• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3 Sumber Daya Proyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bab 3 Sumber Daya Proyek"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Harits Darma Intifidia I0114053

Bab 3

Sumber Daya Proyek

3.1 Uraian Umum

Pencapaian kesuksesan dalam suatu proyek tentuya sangat dipengaruhi oleh segala unsur yang ada di dalamnya. Harmonisasi dari setiap elemen menjadi kunci dari kesuksesan yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada pemilik proyek (owner). Tolak ukur dari kesuksesannya ditandai dengan ketepatan waktu dan mutu.

Selain membutuhkan manajemen yang baik, dalam menuju kesuksesan di proyek tentunya diperlukan sumber daya yang mumpuni. Sumber daya proyek yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan antara lainnya:

a. Manusia (tenaga kerja) b. Material (bahan bangunan) c. Mesin (peralatan)

d. Dana (money) e. Metode

Dalam pelaksanaannya, kelima hal tersebut harus saling mendukung. Seperti halnya hubungan antara tenaga kerja dan metode dalam mencapai efisiensi waktu.

Tidak bisa dengan adanya tenaga kerja berpengalaman saja untuk menujunya, apabila metode yang diterapkan tidak tepat tentu tidak akan tercapai efisiensi waktu yang direncanakan.

3.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada dasarnya merupakan unsur pelaksana utama dalam jalannya proyek. Dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangatlah bergantung pada mutu pekerja. Dengan demikian, kemampuan tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan kunci penting dalam memaksimalkan hasil yang diharapkan nantinya.

Kemampuan tenaga kerja di lapangan tentunya dipengaruhi oleh pengalaman, karena pada dasarnya ilmu yang ada di lapangan cenderung kepada engineering judgement atau insting keteknikannya, dengan demikian jam terbang seseorang dalam suatu proyek sangat penting dan dituntut untuk dapat professional.

(2)

Harits Darma Intifidia I0114053 Unsur tenaga kerja yang dipakai dalam proyek antara lain:

a) Manusia (tenaga kerja) sebagai pemikir yang menghasilkan ide dan membuat keputusan mengenai rencana pengadaan, penempatan dan pengaturan sumber daya yang lain.

b) Manusia (tenaga kerja) sebagai operator atau penggerak peralatan dan mesin- mesin bantu lainnya.

c) Manusia (tenaga kerja) sebagai pengelola material.

Dengan demikian, peran tenaga kerja dalam suatu proyek sangatlah penting dan kompleks. Maka, dalam menentukan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya haruslah mendapat perhatian khusus agar nantinya proyek yang dijalankan dapat mencapai kecepatan maksimal dan mempermudah kerja pengawasan.

3.2.1. Jenis Tenaga Kerja

a) Tenaga kerja menurut status karyawan.

Secara garis besar jenis tenaga kerja menurut status karyawan terdiri dari dua golongan, yaitu:

1) Tenaga kerja tetap.

Tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang sistemnya terikat dengan perusahaan.

Pengangkatan karyawan ini adalah wewenang dari perusahaan yang bersangkutan.

2) Tenaga kerja tidak tetap.

Tenaga kerja ini adalah tenaga kerja yang diperlukan dengan sistem kerja yang tidak terikat dengan perusahaan atau pekerja yang hanya dikontrak pada saat proyek berlangsung. Tenaga kerja ini bekerja mulai dari persiapan sampai dengan tahap akhir suatu proyek dengan sistem gaji mingguan.

b. Tenaga kerja menurut tingkat kemampuannya.

Tenaga kerja menurut tingkat kemampuan kerja digolongkan menjadi tiga bagian yaitu:

1) Tenaga kerja ahli

Tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus yang sudah profesional dalam bidang administrasi, pelaksanaan dan pengawas. Tenaga kerja ini telah memiliki pengalaman banyak dalam segi pembangunan suatu proyek.

2) Tenaga kerja menengah

Tenaga kerja menengah merupakan tenaga terdidik setingkat SMA, STM dan sederajat yang sudah berpengalaman dalam pembangunan proyek. Tenaga kerja macam ini sangat diperlukan dalam pembangunan suatu proyek. Tenaga kerja ini biasanya menangani dalam bidang pekerjaan tertentu, misalnya : pembantu pelaksana, logistik umum dan sebagainya.

(3)

Harits Darma Intifidia I0114053 3) Buruh

Buruh adalah tenaga kerja lepas yang dikoordinir dan dipimpin oleh seorang mandor. Tenaga ini sebenarnya terdiri dari beberapa tenaga kerja yang tidak dapat ditentukan jumlahnya. Macam pekerjaan yang dikerjakan tenaga kerja ini adalah galian tanah, pondasi, pemasangan batu kali, pekerjaan kayu, penulangan, pemasangan batu bata dan sebagainya.

