• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Mikroemulsi-Gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) sebagai Antioksidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Formulasi dan Evaluasi Sediaan Mikroemulsi-Gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) sebagai Antioksidan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Mikroemulsi-Gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) sebagai Antioksidan

BUNGA NUR CAHAYANIK TAMBOTO

Program Studi S1 Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Daun Cincau hitam (Mesona palustris BL.) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan kuat akibat adanya senyawa flavonoid, ekstrak etanol daun cincau hitam diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Senyawa antioksidan diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal (transdermal) seperti mikroemulsi-gel karena berkaitan dengan sistem penghantaran obat (Drug Delivery System) untuk meningkatkan bioavailabilitas zat aktif. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi basis mikroemulsi dengan perbandingan formula antara campuran minyak surfaktan dan kosurfaktan, optimasi gelling agent, optimasi basis mikroemulsi-gel, penentuan ukuran partikel dengan alat particle size analyser DelsaTM nano C, formulasi sediaan mikreomulsi-gel ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) dengan 3 variasi konsentrasi F15%, F210%, dan F315%, dievaluasi kestabilan fisik meliputi pH, viskositas, sentrifugasi, dan freezethaw serta pengujian efektivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS dan nilai IC50 yang dihasilkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa F10 merupakan formulasi yang paling memenuhi persyaratan farmasetik dengan hasil uji efektivitas antioksidan pada IC50 sebesar 70,63 𝜇g/mL.

Kata Kunci : Mikroemulsi-Gel, Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.), Antioksidan.

Pendahuluan

Ekstrak daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat akibat adanya senyawa fenol. senyawa antioksidan dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal (transdermal) seperti mikroemulsi (Ardyan, 2007). Berkaitan dengan sistem penghantaran obat (Drug

Delivery System) untuk meningkatkan

bioavailabilitas zat aktif. Sediaan mikroemulsi lebih disukai karena stabilitasnya lebih baik, lebih mudah menembus kulit dengan ukuran partikel yang kecil, meningkatkan absorpsi zat aktif, meningkatkan

penetrasi melalui kulit dan dapat meningkatkan permeabilitas dari zat aktif (Kogan dan Garti 2006 ; Chandra dan Sharma, 2008). Sediaan

mikroemulsi umumnya memiliki

viskositas yang rendah oleh karena itu ekstrak daun cincau hitam (Mesona

palustris BL.) diformulasikan dengan

penambahan gelling agent. untuk meningkatkan viskositas dari sediaan mikroemulsi-gel yang akan dibuat sehingga pemberian ekstrak daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) secara transdermal menjadi lebih nyaman untuk dipakai.

(2)

Metode

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi timbangan analitik (Precisa®), bejana maserasi (Pyrex), sendok tanduk, spatel, tabung reaksi (Pyrex), rak tabung, gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), cawan porselin, kaca arloji, rotary evaporator (Heildolf®), , Hot Plate, Magnetic Stirrer, pH meter, sentrifugasi, particle size analyser (DelsaTM Nano C, Beckman Coulter), mikroskop digital (Dino Lite) spektrofotometer tipe UV/VIS,.

Bahan yang digunakan meliputi simplisia daun cincau hitam (Mesona

palustris B.), etanol 96 %, NaOH, sweet almond oil, DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) plantacare, tween 80/polysorbate 80, gliserin, PEG 400, propilen glikol, viscolam®, alfa tokoferol, triethanolamine, alfatokoferol (Vitamin. E), DMDM Hydantoin dan dapar sitrat.

Ekstraksi Maserasi

Haksel daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) sebanyak 250

g dimasukkan kedalam bejana

maserasi kemudian ditambahkan dengan etanol 96 % sampai semua haksel terendam sempurna.

Skrinning Fitokimia

Skrinning fitokimia dilakukan dengan beberapa metode. Metode

yang pertama adalah dengan

penambahan pereaksi NaOH 10%,

metode Wilstater dengan

penambahan beberapa tetes HCl dan serbuk Mg dan metode Bate-Smith dengan penambahan HCl kemudian dipanaskan . Jika terjadi perubahan warna jingga, merah, dan kuning

maka positif (+) mengandung

flavonoid.

