• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK LOKAL SEBAGAI PEREDUKSI PUPUK ANORGANIK PADA KENTANG TROPIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK LOKAL SEBAGAI PEREDUKSI PUPUK ANORGANIK PADA KENTANG TROPIKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK LOKAL SEBAGAI PEREDUKSI PUPUK

ANORGANIK PADA KENTANG TROPIKA

Nurjanani dan Muh.Asaad

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Kebutuhan hara tanaman kentang dapat disuplai baik dalam bentuk pupuk organik maupun anorganik. Total kebutuhan pupuk anorganik pada tanaman kentang untuk memenuhi kebutuhan hara N,P, dan K berkisar 717 – 1.185 kg/ha (± 1,18 t/ha) per musim. Pengkajian ini bertujuan mendapatkan satu paket teknologi pupuk organik dan anorganik spesifik lokasi pada kentang tropika. Dilaksanakan di Dusun Bulu Ballea, Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada bulan Juni-Oktober 2009. Kajian menggunakan Rancangan acak kelompok terdiri dari empat jenis pupuk organik yaitu pukan ayam tidak dikomposkan 5 t/ha, pukan ayam dikomposkan 5 t/ha, limbah tanaman dikomposkan 5 t/ha, dan limbah tanaman diolah menjadi pupuk cair 24 l/ha. Keempat jenis pupuk organik masing-masing dikombinasi dengan: pupuk NPK 300 kg/ha, NPK 300 ka/ha + Urea 100 kg/ha, NPK 600 kg/ha, dan Urea 200 kg/ha, sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dan diulang tiga kali. Hasil Kajian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kentang. Pertumbuhan terbaik dan produktivitas tertinggi ditunjukkan oleh tanaman yang diberi perlakuan kombinasi pukan ayam tidak dikomposkan 5 t/ha + NPK 600 kg/ha dengan produktivitas 42,05 t/ha dengan tingkat pendapatan Rp. 145.770.000. Secara finansial semua perlakuan layak dengan R/C ratio masing-masing perlakuan di atas 1, namun dari segi pendapatan perlakuan tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun ditinjau dari segi keamanan lingkungan dan ketersediaan bahan di lokasi, maka direkomendasikan untuk menggunakan: (1) limbah tanaman yang dikomposkan+pupuk NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha dengan produktivitas, pendapatan dan R/C ratio masing-masing 29,19 t/ha, Rp. 88.855.000 dan 3,09; dan (2) limbah tanaman yang dikomposkan + Urea 200 kg/ha dengan produktivitas, pendapatan, dan R/C ratio masing-masing 29,17 t/ha, Rp. 89.510.000 dan 3,14.

Kata kunci: kentang, pupuk organik, pupuk anorganik, produktivitas

PENDAHULUAN

Lahan Pertanian di daerah dataran tinggi Gowa diusahakan secara intensif dengan penanaman berbagai jenis sayuran, termasuk kentang. Dalam berusahatani sayuran, petani masih sedikit menggunakan pupuk organik, bahkan ada yang belum menggunakan sama sekali (Asaad, et al. 2008). Lahan-lahan yang dieksploitasi secara intensif tanpa dibarengi dengan penambahan bahan organik akan mengalami penurunan produktivitas tanaman. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas kentang di Sulsel yaitu baru berkisar 6,8-8,7 t/ha

(2)

(BPS 2007). Produktivitas tersebut lebih rendah di banding rata-rata produktivitas nasional yang mencapai 15,59 t/ha, bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dihasilkan 35 t/ha (Sahat 1991).

