• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker yang Akan Dilakukan Kemoterapi Studi Dilakukan di Ruang Aangsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker yang Akan Dilakukan Kemoterapi Studi Dilakukan di Ruang Aangsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI NYANYIAN

(CHANTING)

MANTRA

OM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER

YANG AKAN DILAKUKAN KEMOTERAPI

Studi dilakukan di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar

OLEH:

NI LUH GEDE LILY PERMATA SARI

NIM. 1102105019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI LUH GEDE LILY PERMATA SARI

NIM. 1102105019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

Nama : Ni Luh Gede Lily Permata Sari

NIM : 1102105019

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Denpasar, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Ni Luh Gede Lily Permata Sari 1102105019

(4)

iii

PENGARUH TERAPI NYANYIAN

(CHANTING)

MANTRA

OM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN

KANKER YANG AKAN DILAKUKAN KEMOTERAPI

Studi dilakukan di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI LUH GEDE LILY PERMATA SARI

NIM. 1102105019

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep, MM.

NIP. 19671125 198903 1007

Pembimbing Pendamping

(5)

iv

PENGARUH TERAPI NYANYIAN

(CHANTING)

MANTRA

OM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN

KANKER YANG AKAN DILAKUKAN KEMOTERAPI

Studi dilakukan di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar

OLEH:

NI LUH GEDE LILY PERMATA SARI

NIM. 1102105019

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : ...

TANGGAL : ...

TIM PENGUJI:

1. Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep, MM (Ketua) ... 2. Ns. Made Surata Witarsa, S.Kep (Sekretaris) ...

3. Ns. Ni Made Dian S, M.Kep, Sp.Kep.J (Pembahas) ...

MENGETAHUI:

DEKAN

FK UNIVERSITAS UDAYANA

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes. NIP. 19530131 198003 1 004

KETUA

PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(6)

v

Hyang Widhi Wasa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker yang Akan Dilakukan

Kemoterapi Studi Dilakukan di Ruang Aangsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. I Putu Astawa, SpOT (K). M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF., sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan pengarahan dalam proses pendidikan

3. Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep, MM., sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat waktu

(7)

vi

Denpasar Angkatan 2011 (Chivor) atas saran, masukan dan bantuannya dalam pembuatan skripsi penelitian ini

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan skripsi penelitian ini

Oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menjadi acuan dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Juni 2015

(8)

vii

Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep, MM. ; (2) Ns. Made Surata Witarsa, S.Kep.

Kanker adalah penyakit yang disebabkan karena pertumbuhan sel yang abnormal. Kemoterapi merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengobati kanker, namum memiliki beberapa efek samping. Salah satunya adalah kecemasan yang memiliki efek negatif, kecemasan penting untuk ditangani, kecemasan dapat diatasi dengan terapi non-farmakologi meditasi transcendental yaitu terapi nyanyian (chanting) mantra om. Terapi ini dilaksanakan dengan menyanyikan mantra om secara berulang sehingga menimbulkan efek relaksasi dan menurunkan tingkat kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi nyanyian (chanting) mantra om pada pasien yang akan dilakukan kemoterapi. Penelitian ini merupakan studi pre-experimental dengan rancangan penelitian One group pre-test and post-test design. Sampel terdiri dari 23 orang yang dipilih dengan cara consecutive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner BAI dan dianalisis dengan teknik univariat dan bivariat. Penelitian ini dilakukan di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dimulai pada tanggal 8 Mei-21 Mei 2015. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani inform concent, dilakukan pretest pengukuran tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi. Terapi dilakukan selama 30 menit, setelah terapi dilakukan kemudian dilakukan posttest tingkat kecemasan. Hasil penelitian didapatkan data karakteristik pasien, hasil pretest, tingkat kecemasan posttest. Hasil analisis bivariat dengan uji Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan nilai p= 0,000, dengan nilai α=0,05 maka ada pengaruh secara signifikan. Kelemahan penelitian ini adalah peneliti pemula, faktor penyebab kecemasan lain yang belum bisa dikontrol sehingga memungkinkan adanya bias, dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, serta objektivitas responden dalam mengisi kuesioner.

(9)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

2.1.4Patofisiologi Kanker... 15

2.1.5Tanda dan Gejala Kanker ... 16

2.2.5Mekanisme Timbulnya Kecemasan ... 33

2.2.6Tingkat atau Jenis Kecemasan ... 34

(10)

ix

2.3.2Tahapan Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om ... 49

2.3.3Manfaat Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om ... 53

2.3.4Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om... 54

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 57

3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ... 58

3.2.1 Variabel Penelitian ... 58

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 63

4.4.1Populasi ... 63

4.5.3Instrumen Pengumpulan Data ... 68

4.5.4Etika Penelitian ... 69

4.6Pengolahan dan Analisa Data ... 70

4.6.1Teknik Pengolahan Data ... 70

4.6.2Teknik Analisa Data ... 71

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 73

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian... 73

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 75

5.1.3 Hasil Pengamatan Tingkat Kecemasan Pada Objek Penelitian ... 79

5.1.4 Hasil Analisis Data ... 81

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

5.2.2 Karakteristik Pasien yang Akan Dilakukan Kemoterapi dan Mengalami Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin.. 82

(11)

x

Kemoterapi ... 86

5.2.5 Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Terapi Chanting Mantra OM ... 87

5.2.6 Tingkat Kecemasan Setelah Dilakukan Terapi Chanting Mantra OM ... 89

5.2.7 Analisis Penngaruh Terapi Chanting Mantra OM Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker yang Akan Dilakukan Kemoterapi ... 92

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 97

5.3.1 Kelemahan Penelitian... 97

5.3.2 Hambatan Penelitian ... 98

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 99

6.2 Saran ………... 101

6.2.1 Bagi Profesi Keperawatan ……… 101

6.2.2 Bagi Keluarga dan Pasien ... 101

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 101

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

Sel Terbentuknya ... 19 Tabel 2.2 Tingkat Kecemasan dan Manifestasi Klinis... 37 Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel Pengaruh Terapi Nyanyian

(Chanting)Mantra Om Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker yang menjalani Kemoterapi di Ruang Angsoka 2 RSUP

Sanglah Denpasar ... 59 Tabel 5.1. Karakteristik Pasien yang Akan Dilakukan Kemoterapi dan

Mengalami Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelami ... 75 Tabel 5.2 Karakteristik Pasien yang Akan Dilakukan Kemoterapi dan

Mengalami Kecemasan Berdasarkan Kelompok Usia ... 76 Tabel 5.3 Karakteristik Pasien yang Akan Dilakukan Kemoterapi dan

Mengalami Kecemasan Berdasarkan Riwayat Pendidikan ... 77 Tabel 5.4 Karakteristik Pasien yang Akan Dilakukan Kemoterapi dan

Mengalami Kecemasan Berdasarkan Frekuensi Kemoterapi ... 78 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan

Terapi (Chanting) Mantra Om ... 79 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Setelah Dilakukan

Terapi (Chanting) Mantra Om ... 80 Tabel 57.Tabel Hasil Analisis Data Sebelum dan Setelah Terapi

Chanting Mantra Om ... 81 Tabel 5.8 Tabel Hasil Analisis Data Statistik Sebelum dan Setelah Terapi

(13)

xii

Gambar 2.2 Tahapan Stadium Neoplasma ... 20 Gambar 2.3 Posisi saat melakukan Terapi Nyanyian

(Chanting) Mantra Om ... 50 Gambar 3.1Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Nyanyian

(Chanting) Mantra Om terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi di Ruang Angsoka 2 RSUP

Sanglah Denpasar ... 57 Gambar 4.1Rancangan Penelitian One group pre-test and

post-test design ... 61 Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pengaruh Terapi Nyanyian

(Chanting) Mantra Om Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi

(14)

xiii Lampiran 2 : Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 3 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Lembar Kuesioner

Lampiran 6 : Langkah Kerja Terapi Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Melakukan Studi Pendahuluan

Lampiran 8 : Surat Etichal Clearance

Lampiran 9 : Surat Ijin Pengumpulan Data Penelitian Lampiran 10 : Master Tabel

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Proliferasi sel yang tidak terkontrol terjadi pada sel kanker yang akhirnya menyebakan perubahan genetik secara krusial pada sel tersebut (Corwin, 2008) Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal mulai dari pertumbuhan pramaligna sampai ganas atau metastasis yang bersifat parasit pada manusia (Brooker, 2008). Sel maligna menginvasi sel-sel didekatnya dan mempunyai laju pertumbuhan dan berkembang pada pembuluh darah dan jaringan normal, serta mampu bermetastasis jauh ke sisi yang lainnya (Tambayong, 2008).

