• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO. (Analisis Framing pada Surat Kabar Jawa Pos pada tanggal 3 -5 September 2009).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BERITA PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO. (Analisis Framing pada Surat Kabar Jawa Pos pada tanggal 3 -5 September 2009)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINGKAIAN BERITA PERISTIWA 10 NOPEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO DALAM HARIAN JAWA POS

(Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa 10 Nopember 1945 Versi Soemarsono dalam Harian Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Nur Ramadhan Dwi Nugraha NPM. 0543010377

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SURABAYA

2009

(2)

Oleh :

NUR RAMADHAN DWI NUGRAHA NPM. 0543010377

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 09 juni 2010

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Tim Penguji: 1. Ketua

Ir. Didiek Tranggono, Msi NIP. 19581225 19900 1001 2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 0035 1 3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP 19550718 198302 2001

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerahnya dengan memberikan kesehatan dan juga memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kebanggaan penulis bukan hanya dapat menyelesaikan skripsi ini tetapi bagaimana penulis dapat mengalahkan diri sendiri yang dapat menghambat dalam menyusun skripsi.

Penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih atas terselesainya kegiatan dan penulisan Skripsi serta orang-orang telah bermurah hati untuk memberikan ilmunya . Mereka diantaranya :

1. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

4. Bapak DRS. Syaifuddin Zuhri, MSi, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

5. Bapak Zainal Abidin Achmad,M.Si, M.Ed, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur serta sebagai Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas saran, kritiknya, serta mau membagi ilmunya dalam menyusun skripsi penuh.

(4)

v

Edo, Willy, Jun, Krista, Rizal, Didit dan semua temen - temen di kampuz terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala sumbang saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 14 Oktober 20

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Peneliti... 8

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2. Manfaat Praktis………... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Surat Kabar dan Fungsinya Serta Tanggung Jawab Sosial ... 10

2.1.2. Surat Kabar dan Konstruksi Realitas ... 12

2.1.3. Ideologi Media ... 14

2.1.4. Hierarchy of Influence ... 15

(6)

2.1.8. Proses Framing Entman ... 23

2.1.9. Perangkat Framing Entman ... 24

2.2 Kerangka Berpikir ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Definisi Operasional ... 29

3.2. Subjek dan Objek ... 30

3.3. Unit Analisis ... 30

3.4. Populasi dan Korpus ... 30

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6. Teknik Analisis Data ... 34

3.7. Langkah – Langkah Analisis Framing ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Profil Perusahaan ... 37

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos……….. 37

4.1.2. Kebijakan Redaksional……… 44

4.2. Hasil dan Pembahasan………. 49

4.3. Berita di Harian Jaawa Pos………. 50

4.3.1. Berita Tanggal 3 September 2009……….. 50

(7)

viii

4.3.2. Berita Tanggal 4 September 2009……….. 56

4.3..3. Berita Tanggal 5 September 2009……….. 61

4.4. Frame Jawa Pos Tentang Pemberitaan Peristiwa 10 Nopember 1945 Versi Soemarsono……… 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 70

5.1. Kesimpulan ……… 70

5.2. Saran……… 71

DAFTAR PUSTAKA……… ... 73

(8)

1. Jawa Pos Tanggal 3 September 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) : Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua

Kali " ... 75 2. Jawa Pos Tanggal 4 September 2009 halamn 29, judul

pernberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok

Soemarsono (2) : Sejarah Adalah Versi Pemenang”... 77

3. Jawa Pos Tanggal 5 September 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok

Soemarsono (3-Habis) : Jangan Paksakan Rekonsiliasi" ... 79

4. Jawa Pos tanggal 9 Agustus 2009 halaman 29, judul pernberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan Bung Tomo dari Amukan Pemuda".

... 81

2. Jawa Pos Tanggal 10 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (2) : Rangkulan Bisikan Amir Syarifuddin Bikin

Lemas" ... 83

(9)

3. Jawa Pos Tanggal 11 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3-Habis) : Memangnya Dia Bisa Merobek Bendera

tu Sendirian" ... 85

4. Jawa Pos Tanggal 14 Agustus 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (1) : sepakat Pilih Amir Syarifuddin

sebagai Proklamator" ... 87

5. Jawa Pos Tanggal 15 Agustus 2009 halaman 1, Judul pemberiaan "Soemarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (2) : Ganti Proklamator Dua Kali, Merdeka

Tertunda Dua Hari" ... 89

6. Jawa Pos Tanggal 16 Agustus 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan Kiri dan Pergolakan Seputar Proklamasi (3-Habis) : Ekstrem Kanan Kiri Oke, tapi

Tengah Yang Memimpin" ... 91

7. Jawa Pos Tanggal 20 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) Selamatkan 600 Tamu Wanita Hotel

Yamato dari Pemerkosaan'' ... 93

(10)

xi

Peneleh ... 95

9. Jawa Pos Tanggal 22 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran Surabaya ( 3-Habis) : Tambah Bingung Lihat

(11)

ABSTRAKSI

NUR RAMADHAN DWI NUGRAHA. BERITA PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO. (Analisis Framing pada Surat Kabar Jawa Pos pada tanggal 3 -5 September 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkontruksi berita – berita tentang peristiwa 10 November 1945 versi Soemarsono yang dipermasalahkan oleh Front Anti-Komunis.

Landasan teori yang digunakan adalah konsep tentang Surat Kabar dan fungsinya serta tanggung jawab sosial, konstruksi realitas berita sebagai hasil konstruksi realitas wartawan yang juga didasarkan atas ideologi media massa masing – masing wartawan, Hierarchy of influence.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita – berita tentang peristiwa pertempuran Surabaya 10 November 1945 versi Soemarsono, pada surat kabar harian Jawa Pos (3 berita) pada tanggal 3 – 5 September 2009. Analisis framing ini menggunakan mendekatan model Entman. Dengan menggunakan emapat struktur analisis yaitu Define problem ( Pendefinisian masalah ), Diagnose cause ( memperkirakan masalah atau sumber masalah ), Make moral Judgement ( membuat keputusan moral ), treatment recommendation ( menekankan penyelesaian ).