Kebutuhan hara tanaman kentang dapat disuplai baik dalam bentuk pupuk organik maupun anorganik. Kebutuhan pupuk anorganik untuk tanaman kentang cukup tinggi. Menurut Nurtika dan Hekstra (1975) dan Kusumo (1977), kebutuhan pupuk anorganik untuk tanaman kentang adalah 100-150 kg/ha N (setara 222-333 kg Urea), 100-150 kg/ha P2O5 (setara 278-417 kg SP-36), dan 100-150 kg/ha K2O (setara 217-326 KCl), sedangkan menurut Nainggolan (1991) produksi umbi kentang tertinggi diperoleh melalui pemupukan sebanyak 370 kg/ha KCl, 435 kg/ha Urea dan 380 kg/ha SP-36. Selanjutnya Sumiati (2005) melaporkan produksi kentang nyata meningkat sebesar 72,94% dengan aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 1 t/ha yang dikombinasi dengan pupuk ppc Nutrifarm AG 4,5 ml/l. Berarti total kebutuhan pupuk anorganik untuk tanaman kentang yang memenuhi kebutuhan hara N, P, dan K berkisar 717 – 1.185 kg/ha (± 1,18 t/ha) per musim. Selain biaya produksi semakin tinggi dengan semakin mahalnya harga pupuk, juga penggunaan pupuk anorganik akan merusak lingkungan karena residu yang ditinggalkan.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah mensubtitusi sebagian kebutuhan hara tanaman dengan penambahan bahan organik. Bahan organik, selain sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, juga dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah (Saenong et al. 2001). menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan meningkatkan aktivitas kehidupan organisme di dalam tanah (Lingga 2003). Dengan penambahan bahan organik, penyerapan hara oleh tanaman dapat lebih efektif dan efisien. Struktur tanah yang gembur mendukung perkembangan umbi kentang secara optimal. Bahan organik yang dikenal petani selama ini adalah pupuk kandang (kotoran hewan). Namun, ketersediaan pakan di daerah dataran tinggi sangat kurang, sehingga harus didatangkan dari daerah lain, yang tentu saja harganya relatif mahal, padahal banyak sumber-sumber bahan organik lokal yang belum dimanfaatkan, seperti limbah tanaman sayuran terutama wortel dan kentang, tanaman hijauan, rumput-rumputan, dan sampah rumah tangga. Teknologi pegolahan bahan organik dari sumber-sumber lokal juga sudah tersedia. Di lain pihak, harga pupuk sintetik semakin mahal, kadang-kadang langka dan terkadang ada yang palsu. Di samping itu, penggunaan pupuk sintetik dapat meninggalkan residu di alam. Oleh karena itu, perlu ada pengkajian pemanfaatan pupuk organik lokal untuk mengetahui kemampuannya dalam mensubtitusi penggunaan pupuk anorganik. Dari kajian ini diharapkan pemanfaatan bahan-bahan organik lokal menjadi optimal, sehingga penggunaan

(3)

pupuk anorganik dapat dikurangi, sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan. Kegiatan ini bertujuan mendapatkan satu paket teknologi pupuk organik dan anorganik spesifik lokasi pada kentang tropika di Sulsel.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2009 (musim kemarau) di sentra pengembangan kentang dataran tinggi kelurahan Pattapang, kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada ketinggian tempat 1.200 m dpl. Kajian dilaksanakan di lahan petani dan dilakukan oleh petani.

Kajian menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 16 kombinasi perlakuan pupuk organik dan anorganik. Perlakuannya adalah: (1) Pupuk kandang (pukan) ayam tidak dikomposkan 5 t/ha; (2) Pukan ayam dikomposkan 5 t/ha; (3) Limbah tanaman dikomposkan 5 t/ha; (4) Limbah tanaman yang diolah menjadi pupuk organik cair. Setiap perlakuan pupuk organik diberi pupuk anorganik masing-masing empat formulasi dosis yaitu: NPK 300 kg/ha; NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha; NPK 600 kg/ha; dan Urea 200 kg/ha, sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan pupuk. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali.

Lahan dicangkul dan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, kemudian dibuat plot-plot percobaan. Setiap plot-plot berukuran 20 m x 20 m (400 m2), sehingga luas lahan keseluruhan adalah 6.400 m2. Pemasangan pupuk organik dilakukan sebelum tanam yang diletakkan pada larikan di sisi kiri dan kanan umbi bibit. Pembuatan garitan/larikan dilakukan pada setiap jarak 70 cm dengan ukuran larikan lebar 30 cm dan kedalaman 20 cm.

Varietas kentang yang ditanam adalah Granola generasi ke empat (G4) dengan bobot umbi 30-40 g/umbi dan telah mengalami masa penyimpanan sekitar empat bulan (bertunas <1 cm). Jarak tanam yang digunakan adalah 70 cm x 25 cm. Bibit ditanam di atas larikan satu umbi per lubang tanam. Aplikasi pupuk organik dilakukan sebelum tanam sesuai perlakuan. Untuk mengetahui karakteristik tanah dan pupuk organik dilokasi pengkajian, dilakukan uji laboratorium (Tabel Lampiran 1 dan 2). Pemberian pupuk anorganik NPK dilakukan pada saat tanam, sedangkan pupuk Urea diberikan setelah tanaman kentang tumbuh merata yaitu umur ± 1 bulan setelah tanam (BST) bersamaan dengan pembumbunan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan konsep PHT kentang. Pengendalian menggunakan pestisida dilakukan berdasarkan ambang pengendalian (AP) hama/penyakit.