(16)

leukemia yang selanjutnya disusul oleh karsinoma kulit, ovarium, nasofaring, dan limfoma maligna (Sjamsuhidajat, 2007).

Estimasi jumlah penderita kanker tahun 2012 mencapai 14.090 kasus, 6.076 kasus baru pada negara maju dan 8.014 pada negara berkembang. Pertumbuhan kasus kanker baru di seluruh dunia menurut At a Glance ada sekitar 14,1 juta kasus kanker baru, 8,2 juta kematian karena kanker dan 32,6 juta orang hidup dengan kanker yang terdiagnosa dalam lima tahun di tahun 2012 (GLOBOCAN, 2012).

Prevalensi kanker di Indonesia sendiri mengalami peningkatan setiap tahunnya, data dari RISKESDAS tahun 2013 menyebutkan bahwa lima besar provinsi di Indonesia dengan jumlah penderita kanker terbesar adalah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Bengkulu dan DKI Jakarta. Prevalensi cenderung lebih tinggi pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia lanjut, perempuan dan di daerah perkotaan. Bali menempati tempat ke-tiga dengan presentasi 2‰ (RISKESDAS 2013). Dinas kesehatan Provinsi Bali mencatat kanker sebagai penyakit pembunuh nomor dua setelah kardiovaskuler. Dikatakan, jumlah penderita kanker di Bali per tahun rata-rata mencapai 40 orang. Jumlah ini akan terus berubah dan cenderung meningkat tajam (Yayasan Kanker Indonesia provinsi Bali). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan Oktober 2014 di RSUP Sanglah Denpasar jumlah pasien kanker dari tahun 2012-2013 tecatat sebanyak 4.422 pasien.

(17)

perubahan genetik, konsep kehilangan kontrol (feedback deletion), teori multifaktor oleh beberapa penyebab seperti genetik, hormon, virus atau kimia, dan teori stadium ganda (Sudiono, 2007).

Sebagai penyakit kronis yang belum teridentifikasi penyebab pastinya, dampak penyakit kanker juga bersifat sistemik dan dapat bermetastase ke seluruh jaringan tubuh penderita. Karena hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan kanker, dan salah satu dampak akhir kanker adalah kematian. (WHO, 2008).

Kanker dapat diatasi dengan menghidari faktor risiko dan menjalani terapi kuratif. Terapi kuratif pada kanker bersifat menyembuhkan atau memperpanjang overall survival serta disease for survival penderita dengan menghilangkan gejala dan tanda yang mengganggu seperti rasa nyeri, sulit tidur, sulit buang air besar, depresi, cemas, dan sebagainya. Terapi kanker dibedakan menjadi empat yaitu terapi pembedahan, terapi radiasi, dan terapi sistemik yang terdiri dari kemoterapi, terapi hormon dan terapi imunologis, dan yang terakhir adalah terapi paliatif (Sjamsuhidajat, 2007). Terapi kanker secara umum antara lain terapi pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi dan kombinasi terapi modalitas (Levitan dkk dalam Chang dkk, 2007).

(18)

timbulnya tipe kanker yang berbeda. Efek emosional yang ditimbulkan oleh terapi pengobatan pada kanker adalah terjadinya kecemasan, ketakutan dan depresi pada pasien kanker dan keluarga (American Cancer Society, 2014). Masalah Kesehatan fisik merupakan kondisi yang penuh stress bagi semua orang, meskipun tingkatan stress setiap orang berbeda tergantung pada mekanisme adaptasi dan koping yang dimiliki. individu yang didiagnosa menderita kanker akan mengalami stress dan perubahan status emosi, hal ini terjadi karena beragam faktor antara lain adanya rasa takut terhadap kematian dan perubahan status ekonomi. Gangguan mental yang paling banyak terjadi pada penderita kanker adalah cemas dan depresi (Videbeck, 2008: Varcarolis & Halter, 2010).

(19)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hipkins et al menunjukkan adanya kecemasan dan depresi pada pasien kanker ovarium yang telah menjalani kemoterapi selama 3 bulan, 38% pasien mengalami kecemasan dan 33% pasien mengalami depresi. Follow-up dilakukan sebanyak dua kali dalam 3 bulan, dan hasilnya kasus kecemasan semakin meningkat , pada follow-up ke dua didapatkan kecemasan meningkat sebanyak 47% (Hipkins,et al,2004) . Kecemasan menjadi hal normal apabila rasa cemas tidak menggangu aktivitas sehari-hari, dapat dikendalikan, dan berlangsung singkat. Namun demikian, apabila reaksi cemas berlangsung lama dan memengaruhi kehidupan, kecemasan akan berubah menjadi sebuah gangguan kognitif atau somatik (Cahyono, 2011). Kecemasan mempunyai efek negatif seperti palpitasi, keringat dingin, napas pendek, sakit kepala, gampang marah dan kehilangan kontrol, dan peningkatan tekanan darah (Anxiety Care UK, 2014).

(20)

Penanganan kecemasan dapat dilakukan dengan obat-obatan atau medikasi, teknik relaksasi, bernapas perlahan, exposure therapy,Cognitive Behavioural Thereapy, latihan fisik, menjaga nutrisi dan gaya hidup sehat. Penggunaan medikasi sebagai terapi untuk mengurangi kecemasan tidak menjadi pilihan utama, terapi yang menjadi pilihan adalah terapi kognitif dan terapi relaksasi (Anxiety Treatment Australia, 2014).

Terapi relaksasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi cemas, lebih dari 3000 penelitian menunujukkan efek yang menguntungkan dari terapi relaksasi bagi kesehatan dan kesejahteraan. Terapi relaksasi memiliki beberapa jenis, yaitu Autogenic training yaitu teknik yang mengguanakan imajinasi visual dan kesadaran tubuh untuk menuntun seseorang pada keadaan relaksasi yang mendalam. Breathing, yaitu teknik yang digunakan adalah teknik napas dalam, Progressive muscle relaxation adalah teknik yang menggunakan penegangan dan relaksasi otot, mulai dari otot kaki sampai otot kepala, dan yang terakhir adalah meditation atau meditasi merupakan terapi kedua yang paling populer di U.S, yang terdiri dari Transcendetal Meditation yaitu pengulangan mantra, kata, atau kalimat, dan mindfulness meditation yaitu memfokuskan perhatian pada pikiran dan sensasi (University of Maryland Medical Center,2014).

(21)

2003). Terapi-terapi doa juga banyak digunakan sebagai terapi untuk mengurangi masalah-masalah psikologis, seperti kecemasan, stress, dan depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Moeini, Taeghani, Mehrabi, dan Musarezaie, penelitian dilakukan secara randomized clinical trial di Rumah Sakit Sayyed-Al-Shohada Isafahan University of Medical Sciences tahun 2012. Enam puluh empat pasien dengan leukemia dipilih secara acak menjadi grup kontrol dan perlakuan. Terapi spiritual meliputi dukungan kehadiran dan dukungan ritual keagamaan selama tiga hari. Tingkat kecemasan diukur sebelum dan sesudah terapi. Hasilnya tingkat kecemasan menurun secara signifikan antara grup kontrol dan perlakuan dengan nilai P<0,001, Hasil yang signifikan juga didapkan pada tingkat kecemasan sebelum dan setelah dilakukan terapi dengan nilai P<0,001(Moeini, Taeghani, Mehrabi, dan Musarezaie, 2014).