3.2.2. Waktu Kerja

Pelaksana merencanakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jatah waktu yang telah disepakati dengan pemilik proyek. Jumlah jam kerja yang berlaku adalah dalam satu hari dengan tujuh jam kecuali hari Sabtu. Apabila kelebihan jam kerja maka dihitung sebagai lembur.

Adapun perincian jam kerja pada hari Senin sampai Sabtu adalah:

a) Pukul 08.00 - Pukul 12.00, jam kerja biasa.

b) Pukul 12.00 - Pukul 13.00, jam istirahat.

c) Pukul 13.00 - Pukul 17.00, jam kerja biasa.

d) Pukul 19.00 - selesai, jam kerja lembur.

Hari besar adalah hari libur bagi pekerja, jika pada hari tesebut ada waktu diluar jam kerja digunakan untuk mengejar keterlambatan kerja lapangan, maka dihitung sebagai jam lembur.

3.3 . Material (Bahan Bangunan)

Komponen penting dalam proyek lainnya adalah material. Selain ketepatan mutunya, ketepatan waktu pengadaan juga harus disesuaikan dengan kurva S atau target mingguan yang direncanakan, sehingga keberadaan material tidak menghalangi keberjalanan pekerjaan. Keterlambatan pengadaan material sangatlah berpengaruh negatif terhadap kurva S, karena apabila material tidak ada maka pekerjaan tidak akan berlangsung, sedangkan apabila kedatangan material terlambat, maka target mingguan tidak akan tercapai atau target mingguan akan berubah. Dengan demikian, material sangatlah berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja, terlebih pada bagian Quantity Surveyor, yang berperan menjaga ketepatan waktu.

Pengadaan material yang berlebih tidaklah dianjurkan dalam pelaksanaan lapangan. Alih-alih ingin memberi stok agar pekerjaan dapat kontinyu, malah terjadi pembengkakan biaya akibat pembeliannya. Hal ini terjadi pada material yang tidak

(4)

Harits Darma Intifidia I0114053 dapat bertahan lama atau perlu perlakuan khusus untuk mempertahankan mutunya.

Kedua kemungkinan diatas nantinya harus diminimalisir agar pekerjaan tetap sesuai dengan rencana waktu awal. Apabila terjadi kerugian akibat pengadaan material, kontraktor harus bertanggung jawab sesuai dengan kontrak kerja yang sudah disepakati dengan pemilik proyek. Dengan begitu, pengadaan dan pengalokasian bahan bangunan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Selain itu, kebutuhan material juga harus diperhatikan mutunya. Pengadaan material haruslah sesuai dengan kebutuhan mutu yang dibutuhkan. Hal ini tentunya sangatlah berpengaruh dengan hasil akhir nantinya. Apabila didapati mutu yang berbeda dari gambar kerja dengan hasil lapangan, maka MK berhak menindak pelanggaran tersebut dengan mengganti atau memperbaikinya.

3.3.1. Air

Dalam pelaksanaan suatu proyek, air adalah bahan yang sangat penting dan berfungsi antara lain:

a. Pembuatan adukan beton.

b. Pembuatan adukan untuk spesi.

c. Perawatan beton dan kegiatan penunjang lainnya.

Air yang digunakan harus memenuh syarat-syarat air untuk pengerjaan beton.

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 syarat-syarat air yang boleh digunakan antara lain:

a. Bebas dari bahan yang merusak, seperi kandungan oli, asam, alkali, garam, bahan organic, atau bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau beton yang di dalamnya tertanam logam alumunium, tidak boleh mengandung ion klorida

c. Menggunakan air yang dapat diminum, jika tidak, maka proporsi beton harus dengan sumber yang sama.

3.3.2. Agregat

Agregat yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dalam SKSNI T- 15-1991-03 terdiri dari :

1. Pasir beton (agregat halus ). Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat pasir beton.

(5)

Harits Darma Intifidia I0114053 2. Koral atau crushed stone ( agregat kasar ) :

• Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Dimensi maksimum 2 cm, dan tidak lebih seperempat dimensi beton yang terkeensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.

• Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas maksimum tersebut 3 cm dengan gradasi baik.

Pada bagian dimana pembesian cukup berat ( cukup ruwet ) digunakan split pecah atau giling mesin.

