4.1. PT. Bursa Efek Indonesia
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia
PT. Bursa Efek Indonesia beroperasi sebagai bursa swasta dimulai pada tanggal 13 Juli 1992, dengan beroperasinya sebagai bursa swasta, PT. Bursa Efek Indonesia mengalami perkembangan seperti yang tampak pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Perkembangan Beberapa Indikator PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2001- 2006
TAHUN JUMLAH
EMITEN JUMLAH SAHAM
DIPERJUALBELIKANYANG (Milliar Lembar)
NILAI TRANSAKSI
(Milliar Rupiah) IHSG
2001 379 156,91 239.3 392.036
2002 401 168,66 268.4 424.945
2003 411 220,39 411.7 691.895
2004 424 403,28 679.9 1000.233
2005 432 712,9 801,2 1162.635
2006 443 924,4 1,249,07 1805.523
Sumber : Statistik Bursa Efek Indonesia 2007
Dari tabel 4.1 ditinjau dari jumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2006, mengalami kenaikan sebesar 64 perusahaan. Kenaikan jumlah emiten yang paling banyak pada tahun 2002 yaitu sebesar 22 perusahaan atau terjadi pertambahan jumlah emiten dari 379 pada tahun 2001, menjadi 401 perusahaan pada tahun 2002.
Seiring dengan kenaikan jumlah emiten, jumlah saham yang
tahun 2005 menjadi 924,4 milliar lembar pada tahun 2006 atau mengalami peningkatan sebesar 211,5 milliar lembar.
Selama periode 2001-2006, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi dan yang mencolok pada tahun 2003 dan tahun 2004. Pada tahun 2003, IHSG meningkat sebesar 308,338. beberapa indikator di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan, hal ini merupakan dampak dari kenaikan IHSG.
Pada tahun 2004 IHSG mengalami kenaikan sebesar 642,888 yang merupakan kenaikan yang tertinggi selama periode 2001-2006.
4.1.2. Return saham yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia
Penelitian dilakukan pada periode 2001-2006, sampel pada PT. Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini sebanyak 34 perusahaan yang go public dan merupakan saham yang aktif diperdagangkan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).
Return saham rata-rata dapat dilihat pada grafik 4.1 yang menunjukkan bahwa 32 perusahaan memperoleh return rata-rata positif dan return tertinggi diperoleh oleh Tempo Scan sebesar 36.58%, Sedangkan perusahaan yang memperoleh return rata-rata negatif ada 2 perusahaan dan return yang terendah diperoleh oleh Multipolar Tbk sebesar -1.39%. Return rata-rata perusahaan sampel sebesar 13.03%, Dan perusahaan yang returnnya lebih besar dari rata-rata perusahaan sampel ada 15 perusahaan yaitu AstraAgro, Aneka Tambang, Astra, Bank Central Asia, Berlian Laju, H.M Sampoerna Tbk, International, Indosat Tbk, Kalbe Farma Tbk, Bank Lippo Tbk, Bank Pan Tbk, Ramayana Lestari, Tempo Scan, United tractor dan Unilever.
Grafik 4.1 Rata-rata return saham (%) Periode 2001-2006
Rata-rata Return Saham (%)
-10 0 10 20 30 40 50
1. Astra Agro 2. Aneka Tambang
3. Astra 4. Asta Autoparts
5. Bank Central Asia 6. Berlian Laju 7. Gudang Garam Tbk
8. Gajah Tunggal Tbk 9. H.M Sampoerna Tbk
10. International 11. Indofood Sukses
12. Indah Kiat Pulp 13. Indocement
14. Indosat Tbk 15. Jakarta Int’l 16. Kalbe Farma Tbk
17. Bank Lippo Tbk 18. Matahari Putra
19. Bank Pan 20. Ramayana Lestari
21. Bentoel 22. Timah Tbk
23. Pabrik Kertas 24. Telekomunikasi
25. Tempo Scan 26. United Tractor
27. Unilever 28. Indosiar 29. Bhakti Investama
30. Citra Marga 31. Medco Energi
32. Multipolar Tbk 33. Metrodata 34. Astra Graphia Tbk nama perusahaan
return saham
Rata-rata Return Saham (%)
Sumber : lampiran 1
4.1.3. Market Return Index Harga Saham Gabungan (IHSG)
Penelitian ini dilakukan pada periode 2001-2006, market return dapat dilihat pada grafik 4.2. Pada periode tesebut market return mengalami fluktuasi, market return tertinggi terjadi pada triwulan kedua tahun 2003 sebesar 22.34 % dan terendah terjadi pada triwulan ketiga tahun 2002 sebesar -15.49% dan rata- rata market return selama periode tersebut adalah sebesar 6.56 %.
Grafik 4.2 Market return (%) Periode 2001-2006
Market Return
-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4
Triwulan - Tahun
Market Return
Market Return (%) Tren
Sumber : Lab Pasar Modal UKP, Lampiran 2
4.1.4. Risk Free Rate Indonesia
Suku bunga bebas risiko (risk free rate) dalam penelitian ini menggunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia periode 2001-2006. Risk free rate merupakan komponen persamaan 2.6 dalam menghitung Expected return sesuai dengan model CAPM. Pada grafik 4.3 dapat dilihat Risk Free Rate mengalami fluktuasi. Risk free rate tertinggi pada triwulan keempat tahun 2001 sebesar 17.59% dan terendah pada triwulan kedua tahun 2004 sebesar 7.33 % dan rata - rata Risk free rate sebesar 11.69%.