Optimasi Basis Mikroemulsi

Optimasi basis mikroemulsi dengan mencampurkan surfaktan tween 80, kosurfaktan PEG-400,

sweet almond oil, dan air distirrer

pada kecepatan 200 rpm, dilakukan pengamatan selama 24 jam terhadap tingkat kekeruhan dan kemudian dilanjutkan dengan uji sentrifugasi.

Optimasi Basis Gel

Optimasi basis gel Viscolam® menggunakan viscolam® yang dibuat dalam 3 variasi konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%.

Optimasi Basis Mikroemulsi-Gel

Viscolam® dengan konsentrasi 2,5% dipilih sebagai gelling agent

dalam basis mikroemulsi-gel.

Viscolam® dengan konstentrasi 2,5% tersebut ditambahkan ke dalam basis mikroemulsi. Basis mikroemulsi-gel yang memberikan tampilan fisik yang jernih dengan viskositas yang sesuai ditentukan ukuran partikelnya menggunakan particle size analyser.

Pembuatan sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.)

Basis Mikroemulsi-gel yang telah memberikan tampilan fisik yang jernih ditambahkan dengan ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona

palustris BL.) diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm selama 15 menit.

Evaluasi Sediaan Mikroemulsi-Gel 1. Evaluasi pH

Pengukuran pH sediaan dapat diukur dengan menggunakan alat potensiometrik (pH meter).

2. Evaluasi Viskositas

Pengukuran dilakukan dengan

Viscometer Brookfield. Wadah

diisi ± 250 mL dengan sediaan yang akan diuji lalu dipasang spindle yang sesuai.

(3)

3. Evaluasi Freeze-thaw

Sediaan mikroemulsi-gel disimpan pada suhu 400C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40C selama 24 jam, proses ini dihitung 1 siklus. Percobaan ini diulang sampai 7 siklus,

4. Evaluasi Sentrifugasi

Sediaan mikroemulsi-gel

dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam.

Uji Efektivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.)

1. Pembuatan larutan DPPH

Larutan pereaksi adalah larutan DPPH 0,5 mM dalam pelarut etanol yang dibuat dengan menimbang 0,018 g serbuk DPPH kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL ditambahkan ke dalamnya etanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan konsentrasi 0,5 mM yang dihitung terhadap BM DPPH sebesar 394,32 g/mol.

2. Pengukuran aktivitas antioksidan blangko

Sebanyak 1 mL DPPH 0,5 mM ditambah dengan etanol p.a. hingga volume 4 mL kemudian

divorteks hingga homogen.

Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 400-700 nm.

3. Uji aktivitas antioskidan sediaan mikroemulsi-gel ekstrak etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.)

Pengujian aktivitas

antioksidan dari sediaan

mikroemulsi-ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris

BL.) dilakukan dengan

memasukkan sebanyak 1 ml sediaan sediaan mikroemulsi-ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.), 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian divorteks dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.

4. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan kontrol positif (Vitamin E)

Pengujian aktivitas

antioksidan dari larutan kontrol positif, yakni vitamin E, dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml larutan vitamin E, 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian

divorteks dan dibaca

absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.Besarnya daya antioksidan diukur dengan rumus: 𝐻𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖) = 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 𝑥 100 % Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (μg/mL) yang mampu memberikan persen peredaman radikal sebanyak 50% dibanding kontrol melalui suatu persamaan garis. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50% daya hambatan dengan sumbu konsentrasi, kemudian masukkan kepersamaan y = a + bx dimana y = 50 dan nilai x menunjukkan IC50. Menurut Blois (1958) dalam Hanani (2005), suatu bahan dapat dikatakan sebagai antioksidan yang kuat jika memiliki nilai IC50 < 200 μg/mL.

(4)

Hasil

Tabel 1 Hasil ekstrak yang diperoleh Berat Sampel (gram) Pelarut Etanol (mL) Berat Ektrak (gram) 250 4500 6,4885

Proses maserasi ini dilakukan selama 3×24 jam, dan setiap 24 jam pelarut diganti dengan pelarut yang baru hingga filtrat yang dihasilkan tidak berwarna. Hasil ekstraksi yang

diperoleh dipekatkan dengan

menggunakan alat rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, dan dilanjutkan dengan pengeringan di dalam lemari pengering pada suhu 50oC.

