• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN

BERDASARKAN KEMAMPUAN LAHAN (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Karang Mumus)

Dwi Agung Pramono

(*)

, Teguh Hariyanto, dan Agung Budi Cahyono

Program Studi Pasca Sarjana Geomatika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh November, Sukolilo, Surabaya, 60111. Indonesia

e-mail: dwapra@ymail.com

ABSTRAK

Perkembangan aktivitas manusia dalam memanfaatkan suatu lahan harus disesuaikan dengan kemampuan lahan daerah yang akan digunakan, oleh sebab itu perlu adanya suatu analisis tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan.

Hasil yang diharapkan dari analisis ini memberikan informasi untuk memanajemen suatu wilayah yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus yang berada pada 2 wilayah adminstrasi yaitu Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode yang digunakan untuk menganalisa kemampuan lahan berdasarkan pedoman penentuan daya dukung lingkungan hidup wilayah dalam penataan ruang yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan penggunaan lahan menggunakan metode matching (mencocokan) dengan menganalisis data penginderaan jauh berupa citra Ikonos serta analisis di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah Terdapat 7 kelas Kemampuan Lahan di wilayah DAS Karang Mumus dari 8 kelas, kelas yang tidak terdapat pada wilayah DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan VIII. Wilayah DAS Karang Mumus mayoritas memiliki kelas kemampuan lahan III (15.631,26 Ha), dan tersebar merata pada seluruh kecamatan yang ada di wilayah DAS tersebut. Namun penggunaan lahan pada wilayah DAS Karang Mumus sekitar 85% merupakan Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, dimana penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan pada wilayah tersebut.

Kata kunci: Kemampuan lahan; Penggunaan lahan; DAS; Kuasa Pertambangan (KP).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu kemampuan lahan perlu diketahui karena dapat menjadi acuan dalam

suatu pembangunan wilayah tertentu, agar keseimbangan dan kelestarian lingkungan

tetap terjaga dan mencegah degradasi lahan. Penilaian kemampuan lahan bermaksud

menetapkan perbaikan pengelolaan termasuk pemilihan bentuk penggunaan dan upaya

konservasi yang perlu diterapkan dalam mengembangkan suatu program konservasi

jangka panjang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan

pemanfaatan lahan juga meningkat, hal tersebut tidak menutup kemungkinan

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya akan terjadi.

(2)

Ketidaksesuaian penggunaan lahan yang berdasarkan kemampuan lahan akan menimbulkan dampak negatif seperti bencana alam dan penurunan nilai ekologi secara drastis di suatu wilayah. Salah satu wilayah yang menarik untuk dilakukan analisis tersebut adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus. Pada beberapa wilayah DAS Karang mumus tersebut, sering terjadi bencana alam yaitu banjir khususnya pada bagian hilir DAS Karang Mumus yaitu pada wilayah kecamatan Samarinda Ulu dan Kecamatan Samarinda Utara. Banjir tersebut dapat menjadi salah satu indikasi adanya ketidaksesuaian penggunaan lahan dibagian hulu maupun hilir DAS Karang mumus.

Analisis yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus dapat memberikan informasi yang berbasis geografis guna memberikan suatu arahan penggunaan yang tepat untuk pengembangan pembangunan serta perbaikan penataan kota agar ramah lingkungan dan sesuai dengan kemampuan lahan di wilayah tersebut.

Tujuan

Tujuan dalam penelitian yang akan dilakukan pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus adalah untuk menganalisis hubungan kesesuaian penggunaan lahan dan kemampuan lahan dan membuat arahan penggunaan lahan sesuai kemampuan lahannya.

Studi Literatur

Konsep Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan

karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan (Anonim, 2009).

Anonim (2009) menyatakan bahwa Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan dan kapasitas tampung limbah, dari telaahan daya dukung lingkungan hidup masih terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung kepada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, maka penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:

1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang;

2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan tahan;

3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), pengelompokan kemampuan Lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan dan, interpretasi peta tanah.

Kemampuan Lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya kerusakan dan hambatan

dalam mengelola Lahan. Dengan demikian, apabila tingkat bahaya/risiko kerusakan dan

hambatan penggunaan meningkat, maka spektrum penggunaan lahan menurun seperti

yang diilustrasikan dalam Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan intensitas dan macam penggunaan lahan.

Kelas Kemampuan Lahan

Intensitas dan macam penggunaan lahan meningkat Cagar

Alam Hutan Penggembalaan Pertanian

T S I T S I SI Hambatan

meningkat dan Pilihan penggunaan

lahan berkurang

I II III IV V

VI Bagian yang diarsir

menujukkan penggunaan yang sesuai dari kelas yang bersangkutan

VII VIII Keterangan : T = Terbatas S = Sedang I = Intensif

SI = Sangat Intensif

Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas

Anonim (2009) menyatakan bahwa Lahan diklasifikasikan ke dalam 8 kelas, yang ditandai dengan huruf Romawi I -.VIII. Pada dua kelas pertama (kelas I,

II) adalah lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian dan dua kelas terakhir (Kelas VII dan VIII) merupakan Lahan yang harus dilindungi atau untuk fungsi konservasi.

