HALAMAN
JUDUL………...i
HALAMAN PENGESAHAN………...….ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...iii
KATA PENGANTAR………..….iv
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR GAMBAR………..….xi
DAFTAR TABEL………..……….xii
DAFTAR LAMPIRAN………..xvi
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1
1.1 Deskripsi Konsep Bisnis ... 1
1.1.1 Latar Belakang ... 1
1.1.2 Persaingan ... 11
vii
1.1.5 Kelayakan Investasi ... 13
1.2. Deskripsi Bisnis ... 15
1.2.1 Visi Perusahaan ... 18
1.2.2 Misi Perusahaan ... 18
BAB II ANALISA PELUANG BISNIS DAN IDE PRODUK ... 20
2.1 Analisis Peluang ... 20
2.2. Analisis Ide Produk dan Pasar ... 21
2.2.1 Proyeksi peningkatan kebutuhan ... 23
2.2.2 Proyeksi peningkatan konsumen ... 26
2.2.3 Keunikan Produk ... 27
2.2.4 Analisis SWOT ... 35
BAB III ASPEK PEMASARAN ... 37
3.1 Strategi Pemasaran ... 37
3.1.1 Segmentasi ... 38
3.1.2 Targeting ... 40
3.1.3 Positioning ... 42
3.2 Bauran Pemasaran ... 45
3.2.1 Produk Jasa ... 46
3.2.2 Harga ... 46
3.3.2 Perkiraan Penjualan Tahun Kedua ... 50
3.3.3 Perkiraan Penjualan Tahun Ketiga ... 51
BAB IV ASPEK OPERASIONAL ... 53
4.1. Peralatan dan Kapasitas Produksi / Operasi ... 53
4.1.1 Peralatan Yang Dibutuhkan ... 53
4.1.2 Kapasitas Produksi Jasa Bengkel ... 54
4.1.3 Jenis dan Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Jasa Oleh Konsumen ... 55
4.2 Proses Operasi ... 56
4.2.1 Proses operasi dalam melayani pelanggan: ... 56
4.2.2 Proses Modifikasi Mobil ... 64
4.3 Layout ... 67
4.3.1 Layout Gedung ... 67
BAB V ASPEK SUMBER DAYA INSANI DAN MANAJEMEN ... 69
5.1 Struktur Organisasi ... 69
5.1.1 Deskripsi Kerja ... 70
5.1.2 Spesifikasi Kerja ... 76
5.1.3 Program seleksi ... 78
ix
5.2.1 Waktu kerja ... 80
5.2.2 Kompensasi ... 80
5.2.3 Izin Absen ... 81
5.2.4 Disiplin dan Sanksi ... 82
5.2.5 Jenis Pelanggaran ... 82
5.2.6 Gaji Karyawan ... 85
5.3 Standard Operating Procedure ... 85
5.3.1 Standar Operasional Bengkel ... 86
5.3.2 Standar Kedisiplinan Karyawan ... 86
5.3.3 Standar Pemberian Informasi Kepada Pelanggan ... 88
5.3.4 Standar Layanan Yang Diberikan ... 88
5.3.4 Standar Penataan Peralatan Bengkel... 89
5.3.5 Standar Peralatan dan Perlengkapan Bengkel ... 92
5.3.6 Standar Minimal Peralatan Dan Perlengkapan Bengkel ... 97
5.3.7 Standar Penerimaan dan Penyambutan Pelanggan ... 101
5.3.8 Standar Proses Antrian Pelanggan ... 102
5.3.9 Standar Pembayaran oleh Pelanggan ... 103
5.3.10 Standar Pemeriksaan Kendaraan dan Kepuasan Pelanggan ... 103
5.3.11 Standar Persiapan Fasilitas Pendukung ... 104
5.3.15 Standar Administrasi Keuangan ... 106
5.3.16 Penggunaan Uang Kas Bengkel ... 107
5.3.17 Kerusakan dan Perbaikan... 107
5.3.18 Sanksi Kerusakan Fasilitas Yang Terdapat Di Bengkel ... 107
5.3.19 Sanksi Kerusakan Fasilitas Bengkel Yang Disebabkan Karyawan ... 107
5.3.20 Penghargaan, Kompensasi, atau Bonus untuk Pelanggan ... 108
5.3.21 Penghargaan, Kompensasi atau Bonus untuk Karyawan ... 108
5.3.23 Tanggungjawab Karyawan ... 109
BAB VI ASPEK KEUANGAN ... 111
6.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ... 111
6.3 Kebutuhan Dana Modal Kerja ... 114
6.6 Proyeksi Arus Kas ... 118
6.7 Perhitungan NPV (dengan discount factor 20%) ... 119