Tabel 2 Hasil Skrinning Fitokimia Senyaw

a

Pereak si

Hasil Uji Keterang an Flavonoi d NaOH 10 % Hijau (-) Flavonoi d HCL Kuning Kecoklat an (+) Flavonoi d HCL + Serbuk Mg Kuning (+)

Semula sampel yang berwarna

hijau setelah dilakukan pengujian

menggunakan metode Wilstater

dengan penambahan HCl dan serbuk

Magnesium (Mg) menunjukkan

perubahan warna kuning yang berarti ekstrak cair daun cincau hitam (+) mengandung flavonoid, flavonoid merupakan senyawa fenol yang oleh

penambahan zat asam maupun

amoniak akan memberikan perubahan warna sehingga mudah terdeteksi (Harborne, 1987). Metode yang ke 3 yaitu metode Bate-Smith dengan penambahan beberapa tetes pereaksi HCl kemudian dipanaskan selama

beberapa menit menunjukkan

perubahan warna kuning kecoklatan yang berarti pengujian dengan

metode ini membuktikan bahwa

ekstrak daun cincau hitam

mengandung senyawa flavonoid (+) (Satyajit, et al., 2009).

Optimasi basis mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan hasil pada F10 dan F11 memberikan tampilan fisik yang jernih dan tidak terjadi pemisahan antar fase setelah dilakukan sentrifugasi. Untuk F1 sampai dengan F9 tidak terbentuk basis mikroemulsi dengan tampilan fisik yang jernih setelah disentrifugasi karena memperlihatkan tampilan fisik yang keruh dan terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air, hal ini dikarenakan campuran surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan belum

mampu menurunkan tegangan

permukaan dan melapisi pemukaan globul antara fase minyak dan fase air.

Optimasi terhadap gelling agent yang akan digunakan sebagai basis gel dalam memformulasi sediaan mikroemulsi-gel. Gelling agent

memiliki beberapa keuntungan yaitu memberikan efek pendinginan pada kulit saat digunakan, dan daya lekat yang tinggi karena pembentukan lapisan film pada permukaan kulit.

Gelling agent yang digunakan dalam

penelitian ini adalah viscolam®.

Viscolam® adalah polimer emulsi alkali yang dapat mengembang dan khusus dirancang untuk memberikan penebalan dan sifat menstabilkan produk berbasis surfaktan. Tujuan dalam penggunaan gelling agent dalam formulasi sediaan mikroemulsi ini adalah untuk meningkatkan viskositas dari sediaan mikroemulsi. Tabel 4 menunjukkan hasil optimasi basis gel pada F1, F2 dan F3 memberikan tampilan fisik yang

(5)

jernih. Dipilih konsentrasi basis gel

pada F1 dengan konsentrasi

Viscolam® 2,5 %, setelah diperoleh basis mikroemulsi dan basis gel yang sesuai tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan optimasi basis mikroemulsi-gel. Bahan F1 (%) F2 (%) F3 (%) Viscolam 2,5 5 7,5 TEA q.s q.s q.s Aquadest Add 100 100 100 Hasil J J J

Antara tahap optimasi basis mikroemulsi dan basis mikroemulsi-gel memiliki sedikit perbedaan yaitu pada optimasi basis mikroemulsi-gel, sudah ditambahkan gelling agent. Berdasarkan hasil optimasi basis mikroemulsi dan optimasi basis gel dengan variasi konsentrasi viscolam® sebagai gelling agent. Viscolam®

dengan konsentrasi 2,5%

ditambahkan ke dalam basis

mikroemulsi pada F10. Basis mikroemulsi-gel yang memberikan tampilan fisik yang jernih dengan viskositas yang sesuai yaitu pada F10

hasilnya menunjukkan bahwa

optimasi basis mikroemulsi-gel pada F10 memberikan tampilan fisik yang jernih dan tidak terjadi pemisahan setelah disentrifugasi. Hasil Optimasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Dalam pembuatan sediaan

mikreomulsi-gel dengan variasi konsentrasi ekstrak entanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.)