Grafik 4.3 Risk Free Rate Periode 2001-2006
Sumber : Bank Indonesia, lampiran 3
Risk Free Rate
0 5 10 15 20 25
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4 Triwulan - Tahun
Risk Free Rate
Rf (%) Tren
4.1.5. Risiko Sistematis Sampel yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia
Expected return menurut model CAPM diambil dalam periode 2001-2006.
Expected return dihitung dengan persamaan 2.6, Salah satu komponennya adalah Beta ( ), yang menunjukkan risiko sistematis. Untuk mengetahui nilai beta masing-masing perusahaan, maka digunakan persamaan 3.3 yang meregresi return saham masing-masing perusahaan dengan market return dan nilainya disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai beta perusahaan sampel Periode 2001-2006
Nama Perusahaan Beta Keterangan
1. Astra Agro 2.2542 Aggressive Stock
2. Aneka Tambang -0.532 Defensive Stock
3. Astra 0.252 Defensive Stock
4. Asta Autoparts 1.077 Aggressive Stock 5. Bank Central Asia 0.244 Defensive Stock
6. Berlian Laju -1.751 Defensive Stock
7. Gudang Garam Tbk 0.984 Defensive Stock 8. Gajah Tunggal Tbk 1.6585 Aggressive Stock 9. H.M Sampoerna Tbk 0.0579 Defensive Stock 10. International 0.602 Defensive Stock 11. Indofood Sukses 1.177 Aggressive Stock 12. Indah Kiat Pulp 1.829 Aggressive Stock
13. Indocement 1.573 Aggressive Stock
14. Indosat Tbk -0.142 Defensive Stock
15. Jakarta Int’l 1.722 Aggressive Stock 16. Kalbe Farma Tbk 1.406 Aggressive Stock 17. Bank Lippo Tbk 0.322 Defensive Stock 18. Matahari Putra 0.738 Defensive Stock
19. Bank Pan 1.827 Aggressive Stock
20. Ramayana Lestari -1.353 Defensive Stock
21. Bentoel 0.94 Defensive Stock
22. Timah Tbk 1.776 Aggressive Stock
23. Pabrik Kertas 2.182 Aggressive Stock 24. Telekomunikasi 0.158 Defensive Stock
25. Tempo Scan -1.748 Defensive Stock
26. United Tractor 1.981 Aggressive Stock
27. Unilever -2.867 Defensive Stock
28. Indosiar 1.355 Aggressive Stock
29. Bhakti Investama 0.751 Defensive Stock
30. Citra Marga 1.252 Aggressive Stock
31. Medco Energi 0.439 Defensive Stock
32. Multipolar Tbk 1.524 Aggressive Stock
33. Metrodata 0.633 Defensive Stock
34. Astra Graphia Tbk 1.114 Aggressive Stock
Nilai beta negatif menunjukkan jika market return naik maka return saham turun dan sebaliknya. Nilai beta kurang dari 1 atau bernilai negatif (Defensive Stock) menunjukkan bahwa risiko saham lebih kecil dari risiko pasar. Jika nilai beta sama dengan satu berarti risiko saham sama dengan risiko pasar, dan apabila nilai beta lebih besar dari satu (Aggressive Stock) berarti risiko saham lebih besar atau lebih beresiko dari risiko pasar.
Yang termasuk dalam Defensive Stock adalah Aneka Tambang, Astra, Bank Central Asia, Gudang Garam Tbk, H.M Sampoerna Tbk, International, Indosat Tbk, Bank Lippo Tbk, Matahari Putra, Ramayana Lestari, Bentoel, Telekomunikasi, Tempo Scan, Unilever, Bhakti Investama, Medco Energi, dan Metrodata.
Yang termasuk Aggressive Stock adalah Astra Agro, Asta Autoparts, Gajah Tunggal Tbk, Indofood Sukses, Indah Kiat Pulp, Indocement, Jakarta Int’l, Kalbe Farma Tbk, Bank Pan, Timah Tbk, Pabrik Kertas, United Tractor, Indosiar, Citra Marga, Multipolar Tbk, dan Astra Graphia Tbk.
4.1.6. Variabel Makro Ekonomi.
Masing-masing variabel makro ekonomi dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diwakili oleh pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) triwulan. GDP yang digunakan adalah GDP yang tidak diharapkan (Unexpected of economic Growth rate) yang didapat dari hasil GDP aktual dikurangi dengan GDP yang diharapkan.
Unexpected of economic Growth rate berfungsi untuk memberikan informasi tentang variasi return saham perusahaan sampel. Dari grafik 4.4 juga dapat dilihat pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan tertinggi sebesar 4.82 % pada triwulan ketiga tahun 2001, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan terendah sebesar -3.98 % pada triwulan pertama tahun 2001.
Grafik 4.4. Pertumbuhan ekonomi GDP Periode 2001-2006
Sumber : Hasil Penghitungan, Lampiran 5
b. Tingkat inflasi yang tidak diharapkan di Indonesia
Tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi yang tidak diharapkan (Unexpected of inflation). Unexpected of inflation didapat dari tingkat inflasi aktual dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan. Unexpected of inflation berfungsi untuk memberikan informasi tentang variasi return saham perusahaan sampel. Dari grafik 4.5 dapat dilihat rata-rata tingkat inflasi yang tidak diharapkan selama periode 2001-2006 yaitu sebesar 0.07 %. Tingkat inflasi tertinggi sebesar 5.06 % pada triwulan pertama tahun 2006. Tingkat inflasi terendah sebesar -2.66
% (deflasi) pada triwulan kedua tahun 2006.