(22)

Penelitian dengan menggunakan Chanting OM atau menyanyikan mantra Om, dilakukan oleh Tarun Routhan dan DR Saryu Ruhela dengan judul penelitian Chanting : A Therapeutik Treatment for Sports Competitive Anxiety. Penelitian dilakukan pada 84 orang yang masuk dalam National Sports Organization (NSO). Sampel dibagi dalam tiga grup, yaitu grup A diberikan Chanting Om dan musik, grup B diberikan Chanting Om tanpa musik, dan grup C adalah grup kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Intervensi dilakukan selama 20 menit, untuk grup A dan B, sementara grup C tidak mendapatkanya, naming sebelum intervensi, dilakukan latihan selama 40 menit, yaitu yoga, aerobic, atau kick boxing. Tingkat kecemasan diukur sebelum dan setelah 8 minggu intervensi. Hasilnya adalah intervensi Chanting Om baik dengan musik atau tanpa musik terbukti signifikan dapat menurunkan kecemasan, dengan hasil nilai P< 0,005, sedangkan perbedaan penurunan tingkat kecemasan pada grup A yang mendapatkan intervensi Chanting Om dan musik dengan grup B yang mendapat intervensi Chanting Om saja, didapatkan P< 0,001 dengan interpretasi tidak ada perbedaan yang signifikan antara intervensi pada grup A dan B (Rhouthan & Ruhela, 2014).

Berdasarkan dari uraian penelitian-penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi doa pada tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi,dengan judul penelitian “Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om Terhadap Tingkat

(23)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Apakah terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang akan dilakukan kemoterapi di ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar?”

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker yang akan dilakukan kemoterapi di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Karakteristik pasien kanker yang akan dilakukan kemoterapi di Ruang Angsoka 2 dan RSUP Sanglah Denpasar.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien kanker yang akan dilakukan kemoterapi sebelum menjalani terapi nyanyian (chanting) mantra om di Ruang Angsoka 2 dan RSUP Sanglah Denpasar.

(24)

d. Analisis pengaruh terapi nyanyian (chanting) mantra om terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker yang akan dilakukan kemoterapi sebelum dan setelah mendapatkan terapi nyanyian (chanting) mantra om di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Denpasar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan paliatif khususnya mengenai terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om yang merupakan salah satu terapi yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasein yang akan dilakukan kemoterapi. Selain itu, penelitian ini juga dapat sebagai acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah psikologis dalam keperawatan terutama dengan menggunakan terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om.

1.4.2 Manfaat Praktis

(25)
(26)

Daftar Pustaka

American Cancer Society. (2014). Treatment and Side Effects.(Online),

http://www.cancer.org/treatment/treatmentsandsideeffects/ diakses 3 Nopember 2014.

Anxiety Care UK. (2014). The Biological Effects and Conscequences of Anxiety,(Online), (http://www.anxietycare.org.uk/docs/biologicaleffects.asp , diakses 3 Nopember 2014).

Anxiety Treatment Australia. (2014). Anxiety Treatment Options, (Online), (http://www.anxietyaustralia.com.au/treatment-options/ diakses 9 Nopember 2014).

Ayu, A. 2010. Terapi Tertawa Untuk Hidup Lebih Sehat Bahagia dan Ceria. Yogyakarta: Pustaka Larasati.

Bintang, Ibrahim & Emiliyawati. (2012). Gambaran Tingkat Kecemasan, Stres dan Depresi Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterai di Salah Satu RS di Kota Bandung. Jurnal Unpad, (Online), Volume 1, No 1 (http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/719/765 diakses 3 Nopember 2014).

Brooker,C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

Cahyono. (2011). Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tidak Terrbatas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Carvalho, Chaves, Lunes, Simao, Grasselli, dan Braga.(2014). Effectiveness of Prayer in Reducing Anxiety in Cancer Patients. Rev Esc Enferm USP, (Online), Volume 48, Number 4 (www.ee.usp.br/reeusp, diakses 9 Nopember 2014).

Chang dkk. (2007). Oncology : An Evidance Based Approach. New York : Sringer Science Business Media

(27)

GLOBOCAN. (2012). Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence

Worldwide in 2012, (online),

http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx , diakses 3 Nopember 2014.

Gunarsa & Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan.Jakarta : BPK Gunung Mulia Hipkins, Whitworth & Tarrier,Jayson (2004). Social Support, Anxiety, and

Depression After Chemotherapy for Ovaria Cancer : A Prospective Study. British Journal of Health Psychology, (Online) 9,(4): 569-581, (http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1348/1359107042304542/abstract;jsess ionid=5A24542E592B5A99651C66AD20389343.f01t04, diakses 3 Nopember 2014).

Indriana. 2010. Tingkat Stres Lanjut usia Di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Lubis & Hasnida (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan : USU Press

Moeini, Taeghani, Mehrabi, dan Musarezaie.(2014).Effect of A Spiritual Care Program On Levels of Anxiety in Patients with Leukemia. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research,(Online), Volume 19, Number 1, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3917191/, diakses 9 Nopember 2014).

National Cancer Institute.

(2005),http://www.anxietycare.org.uk/docs/biologicaleffects.asp ,

Rhouthan & Ruhela. (2014). Chanting : A Therapeutik Treatment for Sports Competitive Anxiety. International Journal of Science and Research Publication, (Online). Volume 4, Issue 3. www.ijsrp.org , diakses 30 Desember 2014.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013). (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013

Sjamsuhidajat,R. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Stuart & Sundeen (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC Tambayong, J. 2008. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

University of Maryland Medical Center. (2014). Relaxation Techniques. (Online), (http://umm.edu/health/medical/altmed/treatment/relaxation-techniques Diakses 9 Nopember 2014).

WHO. (2014). Media Center Cancer,(Online),

(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/ , diakses 3 Nopember 2014).

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker

2.1.1 Pengertian Kanker

Kanker merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan keseimbangan, disregulasi, proliferasi, dan kemati sel, dan pada akhirnya sel-sel tersebut berkembang menjadi populasi sel yang dapat menyerang jaringan dan bermetastasis ke sel atau jaringan lainnya, menyebabkan morbiditas, dan jika tidak ditangani akan menyebabkan kematian dari host (Ruddon, 2007).

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal mulai dari pertumbuhan pramaligna sampai ganas atau metastasis yang bersifat parasit pada manusia (Brooker, 2008).

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Proliferasi sel yang tidak terkontrol terjadi pada sel kanker yang akhirnya menyebakan perubahan genetik secara krusial pada sel tersebut (Corwin, 2008).

(29)

atau jaringan di sekitarnya sehingga terjadi kerusakan, dan dapat menyebabkan kematian.

2.1.2 Epidemiologi Kanker

Menurut data data International Agency for Research on Vancer (IARC), ada sekitar 12,7 juta kasus baru kanker pada tahun 2008 di seluruh dunia, di mana 5,6 juta terjadi di Negara ekonomi maju dan 7,1 juta pada Negara berkembang. Estimasi pederita kanker pada tahun 2030 di seluruh dunia mencapai 21,4 juta kasus baru, dan 13,2 juta kematian akibat kanker. Estimasi kasus kanker yang menduduki peringkat pertama pada laki-laki adalah kanker paru dan bronkus, pada wanita yang menduduki peringkat pertama adalah kanker payudara (GLOBOCAN, 2012).

