• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asep Saepul Bahri ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asep Saepul Bahri ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN IPS TERHADAP PEMAHAMAN PESERTA DIDIK SMP TENTANG BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN PANGALENGAN

Asep Saepul Bahri Email: [email protected]

ABSTRAK

Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan, diharapkan mampu menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman terhadap potensi bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai, analisisnya menggunakan statistik dengan bantuan program SPSS v.17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS belum mampu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan peserta didik tentang bencana gempa bumi yakni hanya sebesar 1,3%, terhadap tingkat pemahaman peserta didik sebesar 13,7% dan terhadap kesiapsiagaan peserta didik menunjukkan level kurang siap. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor lain di luar variabel menunjukkan pengaruh yang sangat besar, seperti faktor media massa dan juga simulasi penanggulangan bencana. Oleh karena itu, perlunya peningkatan kualitas pembelajaran IPS khususnya pada materi pembentukan muka bumi dan dampaknya terhadap kehidupan yang didalamnya terdapat materi kebencanaan.

Kata kunci : Pembelajaran IPS, Pemahaman bencana, Kesiapsiagaan

Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah

Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Indo-Australia,

Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menempatkan Indonesia menjadi wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi. UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan

(2)

psikologis”. Serangkaian bencana alam telah melanda Indonesia, khususnya Jawa Barat yang merupakan wilayah daerah dengan kerentanan bencana cukup besar seperti bencana gunungapi, gempa bumi dan tsunami, longsor, banjir, kekeringan, dan kegagalan teknologi. Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban jiwa dan juga harta benda yang besar, hal ini menggambarkan kekurangsiapan masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang dipersiapkan oleh pemerintah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media

informasi diharapkan mampu

mengembangkan platform nasional yang terkait dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang

dikembangkan dalam upaya

pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu: Awarenesss

(Perubahan Perilaku), Knowledge Development (salah satunya pendidikan

dan pelatihan), Public Commitmen, dan

Risk Assesment. Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

National Council for the Social Studies

(NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah:

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Dari pengertian tersebut

(3)

terintegrasi dalam ilmu sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri, seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua masyarakat. Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa. Berkenaan dengan hal di atas, penelitian ini akan membahas lebih fokus menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Pengaruh Pembelajaran IPS Terhadap Pemahaman Peserta Didik SMP tentang Bencana Gempa Bumi” khususnya di kecamatan Pangalengan kabupaten Bandung.

b. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman peserta didik di SMP Pangalengan terhadap kebencanaan?

2. Bagaimanakah kontribusi materi pembelajaran IPS terhadap pemahaman peserta didik di SMP

Pangalengan terhadap

kebencanaan?

c. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa bumi.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Mengetahui kontribusi

pembelajaran IPS dalam

meningkatkan pengetahuan

terhadap kebencanaan di

Kecamatan Pangalengan

2) Mengetahui kontribusi

pembelajaran IPS dalam

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

3) Untuk mengidentifikasi pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa bumi.

Tinjauan Pustaka

a. Hakekat Pembelajaran

(4)

Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan serta

membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran. Dari pengertian pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai pembelajaran, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

b. Pengertian PIPS

Secara konseptual maupun

operasional Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) erat hubungannya dengan studi sosial dan ilmu sosial. Somantri (2001: 45) menjelaskan bahwa “IPS merupakan perpaduan antara konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang disajikan secara sistematik, psikologis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik”. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. IPS sebagai suatu pelajaran yang diberikan di jenjang persekolahan yaitu SD, SMP dan SMA. Di SD diberikan secara terintegrasi sedangkan di SMP disebut dengan IPS namun diberikan secara

terpisah (separated), sedangkan di tingkat SMA pelajaran IPS sebagai ilmu sosial yang terpisah-pisah, walaupun payungnya dalam kurikulum tetap IPS.

c. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Karakter tujuan IPS menurut Joyce (Leonard S. Kenworthy, 1981:10) memiliki tiga kategori, yaitu :1)

Pendidikan Kemanusiaan, 2)

Pendidikan kewarganegaraan, dan 3)Pendidikan intelektual. Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai. Berdasarkan pengertian diatas bahwa tujuan dari pendidikan IPS melatih dan mengasah kemampuan dari peserta didik untuk senantiasa mampu menempatkan diri dalam lingkungannya, dan tentunya menjadikannya seorang warganegara yang baik.

d. Hasil Pembelajaran

(5)

telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara berkelompok”. Dari pendapat ini dapat diartikan bahwa prestasi tidak akan bisa dihasilkan sesuatu apabila seseorang tidak melakukan suatu kegiatan, hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar.