Hasil dari penelitian ini, Jawa Pos memberikan Front Anti-Komunis untuk mengklarifikasi pernyataan Soemarsono, Soemarsono adalah mantan anggota PKI perkataanya dapat membengkokkan sejarah, serta Front Anti-Komunis sangat tidak setuju bahwa penulisan yang bertajuk “Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya” tanggal 9 – 11 Agustus 2009 diharian Jawa Pos, ia diposisikan sebagai Pahlawan.

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Sejak informasi menjadi kebutuhan hidup manusia, maka peranan media massa semakin meningkat sebagai sarana penyampaian informasi. Tidak salah jika McQuail (1989:4) menyatakan bahwa salah satu peranan penting media massa menyajikan informasi. Media massa menyajikan informasi berupa berita - berita tentang peristiwa - peristiwa aktual yang terjadi.

(13)

2

2

Media massa dibedakan menjadi dua macam. yaitu sebagai pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi media cetak, sementara pers secara luas meliputi semua media komunikasi baik cetak maupun elektronik (Rachmadi dalam Eriyanto, 2002:3 5). Media cetak adalah suatu media statis dan mengutamakan pesan - pesan visual. Dan salah satu bentuknya adalah surat kabar (koran).

Surat kabar adalah media cetak yang memiliki keunggulan, antara lain informasi - informasi yang dicantumkan setiap hari sesuai dengan apa yang sedang terjadi di dalam masyarakat, dan mampu menjangkau masyarakat luas. Berbeda dengan majalah yang terbit seminggu sekali, dua minggu sekali. atau sebulan sekali. maka surat kabar terbit setiap hari.

Ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini. banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektivitas pemberitaan pun menjadi perdebatan klasik dalam studi media. Salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra objektif adalah Jhon C. Merril dan Everette E. Dennis (Siahaan, 2001:60-61).

(14)

3

wartawan ikut mempengaruhi semua proses kerja jurnalistik (Merril dalam Siahaan, 2001:60).

Sebaliknya, Dennis. mengatakan. jurnalisme obyektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada dasarnva dapat diukur dengan nilai - nilai obyektif, misalnya fakta dan opini menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa memberikan prinsip keseimbangan dan keadilan, serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya, jurnalisme obyektif mungkin jika mengadobsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subyektivitas wartawan maupun redaktur (Dennis dalam siahaan, 2001:61).

Oleh karena itu dalam mengkonstruksi suatu realitas, media memiliki kebijakan yang akan membuat berita terlihat obyektif atau tidak dimata pembaca. Seperti halnya jawapos memiliki cara pandang atau arah pemberitaan yang spesifik dan berbeda satu sama lain dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita. Termasuk berita tentang peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono yang dimuat dalam Harian Jawa Pos.

(15)

4

4

1948. Adanya pemberitaan tentang Soemarsono sebagai Tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya di Jawa Pos pada tanggal 9 - 11 Agustus 2009, yang berisikan bahwa soemarsono pernah menolong Bung Tomo yang selama ini sebagai pahlawan nasional terhadap amukan pemuda Surabaya, ia juga memarah marahi Bung Kamo karena memerintahkan pemuda Surabaya untuk menghentikan tembak - tembakan melawan Inggris. dan ia mempertanyakan mengapa ada orang yang ingin dimasukan namanya sebagai pahlawan karena sebagai tokoh yang paling berjasa dalam insiden penyobekan bendera di hotel Yamato, Surabaya.

(16)

5

nasinal ataupun perebutan pemerintahan nasional. Mantan ketua Pemuda Republik Indonesia (PRI) Surabaya itu menyebutkan peristiwa tersebut disebabkan Red Drive Proposal (dokumen rahasia pemerintahan cabinet Hatta bersama wakil - wakil dari Amerika Serikat yang berkepentingan untuk memerangi kekuatan komunisme). Prof Aminuddin membantah pernyataan tersebut. Menurut dia, itu adalah upaya Soemarsono mengaburkan sejarah.

Dalam pemberitaan ini Harian Jawa Pos mononjolkan pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dan kemudian setelah adanya demo dikantor Jawa Pos oleh ormas (organisasi masyarakat), Jawa Pos memuat berita klarifikasi terhadap perkataan dan sosok Soemarsono sendiri. Ini yang membuat peneliti ingin mengetahui perspektif atau cara pandang yang digimakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan penulisan berita, dengan itu penulis memilih analisis Framing sebagai metode Penelitian.

Analisis Framing termasuk dalam paradigma konstruksionis, paradigm ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 2002 : 13).

(17)

6

6

dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto,2005:224).

Peneliti menggunakan analisis framing sebagai metode penelitian. Sebagai analisis teks media, framing merupakan salah satu alternative model analisis yang dapat mengungkapkan semua perbedaan media dalam mengungkap sebuah fakta. Selain itu dengan melalui metode analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa. mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan siapa dirugikan, siapa menindas siapa tertindas, dan seterusnya (Eriyanto,2004:VI). Dengan menggunakan analisis framing dapat diketahui bagaimana pembingkaian berita oleh sebuah media ke dalam bentuk frame masing - masing sehingga menghasilkan konstruksi makna berita yang spesifik dan khas.

(18)

7

Entman pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan oleh sebuah media (Entman dalam Dennis Mc Quail, 2002).

Entman juga mengemukakan bahwa proses Framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengelolahan dan penyajian informasi dalam presentasi sebuah media. Dalam hal ini, wartawan menempati posisi ini wartawan mengolah dan mengemas informasi sesuai dengna ideologi, kecenderungan ataupun keberpihakan politik mereka. Seperti apa yang terdapat dalam asumsi Framing, telah dijelaskan bahwa individu jurnalis atau wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, pengalaman sosial dan kecenderungan psikologi ketika menafsirkan pesan yang sampai padanya (Nugroho, 1999 : 23). Sehingga dalam diri seorang wartawan juga mempunyai kewenangan dalam hal membatasi dan menafsirkan komentar - komentar sumber berita, serta member porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita satu dengan sumber berita yang lain.

Subyek material dari penelitian ini adalah koran harian terbitan nasional, Jawa Pos. Sedangkan obyek material dalam penelitian ini adalah pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono.