2.1.3 Etiologi Kanker

Etiologi penyebab kanker menurut Davey tahun 2006 dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik, faktor kimia, virus atau organisme lain, faktor diet, paparan radiasi, dan beberapa tidak diketahui penyebab pastinya.

a. Faktor genetik atau kanker yang diturunkan misalnya kanker neuroblastoma (40% kasus), kanker payudara, neurotromatosis, kanker kolon, tumor wilms, kanker ovarium, xeroderma pigmentosum.

(30)

esophagus, kandung kemih, dan pankreas. Bahan kimia lain yang dapat memicu terjadinya kanker adalah asbes, pewarna natraien, parasetamol dengan dosis berlebih, asap rokok, hormon seks eksogen, afiatoksin, dan alkohol.

c. Faktor diet pada kanker adalah diet yang menimbukan risiko tinggi terjadinya kanker seperti diet yang kurang sayur, diet tinggi garam, nutrisi berlebih, lemak dan daging yang berlebih, diet rendah polisakarida selain pati, kandungan pengawet tinggi, rendah vitamin C.

d. Faktor paparan radiasi meliputi paparan radiasi radon terjadi secara alami, sumber radioaktif alami, penggunaan radioaktif pada diagnose medis, dan radiasi buatan manusia seperti radiasi senjata nuklir.

e. Virus atau organisme lain yang menyebabkan kanker diantaranya virus Eipstein-Barr yang dapat menyebabkan kanker nasofaring, limfoma Hodgkin. Hepatitis B/C, Helicobacter pylori, Human Papiloma Virus (HVP),infeksi HIV yang dapat memicu terjadinya Kaposi (HHVB), Limfoma (EBV) termasuk Non Hodgkin, dan serviks primer.

(31)

a. Parasit

Keganasan yang disebabkan oleh parasit adalah keganasan pada bulu-buli nontransisional, yang disebabkan oleh Schistosoma hematobium. Keganasan ini banyak dijumpai di Mesir sepanjang sungai Nil.

b. Inflamasi Kronik

Kanker yang terjadi karena inflamasi adalah karsinoma kolorektal, yang didahului dengan koitis ulseratif atau penyakit Crhon kronis, kanker kulit seperti karsinoma sel basal atau sel skuamosa, sering didapatkan pada pasien yang menderita xeroderma pigmentosum, suatu kelaianan gen perbaikan DNA.

c. Peranan Hormon

Keterlibatan hormon dalam pencetus terjadinya kanker telah terbukti secara klinis maupun eksperimental. Bukti eksperimental pada tikus, kanker uterus lebih mudah terjadi pada tikus yang diberi sediaan esterogen, dan pada manusia pemberian terapi esterogen pasca menopause memengaruhi perkembangan karsinoma korpus uteri. Kanker clear cell carcinoma pada vulva dan vagina anak perempuan berusia lebih dari 15 tahun disebakan adanya pemberian terapi dietilstilbestrol (DES), yang digunakan untuk mencegah terjadinya abortus. Selain itu, terdapat cacat bawaan pada alat kelamin luar dan dalam anak lelaki serta perempuan.

d. Sunat dan Fimosis

(32)

tertimbun antara glands dan prepusium pada keadaan fimosis menyebabkan iritasi kronik yang mungkin disertai balanopostitis. Iritasi setempat yang berlangsung lama dan menahun ini dapat menybabkan kanker planoselular di glans penis atau permukaan dalam prepusium.

e. Penurunan Imunitas

Penurunan imunitas yang biasa terjadi dipicu oleh tindakan medis yang menyebabkan terjadinya penurunan imun seperti tindakan kemoterapi dan pemberian kotikosteroid dalam jangka waktu yang lama, atau penyinaran yang luas dapat menyebabkan kanker setelah sepuluh tahun atau lebih. Kanker yang terjadi biasanya adalah limfoma maligna dan leukemia. Imunosupresi oleh infeksi HIV menyebabkan tumor Kaposi.

2.1.4 Patofisiologi Kanker

Kanker terjadi diawali dengan adanya faktor-faktor yang mencetuskan kanker yang dapat merusak DNA seperti kimiawi, radiasi, dan virus. Zat-zat tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan sel, jika perbaikan DNA pada sel-sel yang rusak gagal, maka terjadi mutasi genum sel somatik. Mutasi ini menyebabkan terjadinya aktivasi onkogen-pemicu pertumbuhan, inaktivasi gen supresor tumor, hal-hal tersebut menyebakan terjadinya proliferasi sel yang tidak terkontrol.

(33)

tumor menjadi keganasan dipengaruhi oleh angiogenesis. Angiogenesis didefinisikan sebagai pertumbuhan pembuluh darah baru. Proses ini sangat

penting untuk penyembuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan

pemeliharaan. Faktor lain yang mempengaruhi keganasan adalah mutasi

tambahan dan imunitas. Sel kanker yang sudah terbentuk akan mengalami

invasi lokal, kemudian berkembang menjadi metastase ke jaringan atau

organ lainnya (Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam

Sjamsuhidajat, 2007).

2.1.5 Tanda dan Gejala Kanker

Tanda dan gejala pada kanker berbeda-beda menurut jenisnya. Manifestasi klinis atau tanda dan gejala kanker menurut Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat (2007) diantaranya adalah lesi primer dapat berupa benjolan, plakat, pembengkakan, atau luka, baik itu luka erosi atau ulkus pada kulit, payudara, kelenjar gondok, mulut, otot atau organ dalam.

(34)

atelectasis lobus paru karena karsinoma bronkus menutup bronkus. Ikterus di sekitar tumor, perdarahan dan nyeri.

Menurut gejala klinis yang ditimbulkan oleh kanker dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kelainan yang disebabkan langsung oleh adanya masa tumor, dan kelainan fisiologis yang timbul secara tidak langsung. Gejala klinis yang dapat terjadi dapat berupa perubahan pada kebiasaan buang air besar ataupun kecil, ulkus yang tidak sembuh, perdarahan atau pengeluaran secret abnormal, penebalan atau benolan pada payudara atau tempat lainnya, kesulitan mencerna, atau menelan, perubahan nyata pada kutil atau nevus, dan batuk atau suara serak yang sangat mengganggu (Shires et al, 2000).

Menurut Carlson et al (2004) dalam Grassi & Riba, data yang dikumpulkan dari 2071 pasien didapatkan lima penyebab yang paling sering menimbulkan masalah yang terkait dengan distress pada pasien kanker adalah kelelahan, mengantuk, nyeri, ketakutan adan kecemasan akan masa depan.

2.1.6 Jenis-jenis Kanker

(35)

bermetastasis, contoh umum dari neoplasma jinak adalah limpoma (Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat, 2007).

Gambar 2.1. Bagan perbedaan neoplasma dan non neoplasma (Sumber : Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat tahun 2007)

(36)

Tabel 2.1. Klasifikasi maligna atau sel kanker berdasarkan sel terbentuknya

(Sumber : Bullock, 1996, dalam Tambayong (2000).

(37)

Gambar 2.2. Tahap atau stadium neoplasma (Sumber : Tambayong (2000).