3.3.2.1. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi dari batuan, pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecah batu, atau pasir yang diambil dari sungai. Agregat halus atau pasir berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan dan keawetan beton. Pasir sering kali mengandung mineral reaktif dan kotoran lainnya, oleh karena itu pemilihan pasir untuk beton harus dilakukan secara kolektif.

Agregat halus yang digunakan di dalam proyek Spazio Tower harus memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan yaitu merupakan butir-butir yang bersih, kasar, dan tajam, tidak mengandung bahan organis, dan memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2847-2002

Tabel 3.1. Gradasi Agregat Halus.

Saringan Ukuran % lolos saringan

3/8 9,500 mm 100

No. 4 4,754 mm 90-100

No. 8 2,381 mm 80-100

No. 30 0,595 mm 25-65

No. 50 0,297 mm 10-30

No. 100 0,149 mm 5-10

No. 200 0,074 mm 5

Sumber : PBI 1971 NI-2 1971

(6)

Harits Darma Intifidia I0114053 Gambar 3.1. Agregat Halus ( Pasir )

3.3.2.2.Agregat Kasar (Batu Pecah)

Agregat kasar yang dimaksud adalah kerikil atau batu pecah. Agregat kasar material beton harus mempunyai ukuran lebih dari 30 mm. Agregat kasar dalam proyek ini sangat jarang digunakan, hal itu dikarenakan seluruh struktur utamanya menggunakan semen ready mix. Komponen yang menggunakan agregat kasar biasanya adalah kolom praktis.

Persyaratan umum agregat kasar antara lain harus bersih dari bahan organik dan alkali, tidak mudah pecah, tidak memiliki permukaan halus, tidak berpori.

Tabel 3.2. Gradasi Agregat Kasar.

Saringan Ukuran % Lolos saringan

1” 25 mm 100

3/4” 20 mm 90-100

3/8” 9,5 mm 25-55

No. 4 4,76 mm 0-10

Sumber : PBI 1971 NI-2 1971

(7)

Harits Darma Intifidia I0114053 Gambar 3.2. Batu Pecah ( Kerikil )

3.3.3. Semen / Cement

Semen/Portland Cement adalah bahan pengikat yang sangat penting, terutama dalam pembuatan konstruksi beton bertulang. Semen merupakan bahan ikat hidrolis, yaitu bahan yang akan mengeras jika dicampur dengan air dan merupakan bahan utama dalam pembuatan adukan beton. Semen yang digunakan dalam proyek ini harus memenuhi syarat-syarat SII dan NI-8.

b. Adapun persyaratan semen yang tercantum dalam syarat-syarat spesifikasi teknik proyek adalah sebagai berikut:a. Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis I menurut ASTM, produksi Semen Gresik, Tiga Roda, Cibingong, atau PC lain, yang selain itu juga harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada SNI 03-2847-2002.

c. Merek yang dipilih harus dirundingkan dan disetujui terlebih dahulu oleh MK.

d. Merek yang sudah disetujui tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan MK.

e. Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen dari

(8)

Harits Darma Intifidia I0114053 merek yang telah dipilih dan telah digunakan.

f. Merek semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merek semen yang sudah digunakan harus disertai jaminan dari kontraktor yang dilengkapi dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti setaraf dengan mutu semen yang digantinya.

Gambar 3.3 Portland Cement

Untuk menjaga kualitas semen di lapangan, maka:

a. Semen harus didatangkan dan disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat semen harus sama dengan yang dicantumkan dalam zak.

b. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.

c. Semen harus dalam keadaan yang belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen.

Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta perencana.

(9)

Harits Darma Intifidia I0114053 Selain semen Portland, semen yang digunakan pada proyek Tower Spazio ini dibedakan menjadi semen instant mortar utama untuk plester dan untuk pemasangan acian, serta untuk grouting.

a. Mortar utama MU-290

Semen ini digunakan untuk pengerjaan plester, cara penggunaanya sangat efektif karena tinggal mencapur dengan air kemudian langsung digunakan unutk plester.

Gambar 3.4 Semen untuk plester b. Mortar utama MU-250

Mortar ini digunakan untuk acian, cara penggunaan mortar ini hanya tinggal menambah air dengan proposi yang telah ditentukan.

Gambar 3.5 Semen untuk acian c. Semen untuk grouting

Semen untuk grouting pada proyek ini yaitu Sikagrout 215 yang digunakan untuk pekerjaan grouting non-injection biasanya digunakan untuk grouting

(10)

Harits Darma Intifidia I0114053 kolom. Untuk grouting dengan sistem injection untuk coupler digunakan

semen kusus.