(19)

8

8

kabar pertama dan sampai sekarang satu - satunya yang berkembang menjadi kolongmerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di pasar provinsi (Send and hill, 2001:69-70).

Jawa Los memiliki misi idol dan misi bisms sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian berita menghendaki dan diarahkan pada suatu yang lain daripada yang lain dengan menampilkan rubrik - rubrik tertentu sebagai nominasi unggulan (Eduardus, 2001:33).

1.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut

“ Bagaimanakah Harian Jawa Pos membingkai peristiwa 10 Nopember 1945 versi Soemarsono dalam berita ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk "Mengetahui pembingkaian berita peristiwa 10 Nopember 1945 versi Soemarsono di Harian Jawa Pos"

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

(20)

9

pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing. Sebagai fenomena komunikasi yang mempunyai

signifikansi, teoritis, metodologis dan praktis, studi analisis framing diharapkan dapat berkembang pada disiplin ilmu komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis :

(21)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar dan Fungsinya serta Tanggung Jawab Sosial

Media massa merupakan sarana penyampaian isi pesan atau

pernyataan atau informasi, yang bersifat umum kepada sejumlah oranig

yang relative berjumlah besar, tersebar heterogen, anonim dan

mempunyai perhatian pada isi pesan yang sama, serta tidak mampu

memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media massa

harus diterbitkan secara periodik, isi peran harus bersifat umum,

menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan harus

dapat disajikan secara berkesinambungan (Wahyudi, 1991:90)

Salah satu media komunikasi massa dalam bentuk media cetak

adalah surat kabar. Dengan sendirinya didalam surat kabar terkandung

sifat-sifat komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui dari batasan ataupun

kriteria standar surat kabar. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa

lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak

dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff,

1991:140)

Surat kabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah surat kabar

(22)

kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan, dan

sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang

diterbitkan secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu

kali (Djuroto, 2002:11).

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu

komunikasi, khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku

"Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar

sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak

yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan,

dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan

bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991: 257).

Surat kabar pertama kali di terbitkan dan diperjual belikan untuk

pertama kali di Amerika Serikat. menurut sejarahnya surat kabar di

temukan dan dicetak pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada

tahun 1690. bernama Benyamin Harris (Djuroto, 2002 : 5).

Surat kabar pada perkembangannya, menjelma sebagai salah satu

bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk

menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan

kehidupan sosial, budaya dan politik.

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan

(23)

12

menghibur. melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi

masyarakat dengan melakukan dan peran serta positif dari masyarakat itu

sendiri.-(Effendv, 2003:149).

2.1.2 Surat kabar dan Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruksi. media dilihat bukanlah sekedar

saluran yang bebas. media juga mengkonstruksi realita, lengkap dengan

pandangan, biasa, dan pemihaknya. Media bukan hanya memuliki

peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam

mendefinisikan actor dan peristiwa lewat bahasa. Lewat pemberitaan pula

media dapat membingkai dengan bingkai tertentu \ana pada akhirnya

menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa

dalam kacamata tertentu. (Eriyanto, 2004 : 24)

Peristiwa- peristiwa yang menjadikan berita oleh media massa

tertentu melalui proses penyeleksi terlebih dahulu. hanya peristiwa yang

memenuhi kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media

massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004:26).

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

menggunakan bahasa sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan

hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa

(24)

memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang

dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan. (Sobur, 2001 : 88).

Setiap upaya "menceritakan" sebuah peristiwa , keadaan, benda, atau

apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realita. Begitu

pula dengan profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah

mengisahkan hasil reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian

mereka selalu terlibat dengan usaha-usaha mengkonstruksikan realitas,

yakni menyusun fakta yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk

laporan jurnalistik berupa berita (news). karangan khas (feature), atau

gabungan keduanya (news feature). Dengan demikian berita pada dasarnya

adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). (Sobur,

2001: 88).

Penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan

makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut

menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan

makna yang muncul darinya. Bahkan menurut (Hamad dalam Sobur.

2001: 90) bahasa bukan cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi

sekaligus menciptakan realitas.

Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagi unsur utama.

Bahasa merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat kunseptual dan alat

(25)

14

2.1.3. Ideologi Media

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu

melibatkan pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media

itu sendiri. Ideologi ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan

membuang apa yang dibuang. Artinya jika seseorang wartawan menulis

berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak, dan

memasukan opininya pada suatu berita. Dapat dikatakan media bukanlah

merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan

kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelornpok dan

ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam

beritaberitanya (Eriyanto, 2005: 90).

Pada kenyataannya berita di media massa tidak pernah netral dan

obyektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun

selalu dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang

aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemilihan media pada salah

satu kelompok atau ideologi tertentu. Bahasa ternyata tidak pernah lepas

dari subyektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan

mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita. pada saat itu juga kita

menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang

(26)

2.1.4. Hierarchv of Influence

Media pada dasarnya adalah cerminan dan refleksi dari

masyarakat secara umum. Karena itu, media bukanlah saluran yang

bebas, media juga subyek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan

pandangan, bisa dan pemihakannya. Di dalam suatu pemberitaan,

pembaca kerap berharap media bertindak netral dan seimbang ketika

memberitakan pihak-pihak yang berkonflik. Kecenderungan atau

perbedaan setiap media dalam memproduksi informasi kepada khalayak

dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang melingkupi institusi

media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat model

"Hierarchy of Influence" yang menjelaskan hal ini :

Tingkat Ideologis

Tingkat Ekstramedia

Tingkat Organisasi

Tingkat Rutinitas Media

Tingkat Individual

(27)

16

1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah

karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan

profesional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa

dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh

komunikator, termasuk tenggat waktu (deadline) dan rintangan waktu

yang lain, keterbatasan tempat (space), kepercayaan reporter pada

sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media

adalah mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan

berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari

kelompok kepentingan terhadap isi media. Pseudoevent dari praktisi

public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan

dibidang pers.

5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling

menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai

mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang

mempersatukan di dalam masyarakat (Sobur, 2004: 138-39).

Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan

memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain,

(28)

yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara

nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya

ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis

menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media

merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona

netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi

media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran

wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak

(Eriyanto, 2005: 92).