2.1.7 Terapi pada Kanker

(38)

a. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat diagnostik, staging, terapi definitif, profilaksis, paliatif, atau kedaruratan onkologis, rekonstruktif, sitoreduktif/debulking, dan sebagai persiapan untuk akses vascular.

b. Radioterapi

Radioterapi adalah penyinaran yang menyebabkan ionisasi pada sasaran sehingga merusak DNA sel yang berada dalam salah satu fase pembiakan sel dan menimbulkan apoptosis sel. Terapi radiasi merupakan terapi setempat atau lokal

c. Terapi Paliatif

(39)

d. Terapi sistemik

Terapi sistemik terdiri dari tiga golongan , yaitu kemoterapi menggunakan obat sitostatik, terapi hormon menggunakan sediaan hormon dan antihormon, dan terapi imun. Umumnya terapi sistemik diberikann melalui saluran cerna atau peredaran darah. Konsep kemoterapi adalah membunuh sel kanker . Kemoterapi bekerja pada tiap fase siklus sel. Pada umumnya kemoterapi bekerja pada siklus S (sinteis DNA) dan sikuls M (mitosis). Semakin aktif sel tumor berproliferasi (bersiklus) semakin sensitif sel tumor terhadap kemoterapi. Pada umumnya, kemoterapi bekerja pada sel kanker dengan menstimulasi apoptosis sel.

Menurut Davey (2006), kemoterapi bekerja dengan cara merusak DNA dari sel-sel yang membelah cepat dan cara yang kedua adalah dengan merusak apparatus spindel sel untuk mencegah terjadinya pembelahan sel, dan menghambat sintesis DNA.

(40)

Efek kemoterapi dasarnya adalah pada sel tubuh yang aktif berproliferasi, seperti sel darah, sel mukosa usus/mulut, sumsum tulang, dan sel folikel rambut. Efek samping yang sering muncul meliputi mual dan muntah, hiperpigmentasi kulit (jari, wajah), stomatitis, diare, enteritis, hand-foot syndrome, alopesia, infeksi pada pasien immunocompromised), dan penekanan terhadap sumsum tukang. Semua efek samping tersebut bersifat reversible atau sementara. Kemoterapi juga berisiko memunculkan keganasan baru, mulai lima tahun setelah pengunaannnya. Risiko ini tidak terlalu tinggi, tetapi tetap ada seumur hidup. Sering terjadi resistensi tumor terhadap kemoterapi. Efek ini dapat dihindari sebagian dengan pemberian kemoterapi kombinasi beberapa obat yang berbeda mekanisme kerjanya, yang tidak menyebabkan efek samping serupa dan dalam dosis yang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tunggal (Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat (2007).

2.2 KECEMASAN

2.2.1 Pengertian Kecemasan

(41)

Tonwsend, 2008). Ansietas atau kecemasan merupakan suatu keadaan yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, kondisi ini dialami secara subjektif dan dikumunikasikan dalam hubungan interpersonal, dan tidak memiliki objek yang spesifik dan dianggap sebagai objek yang berbahaya dan diperlukan untuk bertahan hidup (Stuart & Sundeen, 2005).

Kecemasan atau ansietas merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika rasa cemas ada, individu akan merasa tidak nyaman, takut, atau memiliki firasat akan ditimpa bahaya, sedangkan individu tersebut tidak mengetahui kenapa perasaan tersebut muncul, dan stimulus penyebab kecemasan tersebut tidak teridentifikasi dengan jelas (Comer, 1992 dalam Videbeck, 2008).

Definisi kecemasan dapat disimpulkan sebagai suatu respon emosional individu seperti timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, perasaan akan terjadinya bahaya, tanpa mengetahui objek atau sumber penyebab timbulnya respon tersebut.

2.2.2 Etiologi dan Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan atau ansietas menurut Stuart & Sundeen (2005) meliputi dua fator yaitu faktor predisposisi dan fator stresor pencetus. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor Predisposisi

(42)

1. Teori psikodinamik

Teori ini menjelaskan bahwa ansietas atau kecemasan timbul karena adanya koonflik adatara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mencerminkan adanya dorongan insting dan impuls primitif dari individu seseorang, sedangkan superego merupakan hati nurani dan dikendalikan oleh norma-norma dan budaya yang dianut oleh individu. Konflik yang terjadi antara id dan superego ditengahi oleh ego atau aku, fungsinya adalah untuk menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentanhgan tersebut, dan fungsi ansietas adalah sebagai penanda atau pengingat bahwa ada tanda dari bahaya.

2. Teori Intepersonal

Penjelasan timbulnya kecemasan akibat adanya rasa takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga dikaitkan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. 3. Teori perilaku

(43)

merupakan suatu dorongan atau keinginan dari dalam individu untuk belajar dengan tujuan menghindari kepedihan.

4. Teori Kajian Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas antara gangguan ansietas dengan depresi.

5. Teori Kajian Biologis

Kecemasan timbul karena otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutiri-gamma nerogultor (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Stresor Pencetus

(44)

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ancaman terhadap sistem diri seseorang yaitu, ancaman terhadap sistem individu ini dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Teori lain yang disebutkan oleh Videbeck tahun 2008, menyebutkan ada dua teori biologi dan psikodinamik. Berikut penjelasan tentang teori tersebut:

a. Teori biologi 1. Teori gentik

Teori ini mengungkapkan bahwa pewarisan sifat pada individu yang mengalami kecemasan terjadi. Insiden gangguan panic mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar dari pada pria. Kembar monozigot memiliki concordance lima kali lebih besar dari pada kembar dizigot (DSM-IV-TR, 2000). Dijelaskan lagi oleh peneliti Horrwath dan Weissman (2000), suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”. Kromosom ini dikatakan terlibat dalam

hubungan genetic yang mungkin pada gangguan panik, sakit kepala hebat, dan masalah ginjal, kantung kemih, atau tiroid, atau prolapse katup mitral. 2. Teori Neurokimia

(45)

meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.

Benzodiazepin merupakan obat kelas ansiolitik, yang membantu mengurangi frekuenasi bangkitan sel dan mengurangi ansietas. Serotonin (5-HT), neurotrasnmiter indolamin yag biasanya terlibat dalam psikosis dan gangguan mood, memiliki banyak subtype, dan tipe 5-HT1a berperan dalam terjadinya ansietas, juga memengaruhi agresi dan mood.

3. Teori psikodinamik

a. Intrapsikis atau psikoanalitis

Kecemasan yang dialami oleh seseorang merupakan mekanisme pertahanan untuk mengendalikan kesadaran terhadap kecemasan itu sendiri. Jika seseorang memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan perasaan ansietas, individu tersebut menyimpan impuls yang tidak tepat tersebut ke dalam alam bawah sadar sehingga impuls tersebut tidak dapat diingat kembali.

b. Teori Interpersonal

(46)

dan semakin besar pula kesempatan untuk menderita gangguan kecemasan.

c. Teori Perilaku

Para ahli menyatakan teori perilaku adalah bagaimana kecemasan dipandang sebagai sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu. Namun sebaliknya, perilaku dapat diubah atau ditinggalkan melalui pengalaman baru. Ahli teori perilaku percaya bahwa individu dapat memodifikasi perilaku maladaptif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Mereka menyatakan bahwa perilaku yang mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau ditingalkan melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli terapi terlatih.

2.2.3 Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan menurut Stuart & Sundeen (2005) dibagi menjadi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.

a. Respon fisiologis 1. Kardiovaskular

(47)

2. Respirasi

Perubahan pada sistem pernapasan pada individu yang mengalami ansietas atau kecemasan adalah napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.

3. Neuromuskular

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.

4. Gastrointestinal

Kehilangan napsu makan, menolak makan, respon parasimpatis antara lain rasa tidak nyaman pada abdomen, mula, rasa terbakar pada jantung, dan diare.

5. Traktus Urinarius

Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing. 6. Kulit

Pada kulit wajah terdapat kemerahan, berkeringat lokal atau setempat (pada telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

(48)

koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dan hubungan interpersonal, menghindar, hiperventilasi

c. Respon Kognitif

Respon kognitif pada kecemasan adalah dapat mengalami perhatian yang terganggu, konsentrasi yang buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaean diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.

d. Respon Afektif

Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, alarm, teror, dan gelisah.

2.2.4 Dampak kecemasan

(49)

kanker, ketakutan akan kematian, dan ketergantungan pada orang lain (Quill & Miller, 2014).

