• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELESTARIAN KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG H E R I S. Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELESTARIAN KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG H E R I S. Nomor Stambuk :"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

H E R I S

Nomor Stambuk : 105640142311

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh H E R I S

Nomor Stambuk : 1056 4014 23 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Nama Mahasiswa : Heris

Nomor Stambuk : 1056 4014 2311 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Abdul Kadir Adys, SH, MM Drs. Muhammad Tahir, M.Si

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

(4)

Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/ Undangan Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 1629/ FSP/A.1-VIII/XI/37/2015 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S,1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari Jumat, 13 November 2015.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. H. Muhlis Madani, M,Si Dr. H. Muhammad Idris, M.Si

Penguji

1. Abdul Kadir Adys. SH, MM (Ketua) (...) 2. Hj. Andi. Nuraeni Aksa, SH, MH (...) 3. Drs. Muhammad Tahir, M.Si (...) 4. A.Luhur Prianto, S.IP, M.Si (...)

(5)

Nama Mahasiswa : Heris

Nomor Stanbuk : 105640142311 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencambutan gelar akademik.

Makassar, 14 September 2015 Yang Menyatakan,

(6)

Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, dimana muncul persoalan dan permasalahan seperti penebangan pohon liar (illegal logging). Dengan demikian Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Selain itu juga untukmengetahui salah satu penghambat dan pendukung dalam Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi untuk memberikan gambaran mengenai peran pemerintah daerah dalam pelestarian kawasan hutan lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Informan yang diwawancarai secara mendalam sebanyak enam orang yaitu pemerintah, polisi hutan dan tokoh masyarakat. Sumber data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sakunder diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan , laporan-laporan, jurnal maupun arsip-arsip resmi, yang dapat didukung oleh data primer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Pemerintah Daerah sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator belum optimal dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng oleh Dinas kehutanan dan Perkebunan. Hal ini dapat dilihat dilihat dari tigaaspek: (1) Peran pemerintah sebagai regulator masih kurang optimal dalam menangani dan melindungi kawasan hutan lindung karena masih adanya penebangan pohon secara liar dan pembukaan lahan secara bebas. (2) Peran pemerintah sebagai fasilitator masih kurang optimal, dimana pemerintah jarang melakukan reboisasi bahkan penyedian bibit tanaman pun sulit untuk di peroleh. (3) Peran pemerintah sebagai dinamisator juga masih kurang optimal hal ini di tandai kurang intensif melakukan penyuluhan/sosialisasi terhadap masyarakat yang berdomisili di kawasan hutan lindung tersebut.

Kata Kunci: Peran Pemerintah, regulator, fasilitaor, dinamisator, Hutan Lindung dan illegal logging

(7)

i Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh H E R I S

Nomor Stambuk : 1056 4014 23 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(8)
(9)
(10)

iv Nama Mahasiswa : Heris

Nomor Stanbuk : 105640142311 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencambutan gelar akademik.

Makassar, 14 September 2015 Yang Menyatakan,

(11)

v Adys dan Muhammad Tahir)

Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, dimana muncul persoalan dan permasalahan seperti penebangan pohon liar (illegal logging). Dengan demikian Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Selain itu juga untukmengetahui salah satu penghambat dan pendukung dalam Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi untuk memberikan gambaran mengenai peran pemerintah daerah dalam pelestarian kawasan hutan lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Informan yang diwawancarai secara mendalam sebanyak enam orang yaitu pemerintah, polisi hutan dan tokoh masyarakat. Sumber data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sakunder diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan , laporan-laporan, jurnal maupun arsip-arsip resmi, yang dapat didukung oleh data primer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Pemerintah Daerah sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator belum optimal dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng oleh Dinas kehutanan dan Perkebunan. Hal ini dapat dilihat dilihat dari tigaaspek: (1) Peran pemerintah sebagai regulator masih kurang optimal dalam menangani dan melindungi kawasan hutan lindung karena masih adanya penebangan pohon secara liar dan pembukaan lahan secara bebas. (2) Peran pemerintah sebagai fasilitator masih kurang optimal, dimana pemerintah jarang melakukan reboisasi bahkan penyedian bibit tanaman pun sulit untuk di peroleh. (3) Peran pemerintah sebagai dinamisator juga masih kurang optimal hal ini di tandai kurang intensif melakukan penyuluhan/sosialisasi terhadap masyarakat yang berdomisili di kawasan hutan lindung tersebut.

Kata Kunci: Peran Pemerintah, regulator, fasilitaor, dinamisator, Hutan Lindung dan illegal logging

(12)

vi

yang berjudul “Peran Badan Keluarga berencana (Bkb) dalam pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Abdul Kadir Adys, SH, MM Selaku Pembimbing I da n Bapak Drs. Muhammad Tahir,M,Si Selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M,Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Andi Luhur Prianto, S.IP, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Kedua Orang Tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat

dan bantuan, baik moril maupun materil.

5. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Pemerintah Kantor Badan Keluarga berencana kota Makassar yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 di Jurusan Ilmu Pemerintahan

(13)

vii selesainya karya tulis ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 10 Oktober 2015

(14)

viii

Halaman Tim Penilai ………...……….….. iii

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... .. 6

C. Tujuan Penelitian ... .. 7

D. Manfaat Penelitian ... .. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran Pemerintah Daerah …………...……….. 8

1. Pengertian Peran ………...……… 8

2. Pengertian Pemerintahan ... 11

3. Pengertian Pemerintah Daerah ... 17

B. Konsep dan Pengertian Hutan ... 19

1. Pengertian Hutan ... 19

2. Fungsi dan Sumber Daya Hutan ... 22

3. Asas Perlindugan Hutan ... 25

C. Kerangka Pikir ... 28

D. Fokus Penelitian ... 29

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31

(15)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 35

1. Letak geografis kecamatan marioriwawo ... 35

2. Keadaan sosial ... 36

3. Profil dinas kehutanan ... 37

B. Peran pemerintah daerah dalam pelestarian kawasan hutan lindung di kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng ... 39

1. Sebagai regulator ……….. 39 2. Sebagai fasilitator ………. 57 3. Sebagai dinamisator ……….. 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang di anugerahkan kepada bangsa Indonesia. Hutan merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya wajib kita syukuri karunia yang diberikannya dipandang sebagai amanah, karenanya hutan harus di urus dan dimanfaatkan dengan akhlak mulia dalam rangka beribadah, sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa indonesia, baik manfaat ekologi, sosial, budaya maupun ekonomi secara seimbang dan dinamis. Untuk itu, hutan harus di urus dan dikelola, dilindungi dan di manfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat indonesia dan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Penguasaan negara bukan merupakan pemilikan, tetapi negara memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan.Kawasan hutan dan hasil hutan menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status kawasan hutan mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan. Serta mengatur pembuatan hukum mengenai kehutanan untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya dan

(17)

manfaat ekonomi, pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai dan pulau dengan sebaran yang berpotensial.