Kelas III, IV, V dan VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya.

Meskipun demikian, Lahan Kelas III dan IV masih dapat digunakan untuk pertanian, dalam kategori unit pengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi dan hambatan/risiko, sehingga dapat dipakai untuk menentukan tipe pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan.

METODE

Tahap Persiapan Studi Pustaka

Penulis mempelajari literatur-literatur/referensi yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan sebagai dasar teori dalam penyusunan skripsi ini agar tidak menyimpang dari pembahasan.

Menyiapkan Alat dan Bahan

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan

selama kegiatan penelitian dan mencari data penunjang penelitian (data pertambangan,

data erosi, dll).

(4)

Tahap Pengolahan Data Pemindaian (scanning) Peta

Kegiatan ini melakukan pemindaian peta cetakan menggunakan perangkat keras scanner agar dapat diolah menggunakan perangkat lunak, namun apabila memiliki peta digital maka tidak perlu melakukan pemindaian peta.

Koreksi Geometrik

Koreksi Geometrik perlu dilakukan pada peta-peta input agar posisi peta sesuai dengan letak geografis di permukaan bumi yang sebenarnya. Koreksi Geometrik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 dengan berpedoman pada peta yang sudah benar ketepatan geometriknya.

Pembuatan Peta Tematik

Berdasarkan kebutuhan analisis kemampuan lahan DAS Karang Mumus. Oleh karena peta erosi merupakan hasil analisa Afif (2010), maka peta tematik yang perlu dibuat adalah peta lereng, jenis tanah, drainase, dan peta ancaman banjir dengan menggunakan program ArcGis 9.3.

Pengolahan Peta Kemampuan Lahan

Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan karakteristik Lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan Lahan (Anonim, 2009).

Metode yang yang digunakan dalam pengamatan kemampuan lahan adalah metode Matching (mencocokkan), pada setiap satuan lahan dapat dideskripsikan sifat-sifatnya yang berkaitan faktor-faktor penghambat maupun potensi yang dikembangkan.

Pengolahan Penggunaan Lahan

Proses analisis penggunaan lahan dengan bahan citra Ikonos dilakukan dengan langkah pertama adalah melakukan proses koreksi geometrik dengan peta administrasi hingga nilai RMSe ≤ 1 pixel, kemudian melakukan proses croping area penelitian, proses selanjutnya adalah melakukan proses digitasi penggunaan lahan sesuai dasar intrepetasi citra hingga dihasilkan wilayah pemukiman, perdagangan, kawasan hutan, pertambangan dan kawasan perkebunan.

Pengolahan Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Dasar Kemampuan Lahan Proses analisis kesesuaian lahan berdasarkan penggunaan lahan dan kemampuan yang ada pada wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Dimana data vektor penggunaan lahan akan di overlay-kan dengan data vektor kemampuan lahan pada wilayah Daerah Aliran Sungai Karang Mumus. Hasil yang diperoleh dari overlay tersebut, merupakan pembentukan suatu areal dengan 3 (tiga) keterangan yaitu sesuai, tidak sesuai dan sesuai dengan persyaratan tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Anggana

Berdasarkan hasil pengolahan data, pada Kecamatan Anggana yang termasuk

wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus hanya terdapat 1 jenis

penggunaan lahan yaitu Kuasa Pertambangan (KP) batu bara. Penggunaan lahan Kuasa

Pertambangan (KP) batu bara tersebut memiliki luas sebesar 959,88 Ha atau 100% dari

(5)

luasan Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus. Penggunaan lahan tersebut tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan yang ada, kelas kemampuan lahan yang ada pada wilayah tersebut adalah kelas kemampuan lahan II, III, IV, dan VI.

Pada wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus ±99% merupakan KP milik PT. Lanna Harita Indonesia dengan luas 954,34 Ha sedangkan PT. Cahaya Energi Mandiri memiliki luas yang sedikit yaitu 5,54 Ha dibagian selatan wilayah Kecamatan Anggana yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus, untuk memperjelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan DAS

(6)

Kecamatan Muara Badak

Luas Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus adalah 10.096,68 Ha, mayoritas penggunaan lahan pada wilayah tersebut adalah Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, KP pada Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus merupakan penggunaan lahan terbesar dengan 8.359,86 Ha atau ±80% dari luasan yang ada.

Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan pada wilayah Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus ada sekitar 1.392,57 Ha, lahan ini berupa hutan primer dataran rendah, hutan produksi, semak belukar (tanaman pioner) dan ladang berpindah, sedangkan untuk lahan yang sesuai bersyarat dengan kemampuan lahan terdapat sekitar 344,25 Ha.