e. Hakekat Bencana

Menurut ISDR (2004),

mendefinisikan bahwa “bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau

lingkungan dan melampaui

kemampuan masyarakat yang

bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri”. Bencana alam itu sendiri sebuah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti gempa, letusan gunungapi, tanah longsor, banjir) dengan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurangnya manajemen bencana, sehingga menimbulkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai dengan kematian. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Bankoff et al. (2003:4) “bencana muncul apabila ancaman

bahaya bertemu dengan

ketidakberdayaan”.

f. Gempa Bumi

Menurut Sampurno (2005:7), gempa adalah “terlepasnya tegangan pada

kerak/kulit bumi sehingga menimbukan gelombang elastis yang merambat melintasi lapisan-lapisan bumi”. Kepulauan Indonesia sendiri merupakan daerah gempa yang penting di dunia; 1/10 dari jumlah gempa di dunia terjadi di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena

Indonesia merupakan daerah

pertemuan antara 3 buah lempengan dunia yang terus bergerak secara aktif, yaitu: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Euro-Asia dan Lempeng Pasifik. Selanjutnya gerakan-gerakan lempeng dan akibatnya disebut gerakan tektonik. Benturan-benturan ketiga lempeng tersebut menyebabkan terjadinya penunjaman, patahan, pergeseran, getaran dari kulit bumi, gejala vulkanisme, dan sebagainya, sehingga gerakan-gerakannya itu menyebabkan terjadinya gempa.

Sumber : kouzinet.blogspot.com Gambar

Proses terjadinya Gempa bumi

g. Mitigasi Bencana

Menurut UU No 24/2007 mitigasi merupakan “serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan

(6)

menyatakan bahwa “mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan serta penyiapan kesiapan fisik, kewaspadaan dan kemampuan merehabilitasi atau

me-recovery”.

h. Kesiapsiagaan Bencana

Terjadinya bencana di berbagai belahan bumi cukup memberikan pembelajaran tentang pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan bukan hanya pada tingkat pemerintahan pusat atau daerah, tetapi juga pada tingkat komunitas yang langsung merasakan dan menghadapi bencana. Menurut definisi yang diberikan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, kesiapsiagaan adalah “serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna”. Dari definisi di atas, dapat ditarik pengertian bahwasanya sekolah memiliki potensi kemampuan untuk mengelola risiko bencana di lingkungannya. Kemampuan tersebut diukur dengan dimilikinya perencanaan penanggulangan bencana (sebelum, saat dan setelah bencana), ketersediaan logistik, keamanan dan kenyamanan di lingkungan pendidikan, infrastruktur, serta sistem kedaruratan,

yang didukung oleh adanya

pengetahuan dan kemampuan

kesiapsiagaan, prosedur yang tetap (Standard Operational Procedure), dan

sistem peringatan dini. Tingkat kesiapsiagaan dalam hal ini adalah upaya peserta didik dalam menyiapkan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan tanggap darurat secara cepat dan tepat. Kegiatan tanggap darurat meliputi langkah-langkah dan tindakan sesaat sebelum bencana, pada saat bencana, dan setelah terjadinya bencana.

Metodologi Penelitian a. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data penelitian berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Dalam penelitian ini menggunakan metode survai, menurut Singarimbun (1992:1) bahwa metode penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan tes sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan kuesioner dan tes.

b. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

SMP Negeri Se-Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung. Jumlah sekolah negeri yang menjadi populasi adalah 4 sekolah, yang terdiri dari 1142 siswa kelas 7.

2) Sampel

(7)

Sampling yaitu pengambilan sampel

peserta didik dari anggota populasi (seluruh peserta didik SMPN di Kecamatan Pangalengan) secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas VII. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah seluruh peserta didik SMPN kelas VII di kecamatan Pangalengan adalah 1142. Dari jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal

sampel penelitian dengan

menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :

n = 𝑁 (𝑑)𝑁2+ 1 Keterangan :

N = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10%

Dengan menggunakan rumus

tersebut, maka tingkat kesalahan yang digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:

n = 1142 (0.1)11422+ 1 = 91

c. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (X1) yang memiliki defenisi konseptual adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar, keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar. Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS

(X2) yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan dari peserta didik. Pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan (Y1) dalam hal ini diartikan sebagai pendukung dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku sehari-hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan akan mampu mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140). Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan (Y2) dapat diartikan sebagai mengerti benar atau memahami dengan benar akan konsep dari kebencanaan. Kesiapsiagaan (Y3), menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

d. Teknik Pengumpulan Data

(8)

Dokumentasi diambil dari nilai rata-rata prestasi peserta didik pada mata pelajaran IPS dalam periode tertentu pada materi pokok keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

e. Teknik Analisis Tes 1) Validitas

Untuk mengetahui validitas item dari tes, digunakan teknik kolerasi “Pearson’s Product Moment”. Adapun perumusannya sebagai berikut:

  

 

2



2

 

2

   y y n x x n y x y x n rxy (Sugiono, 2009:147)

dengan : rxy = koefisien kolerasi antara variabel x dan y x = skor siswa pada butir

item yang diuji validitasnya

y = skor total yang diperoleh siswa

2) Realibilitas

Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat dipercaya. Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Kerlinger (Purwanto, 2009:154)

memberikan batasan tentang

reliabilitas yaitu : 1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa, 2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur, dan 3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang

terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.