6.8 Perhitungan Payback Period ... 120
6.9 Perhitungan Profitability Index (PI) ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 122
CURRICULUM VITAE ... 135
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Nilai Tambah Industri Menurut Jenis Industri Di Jawa Barat ... 15
Gambar 2 Logo AutoModif ... 17
Gambar 3 Contoh Teknologi Virtual ... 28
Gambar 4 Sebelum dan Sesudah EZface ... 29
Gambar 5 Form Pendaftaran 3D Tuning ... 30
Gambar 6 Pengiriman Email oleh 3D Tuning ... 31
Gambar 7 Pemilihan Jenis Mobil Modifikasi ... 31
Gambar 8 Contoh Honda Civic Sebelum Modifikasi ... 32
Gambar 9 Honda Civic Setelah Proses Modifikasi Tampak Depan ... 32
Gambar 10 Honda Civic Setelah Proses Modifikasi Tampak Belakang ... 33
Gambar 11 Software Virtual AutoModif ... 34
Gambar 12 Penerapan Virtual AutoModif ... 35
Gambar 13 Layout Gedung ... 67
Tabel I Deskripsi Bisnis ... 17
Tabel II Data Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia... 25
Tabel III Analisis SWOT ... 35
Tabel IV Produk Jasa ... 46
Tabel V Perencanaan Pemasaran ... 48
Tabel VI Perkiraan Penjualan Tahun Pertama ... 49
Tabel VII Perkiraan Penjualan Tahun Kedua ... 50
Tabel VIII Perkiraan Penjualan Tahun Ketiga ... 51
Tabel IX Peralatan yang Dibutuhkan ... 53
Tabel X Kapasitas Produksi Jasa Bengkel ... 54
Tabel XI Jenis dan Frekuensi Kebutuhan Pelayanan Jasa Oleh Konsumen ... 55
Tabel XII Spesifikasi Kerja ... 76
Tabel XIII Kompensasi Karyawan... 81
Tabel XIV Jenis Pelanggaran ... 82
Tabel XV Daftar Gaji Karyawan ... 85
Tabel XVI Standar Operasional Bengkel ... 86
Tabel XVII Standar Kedisiplinan Karyawan ... 87
Tabel XVIII Standar Pemberian Informasi Kepada Pelanggan ... 88
Tabel XIX Standar Layanan Yang Diberikan ... 89
Tabel XX Standar Penataan Peralatan Bengkel ... 89
Tabel XXI Standar Peralatan dan Perlengkapan Bengkel ... 92
xiii
Tabel XXIII Standar Penerimaan Telepon dan Penyambutan Pelanggan ... 101
Tabel XXIV Standar Proses Antrian Pelanggan ... 102
Tabel XXV Standar Pembayaran Pelanggan ... 103
Tabel XXVI Standar Pemeriksaan Kendaraan dan Kepuasan Pelanggan ... 103
Tabel XXVII Standar Persiapan Fasilitas Pendukung ... 104
Tabel XXVIII Standar Pemeliharaan Bengkel ... 104
Tabel XXIX Standar Pemakaian Ruang Tunggu ... 105
Tabel XXX Standar Akhir Jam Operasional ... 105
Tabel XXXI Standar Administrasi Keuangan ... 106
Tabel XXXII Standar Penggunaan Uang Kas Bengkel ... 107
Tabel XXXIII Kerusakan dan Perbaikan ... 107
Tabel XXXIV Sanksi Kerusakan Fasilitas Bengkel Yang Disebabkan Pelanggan ... 107
Tabel XXXV SanksiKerusakan Fasilitas Bengkel Yang Disebabkan Karyawan ... 108
Tabel XXXVI Penghargaan, Kompensasi, atau Bonus untuk Pelanggan ... 108
Tabel XXXVII Penghargaan, Kompensasi atau Bonus untuk Karyawan ... 108
Tabel XXXVIII Pertemuan Intern Perusahaan ... 109
Tabel XXXIX Tanggungjawab Karyawan ... 109
Tabel XL Larangan Bagi Karyawan ... 109
Tabel XLI Larangan Bagi Pelanggan ... 110
Tabel XLII Asumsi untuk Analisis Keuangan ... 112
Tabel XLIII Biaya Investasi ... 112
Tabel XLIV Biaya Operasional ... 114
Tabel XLV Kebutuhan Dana Modal Kerja ... 114
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asumsi untuk Analisis Keuangan... 1242