(a) (b) Gambar 3.6 (a) Sika 215 (b). Semen untuk coupler 3.3.4. Beton Ready Mix

Untuk efektifitas pelaksanaan pengecoran, pada proyek ini menggunakan ready mix concrete PT Merak Jaya Beton dan PT. Pioneer Beton sebagai pembuat ready mix.

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemakaian ready mix concrete antara lain:

a. Pemakaian beton ready mix harus mendapatkan persetujuan dari pengawas.

b. Zat aditif yang ditambahkan pada ready mix harus berkualitas baik.

c. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh terhadap adukan yang disuplai, kontinuitas pengiriman, serta menjamin keseragaman dan kualitas bahan adukan yang harus memenuhi syarat-syarat spesifikasi.

d. Beton ready mix harus sudah dicor pada tempatnya serta waktu yang tertentu dihitung mulai truck mixer berangkat dari site plan sampai selesai.

Dengan menggunakan ready mix concrete ini memiliki beberapa keuntungan:

a. Tidak membutuhkan penggunaan lokasi yang besar untuk penimbunan bahan karena beton ready mix langsung dicor pada lokasi yang telah disiapkan.

b. Pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan cepat.

(11)

Harits Darma Intifidia I0114053 c. Jika dalam pengujian mutu beton tidak sesuai dengan pesanan maka pihak

pemesan dapat mengajukan ganti rugi pada supplier ready mix.

Kerugian dalam penggunaan ready mix concrete:

a. Jika terjadi kesalahan dalam volume pemesanan, misalnya volume pengecoran beton ternyata lebih kecil maka beton yang ada dalam adukan menjadi tanggung jawab pihak pemesan.

b. Tertinggal sisa-sisa beton pada mixer.

c. Jika pada saat pengecoran terjadi hujan, maka adukan beton yang ada akan dibuang jika telah melewati batas waktu pemakaian (setting time), dan ini akan menjadi tanggung jawab pemesan.

d. Apabila terjadi keterlambatan waktu pengecoran akibat kesalahan pihak tim pelaksana yang mengakibatkan adukan beton tidak memenuhi mutu yang ditetapkan maka kerugian ditanggung pihak tim pelaksana.

Syarat-syarat khusus beton ready mix yang digunakan pada proyek ini antara lain:

a. Beton harus lolos uji slump, dengan nilai maksimal 10 ± 2, apabila nilai slump tidak terpenuhi, maka pelaksana dapat menolak beton dan meminta penggantinya b. Pemasokan beton ready mix dilakukan pada supplier beton ready mix yang

memiliki kredibilitas baik, mutu stabil, kontinuitas penyediannya, dan mempunyai atau mengambil material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu baik.

d. Suplier beton ready mix harus membuat jaminan tertulis kepada pemborong tentang mutu beton yang digunakan. Untuk mengontrol mutu beton, pemborong atau supplier masing-masing harus mengambil sampel yang berupa silinder dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm untuk dites dilaboratorium yang disetujui dan jumlah sampel yang dibuat sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia.

e. Beton ready mix yang tidak memenuhi mutu yang disyaratkan dan sudah melebihi waktu 2 jam terhitung sejak dituangkan air pada campuran beton kedalam truk ready mix sampai campuran beton dituangkan, tidak dapat digunakan atau ditolak.

Segala biaya yang ditimbulkannya akan menjadi tanggung jawab pemborong.

3.3.5. Baja Tulangan.

Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:

a. Peraturan Beton Indonesia (NI-2 1971).

(12)

Harits Darma Intifidia I0114053 b. Bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak,

mengelupas) serta mempunyai penampang yang sama rata.

Tabel 3.3. Ukuran baja tulangan ulir ( sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03 )

No Penamaan

Ukuran Nominal

Diameter Luas Berat

Mm Cm2 Kg/m

1 P 6 6 0,285 0,222

2 P 8 8 0,503 0,395

3 P 10 10 0,785 0,617

4 S. 13 13 1,327 1,024

5 S. 16 16 2,011 1,578

6 S. 19 19 2,835 2,226

7 S. 22 22 3,801 2,984

8 S. 25 25 4,909 3,853

9 S. 29 29 6,605 5,185

10 S. 32 32 8,043 6,313

11 S. 36 36 10,179 7,990

12 S. 40 40 12,566 9,865

Dalam proyek Spazio Tower, menggunakan baja dari PT Hanil Jaya Steel.

Dalam penggunaannya, memakai tulangan berdiameter ≤ 12mm memakai tulangan polos, sedangkan untuk diameter > 12mm menggunakan tulangan ulir. Guna menjaga kualitas baja yang digunakan, maka dilakukan pengujian setiap 30 ton untuk baja tulangan dengan diameter ≤ 20mm, dan setiap 50 ton untuk baja tulangan dengan diameter > 20mm.

Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan tekuk baja, yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi, ITS. Dalam pengujiannya, setiap diameter digunakan 3 benda uji untuk uji tarik dan 1 benda uji untuk uji tekuk, untuk sekali pengujian yang diisyaratkan. Hal ini digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan mutu dalam pengujiannya agar didapatkan hasil yang valid.

(13)

Harits Darma Intifidia I0114053 Gambar 3.7 Baja Tulangan

3.3.6. Bekisting

Bekisting adalah suatu struktur temporer yang berfungsi untuk membentuk dan menunjang beton segar hingga beton tersebut mampu menahan bebannya sendiri. Pada proyek Apartemen Ciputra International ini digunakan bekisting berkualitas baik dengan bahan bekisting berupa multiplek. Multiplek yang digunakan adalah multiplek dengan lapisan plywood dan dilengkapi dengan girder yang fungsinya sebagai pengaku bekisting dan pengikat antar bekisting dan juga pada saat pekerjaan pengecoran berlangsung. Bekisting yang digunakan adalah tipe multiplek dengan ketebalan 15 mm.

Gambar 3.8 Bekisting Kolom

(14)

Harits Darma Intifidia I0114053 3.3.7. Kawat Pengikat / Bendrat

Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan-tulangan pada kolom, balok, plat, sheawall, retaining wall, slab, ramp, dan tulangan lainnya yang membutuhkan ikatan agar rangkaian tulangan tidak berubah ketika dicor, sehingga terjadi kesesuaian dengan shop drawing. Selain untuk mengikat tulangan, kawat bendrat juga digunakan untuk mengikat beton decking pada tulangan, juga mengikat material-material lainnya

Gambar 3.9 Kawat Pengikat ( Bendrat )

3.3.8. Tahu Beton (Beton Decking)

Tahu beton adalah campuran dari semen, air, dan pasir dengan komposisi campuran 1PC : 4Pasir . Ketebalan yang diisyaratkan adalah 2,5cm, yang ditujukan agar tulangan tidak menempel pada bekisting, sehingga masih didapatkan selimut beton yang sesuai dengan rencana. Pemasangan tahu beton ini biasanya mengikatkan bendrat yang sudah ditaman di dalam tahu beton ke tulangan yang diinginkan.

(15)

Harits Darma Intifidia I0114053 Gambar 3.10 Tahu Beton

3.3.9. Bonding Agent

Dalam pelaksanaannya, pengecoran tidak bisa dilakukan langsung dalam satu tahapan saja. Selain karena metode top down yang menyebabkan fokus kerja menjadi terbagi, luasan setiap lantainya juga besar, serta masalah teknis lainnya. Hal tersebut membuat pengecoran hanya dapat dilakukan bertahap. Dengan demikian, maka perlu adanya bonding agent atau cairan penyambung untuk merekatkan beton lama ke beton baru. Namun dalam penggunaannya, bonding agent tidak dapat digunakan tanpa semen. Selain itu, tidak semuanya dapat menyambungkan tipe semen.

Dalam proyek ini, digunakan SikaBond NV (polyvinyl acetat emulsion bonding agent) yang dapat digunakan sebagai bonding agent untuk beton, keramik, hingga kayu.

Gambar 3.10 Sika Bond NV

3.3.10. Concrete Curing Compound

Untuk menjaga kehilangan air dalam beton, perlu adanya perlindungan khusus terhadap beton yang baru dicor. Apabila air dalam beton menghilang sebelum waktunya atau menguap terlalu cepat, maka dapat menyebabkan retak pada permukan beton. Pada pengecoran tradisional, perlindungan dari water loss dilakukan dengan membasahi permukaan yang sudah mulai mongering atau dengan menutup kain basah untuk menjaga suhu beton agar air tidak cepat menguap. Namun hal tersebut tidak

(16)

Harits Darma Intifidia I0114053 bertahan lama, air akan cepat menguap sehingga perlakuan ini harus dilakukan beberapa kali. Dewasa ini, penggunaan air dalam menjaga beton dari loss water sudah mulai dilupakan. Adanya cairan-cairan baru yang memiliki daya tahan lebih lama membuat curing tidak perlu dilakukan berkali-kali.

Dalam proyek ini, digunakan Antisol-S sebagai cairan untuk curing beton.

Kelebihan dari cairan ini antara lain tidak membekas pada beton, meminimalisir debu pada beton, mengurangi efek retak rambut, dan lainnya.