Pengujian alat ukur tes dan kuesioner menggunakan Alpha Cronbach. Menurut Konting (Iskandar,

2009:95), nilai reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7

adalah nilai terendah yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut: r i = 𝑘 (𝑘−1) { 1 - 𝑠𝑖2 𝑠𝑡2 } Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek ∑Si2 = mean kuadrat kesalahan St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)

f. Teknik Pengolahan Data

Untuk teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan normalitas data, uji homogenitas dan uji hipotesis.

1) Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan

membawa kepada penerimaan

hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

(9)

2) Uji Homogenitas

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, varians data harus homogen dan harus memenuhi asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS v.17.

3) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik korelasi dan regresi sederhana, Rumus yang digunakan adalah :

rxy =

𝑛 Σ𝑥1𝑦1− Σ𝑥1 (Σ𝑦1) √{𝑛Σ𝑥12−(Σx

1 )2}{𝑛Σ𝑦12−(Σ𝑦12}

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product

moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

t = 𝑟 √𝑛−2 √1−𝑟2

Keterangan :

t = uji dua korelasi product moment r = Koefesien korelasi product moment n = Ukuran jumlah sampel (Sugiyono, 2007:148)

Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Data Hasil Penelitian

1) Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

Pengetahuan yang dimiliki siswa tentang kebencanaan merupakan

sebuah modal yang akan

meningkatkan tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah. Pengetahuan ini juga tidak terlepas dari peran seorang guru yang merupakan bagian dari sumber informasi siswa untuk mendapatkan pengetahuan

dan wawasan tentang

kebencanaan. Parameter

pengetahuan tentang bencana yang dimiliki siswa dapat dikategorikan pada level siap. Tetapi level siap pada responden siswa masih bernilai kecil sehingga diperlukan

banyak pembenahan untuk

memperbaikinya. Guru merupakan peluang besar untuk menambah pengetahuan siswa agar mencapai level yang lebih baik lagi. Dengan rata-rata parameter pengetahuan siswa yaitu 63.

2) Rencana tanggap darurat

(10)

3) Peringatan Bencana

Hasil kajian menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik tentang sistem peringatan bencana belumlah baik, kajian ini harus lebih ditingkatkan kembali agar dapat berguna bagi peserta didik maupun keluarga dan juga kerabat dari peserta didik itu sendiri dalam mengantisipasi resiko bencana. Parameter peringatan bencana yang dimiliki oleh responden siswa dikategorikan rata-rata 59 yang berarti berada pada level hampir siap. Responden sudah mengetahui dengan baik tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika terdengar bunyi peringatan bencana gempa. Pengetahuan peserta didik mengenai sistem peringatan ini hampir merata antara pengetahuan sistem peringata bencana tradisional dan sistem peringatan bencana nasional. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah mulai memahami sistem peringatan bencana, meskipun masih berada pada kategori kurang siap.

4) Mobilisasi Sumber Daya

Parameter mobilitas sumberdaya pada peserta didik lebih ditekankan kepada peningkatan skill peserta didik dalam menghadapi bencana, agar dapat mempunyai peranan ketika terjadi bencana. Parameter mobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh responden siswa rata-rata hanya 53 sehingga dapat dikategorikan pada level kurang siap. Dengan demikian diharapkan

pihak sekolah mampu mengadakan

berbagi macam kegiatan

ekstrakurikuler yang berhubungan dengan mitigasi bencana. Dengan kegiatan ini diharapkan nantinya dapat menjadikan peserta didik

memahami akan pentingnya

kesadaran terhadap mitigasi bencana untuk mengurangi jumlah korban yang diakibatkan oleh resiko bencana.

b. Pembahasan

(11)

tentang profesionalisme guru IPS terhadap pemahaman peserta didik menunjukkan kategori sangat rendah, dengan kata lain bahwa hasil belajar (X1) dan persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS (X2) memberikan pengaruh yang tidak signifikan dan terlalu rendah dalam mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik tentang kebencanaan.