Kuebler, Heidrich, & Esper (2007) masalah-masalah yang dapat ditimbulkan akibat adanya kecemasan meliputi masalah fisik, masalah medis ataupun masalah yang berpengaruh terhadap psikososial, emosional dan spiritual dari individu. Dampak kecemasan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Dampak kecemasan pada fisik

1. Setiap gejala yang tidak bisa dihilangkan seperti rasa nyeri atau dipsnea.

2. Proses yang mendasari (hipoksia dan sepsis)

3. Reaksi obat yang merugikan seperti akatsia (haloperidol), psikosis (kortikosteroid), atau toksisitas (meperidin)

4. Obat-obatan atau zat withdrawal (alkohol, antikonvulsan, benzodiazepine, nikotin, dan opioid.

5. Delirium yang aktual atau yang mungin terjadi. b. Masalah medis yang dikaitkan dengan kecemasan adalah

1. Kardiovaskular : angina, aritmia, penyakir valvular, gagal jantung kongestif, infraksi miokardial.

2. Keseimbangan cairan dan elektrolit : dehidrasi, hiponatremi, hiperkalemia, hiperkalsemia, atau hipokalemia.

(50)

4. Pernapasan : hipoksia, pneumothoraks, emboli paru, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dipsnea, asma, sleep apnea, pneumonia. 5. Neurologi : ensepalopati, vertigo, delirium, serebrovaskular,

multiple sclerosis, transient ischemic attacks, hematoma.

6. Hematologi/ malignansi : beberapa metastasi ke otak, anemia, pheochromocytoma.

7. Nutrisional : Anemia, defisiensi folat, defisiensi vitamin B12. 8. Obat dan efek samping pengobatan : contohnya , bronkodilator,

phenothiazines stimulant digunakan untuk menangkal efek sedatif samping opioid: kafein, methylphenidate (Ritalin), amfetamin, 9. Beberapa proses infeksi contohnya pneumonia dan infeksi pada

saluran kemih.

c. Dampak kecemasan pada psikososial, emosional, dan spiritual 1. Reaksi normal pada situasi yang mengancam

2. Indikasi adanya gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). 3. Ekspresi eksistensial pada duka cita spiritual.

(Kuebler, Heidrich, & Esper.2007).

2.2.5 Mekanisme Timbulanya Kecemasan

(51)

tersebut menyebabkan neuron dari Corticotropin Releasing Hormone ((CRH) pada amygdala merespon adanya glukokortikoid dengan cara merangsang terjadinya keccemasan (Tsigos & Chrousos, 1996 dalam Parker, 2012).

Kecemasan dan ketakutan akan mengaktifkan respon dari sistem saraf autonom yang mengaktifkan respon involunter dan otomatis kemudian mempengaruhi sistem saraf parasimpatis (membalikan respon stress) dan simpatis (menyiapkan tubuh untuk stress) kemudian muncul reaksi fisik dari ketakutan dan kecemasan (Anxiety Carre UK, 2014).

2.2.6 Tingkat atau jenis kecemasan

Menurut Videbeck (2008), tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat, dan setiap tingkat kecemasan memiliki respon yang berbeda-beda mulai dari respon fisik, kognitif dan emosional. Tingkat kecemasan tersebut meliputi :

1) Kecemasan ringan (1+)

a. Respon Fisik : Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, dan rajin.

b. Respon Kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memerhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. c. Respon Emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas

(52)

2) Kecemasan Sedang (2+)

a. Respon Fisik : Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, suara berubah bergetar, nada suara meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung.

b. Respon Kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.

c. Respon Emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, dan gembira.

3) Kecemasan Berat (3+)

a. Respon Fisik : Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan, tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.

(53)

c. Respon Emosional : Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, peyangkalan, ingin bebas.

4) Panik (4+)

a. Respon Fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motoric kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotrasnmiter berkurang, mulut ternganga.

b. Respon Kognitif : persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, tergangu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungin terjadi.

c. Respon Emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah sangat takut, mengharapkan hasil sangat buruk, kaget, takut, lelah.

(54)

Tabel 2.2. Tingkat kecemasan dan manifestasi klinis

Afek positif Waspada, dapat menyelesaikan masalah,

distres Penurunan persepsi dan sensori, dapat fokus hanya pada detail, tidak dapat menerima atau belajar informasi yang baru

Panik (Panic) Perburukan dari tanda dan gejala

Sumber : Shoemaker, N, 2005 dalam Kuebler, Heidrich, & Esper, 2007

2.2.7 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan pada seseorang dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur (instrumen) kecemasan. Instrumen pengukuran cemas ada berbagai macam yang sudah teruji validitas dan reabilitasya. Instrumen-instrumen tersebut antara lain adalah Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), Beck Anxiety Inventory (BAI), Depression Anxiety and Stress Scales (DASS).

(55)

gejala kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala urogenital, gejala autonom, dan tingkal laku saat wawancara. Responden diminta untuk menjawab 14 kelompok gejala tersebut dengan pilihan jawaban (skor) antara 0-4, yang artinya 0 = tidak ada gejala sama sekali, 1 = 1 dari gejala yang ada, 2 = separuh gejala yang ada, 3 = lebih dari separuh gekala yang ada, 4 = semua gejala ada. Skor dari ke 14 kelompok gejala akan dijumlahkan dan diinterpreatsikan, skor <14 = ridak ada kcemasan, 14-20 = kecemsan ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 = kecemasan berat, dan 42-56 = kecemasan berat sekali.

Instrumen BAI merupakan instrumen yang digunakan sebagai alat ukur yang digunakan untuk megukur tingkat kecemasan dan terdiri dari 21 pertanyaan. Setiap pertanyaan pada BAI merupakan deskripsi singkat mengenai gejala kecemasan, yaitu gejala subjektif misalnya tidak dapat santai, gejala neurofisiologis misalnya mati rasa atau kesemutan, gejala autonomy misalnya merasa panas atau gerah, dan gejala yang berhubungan dengan panik yaitu sulit berkonsentrasi

(56)

Menurut Mc Dowell (2006) DASS merupakan instrument yang digunakan oleh peneliti untuk menilai keparahan gejala inti depresi, kecemasan, dan stress. Instrumen ini terdiri dari 42 pertanyaan atau seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stress. Setiap skala subjektif tersebut terdiri atas 14 butir pertanyaan.

Selanjutnya, responden diminta menjawab 14 butir pertanyaan dari masing-masing skala yang akan diukur dengan pilihan jawaban (skor) 0 = tidak pernah dialami sama sekali, 1 = jarang dialami, 2 = sering dialami, 3 = selalu dialami. Setelah responden menjawab pertanyaan tersrbut, skor dijumlahkan dan diinterpretasikan. Khusus untuk kecemasan , jumlah skor 0-7 = normal, 8-9 = ringan, 10-14 = sedang, 15-19 = berat, >20 = sangat berat.

Instrumen BAI adalah istrumen baku yang sudah diuji validitas dan reabilitanya. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa BAI dapat mencerminkan tingkatan kecemasan pada pasien yang mendapat perawatan primer atau inap dan pasien rawat jalan yang mendapatkan pengobatan.

(57)

sampai lansia. BAI mengandung deskripsi singkat tentang gejala kecemasan yang dialami seseorang sehingga pengukuran tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan mudah dan dalam waktu relatif singkat.