5%, 10%, dan 15%. Dalam

pembuatan sediaan mikroemulsi-gel ini digunakan minyak yaitu Sweet

almond oil. Sweet almond oil pada

umumnya bersifat tidak toksik dan tidak mengiritasi. Sweet almond oil berfungsi sebagai emollient, minyak

pembawa, dan pelarut, selain itu

sweet almond oil merupakan minyak

yang tidak mudah tengik dan tidak memiliki sifat incompatible dengan bahan apapun (Rowe, et al., 2009). Kemudian untuk surfaktan yang digunakan adalah Tween 80 yang berfungsi sebagai agen pengemulsi, surfaktan nonionik, dan agen pembasah yang tidak toksik dan tidak

mengiritasi, berfungsi untuk

menurunkan tegangan permukaan (Rowe, et al., 2009 ; Zha, et al., 2009). PEG 400 dalam formulasi ini digunakan sebagai kosurfaktan, pada umumnya PEG 400 digunakan dalam formulasi farmasetik untuk sediaan topikal., zat hidrofilik yang dasarnya

non irritant untuk kulit (Rowe, et al.,

2009). Viscolam® sebagai gelling

agent, yang dikombinasikan dengan

triethanolamine (TEA) sebagai agen pengalkali untuk mendapatkan sifat mengembang dari gel (Lachman,

1994). Alfatokoferol sebagai

antioksidan untuk mencegah

teroksidasinya sediaan mikroemulsi-gel. DMDM Hydantoin sebagai

pengawet untuk mencegah

kontaminasi mikroorganisme dalam sediaan (Amalliyah, 2013), Buffering

agent untuk mempertahankan pH

sediaan yaitu dapar sitrat dan pembawa air suling/aquadest. Hasil Formulasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Evaluasi stabilitas sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.). Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi organoleptis, pH, evaluasi viskositas, sentrifugasi dan

freeze-thaw. Pada tabel 6

menunjukkan hasil evaluasi

organoleptis yang menunjukkan sediaan mikroemulsi-gel ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona

(6)

palustris BL.) memberikan tampilan

fisik yang jernih, berwarna hijau bening dengan homogenitas yang baik. Dilanjutkan dengan evaluasi pH, pengukuran pH sediaan diukur

dengan menggunakan alat

potensiometrik (pH meter),

pengukuran dilakukan pada suhu ruang yaitu 25 ± 20C (Depkes RI, 1995). Tabel 7 Menunjukkan hasil evaluasi pH sediaan Mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) pada T0 sampai T30 pada suhu kamar yang menunjukkan pH sediaan berkisar 7.

pH yang dihasilkan tidak

menunjukkan perbedaan yang

signifikan setelah dilakukan analisis

Anova Oneway. Tahap evaluasi

berikutnya adalah evaluasi viskositas, evaluasi viskositas dilakukan untuk melihat kenaikan viskositas, kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan (Djajadisastra, 2004), dimana pengukuran dilakukan dengan Viscometer Brookfield. Tabel 8 Menunjukkan hasil evaluasi viskositas sediaan Mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) pada T0 sampai T30 pada suhu kamar yang

dihasilkan tidak memberikan

perbedaan yang signifikan

berdasarkan pada analisis Anova

Oneway. Evaluasi selanjutnya adalah

evaluasi freeze-thaw, evaluasi dilakukan pada suhu ekstrim, dalam tahap ini sediaan mikroemulsi disimpan pada suhu 400C selama 48 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40C selama 48 jam, proses ini dihitung 1 siklus. Percobaan ini diulang sampai 7 siklus, kemudian hasil dari cycling test ini dibandingkan dengan sediaan kontrol sebelumnya. Tabel 9 Menunjukkan

hasil evaluasi freeze thaw sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) selama 7 siklus untuk melihat terjadi pemisahan fase dari sediaan mikroemulsi-gel. Hasil menunjukkan

tidak adanya perbedaan yang

signifikan antara stabilitas sediaan

mikroemulsi-gel kontrol dan

stabilitas sediaan mikroemulsi-gel setelah dipapar pada suhu ekstrim.