GDP yang tidak diharapkan
0 1 2 3 4 5 6
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4 triwulan - tahun
GDP GDP yang tidak diharapkan
Tren
Grafik 4.5. Tingkat Inflasi Indonesia Triwulan (%) Periode 2001-2006
inflasi yang tidak diharapkan
-3.00 -2.50 -2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4
triwulan-tahun
inflasi inflasi yang tidak diharapkan
Tren
Sumber : lampiran 5
c. Suku bunga yang tidak diharapkan di Indonesia
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat suku bunga yang tidak diharapkan (Unexpected of interest rate). Unexpected of Interest Rate didapat dari tingkat suku bunga aktual dikurangi dengan tingkat suku bunga yang diharapkan. Unexpected of interest rate berfungsi untuk memberikan informasi tentang variasi return saham perusahaan sampel. Dari grafik 4.6 juga dapat dilihat rata-rata suku bunga SBI yang tidak diharapkan sebesar -0.81 %, suku bunga yang tidak diharapkan tertinggi sebesar 2.38 % pada triwulan keempat tahun 2003 dan suku bunga yang tidak diharapkan terendah pada triwulan pertama tahun 2001 sebeasr -13.98 %.
Grafik 4.6. Suku bunga Indonesia Triwulan (%) Periode 2001-2006
Sumber : Lampiran 5
4.1.7. Analisa dan Hasil Penghitungan
4.1.7.1. Akurasi Hasil Penghitungan Dengan CAPM Di Indonesia
Berdasarkan data selama periode 2001-2006, pada grafik 4.7 dengan menggunakan model CAPM dapat dihitung expected return untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran. Akurasi model CAPM diukur atas dasar variabilitas (standar deviasi) expected return dengan actual return dan hasilnya tampak seperti pada grafik 4.7.
suku bunga yang tidak diharapkan
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4
2001.Q1 2001.Q2 2001.Q3 2001.Q4 2002.Q1 2002.Q2 2002.Q3 2002.Q4 2003.Q1 2003.Q2 2003.Q3 2003.Q4 2004.Q1 2004.Q2 2004.Q3 2004.Q4 2005.Q1 2005.Q2 2005.Q3 2005.Q4 2006.Q1 2006.Q2 2006.Q3 2006.Q4
triwulan-tahun
suku bunga
suku bunga yang tidak diharapkan tren
Grafik 4.7. Standar deviasi CAPM di Indonesia
SD CAPM
0 5 10 15 20 25
1. Astra Agro 3. Astra
5. Bank Central Asia 7. Gudang Garam Tbk
9. H.M Sampoerna Tbk 11. Indofood Sukses
13. Indocement 15. Jakarta Int’l
17. Bank Lippo Tbk 19. Bank Pan
21. Bentoel 23. Pabrik Kertas
25. Tempo Scan 27. Unilever
29. Bhakti Investama 31. Medco Energi
33. Metrodata
perusahaan sampel
SD SD
Sumber : Lampiran 6- Lampiran 7
Pada grafik 4.7 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model CAPM rata-rata standar deviasi return perusahaan sampel sebesar 2.088585, Standar deviasi return yang tertinggi diperoleh pada PT.Unilever sebesar 20.381, sedangkan standar deviasi return yang terendah sebesar 0.0128 diperoleh Gudang Garam Tbk.
4.1.7.2. Pengujian Terhadap Asumsi Klasik
Dalam pembentukkan model APT digunakan model regresi berganda. Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least Sequares/OLA) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (BLUE). Kondisi ini terjadi jika tidak tejadi penyimpangan terhadap model asumsi klasik.
a) Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel bebas terdapat korelasi. “Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas diantara sesama variabel bebas digunakan pengujian
melalui korelasi pearson dengan melihat matrik korelasi anatar variabel bebas dari model regresi yang digunakan. Apabila dalam pengujian tersebut ternyata signifikan maka terjadi multikolinieritas dan sebaliknya.”
(Gujarati, 1997, p.166).
Dari hasil pengujian dengan menggunakan korelasi pearson antar variabel bebas diperoleh nilai koefisien korelasi lebih kecil dari nilai kritisnya berarti korelasi antar variabel bebas tidak ada yang signifikan (lampiran).
Dengan demikian tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi yang digunakan. Pengujian dengan menggunakan korelasi pearson ini berlaku untuk 34 model regresi untuk 34 perusahaan, karena menggunakan variabel bebas yang sama.
b) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan mengunakan metode Spearman Rank Correlation. Jika hasil perhitungan nilai korelasi spearman lebih besar dari nilai kritisnya, maka terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya. Berdasarkan hasil pengujian korelasi spearman nilai residu terhadap masing-masing variabel bebas untuk 34 model regresi, menghasilkan nilai korelasi spearman lebih kecil dari pada nilai kritisnya untuk semua kasus (lampiran). Dengan demikian model regresi secara keseluruhan tidak terjadi heteroskedisitas.
c) Uji autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar serangkaian anggota data observasi yang diurutkan berdasarkan waktu. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap terhadap nilai uji Durbin-Watson (D-W) dengan ketentuan sebagai berikut :
• Jika nilai D-W kurang dari 1,10 berarti ada autokorelasi
• Jika nilai D-W antara 1,10 dan 1,54 berarti tanpa kesimpulan
• Jika nilai D-W antara 1,55 dan 2,46 berarti tidak ada autokorelasi
Dari hasil perhitungan nilai D-W untuk 34 model regresi secara keseluruhan berkisar antara 1,55 - 2,46. Dengan demikian 34 model regresi secara keseluruhan tidak terjadi autokorelasi.