2.1.5. Pengertian Berita

Berita merupakan rekonstruksi dari sebuah fakta sosial yang

diceritakan sebagai wacana fakta media. Berita juga merupakan isi dari

surat kabar yang pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari

seorang pembuat berita, yang mana memiliki klarifikasi berdasarkan

muatannya.Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses

kompleks dengan menyortir ( memilah - milah ) dan menentukan

peristiwa dan terra - terra tertentu dalam satu ketegori tertentu (Eriyanto,

2005:102).

Kategori tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta,

akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca

(29)

18

disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang

menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca,

pendengar, penonton. (Muda, 2003: 22)

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau

ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda

antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada

pertimbangan seperti berikut (Muda, 2003: 29-39)

a. Timeliness, berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan

disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh

masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity, artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat

bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian,

ras, profesi. kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan terkait

yang lainnya.

c. Prominence, artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang

itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence, artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu,

segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain

yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak

(30)

e. Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena

konflik adalah bagian daiam kehidupan. Di sisi. lain berita adalah

sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development (pembangunan), merupakan materi berita yang cukup

menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya

dengan baik.

g. Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di

sepanjang garis kharulistiwa memang tidak banyak terganggu.

h. Sport, Berita olah raga sudah lama daya tariknya.

i. Human Interest, Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi

manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan

peristiwa dari segi human interest.

2.1.6. Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa

disini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada

gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa (Birowo,

2004: 168).

Peristiwa - peristiwa yang dapat dijadikan berita oleh media massa

akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang

(31)

20

Peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media

massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005: 26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan

dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan

oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat

berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga

berita tersebut ada bagian yang dihilangkan. luput, atau bahkan

disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2005: 3).

Berita adalah hasil konstruksi sosial di mana selalu melibatkan

persepsi. ideology dan nilai - nilai dari wartawan ataupun institusi media,

tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut

dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami

dan dimaknai (Birowo. 2004: 176).

Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda

oleh masing-masing media. Hal ini terkait dengan visi, misi dan ideologi

yang dipakai oleh masing-masina media. Sehingga kadangkala dari hasil

pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak

kepada siapa (jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau

kelompok tertentu). Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu

kelompok atau golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung

(32)

Aspek-aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin

dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari

integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi

suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara

kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.7. Analisis Framing

Gagasan ide mengenai framing, pertama kali dilontarkan Beterson

tahun 1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2001: 161). Frame pada awalnya

dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang

mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang

menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang

menaandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of

behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur,

2001: 162). Realitas itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan.

Sehingga berbagai hal yang terjadi seperti faktor dan orang,

didistrubusikan menjadi peristiwa yang kemudian disajikan untuk

khalayak.

G.J Aditjobdro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian

realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara

(33)

22

punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto. karikatur dan alat

ilustrasi lainnva (Sudibyo dalam Sobur, 2001: 165).

Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media

memaknai, memahami, dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa

yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat

digambarkan sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas

(peristiwa, aktor, kelompok atau apa sajalah) dibingkai oleh media

(Eriyanto, 2005: 3), dan pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses

konstruksi yang dilakukan oleh media.

Analisis Framing dalam ranah studi komunikasi mewakili tradisi

yang mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa

fenomena atau aktivitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi

framing dipakai untuk membedakan cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksi fakta. Karena itu konsep framing selalu berkaitan erat

dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek isu atau

realitas tersebut dalam berita. Disini framing dipandang sebagai

penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu

(34)

2.1.8. Proses Framing Entman

Menurut Entman, framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan

penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu.

Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermalcna,

lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang

disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami

suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan

menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan

aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana -

penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau

bagian belakang), pengulangan. pemakaian grafis untuk mendukung dan

memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika

menggambarkan orang / peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap

simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Semua aspek itu

dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi

bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan

oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang

atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,

bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke

(35)

24

2.1.9. Perangkat Framing Entman

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Robert M.

Entmen yang mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita

sebagai perangkat framing : difine problem (definisi), diagnose causes

(penjelasan). make moral judgement (evaluasi) dan treatment recommendation

(rekomendasi).

Frame berita timbul dalam dug level. Pertama, konsepsi mental

yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik

dari teks berita.

Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang, dipakai untuk

membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari

kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita.

Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan

gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata

dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol

dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan,

penempatan yang lebih menonjol, atau menghubunakan dengan bagian

lain dalam teks berita sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah

dilihat, diingat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Dalam pendekatan ini

(36)

definisi, Kedua; penjelasan, Ketiga; evaluasi, Keempat; rekomendasi

(Eriyanto, 2002: 188-189).

Perangkat framing Etmant

Define Problems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu pristiwa dilihat ? Sebagai apa

?

Atau sebagai masalah apa ?

Diagnose causes

(Memperkirakan

masalah atau sumber

masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa ? Apa

yang dianggap sebagai penyebab dari suatu

masalah ? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai

penyebab masalah ?

Make moral judgement

(Membuat keputusan

moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk

menjelaskan masalah ? Nilai moral apa yang

dipakai untuk melegitimasi atau

mendelegitimasi suatu tindakan ?

Treatment Recomendation

(Menekankan

penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan yuntuk

mengatasi masalah/isu ? Jalan apa yang

ditawarkan dan harus ditempuh untuk

mengatasi masalah ?

1. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen, yang

(37)

26

master frame / bingkai yang paling utama. la menekankan bagaimana

peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa,

bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami.

2. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan

elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor

dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi

bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu

saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber

masalah.

3. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen

framing yang dipakai untuk membenarkan / memberi argumentasi

pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah

didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan

sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan

dikenal oleh khalayak. (Eriyanto. '2002: 191).

4. Elemen framing lain adalah Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa

yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk

menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung

pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang

(38)

2.2 Kerangka Berfikir

Pekerjaan media pada dasarnya adalah yang berhubungan dengan

pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang tersendiri, yang

kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan-pesannya lewat berita.

