• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDs) PADA PERAWAT

(Studi Observasional pada Perawat Instalasi Rawat Inap RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2017) CORRELATION BETWEEN INDIVIDUAL AND WORK FACTORS WITH MUSCULOSKELETAL

DISORDERS (MSD’S) COMPLAINT AMONG NURSES

(Observational Study on Inpatient Nurse RSD Idaman Banjarbaru 2017)

Ghina Ulya Rossa1, Zairin Noor Helmi2, Ratna Setyaningrum3, Lenie Marlinae4, Dian Rosadi5 1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 3

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4

Departemen Kesehatan Lingkungan 5

Departemen Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email: ghinaulyarossa@gmail.com

Abstrak

Perawat menjadi salah satu staf medis yang berperan aktif untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, namun dalam melaksanakan aktivitasnya, perawat seringkali tidak memperhatikan hal-hal penting yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor pekerjaan dengan keluhan Musculoskeletal Disorder pada perawat instalasi rawat inap di RSD Idaman Banjarbaru. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen berupa lembar kuesioner, mikrotoise, timbangan injak, ceklist NBM, VAS dan lembar QEC. Teknik penelitian menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan 70% responden berumur ≥ 30 tahun, 70% responden berjenis kelamin perempuan, 43,3% responden jarang berolahraga, 90% responden tidak merokok,71,7% responden IMT normal, 28,3% responden IMT gemuk, 71,7% responden dengan masa kerja > 4 tahun, 56,7% responden dengan faktor pekerjaan risiko menengah, serta mengalami keluhan MSDs 73,3% responden. Hasil uji Fisher Exact, diketahui terdapat hubungan antara usia (p-value=0,003), jenis kelamin (p-value=0,000) dan kebiasaan olahraga (p-value=0,002) dengan keluhan MSDs. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok (p-value=0,697), IMT (p-value=0,321), masa kerja (p-value=0,110) dan faktor pekerjaan p-value=0,397) dengan keluhan MSDs. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin dan kebiasaan olahraga dengan keluhan MSDs, tetapi tidak terdapat hubungan antara status merokok, IMT, masa kerja dan faktor pekerjaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk melakukan olahraga rutin serta pelatihan ergonomi. Kata kunci : faktor individu, faktor pekerjaan, keluhan musculoskeletal disorders, perawat

Abstract

Nurses become one of the medical staff who play an active role to improve the health development, but in carrying out its activities, nurses often do not pay attention to the important things to be a risk factor for occupational diseases. This study aims to determine the correlation between individual and work factors with Musculoskeletal Disorders complaint among inpatient nurse at RSD Idaman Banjarbaru. The is an observational analytic research with cross sectional approach. Instrument in the form of questionnaire, mikrotoise, bathroom scales, check the NBM, VAS and sheets QEC. this research using purposive sampling technique as many as 60 respondents. Results showed 70% of respondents aged ≥ 30 years, 70% of respondents are female, 43, 3% of respondents rarely exercise, 90% of respondents didn’t smoke, 71.7% of respondents normal BMI, 28.3% of respondents obese BMI, 71.7% of respondents with tenure> 4 years, 56.7% of respondents with a medium risk occupational factors , as well as experiencing MSDs complaint 73.3% of respondents. Fisher Exact test results, it is known there is a relationship between age (p-value = 0.003), gender (p-value = 0.000) and exercise habits (p-value = 0.002) with symptoms of MSDs. There is no significant relationship between smoking status (p-value = 0.697), BMI (p-value = 0.321), tenure (p-value = 0.110) and work

(2)

factor p-value = 0.397) with symptoms of MSDs. It can be concluded that there is a relationship between age, gender and exercise habits with MSDs complaints, but there is no relationship between smoking status, BMI, length of employment and occupational factors.

Keywords : individual factors, work factors, complaints of musculoskeletal disorders, nurse

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam memberikan perawatan terhadap pasien salah satunya adalah tenaga perawat. Perawat merupakan sumber daya manusia yang berada di urutan teratas dari segi jumlah di seluruh rumah sakit, khususnya pada perawat instalasi rawat inap, perawat harus mementingkan kesembuhan pasien dalam perawatannya, sehingga pasien sangat mengharapkan kinerja perawat yang maksimal (1).

Perawat menjadi salah satu staf medis yang berperan aktif untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, namun dalam melaksanakan aktivitasnya, perawat seringkali tidak memperhatikan hal-hal penting yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2004 dalam Rovitri (2015) menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja merupakan penyakit atau cedera yang terjadi di tempat kerja sebagai akibat dari terkena bahan atau kondisi kerja saat melakukan pekerjaan (2,3). Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering dilaporkan dari sekian banyak PAK. Menurut World Health Organization (WHO) dalam Rovitri (2015) insidensi kejadian penyakit muskuloskeletal merupakan penyakit yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60,4% dari semua PAK. Keluhan gangguan muskuloskeletal dapat terjadi kapanpun selama perawat melakukan aktivitas pekerjaannya (3).