(4)

Pemantauan jenis hama dilakukan seminggu sekali sejak tanaman tumbuh merata. Jumlah contoh 10 tanaman/0,2 ha ditetapkan secara sistematis. Khusus pemantauan penyakit dilakukan 2-3 hari sekali pada jumlah contoh tanaman yang lebih banyak. Pemantauan serangan Liriomyza huidobrensis dilakukan menggunakan bendera kuning berperekat sebagai perangkap imago. Bendera terbuat dari kain kuning berukuran 6 m x 0,9 m yang dicelup ke dalam perekat (larutan kanji), kemudian kain direntang dan diikat pada sebatang bambu. Bendera tersebut dilewatkan dua kali di atas tanaman untuk mensweeping serangga dewasa L. huidobrensis (Lologau, et al., 2000). Aplikasi dilakukan antara pukul 7.00–12.00. Ambang pengendalian (AP) hama L. huidobrensis adalah 3,5 korokan/5 anak daun, sedangkan AP untuk Pytophthora infestan adalah 1 bercak aktif/10 tanaman contoh.

Pengairan tanaman dilakukan dengan penyiraman menggunakan sistem sprinkler untuk mempertahankan kondisi kapasitas lapang. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik sesuai kebutuhan.

Pengamatan dilakukan terhadap: (1) tinggi tanaman, (2) lebar kanopi (3) hasil umbi/petak yang dikonversi ke t/ha, (4) keragaan finansial usahatani meliputi penggunaan sarana produksi, tenaga kerja, hasil, penerimaan, dan keuntungan.

Analisis data yang digunakan adalah: (1) analisis teknis agronomis untuk mengevaluasi penerapan teknologi penggunaan pupuk organik menggunakan Anova, dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan setiap variabel diuji menggunakan uji beda nyata Duncan (Gomez dan Gomez 1995). Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dilakukan pengumpulan data input-output usahatani selama dalam pengkajian. Analisis pendapatan digunakan rumus (Downey dan Erickson 1985).

I = ∑ (Y.P4)- ∑(xi-Pxi) Dimana:

I = Pendapatan (Rp/ha) Y = Output/Hasil (kg) Pxi = Harga Input (Rp) Py = Out put (Rp)

Xi = Input (I = 1,2,3,…..n)

Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis Anggaran Parsial dengan R/C ratio ( Return Cost Ratio). Soekartawi (1995) bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya yaitu:

a = R/C R = Py.Y C = (FC + VC)

(5)

a = (Py-Y)/(FC+VC)

FC = Biaya tetap (Fixed Cost)

VC = Biaya tidak tetap (Variable cost) Keterangan:

R = Penerimaan C = Biaya

PY= Harga Output Y = Output

Dengan ketentuan:

R/C > 1, usahatani secara ekonomi menguntungkan

R/C = 1, Usahatani secara ekonomi berada pada titik impas (BEP)

R/C < 1, Usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman

Data pertumbuhan tinggi dan lebar kanopi tanaman kentang disajikan pada Tabel 1 dan 2. Hasil analisis statistika menunjukkan terjadi perbedaan respon tinggi dan lebar kanopi tanaman terhadap pemberian 16 kombinasi pupuk organik dan anorganik. Sampai dengan umur 59 hari setelah tanam (HST) terjadi perbedaan sangat nyata antar perlakuan pupuk terhadap tinggi tanaman dan lebar kanopi. Tinggi tanaman kentang pada umur 59 HST sekitar 32,70- 45,93 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan C berbeda sangat nyata dengan perlakuan M, N, dan P, tapi tidak berbeda nyata dengan 11 kombinasi perlakuan lainnya.

(6)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kentang pada berbagai perlakuan pupuk organik dan anorganik

Simbol Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

32 HST 45 HST 59 HST

A Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha 14,20 ab 30,20 ab 40,55 ab

B Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha

14,35 ab 30,60 ab 41,00 ab

C Pukan ayam 5 t/ha + NPK 600 kg/ha 19,32 a 35,73 a 45,93 a

D Pukan ayam 5 t/ha + Urea 200 kg/ha 15,70 ab 32,20 ab 42,45 ab

E Pukan ayam dikomposkan + NPK 300 kg/ha 14,35 ab 31,73 ab 41,95 ab

F Pukan ayam dikomposkan + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha

13,18 ab 30,33 ab 40,50 ab

G Pukan ayam dikomposkan + NPK 600 kg/ha 18,10 a 34,47 a 44,70 a

H Pukan ayam dikomposkan + Urea 200 kg/ha 12,19 ab 28,60 ab 38,90 ab

I Limbah tanaman dikomposkan + NPK 300 kg/ha

9,67 ab 25,67 ab 35,90 ab

J Limbah tanaman dikomposkan + NPK 300 kg/ha+ Urea 100 kg/ha

9,46 ab 25,47 ab 35,70 ab

K Limbah tanaman dikomposkan + NPK 600 kg/ha

11,00 ab 26,27 ab 36,50 ab

L Limbah tanaman dikomposkan+Urea 200

kg/ha

9,80 ab 25,80 ab 36,00 ab

M Pupuk cair limbah tanaman + NPK 300 kg/ha 7,87 b 23,87 b 34,00 b

N Pupuk cair limbah tanaman + NPK 300 kg/ha+ Urea 100 kg/ha

8,43 b 24,40 b 34,75 b

O Pupuk cair limbah tanaman + NPK 600 kg/ha 8,75 ab 24,93 ab 35,00 b

P Pupuk cair limbah tanaman + Urea 200 kg/ha 6,20 b 22,47 b 32,70 b

KK (%) 14,00 14,03 14,02

Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada P= 0,01; HST = hari setelah tanam

Lebar kanopi tanaman kentang pada umur 59 HST, juga terbesar pada perlakuan pukan ayam tidak dikomposkan 5 t/ha + NPK 600 kg/ha dan berbeda sangat nyata dengan lebar kanopi kentang pada perlakuan limbah tanaman dikomposkan dengan cendawan + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha dan pupuk organik cair + NKP 300 kg/ha, namun tidak berbeda sangat nyata dengan 10 kombinasi perlakuan lainnya (Tabel 2).

(7)

Tabel 2. Rataan lebar kanopi tanaman kentang pada berbagai perlakuan pupuk organik dan anorganik

Simbol Perlakuan Lebar kanopi (cm)

32 HST 45 HST 59 HST A Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha 24,81 abc 48,07 abc 54,20 abc B Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha + Urea

100 kg/ha

24,18 abc 47,43 abc 53,60 abc C Pukan ayam 5 t/ha + NPK 600 kg/ha 29,01 a 52,27 a 58,44 a D Pukan ayam 5 t/ha + Urea 200 kg/ha 27,01 a 50,27 a 56,40 a E Pukan ayam dikomposkan+ NPK 300 kg/ha 23,17 abc 46,43 abc 52,60 abc F Pukan ayam dikomposkan + NPK 300 kg/ha

+ Urea 100 kg/ha

24,91 abc 48,17 abc 54,35 abc G Pukan ayam dikomposkan + NPK 600 kg/ha 26,47 abc 49,73 abc 55,90 abc H Pukan ayam dikomposkan + Urea 200 kg/ha 24,45 abc 47,70 abc 53,84 abc

I Limbah tanaman dikomposkan+NPK 300 kg/ha

20,73 abc 44,00 abc 50,17 abc J Limbah tanaman dikomposkan+NPK 300

kg/ha+ Urea 100 kg/ha

16,67 c 39,93 c 46,10 c K Limbah tanaman dikomposkan + NPK 600

kg/ha

19,37 abc 42,63 abc 48,80 abc L Limbah tanaman dikomposkan+Urea 200

kg/ha

20,94 abc 44,20 abc 50,38 abc M Pupuk cair limbah tanaman + NPK 300

kg/ha

16,65 c 39,90 c 46,07 c N Pupuk cair limbah tanaman + NPK 300

kg/ha+ Urea 100 kg/ha

17,16 bc 40,43 bc 46,60 bc O Pupuk cair limbah tanaman + NPK 600

kg/ha

17,50 bc 40,77 bc 46,90 bc P Pupuk cair limbah tanaman +Urea 200 kg/ha 19,40 abc 42,63 abc 48,80 abc

KK (%) 8,35 8,37 8,30

Keterangan : Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada P= 0,01; HST = Hari Setelah Tanam

Komponen Produksi

Data pengamatan jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, persentase umbi rusak per tanaman, dan produktivitas disajikan pada Tabel 3.

Hasil uji statistika menunjukkan terjadi perbedaan respon produktivitas terhadap pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik. Perlakuan C memberikan produktivitas tertinggi yaitu 42,05 t/ha dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan I,K,M,N,O, dan P, tetapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya.