Uji efektivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun cincau hitam dalam penelitian ini menggunakan larutan blangko DPPH, dengan nilai serapan 0,0486 dengan nilai panjang gelombang 517 nm, larutan vitamin E sebagai larutan kontrol positif, absorbansinya sebesar 0,0083, dan absorbansi dari sediaan mikroemulsi ekstrak etanol daun cincau hitam

(Mesona palustris BL.) pada

konsentrasi 5% 0,367, 10% 0,355, 15% sebesar 0,348, memperoleh regresi Y= 16,01x + 24,61 r2=0,9999 dengan nilai IC50 = 70,63 𝜇g/mL. Jika dibandingkan dengan larutan kontrol yaitu vitamin E dalam pengujian efektivitas antioksidan, vitamin E memiliki efektivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan efektivitas antioksidan yang dimiliki oleh sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam. Efektivitas peredaman radikal bebas yang dimiliki oleh vitamin E dilihat melalui nilai IC50 yang diperoleh adalah sebesar 2,38 𝜇g/mL yang dapat dilihat pada tabel 11 hasil uji efektivitas antioksidan menggunakan sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona

palustris BL.) dalam peredaman

radikal bebas (DPPH).

1. Sediaan mikroemulsi-gel ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona

(7)

palustris BL.) memiliki efektivitas

sebagai antioksidan dengan persen peredaman radikal bebas nilai IC50

(Inhibition Concentration 50) sebesar 70,63 𝜇g/mL.

Tabel 4 Optimasi Basis Mikroemulsi Perbandingan Minyak, Campuran Surfaktan dan Kosurfaktan

Tabel. 5 Hasil Basis Mikroemulsi-Gel

Tabel 6 Hasil Formulasi Mikroemulsi-gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.)

Bahan

Formula %

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11

1:1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10 1:11 Sweet almond oil 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Tween 80 3,5 7,5 10,5 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 PEG 400 1,5 2,5 4,5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 Air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Evaluasi kejernihan K K K K K K K K AK J J Evaluasi sentrifugasi M M M M M M M M M TM TM Evaluasi pH 7,05 6,98 7,13 7,09 6,97 7,09 7,02 7,01 7,08 7,09 7,11 Bahan Formula % F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10 1:11 Sweet almond oil 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Tween 80 3,5 7,5 10,5 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 PEG 400 1,5 2,5 4,5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 Viscolam 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 TEA q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s Air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Evaluasi kejernihan K K K K K K K K AK J J Evaluasi sentrifugasi M M M M M M M M M TM TM Evaluasi pH 7,23 7,21 7,16 7,18 7,22 7,21 7,21 7,25 7,23 7,25 7,27 Bahan Formula % F10A F10B F10C 1:10 1:10 1:10

Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.)

5 10 15

Sweet Almond Oil 5 5 5

Tween 80 27,5 27,5 27,5 PEG 400 22,5 22,5 22,5 Viscolam 2,5 2,5 2,5 TEA q.s q.s q.s α tokoferol 0,05 0,05 0,05 DMDM Hydantoin 0,1 0,1 0,1 Asam Sitrat 0,324 0,324 0,324 Natrium Sitrat 1,79 1,79 1,79

(8)

Tabel 7 Hasil Evaluasi Organoleptis Pada Suhu Kamar

Pengamatan F10A F10B F10C

Organoleptis

Hijau bening Berbau khas cincau

Jernih/Homogen

Hijau bening Berbau khas cincau

Jernih/Homogen

Hijau bening Berbau khas

cincau Jernih/Homogen Tabel 8 Hasil Evaluasi stabilitas pH Pada Suhu Kamar

Waktu/T (hari) pH F1 5 % F2 10 % F3 15 % 0 7,57 ± 0,02 7,42 ± 0,01 7,51 ± 0,02 5 7,48 ± 0,01 7,33 ± 0,02 7,32 ± 0,03 10 7,31 ± 0,01 7,32 ± 0,02 7,39 ± 0,02 15 7,26 ± 0,03 7,22 ± 0,02 7,19 ± 0,02 20 7,14 ± 0,02 7,13 ± 0,01 7,22 ± 0,03 25 7,28 + 0,01 7,21 ± 0,02 7,26 ± 0,02 30 7,61 ± 0,02 7,51 ± 0,02 7,68 ± 0,01