Data yang diperoleh dari Burneau of Labor Statistic dalam Lestari (2014) di Amerika Serikat tahun 2002, perawat menduduki peringkat teratas pada pekerjaan yang paling banyak mengakibatkan keluhan muskuloskeletal. Data dari The Taiwan National Health Insurance Research Database dalam Kartika (2014) selama tahun 2004–2010, dari 3914 perawat, 3004 perawat menderita MSDs (76.24%). Penelitian yang dilakukan di Inggris dan Hong Kong pada perawat mendapatkan hasil berturut- turut untuk kejadian nyeri punggung bawah sebesar 38% dan 39% serta nyeri bagian leher 34% dan 31% (4,5,6).

Keluhan MSDs dipicu oleh berbagai faktor, yaitu faktor individu (usia, jenis kelamin, status merokok, kebiasaan olahraga, IMT dan masa kerja), faktor pekerjaan (postur kerja, beban kerja, durasi dan frekuensi) dan faktor lingkungan (getaran dan paparan suhu). Keluhan musculoskeletal dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, kehilangan waktu kerja, peningkatan risiko penyakit akibat kerja (PAK) dan meningkatkan pengeluaran biaya untuk kompensasi pekerja (3,7).

Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru merupakan RS tipe C dan RS yang aktif memberikan pelayanan kesehatan. RSD Idaman Banjarbaru merupakan rumah sakit rujukan, jumlah pasien yang dirawat menjadi lebih banyak sehingga dapat berdampak pada gangguan kesehatan pada perawat. Berdasarkan standar Depkes dalam Ni Luh Ade (2011) rasio tempat tidur dan perawat untuk RS tipe C adalah 1:1, sedangkan di RSD Idaman Banjarbaru masih belum sesuai dilihat dari data profil RSD Idaman Banjarbaru diketahui jumlah tempat tidur untuk instalasi rawat inap berjumlah 137 tempat tidur dan jumlah perawat instalasi rawat inap berjumlah 72 orang. Hal ini menyebabkan beban kerja pada perawat bertambah sehingga berpengaruh terhadap kesehatan perawat (8).

Studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) terhadap sepuluh perawat yaitu perawat instalasi rawat inap dan instalasi rawat jalan RSD Idaman Banjarbaru, didapatkan bahwa 90% responden mengalami keluhan pada bagian tubuh. 30% mengeluhkan nyeri di leher bagian bawah, 20% mengeluhkan sakit pada pinggang, 30% mengeluhkan nyeri pada betis, 10% mengeluhkan nyeri pada bahu kanan dan 10% tidak mengeluhkan apa-apa. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengendalikan faktor risiko dari keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, status merokok,indeks massa tubuh, masa kerja dan faktor pekerjaan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada perawat instalasi rawat inap RSD Idaman Banjarbaru. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat instalasi rawat inap RSD Idaman Banjarbaru yang berjumlah 72 orang. Penetapan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kriteria tertentu. Purposive sampling dipakai agar sampel yang diambil benar-benar sampel yang memiliki kualifikasi untuk menjadi responden penelitian (9).

(3)

Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tidak sedang mengkonsumsi obat penghilang nyeri seperti aspirin, paracetamol, antalgin dan asam mefenamat serta responden tidak memiliki riwayat penyakit seperti patah atau dislokasi tulang, diabetes dan gangguan kelenjar thyroid. Maka dari itu didapat sampel yang berjumlah 60 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk mengetahui usia, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, status merokok, masa kerja, dan keluhan MSDs, ceklist Nordic Body Map (NBM) untuk mengidentifikasi bagian tubuh yang dikeluhkan dan Visual Analogue Scale (VAS) untuk mengidentifikasi tingkat keluhan nyeri, mikrotoise dan timbangan injak untuk mengukur tinggi dan berat badan, serta kuesioner Quick Exposure Check (QEC) untuk mengukur faktor pekerjaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh distribusi frekuensi keluhan musculoskeletal

disorders yang disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 distribusi frekuensi variabel yang diteliti di RSD Idaman Banjarbaru

No. Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Usia (≥ 30 Tahun) 42 70 (< 30 Tahun) 18 30 Total 60 100% 2 Jenis Kelamin Perempuan 42 70 Laki-Laki 18 30 Total 70 100% 3 Kebiasaan Olahraga Jarang 26 43,3 Kadang-Kadang 24 40 Sering 10 16,7 Total 60 100% 4 Status Merokok Ya 6 10 Tidak 54 90 Total 60 100% 5