(8)

Tabel 3. Rataan jumlah umbi, bobot umbi, persentase umbi rusak per tanaman dan produktivitas tanaman kentang (t/ha) pada berbagai perlakuan pupuk organik dan anorganik

Simbol Perlakuan Jumlah umbi/ tanaman Bobot umbi/ tanaman Umbi Rusak (%) Produktivitas (t/ha) A Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha 9,43 565 ab 2,00 36,16 ab B Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha

+ Urea 100 kg/ha

9,90 557 ab 2,09 35,65 ab C Pukan ayam 5 t/ha + NPK 600 kg/ha 8,95 657 a 2,10 42,05 a D Pukan ayam 5 t/ha + Urea 200

kg/ha

8,95 492 ab 2,00 31,51 ab E Pukan ayam dikomposkan+ NPK

300 kg/ha

7,24 487 ab 2,00 31,16 ab F Pukan ayam dikomposkan + NPK

300 kg/ha + Urea 100 kg/ha

8,14 565 ab 2,10 36,18 ab G Pukan ayam dikomposkan + NPK

600 kg/ha

9,00 530 ab 2,09 33,91 ab H Pukan ayam dikomposkan + Urea

200 kg/ha

8,24 549 ab 2,10 35,17 ab I Limbah tanaman dikomposkan+NPK

300 kg/ha

7,43 407 b 2,76 26,07 b J Limbah tanaman dikomposkan+NPK

300 kg/ha+ Urea 100 kg/ha

7,71 456 ab 2,00 29,19 ab K Limbah tanaman dikomposkan +

NPK 600 kg/ha

7,95 430 b 2,34 27,50 b L Limbah tanaman dikomposkan+Urea

200 kg/ha

7,57 456 ab 2,61 29,17 ab M Pupuk cair limbah tanaman + NPK

300 kg/ha

9,00 399 b 2,38 25,52 b N Pupuk cair limbah tanaman + NPK

300 kg/ha+ Urea 100 kg/ha

8,33 427 b 2,33 27,36 b O Pupuk cair limbah tanaman + NPK

600 kg/ha

7,43 385 b 2,20 24,63 b P Pupuk cair limbah tanaman +Urea

200 kg/ha

7,38 404 b 2,30 23,87 b

KK (%) 16,58

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan Uji Jarak berganda Duncan pada taraf 0,01.

Perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman kentang dipengaruhi oleh perlakuan jenis pupuk organik. Pupuk organik dari kotoran ayam yang tidak dikomposkan maupun dikomposkan memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi dan lebar kanopi serta produksi tanaman kentang dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik dari limbah tanaman dalam bentuk kompos maupun organik cair. Hal ini terlihat dari rataan produksi pada kombinasi perlakuan pukan ayam tidak dikomposkan maupun dikomposkan dikombinasikan dengan pupuk anorganik (NPK 300 kg/ha, NPK 300 kg/ha+urea 100 kg/ha; NPK 600 kg/ha dan Urea 200 kg/ha)

(9)

dengan rataan produksi 31,16-42,05 t/ha, sedangkan kombinasi perlakuan pupuk organik dari limbah tanaman baik dalam bentuk kompos maupun cair dikombinasikan dengan pupuk anorganik hanya memberikan hasil rata-rata 24,63-29,19 t/ha. Hal ini diduga disebabkan kandungan Kalium pada pukan ayam tidak dikomposkan dan dikomposkan yaitu masing-masing 8,08% dan 8,57% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Kalium pada pupuk organik dari limbah tanaman (kompos) yaitu hanya 0,80%. Hara kalium memegang peranan penting dalam translokasi fotosintat ke dalam umbi sehingga mempengaruhi besarnya produksi. Subhan (1991) menyatakan bahwa unsur kalium sangat membantu melancarkan translokasi fotosintat ke dalam umbi. Semakin banyak fotosintat yang dihasilkan dan diserap oleh umbi, maka ukuran umbi akan semakin besar. Kusumo dan Sulaeman dalam Asandhi et al. (1989) melaporkan bahwa pupuk kandang ayam lebih unggul dalam meningkatkan produksi kentang dibandingkan dengan pupuk kandang dan kompos lainnya. Namun berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan lokal, dan pupuk kandang membutuhkan biaya produksi yang tinggi karena harus dibeli dari daerah lain, sehingga bahan organik lokal seperti limbah-limbah tanaman, hijauan, dan rumput yang ada di sentra produksi sayuran termasuk kentang perlu dimanfaatkan.