Tabel 9 Hasil Evaluasi Stabilitas Sentrifugasi Waktu/T (hari) Sentrifugasi

F1 5 % F2 10 % F3 15 %

0-30 (-) (-) (-)

Tabel 10 Hasil Evaluasi Freeze-Thaw Pada Suhu Ekstrim

Waktu/T (hari) pH F1 5 % F2 10 % F3 15 % 0 7,49 ± 0,01 7,43 ± 0,03 7,47 ± 0,02 5 7,49 ± 0,02 7,31 ± 0,02 7,32 ± 0,02 10 7,32 ± 0,01 7,28 ± 0,01 7,40 ± 0,02 15 7,26 ± 0,03 7,22 ± 0,02 7,23 ± 0,02 20 7,37 ± 0,02 7,25 ± 0,02 7,33 ± 0,03 25 7,26 ± 0,02 7,25 ± 0,02 7,43 ± 0,04 30 7,60 ± 0,01 7,65 ± 0,02 7,71 ± 0,02

Waktu/T (hari) Viskositas

F1 5 % F2 10 % F3 15 % 0 1.553 ± 5,29 1.539 ± 2 1.547 ± 2,51 5 1.573 ± 5,29 1.543 ± 3,21 1.478 ± 2,51 10 1.571 ± 3,21 1.572 ± 4,04 1.577 ± 2 15 1.574 ± 4,04 1.583 ± 4,16 1.589 ± 3,05 20 1.584 ± 4,58 1.587 ± 1,15 1.580 ± 7,57 25 1.589 ± 2,51 1.570 ± 6,24 1.593 ± 3,60 30 1.591 ± 4,58 1.583 ± 5,13 1.595 ± 5,29

Tabel 11 Hasil Perhitungan IC50 sediaan mikroemulsi-gel dari ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) larutan kontrol positif (Vitamin E p.a)

For mul a Konsentrasi (mg/l) Log konsentrasi (x) Pengikatan DPPH (%) Probit (Y) Persamaa n Garis Linear IC50 (𝝁g/ ml) I 0,05 -1,3010 24,48 4,29 Y= 16,01x + 24,61 70,63 Aquadest Add 100 100 100 Evaluasi Kejernihan J J J

(9)

0,1 -1 26,95 4,37 r

2=0,9999

0,15 -0,8239 28,39 4,42

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) dapat diformulasikan

dalam bentuk sediaan

mikroemulsi-gel pada (F10) dengan tampilan fisik yang jernih, pH, viskositas, dan

Freezethaw yang memenuhi

persyaratan farmasetik. 2. Sediaan mikroemulsi-gel

ekstrak etanol daun cincau hitam (Mesona palustris BL.) memiliki efektivitas sebagai antioksidan dengan persen peredaman radikal bebas nilai IC50 (Inhibition

Concentration 50) sebesar

70,63 𝜇g/mL.

DAFTAR PUSTAKA

Amalliyah, B. 2013. Stabilitas

Fisika Sediaan Body Scrub Mengandung Bekatul, Rice Bran Oil, virgin Coconut Oil (VCO), Kopi dan Ekstrak Aloevera Dengan Bahan

Pengawet DMDM Hydantoin dan Natrium Benzoat. Jurnal

Ilmiah. Surabaya: Universitas Surabaya

Amrun, M, Umayah E. 2007. Uji

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Metanol Beberapa varian buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L) dari daerah Jember, Berk. Penel.

Hayati

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar

Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta : UI Press.

Ardyan,T.,2007.Cincau Hitam Untuk

Pelangsing.http://www.tabloidpos mo.com.[25 Mei 2009].

Bakan, J. A. 1995. Microemulsion. In: Swarbrick, J., J. C. Boylan (eds.).

1995. Encyclopedia of

Pharmaceutical Technology,

Volume 9. New York: Marcel Dekker, Inc.