Indeks Massa Tubuh

Normal 43 71,7 Gemuk 17 28,3 Total 70 100% Masa Kerja 6 > 4 tahun 43 71,7 ≤ 4 Tahun 17 28,3 Total 70 100% Faktor Pekerjaan Rendah 23 38,3 7 Menengah 34 56,7 Tinggi 3 5 Total 60 100% Keluhan MSDs 8 Ada 44 73,3 Tidak Ada 16 26,7 Total 60 100%

Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan usia menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar berada dalam kategori usia berisiko tinggi (70%). Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala (10).

(4)

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan (70%). Banyaknya jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan dalam penelitian ini dikarenakan jumlah perawat perempuan di tempat penelitian lebih banyak dibandingkan jumlah perawat laki-laki.

Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan olahraga menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar jarang melakukan olahraga (43,3%). Apabila kurang berolahraga maka pada otot terjadi kelemahan dan kehilangan kelenturan dan bila olahraga dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan anjuran dapat membantu meningkatkan kesegaran jasmani yang pada akhirnya akan meningkatkan ketahanan fisik (11).

Distribusi frekuensi berdasarkan status merokok menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar tidak merokok (90%). Banyaknya jumlah responden yang tidak merokok dikarenakan responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki dimana laki-laki lebih dominan merokok.

Distribusi frekuensi berdasarkan indeks massa tubuh menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar dengan IMT normal (71,7%). Bagi seseorang yang gemuk (massa tubuh > 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi untuk mengeluhkan keluhan MSDs dibandingkan dengan yang kurus (massa tubuh < 20), khususnya untuk otot kaki (12).

Distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar dengan masa kerja > 4 tahun (71,7%). Masa kerja merupakan faktor yang mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko keluhan MSDs, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan atau tenaga kerja yang tinggi (13).

Distribusi frekuensi berdasarkan faktor pekerjaan menunjukkan bahwa dari 60 orang responden sebagian besar dengan faktor pekerjaan risiko menengah (56,7%). Postur kerja tidak normal adalah postur tubuh yang tidak sesuai dengan anatomi tubuh sehingga terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian tubuh. Postur kerja tidak wajar yang berkepanjangan dapat menyebabkan

musculoskeletal disorder.

Diketahui bahwa dari 60 orang responden, sebanyak (73,3%) responden mengeluhkan keluhan MSDs. Keluhan pada sistem musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai berat. Pada awalnya, keluhan MSDS berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar (14).

B. Analisis Bivariat

Analisis ini adalah untuk melihat hubungan dari masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yaitu usia, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, status merokok, indeks massa tubuh, masa kerja dan faktor pekerjaan dengan keluhan musculoskeletal disorder. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Hubungan antara variabel yang diteliti dengan keluhan musculoskeletal disorder pada perawat instalasi rawat inap RSD Idaman Banjarbaru.

Variabel

Keluhan MSDs

Total

p

value

Ada Tidak Ada

N % N % N % Usia ≥ 30 Tahun 36 85,7 6 14,3 42 100 0,003 < 30 Tahun 8 44,4 10 55,6 18 100 Jenis Kelamin Perempuan 38 90,5 4 9,5 42 100 0,000 Laki-Laki 6 33,3 12 66,7 18 100 Status Merokok Ya 4 66,7 2 33,3 6 100 0,697 Tidak 40 74,1 14 25,9 54 100 Kebiasaan olahraga Jarang 23 88,5 3 11,5 26 100 0,002 Kadang-kadang 18 75 6 25 24 100 Sering 3 30 7 70 10 100

Indeks Massa Tubuh

Normal 30 69,8 13 30,2 43 100

0,321

(5)

Masa Kerja > 4 tahun 34 79,1 9 20,9 43 100 0,110 ≤ 4 Tahun 10 58,8 7 41,2 17 100 Faktor Pekerjaan Rendah 18 78,3 5 21,7 23 100 Menengah 23 67,6 11 32,4 34 100 0,379 Tinggi 3 100 0 0 3 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada perawat adalah usia (0,003), jenis kelamin (0,000), dan kebiasaan olahraga (0,002). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah status merokok (0,697), indeks massa tubuh (0,321), masa kerja (0,110), dan faktor pekerjaan (0,379).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,003).

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,000).

3. Tidak ada hubungan antara status merokok dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,697)

4. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,002).

5. Tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,321)

6. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,110)

7. Tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs pada perawat di RSD Idaman Banjarbaru (p value 0,379)

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal sebagai berikut:

1. Upaya untuk mencegah dan mengendalikan keluhan MSDs yaitu dengan olahraga. Olahraga yang dianjurkan untuk mencegah musculoskeletal disorders adalah low impact aerobic (sepert jalan kaki, bersepeda dan berenang). Sebaiknya di lakukan 30-45 menit 3–5 kali seminggu yang diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Hal ini dapat memperkuat otot dan mencegah musculoskeletal disorders.

2. Secara administratif dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan atau training pada pekerja mengenai resiko pekerjaan dan tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi serta pihak perusahaan dapat membuat SOP yang dapat digunakan oleh pekerja untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman, dan tetap sehat bagi pekerja saat bekerja. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keluhan MSDs dengan variabel penelitian yang

berbeda dari penelitian ini, seperti faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Febriandini EA, Isa Ma`rufi, Ragil IH. Analisis faktor individu, faktor organisasi dan kelelahan kerja terhadap stres kerja pada perawat (studi di ruang rawat inap kelas III RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso). e-Jurnal Pustaka Kesehatan 2016; 4(1): 175-180.

2. Ulfah N, Siti Harwanti dan Panuwun JN. Sikap kerja dan risiko musculoskeletal disorders pada pekerja laundry. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2014; 8(7): 313-318.

3. Rovitri A, Halinda Sari L, dan Mhd. Makmur S. Perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah pemberian workplace stretching-exercise pada perawat di rsia badrul aini medan tahun 2015. Jurnal Lingkungan dan Kesehatan Kerja 2015; 4(2).

(6)

4. Lestari, Ni Luh Putu Susi Mardi. Pengaruh stretching terhadap keluhan muskuloskeletal pada perawat di ruang Ratna dan Medical Surgical RSUP Sanglah. Community of Publishing in Nursing 2014: 2(3).

5. Kartika AD. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal pada perawat di ruang instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

6. Harcombe H, Herbison GP, Mcbride D, Derrett S. 2014. Musculoskeletal disorders among nurses compared with two other occupational groups. Occmed Oxford. 64(8): 601–7. 7. WHO. Preventing Musculoskeletal Disorders in The Workplace. Berlin: Lang/Metze Atelier,

2003.

8. Ernawati Ni Luh AK, Nursalam dan Lilik Djuari. Kebutuhan riil tenaga perawat dengan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Jurnal Ners 2011: 6(1): 86-93.

9. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. CV Alfabeta. Bandung: CV Alfabeta, 2010.

10. Trimunggara K. Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain pada kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2010.

11. Nuryaningtyas BM dan Martiana T. Analisis tingkat risiko Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dengan the Rapid Upper Limbs Assessment (RULA) dan karakteristik individu terhadap keluhan MSDs. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 2014; 3(1): 160-169.

12. Tarwaka. Ergonomi Industri: Dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat kerja. Harapan Press. Surakarta: Harapan Press, 2010.

13. Oktavianoor H. Hubungan antara faktor individu dengan keluhan gangguan muskuloskeletal. Skripsi. Universitas Lambung Mangkurat: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran. Banjarbaru, 2014.

14. Olvin Kristin Manengkey, Johan Josephus, Odi R. Pinontoan. Analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Community Health 2016; 1(2): 18-35.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa se- cara simultan variabel kepemimpinan instruktif, kepemimpinan konsultatif, ke- pemimpinan partisipatif dan kepemim- pinan delegatif

Bagian sistem untuk pengguna meliputi: proses pendaftaran dan verifikasi pendaftaran ke dalam sistem, proses login ke dalam sistem, proses manajemen user, proses masuk ke halaman

Dari analisis data pada sastra lisan Lampung pepancogh , terdapat delapan data gaya bahasa perulangan diantaranya gaya bahasa aliterasi, gaya bahasa asonansi, gaya

Berdasarkan hasil penelitian, perangkat pembelajaran biologi dengan pendekatan scientific skill memiliki tingkat keterterapan yang baik, sehingga dapat digunakan

(1993), dadih yang baik berwarna putih dengan konsistensi menyerupai susu asam. (yoghurt) dan beraroma khas susu

Komunikasi persuasif account officer sangat diperlukan dalam setiap tahapan tersebut agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam upaya menarik calon

Hubungan antara asupan vitamin C dengan status anernia disajikan pada tabel 15.Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa semua responden yang tingkat asupan Vitamin C-nya baik

Selain itu, responden yang sebagian besar merupakan remaja pada fase remaja awal masih memiliki kemampuan yang terbatas dalam mencerna dan mengolah informasi dari