Secara parsial pengaruh hasil belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS terhadap pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan diketahui bahwa hasil belajar secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman peserta didik tentang kebencanaan dengan pengaruh yang dikatagorikan sangat rendah. Dari uji dominan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui variabel bebas mana yang lebih dominan mempengaruhi variabel terikat, diketahui bahwa variabel hasil belajar berpengaruh lebih dominan terhadap peningkatan pemahaman peserta didik tentang kebencanaan. Menurut Depdikbud (1996: 74), menerangkan bahwa pemahaman mempunyai arti: (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran: pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti. Sedangkan menurut Bloom (1975: 89) bahwa peserta didik dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan

Hasil belajar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan, pengaruh hasil belajar sebesar 0,013 atau 1,3% (kategori sangat rendah). Hasil belajar disini belum begitu mampu mengungkapkan

pembelajaran IPS mampu

meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan, karena pembelajaran masih terpaku pada buku sumber. Pengaruh hasil belajar terhadap pemahaman peserta didik tentang kebencanaan mempunyai hubungan yang searah, dengan artian bahwa semakin tinggi hasil belajar maka akan semakin meningkat pemahaman peserta didik tentang kebencanaan. Adapun pengaruh hasil belajar sebesar 0,137 atau 13,7% (kategori sangat rendah), hal ini disebabkan oleh pembelajaran IPS

masih mengacu pada hasil.

(12)

penyampaian materi semata namun belum menyentuh pada aspek kesiapsiagaan, sehingga peserta didik menurut angket kesiapsiagaan berada pada level kurang siap. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik baru sebatas tahu mengenai kebencanaan belum sampai pada tahap faham.

b. Saran

Untuk para guru, mengingat bahwa aspek profesionalisme guru merupakan dasar bagi seseorang atau peserta didik membentuk persepsi maka perlu ditingkatkan kembali proses pembelajaran di kelas. Terdapat persiapan yang perlu dilakukan dalam

proses pembelajaran, adalah : kesiapan dan pemahaman guru secara keilmuan terhadap materi IPS, pemahaman guru terhadap model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sikap simpati dan sosial yang ditunjukkan oleh guru sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Peran perguruan tinggi yang mencetak sumber daya manusia yang seharusnya dapat menghasilkan SDM yang berkualitas terutama peran lembaga pendidikan yang akan menghasilkan guru sebagai pendidik generasi bangsa. Didalamnya pula harus terdapat sinergitas antara lembaga pendidikan dan setiap masing-masing jurusan pendidikan agar nantinya menghasilkan guru profesionalisme yang berkualitas.

(13)

Daftar Pustaka

Bloom, Benjamin S.1956. Taxonomy of Educational Objectives. The Classification of

Educational Goals. USA: Longmans

UNDP.1992. Tinjauan Umum Manajemen Bencana. Program Pelatihan Manajemen

Bencana. United Kingdom: UNDP

Djamarah, Bahri Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Depdikbud. 1996. Petunjuk Praktis Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Dikdasmen Eggen, P.D dan Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teacher Teaching Content and

Thinking Skills Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.). 2003. Mapping Vulnerability: Disasters,

Development and People. ISBN ISBN 1-85383-964-7.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

_________________. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Maryani, Enok. 2008. Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu

Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Penelitian Hibah

DIKTI

National Council For The Social Studies. 1994. The Curriculum Standard for Social

Studies. Washington DC : NCSS.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta S, Kenworthy, Leonard. 1981. Social Studies For the Eighties. Canada: John Wiley &

Sons

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.

Somantri, Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Pascasarjana UPI & Penerbit Rosda Karya

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Alfabet

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Tim UN/ISDR. 2006. Konstruksi Sekolah yang Lebih Aman (Guidance Notes on Safer

School Construction). New York: UNISDR

Referensi

Dokumen terkait

Jenis buah : Buah sirsak, apel merah, stroberi, buah naga, pisang, jeruk, nanas, mangga, pepaya, alpukat, kiwi, jambu biji, anggur, pir, buah manggis.. Jenis sayur :

Hasil tersebut dipertegas dengan penelitian Collins (2001) yang menyebutkan bahwa kehebatan suatu organisasi tergantung pada kehebatan para pemimpinnya. Dengan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pengelolaan kegiatan komunikasi strategis dalam pengelolaan krisis publisitas tentang pemadaman listrik PT.PLN

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Vietnam, adanya hubungan yang negatif antara harga emas dengan permintaan uang (M1), tidak ada hubungan yang pasti untuk nilai

Pengujian dilakukan menggunakan metode alpha test dan beta test , partisipan pengujian ini ialah pengguna sistem informasi pembayaran SPP SMK Insan Mulia yakni super

Teknik analisis korelasi ganda digunakan untuk menentukan besarnya hubungan dan kontribusi dari dua variabel atau lebih secara simultan atau bersama-sama dengan

Permodalan Nasional Madani (Persero) Cabang Manado hal ini disebabkan oleh kurangnnya komitmen karyawan terhadap organisasi yang ditunjukkan dengan ciri-ciri

Pemeriksaan radiologik dipusatkan pada daerah nyeri yang ditemukan pada pemeriksaan jasmani. Foto polos menunjukkan osteopenia jika tulang telah kehilangan