Berita hasil konstruksi dan realitas dari sebuah proses manajemen

ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang

diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya.

Penilaian ini berangkat dari adanya fenomena media, pada tanggal 3

- 5 September 2009 adanya pemberitaan didemonya harian Jawa Pos

karena pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono pada

tanggal 9 - 11 Agustus 2009. Harian Jawa Pos menganggap berita ini

merupakan berita yang sangat penting karena diberikannya tempat

tersendiri dihalaman depan dan juga intensitas pemberitaan peristiwa 10

November 1945 versi soemarsono. Jika suatu media menaruh sebuah

kasus atau peristiwa di halaman muka maka diasumsikan peristiwa

tersebut pasti memperoleh perhatian besar dari khalayak. Setiap peristiwa

yang dianggap dapat menarik minat pembaca selalu dijadikan headline

atau di letakkan pada halaman muka (Sobur. 2001 : 167).

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah

analisis framing yang dipakai untuk mengetahui realitas yang dibingkai

(39)

28

dikonstruksi (dilarang bangun) dengan bentikan dan makna tertentu,

sehingga elemen tersebut menandakan sebuah peristiwa langsung. Dari

latar belakang tersebut maka paradigma, konsep, dan teori yang

digunakan peneliti adalah paradigma konstruktivisme.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Robert N. Entman.

Perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar yaitu;

Define problems (pendefinisian masalah), Diagnose causes (memperkirakan

penyebab masalah). Make moral judgement (membuat pilihan moral)

(40)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis

framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi

oleh media dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan

ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, tepat,

atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut

tidak hanya bagian dari teknisi jurnalistik. tetapi menandakan bagaimana

peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto. 2005: 3).

Pada dasamya analisis framing terdapat instrument metodologis

atau perangkat framing yang dipakai untuk mengkonstruksi sebuah

wacana berita denaan melakukan penonjolan-penonjolan tertentu, metode

analisis framing sangat tepat digunakan untuk menangkap

kecenderungan sikap dan perspektif media dalam pemberitannya.

Pada penelitian ini yang akan dijelaskan adalah bagaimana cara

media membingkai atau mengkonstruksi keseluruhan berita mengenai

sosok Soemarsono yang meliputi penyeleksian keseluruhan berita dan

(41)

30

bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, mengisahkan fakta,

menuliskan fakta, dan menekankan fakta.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos. Sedangkan

objek dari penelitian ini adalah pemberitaan peristiwa 10 November 1945

versi soemarsono 03 s/d 05 September 2009.

3.3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah keseluruhan

tanda-tanda berupa tulisan terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat

yang menjadi latar belakang dalam pemberitaan peristiwa 10 November

1945 versi soemarsono di harian Jawa Pos.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antara definisi.

penjelasan. evaluasi, rekomendasi yang digunakan oleh media (Jawa Pos)

dalam melihat suatu peristiwa, yaitu peristiwa 10 November 1945 versi

soemarsono.

3.4. Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemberitaan peristiwa

(42)

Agustus 2009, 14 s/d 16 Agustus 2009, 20 s/d 22 Agustus 2009 dan 03 s/d

05 September 2009 di harian Jawa Pos.

Korpus adalah himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang

memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama, dan arena itu

dapat di analisis, korpus itu bersifat terbuka (Arkoun dalam Harmadi,

2005: 43). Tetapi sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks

yang beraneka ragam.

Sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah

teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak

belakang dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari kita

tidak didahului oleh apapun atau interpretasi tertentu sebelumnya

(Arkoun dalam Harmadi, 2005: 44).

Korpus dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang peristiwa 10

November 1945 versi soemarsono, karena itu penelitian ini menggunakan

berita-berita yang menyajikan pemberitaan peristiwa 10 November 1945

versi soemarsono pada tanggal 03 s/d 05 September 2009 di harian Jawa

Pos.

Pada penelitian ini korpus yang diperoleh pada harian Jawa Pos

yang memberitakan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono.

Korpus yang terdapat pada Surat kabar Jawa Pos adalah sebagai

(43)

32

1. Berita tanggal 03 September 2009, "Front Anti Komunis

Persoalkan Sosok Soemarsono (1) : Aminuddin : Jangan Sampai

Digigit Ular Dua Kali"

2. Berita tanggal 04 September 2009, `'Front Anti Komunis

Persoalkan Sosok Soemarsono (2) : Aminuddin : Sejarah Adalah

Versi Pemenang"

3. Berita tanggal 05 September 2009, "Front Anti Komunis

Persoalkan Sosok Soemarsono (3) : Aminuddin : Jangan Paksa

Rekonsiliasi.

Dan sebagai feature pendukung pada pemberitaan 3 – 5 September

adalah

sebagai berikut:

1. Berita tanggal 09 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam

Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan Bung Tomo dari Amukan

Pemuda"

2. Berita tanggal 10 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam

Pertempuran Surabaya (2) : Rangkulan - Bisikan Amir

Syarifuddin Bikin Lemas"

3. Berita tanggal 11 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoli Kunci dalam

Pertempuran Surabaya (3) : Memang Dia Bisa Merobek Bendera

(44)

4. Berita tanggal 14 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan

Pergolakan Seputar Proklamasi (1) : Sepakat Pilih Amir

Syarifuddin sebagai Proklamator"

5. Berita tanagal 15 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan

Pergolakan Seputar Proklamasi (2) : Ganti Proklamator Dua Kali,

Merdeka Tertunda Dua Hari"

6. Berita tanggal 16 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan

Pergolakan Seputar Proklamasi (3) : Ekstrem Kanan Kiri Oke, tapi

Tengah Yang memimpin"

7. Berita tanggal 20 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke

Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan 600

Tamu Wanita Hotel Yamato dari Pemerkosaan"

8. Berita tanggal 20 Agustus 2009, “Napak Tilas Soemarsono ke

Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan 600

Tamu Wanita Hotel Yamato dari Pemerkosaan"

9. Berita tanggal 21 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke

Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (2) :Memori Manten

Anyar di Jalan Peneleh"

10. Berita tanggal 22 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke

Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (3) : Tambah Bingung

(45)