Kelas kemampuan lahan yang ada pada wilayah Kecamatan Muara Badak yang termasuk kawasan DAS Karang Mumus adalah kelas kemampuan lahan I, II, dan III, dimana merupakan daerah yang cocok untuk kegiatan pada bidang kehutanan, pertanian dan penggembalaan, selain itu terdapat kelas kemampuan lahan IV, VI dan VII yang merupakan kawasan konservasi. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut, banyak sekali penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada pada wilayah tersebut ada sekitar ±80% dari luasan wilayah yang ada yaitu sebesar 8359,86 Ha, dimana penggunaannya mayoritas berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara.

Kecamatan Tenggarong Seberang

Wilayah Kecamatan Tenggarong Seberang yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas sekitar 160,71 Ha. Penggunaan lahan pada wilayah ini berupa Kuasa Pertambangan (KP) dari 2 perusahaan yaitu PT.

Mahakam Sumber Jaya dan CV. Dua Tiga Empat.

Pada wilayah yang memiliki kelas kemampuan lahan IV dan VI seharusnya tidak diperbolehkan ada kegiatan pertambangan batu bara, karena akan merusak ekologi suatu wilayah dan fungsi-fungsi lingkungan yang ada seperti daerah tangkapan air, konservasi tanaman maupun hewan, dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena kegiatan pertambangan akan merubah komposisi tanah, struktur dan bentuk fisik suatu wilayah.

Selain itu, mengakibatkan sedimentasi yang besar pada hilir sungai DAS Karang Mumus.

Kecamatan Samarinda Utara

Wilayah Samarida Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luasan yang terluas yaitu 17.812,68 Ha, terdapat beberapa penggunaan lahan pada wilayah tersebut seperti kawasan hutan, industri, perdagangan, perkebunan,pertanian, pemukiman, serta kawasan pertambangan maupun penggunaanlahan yang lain.

Berdasarkan pengolahan data, kesesuaian penggunaan lahan yang ada pada wilayah Kecamatan Samarinda Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, mayoritas memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada seperti terdapat kuasa pertambangan (KP) batu bara pada kelas kemampuan lahan IV,V,dan VI dimana kelas kemampuan lahan tersebut seharusnya digunakan sebagai hutan lindung, pertanian dan lahan penggembalaan.

Wilayah yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya memiliki luas sebesar

11.962,21 Ha atau 67% dari total luasan wilayah tersebut, kawasan tidak sesuai dengan

(7)

kemampuan lahan tersebut tersebar merata pada wilayah Kecamatan Samarinda Utara yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus, sedangkan untuk daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan yang ada memiliki luas yaitu 5.321,99 Ha dan untuk wilayah sesuai bersyarat memiliki luasan 528,48 Ha.

Kecamatan Samarinda Ulu

Kawasan Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki luas 2.571,46 Ha, wilayah tersebut memiliki daerah pemukiman penduduk yang tidak teratur pada bagian selatan dengan luas 1.120,55 Ha, sedangkan untuk pemukiman teratur berada pada bagian tengah wilayah tersebut dengan luasan 84,13 Ha. Penggunaan lahan untuk wilayah perdagangan dan jasa memiliki total luas sebesar 150,73 Ha yang tersebar dibagian selatan wilayah tersebutn perdagangan dan jasa tersebut seperti Pasar Pagi, Mall Mesra, pusat-pusat elektronik, dll. Pertanian lahankering pada wilayah ini,terdapat pada bagian tengah wilayah dengan luas 7,01 Ha, sedangkan penggunaan lahan berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara memiliki luasan yang cukup luas, dimana kawasan tersebut memiliki luas 748,97 Ha.

Pada wilayah Kecamatan Samarinda Ulu yang termasuk dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus terdapat penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dengan luas 502,61 Ha, penggunaan lahan yang sesuai tersebut berupa hutan alam maupun hutan kota, selain itu terdapat danau pada areal tersebut.

Kesesuaian penggunaan lahan yang tidak sesuai memiliki luas 843,18 Ha, dimana penggunaan lahannya berupa Kuasa Pertambangan (KP) batu bara, tanah kosong pada kelas kemampuan III, IV, V dan VI, selain itu terdapat pemukiman tidak teratur pada kelas kemampuan VI yang seharusnya areal ini digunakan sebagai wilayah konservasi guna menjaga keseimbangan siklus air maupun mengurangi tingkat bahaya erosi tanah.

Wilayah tersebut mayoritas memiliki areal yang sesuai bersyarat sebesar 1.225,67 Ha dengan penggunaan lahan berupa pemukiman tidak teratur, pemukiman teratur, perdagangan dan jasa serta wilayah industri.