4.1.7.3. Akurasi Hasil Penghitungan Dengan Arbitrage Pricing Theory (APT) Di Indonesia
Berdasarkan data pada Grafik 4.8 dan lampiran dibentuklah model APT untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran. Dari lampiran tersebut dengan menggunakan data selama periode 2001-2006 pada Grafik 4.8 dapat dihitung expected return untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran. Akurasi hasil penghitungan model APT diukur atas dasar variabilitas (standar deviasi) expected return dengan actual return dan hasilnya tampak seperti pada Grafik 4.8.
Pada Grafik 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model APT rata - rata standar deviasi return saham perusahaan sampel sebesar 2.636761, standar deviasi return saham tertinggi diperoleh pada perusahaan PT. Unilever Indonesia sebesar 28.00038, sedangkan standar deviasi return saham terendah sebesar 0.024428 diperoleh oleh Matahari Putra.
Grafik 4.8. Standar Deviasi APT Periode 2001-2006
Standar Deviasi
0 5 10 15 20 25 30
1. Astra Agro 3. Astra
5. Bank Central Asia 7. Gudang Garam Tbk
9. H.M Sampoerna Tbk 11. Indofood Sukses
13. Indocement 15. Jakarta Int’l
17. Bank Lippo Tbk 19. Bank Pan
21. Bentoel 23. Pabrik Kertas
25. Tempo Scan 27. Unilever 29. Bhakti Investama
31. Medco Energi 33. Metrodata
nama perusahaan
Standar Deviasi
Standar Deviasi
Sumber : Lampiran 8- Lampiran 9
4.1.8. Perbandingan Akurasi Hasil Penghitungan Dengan Model CAPM dan Model APT Di Indonesia
Dari tabel 4.3 tampak bahwa rata-rata standar deviasi hasil penghitungan dengan model CAPM sebesar 2.088585 lebih rendah dibandingkan rata-rata standar deviasi hasil penghitungan dengan model APT sebesar 2.636761. Hal ini secara deskriptif menunjukkan bahwa hasil penghitungan dengan model CAPM lebih akurat di bandingkan dengan hasil penghitungan dengan model APT. Untuk mengetahui apakah akurasi hasil penghitungan dengan model CAPM berbeda secara signifikan dibandingkan hasil penghitungan dengan model APT, maka perlu dilakukan pengujian secara statistik.
Hasil pengujian dengan menggunakan persamaan 3.11. Diperoleh t observasi sebesar -0.95025, Dengan menggunakan = 5%, degree of freedom
= n – 1 = 34 - 1 = 33, maka diperoleh t tabel (0,05/2, 33) = 2.042, Karena -0.95025 < 2.042 maka gagal tolak Ho yang berarti tidak ada perbedaan secara sifgnifikan antara akurasi hasil penghitungan dengan model CAPM dan APT dalam memprediksi return saham.
Tabel 4.3. Standar Deviasi Model CAPM dan Model APT Periode 2001-2006
Nama Perusahaan SD CAPM SD APT
1. Astra Agro 1.4487 1.478
2. Aneka Tambang 6.185 7.35
3. Astra 1.748 1.337
4. Asta Autoparts 0.0136 0.043 5. Bank Central Asia 1.888 1.954
6. Berlian Laju 7.4196 10.729
7. Gudang Garam Tbk 0.0128 0.026 8. Gajah Tunggal Tbk 0.0954 0.121 9. H.M Sampoerna Tbk 3.193 3.707
10. International 1.98 1.824
11. Indofood Sukses 0.0206 0.037 12. Indah Kiat Pulp 0.2032 0.34
13. Indocement 0.0627 0.088
14. Indosat Tbk 3.968 4.621
15. Jakarta Int’l 0.3135 0.149 16. Kalbe Farma Tbk 0.1885 0.121 17. Bank Lippo Tbk 0.8186 0.753 18. Matahari Putra 0.0233 0.024
19. Bank Pan 0.1777 0.077
20. Ramayana Lestari 6.347 8.344
21. Bentoel 0.0365 0.038
22. Timah Tbk 0.2226 0.234
23. Pabrik Kertas 0.1547 0.34
24. Telekomunikasi 0.272 0.303
25. Tempo Scan 13.17 16.75
26. United Tractor 0.0545 0.057
27. Unilever 20.381 28
28. Indosiar 0.0131 0.065
29. Bhakti Investama 0.1423 0.143
30. Citra Marga 0.049 0.077
31. Medco Energi 0.0266 0.040113 32. Multipolar Tbk 0.0529 0.112051
33. Metrodata 0.247 0.264334
34. Astra Graphia Tbk 0.0825 0.098463
rata-rata 2.088585 2.636761
t hitung -0.95025
t tabel 2.042
Sumber : Lampiran 7 – Lampiran 9
Dalam model CAPM salah satu komponennya adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta. Beta menunjukkan ukuran relatif sensitifitas return saham individu terhadap perubahan market return.
4.1.9. Koefisien adjusted Determinasi (R2)
Market return yang diperoleh dari IHSG menjelaskan variasi return saham sebesar 21.12 yang ditunjukkan dari nilai rata-rata koefisien determinasi (R2) market model yang meregresikan tingkat return saham dan tingkat market return untuk mencari nilai beta yang dapat dilihat pada tabel 4.4. Pada model APT, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan, tingkat inflasi yang tidak diharapkan dan tingkat suku bunga yang tidak diharapkan menjelaskan variasi return saham sebesar 28.008 % yang ditunjukkan dari nilai rata-rata koefisien adjusted determinasi (R2) regresi berganda dalam model APT.