34

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi

soemarsono dalam harian Jawa Pos pada tanggal 09 s/d 11 Agustus 2009,

14 s/d 16 Agustus 2009, 20 s/d 22 Agustus 2009 clan 03 s/d 05 September

2009 di harian Jawa Pos didapat dari pengumpulan secara langsung dari

medianya dengan mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada

analisis framing dari Robert N. Entman. Dari data yang diperoleh sebagai

hasil dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk

mengetahui bagaimana media tersebut dalam mengemas pemberitaan

peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Muhajir dalam Dewi (2004: 37) merupakan

upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Peneliti menggunakan teknik analisis framing sebagai teknik dalam

menganalisis data penelitian. Analisis framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana media mengemas suatu peristiwa untuk

dituangkan dalam bentuk berita. Sisi mana yang ditonjolkan atau

(46)

menjadi kemampuan dan bertujuan mendominasi keberadaan subyek

sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tidak

terelakkan. (sobur, 2001: 162)

Analisis framing yang dipilih adalah konsep milik Robert N. Entman.

Perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar. Pertama;

definisi. Kedua; penjelasan, Ketiga; evaluasi, Keempat; rekomendasi.

3.7. Langkah-Langkah Analisis Framing

Berita sosok Soemarsono, akan dianalisis dengan menggunakan

perangkat framing model Robert M. Entman. Analisis berita-berita

tersebut akan didasarkan pada empat bagian struktur besar, yaitu :

definisi, penjelasan, evaluasi, rekomendasi.

1. Define problems

Pendefinisian masalah adalah suatu pemberitaan peristiwa 10

November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos di Surat

Kabar Jawa Pos dilihat sebagai apa serta sebagai masalah apa.

2. Diagnose causes

Memperkirakan penyebab timbulnya mempersoalkan pemberitaan

(47)

36

atau apa yang dianggap sebagai sumber masalah di Surat Kabar Jawa

Pos.

3. Make moral judgement

Penilaian atas penyebab dalam mempersoalkan pemberitaan peristiwa

10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos.

4. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian)

Penyelesaian yang dilakukan menyelesaikan masalah dalam

pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan Jawa Pos

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli

1949 oleh perusahaan bersama PT. Jawa Pos Cocern Ltd berlokasi di jalan

Kembang Jepun 165-169. Pendirinya adalah seorang warga negara

Indonesia keturunan dengan kelahiran Bangka yang bernama The Chung

Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno

redjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas

untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan

dari situ, ia. Mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata

menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 sunit kabar dengan nama

Jawa Pos didirikan.

Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa

dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.

Selanjutnya sejak tahun 1951 dipimpin redaksinya aclalah Thio Oen Sik.

Keduanya dikenal sebagai orang-orang Republiken yang tak pernah

goyah. Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena

memiliki tiga bahasa berbeda, Surat kabar yang diterbitkan dengan tiga

(49)

38

yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Win sedangkan De

Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit berkenaan

dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan

Belanda, sebagai gantinya diterbitkan surat kabar yang berbahasa Inggris

dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti

karena minimnya iklan.

Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan

pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka sejak tahun

1931 hanya Jawa Pos yang tetala bertahan untuk terbit dengan oplah yang

sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awalnya terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada

pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos

pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur

Surabaya dengan oplah 1000 cksemplar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos

dicetak di pereetakan De Vrije Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan

selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebosar 4000

eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000

eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti

menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa. Pos.

(50)

namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar

dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan

sisanya pada kota yang lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem

manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelolah

usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar.

The Chung Shen alias Soesenp Tedjo sebagai pemilik perusahaan

menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT.

Grafiti Pers (Penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal t

itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pemimpin Utama dan Pimred oleh

Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola SH untuk membenahi kondisi

PT. Jawa Post Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa

Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak saat itulah perkembangan

Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang

terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi

320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien

Hwa SH No. 8 pasal 4, menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd.

diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No.

I/Per 1/Menpen/84 mengenai SIUUP. Khususnya pemilikan saham maka

20% dari saham haus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling

(51)

40

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak

merubah secara esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita

umum.. Berita-berita umum ini meliputi nasional yang menyangkut

peristiwa ekonomi, Politik, hukum, social dan budaya, pemerintah, olah

raga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur

dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dari perjuangan dan

kepopulerannya Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada

khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu

budaya masyarakat membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang

terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi,

banyak warga yang menertawai "Koran kok, pagi" banyak diantaranya

menolak. Banyak agen dan Toper yang menolak. Manajemen Jawa Pos

lantas memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini

dipasarkan? Akhirnya ditemukan cara lain : istri-istri atau keluarga

wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri dari

Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran. Kedua,

menambah Income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih

kecil dengan cara ini keluarga karyawan Koran Jawa Pos akan tambah

pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan

Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak dikemudian hari

(52)

Pos perjuangan dan kepeloporan ini temyata membuahkan hasil termasuk

perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih

memilih Koran Jawa pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah

menembus angka 250.000 eksemplar perharinya.

Jawa Pos sanggup mengalahkan tiras penerbitan-penerbitan lain

yang telah berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar

Surabaya seperti Surabaya Pos. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos

untuk mencapai kondisi, seperti ini diantaranya dengan ingin menjadi

surat kabar yang melakukan hal-hal baru pertama kalinya di Indonesia

seperti terbit 24 halaman per hari menjadi surat kabar pertama yang terbit

dihari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi

isi ketika krisis moneter terjadi Indonesia.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos

menjadi sebuah kelompok media yang sangat besar adalah dengan

adanya JPNN (Jawa Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagai

salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di

Indonesia dan untuk keperluan berita berbagai media cetak yang berada

dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos. Hal ini menyebabkan

berita di satu daerah diluar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya di

Surabaya dan berita tersebut dapat dilerjakan di kota bersangkutan lalu

hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh Redaksi yang ada di

(53)

42

Jawa Pos juga tidak rnau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan

memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui Internet, dengan

alamat situs www.jawapos.co.id.