Hama dan Penyakit

Jenis hama yang menyerang tanaman kentang selama pengkajian berlangsung adalah lalat pengorok daun (L. huidobrensis) dan ulat penggerek umbi (Phthorimaea operculella). Lalat pengorok daun mulai ditemukan pada umur 5 minggu setelah tanam (MST). Intensitas serangan meningkat seiring pertambahan umur tanaman. Intensitas serangan berkisar antara 20-30%. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah penyemprotan insektisida dimehipo 40%, 3 cc/l air. Serangan ulat penggerek umbi diketahui pada saat panen. Persentase umbi yang rusak berkisar 2,00% sampai 2,76% dapat dilihat pada Tabel 3. Serangan penggerek umbi di pertanaman dapat terjadi karena umbi tersembul ke permukaan tanah. Hama ini dapat dikendalikan dengan melakukan pembumbunan secara sempurna yaitu semua umbi ditutup dengan tanah (Nurjanani 2008).

Jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman kentang selama pengkajian berlangsung adalah busuk daun Phytophthora sp. Penyakit ini mulai muncul pada tanaman kentang 6 MST. Intensitas serangannya berkisar 10–20%. Upaya pengendalian yang dilakukan adalah penggunaan ekstrak pinang, penyemprotan fungisida mankozeb 80% dan dimetomorf 50%. Penggunaan fungisida sintetik

(10)

aktif/10 tanaman contoh. Hal ini sesuai dengan pentunjuk pengendalian penyakit terpadu tanaman Kentang bahwa aplikasi fungisida dilakukan setelah ditemukan 1 bercak aktif/10 tanaman contoh (Duriat et al. 1994).

Kelayakan Usahatani

Untuk mengetahui kelayakan usahatani kentang dari berbagai perlakuan kombinasi pupuk organik dan anorganik dilakukan analisis finansial, yaitu suatu metode analisis umum dan sederhana untuk mengetahui tingkat penerimaan dari masing-masing perlakuan. Dari Tabel 4. Terlihat bahwa pendapatan tertinggi diperoleh dari perlakuan kombinasi pupuk kandang ayam tidak dikomposkan+ NPK 600 yaitu 145.770.000,- dengan R/C ratio 4,35. Akan tetapi semua kombinasi perlakuan lainnya layak dilakukan dalam usahatani kentang dengan indikasi kelayakan dari jumlah pendapatan antara Rp. 68.495.000,- dan Rp. 119.985.000,- per hektar dengan R/C ratio antara 2,62 dan 3,81. Alasan lain pemanfaatan sumber organik lokal adalah pengurangan modal usahatani. Dengan pemanfaatan bahan organik lokal, biaya produksi kentang dapat dihemat sebesar Rp. 575.000/ha untuk pupuk organik limbah tanaman dikomposkan, dan Rp. 1.275.000/ha untuk pupuk organik cair limbah tanaman yang tentunya sangat membantu bagi petani yang memiliki modal terbatas.

(11)

Tabel 4. Analisis Peneriman Usahatani dari Berbagai kombinasi Perlakuan Pupuk Organik dengan Pupuk Anorganik pada Tanaman Kentang luasan 1 ha (Waktu tanam Juni-Oktober 2009)

Kombinasi pupuk organik dengan anorganik Biaya (Rp) Total

Penerimaan (RP) Hasil (kg/ha) Pendapatan (Rp) R/C ratio Input Upah

Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha

Pukan ayam 5 t/ha + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha Pukan ayam 5 t/ha + NPK 600 kg/ha

Pukan ayam 5 t/ha + Urea 200 kg/ha Pukan ayam dikomposkan + NPK 300 kg/ha

Pukan ayam dikomposkan + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha Pukan ayam dikomposkan 5 t/ha + NPK 600 kg/ha

Pukan ayam dikomposkan + Urea 200 kg/ha Limbah tanaman dikomposkan+NPK 300 kg/ha

Limbah tanaman dikomposkan+NPK 300 kg/ha+Urea 100 kg/ha

Limbah tanaman dikomposkan+NPK 600 kg/ha Limbah tanaman dikomposkan+ Urea 200 kg/ha Pupuk Cair limbah tanaman +NPK 300 kg/ha

Pupuk cair limbah tanaman+NPK 300 kg/ha +Urea 100 kg/ha Pupuk cair limbah tanaman +NPK 600 kg/ha

Pupuk cair limbah tanaman + Urea 200 kg/ha

31.655.000 31.835.000 32.375.000 31.295.000 31.655.000 31.835.000 32.375.000 30.935.000 31.080.000 31.260.000 31.800.000 30.720.000 30.380.000 30.560.000 31.100.000 30.020.000 11.080.000 10.240.000 11.080.000 11.080.000 11.080.000 11.240.000 11.080.000 11.080.000 11.080.000 11.240.000 11.080.000 11.080.000 11.240.000 11.240.000 11.240.000 10.052.000 162.720.000 160.470.000 189.225.000 141.795.000 140.220.000 162.810.000 152.595.000 158.265.000 117.315.000 131.355.000 123.750.000 131.310.000 114.840.000 123.075.000 110.835.000 116.370.000 36.160 35.660 42.050 31.510 31.160 36.180 33.910 35.170 26.070 29.190 27.500 29.170 25.520 27.360 24.630 25.870 114.985.000 118.395.000 145.770.000 99.420.000 97.485.000 119.735.000 109.140.000 116.250.000 75.155.000 88.855.000 80.870.000 89.510.000 73.220.000 81.275.000 68.495.000 76.298.000 3,81 3,81 4,35 3,35 3,28 3,78 3,51 3,77 2,78 3,09 2,89 3,14 2,76 2,94 2,62 2,90

Keterangan: Jumlah benih 1.500 kg/ha Upah = Rp. 20.000/orang/hari Harga benih Rp. 8.000/kg

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan pukan ayam tidak dikomposkan 5 t/ha + NPK 600 kg/ha yaitu 42,05 t/ha dengan penerimaan bersih dan R/C-ratio masing-masing Rp. 145.770.000 dan 4,35. Namun ditinjau dari aspek keamanan lingkungan dan ketersediaan bahan di lokasi pengkajian, maka direkomendasikan menggunakan:

a. Kombinasi perlakuan limbah tanaman yang dikomposkan 5 t/ha + NPK 300 kg/ha + Urea 100 kg/ha. Perlakuan ini memberikan hasil 29,19 t/ha dengan penerimaan bersih dan R/C-ratio masing-masing Rp. 88.855.000 dan 3,09

b. Kombinasi perlakuan limbah tanaman yang dikomposkan 5 t/ha + Urea 200 kg/ha. Perlakuan ini dapat memberikan hasil 29,17 t/ha dengan penerimaan bersih dan R/C-ratio masing-masing Rp. 89.510.000 dan 3,14

Untuk meningkatkan daya kerja pupuk organik cair dari limbah tanaman yang diolah menggunakan dekomposer bakteri, disarankan menambah dosis dan frekwensi aplikasi pupuk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asaad, M., B. Aliem, and Warda. 2008. The agronomy, pest and disease management practices of potato farmers In Gowa district, South Sulawesi. Prosiding seminar ilmiah dan pertemuan tahunan FEI, PFI XIX Komisariat daerah Sulsel, 5 November 2008. Hlm 348-353.

Asandhi, A.A., Sudarwohadi S, Suhardi. Zaenal, A., Subhan,. 1989. Kentang. Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Hortikultura, Lembang. 207 hlm.

BPS. 2007. Sulawesi Selatan dalam Angka. Biro Pusat Statistik.

Downey, W. D. dan S.P. Erickson, 1985. Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan oleh Rochidayat, Gonda S dan Alpons. Penerbit Erlangga. Jakarta. 516 hal.

Duriat, A.S. 1994. PHT penyakit penting Sayuran. Bahan pelajaran dalam pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para teknisi dalam pengelolaan penelitian PHT bagi teknisi lingkup Badan Litbang Pertanian. Kerjasama P4N dan IPB Bogor. Bogor 3 Juni – 9 Juni 1994.

Gomez K.A., A. A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Penerjemah: Sjamsuddin E. dan J.S. Baharsjah (Edisi Kedua). Universitas Indonesia (UI-Press). 697 hlm.

(13)

Kusumo, S. 1977. Pengaruh dosis pupuk DAP dan TSP terhadap hasil kubis dan kentang. Bul. Penel. Hort. 5(1): 3-6.

Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk penggunaan pupuk. Cetakan ke 20. Penebar Swadaya, Jakarta. 150 hlm.

Lologau, B.A., A. Rauf, D. Prijono, dan P. Hidayat. 2000. Pengendalian hama pengorok daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) pada pertanaman kentang. J. Hort. 10(1): 46-51.