Rangka memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat, maka pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan sifat, kerakteistik dan kerentanannya serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokoknya. Berdasarkan hukum pengetahuan hutan lindung merupakan tanaman yang dirawat oleh pemerintah tidak boleh diganggu masyarakat, sebab hutan lindung harus menjaga dan mengawasi pelestarian hutan lindung dari gangguan masyarakat.

Hutan merupakan sumber daya hayati yang dapat diperbaharui.Meskipun demikian tidak berarti bahwa hutan dibiarkan begitu saja tanpa pengelolaan yang baik.Sebaliknya, hutan harus dikelola dengan baik dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada untuk menuju pada suatu pengelolaan hutan yang berkelanjutan.Selain berfungsi ekonomi, hutan menempati fungsi yang sangat penting dalam terciptanya keseimbangan iklim dan ekosistem.Dilain pihak, hutan juga membunyai manfaat ekonomi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun pemerintah terutama dalam era otonomi daerah ini.Tidak jarang sektor kehutanan dijadikan suatu sektor andalan dalam menyuplai Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

(18)

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah ilustrasi air laut dan memelihara kesuburan tanah (UU RI No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan).

Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Kehutanan No 41 Tahun 1999, disebutkan bahwa kerusakan hutan adalah terjadinya perubahan fisik hutan, sifat fisik atau hayatinya yang menyebabkan hutan terganggu atau tidak dapat berperan sesuai fungsinya. Perusakan hutan adalah suatu tindakan nyata yang melawan hukum dan bertentangan dengan kebijakan atau tanpa persetujuan pemerintah dalam bentuk perizinan yang dapat menimbulkan dampak negatif (merugikan) negara dan masyarakat serta lingkungan hidup. Sedangkan menurut Derektorat Bina Program Kehutanan (1981), Hutan lindung di defenisikan sebagai kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu di bina dan di pertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidrologi (mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah) baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun di luar kawasan hutan yang di pengaruhinya.

Hutan lindung di ganggu, maka hutan tersebut akan kehilangan fungsinya sebagai pelindung, bahkan akan menimbulkan bencana alam, seperti banjir, erosi, maupun tanah longsor.

Mewujudkan berbagai upaya dalam pelestarian kawasan hutan lindung tidak lepas dari peran pemerintah sebagai regulator pendorong usaha ekstra dengan memfasilitasi para pihak serta mengajak berbagai komponen daerah baik private sector, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat untuk secara kreatif mengembangkan bentuk-bentuk kolaboratif pengelolaan kawasan-kawasan hutan

(19)

lindung yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah( PERDA ) UU NO. 11 Tahun 2004 tata ruang. Ini juga sekaligus merupkan wujud implementasi perda tata ruang dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan serta lebih berpartisipatif.Perlu juga dipikirkan kemungkinan pengembangan terpadu antara unit pengelolaan pada kawasan budidaya untuk ikut memelihara kawasan-kawasan hutan lindung baik yang berbatasan langsung atau tidak dalam kebijakan (CSR/ Corporate social responsibility) dari setiap unit usaha. Pengelolaan kawasan ini dapat juga dikemas menjadi kegiatan produktif yang dapat mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah( PAD ) daerah dan memberikan alternative pekerjaan bagi masyarakat yang hidup disekitar kawasan hutan lindung dalam penerapan Peraturan Daerah (PERDA) tata ruang.

Seperti yang terjadi di Kecamatan marioriwawo Kabupaten Soppeng, dimana mengalami kerusakan hutan dan lahan yang cukup serius disebabkan penebangan liar (illegal logging). Dengan adanya masalah penebangan liar illegal logging) yang ada di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng telah mengakibatkan bencana alam yang terjadi seperti, longsor, banjir dan kekeringan. Menurut warga setempat pada tahun 2013 luas hutan yang rusak tidak dapa berfungsi secara optimal telah mencapai 1500 hektar dari sekitar 2500 hektar kawasan hutan di wilayah kecamatan marioriwawo. Tingkat kerusakan hutan pertahun di indonesia mencapai 3,8 juta hektar yang sebagian besar di sebabkan oleh aktivitas penebangan liar (illegal logging).

Salah satu bentuk strategi dalam pelestarian hutan lindung yaitu melalui asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya suatu kerusakan

(20)

hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik. Apabila dapat diwujudkan maka prosedur itu akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelah kerusakan hutan yang besar terjadi. Dalam prinsip perlindungan hutan tindakan proaktif dikedepankan dan tindakan reaktif sedapat mungkin dihindari (Evans, 1982 : 4-5). Dalam pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Kehutanan ditentukan bahwa untuk menjamin terselenggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaanya di berikan kepada wewenang kepolisian khusus.

Pelestarian kawasan hutan lindung di daerah ini di lakukan oleh secara swadaya, untuk itu peran masyarakat dan pemerintah setempat sangat di butuhkan dalam pengelolaan pelestarian kawasan hutan lindung. Pelestarian terhadap kawasan hutan lindung sangatlah penting karena salah satu wujud untuk terciptanya keseimbangan iklim dan ekosistem serta menjaga keseimbangan kerusakan hutan yang di lakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, untuk itu perlu selalu di jaga kelestarian hutan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian hutan.Beberapa kawasan hutan ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, cagar alam dan suaka margasatwa.Jika hutan sudah ditetapkan menjadi hutan lindung, pohonnya tidak boleh ditebang.

Meningkatnya kecenderungan pengrusakan kawasan hutan lindung seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat lokal seperti, Penebangan pohon secara liar atau Illegal logging yang dijadikan sebagai bahan membangun rumah dan dijadikan pula kayu bakar sebagai kebutuhan rumah tangga serta bara arang untuk di perdagangkan apalagi permintaan kayu di pasaran relatif tinggi.

(21)

Dengan adanya kesadaran masyarakat di sekitar marioriwawo hutan tidak lagi di jadikan tempat penebangan pohon secara liar dan tempat berkebun. Maka dari itu masalah akan muncul lagi ketika penebangan secara liar karena masyarakat tidak punya pekerjaan atau peluang kerja sehingga salah satu cara yang paling cepat dan memungkinkan dilakukan mereka adalah dengan masuk ke hutan dan mengambil kayu sebagai penebang liar. Apabila hal ini tidak di hentikan, maka suatu saat kita tidak melihat lagi hutan di Kabupaten Soppeng dan hal ini merupakan bencana besar bagi kita.

Setelah mengkaji berbagai uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelestrian kawasan hutan lindung yang di tuangkan dalam sebuah proposal yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka rumusan ini adalah :

1. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah sebagai Regulator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ? 2. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah sebagai Fasilitator dalam Pelestarian

Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng ? 3. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah sebagai Dinamisator dalam Pelestarian

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah sebagai Regulator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

2. Untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah sebagai Fasilitator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

3. Untuk mengetahui Peran Pemerintah Daerah sebagai Dinamisator dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara universal, hasil penelitian bisa menjadi bahan pembelejaran, pemahaman dan pengalaman terhadap pengetahuan yang selama ini di pelejari dan di dapat khususnya dalam Ilmu Pemerintahan.