Kecamatan Samarinda Ilir

Kecamatan Ilir memiliki wilayah yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus dengan luas sebesar 450,13 Ha, terdapat beberapa penggunaan lahan pada wilayah ini yaitu pemukiman tidak teratur seluas 125,35 Ha yang tersebar dibagian barat wilayah tersebut, selain itu terdapat penggunaan lahan sebagai areal perdagangan dan jasa dengan luas 2,2 Ha. Wilayah tersebut memiliki penggunaan lahan berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha dibagian selatan \, sedangkan mayoritas wilayah ini memiliki penggunaan lahan sebagai Kuasa Pertambangan (KP) batu bara dengan luas sebesar 225,73 Ha, KP tersebut dikelola oleh 2 perusahaan yaitu PT. Insani Bara Perkasa dengan luas KP sebesar 12,97 Ha dan CV. Limbuh dengan luas 212,76 Ha.

Mayoritas penggunaan lahan pada wilayah ini tidak sesuai dengan kemampuan

lahan yang ada, hal tersebut terjadi karena terdapat Kuasa Pertambangan (KP) batu bara

yang cukup luas mencapai 253,02 Ha atau lebih 50% dari luas wilayah Kecamatan

Samarinda Ilir yang termasuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang

Mumus, selain itu terdapat tanah kosong pada kelas kemampuan lahan IV, V, dan VI,

dimana kelas kemampuan lahan tersebut seharusnya digunakan sebagai areal konservasi

(8)

suatu ekositem. Daerah yang sesuai dengan kemampuan lahan pada areal ini seluas 114,42 Ha berada pada tengah wilayah tersebut, penggunaan lahan yang sesuai dimaksud berupa hutan kota dengan luas 0,21 Ha pada kelas kemampuan lahan III,

selain itu pemukiman tidak teratur pada kelas kemampuan lahan III dengan luas 51,51 Ha dan penggunaan lahan yang sesuai selanjutnya adalah semak belukar/tumbuhan pioner dengan luas 62,69 Ha pada kelas kemampuan lahan III.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus memiliki penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 22.538,77 Ha atau 70,32% dari luas DAS Karang Mumus, sedangkan wilayah yang sesuai memiliki luas 7.331,59 Ha atau sekitar 22,87% dari luas seluruh DAS Karang Mumus dan penggunaan lahan yang sesuai bersyarat dengan kemampuan lahan seluas 2.181,09 Ha atau 6,8% dari luas DAS Karang Mumus.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya kegiatan penelitian yang sama pada wilayah-wilayah lain, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dan penggunaan lahan selain di wilayah DAS Karang Mumus,

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penentuan pembangunan di wilayah Sub DAS Karang Mumus, agar dapat meminimalisir tingkat kerusakan lingkungan dan kemudahan dalam pengelolaan suatu lahan.

3. Perlu adanya penelitian lanjutan, tentang kesesuaian penggunaan lahan secara berkala pada Sub DAS Karang Mumus untuk memberikan informasi perubahan- perubahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R., 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Penerbit Graha ilmu.

Yogyakarta.

Anonim. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Bogor.

Anonim. 2001. Rehabilitas Hutan dan DAS. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.

Anonim. 2009. Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Wilayah dalam Penataan Ruang. Asisten Deputi Urusan Pengawasan dan Evaluasi Lingkungan.

Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

(9)

Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Penerbit Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Kertonegoro, B.D. dan Siradz, S. 2006. Kamus Istilah Ilmu Tanah. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Jakarta.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Munsell, 1975. Soil Color Charts. Macbeth a Division of Kollmorgen Corporation.

Baltimore, Maryland.

Gambar

Tabel 1.  Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan intensitas dan    macam  penggunaan lahan
Gambar 1.  Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Lahan DAS

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal beroperasinya, banyak sekali timbul permasalahan yang cukup mengganggu pelayanan bus seperti adanya penentangan oleh awak bus kota yang biasa melayani rute ke kampus

Berdasarkan pada pokok bahasan yang telah dijelaskan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pembelajaran bahasa Arab di kelas

Gambar 6 Rata-rata jumlah kepiting bakau pada bubu non-escape vent dan bubu dengan bentuk escape vent berbeda Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terhadap total hasil

Apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Pengelola Produksi Perikanan Tangkap yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana

Kepada para intruktur pelaksanaan keterampilan tata kecantikan di Panti Sosial Bina Remaja Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau untuk lebih meningkatkan kinerjanya

Penelitian ini pun sebenarnya adalah pengembangann dari teori yang sudah ada karena pada dasarnya theodolite sendiri sudah dipakai dalam penentuan arah kiblat,

Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan

Sasaran ini dicapai melalui kegiatan : Pembangunan Gedung Kantor; Pengadaan Mobil Jabatan; Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional; Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor;