahasiswa

Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

ABSTRACT

Nursing students' learning experiences during the education does not automatically make the graduate nurses beginner or novice to master knowledge and skills needed in the hospital. Hospitals need nurses who are competent to ensure the services provided to patients is safe, fast, accurate and accountable. World health requires innovative learning programs that can bridge the gap between theory and practice and be able to assist novice nurses achieve a competent level. Interactive tutorial learning with a computer program can be used as an alternative method of learning for novice nurses. This program can be integrated with the network of existing information systems in hospitals so that every nurse can easily access the facility. This article is a review journal of the implementation of the use of computer technology in the United States to guide novice nurses in providing health services in hospitals.

Keywords: Novice nurses, interactive tutorial learning, health information.

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan di abad ke-21 sedang menghadapi krisis, yang oleh beberapa ahli dipercaya jauh lebih penting dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dalam sejarah keperawatan modern. Krisis yang dimaksud diakibatkan oleh kekurangan jumlah perawat yang kompeten khusunya untuk area perawatan kritis atau critical care nursing seperti yang terjadi di Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat, di mana para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2020 di Amerika Serikat akan terjadi kekurangan sekitar 800.000 perawat terdaftar atau register ners (RNS) (O'Neil & Seago, 2002). Kekurangan perawat kompeten di beberapa negara diluar negeri diakibatkan oleh beberapa faktor seperti penuaan populasi

tenaga perawat, jumlah pasien yang meningkat tajam, pemendekan lama masa rawat (length of stay), dan beberapa faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan dan tingginya tingkat absensi dan perpindahan (turn over) antar perawat. Selanjutnya dengan turn over tenaga perawat yang tinggi, maka semakin kecil jumlah perawat kompeten yang ada di rumah sakit. Jumlah tenaga yang kurang tersebut akhirnya di gantikan oleh tenaga perawat pemula yang masih memerlukan proses pembelajaran untuk menjadi tenaga yang kompeten. Ini merupakan masalah yang serius sehigga memerlukan strategi pembelajaran yang memungkinkan pengetahuan baru dapat diterapkan dalam praktek perawatan. Target pendidikan harus progresif

(2)

melibatkan metode yang tepat sesuai dengan harapan, situasi dan kondisi perawat pemula dalam proses pembelajaran.

Perawat pemula pada saat sekarang membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda, yaitu dengan metode pembelajaran yang mudah diakses dan bersifat aplikatif sehingga dapat meningkatkan kemampuan praktek keperawatan. Pada masa lalu, program pendidikan perawat dilakukan dengan metode tradisional untuk membekali perawat tentang pengalaman medis dasar untuk memenuhi kebutuhan RNS.

Pembelajaran dengan memanfatkan teknologi informasi menjadi alat yang penting dalam pelayanan keperawatan, yang mengintegrasikan praktek keperawatan ke dalam dunia komputer. Penelitian tentang penggunaan komputer untuk proses pembelajaran bagi perawat diperoleh hasil bahwa kepuasan diperoleh pada mahasiswa yang menggunakan berbagai bentuk teknologi komputer, baik yang dilakukan sendiri atau bersama dibandingkan dengan metode ceramah/gaya mengajar tradisional, bahkan lebih unggul dibanding model intruksional (Ayoub et al., 1998; DeAmicis, 1997; Jeffries, Rew, & Cramer, 2002; Maag, 2004).

Dengan demikian, penggunaan teknologi komputer untuk memandu perawat pemula dalam pelaksanaan praktek di rumah sakit merupakan suatu inovasi metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan peserta didik. Peserta didik akan mendapat pengalaman belajar baru, yang memungkinkan dirinya berinteraksi dengan sumber pengetahuan tanpa harus terikat waktu dan tempat.

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN 1. Keperawatan

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan, dimana pelayanan keperawatan menurut Gillies (1996), sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan, hal ini terkait erat dengan tugas perawat yang selama 24 jam melayani pasien dan jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit yaitu sekitar 40 – 60 % (Swanburg, 2000).

Perawat, menurut Bener (1984), dibagi dalam 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) novice, (2) advance beginner, (3) competent, (4)

(3)

proficient, dan (5) expert. Perawat pada tahap novice merupakan perawat pemula yang belum memiliki pengalaman cukup pada area dan situasi klinis yang ditempatinya. Perawat pada tahap ini memerlukan perintah yang jelas dan atribut yang nyata untuk memandu penampilannya dalam pemberian pelayanan keperawatan. Perawat novice masih sulit untuk menganalisis situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan dan lulusan baru pendidikan keperawatan.

Tenaga keperawatan pada tahap/level apapun tetap bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang berkualitas antara lain tercermin dari keamanan pasien selaku penerima pelayanan. Terkait dengan keamanan pasien selama di rawat di rumah sakit, The National Academy of Sciences USA melaporkan bahwa di Amerika Serikat kesalahan medis terjadi pada 44.000 sampai 98.000 orang per tahun, dan lebih dari 7.000 orang meninggal akibat kesalahan medis tersebut (Fruedenheim, 2000). Pada kondisi ini, kesalahan berhubungan dengan pemberian pelayanan menimbulkan kerugian sekitar 17 milyar US dolar per

tahun di Amerika (Kohn, Corrigan, Donaldson, 1999 dikutip Jacobs, Apatou, & Glei, 2007).

Perawat memiliki kewajiban meningkatkan kompetensi dirinya terkait dengan tiap tahapan/ kualifikasi perawat, menurut Marquis (2000) perawat mempunyai tanggung jawab utama terhadap karirnya sendiri dengan cara; mengenali kekuatan, kelemahan, dan bakatnya, merencanakan karir pribadi; mengelola reputasi diri sendiri dan melakukan pekerjaan dan berprestasi; mengembangkan network dan kerja tim agar dapat mengakses perkembangan IPTEK yang mutakhir; mengikuti perkembangan terbaru tentang pengetahuan dan ketrampilan; menjaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis agar mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja yang terus berubah; mendokumentasikan prestasi diri, mencari pekerjaan dan penugasan yang akan memberi tantangan yang semakin meningkat.

Pimpinan sarana kesehatan juga harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan kompetensi perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien serta kepuasan perawat dalam pelayanan keperawatan. Peningkatan kompetensi

(4)

perawat dapat dilakukan melalui pengembangan karir perawat, yang merupakan bagian dari manajemen personal, dan menjadi hal utama untuk setiap organisasi keperawatan (Gillies, 2000).

2. Program pembelajaran interaktif dengan teknologi komputer

a. Desain pembelajaran dengan sistem komputer

Ditengah persaingan yang ketat dalam dunia usaha, computer-based technology dapat menjadi solusi bagi rumah sakit untuk melakukan perbaikan bentuk pelayanan kesehatan menjadi lebih efektif dan berkualitas (Cooper & Zmud, 1990; Johnson, 1998; Otieno, Toyama, Asonuma, Kanai-Pak, & Naitoh, 2007). Mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat tergantung pada perawat selaku pemberi pelayanan. Perawat novice memiliki keterbatasan pengalaman klinis, tetapi mereka adalah pembelajar dewasa yang memiliki banyak pengalaman hidup (Vaughn, Gonzalez Del Rey, & Baker, 2001). Brownstein, Rettie, dan George (1998) menekankan bahwa pengalaman adalah sumber terkaya untuk pendidikan orang dewasa. Pelajar dewasa lebih suka pendidikan itu adalah berpusat pada

masalah (problem based), relevan, dan praktis.

Computer Assist Interactive (CAI) merupakan istilah yang relatif luas mencakup berbagai kegiatan, termasuk program multimedia, program interaktif, chat room, virtual, dan belajar berbasik internet (Letterie, 2003). Dalam satu studi kepuasan siswa dengan CAI dinilai tertinggi (Bloom & Hough, 2003), bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional pengajaran didaktik, CAI memiliki potensi untuk meningkatkan pembelajaran (Ayoub et al., 1998.) dan meningkatkan kepuasan peserta didik (Jeffries et al., 2002;. Maag, 2004). Sebuah tinjauan literatur yang berisi simulasi berbasis komputer menunjukkan bahwa 75% dari studi menunjukkan efek positif pada ketrampilan atau akuisisi pengetahuan (Ravert, 2002). Kilmon (1996) menyatakan bahwa penggabungan teknologi ke dalam pendidikan keterampilan keperawatan menikan tingkat pemahaman dan kemampuan pengambilan keputusan klinis. Dewhurst, Hardcastle, Hardcastle, dan Stuart (1994) menemukan CAI strategi yang efektif untuk mengajarkan materi yang dianggap sulit. Mengingat bahwa rumah sakit dihadapkan dengan tantangan menyediakan perawat yang sangat terampil dan mampu berfikir kritis,

(5)

maka penggunaan CAI dalam metode pembelajaran memiliki potensi untuk meningkatkan hasil pembelajaran dan meningkatkan kepuasan siswa.

b. Teknik operasional sistem pembelajaran

Pendidikan dengan menggunakan teknologi informasi, seperti program komputer interaktif, memungkinkan siswa/perawat untuk mengakses informasi sesuai dengan kesempatan yang ada tanpa harus terikat oleh waktu dan tempat. Program komputer interaktif dapat dimasukan kedalam jaringan sistem informasi rumah sakit yang sudah. Prosesnya diawali dengan penyusunan materi tutorial kemudian dimasukan kedalam jaringan sitem informasi untuk selanjutnya dapat diakses oleh komunitas keperawatan atau bidang lain yang memerlukan informasi tersebut.

Dampak pembelajaran tutorial dengan menggunakan sistem komputer dapat terlihat dalam pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat terhadap pasien. Teknologi komputer kemungkinan akan efektif digunakan pada pelayanan

keperawatan dalam upaya meningkatkan proses, standar dan prosedur pelayanan hingga diperoleh hasil perawatan pasien yang berkualitas dan memperhatikan keselamatan pasien (patient safety) (Mason, Leavitt, & Chaffee, 2007). Terkait dengan hal tersebut, manajer keperawatan dapat melakukan evaluasi kinerja perawat dan mengevaluasi program pembelajaran serta melakukan upaya perbaikan data/ materi pembelajaran jika diperlukan. Materi pembelajaran interaktif juga dapat disimpan ke dalam CD-ROM portable, sehingga bisa dipinjam oleh staf untuk dibawa dan dipelajari drumah atau dimuat ke komputer pribadi untuk digunakan dalam praktek klinis. Selain itu, program komputer dengan strategi mengajar menggunakan skenario kasus interaktif dapat membawa perawat seolah olah pada pengalaman nyata. Bagi perawat pemula, metode pembelajaran ini dapat membantu penerapan pengetahuan dalam pelayanan keperawatan. Teknik operasional pembelajaran interaktif dengan sistem komputer dapat dilihat dalam gambar 1 berikut ini:

(6)

Gambar 1. Teknik operasional pembelajaran interaktif dengan sistem komputer.

Perawat novice lebih suka pembelajaran yang mandiri, yang berarti mereka bisa belajar dengan kecepatan sendiri dan mengarahkan pembelajaran mereka sesuai dengan kebutuhan mereka yang spesifik (Schlomer, Anderson, & Shaw, 1997) Berdasarkan hal tersebut maka materi pembelajaran yang diberikan dalam tutorial interaktif dengan bantuan komputer menggunakan bentuk skenario kasus dalam

praktek keperawatan yang memungkinkan perawat aktif dan tertarik untuk mempelajarinya, seperti kasus skenario perdarahan pascaoperasi, penggantian volume, dan terbuka dada resusitasi; perioperatif infark miokard yang membutuhkan dukungan inotropi. Adapun contoh materi pembelajaran interaktif untuk pelayanan di keperawatan kritis dapat dilihat dalam kotak 1 berikut:

Komunitas keperawatan di rumah sakit / bidang lain

Sistem informasi RS

Data/materi pembelajaran

CD ROM portable Pelayanan keperawatan

Evaluasi oleh managemen RS

Penyempurnaan data/materi

(7)

3. Kelebihan dan kekurangan sistem komputer dalam proses pembelajaran

Pembelajaran menggunakan sistem komputer memiliki banyak kelebihan dan manfaat yang bisa diambil oleh perawat secara pribadi maupun oleh rumah sakit. a. Program interaktif dengan sistem

komputer dapat lebih dinikmati dan menimbulkan kepuasan belajar bagi peserta didik, hal ini dikarenakan peserta didik bebas memilih waktu, tempat dan pengetahuan yang diperlukan yang semuanya ada di materi pembelajaran. Sesuai dengan yang dikemukakan DeAmicis, 1997; Harrington & Walker, 2003; Rouse, 1999, bahwa orang dewasa menyukai pembelajaran yang fleksibel. b. CAI dapat menghemat waktu, karena

dengan metode ini peserta didik cukup

masuk dalam aplikasi sistem, selanjutnya dapat langsung memilih materi yang diperlukan.

c. Sumber CAI dapat dengan mudah diperbaharui sehingga selalu bersifat up to date

d. CAI sangat efisien dan dapat digunakan secara mandiri tidak tergantung pada sumber daya manusia untuk memberikan pendidikan.

Beberapa kekurangan atau hambatan dalam penggunaan CAI antara lain adalah; a. Teknologi sendiri bisa menjadi

penghalang untuk belajar (Kenny, 2002). Penelitian yang menggali pembelajaran melalui CAI mengungkapkan bahwa banyak perawat kekurangan dasar keterampilan komputer, yang sebagian Kotak 1. Materi Program Komputer Interaktif Untuk Perawat Novice di

Unit Perawatan Jantung Intensif Bagian A: Review Anatomi Fisiologi Jantung Bagian B: Interaktif Anatomi dan Fisiologi Bagian C: Tinjauan Patofisiologi Jantung 1. Patofisiologi penyakit jantung koroner 2. Patofisiologi penyakit katub

3. Patofisiologi gagal jantung Bagian D: Prinsip Bedah Jantung 1. Indikasi untuk operasi jantung 2. Prinsip bypass cardiopulmonary 3. Intervensi bedah jantung

(8)

dipengaruhi oleh usia perawat (Webster et al., 2003)

b. Kurangnya tersedianya staf pendukung yang berpengalaman untuk membantu perawat pemula dalam menjelajahi teknologi ini (Rouse, 1999; Whitman, Hamann, & Vossler (1997)

c. Biaya dan sarana awal yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang terkadang dirasa berat oleh managemen rumah sakit

KESIMPULAN DAN SARAN

Masuknya perawat pemula ke area pelayanan keperawatan menuntut managemen rumah sakit dan perawat itu sendiri untuk menguasai kemampuan klinik keperawatan hingga kompeten. Sumber pembelajaran yang sesuai bagi perawat novice diperlukan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran. penggunaan metode pembelajaran interaktif dengan bantuan komputer atau computer assist interactive (CAI) dapat dipergunakan untuk membantu perawat pemula dalam mencapai kompetensi klinik dengan cara yang progresif sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk pasien simulasi atau pembelajaran berbasis skenario yang didukung oleh teknologi

komputer dan terintegrasi dengan sistem informasi rumah sakit. Meskipun ada hambatan dalam penggunaan teknologi computer bagi perawat pemula, namun teknologi ini kemungkinan besar akan membuat perubahan yang cepat sehingga membuat perawat novice siap bekerja di sarana pelayanan kesehatan

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat terbangun sistem pembelajaran interaktif dengan teknologi kumputer adalah:

1. Rumah sakit menyediakan jaringan sistem informasi online yang nantinya akan menjadi sarana informasi pembelajaran

2. Perlu dilaksanakan program pelatihan penggunaan komputer dan pemanfaatan sistem pembelajaran interaktif dengan teknologi komputer bagi perawat

3. Manajemen rumah sakit menyusun dan mengeluarkan kebijakan tentang prosedur pemanfaatan sistem informasi dan menjadikan kebijakan peningkatan kompetensi perawat menjadi bagian yang integral dengan sistem lain seperti: jenjang karir dan remunerasi bagi perawat.

4. Perawat pemula meningkatkan kemampuan teknologi informasi dan memilik sarana komunikasi yang di

(9)

perlukan, misalnya komputer atau laptop yang kompatibel dengan sistem pembelajaran berbasik komputer.

DAFTAR PUSTAKA

Benner, P. (1984). From novice to expert: Excellence and power in nursing practice. Menlo Park, California: Addison-Wesley.

Gillies. ( 1996). Manajemen keperawatan suatu pendekatan sistem (Edisi Kedua, Alih Bahasa Sukmana). Philadelphia: W.B. Saunders.

Marquis, B. L., & Huston, C., J. (2000). Leadership roles and management function in nursing: Theory & application (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Swanburg. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan (Alih Bahasa S. Samba). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gambar

Gambar 1. Teknik operasional pembelajaran interaktif dengan sistem komputer.

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna yang termasuk user account ini dapat mengakses semua menu utama dan melakukan semua manajemen data yang tersedia pada Sistem Informasi Pelaksanaan

Berdasarkan pembuatan jaringan yang bertujuan untuk membandingakan antara routing OSPF dan routing RIP dapat diambil kesimpulan :.  Routing OSPF sangat baik digunakan pada

Pengumpulan alat bukti dan barang bukti pada tahap penyidikan dalam.. kasus pembunuhan Sertu Santoso dengan nomor surat

Mengetahui gaya geser dasar, simpangan, dan rasio simpangan model struktur gedung tidak beraturan 5 lantai di wilayah Barlingmascakeb pada kondisi tanah sedang akibat beban gempa

Pelumas Pertamina merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan saya untuk1. mendapatkan manfaat

Penyusunan skripsi “Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi, dan Good Coorporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen

Ada berbagai faktor-faktor resiko yang dihubungkan dengan kanker payudara seperti mendapat haid pada umur kurang dari 10 tahun, mendapat menopause setalah berumur 50 tahun,

Kristianto Wibowo. Evaluasi Pembinaan Prestasi Olahraga Bola Basket di Kabupaten Magetan. Pembimbing I: Prof. Pembimbing II: Prof. Program Studi Ilmu Keolahragaan,