3.3.11. SwellableSealent

Digunakan untuk sealing struktur tahan air dan menguatkan bagian yang rentan terhadap gerusan air. Biasanya, cairan waterstop diterapkan pada sambungan konstruksi atau beton lama ke beton baru. Penggunaannya tidak menyeluruh seperti bonding agent, namun hanya pada satu garis yang nantinya akan mengembang apabila terkena air (mortar) sehingga akan menyelimuti seluruh permukaan beton lama.

Dalam proyek ini, digunakan SikaSwell S-2 sebagai swellable sealent. Tanpa mengurangi mutu beton segar ketika dilakukan pengecoran dan dapat mencegah aliran air masuk secara permanen.

3.3.11. Chemical Form Realease Agent

Pengecoran menggunakan wooden formwork memiliki keuntungan dalam biaya karena dapat dipakai beberapa kali, namun memiliki masalah dalam pelepasannya. Selain membutuhkan waktu lebih, daya rekat yang dihasilkan dari mortar sering merusak permukaan plywood. Untuk menghindari kerusakan dan terbuangnya waktu dalam pelepasan bekisting plywood, sebelum pengecoran dilakukan permukaan bekisting yang bersentuhan dengan beton dibersihkan dari debu dan beton sisa pengecoran dilapisi dengan minyak bekisting terlebih dulu. Tujuannya adalah untuk mempermudah pelepasan bekisting ketika beton sudah mengeras tanpa merusak beton.

Dalam proyek ini, digunakan Sika Separasol 10 yang tidak meninggalkan bekas dalam penggunaannya.

(17)

Harits Darma Intifidia I0114053 3.3.12. Admixtures

Bahan admixture adalah bahan tambahan yang ditambahkan kedalam campuran dengan tujuan untuk mengubah sifat-sifat betin agar cocok dengan pekerjaan tertentu. Admixture atau bahan tambah yang didefinisikan dalam Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19) adalah sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

Penambahan bahan admixture bertujuan untuk meningkatkan penampilan, mutu, keawetan dan kemudahan pekerjaan. Penambahna bahan admixture harus mendapat persetujuan MK. Bahan admixture yang digunakan pada proyek pembangunan Tower Spazio Surabaya adalah Conplast WP 421 diguanakan untuk intergral waterproofing untuk bagian retaining wall dan bagian yang dekat dengan tanah.

Gambar 3.11 Conplast WP 421

(18)

Harits Darma Intifidia I0114053

3.4. Peralatan Kerja

Untuk kelancaran suatu proyek diperlukan kerjasama yang baik dan ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Peralatan merupakan suatu sarana atau sumber daya yang penting untuk membantu dan memudahkan pelaksanaan serta efektifitas pelaksanaan proyek itu, sehingga penyediaan dan pemilihan peralatan harus direncanakan dengan baik. Investasi yang besar ada alat diharapkan dapat menghasilkan kerja yang lebih efektif dan efisien.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyediaan dan pengadaan peralatan antara lain:

a. Biaya

Penggunaannya harus mempehatikan resiko peningkatan biaya b. Kecepatan

Penggunaannya harus memperhatikan waktu pekerjaan.

c. Kemudahan

Peralatan harus mudah digunakan sehingga dengan menggunakan peralatan yang bersangkutan dapat mempermudah setiap pekerjaan, dan tenaga kerja yang ada mampu mengoperasikan peralatan tersebut seoptimal mungkin.

3.4.1. Tiang Penyangga (Scaffolding)

Scaffolding adalah alat perancah yang digunakan untuk menopang bekisting pada pengecoran pelat lantai, balok juga dapat digunakan untuk pembuatan tangga.

Scaffolding yang digunakan pada proyek ini terbuat dari besi berongga, dengan putaran yang dapat diatur tinggi rendahnya dan dapat digunakan berkali-kali sehingga pemakaian perancah menjadi lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan perancah kayu maupun bambu. Lebar scaffolding bervariasi antara 90, 170, 190 cm dengan jarak pemasangan minimum yang dianjurkan 0,8 m.

Adapun cara pemasangan tiang penyangga adalah sebagai berikut :

1) Rakit tiang – tiang besi penyangga hingga terbentuk seperti meja besar, kemudian kencangkan semua pengait yang ada pada tiang besi penyangga.

2) Tempatkan tiang – tiang penyangga tepat dibawah tempat dimana sedang dilakukannya pekerjaan baru setelah proses pengecoran dilakukan.