2. Secara praktis, di harapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan pelestarian kawasan hutan lindung dan terutama di kalangan akademisi serta masyarakat khususnya mengenai strategi pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan.

3. Secara teoritis, di harapkan dari hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi atau acuan dalam pengembangan dan pengetahuan tentang pelestarian kawasan hutang lindung.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori Peran

1. Teori Peran

Peran adalah serangkain perilaku yang di harapkan pada seserang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secar formal maupun secara informal. Menurut Soekanto (1990:268) Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.

Pariata Westra dalam Tuti (2003:9) mengatakan bahwa peran adalah dapat diartikan sebagai terlaksananya suatu fungsi atau tugas tentang sesuatu hal tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.Pengertian yang lain dikemukakan oleh Mayor Palak dalam Tuti (2003:9) yang berpendapat bahwa : “Peranan atau role adalah suatu kelakuan yang diharapkan dari oknum dalam antar hubungan sosial tertentu yang berhubungan dengan status sosial tertentu”. Ditinjau dari Perilaku Organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari system sosial organisasi sebagaimana suatu disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelakssanaanya.oleh karenanya ilmu ini memperhitungkan pula pengaruh srtuktur organisasi terhadap perilaku individu.

Adanya pihak yang melakukan, di dalam konteks kebijakan pemerintah adalah mereka para pelaku pemerintah baik dalam hubungan fungsional antara pemerintah dengan pihak rakyat selaku yang diperintah, pihak yang menguasai

(24)

dengan pihak yang dikuasai maupun dalam hubungan kerjasama dalam rangka pengaturan yang dilakukan antara pemerintah sebagai pihak yang mengatur dalam kerangka pengayoman,pelayanan dan pengembangan dengan masyarakat sebagai pihak yang diatur dalam kerangka diayomi,dilayani dan diemban Thoha (1985: 53) peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang p enting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma- norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan- peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Menurut Thoha (1985: 187) memberikan batasan bahwa “peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang terwujud, yang di timbulkan karena jabatan tertentu”.Menurut istilah manajemen, peran adalah harapan tentang perilaku yang patut bagi pemegang jabatan tertentu dalam organisasi, khususnya menyangkut fungsi dan tugas yang dilaksanakan sehingga keberadaan organisasi atau lembaga yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan status berarti dikatakan menjalankan suatu peranan.

Menurut Siagian (2009: 142) mengatakan bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan nasional. Peranan pemerintah yang disoroti yaitu:

a. Peran selaku stabilitator, pemerintah selaku stabilitator yaitu dalam hal mewujudkan perubahan tidak berubah jadi gejolak social, apalagi yang dapat merupakan ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa.

(25)

b. Peran selaku innovator, innovator merupakan salah satu produk dari kretivitas, ditinjau dari administrasi pembangunan, inovasi berarti penemuan baru, metode baru, sistem baru, dan yang terpenting cara berfikir yang baru. Jadi prakondisi yang harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya, pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahaan (legitimacy) yang tinggi.

c. Peranan sebagai modernisator, pemerintah bertugas untuk menggiring masyarakat kearah kehidupan modern, pengalaman dibanyak Negara menunjukkan bahwa agar pemerintah mampu memainkan peranan penting itu, maka proses modernisasi harus terjadi di lingkungan birokrasi pemerintah sendiri.

d. Peran selaku pelopor, pemerintah harus memainkan peranan sebagai pelopor dalam berbagai segi kehidupan bernegara, dengan perkataan lain, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat.

e. Peran selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk memainkan peran selaku pelaksana sendiri berbagai kegiatan meskipun diharapkan bahwa makin maju suatu masyarakat makin berkurang pula identitas peranan tersebut.

Menurut Arif (2012) peran pemerintah terbagi atas empat yaitu:

a. Peranan pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelengggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka evfektifitas dan tertib adiministrasi pembangunan). Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya

(26)

diterjamahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.

b. Peranan pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisifasi multi pihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pembangunan ( mendorong dan memelihara dinamika pembangunan). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektivitas kepada masyarakat.

c. Pemerintah sebagai fasilitator yaitu peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (Menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau memfasilitasi suasana yang tertif, nyaman dan aman, termasuk memfasilitasi tersedinya sarana dan prasarana pembangunan seperti pendampingan dan pendanaan/ permodalan.

d. Pemerintah sebagai katalisator yaitu pemerintah berposisi sebagai agen yang mempercepat pengembangan potensi daerah dan Negara yang kemudian bias menjadi modal social untuk membangun partisipasi.

2. Pengertian Pemerintahan

Istilah pemerintah berasal dari kata “Perintah” yang beranti menyuruh melakukan seseuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu Negara, seperti kabinet. Istilah pemerintahan diartikan dengan perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Soemantri, 1976:17) secara etemologis, dapat

(27)

diartikan sebagai tindakan yang terus menerus atau kebijaksanaan dengan menggunakan suatu rencana maupun akal dan tata cara tertentu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki(Utrech, 1986:28).

Istilah pemerintahan adalah suatu ilmu seni. Disebut sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena memenuhi syarat-syaratnya, yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek material maupun formal, sifatnya unversal, sistematis serta spesifik dan dikatakan sebagai seni, karena banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan maupun berkiat serta dengan karismatik menjalankan roda pemerintahan(Syafie Dkk, 2002:11). Dalam kata perintah “perintah” tersebut, ada dua pihak yang terkandung dan saling memiliki hubungan, yaitu pihak yang memerintah memiliki wewenang dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan.Jika kata ilmu dirangkai dengan kata “pemerintahan” menjadi “ilmu pemerintahan”. Menurut (Rosenthal, 1978:17) mengatakan Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mengeluti studi tentang penunjukkan cara kerja ke dalam dan ke luar struktur dan proses pemerintahan umum(Syarifin, 2005:17).

Menurut (A.Brasz,1975:1) mengatakan Ilmu pemerintahan adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan umum itu disusun dan difungsikan baik secara ke dalam maupun ke luar terhadap warganya(Syarifin, 2005:1).

Secara luas ilmu pemerintahan merupakan suatu aparatur atau alat perlengkapan Negara dalam rangka menjalankan segaa tugas dan wewenang/kekuasaan Negara, baik kekuasaan Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. Apabila kita dilahat dari negara Indonesia saat ini dengan mengacu pada

(28)

undang-undang dasar 1945 sebagai peraturan perundang-undangan yang tertinggi, pemerintahan dalam arti luas tersebut mencakup MPR, Presiden, DPR, MK, DPD, BPK, dan MA. Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aparatur/alat kelembagaan Negara yang hanya mempunyai tugas dan wewenang/kekuasaan eksekutif saja, dengan kata lain pemerintahan dalam arti sempit ini tidak lain adalah pemerintah(Syarifin, 2005:19).