Nainggolan, P. 1991. Pengaruh kalium dan busukan ikan terhadap produksi kentang. J. Hort. 1(4): 8-13.

Nurjanani. 2008. Penggerek umbi kentang (Pthorimaea operculella). Makalah disampaikan pada Training of Trainers (TOT) SL-PTT Peningkatan Produksi Kentang. Malino, Desember 2008.

Nurtika dan A. Hekstra. 1975. Pengaruh pemupukan NPK terhadap produksi kentang, kubis, dan kacang jogo. Bul. Penel. Hort. 3(4): 33-45.

Saenong, S., N. Razak, Arafah, A. Fattah, dan Amirullah. 2001. Manfaat pupuk organik terhadap tanaman padi. Brosur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. 31 hlm.

Sahat, S. 1991. Hasil-hasil penelitian sayuran dataran tinggi. Prosiding Lokakarya Nasional Sayuran. Kerjasama Badan Litbang Pertanian. AVRDC dan ATA-395. Lembang, Indonesia.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI. Press). Jakarta.

Subhan. 1991. Pemupukan dan hasil kentang (Solanum tuberosum L.) kultivar Granola dengan pupuk majemuk NPK (15-15-15) dan waktu pemberiannya. Bul. Penel. Hort. 19(4): 27-39.

Sumiati, E. 2005. Pertumbuhan dan hasil kentang dengan aplikasi NPK 15-15-15 dan pupuk pelengkap cair di dataran tinggi Lembang. J. Hort. 15(4): 270-278.

(14)

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Karakteristik tanah di lokasi Kajian, Tinggi Moncong, Gowa, 2009

No. Karakteristik Nilai

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11. 12. C Organik (%) N (%) C/N P2O5 (mg/100 g) K2O (mg/100 g) pH-H2O pH-KCl SO4 tersedia (ppm) Fraksi tanah (%) - Pasir - Debu - Liat

Nilai Kation (me/100 g) - Ca - Mg - K - Na KTK (me/100 g) Kejenuhan Basa (%) 2,89 0,23 13 103 18 4,84 4,81 92 19 61 20 2,0 1,0 0,05 1,15 26,17 16,0

Tabel Lampiran 2. Karakteristik pupuk organik yang digunakan

No. Karakteristik Hasil

Pukan ayam setelah Dikomposkan Pupuk kandang ayam tidak dikomposkan Residu tanaman Setelah Dikomposkan N-total (%) P2O5 (%) K2O (%) Kadar air (%) C-Organik (%) C/N-ratio 1,54 4,32 8,57 8,80 13,01 8 1,93 4,03 8,08 10,15 11,89 6 1,18 1,05 0,80 10,45 17,50 15,0

Gambar

Tabel  4.  Analisis  Peneriman  Usahatani  dari  Berbagai  kombinasi  Perlakuan  Pupuk  Organik  dengan  Pupuk  Anorganik  pada  Tanaman  Kentang  luasan 1 ha (Waktu tanam Juni-Oktober 2009)
Tabel Lampiran 1. Karakteristik tanah di lokasi Kajian, Tinggi Moncong, Gowa, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Pengomposan adalah dekomposisi dan stabilisasi substrat organik dalam kondisi yang diikuti kenaikan suhu termofilik sebagai akibat dari panas yang dihasilkan, dengan hasil akhir

Struktur organisasi bagian teknik dan perencanaan perancangan pabrik garmen tas canvas dengan kapasitas 33.124 p c s/b ln .... Struktur organisasi bagian umum

Untuk mengetahui apakah perubahan opini audit mempengaruhi reaksi pasar. Untuk mengetahui apakah perubahan laba mempengaruhi

remaja yang salah dalam penanganan acne vulgaris karena pengetahuan remaja terhadap acnevulgari s kurang, dan penanganan yang salah pada acne menimbulkan reaksi seperti

Manfaat Penulisan Penulis berharap hasil dari penulisan ini memberikan sumbangsih khazanah keilmun dalam Hukum Islam khususnya dalam bidang keluarga terkait peran dan

Masa ini dipandang juga sebagai masa keemasan atau goden age yang sangat erat hubungannya dengan kognitif anak.Berdasarkan analisis tersebut, buku panduan guru model

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suwandi (2014), perlakuan bio- priming menggunakan ekstrak kompos biofitalik yang diperkaya dengan limbah udang atau limbah

Penilaian konsumen terhadap wama dan aroma sosis fermentasi daging sapi menggunakan skala hedonik 1-7, berkisar agak suka dengan skor penilaian 5.12, sedangkan