(19)

Harits Darma Intifidia I0114053 Gambar 3.12. Scaffolding

3.4.2. Alat Pertukangan

Alat pertukangan ini meliputi alat-alat yang digunakan para tukang sehari-hari dalam pengerjaan suatu pekerjaan. Alat ini antara lain: gergaji, palu, cangkul, tang, cetok, meteran, dan lain-lain. Contoh alat pertukangan dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.13. Alat Pertukangan 3.4.3. Bar Cutter

Bar Cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong tulangan yang panjangnya telah direncanakan untuk penulangan. Cara kerja alat ini adalah tulangan baja yang akan dipotong dimasukan kedalam celah yang didalamnya terdapat gigi

(20)

Harits Darma Intifidia I0114053 pemotong dari baja, kemudian handle ditekan kebawah sehingga gigi pemotong mendesak dan memotong baja tersebut.

Gambar 3.14. Bar Cutter 3.4.4. Bar Bender

Bar Bender adalah suatu alat mekanis yang digunakan untuk membengkokkan besi tulangan setelah dipotong dengan bar cutter. Proses pembengkokan bentuk dan ukuran besi tulangan telah ditentukan sesuai dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh perencana. Pada bagian atas alat tersebut terdapat lubang-lubang yang berguna untuk menentukan sudut pembengkokan dengan cara memberi penahan sesuai dengan sudut yang diinginkan. Kemudian besi tulangan siap untuk dilakukan proses pembengkokan.

Gambar 3.14. Bar Bender 3.4.5. Concrete Mixer Truck

Alat ini digunakan untuk mengangkut adukan beton readymix dari PT.

Adhimix dan PT. SCG Ready Mix (Jayamix) ke lokasi proyek. Mixer truck dilengkapi

(21)

Harits Darma Intifidia I0114053 dengan molen dengan kapasitas angkut 5 - 7 m3. Mixer ini terus berputar selama pengangkutan baik selama berjalan untuk menunggu giliran mengeluarkan adukan.

Sewaktu mengeluarkan adukan beton, molen berputar ke arah yang berlawanan dengan arah semula, karena di dalam molen terdapat sirip-sirip maka adukan beton akan terdorong keluar.

Tabel 3.4. Penggunaan Beton Ready Mix

Jenis Pekerjaan Mutu Beton yang digunakan Pekerjaan Plat Lantai

Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Retaining Wall

K 300

K 300 (Lt 10 dan ke atas), K 500 (Lt 9 dan ke bawah)

K 300 (integral)

Gambar 3.15. Concrete Mixer Truck

3.4.6. Excavator

Excavator adalah alat berat yang berfungsi untuk memindahkan barang seperti tanah, batu, besi, pipa, hingga baja H. Alat ini terdiri dari bahu, lengan, alat keruk, tracker, dan kabin. Kabin ini yang nantinya digunakan untuk mengoperasikan

(22)

Harits Darma Intifidia I0114053 excavator. Dalam pergerakannya, alat ini dibantu dengan roda rantai yang membuatnya mudah bergerak di tanah.

Gambar 3.16. Excavator 3.4.8. Tower Crane

Tower Crane adalah Alat Berat yang berfungsi untuk memindahkan Bahan/Barang (dalam menengah), juga dapat memindahkan secara vertikal (dari bawah ke atas, atau sebaliknya). Alat ini biasanya direncanakan agar mampu menjangkau seluruh area proyek, sehingga bisa meng-cover seluruh proses pemindahan bahan/barang.

Alat berat ini menyerupai menara dengan lengan memanjang yang dapat berputar 360 derajat. Lengan tower crane dilengkapi dengan katrol yang dapat bergerak sejajar dan memiliki panjang sepanjang lengan tower crane. Kapasitas (kemampuan daya angkat) Tower Crane berbeda-beda, ditandai dengan satuan Ton pada Ujung Lengan Tower Crane tersebut. Pada proyek ini menggunakan 2 buah tower crane dengan beban ujung maksimal 1,6 ton.

Gambar 3.17. Tower crane

(23)

Harits Darma Intifidia I0114053 3.4.9. Concrete Pump

Concrete pump merupakan alat yang perannya sangat vital dalam suatu proyek, hal tersebut karena alat ini berfungsi untuk mengantarkan adonan beton segar menuju tempat pengecoran. Apabila ketika ada pengecoran dan alat ini tidak dapat berfungsi, maka pengantaran adonan beton segar menuju tempat pengecoran akan memakan waktu lama, sehingga man power tidak dapat maksimal yang akan mengakibatkan kerugian baik dari segi finansial maupun waktu

Gambar 3.18. Concrete Pump 3.4.11. Concrete Bucket

Concrete Bucket adalah sarana pengangkutan beton dari truck mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck mixer concrete yang sudah siap cetak, dapat dituangkan ke dalam concrete bucket, kemudian pengangkutan dilakukan dengan bantuan tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini memiliki kapasitas sebesar 0,8 m3.