Bakrie, A.S. 2011. Pengaruh

Emulgator Novemer® dan Viscolam® Terhadap Kestabilan

Fisik Krim Dari Kombinasi Ekstrak Etanol Akar Marbel (Morus alba L.) dan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa boerl) Diambil dari Sampel Konsentrasi (mg/l) Log konsentrasi (x) Pengikata n DPPH (%) Probit (Y) Persamaa n Garis Linear IC50 (𝝁g/ ml) Vit. E 0,05 -1,3010 97,96 6,96 Y= 14,49 x + (-28,80) r2=0,963 2,38 0,1 -1 98,04 7,05 0,15 -0,8239 98,51 7,19

(10)

http://www.scribd.com/doc/11231 2113/3/11-3-2Hubungan Melanin-dengan-pigmentasi diakses pada tanggal 11 februari 2015 pukul 01.00 WITA

Balin AK, Allen BG. 1986.

Mechanisms Of Biologic Aging.

Dermatol Clin 4

Baughmann, Leslie. 2002. Cosmetic

Dermatology: Principles and Practices. New York: The McGraw-Hill Companies

Beckman Keneth B, Bruce N. Amies, 1998. The Free Radical Theory Of Aging Matures. Physiol Rev. Bumi, M. 2010 Sistem Pakar Untuk

Mendeteksi Penyakit Kulit Dan Kelamin Dengan Metode Forward Chaining. Jawa Timur: Universitas

Pembangunan Nasional

Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar

Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:

Penerbit Erlangga

Chandra, A., & Sharma, P.K. (2008, November 3). Microemulsions : A Overview. Januari 5, 2012 . http://www.pharmainfo.net/revie ws/microemulsions8 overview.!!

Dalle CM, Pathak MA. 1992. Skin Photosensitizing Agents And The

Role Of Reactive Oxygen

Species In Photoaging, Photochem photobiol

Debnath, S., Satayanarayana, dan

Kumar, G. V. 2011.

Nanoemulsion-A Method to Improve The Solubility of Lipophilic Drugs, Pharmanest.

Dirjen POM. 1979. Farmakope

Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta.:

Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope

Indonesia Edisi IV. Jakarta.:

Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Djajadisastra,J., A. Mun’im dan Dessy. N.P. 2009. Formulasi gel

Topikal dari Ekstrak Nerii Follium dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn M., E. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients.

Lexi-Comp: American

(11)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Jurnal yang berjudul Formulasi dan Evaluasi sediaan Mikroemulsi-Gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) Sebagai Antioksidan

Oleh Bunga Nur Cahayanik Tamboto Telah diperiksa dan disetujui

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

HAMSIDAR HASAN, S.Si, M.Si, Apt NURAIN THOMAS, S.Si, M.Si, Apt NIP. 19700525 200501 2 001 NIP. 198221231 200801 2 012

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN FARMASI

Dr. WIDYSUSANTI ABDULKADIR, M.Si., Apt NIP. 19711217 200012 2 001

Gambar

Tabel  1  Hasil  ekstrak  yang  diperoleh  Berat Sampel  (gram)  Pelarut Etanol  (mL)  Berat  Ektrak (gram)  250  4500  6,4885
Tabel 4 Optimasi Basis Mikroemulsi Perbandingan Minyak,  Campuran Surfaktan dan Kosurfaktan
Tabel 7 Hasil Evaluasi Organoleptis Pada Suhu Kamar

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh gelling agent karbopol dalam sediaan gel dari minyak atsiri nilam ( Pogostemon.. cablin B.) terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti dan mendapatkan sediaan gel

Kenaikan konsentrasi gelling agent karbopol 934 berbanding terbalik dengan kenaikan diameter zona hambat pada formulasi gel ekstrak daun lidah buaya atau dengan naiknya

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk memformulasikan ekstrak etanol herba patikan kebo berupa gel dengan gelling agent HPMC dan

Penelitian mengenai Karbopol 940 sebagai gelling agent, propilen glikol sebagai humektan dan menggunakan ekstrak pegagan yang sudah pernah dilakukan adalah Optimasi

Mengetahui area optimum gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol yang dapat menghasilkan sediaan gel dari ekstrak etanol daun binahong (Anredera

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi carbomer 940 sebagai gelling agent dalam pembuatan formula pasta gigi ekstrak

Optimasi formula gel sunscreen dilakukan dengan kombinasi berbagai variasi level gelling agent dan humectant dengan parameter sifat fisis dan stabilitas sediaan gel..

Pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas terhadap ekstrak dan fraksi dari daun cincau hitam (Mesona palustris B.) dan daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) menggunakan