Lampiran 2 Biaya Investasi ... 1263
Lampiran 3 Biaya Variabel ... 1274
Lampiran 4 Biaya Tetap ... 1285
Lampiran 5 Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ... 1296
Lampiran 6 Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp) ... 13027
Lampiran 7 Proyeksi Arus Kas Usaha (Rp) ... 13128
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF
1.1 Deskripsi Konsep Bisnis
1.1.1 Latar Belakang
Bisnis Bengkel AutoModif dilatar belakangi oleh semakin banyaknya
permintaan kendaraan bermotor di masyarakat. Kawasan ASEAN yang
diperkirakan akan menjadi pasar otomotif kelima terbesar di dunia pada tahun
2019. Prediksi ini diluncurkan berdasarkan analisa terbaru Frost & Sullivan.
Dalam analisa tersebut, ASEAN dinilai menawarkan peluang yang signifikan
bagi produsen mobil global baik dalam jangka pendek maupun menengah.
Research Director, Automotive and Transportation Practice Frost & Sullivan
untuk kawasan Asia Pasifik, Vijay Rao, mengatakan peranan ASEAN dalam
pasar otomotif tidak bisa dianggap remeh. Pasar otomotif ASEAN akan tumbuh
5,8 persen pada periode 2012-2019 dan pasar akan mencapai 4,71 juta pada
2019.
“Pada 2019, produksi kendaraan di Asean diperkirakan tumbuh 8 persen
pada 2012-2019 dan mencapai 7.05 juta unit,” katanya dalam keterangan tertulis.
Rao menambahkan tumbuhnya pasar otomotif ASEAN ini didorong oleh
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 2
Selain itu, rendahnya tingkat motorisasi di ASEAN juga memicu pertumbuhan
pasar otomotif. Frost & Sullivan memprediksi Indonesia akan menjadi pasar
otomotif terbesar di ASEAN pada 2019 dengan total kendaraan mencapai 2,3
juta. Perkembangan ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil,
peningkatan kelas menengah, dan peningkatan investasi sektor otomotif serta
pemberlakukan regulasi otomotif yang mendukung pertumbuhan
pasar. (www.tempo.co.id, 22 Oktober 2013)
Pada jaman sekarang kendaraan bermotor merupakan kebutuhan yang
wajib dimiliki oleh semua orang karena bermanfaat sebagai alat transportasi
untuk memudahkan melakukan aktivitas. Hampir semua masyarakat Indonesia
mempunyai kendaraan bermotor didukung pula dengan kemudahan yang didapat
oleh masyarakat untuk membeli kendaraaan bermotor khususnya untuk
kendaraan roda dua. Sejumlah perusahaan leasing memberikan berbagai
kemudahan. Berbagai kemudahan perusahaan pembiayaan itu sangat mudah
ditemui. Dari berbagai spanduk dan brosur yang disebar-sebarkan, terlihat
bagaimana mudahnya prosedur untuk membeli sepeda motor.
Kemudahan itu antara lain berupa uang muka alias Downpayment (DP)
yang relative murah, hanya Rp 500 ribu dengan dokumen yang perlu disertakan
hanya Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Bahkan
kemudahan itu kini semakin bertambah karena biarpun rumah mengontrak,
perusahaan pembiayaan tetap akan memberikan kredit. (Finance.detik.com, 14
September 2011)
Tawaran menggiurkan ini tentu saja jauh berbeda dengan beberapa tahun
silam. Ketika itu, DP motor bisa berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.
Dokumen kreditpun cukup rumit karena harus menyertakan slip gaji dan juga
rincian usaha, termasuk juga bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
rumah. Sehingga dipastikan pada masa lalu, masyarakat yang belum memiliki
rumah tinggal tetap, sulit membeli motor secara kredit. Kini bahkan perusahaan
pembiayaan hanya bersedia memberikan diskon jika membeli motor secara
kredit. Masyarakat yang ingin membeli motor secara tunai, dipastikan tidak
mendapatkan diskon, bahkan dokumen-dokumen kelengkapan bisa lebih lama
mendapatkannya ketimbang secara kredit.
Tentu saja untung yang diraup perusahaan pembiayaan jika menjual
motor secara kredit lebih besar. Mereka bisa meraup untung dengan bunga kredit
yang berkisar mulai dari 9% hingga 12%. Tak heran, perusahaan-perusahaan
pembiayaan pun sangat gencar mengajak orang untuk membeli kendaraan
bermotor. Mereka umumnya memanfaatkan pusat-pusat keramaian untuk
membagi-bagi brosur yang isinya cukup menggiurkan. "Ngontrak tidak masalah!