Gambar 3.19. Concrete Bucket

(24)

Harits Darma Intifidia I0114053 3.4.12. Vibrator

Vibrator digunakan untuk meratakan beton supaya tidak menumpuk di satu tempat pada saat pengecoran. Alat ini bekerja dengan bantuan tenaga listrik, pada saat dinyalakan ujung dari vibrator dimasukkan ke dalam adukan beton, yang akan menyebabkan beton mengalir akibat ujung vibrator yang bergetar.

Gambar 3.20. Vibrator

3.4.13. Passanger Hoist

Dalam menunjang mobilitas pekerja di lapangan, disediakan dua passenger hoist yang dapat digunakan untuk berpindah dari satu lantai ke lantai lainnya. Selain untuk mobilitas manusia, passenger hoist ini sesekali juga digunakan untuk mengangkat barang-barang yang tidak terlalu berat seperti pipa, sisa material, alat kerja, dan benda ringan lainnya.

Kapasitas/kemampuan passanger hoist ini juga berbeda-beda, pada proyek ini digunakan passanger hoist dengan beban maksimal 1,5 ton

Gambar 3.20. Passanger Hoist

(25)

Harits Darma Intifidia I0114053 3.4.14. Alat Ukur

Dalam proyek ini, untuk membantu menentukan letak, dimensi, dan elevasi digunakan beberapa alat ukur, diantaranya adalah theodolite, waterpass, dan unting-unting.

Gambar 3.21. Alat Ukur

3.5. Dana

Dana merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Karena pengaturan dan pengadaannya harus sedemikian rupa diatur agar sumber daya ini dapat digunakan seefektif mungkin.

Sebelum pelaksanaan proyek dimulai maka kita harus merencanakan dana yang dibutuhkan terlebih dahulu. Perencanaan biaya dibuat untuk menentukan besarnya anggaran biaya proyek dengan memperhatikan mutu dan waktu yang telah direncanakan. Dana yang dibutuhkan pihak kontraktor diperoleh dari pihak pemilik proyek.

Besarnya pihak pemilik proyek (owner) memberikan dana (modal) kepada pihak kontraktor utama tergantung pada:

a. Prosentase kemajuan proyek pembangunan.

b. Waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan persetujuan.

c. Jumlah hari kerja dan jam kerja, termasuk tenaga kerjanya.

3.6. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pekerjaan merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan untuk mewujudkan gambar-gambar perencanaan (bestek) menjadi suatu bangunan yang sebenarnya. Metode yang diambil

(26)

Harits Darma Intifidia I0114053 dalam pelaksanaan proyek Spazio Tower ini adalah dengan Metode Top-Down, yaitu dengan memulai pekerjaan pada lantai dasar, kemudian melanjutkannya ke atas dan ke bawah, sehingga didapat efektifitas waktu dalam pekerjaannya maksimal

Gambar

Tabel 3.1. Gradasi Agregat Halus.
Tabel 3.2. Gradasi Agregat Kasar.
Gambar 3.3 Portland Cement
Gambar 3.4 Semen untuk plester  b.  Mortar utama MU-250
+7

Referensi

Dokumen terkait

persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dengan prestasi belajar IPS siswa, oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif yang erat

Langkah kedua melakukan pengumpulan data dengan tujuan mengumpulkan informasi materi mengenai matakuliah workshop audio video, dengan cara (1) Mengkaji katalog

Pencarian giok yang dilakukan di daerah penggunungan Singgah Mata menjadi permasalahan baru bagi pemerintah, karena sebagian dari para pencari ini tidak memperhatikan

Sementara dalam hal disclosure, cost and benefit, misstate, dan ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara PPK SKPD

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Bahwa hasil belajar keterampilan jurus tunggal tangan kosong dengan pembelajaran

Simpulan secara khusus adalah: (1) Nilai karakter menghormati dan sopan santun dapat ditingkatkan melalui metode bercerita dengan media gambar, ini dibuktikan dengan

Adapun t ujuan dari sosialisasi yang dilaksanakan di masyarakat Desa Gondang ini adalah memberikan pengertian terhadap masya rakat untuk membudayakan hidup sehat dengan

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebanyak 34 (65,4%) responden yang berada dalam usia reproduksi sehat memiliki perilaku yang kurang baik