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di

atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya

Jawa Pos "bermimpi" lagi dengan ambisi menembus, oplah 1.000.000

eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik, dari Redaksi pemasaran

maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap

bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas mernutar

otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal, Lantas

munculah ide ekspansi yakni membuat Koran di daerah-daerah di

Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskanusai studi di Amerika

dan negara maju lainnya setup kota mempunyai satu Koran dari.

kenyataan itu ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa

didirikan satu Koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik

Jawa Pos untuk mendirikan Koran di berbagai daerah di Indonesia, ada

yang menghidupkan usaha Koran yang mau gulung tikar atau tinggal

SIUUPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang

didirikan Jawa Pos.

Beberapa media dikelola oleh Jawa Pos di daerah Indonesia

diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi

(54)

Menado Pos, Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa,

Mercusuar, Cendrawasih Pos, Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty,

Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian Rakyat Merdeka, Amanat,

Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru, media itu bisa berupa bantuan

modal, baik, burupa uang maupun mesin cetak ataupun Sumber Daya

Manusia.

Kini hampir di seluruh propinsi Indonesia Jawa Pos terdapat Jawa

Pos Group terkecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya Koran

namun juga percetakan, pabrik kertas, Real Eaate, Hotel, bursa sampai

Travel Agent ini senua berada di atas tangan Dahlan Iskan. Bagaimana

mimpi oplah satu juta? Dahlan Iskan pun bilang "kita sudah mencapainya,

kalau seluruh oplah Jawa Pos Group dikumpulkan".

4.1.2. Kebijakan Redaksional

Dalam menulis berita Jawa Pos harus melalui terlebih dahulu

melewati penyeleksi dengan menulis situasi, kondisi, toleransi,

pandangan, dan jangkauan pemuatan berita tergantung dari berita

tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang besar atau mendapat

perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu pembicaraan

masyarakut akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk dimuat

dan diulas berbagai aspek oleh Jawa Pos untuk memenuhi keingintahuan

(55)

44

mempunyai keinginan untuk memberikan kekuasan informasi kepada

masyarakat. Untuk itu pada halaman pertamaa Jawa Pos menyajikan satu

tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut

pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah, membuat berita

besar dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat

dalam ukuran berita menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi

seluruh kolom. Peraberitaan Jawa Pos pun ber-macam-macam sehingga

pembaca mendapatkan informasi yang dalam dengan berbagai perspektif.

Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori, penulisan features yang

berisi berita-berita unit dan human Interest. Menurut Jawa Pos dibutuhkan

kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama sekaligus

mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu terhitung dari cara reporter, dalam

mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai dengan

kriteria seperti kredilibitas, kompentensitas narasumber serta kemampuan

menuliskannya ke dalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah

kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi, mengedit berita

yang layak muat. Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos

selain itu Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam halaman

sambungan dari halaman satu, sambung ke halaman yang lain, di Jawa

(56)

pembaca mencari sambungan berita tersebut hal ini merupakan kebijakan

dari Lay Out Jawa Pos.

Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa

Pos di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang

berkembang di masyarakat Surabaya. Yang dirnaksud dengan berita

Surabaya oleh Jawa Pos adalah berita yang tempat kejadiannya di kota

Surabaya dan berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan

masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya dan

berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Surabaya

namun jika pokok bahasanya terlalu Nasional maka berita itu bukan

disebut sebagai berita Surabaya.

Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam

mengejar berita terdapat kerja sama antar wartawan dan redaktur berita.

Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif

wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang

layak muat, cara mendapatkan berita dilakukan Jawa Pos adalah dengan

menampakkan wartawan di pos masing-masing. Ada pos kriminal, pos

pemda, pos hankam dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos dengan

peristiwa sangatlah fleksibel, bank yang sifatnya terencana (momentum)

dan dapat juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat

(57)

46

semua pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung dan

selanjutnya. Setiap hari Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu

mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang

diberitakan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan

ditambah suplemenronce sctiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Pada

perkembangan selanjutnya pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20

halaman. Untuk menarik minat pembaca dan memenangkan persaingan

atas ketataya kompetisi antar lembaga media maka Jawa Pos melakukan

berbagai terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya

bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos

terbagi atas tiga sesi, antara lain :

Koran I (Bagian Umum) memuat liputan-liputan utama mengenai

petistiwa Nasional maupun Internasional.

Koran II (Olah Raga) memuat berita olah raga dan hiburan

Koran. III (Metropolis) memuat berita-berita tentang kota Surabaya

dan daerah di Jawa Timur.

Tabel 4 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Harian Jawa Pos

Koran I (Bagian Umum) Mulai halaman 1-6

Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang

Bernilai berita tinggi dan

(58)

ditambah dengan kolom feature.

Halaman 2 Memuat berita-berita seputar ibu

kota propinsi Jawa Timur,

Surabaya

Halaman 3 Memuat berita-berita seputar ibu

kota Jakarta

Halaman 4 Memuat jati diri, opini, surat

pembaca, dan pojok

Halaman 5-7 Memuat berita-berita Jawa Timur

selain Surabaya, karikatur dan

iklan

Halaman 8-11 Memuat berita-berita Jawa Timur

selain Surabaya, karikatur, dan

iklan

Halaman 12-13 Memuat berita-berita Internasional

Halaman 14 Memuat berita-berita Nusantara

Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan

dari halaman 1

Halaman 16 Berisi berita-berita, foto tokoh

berbagai peristiwa baik nasional

maupun Internasional

Koran II

(Bagian Olah Raga

Mulai halaman 17-32

Halaman 17-20 Memuat berita seputar peristiwa

olah raga dunia Internasional

Halaman 21-28 Memuat berbagai jenis iklan

komersial (iklan jitu) yang dimuat

(59)

48

antara lain mengenai lowongan

pekerjaan, jual beli kendaraan dan

rumah, serta aneka kebutuhan.

Halaman 29 Halaman “Visite” yang mengulas

berita-berita seputar kesehatan

Halaman 30 Memuat berita olahraga basket

Halaman 31 Berisi berita-berita olah raga

nasional

Halaman 32 Halaman “Motor Sport” yang

secara khusus mengulas tentang

olah raga balap mobil dan motor

Koran III

(Metropolis)

Mulai halaman 33-44

Halaman 33-35 Berisi berita-berita seputar daerah

Surabaya, beserta feature yang

berkaitan dengan kejadian di

wilayah regional Surabaya.