Menurut Sembiring (2012:3) Fungsi Pemerintah Negara termasuk pemerintah daerah dimanapun berada, sekurang-kurangnya melakukan fungsi pelayanan (services), fungsi pengaturan (regulation), dan fungsi pemberdayaan (empowering), dalam upaya mewujudkan tata kelolah pemerintahan yang baik (good governance).

Sementara Rasyid (2006:25) berpendapat bahwa tujuan utama dibentuknya negara pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban dimana masyarakat bisa menjalani kehidupan secara wajar. Pemerintah modern dengan kata lain, pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengambangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai kemajuan bersama.Mengenai pengertian peranan maka akan ditemukan bermacam-macam pendapat yang memberikan rumusan-rumusan dan berbagai sudut pandang yang sangat bervariasi.

(29)

Menurut Hamdi (2002:8) Fungsi pemerintah yakni melakukan pengaturan dan memberikan pelayanan. Pengaturan dalam arti megaskan bingkai kesepakatan kehidupan kolektif, agar terdapat kepastian dan perilaku yang memberikan pemamfaatan pada kepentingan umum.Pelayanan terhadap hak- hak masyarakat berisi kegiatan untuk memudahkan menukmati hidupnya yang patut atau pantas sesuai dengan nilai- nilai dan martabat kemanusiaan.Sedang pelayanan terhadap kewaiban masyarakat berisi kegiatan untuk memampukan masyarakat memahami kepatuhan kolektif yang semestinya dikembangkan.Pelayanan ini kemudian sangat berkaitan dengan fungsi pemberdayaan.

Secara umum tingkat penerapan desentralisasi suatu Negara mendasari cara Negara (pemerintah) mendefinisikan perannya dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya. Apakah Negara harus terlibat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, ataukah Negara hanya melibatkan diri sebatas pada bidang-bidang diluar kemampuan masyarakat?Apakah segala urusan harus dikendalikan pemerintah pusat, atau sejauh mungkin dilaksanakan oleh pemerintah lokal, kecuali hal-hal fundamental yang menyangkut kepentingan umum masyarakat negara?Hal-hal tersebut merupakan persoalan-persoalan yang signifikan.

Antara Pemerintah dan Swasta. Perbedaan cara pandang pelaksanaan fungsi pemerintah itu digambarkan oleh Pratikno, dari perspektif liberal dan perpektif sosialis. Dari perspektif pertama bahwa negara tidak perlu melakukan campur tangan dalam penyediaan pelayanan masyarakat, sementara dari perspektif terakhir diyakini bahwa kehadiran itu mutlak diperlukan.Dalam perspektif liberal, kehadiran pemerintah hanya diperlukan untuk menjaga

(30)

keamanan.Fungsi utama pemerintah hanyalah kepolisian sementara fungsi-fungsi lainnya menjadi wewenang masyarakat, baik sebagai individu, kelompok sosial maupun pengusaha swasta.Perspektif ini membatasi fungsi pemerintahan sebagai fungsi “sisa” yaitu fungsi-fungsi penyediaan barang dan jasa yang tidak bisa disediakan oleh unit tingkat bawahnya atau pihak-pihak di luar pemerintah. Artinya pemenuhan kebutuhan hidup diawali dari tanggungjawab individu, naik ke tingkat kelompok atau unit sosial yang kecil, pemerintah lokal yang paling rendah selanjutnya bergulir ke atas. Besarnya keterlibatan pemerintah dalam pelayanan publik dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, kesempurnaan mekanisme pasar yang dipercaya akan mampu mencapai efisiensi, akan terganggu. Kedua, dianggap memperkecil kebebasan individu dan kelompok-kelompok masyarakat untuk menentukan kepentinga dan pilihannya sendiri, pada akhirnya dianggap membahayakan demokrasi.

Sedangkan perspektif sosialis menganggap bahwa penetrasi pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa keperluan individu dan masyarakat mutlak dibutuhkan.Bagi mereka mekanisme pasar tidak bisa diandalkan menjamin tercapainya efisiensi. Mereka berasumsi bahwa persaingan bebas dalam mekanisme pasar meciptakan ketimpangan distribusi kesejahteraan, sebab kemampuan setiap orang untuk bersaing berbeda-beda. Akibatnya mereka yang kuat memenangkan persaingan dan akan memunculkan kemungkinan terjadinya praktek eksploitasi. Antara Pusat dan Daerah. Perbedaan cara pandang dari dua perspektif sebagaimana tersebut di atas mempunyai implikasi yang cukup luas terhadap keberadaan pemerintahan daerah. Hal itu menyangkut persoalan desain

(31)

kebijakan pemerintahan daerah sehingga diharapkan mampu mentransformasikan fungsi-fungsi sesuai cara pandang suatu rezim. Logika itu dapat dipahami dengan dukungan realitas yang ada bahwa pemerintah daerah merupakan sub-komponen geografis dari suatu Negara berdaulat, sehingga ia berfungsi memberikan pelayanan umum pada suat u wilayah tertentu. Secara operasional refleksi perbedaan itu teraplikasi dalam prinsip pengorganisasian pemerintahan daerah yang bernuansa administratif atau politis. Secara empiris model-model pemerintahan daerah ala Rusia dan pemeritahan daerah model Inggris dapat dipandang sebagai reprensentasi keadaan tersebut.Dalam sistem pemerintahan model Rusia, semua lembaga pemerintahan daerah merupakan bagian integral dari birokrasi pemerinahan nasional, peraturan di setiap tingkat didominasi oleh kebijakan partai tungal. Sedangkan pemerintahan daerah model Inggris, mempunyai karakteristik otonomii yang besar, semua kekuatan bertumpu pada dewan, menggunakan komite secara luas. Pemerintahan daerah model Rusia sangat bernuansa administratif, berdasar prinsip-prinsip pencapaian fungsi secara efektif dan efisien dengan mengesampingkan nilai-nilai demokratis. Sementara pemerintahan daerah model Inggris sangat bernuansa politis, sangat memperhatikan nilai-nilai demokratis, sehingga pemerintahan daerah di desain untuk keseimbangan keinginan negara dan masyarakat lokal.

Sepanjang penilaian kita terhadap pemerintahan bersifat objekyektif, maka akan tentu ada kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Setidaknya kita bisa melihatnya dalam implementasinya di dalam birokrasi pemerintahan. Keluhan tentang birokrasi pada umumnya bermuara pada penilaian bahwa birokrasi di

(32)

Indonesia tidak netral,kenyataan dimana birokrasi terkait dengan lembaga lainnnya. Oleh karena itu,pemerintahan tidak mungkin dipandang sebagai lembaga yang berdiri sendiri.dalam realitanya yang menggejala di Indonesia saat ini adalah praktik yang buruk yang menyimpang dari teori idealismenya Weber. Dalam praktiknya, muncul kesan yang menunjukkan seakan-akan para pejabat dibiarkan menggunakan kedudukannya di pemerintahan untuk kepentingan sendiri dan kelompok.

