JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955
13
PENGARUH POLA AKTIVITAS FISIK DAN KETURUNAN TERHADAP
KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BANJAR
TAHUN 2017
OlehOman Rokhman
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar
Abstrak. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Australia, New Zealand, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar negeri 3 Banjar di Kota Banjar. Jenis penelitian ini adalah kasus – kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah dasar yang berusia 10 – 12 tahun, kelas IV, V dan VI sebanyak 196 sampel masing – masing : 98 kasus dan 98 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling, analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian pada analisa bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara asupan energi (p = 0,0001; OR = 28,36), asupan lemak (p = 0,0001; OR = 24,59), asupan protein (p = 0,0001; OR = 2,72), frekuensi makan (p = 0,0001; OR = 59,33), jenis makanan (p = 0,0001; OR = 34,15), aktivitas sedang (p = 0,0001; OR = 17,33), aktivitas berat (p = 0,0001; OR = 26,41), status gizi bapak (p = 0,001; OR = 3,63), status gizi ibu (p = 0,004 OR = 2,68), terhadap kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar negeri 3 Banjar. Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang paling dominan yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel asupan lemak (OR = 96,46). Kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar negeri 3 Banjar, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas fisik terutama aktivitas fisik berat dan sedang, sedangkan variabel keturunan tidak berpengaruh. Sesuai dengan hasil penelitian disarankan untuk menggiatkan kembali monitoring status gizi siswa melalui UKS yang telah ada, mengadakan penyuluhan pola hidup sehat secara berkala, penyuluhan gizi.
Kata kunci: Obesitas, Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik, Keturunan
Pendahuluan
Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada hakekatnya adalah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai pencerminan dari tujuan
pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum
dalam Sistim Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 1999).
Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan
di masyarakat, guna mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, salah satu di antaranya adalah
program peningkatan status gizi masyarakat (Depkes RI, 2001). Berkaitan dengan hal
tersebut, untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, tentunya
banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor pangan (unsur gizi), kesehatan,
pendidikan, informasi, teknologi dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian faktor tersebut,
unsur gizi memegang peranan penting (Aritonang, 2003).
Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara berkembang, terutama
populasi kepulauan pasifik dan negara Asia tertentu. Indonesia pada saat ini mengalami
permasalahan beban ganda masalah gizi, di mana ketika permasalahan gizi kurang belum
terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Fenomena ini sering dikenal dengan
sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia Baru.
JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955
14
Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit
degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia
(Hamam, 2005).
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah,
antara lain sosial ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi, dimana anak yang berasal
dari keluarga ekonomi tinggi, cenderung mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak
tinggi. Secara singkat, gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi
dengan energi yang digunakan. Hasil penelitian Padmiari (2002) di Denpasar, diperoleh
ada hubungan fast food dengan penelitian Ismael (1999) di Yogyakarta, bahwa ada
hubungan antara pengalaman mengkonsumsi fast food dengan obesitas, dengan prevalensi
8,5% pada anak perempuan dan 10,5% pada anak laki-laki (Hamam, 2005).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diketahui pengaruh pola konsumsi,
aktivitas fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada
siswa/i sekolah dasar negeri 3 Banjar.
Tinjauan Pustaka
A. Obesitas
Obesitas merupakan masalah epidemik yang mengglobal dan akan menjadi lebih
buruk, jika diikuti dengan semua konsekuensi obesitas yang ditimbulkannya. Di negara
maju seperti Eropa, USA, Australia dilaporkan prevalensinya tinggi sampai sedang dan
cenderung meningkat lebih ekstrim. Sebagai contoh, World Health Organization (1998),
melaporkan lebih dari 70% populasi dewasa kepulauan Polynesia dan Samoa adalah
obesitas. DM type-2, Penyakit Jantung Koroner (PJK), peningkatan insiden kanker paru
tertentu, gangguan obstruktif sleep opnoe, osteoarthritis pada sendi besar dan kecil.
Secara perlahan kelebihan berat badan lebih dari 10 tahun akan menimbulkan hipertensi.
Obesitas tidak lagi dianggap sebagai masalah kosmetik sederhana, tetapi harus
mempertimbangkan dan melibatkan secara efektif masalah epidemiologi untuk
pencegahan dan managemen obesitas (Hamam, 2005).
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif
seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan
protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori
dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi (Krisno, 2002).
B.
Aktivitas fisik
Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang
dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga cenderung pada
orang-orang yang kurang melakukan aktivitas menjadi gemuk (Salam, 1989). Hasil
penelitian Subardja dkk (2000) menjelaskan bila dibandingkan besarnya hubungan antara
pola makan dan aktivitas fisik, ternyata aktivitas fisik lebih berhubungan dengan terjadinya
obesitas pada anak. Hal ini mencerminkan bahwa, pola hidup sedentary berkontribusi
dalam terjadinya obesitas pada anak.
Metode
Untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik dan keturunan pada
kejadian obesitas anak di SD Swasta Kecamatan Medan Baru Kota Medan digunakan
rancangan penelitian case control. Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran
kepustakaan,konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data
dananalisa data, serta penyusunan laporan akhir.
JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955
15
Pembahasan
Karakteristik responden
Hasil penelitian terhadap 196 siswa sekolah dasar negeri 3 Banjar, seperti pada tabel
berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Asupan Energi, Lemak dan Protein pada Sekolah Dasar Negeri 3 Banjar
Obes
Tdk Obes
NoJenis Asupan OR(95% CI) P
n %
n %
1
Energi :
>2056,1kkal/hari 82 83,7 15 5,3 28,36 13,161-61,105 0,0001
2056,1kkal/hari 16 16,3 83 84,7
Jumlah
98
100,0
98
100,0
2
Lemak :
80
81,6
15 15,3 24,59 11,607-52,108 0,0001
> 69,6 gr/hari
69,6 gr/hari
18
18,4
83 84,7
Jumlah
98
100,0
98
100,0
3
Protein :
> 75,8 gr/hari
61
62,2
37 37,8 2,718
1,526-4,843 0,0001
75,8 gr/hari
37
37,8
61 62,2
Jumlah
98 100,0
98 100,0
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa asupan energi > 2056,1 kkal/hari
sebanyak 83,7% dimiliki oleh kelompok siswa yang obesitas, sementara yang
memiliki asupan energi 2056,1 kkal/hari ada 16,3%. Sebaliknya siswa yang tidak
mengalami obesitas 84,7% memiliki asupan energi 2056,1 kkal/hari, sedangkan yang
memiliki asupan energi > 2056,1 kkal/hari sebanyak 15,3%.
Hasil analisa bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang
bermakna antara asupan energi > 2056,1 kkal/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR
28,36 (95% CI : 13,161-61,105) artinya siswa yang obesitas risikonya 28 kali lebih
besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas
apabila asupan energinya > 2056,1 kkal/hari.
Tabel 3.1 juga menunjukkan bahwa asupan lemak > 69,6 gr/hari terdapat
pada siswa yang obesitas yaitu sebanyak 81,6%, sedangkan pada siswa yang tidak
obesitas sebanyak 15,3%. Sementara asupan lemak 69,6 gr/hari sebanyak 18,4%
terdapat pada siswa yang obesitas, sedangkan siswa yang tidak obesitas memiliki
asupan lemak 69,6 gr/hari sebanyak 84,7%.
Berdasarkan uji bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang
bermakna antara asupan lemak > 69,6 gr/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 24,59
(95% CI : 11,607-52,108) artinya siswa yang obesitas risikonya 25 kali lebih besar
akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila
asupan lemaknya > 69,6 gr/hari.
Hasil analisa bivariat terhadap asupan protein juga memberi gambaran bahwa 62,2% siswa yang obesitas memiliki asupan protein sebesar > 75,8 gr/hari, sedangkan yang memiliki asupan protein 75,8 gr/hari sebanyak 37,8%. Namun untuk siswa yang tidak obesitas, asupan protein memiliki nilai yang kebalikannya.
Berdasarakan uji bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang
bermakna antara asupan protein > 75,8 gr/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 2,7
(95% CI : 1,526-4,847) artinya siswa yang obesitas risikonya sebesar 2,7 kali lebih
besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila
asupan proteinnya > 75,8 gr/hari.
JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955
16
Persentase energi dan protein dari angka kecukupan gizi antara kelompok
obesitas dan tidak obesitas diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang
bermakna antara asupan energi > 100% AKG dengan kejadian obesitas. Nilai OR
17,33 (95% CI : 7,972-37,689) artinya siswa yang obesitas risikonya 17 kali lebih
besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila
asupan energinya > 100% AKG. Asupan protein > 100% AKG diperoleh nilai p <
0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan protein > 100% AKG dengan
kejadian obesitas. Nilai OR 2,167 (95% CI : 1,852-2,535) artinya siswa yang obesitas
risikonya 2 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok
tidak obesitas apabila asupan proteinnya > 100% AKG.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
kesimpulan, sebagai berikut :
1.
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas siswa sekolah dasar pada
sekolah dasar negeri 3 Banjar
adalah asupan lemak, asupan energi, frekuensi
makan, jenis makanan dan aktivitas fisik terutama aktivitas fisik berat dan
sedang. Sedangkan faktor keturunan yang berkaitan dengan obesitas orang tua
tidak mempengaruhi kejadian obesitas.
2.
Berdasarkan analisa yang dilakukan ternyata asupan lemak memiliki pengaruh
paling besar terhadap kejadian obesitas
sekolah dasar negeri 3 Banjar.
Daftar Pustaka
Abunain, Djumadias., 1990Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi di
Indonesia. Gizi Indonesia Volume XIV No. 2 Jakarta ; Akademi Gizi Depkes
RI.
Ana Medawati, Hanan Hadi, I.D.P. Pramantara, , 2005. Hubungan antara Asupan Emergi, Asupan Lemak dan Obesitas pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Anjali Jain, M.D., 2004. What Works for Obesity, A Summary of the Research behind
Obesity Interventions, BMJ Publishing Group, London, UK.
Aritonang, E. Siagian Albiner., 2003. Hubungan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih
pada Anak TK di Kotamadya Medan Tahun 2003. Lembaga Penelitian
Universitas Sumatera Utara.
BAPPENAS, 2004. Relevansi Paket Pelayanan Kesehatan Dasar dalam Mencapai
Target Nasional dan Komitmen Global. Jakarta.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2000. 1600 Cliffon Rd, Atlanta,
GA 30333, USA.
Cook T, Rutis Houser I & Seelig. M, 2001. Comparable Data on Food and Nutrient
Intake.
Dietz, W.D., Gortmaker, S.L., 2001. Preventing Obesity in Children and Adolescents.
Annu Rev Pub Health, 2
Hamam Hadi, 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Herini, E.S. 1999. Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, dalam Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. XV.
Imam, Sukiman, 2005. Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan. Makalah
Penetapan Guru Besar Fakultas Kedokteran Bidang Bidang Ilmu Patologi Klinik
Universitas Sumatera Utara, Medan.
JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955
17