Halaman 36 Berisi ulasan mengenai

pemberitaan seputar kota

Gresik-Sidoarjo

Halaman 37 Halaman “Deteksi” berisi

mengenai berbagai Surabaya dan

tanggapan mereka dengan

memanfaatkan metode polling

Halaman 38-40 Halaman “Komunikasi Bisnis”

berisi mengenai berbagai peluang

yang dapat dijadikan usaha

(60)

Halaman 42 Halaman “Show & Selebritis berisi

seputar selebriti dan jadwal acara

TV

Halaman 43 Berisi berita sambungan dari

halaman 33

Halaman 44 Halaman “Festival Seni Budaya”

4.2. Hasil dan Analisis Data

Dari Harian Jawa Pos edisi 3 - 5 September 2009 menerbitkan berita

tentang pemberitaan tentang FAK (Front Anti-Komunis) yang berdemo

didepan kantor Jawa Pos karena memuat pernyataan – pernyataan

Soemarsono tentang peristiwa 10 Nopember 1945, khususnya pada

penulisan feature pada tanggal 9 – 11 Agutus 2009 didalam terbitan

tersebut banyak mengisahkan pertempuran di Surabaya versi

Soemarsono, didalam beberapa pernyataannya yang mengatakan bahwa

ia yang menyelamatkan Bung Tomo dari amukan pemuda – pemuda

Surabaya karena disinyalir dapat memecah kekuatan pemuda – pemuda

Surabaya dengan mendirikan oganisasi selain PRI, Ia sebagai orang yang

dicari untuk memberhentikan pemuda – pemuda karena saat itu ia

sebagai ketua PRI yang berperang melawan sekutu, dan juga sebagai

pernggerak massa utnuk menyobek bendera di Hotel Yamato. Oleh

(61)

50

mendemo kantor Jawa Pos untuk mengklarifikasi pernyataan Soemarsono

dengan itu terbitlah pemberitaan tanggal 3 – 5 September 2009

Hal ini menyebabkan adanya berbagai macam reaksi dari berbagai

kalangan masyarakat termasuk beberapa ormas (organisasi masyarakat)

yang menyayangkan Jawa Pos memuat pemberitaan tentang pernyataan –

pernyataan Soemarsono tentang peristiwa 10 Nopember 1945, karena

dalam pemberitaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kenyataan.

Berita-berita di harian Jawa Pos itu kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis framing untuk mengetahui siapa pihak yang

diuntungkan dan pihak yang dirugikan dan penonjolan aspek tertentu

dari media tersebut serta isu yang digulirkan oleh media tersebut.

Berita-berita tersebut akan dianalisis dengan menggunakan empat perangkat

dari Robert N. Entman yang meliputi Problem Identification (identifikasi

masalah), Causal Interpretation (penyebab masalah), Moral Evaluation

(keputusan moral), dan Treatment Recommendation (penyelewengan

masalah).

4.3. Berita di Harian Jawa Pos

4.3.1. Berita tanggal 3 September 2009

Dalam pemberitaan 3 September 2009 surat kabar Harian Jawa Pos

(62)

bermasalah itu bertajuk, Soemarsono : Tokoh Kunci dalam Pertempuran

Surabaya. Pemberitaan yang terkait dengan pergolakan peristiwa 10

Nopember 1945, dalam pemberitaan tersebut ditulis bahwa ia sebagai

tokoh kunci dalam peristiwa pertempuran di Surabaya yang muat

bersambung tiga seri di halaman depan Metropolis, mulai 9 hingga 11

Agustus 2009, yang ditulis Chairman Jawa Pos Dahlan Iskan. Dan dalam

pertemuan dengan redaksi Jawa Pos Sejarahwan Unesa Prof. Aminuddin

Kasdi menilai tulisan tentang Soemarsono dianggap membengkokkan

Sejarah. Bagaimana pun, kata dia, Soemarsono adalah sosok yang bersalah

dalam peristiwa madiun. Namanya semakin tercemar karena dia menjadi

[image:62.595.145.517.501.740.2]

kader PKI.

Tabel 1

Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “ Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”

Surat Kabar Harian Jawa Pos edisi 3 Nopember 2009

Judul Berita Isi Berita Sumber Berita

Front Anti-komunis persoalkan sosok Soemarsono (1) “Aminuddin: Jangan sampai

digigit ular dua

kali” 1. Deskripsi ringkasan berita-berita beberapa organisasi masyarakat yang mempermasalahkan pemberitaan peristiwa 10

Nopember 1945 versi

Wakil Front-Anti

(63)

52

Soemarsono

2. Tuntutan

organisasi

masyarakat (Front

Anti-Komunis)

terhadap Jawa Pos

agar mewawancarai

seseorang yang

mengerti sosok

Soemarsono.

Analisis :

Define Problems atau Problem Identification (pendefinisian masalah)

yang diperoleh dalam pemberitaan 3 September 2009 ini adalah FAK

(Front Anti-Komunis) mempermasalahkan tentang penulisan dalam

pemberitaan yang bertajuk, Soemarsono : Tokoh Kunci dalam

Pertempuran Surabaya (1-3). Kita lihat kutipan beritanya sebagai berikut :

(64)

(1) “Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”).

Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan penyebab

masalah). Dari berita 3 September 2009 yang membahas tentang Front anti

Komunis mempermasalahkan penulisan yang bertajuk, Soemarsono :

tokoh kunci dalam pertempuran

Gambar

Gambar "Hierarchy of Influence" Shoemaker dan Reese.
Tabel 1 Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “
Tabel 2 Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti mengambil individu yang berada pada periode remaja akhir untuk menjadi informan penelitian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai tema

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

Analisis Optimum Bitumen Content dan Suhu Pemadatan Pada Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) dengan Limbah Plastik High Denstity Poly Ethylene (HDPE) Sebagai Pengganti

Peneliti Saras Pangestika (1106010001) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan yang dilaksanakan di

MODEL PEMBELAJARAN KLARIFIKASI NILAI MASYARAKAT PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA BAGI ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 3-6

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan judul “ Perencanaan Sistem Saluran Drainase Sungai Bendung Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan ” tepat

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di