3. Pengertian Pemerintah Daerah

“Pemerintah Daerah” dan “Pemerintahan Daerah”, menurut pasal 1 huruf b UU Nomor 22 tahun 1999, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah berserta perangkat daerah Otonom (Pasal 60 Undang-Undang) Nomor 22 tahun 1999) yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian pemerintah daerah ini apabila kita kaji dengan pengertian-pengertian pemerintah sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya dapatlah diartikan sebagai pemerintah dalam arti sempit.Hal demikian dikerenakan arti pemrintah pada ketentuan undang-undang diatas menunjukan pada badan eksekutif daerah semata.Pemerintahan daerah menurut Pasal 1 huruf d UU Nomor 22 tahun 1999 di artikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi. Adapun arta secara yuridis menurut UU Nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1 angka 2, pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

(33)

sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 (Syarifin, 2005:20).

Pengertian Pemerintahan daerah di atas, apabila kita kaji dengan pengertian pemerintahan yang telah diuraikan sebelumnya, sesungguhnya pemerintahan daerah, sebagaimana yang terkandung dalam undang-undang tersebut, mengandung pengertian pemerintahan dalam arti luas.Hal tersebut dikarenakan arti pemerintahan daerah pada ketentuan undang-undang di atas, menunjuk pada penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom secara keselurahan, tidak hanya pada fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga adanya peran serta dari DPRD sebagai sendi demokrasi.

Melaksanakan pemerintahan dalam arti luas pada Negara kesatuan, ada 2 macam pembagian yaitu:

a. Pemerintah pusat (central govermment), yang mencakup seluruh perangkat penyelenggaraan pemerintahan yang terdri atas semua dapertemen dan badan pemerintah yang ditentukan oleh presiden.

b. Pemerintahan daerah (local state govermment), yang terdiri atas 2 macam yaitu: a. Pemerintah yang memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri (local self govermment).

Pemerintah wilayah (local state govermment), yang berfungsi sebagai pelaksana tugas pemerintah pusat (Surianingrat, 1980:19

(34)

B. Konsep dan Pengertian Hutan 1. Pengertian hutan

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Dari sudut pandang orang ekonomis , hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk hak pengusahaan lain.

Menurut Dengler dalam Salim (1997: 34) bahwa hutan adalah sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembaban, cahaya, angin, dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan/pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhnya cukup rapat (horizontal dan vertikal)

Dengler mengemukakan bahwa yang menjadi ciri hutan adalah: 1) adanya pepohonan yang tumbuh pada tanah yang luas (tidak termasuk savana dan kebun), dan 2) pepohonan tumbuh secara berkelompok. Ahli silvikultur dan ahli manajemen hutan (Junus, 1984: 3) juga mengatakan bahwa areal yang dikelola untuk menghasilkan kayu dan hasil hutan lainnya atau areal yang dipertahankan agar tetap mempunyai vegetasi berkayu untuk menghasilkan manfaat-manfaat tidak langsung disebut hutan. Manfaat-manfaat tidak langsung tersebut dapat berupa rekreasi, keindahan (estetika), kesegaran dan kenyamanan lingkungan, dan konservasi tanah dan air.

Spurr dan Bernes dalam Junus (1984: 2) mengatakan ekosistem hutan adalah susunan pohon-pohon, herba, bakteri, jamur, protozoa, arthopoda,

(35)

intertebrata lainnya, peterbrata, oksigen, karbon dioksida, air, mineral-mineral dan benda-benda organik yang mati dan membentuk hubungan kompleks antara yang satu dengan yang lainnya, antara mereka dengan lingkungannya dan secara total membentuk hutan.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tentang Kehutanan. Dalam pasal ini yang diartikan dengan hutan adalah suatu lapangan tumbuh pohon-pohon (yang ditumbuhi pepohonan) yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya dan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam hayati beserta lingkungannya, dimana yang satudengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Menurut Salim (2006:41), ada empat unsur yang terkandung dari definisi hutan di atas, yaitu:

a. unsur lapangan yang cukup luas (minimal ¼ hektar) yang disebut tanah hutan; b. unsur pohon (kayu, bambu, palem), flora dan fauna;

c. unsur lingkungan; dan d. unsur penetapan pemerintah

Unsur pertama, kedua, dan ketiga membentuk persekutuan hidup yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.Pengertian hutan di sini, menganut konsepsi hukum secara vertikal, karena antara lapangan (tanah), pohon, flora, dan

(36)

fauna beserta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Ada dua arti penting dengan adanya penetapan pemerintah mengenai hutan, yaitu :

1. Pertama, agar setiap orang tidak dapat sewenang-wenang untuk membabat, menduduki, dan atau mengerjakan kawasan hutan.

2. Kedua, mewajibkan kepada Pemerintah Menteri Kehutanan untuk mengatur perencanaan, peruntukan, penyediaan, dan penggunaan hutan sesuai dengan fungsinya, serta menjaga dan melindungi hutan.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan juga menjelaskan pengertian hutan adalah: Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Selain pengertian hutan di atas, ada pula pengertian kehutanan, yang oleh Simon dalam Junus (1984: 5) dikemukakan bahwa kehutanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, sedangkan (Junus, 1984:6) mengartikan kehutanan sebagai ilmu, seni profesi, serta praktik pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di atas dan yang berhubungan dengan lahan-lahan agar dapat bermanfaat bagi generasi kini dan generasi yang akan datang.

Menurut Arief (2001: 14) bahwa pengertian kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa.

(37)

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 lebih lanjut ditetapkan bahwa kawasan hutan adalah sebagai wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 32/Kpts-II/2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan memberikan pengertian kawasan hutan adalah: Wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, termasuk kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam perairan.

Menurut Salim (1997: 39) mengatakan bahwa kawasan hutan adalah wilayah yang sudah berhutan atau yang tidak berhutan yang telah ditetapkan menjadi hutan.

1. Fungsi Sumberdaya Hutan a. Hutan Lindung

Hutan lindung adalah suatu kawasan yang keadaan sifat alamnya diperuntukan guna mengatur tata air, pencegah banjir, erosi pemeliharaan kesuburan tanah, dengan penentuan ini, maka timbul konsekuensi bahwa kawasan hutan yang telah dicadangkan menjadi hutan lindung tidak dapat dieksploitasi dengan dalih apapun, karena kawasan hutan lindung telah dicadangkan sebagai kawasan penyangga kehidupan.

Menurut Siahaan (1987: 49) ada dua fungsi ekologi yang cukup hakiki dari hutan:Pertama, memberikan keseimbangan iklim. Proses fotosintetis oleh tumbuh-tumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Oksigen sebagian

(38)

besar berasal dari proses biologis dan oksigen itu sangat diperlukan dalam pernafasan. Kedua, keseimbangan hidrologis.