2.2.8 Terapi untuk Mengatasi Kecemasan

Menurut Hawari (2008), manajemen untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan:

a) Terapi Psikofarmaka

Obat-obatan yang digunakan adalah obat anticemas (anxiolityc) dan obat antidepresi (antidepreant). Obat-obatan tersebut adalah Diazepam, Clobazam, Bromazepam, Lorazepam, Buspirone HCL, Methprobamate, Alprazolam, Chlordiazepoxide HCL, Oxazolam, Hidroxyne HCL, Kava-kava rhizome adalah jenis obat anticemas. Obat-obatan anti depresi diantaranya adalah Clomipramine HCl, Imipramine, Amitriptyline, Doxepin, Maprotiline, Mianserin, Amoxapine, Molobemide, Fluvoxamine maleate, opipramol diHCl, fluoxetine HCl, Tranzodone,, Sentraline HCl (SSRI), Citalopram, Mirtazapine, dan Tianeptine.

b) Terapi Somatik

(58)

somatik berupa pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala somatic yang timbul pada pasien.

c) Psikoterapi

Psikoterapi dalah terapi penunjang yang digunakan untuk mengatasi kecemasan selain diberikan farmakoterapi, dan terapi somatik. Psikoterapi diantaranya adalah terapi suportif, terapi re-edukatif, re-kostruktif, kognitif, psikodinamik, perilaku, dan keluarga. Tujuan dari terapi psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian, kepercayaan diri, ketahanan, dan kekebalan baik fisik maupun mental serta kemampuan beradaptasi dan menyelesaikan stressor pada diri seseorang.

d) Terapi Psikoreligius

Terapi psikoreligius erat hubunganya dengan kekebalan dan daya dalam menghadapai berbagai problem kehidupan yang merupakan strsor psikososial. Terapi psikoreligius sudah banyak diteliti, dan hasilnya menunjukkan bahwa komponen agama menduduki tempat yang penting di dalam manajemen kecemasan. e) Terapi Psikososial

(59)

f) Konseling

Terapi-terapi yang digunakan dalam manajemen kecemasan khususnya psikoterapi dilakukan melalui konseling. Konselor memberikan konseling bukan hanya pada individu tetapi juga pada keluarga, kawan dekat, suami/istri, dan anak atau anggota keluarga lain. Konseling ini dilakukan secara terprogram baik dalam tahapan-tahapan konsultasi, maupun frekuensi dari konsultasi yang dimaksud.

Menurut Jacobs & Gundling dalam Bradly, Jacobs, dan Gundling (2009), terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan dapat berupa Complementary Altervative Medicine (CAM) yang digunakan sebagai kombinasi terapi selain terapi utama pada pasien dengan gangguan kecemasan. Terapi-terapi komplemter tersebut adalah:

a. Akupuntur

Akupuntur sering dikaitkan dengan perubahan fisiologis dan biokimia pada sistem saraf seperti peningkatan dalam endomorphin-1, beta endorphin, encephalin, dan tingkat serotonin. Banyak dari efek fisiologis yang berhubungan dengan relaksasi dan analgesia.

b. Aromaterapi

(60)

aromaterapi adalah pengobatan yang efektif untuk gangguan kecemasan. Namun, ada manfaat anxiolytic jangka pendek pada pasien rawat inap yang diberikan terapi pijat yang dikombinasikan dengan aromaterapi. c. Meditasi

Meditasi memungkinkan seseorang untuk secara sadar mengatur perhatian mereka atau mengatur kesadaran. Jenis-jenis meditasi yang biasanya digunakan di Amerika Serikat adalah concentration meditation and mindfulness meditation, tujuan utama dari meditasi adalah memusatkan perhatian pada satu objek, suara, gambar, atau napas seseorang. Meditasi yang paling sering digunakan adalah relaxation response and transcendental Meditation. Penelitian lain mengidentifikasi lima uji klinis yang dilakukan secara acak mengevaluasi pengaruh dari meditasi pada kondisi kecemasan dan menyimpulkan ada bukti yang cukup mengenai efektivitas terapi meditasi untuk gengguan kecemasan. d. Terapi Relaksasi

Terapi relaksasi meliputi rentang terapi yang mengutamakan ketenangan rasa tenang dan kesejahteraan. Jenis terapi relaksasi yang paling popular yang ditemukan oleh Herbert Bensin adalah relaksasi otot progresif dan respon relaksasi. Teknik relaksasi mengajarkan pasien untuk mengenali gejala kecemasan, seperti faktor pemicu terjadinya kecemasan dan tanda kecemasan itu sendiri.

(61)

Menurut Medifocus (2011), terapi komplementer yang dapat digunakan untuk memanagenemen kondisi pada pasien dengan penyakit-penyakit kronis seperti kecemasan, nyeri kronis, gangguan tidur dan stress. Terapi-terapi tersebut adalah Mind-body terapi yang sangat populer digunakan terapi tersebut meliputi meditasi, hipnotis, guided imagery, dan terapi relaksasi. Jenis meditasi yang diketahui ada dua yaitu concentration meditation dan mindfulness meditation.

a. Consentration Meditation adalah meditasi yang berfokus pada satu objek misalkan mantra, yaitu sebuah kata yang diulang dalam waktu tertentu. Contohnya adalah meditasi transcendental dan relaxation response.

b. Mindfulness Meditation adalah konsentrasi bukan hanya pada satu objek atau mantra saja, fokus dari tipe meditasi ini adalah berbagai aspek pengalaman manusia seperti sensasi fisik.

2.2.9 Kecemasan pada Pasien Kemoterapi

(62)

Kemoterapi adalah masalah utama dari distres emosional termasuk kecemasan. Pengetahuan tentang toksisitas dapat menjadi penyebab kecemasan sebelum dilakukannya kemoterapi, tapi pengulangan post- infuse mual dan muntah sering menimbulkan stres yang terjadi pada pre- infusi. Studi terbaru mengindikasikan bahwa kecemasan yang diantisipasi (anticipatory anciety), memiliki kondisi yang sama terjadi pada beberpa pasien dan saling mempengaruhi dengan antisipasi terhadap mual (antisipatory nausea), yang masing-masing dapat saling meningkatakan proses terjadinya kecemasan ataupun mual (Noyes & Saric, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Lutfa dan Maliya di Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta, analisis dilakukan terhadap 44 psaien pada pasien yang menjelani kemoterapi lebih dari tiga kali, faktor-faktor yang diduga menyebabkan kecemasan adalah umur, pendidikan pasien, frekuensi dilakukan kemoterapi, dan tingkat adaptasi.

(63)

Namun pada analisis statistik didapatkan usia pasien juga mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pada pasien. Dari hasil penelitin ini dapat diketahui juga bahwa pasien yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki tingkat kecemasan yang relatif lebih rendah (Lutfa & Maliya, 2008).

Penelitian mengenai dampak kecemasan pada pasien kemoterapi juga dilakukan oleh Winie et al, peneltian ini dilakukan pada pasien kanker wanita, hasil dari penelitian ini menunujukkan bahwa presentasi kecemasan dan depresi lebih besar dibandingkan dengan pasien kanker yang menjalani radioterapi, kecemasan dan depresi memiliki efek merugikan pada domain secara keseluruhan dan kualitas hidup wanita-wanita yang menjalani terapi adjuvan untuk kanker payudara (Winie et all, 2010 ).

(64)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang timbul pada pasien kemoterapi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah, usia, tingkat penidikan, adaptasi pasien, dan efek samping yag timbul karena kemoterapi juga mempengaruhi kecemasan pada pasien kemoterapi.

Mual dan muntah yang terjadi pada pasien dapat menimbulkan kecemasan, dan sebaliknya kecemasan dapat menimbukkan mual dan muntah pada pasien sebelum dilakukannya kemoterapi. Kecemasan pada pasien kemoterapi juga mempengaruhi kualitas hidup pasien.