99,9% aplikasi kredit kami setujui" demikian diantaranya bunyi dari selebaran
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 4
menggiurkan masyarakat. Tak heran, angka penjualan kendaraan bermotor pun
terus meningkat yang diikuti pula dengan kenaikan jumlah kredit konsumtif.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI),
penjualan motor untuk 4 merek unggulan asal Jepang yakni Honda, Yamaha,
Suzuki dan Kawasaki selama bulan Agustus mencapai 677.775 unit. Angka itu
turun dibandingkan penjualan di bulan Juli yang mencapai angka 737.044 unit.
Sementara berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi yang
termasuk kredit kendaraan bermotor, kredit perumahan hingga kredit tanpa
agunan nilainya sudah mencapai Rp 113 triliun hingga awal Agustus 2011 lalu
atau tumbuh 6,2% sepanjang tahun dan 23,2% dari tahun ke tahun. BI
mengungkapkan pertumbuhan ini sudah mendekati ambang batas BI.
(Finance.detik.com, 14 September 2011)
Permintaan dan penawaran bengkel mobil juga terpaut jauh dimana
jumlah permintaan masyarakat terhadap bengkel mobil lebih besar dibandingkan
jumlah penawaran yang disediakan. Perkembangan industri otomotif nasional
belum diimbangi dengan pertumbuhan jumlah bengkel pendukung layanan purna
jual, akibatnya sering terjadi antrIan cukup panjang kendaraan yang
membutuhkan perawatan atau perbaikan. Euis Saedah, Dirjen Industri Kecil dan
Menengah Kementrian Perindustrian, mengatakan kondisi tersebut terjadi karena
bengkel yang ada hanya bisa melayani sekitar 60% dari kebutuhan layanan purna
jual kendaraan, sehingga masih terbuka luas untuk bisnis perbengkelan di dalam
negeri.
Apalagi, industri otomotif juga membutuhkan keberadaan bengkel umum
atau bengkel resmi (authorized) menjadi bagian dari jaringan layanan purna jual
untuk memberi kemudahan bagi pelanggan yang kendaraannya bermasalah.
"Karena itu usaha bengkel sangat prospektif, mengingat pertumbuhan industri
otomotif dan populasi kendaraan yang meningkat, termasuk kalangan menengah
yang mampu membeli kendaraan, tetapi jumlah bengkelnya masih terbatas,
katanya saat membuka munas Himpunan Bengkel Binaan Yayasan Dharma
Bhakti Astra (HBBA) di Jakarta. Dia menjelaskan jumlah anggota HBBA
mencapai 135 bengkel umum, ditambah dengan ribuan bengkel binaan.
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) lain maupun bengkel umum itu
ternyata belum mencukupi kebutuhan layanan perawatan dan perbaikan
kendaraan yang cenderung meningkat. Untuk itu, lanjutnya, hendaknya ATPM
juga berkontribusi meningkatkan kualitas bengkel dengan memberikan pelatihan
dan pembinaan bidang manajemen keuangan dan pengelolaan, standar teknis
pelayanan, dan mentransfer teknologi terbaru yang dikembangkan pada
produknya. Menurutnya, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementrian
Perindustrian juga memberikan kesempatan kepada pengelola dan teknisi
bengkel mengikut pelatihan sesuai bidangnya, termasuk subsidi potongan harga
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 6
Sementara itu Hendro Setyawan, Ketua Pengurus HBBA, mengatakan
selama ini jalinan kerja sama antar pengusaha bengkel anggota HBBA maupun
dengan ATPM yang difasilitasi oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra berjalan
cukup baik. "Kami berharap jumlah anggota terus bertambah, diikuti dengan
kualitas pelayanannya yang terus meningkat mengikuti perkembangan teknologi
otomotif, sehingga layanan kepada konsumen juga semakin baik," katanya. F.X.
Sri Martono, Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), mengatakan
pihaknya membina sebanyak 1.130 bengkel, yang terdiri dari 262 bengkel umum
mobil, 180 bengkel umum sepeda motor, 60 bengkel authorized mobil dan 628
bengkel authorized motor.