Hutan dapat menahan air hujan, kemudian secara perlahan-lahan dapat mengatur iklim di samping meratakan hujan secara hidrologis. Tanpa hutan, curah hujan akan tertumpah begitu saja tidak tersimpan di lapisan tanah secara teratur. Di sinilah timbul banjir pada musim hujan, tetapi masa kering kerontang yang dahsat pada musim kemarau. Dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ditegaskan bahwa: Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.

Kawasan lindung meliputi:

1) Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, termasuk kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air (Pasal4).

2) Kawasan perlindungan setempat.

3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya, termasuk (Pasal 6): a) Kawasan suka alam;

b) Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya; c) Kawasan Pantai Berhutan baku;

d) Taman Nasional, Taman Raya, dan Taman Wisata Alam; e) Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan

(39)

Begitu pula dalam Pasal 38 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 31/Kpts-II/2001 dijelaskan bahwa:

1) Kegiatan pemanfaatan di hutan lindung dapat dilakukan pada blok perlindungan dan blok budidaya.

2) Dalam kegiatan pemanfaatan di hutan lindung tidak dapat dilakukan penebangan pohon dan atau kegiatan lain yang menyebabkan terbukanya penutupan tajuk hutan.

3) Selain dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam kegiatan pemanfaatan di blok perlindungan harus:

a) Mempertahankan dan membuat penutupan lantai hutan oleh tumbuhan bawah;

b) Dilakukan penanaman atau pengayaan tanaman jenis pohon penghasil hutan bukan kayu pada lokasi yang perlu direhabilitasi;

c) Tidak boleh dibangun prasarana jalan kendaraan dan bangunan fisik.

Selain dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, maka dalam kegiatan pemanfaatan di blok budidaya harus:

4) Selain dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, maka dalam kegiatan pemanfaatan di blok budidaya harus:

a) Dihindari kegiatan yang dapat mengakibatkan erosi tanah, perubahan struktur tanah, dan berbagai kegiatan-kegiatan lain yang mengubah bentang alam dan atau mengganggu fungsi lindung;

b) Dilakukan penanaman atau pengayaan tanaman jenis pohon penghasil hutan bukan kayu pada lokasi yang perlu direhabilitasi.

(40)

Menurut Salim (1997: 39) bahwa dilihat dari segi manfaatnya, maka hutan lindung sangat bermanfaat antara lain, untuk:

1. Mengatur tata air

Hutan dapat mengatur dan meninggikan debit air pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya debit air yang berlebihan pada musim hujan. Hal ini disebabkan dalam hutan terdapat air retensi, yaitu air yang masuk ke dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah.

2. Mencegah terjadinya erosi

Hutan dapat mencegah dan menghambat mengalirnya air karena adanya akar-akar kayu dan akar-akar tumbuh-tumbuhan.

a. Memberikan manfaat terhadap kesehatan

Manusia memerlukan zat asam (02). Di hutan dan disekitarnya zat asam adalah sangat bersih dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain. Dalam hutan juga terdapat ozon (udara murni) dan air murni yang sangat diperlukan umat manusia. b. Dapat memberikan rasa keindahan

Hutan dapat memberikan rasa keindahan pada manusia karena di dalam hutan itu seseorang dapat menghilangkan tekanan mental dan stress.Apabila hutan lindung diganggu, maka hutan ini akan kehilangan fungsinya sebagai pelindung, bahkan akan menimbulkan bencana alam seperti banjir, erosi dan lain-lain. Dalam hutan lindung ada yang karena keadaan alamnya dalam batasbatas tertentu sedikit banyak masih dapat dipungut hasilnya dengan tidakmengurangi fungsinya sebagai hutan lindung (Pamulardi, 1999: 243).

(41)

Mengenai hutan lindung dalam penjelasan UUK dikemukakan bahwa karena mempunyai keadaan alam yang sedemikian rupa memberi pengaruh yang baik terhadap tanah alam sekelilingnya dan tata air, maka perlu dipertahankan dan dilindungi. Kalau hutan lindung diganggu, maka akan kehilangan fungsi hidrologinya, yaitu pengaturan tata air, perlindungan tanah sebagai usaha pencegahan bencana banjir, erosi, dan tanah longsor, serta penyediaan air sepanjang tahun (Salle, 1999: 113).

3. Asas Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan lebih merupakan prosedur yang sesuai dan cocok dengan sistem perencenaan pengelolaan hutan. Berarti sumber-sumber kerusakan yang potensial sedapat mungkin dikenali dan dievaluasi sebelum kerusakan yang besar dan kondisi darurat terjadi. Dengan asas seperti ini pengelolaan hutan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga penyebab-penyebab kerusakan, apabila pada suatu waktu mengancam hutan, dapat ditekan pada waktunya dengan hasil yang efektif. Seringkali aktifitas suatu penyebab kerusakan hutan memicu penyebab-penyebab kerusakan yang lain juga berkembang secara bersamaan. Akhirnya seorang pengelola hutan harus mengetahui penyebab dan dapat menyususn rencana tindakan perlindungan untuk menghindari atau menekan kerugian akibat kerusakan tersebut. Dalam hubungannya dengan tindakan pengelolaan, pencegahan dalam konsep perlindungan hutan didekati melalui (Evans, 1982): a. Pengambilan keputusan terhadap langkah atau tindakan untuk mencegah agar

penyebab kerusakan tidak berkembang dan tidak menimbulkan kerusakan yang serius

(42)

b. Pengembangan suatu bentuk pengelolaan hutan yang “hati-hati” dan berwawasan masa depan.

Jadi asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya suatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik. Apabila dapat diwujudkan maka prosedur itu akan lebih efektif daripada peng endalian langsung setelah kerusakan hutan yang besar terjadi. Dalam prinsip perlindungan hutan tindakan proaktif dikedepankan dan tindakan reaktif sedapat mungkin dihindari (Evans, 1982 : 4-5).

Menurut Evans (1982) asas strategi perlindungan hutan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari yaitu :

1) Memahami interaksi hutan dengan agens perusak sehingga :

a) dapat mengenali faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam perlindungan hutan

b) dapat mengenali penyebab kerusakan primer

2) Dapat menganalisis dan mengambil keputusan secara menyeluruh dan tidak hanya terbatas pada penyebab kerusakan yang paling serius saja.

3) Selalu melihat perlindungan hutan sebagai tindakan yang tidak terpisah dari silvikultur.

4) Sadar bahwa perlindungan hutan semakin penting dan pendekatannya tidak hanya terbatas pada bidang tanaman tapi termasuk hasil hutannya.

Starategi perlindungan hutan selain menjamin kelestarian pengelolaan juga dapat menjamin pengelolaan hutan beresiko rendah (Evans, 1982 : 8).