2.3 TERAPI NYANYIAN (CHANTING) MANTRA OM

2.3.1 Pengertian Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om

Mantra adalah suatu suara, suku kata, kata, atau kelompok kata yang terdiri kata-kata yang mempertimbangkan kekuatan atau kemampuan untuk menciptakan transformasi. Dalam bahasa sansekerta, mantra terdiri atas akar kata “man” yang berarti berpikir dan akhiran “tra” menunjukkan

(65)

Kata “mantra” dalam bahasa sansekerta diartikan sebagai sesuatu

yang membebaskan pikiran. Sebuah mantra adalah nyanyian dari kata atau suara yang digunakan, bukan hanya mengacu pada artinya tapi pada kualitas bunyi atau suara yang mengalunkan atau menyanyikannya (Weiss,2008). Banyak orang yang baru dalam menjalani meditasi mempunyai pemikiran tentang apa itu suara dengungan yang dibuat pada saat orang-orang bermeditasi. Beberapa praktisioner meditasi mengucapkan “Om” atau “Aum”. Om adalah ucapan yang menjadi suara

dari semua suara yang berasal dari satu sumber, kumpulan dari suara di seluruh alam semesta (Nijar, 2014).

(66)

Chanting om adalah tradisi Hindu dimana menyanyikan kata OM atau AUM. Kata itu diucapkan dengan membuka lebar mulut untuk menciptakan A (AH) yang panjang yang muncul dari tenggorokan belakang. Suara tersebut diikuti dengan meneruskannya melalui pengucapan u (OO dengan bibir yang membulat) sampai mulut tertutup rapat sambil dan terdengar suara M (Angelo, 2011). Chanting om adalah suatu cara dimana mantra om dinyanyikan sehingga menghasilkan getaran yang dirasakan oleh orang yang menyanyikannya. Chanting om menciptakan gelombang suara dan dipercaya dapat menyadarkan diri untuk mengenali dan merasakan Tuhan dan menghubungkan jiwa dengan alam semesta.

2.3.2 Tahapan Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om

Menurut Brown & Patricia (2012) tahapan dari chanting om ada tujuh tahapan, suara om biasanya dinyanyikan pada notasi rendah dibandingkan notasi tinggi. Vibrasi dari notasi yang tinggi cenderung diam pada tenggorokan dan kepala, dimana notasi yang rendah menghasilkan vibrasi yang lebih baik dan menyentuh tubuh. Tahapan tersrbut meliputi: a. Chanting om dapat dilakukan dalam berbagai posisi. Untuk

meningkatkan kemampuan diri dalam merasakan vibrasi, dapat diawalai dengan mengambil posisi duduk pada kursi.

(67)

Tutup mata dan ambil napas pelan sebanyak dua kali, tarik napas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut.

c. Ambil napas dalam secara perlahan, dan ketika napas dihembuskan keluar, nyanyikan om secara perlahan dengan nada rendah : o…o…o…o…m…m…m…

d. Ucapkan kata “AUM” dalam tiga bagian suara : a….a….a….o..o…o..m..m…m…

e. Tutup mata dan ulangi a…o…m… sebanyak tiga kali, menhentikan suara tersebut setelah dirasakan ada tempat dalam tubuh di mana setiap suara menciptakan vibrasi paling intens, biarkan mata tertutup setelah pengucapan a…o…m… panjang, perhatikan bagaimana perasaan

anda.

Gambar 2.3. Posisi saat melakukan Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om (Sumber :

(68)

Chanting om dilakukan dalam keadaan rileks, damai, dan dalam waktu dan durasi yang nyaman menurut seseorang, dan disesuaikan dengan gaya hidup. Waktu dan durasi tidak masalah dalam melakukan chanting om baik itu lima atau 30 menit, hal penting yang harus diperhatikan adalah tentukan waktu yang diinginkan dan lakukan setiap hari, dan lakukan sampai waktu yang ditentukan habis (Ray, 2010). Tahapan dalam melakukan chanting om menurut (Ray, 2010). adalah

a. Duduk dengan nyaman, dengan punggung yang tegak dan tangan tangan disatukan, mata tertutup,

b. Pikirkan menyanyikan kata “O-o-oM-m-m,” perlahan dan seirama dengan pernapasan.

c. Jangan berusaha untuk menganggu pernapasan normal

d. Panjang nyanyian tergantung dari lama pernapasan, jika mempunyai pernapasan yang panjang maka pengucapan dapat panjang, namun jika pernapasan pendek maka pengucapan juga pendek.

e. Jika dirasaksan sudah cukup mengucapkan dalam pikiran maka, dapat diawali dengan nyanyian secara perlahan.

f. Awali dengan menarik napas dalam, kemudian ketika menghembuskan perlahan nyanyikan mantra om.

(69)

Menurut Angelo (2011) chanting om, dengan cara:

a. Duduk pada posisi meditasi, atau duduk pada kursi dengan kaki disilangkan pada lantai, dengan tangan yang diistirahatkan, punggung dan leher lurus dan buat posisi senyaman mungkin

b. Ambil tiga kali napas dalam, tubuh rileks saat menarik dan menghembuskan napas.

c. Pada napas dalam selanjutnya, nyanyikan kata OM. Perhatikan seluruh suara dari awal hingga akhir terdengar.

d. Bernapas dalam lagi dan ucapkan kata om sepanjang menghembuskan napas, dan lakukan dengan keadaan yang nyaman.

Lakukan selama lima menit, jika dirasakan kurang, maka dapat dilakukan selama sepuluh menit.

e. Kemudian nyanyikan mantra Om, perhatikan seolah-olah nyanyian om tersebut dapat mengentuh samapai ke kening.

f. Fokuskan perhatian pada seluruh suara dari awal samapai akhir.

(70)

2.3.3 Manfaat Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om

Chanting Om menyembuhkan di semua tingkatan, baik itu fisik, emosional, mental, dan spiritual. Chanting om mempunyai efek untuk penyembuhan dan memurnikan tubuh, pikiran, dan membangkitkan semangat (Ray, 2010). Chanting om mengoreksi ketidakseimbangan emosi dan fungsi otak yang penting (Brown & Gerbarg, 2012). Suara mempunyai efek menyembuhkan, karena suara memproduksi vibrasi. Vibrasi ini membawa energi yang dimunculkan dari sumber yang menghasilkan energy tersebut (Nijar, 2014).

(71)

2.3.4 Pengaruh Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om dan Kecemasan

Gambar

Gambar 2.1.  Bagan  perbedaan neoplasma dan non neoplasma (Sumber : Manuaba, Sudarsa, Wim de Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat tahun 2007)
Tabel 2.1. Klasifikasi maligna atau sel kanker berdasarkan sel terbentuknya
Gambar 2.2. Tahap atau stadium  neoplasma (Sumber : Tambayong (2000).
Tabel 2.2. Tingkat kecemasan dan manifestasi klinis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Timbul perilaku maladaptif dan perubahan psikologis yan bermakna secara klinis (misalnya perilaku seksual atau agresivitas yang tidak sesuai, mood yang labil,

Analisis desain down scale teras dan bahan bakar PBMR-HTR dengan menggunakan program SRAC bertujuan mengetahui pengaruh variasi pengayaan U 235 , burnable poison , laju

[S9, PP4] Ketepatan menjelaskan konsep, fungsi, tujuan, dan sumber-sumber hukum acara perdata, serta asas-asas hukum acara perdata.. Pedoman Penskoran (Marking Scheme);

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan

Peringatan dini yang diberikan sebelum kejadian tsunami, agar masyarakat dapat segera menghindar atau melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dari terjangan

Ruang lingkup tugas-tugas sekretaris perusahaan lebih luas dibandingkan dengan sekretaris pribadi. Umumnya, pada saat ini dikenal dengan sebutan sekretaris organisasi

namun hal ini masih kurang optimal, karena prosedur pengolahan data pada bagian pembelian masih secara manual, dan barang yang dipesan oleh pembeli terkadang tidak sesuai

Pengambilan keputusan dalam konteks tulisan ini ialah Keputusan Kampung atau Peraturan Kampung yang ditetapkan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan secara