Kemampuan market return dalam menjelaskan return saham lebih rendah daripada kemampuan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan, tingkat inflasi yang tidak diharapkan dan tingkat suku bunga yang tidak diharapkan menjelaskan variasi return saham.
Tabel 4.4. Koefisien Adjusted Determinasi (R2) Model CAPM dan Model APT Periode 2001-2006 (dalam %)
Nama Perusahaan Adjusted R2CAPM
(%) Adjusted R2 APT (%)
1. Astra Agro 10.7 0
2. Aneka Tambang 0 62.8
3. Astra 0 0
4. Asta Autoparts 46.1 7.4
5. Bank Central Asia 0 59.8
6. Berlian Laju 0 67.9
7. Gudang Garam Tbk 49.2 4.2
8. Gajah Tunggal Tbk 40.5 26
9. H.M Sampoerna Tbk 0 66.6
10. International 0 32
11. Indofood Sukses 43.8 7.7
12. Indah Kiat Pulp 30.1 5.4
13. Indocement 59.6 23.7
14. Indosat Tbk 0 68.5
15. Jakarta Int’l 21.5 25.7
16. Kalbe Farma Tbk 20.1 13.1
17. Bank Lippo Tbk 0 15.3
18. Matahari Putra 22.6 0
19. Bank Pan 33 34.7
20. Ramayana Lestari 0 65.4
21. Bentoel 24.6 11.4
22. Timah Tbk 24.8 1.6
23. Pabrik Kertas 36.4 17.1
24. Telekomunikasi 0 54.4
25. Tempo Scan 0 69.6
26. United Tractor 69 8.1
27. Unilever 0 73.8
28. Indosiar 65.9 36.5
29. Bhakti Investama 6.2 5
30. Citra Marga 35.8 0
31. Medco Energi 5.3 10.4
32. Multipolar Tbk 41.8 0
33. Metrodata 0.3 39.1
34. Astra Graphia Tbk 30.8 39.1
Rata-rata 21.12059 28.00882353
4.2. Singapore Stock Exchange
4.2.1. Perkembangan Singapore Stock Exchange
Singapore Stock Exchange beroperasi sejak tanggal 21 Januari 1999.
dengan beroperasinya sebagai bursa swasta, Singapore Stock Exchange mengalami perkembangan seperti yang tampak pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perkembangan Beberapa Indikator Singapore Stock Exchange Periode 2001- 2006
TAHUN JUMLAH EMITEN
JUMLAH SAHAM YANG DIPERJUALBELIKAN
(Milliar lembar)
NILAI TRANSAKSI
(Dalam Ribuan) STI
2001 385 365,19 S$ 288,228,175 1,341.07
2002 386 386,89 S$ 331,652,497 1,623.60
2003 413 521,98 S$ 383,388,907 1,764.52
2004 462 630,28 S$ 446,386,077 2066.14
2005 663 819,87 S$ 427,904,546 2347.34
2006 708 1042,8 S$ 589,610,554 2985.83
Sumber : Statistic Singapore Stock Exchange
Dari tabel 4.5 ditinjau dari jumlah emiten yang terdaftar di Singapore Stock Exchange periode 2001-2006, mengalami kenaikan sebesar 323 perusahaan.
Kenaikan jumlah emiten yang paling banyak pada tahun 2005 yaitu sebesar 201 perusahaan atau terjadi pertambahan jumlah emiten dari 462 pada tahun 2004, menjadi 663 perusahaan pada tahun 2005.
Seiring dengan kenaikan jumlah emiten, jumlah saham yang diperjualbelikan untuk periode 2001-2006 juga mengalami peningkatan sebesar 659,61 milliar lembar. Peningkatan jumlah saham yang diperjualbelikan terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 204,93 milliar lembar. Meningkat dari tahun 2005 sebesar 819,87 menjadi pada tahun 2006 sebesar 1042,8 milliar lembar.
Selama periode 2001-2006, Strait Time Indeks (STI) mengalami fluktuasi
4.2.2. Return saham Singapore
Penelitian dilakukan pada periode 2001-2006, sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 perusahaan yang go public dan merupakan saham yang teraktif diperdagangkan di Singapore Stock Exchange (SSE). Return saham rata-rata dapat dilihat pada grafik 4.9 , yang menunjukkan bahwa 14 perusahaan memperoleh return rata-rata positif dan return tertinggi diperoleh oleh Sing Tell sebesar 872.375% sedangkan perusahaan yang memperoleh return rata-rata negatif ada 4 perusahaan dan return yang terendah diperoleh oleh Allgreen sebesar -42.29% . Return rata-rata perusahaan sampel sebesar 65.33 % dan perusahaan yang returnnya lebih besar dari rata-rata perusahaan sampel ada 2 perusahaan yaitu Sing Tell dan TatHong. Sedangkan perusahaan sampel lainnya return sahamnya lebih kecil dari rata-rata return perusahaan sampel.
Grafik 4.9. Rata-rata return saham Periode 2001-2006
rata-rata return saham
-200 0 200 400 600 800 1000
Gen Int Federal
Banjoo SSH Corp
ChipEngS Yongnam
HKLand Abterra
Xpress DBS
Tuan Sing e Starcruss
Allgreen Ascendasreit
Evergro Sing tell
Parkway TatHong
nama perusahaan
return saham
rata-rata return saham
Sumber : Lampiran 10
4.2.3. Market Return Singapore
Penelitian dilakukan pada periode 2001-2006, Dapat tabel 4.10 pada periode tersebut STI (strait time indexs) mengalami fluktuasi Market Return tertinggi terjadi pada quartal pertama tahun 2005 sebesar 7.05 % dan Market Return terendah terjadi pada quartal keempat tahun 2004 sebesar -0.87 % dan rata-rata Market Return di Singapore Stock Exchange sebesar 0.28 %.