(43)

C. Kerangka Pikir

Pelestarian kawasan hutan lindung adalah salah satu bentuk untuk menjaga kelangsungan kehidupan binatang yang tinggal di hutan lindung dan termasuk kepentingan manusia. Hutan lindung merupakan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah ilustrasi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Maka dari itu di perlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga pelestarian kawsan hutan lindung. Peran pemerintah daerah kabupaten Soppeng sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator (Arif, 2012) dalam pelestarian kawsan hutan lindung menjadi sangaat penting untuk dilakukan, khususnya di kawasan hutan lingdung kecamatan marioriwawo. Apabila peran pemerintah daerah ini dilaksankan dengan optimal diasumsikan akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pelestarian kawasan hutan lingdung di wilayah tersebut

(44)

Bagan Kerangka Pikir

D. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian adalah mengenai peran polisi hutan dalam pelestarian kawasan hutan lindung di kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten soppeng yang dimaksud dalam penelitian ini, dapat dilihat dari tiga indikator

kus, yaitu:

1. Regulator adalah aturan yang ditetapkan atau menjadi rujukan dalam menjaga kawasan hutan lindung yang dilindungi oleh pemerintah. IndiKator penilaian dengan mengukur: (1) pencegahan penebangan liar, dikenal dengan istilah illegal

Peran Pemerintah Daerah

Dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung

Regulator  Mencegah penebangan pohon liar  Mencegah pembukaan lahan Fasilitator  Melakukan penanaman kembali (reboisasi) Dinamisator  Penyuluhan/ Sosialisasi  Penindakan /teguran

Tercapainya Peran Pemerintah dalam Pelestarian Kawasan Hutan lindung

(45)

logging.Saat ini kasus penebangan liar semakin parah. (2) Pencegahan pembukaan lahan.

2. Fasilitator adalah adalah seseorang yang membantu sekolompok orang memahami tujuan bersama serta mampu menciptakan kondisi yang kondisif bagi pelaksanaan pembangunan dan menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pelestarian hutan lindung. Indikator penilaian dengan mengukur penghijauan atau reboisasi merupakan upaya penanaman kembali hutan yang sudah gundul.

3. Dinamisator adalah menggerakan partisifasi multi pihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pelestarian dan perlindungan (mendorong dan memelihara dinamika pelestarian). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektivitas kepada masyarakat. IndiKator penilaian dengan mengukur: (1) Melakukan penyuluhan bagi masyarakat dan (2) Penindakan/Teguran dilakukan untuk memperingati kepada masyarakat agar tidak melakukan berbagai aktivitas di kawasan hutan lindung.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Juni-Juli tahun 2015 di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, didasarkan atas pertimbangan peneliti karena PeranPemerintah daerah dalam pelestarian kawasan hutan lindungperlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan yang terkait. Alasan lain dipilih sebagai tempat penelitian karena terkeloahnya hutan lindung yang ada di kecamatan marioriwawo dengan kurang baik sehingga saya tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini, samping mudah di jangkau oleh peneliti sehingga tidak sulit un tuk meneliti.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami fenomena-fenomena kejadian-kejadian di kawasan hutan lindung.Penggunaan lebih dari satu pendekatan pengumpulan data mengijinkan evaluator menggabungkan kekuatan dan kebenaran dari suatu sumber data.Hal ini berangkat dari pemaknaan pendekatan penelitian kualitatif itu sendiri dimana metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

(47)

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini merupakan tipe fenemologi untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti, menginterpretasikan serta menjelaskan data secara sistematis. Dasar penelitian ini adalah wawancara, yaitu melakukan dialog (wawancara) kepada informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian.

C. Sumber Data

1. Data primer adalahsumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi secara mendalam terhadap masalah yang diteliti.

2. Data sekunder adalah data-data yang di peroleh dari buku-buku, dokumen dan literatur serta bahan-bahan tertulis baik dari dalam maupun dari luar wilayah kota Soppeng yang mendukung dan berhubungan dengan pokok bahasan penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Informan sebagai salah satu sumber data yang urgen terhadap penelitian harus menggunakan teknik yang tepat. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling, yaitu suatu teknik penarikan informan yang digunakan apabila unsur-unsur yang ada dalam lokasi penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk ditarik/ dipilih menjadi informan dalam penelitian ini.

(48)

Teknik pengambilan informan adalah merupakan cara yang digunakan dalam hal memperoleh data primer untuk bahan penelitian. Informan dalam penelitian ini diantaranya dari Pemerintah Daerah, Pihak dari pengelolah kawasan hutan lindung. Adapun penentuan yang akan di jadikan informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang.

No Nama Inisal Jabatan Keterangan

1 Drs. Werdian AS,S.Hut,M.Si WR Kadis 1

2 Muh.Yunus, SE MY Kabid PP 1

3 Muhammaad Herial MH Potlhut 1

4 Arif AF Polhut 1

5 Naing NG Masyarakat 1

6 Davi DV Masyarakat 1

Jumlah 6 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara mendalam

Wawancaraatau diskusi langsung dengan pihak terkait dalam mengumpulkan data dan informasi guna mempercepat dan mengkongkritkan informasi yang dikumpulkan dan narasumbernya adalah Pemerintah terkait, yaitu pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Dinas Kehutann Kabupaten Soppeng dan anggota polhut serta masyarakat setempat.

(49)

Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap bahan-bahan yang tertulis yang meliputi hasil-hasil seminar maupun laporan dari informan dan buku-buku serta majalah. Beberapa data sekunder yang dicari dalam penelitian soppeng yang dianggap relevan.

2. Observasi ( Pengamatan )

Observasi yang meliputi pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati . Observasi di lakasankan di kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Pengumpulan data dalam penelitin ini dilakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (rocegnized outsider) sehingga interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan diteliti.

3. Dokumen

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dan bahan melalui hasil-hasil seminar maupun laporan dari Pemerintah Daerah serta buku- buku dan majalah. F. Teknik Analisis Data

Teknik Peneliti menggunakan data Kualitatif yakni semua bahan,keterangan,dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data) dengan teknik ini peneliti hanya mengumpulkan data-data,informasi-informasi,fakta-fakta,keterangan-keterangan yang bersifat kalimat dan data dari permasalahan yang

(50)

peneliti anggap penting dan mendukung dalam hal pengumpulan data di dinas kehutanan, dan instansi terkait yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.

G. Keabsahan Data

Validitas data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data.Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yang dilakukan disini dengan menguji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi obyek penelitian 1. Letak Georafis

Kecamatan Marioriwawo dengan luas 300 km2, berada di bagian selatan Kabupaten Soppeng. Kecamatan ini berbatasan dengan kabupaten Bone dan kabupaten Barru. Pemerintah Kecamatan Marioriwawo terdiri atas 2 (dua) kelurahan dan 11 (sebelas) desa.Kecamatan ini berada pada wilayah dengan topografi yang beragam.Sebagian desa berada pada wilayah yang datar dan lainnya berada pada wilayah dengan topografi berbukit-bukit. Secara keseluruhan wilayah Kecamatan Marioriwawo berada pada ketinggian antara 25-1.400 meter di atas permukaan laut. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Liliriaja 2. Sebelah Timur : Kabupaten Bone

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Barru 4. Sebelah Barat : Kecamatan Liliriaja dan Kecamatan Lalabat

(52)

Tabel 1 Keadaan luas wilayah kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng Letak dan jarak kecamatan marioriwawo antara kelurahan/desa

No Kelurahan/ Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk

1 Gattareng 24 Km2 2.458 2 Marioriaja 16 Km2 4.013 3 Watu 19 Km2 3.455 4 Marioritengnga 24 Km2 3.740 5 Goarie 33 Km2 4.946 6 Barae 29 Km2 2.711 7 Mariorilau 41 Km2 3.939 8 Tettikenrarae 17 Km2 6.861 9 Labessi 17 Km2 3.035 10 Congko 17 Km2 2.284 11 Watu Toa 29 Km2 3.682 12 Gattareng Toa 12 Km2 1.839 13 Soga 22 Km2 1.555 Jumlah 300 km2 44.578

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng Dan Proporsi data DAU 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa dari semua total luas wilayah dan jumlah penduduk yang paling luas wilayahnya adalah Desa Mariorilau sedangkan paling banyak jumlah pendudknya adalah Desa Goarie 2. Keadaan sosial

1. Sumber daya alam

Potensi sumber daya alam di kecamatan marioriwawo meliputi daya non hayati yaitu : air, lahan, dan udara sedangkan alam hayati yaitu :

Tabel 2 Keadaan sumber daya alam

No Jenis sumber daya alam Luas wilayah

1 P ersawahan 2.762 Ha

2 Perkebunan 9.923 Ha

3 Pemukiman 27.238 Ha

4 Hutan lindung 225 Ha

Jumlah

(53)

Di lihat dari sumber daya alam yang memiliki wilaya paling luas adalah pemukiman sedangkan yang paling sempit wilayahnya adalah kawasan hutan lindung.

2. Sumber daya manusia

Adapun kondisi sumber daya manusia (SDM) menurut latar belakang pendikan cukup meningkat, sesuai denagan tahun 2013. Untuk lebih akuratnya kondisi potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Kecamatan marioriwawo adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Keadaan Sarana dan Prasarana

No Nama Bangunan Jumlah

1 Gedung Tk 21 2 Gedung SD 59 3 Gedung SMP 3 4 Gedung SMA 3 5 Perkantoran 23 6 Pasar 5 Jumlah 114

Sumber : data sakunder kecamatan marioriwawo tahun 2013

Berdasarkan table di atas jumlah sarana dan prasarana untuk keseluruhan sebanyakm 114 unit. Paling banyak adalah gedung sekolah dasar sedangkan paling sedikit adalah gedung SMP dan SMA.

3. Profil Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Soppeng di bentuk berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Soppeng nomor 03 Tahun 2008 tentang pembentukan Organisasi dan tata kerja dinas daerah pemerintah kabupaten soppeng. Tugas dan fungsi diatur dalam peraturan bupati soppeng nomor25/PER-BUP/IX/2008 tentang tugas, fungsi dan rincian tugas jabatan struktural pada dinas

(54)

kehutanan dan perkebunan kabupaten soppeng.

a. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang Terdiri dari: Kepala dinas, 2. Sekretaris, 3.Kepala bidang pembinaan dan perlindungan hutan, perkebunan, 6.Kepala bidang produksi dan pemasran perkebunan.

b. Visi dan Misi Dinas Kehutanan

Visi dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten soppeng adalah : “terwujudnya pengelolaan hutan yang lestari dan perkebunan yang produktif “ Adapun Visi memiliki dua subtansi yaitu :

1. Lestari , dimaknakan sebagai kondisi sektor kehutanan di masa mendatang yang lestari dengan berkurangnya lahan kritis di dalam dan luar kawasan hutan melalui rehabilitasi hutan dan lahan serta berkurangnya kerusakan kawasan hutan,pengamanan dan pengawasan hutan sehingga dapat meningkatkan konstribusi di sektor kehutan.

2. Produktif, dimaknakan kondisi sektor perkebunan dimasa mendatang adanya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu komoditas unggulan perkebunan dan penerapan teknologi tepat guna sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Misi dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten soppeng adalah : 1. Memantapkan penyelengaraan pengelolaan sumber daya alam ( SDA) 2. Mementapkan kapasitas status kawasan hutan

3. Menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan

4. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan iformasi kehutanan dan perkebunan

(55)

5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lahan 6. Meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS)

7. Meningkatakan pengendalian dan pnertiban pemanfaatan hasil hutan/non kayu. B. Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Kawasan Hutan Lindung di

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng 1. Sebagai Regulator

Peranan pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelengggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka evfektifitas dan tertib adiministrasi pembangunan). Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjamahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Menurut Peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 2010 Tentang penggunaan Kawasan hutan lindung.

Hutan mempunyai kedudukan dan peran sangat penting dalam pembangunan bangsa dan negara, karena hutan dapat memberikan banyak manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.Oleh karena itu hutan merupakan kekayaan milik bangsa dan negara yang paling banyak manfaat dan hasilnya yang dapat di peroleh.Sehingga hak-hak negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga dan dipertahankan serta dilindungi agar hutan dapat berfungsi dengan baik.

Tujuan perlindungan hutan adalah salah satu untuk menjaga kelestarian dan fungsi hutan serta menjga mutu, nilai, dan kegunaan hasil hutan.Untuk menjamin kelestarian dan perlindungan hutan, maka pemerintah daerah dan jajarannya perlu

Gambar

Tabel 1 Keadaan luas wilayah kecamatan marioriwawo kabupaten soppeng Letak  dan jarak kecamatan marioriwawo antara kelurahan/desa
Tabel 3  Keadaan Sarana dan Prasarana

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap peningkatan kinerja penjualan yang

Zikir manzil merupakan amalan wirid yang tersusun dalam sebuah buku yang disebut sebagai Manzil. Zikir ini merupakan juga amalan sufistik dari Jamaah Tabligh untuk

Dipandang dari hukum Islam, pelaksanaan wakaf sangat seder- hana sekali, tidak ada prosedur yang mesti dilalui, ada orang yang ber- wakaf, ada benda yang diwakafkan

Hasil akhir pada salinitas 30% hanya 55 ekor ikan Guppy yang hidup, hal ini menjelaskan bahwa ikan Guppy mampu beradaptasi dengan kondisi air laut sesuai hasil

Salah satu fenomena baru dari keragaman Islam yang kini muncul secara relatif meluas di Indonesia ialah gerakan yang memperjuangkan penerapan syari’at Islam

Patogen lain seperti Mycoplasma hominis, Haemophilus influenza, Streptococcus pyogenes, Bacteroides, yang berasal dari apendisitis atau diverkulitis

Hal menarik dari metode probabilistik adalah representasi yang eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng.Nilai faktor keamanan disain lereng