Grafik 4.10. Market Return Singapore Periode 2001-2006
Strait Time Index
-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800
2001.1 2001.2
2001.3 2001.4
2002.1 2002.2
2002.3 2002.4
2003.1 2003.2
2003.3 2003.4
2004.1 2004.2
2004.3 2004.4
2005.1 2005.2
2005.3 2005.4
2006.1 2006.2
2006.3 2006.4
triwulan - tahun
market index
Strait time Index Tren
Sumber : Lampiran 11
4.2.4. Risk Free Rate Singapore
Risk Free Rate dalam penelitian menggunakan tingkat suku bunga SIBOR periode 2001-2006. Risk Free Rate merupakan komponen persamaan 2.6 dalam
pada triwulan kedua tahun 2003 sebesar 0.61 % dan rata-rata Risk Free Rate sebesar 1.68 %.
Grafik 4.11. Risk Free Rate Periode 2001-2006
Risk Free Rate
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4 triwulan - tahun
Risk Free Rate
Risk Free Rate Tren
Sumber : Lampiran 12
4.2.5. Risiko Sistematis Singapore
Expected return menurut model CAPM diambil dari periode 2001-2006.
Expected return dihitung dengan persamaan 2.6, salah satu komponennya adalah beta ( ), yang menunjukkan risiko sistematis. Untuk mengetahui nilai beta masing-masing perusahaan , maka digunakan persamaan 3.3 yang meregresi return saham masing-masing perusahaan dengan market return dan nilainya disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Nilai beta perusahaan sampel Periode 2001-2006
Nama Perusahaan Beta Keterangan
Gen Int 0.046 Defensive Stock
Federal 0.009 Defensive Stock
Banjoo -0.013 Defensive Stock
SSH Corp -0.036 Defensive Stock
ChipEngS -0.017 Defensive Stock
Yongnam -0.109 Defensive Stock
HKLand -0.005 Defensive Stock
Abterra 0.025 Defensive Stock
Xpress -0.016 Defensive Stock
DBS 7.57E-05 Defensive Stock
Tuan Sing -0.013 Defensive Stock
e Starcruss -0.019 Defensive Stock
Allgreen -0.014 Defensive Stock
Ascendasreit -0.214 Defensive Stock
Evergro 1.722 Aggressive Stock
Sing tell 0.365 Defensive Stock
Parkway 0.118 Defensive Stock
TatHong 0.748 Defensive Stock
rata-rata 0.143
Sumber : Lampiran 13
Nilai beta negatif menunjukkan jika market return naik maka return saham turun dan sebaliknya. Nilai beta kurang dari 1 dan benilai negatif (Defensive Stock) menunjukkan bahwa risiko saham lebih kecil dari risiko pasar, Jika nilai beta sama dengan satu berarti risiko saham sama dengan risiko pasar, dan apabila nilai beta lebih besar dari satu (Agrressive Stock) berarti risiko saham lebih besar atau lebih berisiko dari risiko pasar.
Yang termasuk Defensive Stock adalah Gen Int, Federal , Banjoo, SSH Corp, ChipEngS, Yongnam, HKLand, Abterra, Xpress, DBS, Tuan Sing, eStarcruss , Allgreen, Ascendasreit, Sing Tell, Parkway, dan TatHong. Yang termasuk Aggressive Stock adalah Evergro.
4.2.6. Variabel Makro Ekonomi.
Masing-masing variabel makro ekonomi dapat dideskripsikan sebagai berikut : a) Pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan
• Pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan Singapore
Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diwakili oleh pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) triwulan periode 2001-2006. GDP yang digunakan adalah GDP yang tidak diharapkan (Unexpected of economic growth rate) didapat dari hasil GDP aktual dikurangi dengan GDP yang diharapkan.
Unexpected of economic growth rate berfungsi untuk memberikan informasi mengenai variasi return saham perusahaan sampel dalam model APT. Dari grafik 4.12 juga dapat dilihat pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan tertinggi sebesar 4.82 % pada triwulan ketiga tahun 2001, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan sebesar -3.98 % pada triwulan pertama tahun 2001.
Grafik 4.12. Pertumbuhan Ekonomi singapore triwulan (%) Periode 2001-2006
GDP yang tidakdiharapkan
-10 -5 0 5 10 15
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4
triwulan-tahun
GDP GDP yang tidak diharakan
Tren
Sumber : Lampiran 14
b) Tingkat inflasi yang tidak diharapkan Singapore
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat inflasi yang tidak diharapkan (Unexpected of inflation).
Unexpected of inflation didapat dari tingkat inflasi aktual dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan Unexpected of inflation berfungsi untuk memberikan informasi mengenai variasi return saham perusahaan sampel dalam model APT. Dari grafik 4.13 juga dapat dilihat tingkat inflasi yang tidak diharapkan selama periode 0.07%. Tingkat inflasi tertinggi sebesar 5.06 % pada triwulan pertama tahun 2006. Tingkat inflasi terendah sebesar -2.66 % (deflasi) pada triwulan kedua tahun 2006.
Grafik 4.13. Tingkat inflasi singapore triwulan (%) Periode 2001-2006
inflasi yang tidak diharapkan
-2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
2001.Q1 2001.Q2
2001.Q3 2001.Q4
2002.Q1 2002.Q2
2002.Q3 2002.Q4
2003.Q1 2003.Q2
2003.Q3 2003.Q4
2004.Q1 2004.Q2
2004.Q3 2004.Q4
2005.Q1 2005.Q2
2005.Q3 2005.Q4
2006.Q1 2006.Q2
2006.Q3 2006.Q4
triwulan-tahun
inflasi
inflasi yang tidak diharapkan Tren
c) Suku bunga yang tidak diharapkan Singapore
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga yang tidak diharapkan (Unexpected of interest rate).
Unexpected of interest rate didapat dari tingkat inflasi aktual dikurangi dengan tingkat inflasi yang diharapkan Unexpected of interest rate berfungsi untuk memberikan informasi mengenai variasi return saham perusahaan sampel dalam model APT. Dari grafik 4.14 juga dapat dilihat suku bunga deposito bank pemerintah yang tidak diharapkan sebesar -0.81 %, suku bunga deposito bank pemerintah yang tidak diharapkan tertinggi sebesar 2.38 % pada triwulan keempat tahun 2003 dan suku bunga deposito bank pemerintah terendah pada triwulan pertama tahun 2001 sebesar -13.98 %.
Grafik 4.14. Suku bunga Singapore triwulan (%) Periode 2001-2006
Sumber : Lampiran 14
suku bunga yang tidak diharapkan
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
2001.Q1 2001.Q2 2001.Q3 2001.Q4 2002.Q1 2002.Q2 2002.Q3 2002.Q4 2003.Q1 2003.Q2 2003.Q3 2003.Q4 2004.Q1 2004.Q2 2004.Q3 2004.Q4 2005.Q1 2005.Q2 2005.Q3 2005.Q4 2006.Q1 2006.Q2 2006.Q3 2006.Q4
triwulan-tahun
suku bunga
suku bunga yang tidak diharapkan tren
4.2.7. Analisa Dan Hasil Penghitungan
1.2.7.1. Akurasi Hasil Penghitungan dengan CAPM Di Singapore
Berdasarkan data pada Grafik 4.15 dengan menggunakan model CAPM dapat dihitung expected return untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran 15. Hasil penghitungan akurasi model CAPM diukur atas dasar variabilitas (standar deviasi) expected return dengan actual return dan hasilnya tampak seperti pada Grafik 4.15.
Grafik 4.15. Standar Deviasi CAPM Periode 2001-2006
SD CAPM
0 50 100 150 200 250
Gen Int Federal
Banjoo SSH Corp
ChipEngS Yongnam
HKLand Abterra
Xpress DBS
Tuan Sing e Starcruss
Allgreen Ascendasreit
Evergro Sing tell
Parkway TatHong
Nama Perusahaan
SD SD CAPM
Sumber : Lampiran 15
4.2.7.2. Pengujian Terhadap Asumsi Klasik
Dalam pembentukkan model APT digunakan model regresi berganda. Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least Sequares/OLA) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier
a) Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel bebas terdapat korelasi. “Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas diantara sesama variabel bebas digunakan pengujian melalui korelasi pearson dengan melihat matrik korelasi anatar variabel bebas dari model regresi yang digunakan. Apabila dalam pengujian tersebut ternyata signifikan maka terjadi multikolinieritas dan sebaliknya.”
(Gujarati, 1997, p. 166)
Dari hasil pengujian dengan menggunakan korelasi pearson antar variabel bebas diperoleh nilai koefisien korelasi lebih kecil dari nilai kritisnya berarti korelasi antar variabel bebas tidak ada yang signifikan (lampiran).
Dengan demikian tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi yang digunakan. Pengujian dengan menggunakan korelasi pearson ini berlaku untuk 18 model regresi untuk 18 perusahaan, karena menggunakan variabel bebas yang sama.
b) Uji heteroskedastisitas
Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan mengunakan metode Spearman Rank Correlation. Jika hasil perhitungan nilai korelasi spearman lebih besar dari nilai kritisnya, maka terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya. Berdasarkan hasil pengujian korelasi spearman nilai residu terhadap masing-masing variabel bebas untuk 18 model regresi, menghasilkan nilai korelasi Spearman lebih kecil dari pada nilai kritisnya untuk semua kasus. Dengan demikian model regresi secara keseluruhan tidak terjadi heteroskedisitas.
c) Uji autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar serangkaian anggota data observasi yang diurutkan berdasarkan waktu.
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap terhadap nilai uji Durbin-Watson (D-W) dengan ketentuan sebagai berikut :
• Jika nilai D-W kurang dari 1,10 berarti ada autokorelasi
• Jika nilai D-W antara 1,10 dan 1,54 berarti ada kesimpulan
• Jika nilai D-W antara 1,55 dan 2,46 berarti tidak ada autokorelasi
• Jika nilai D-W antara 2,46 dan 2,90 berarti tanpa kesimpulan
• Lebih dari 2,91 berarti ada autokorelasi
Dari hasil perhitungan nilai D-W untuk 18 model regresi secara keseluruhan berkisar antara 1,55-2,46 (lampiran 18). Dengan demikian 18 model regresi secara keseluruhan tidak terjadi autokorelasi.
4.2.7.3.Akurasi Hasil Penghitungan dengan Model Arbitrage Pricing Theory (APT) Di Singapore
Berdasarkan data pada Grafik 4.16 dan lampiran 16 dan lampiran 17 dibentuklah model APT untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran. Dari lampiran tersebut dengan menggunakan data pada Grafik 4.16 dapat dihitung expected return untuk masing-masing perusahaan dan hasilnya tampak pada lampiran. Akurasi Hasil Penghitungan dengan model APT diukur atas dasar variabilitas (standar deviasi) expected return dengan actual return dan hasilnya tampak seperti pada Grafik 4.16.
Pada grafik 4.16 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model APT rata-rata standar deviasi return saham perusahaan sampel sebesar 24.631, standar deviasi return tertinggi diperoleh pada perusahaan TatHong sebesar 205.215, sedangkan standar deviasi return terendah sebesar 0.0115 diperoleh oleh ChipEngS.
Grafik 4.16. Standar Deviasi APT Periode 2001-2006
SD APT
0 50 100 150 200 250
Gen Int Federal
Banjoo SSH Corp
ChipEngS Yongnam
HKLand Abterra
Xpress DBS
Tuan Sing e Starcruss
Allgreen Ascendasreit
Evergro Sing tell
Parkway TatHong nama perusahaan
SD APT
SD APT
Sumber : Lampiran 17
4.2.8. Perbandingan Akurasi Hasil Penghitungan dengan Model CAPM dan Model APT Di Singapore
Dari tabel 4.7 tampak bahwa rata-rata standar deviasi hasil penghitungan dengan model CAPM sebesar 21.08691 lebih besar dibandingkan rata-rata standar deviasi hasil penghitungan dengan model APT sebesar 24.631. Hal ini secara deskriptif menunjukkan bahwa hasil penghitungan dengan model APT lebih akurat di bandingkan dengan hasil penghitungan dengan model CAPM, untuk mengetahui apakah akurasi hasil penghitungan model CAPM berbeda secara signifikan dibandingkan hasil penghitungan dengan model APT, maka perlu dilakukan pengujian secara statistik.
Hasil pengujian dengan menggunakan persamaan 3.11. Diperoleh t observasi sebesar -1.572, Dengan menggunakan = 5%, degree of freedom = n - 1= 18 - 1 = 17, maka diperoleh t tabel (0,05/2, 17) = 2.110, Karena - 1.572 < 2.11 maka gagal tolak Ho yang berarti tidak ada perbedaan secara sifgnifikan antara akurasi hasil penghitungan dengan model CAPM dan APT dalam memprediksi return saham.
Tabel 4.7. Standar Deviasi hasil penghitungan dengan Model CAPM dan APT Singapore Stock Exchange Periode 2001-2006
PerusahaanNama SD CAPM SD APT
Gen Int 4.043 0.052
Federal 4.328 0.081
Banjoo 4.128 0.033
SSH Corp 4.877 0.067
ChipEngS 4.754 0.012
Yongnam 22.989 22.216
HKLand 4.319 0.013
Abterra 4.329 0.160
Xpress 4.950 0.233
DBS 4.324 0.016
Tuan Sing 4.563 0.027
e Starcruss 4.142 0.035
Allgreen 9.613 1.243
Ascendasreit 6.864 0.953
Evergro 192.502 192.025
Sing tell 52.898 14.495
Parkway 3.404 6.488
TatHong 42.536 205.215
rata-rata 21.086 24.631
t tabel -1.572
t hitung 2.11
Sumber : Lampiran 15 -Lampiran 17
4.2.9.Koefisien Adjusted Determinasi (R2)
Market return yang diperoleh dari Strait Time Indeks menjelaskan variasi return saham sebesar 1.29 % yang ditunjukkan dari nilai rata-rata koefisien determinasi (R2) market model yang meregresikan tingkat return saham dan tingkat market return untuk mencari nilai beta yang dapat dilihat pada tabel 4.8.
Pada model APT, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak diharapkan, tingkat inflasi yang tidak diharapkan dan tingkat suku bunga yang tidak diharapkan menjelaskan variasi return saham sebesar 24.69 % yang ditunjukkan dari nilai rata-rata koefisien determinasi (R2) regresi berganda dalam model APT.
tingkat inflasi yang tidak diharapkan dan tingkat suku bunga yang tidak diharapkan menjelaskan variasi return saham.
Tabel 4.8. Koefisien Determinasi (R2) Model CAPM dan Model APT Singapore Stock Exchange Periode 2001-2006
NamaPerusahaan Adjusted R2
CAPM (%) Adjusted R2
APT (%)
Gen Int 8.7 0
Federal 0 0
Banjoo 0 18
SSH Corp 0 13.7
ChipEngS 0.6 20.5
Yongnam 0 0
HKLand 0 8.9
Abterra 0 0
Xpress 0 28.2
DBS 0 14.2
Tuan Sing 0 19.7
e Starcruss 0 6.3
Allgreen 0 14.9
Ascendasreit 10 0
Evergro 2.5 0
Sing tell 0 100
Parkway 0 100
TatHong 1.4 100
rata-rata 1.29 24.69
Penelitian model APT yang dilakukan oleh Roll dan Ross (1984) yang menjadi rujukan dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel makro ekonomi yang meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan suku bunga obligasi yang tidak diharapkan untuk mengestimasi return saham. Dalam penelitian ini, model APT menggunakan 3 (tiga) variabel yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga yang tidak diharapkan sedangkan suku bunga obligasi tidak digunakan karena obligasi yang ada di Bursa Efek Indonesia dan di Singapore Stock Exchange tidak aktif diperdagangkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roll dan Ross menunjukkan bahwa model APT lebih akurat daripada model CAPM. Hal ini ditunjukkan oleh adanya variabel tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga dan suku bunga obligasi yang digunakan model APT mampu