Dari seluruh bengkel itu yang terdaftar sebagai anggota aktif HBBA
sebanyak 135 bengkel umum, yang mendapat pelatihan khusus layanan standar
Astra, agar dapat melayani jasa perawatan dan perbaikan mobil merek Toyota,
Daihatsu dan Isuzu dengan segala perkembangan teknologinya. "Mereka kami
berikan training manajemen, kualitas pelayanan, teknik yang berkaitan dengan
mesin, termasuk setiap ada teknologi yang baru, juga dukungan permodalan bagi
yang akan melakukan investasi pengembangan usaha atau untuk modal kerja,"
ujarnya. Sementara itu Henry C. Widjaja, Sekretaris Pengurus YDBA,
mengatakan yayasan dapat memfasilitasi bengkel untuk mendapatkan peralatan
khusus perbengkelan dari ATPM untuk melayani kendaraan keluaran terbaru
maupun dukungan permodalan usaha dari Astra Mitra Ventura mencapai Rp 50
juta-Rp10 miliar. (www.bisnisotomotif.com, 9 April 2013)
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor di Indonesia
semakin proaktif menggarap pasar modifikasi dengan membangun unit khusus
untuk mengerjakan produk custom. Kondisi ini seiring dengan semakin besarnya
populasi anak muda yang kini telah mencapai 27% dari total jumlah penduduk
Indonesia. Apa yang dikerjakan ATPM di Indonesia sebenarnya sudah lama
menjadi tren di kawasan Eropa. Pabrikan mobil dunia, seperti Mercedez Benz
memiliki divisi modifikasi bernama AMG dan Honda yang mendirikan Mugen
untuk mengoprek mobil menjadi bergaya custom. Kini tren itu sudah mulai
memasuki Indonesia.
Menurut General Manager Departemen Part Division PT Astra Honda
Motor (AHM), melihat kecenderungan kaum muda saat ini yang ingin tampil
beda dan terlihat lebih trendi dalam berkendara, maka pasar modifikasi memiliki
potensi besar. Dengan alasan itu AHM membangun unit painting shop yang
tersebar di berbagai main dealer di seluruh Indonesia. “Pasar anak muda di
Indonesia saat ini cukup besar dan mereka memiliki keinginan yang unik. Karena
itu kami harus proaktif menggarap pasar anak muda itu dengan membangun
fasilitas pengecatan khusus sepeda motor,” kata Heri Junaedi.
(Oviprasetyo.blogspot.com, 27 November 2008)
Perilaku konsumen di Indonesia pun menjadi latar belakang yang
mendukung perencanaan bisnis AutoModif dimana konsumen pada jaman
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 8
Menurut Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi
sepuluh, yaitu:
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective)
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka
pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah
dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior).
Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang
kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3. Suka berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul
(sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti
Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology).
Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi.
Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum
digunakan kebanyakan pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented).
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan
luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih
menarik ketimbang hal itu sendiri.
6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect).
Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri
daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus
dibanding produk di Indonesia
7. Beragama(religious).
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu
karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya.
Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang
tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang
mengusung simbol-simbol agama.
8. Gengsi (putting prestige as important motive).
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat
naik “status” walau belum waktunya. Akibat urusan gengsi ini, mobil-mobil
mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun.
Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen
Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya
feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya
terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 10
9. Budaya lokal (strong in subculture).
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri,
namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti
bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment).
Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah
kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek
kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat,
terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan
menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula
mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih
mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
(forum.kompas.com, 16 Februari 2011)
Melihat kondisi dan perilaku konsumen Indonesia seperti ini bisnis ini
mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang dimana belum adanya
bengkel yang fokus pada system Virtual modifikasi mobil. Dimana konsumen
diberikan fasilitas untuk melihat modifikasi mobil yang diinginkan langsung
pada mobil konsumen.
1.1.2 Persaingan
Persaingan seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa jumlah
penawaran terhadap permintaan pasar belum mencukupi sehingga peluang bisnis
bengkel semakin besar untuk berkembang ditambah lagi belum adanya bengkel
yang fokus pada system modifikasi Virtual dan sistem Delivery yang
memudahkan konsumen. Kalaupun ada pesaingnya pun sangat sedikit tidak
berkembang. Persaingan yang ada masih sedikit sehingga membuat bisnis ini
semakin mempunyai peluang untuk maju.
1.1.3 Produk
Produk utama dari bisnis ini adalah memberikan memberikan modifikasi
mobil dengan fasilitas Virtual kepada konsumen disamping itu juga usaha ini
memberikan produk jasa (perbaikan, tune-up, poles mobil) secara delivery
(diantar konsumen). Produk – produk yang lain juga dapat dikembangkan seperti
menciptakan produk – produk mobil seperti accesories, untuk modifikasi mobil.
Menciptakan sesuatu yang baru seperti membuat pelindung spion mobil untuk
melindungi spion dari kerusakan.
1.1.4 Target dan Potensi Pasar
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor di Indonesia
semakin proaktif menggarap pasar modifikasi dengan membangun unit khusus
untuk mengerjakan produk custom. Kondisi ini seiring dengan semakin besarnya
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 12
Indonesia. Apa yang dikerjakan ATPM di Indonesia sebenarnya sudah lama
menjadi tren di kawasan Eropa. Pabrikan mobil dunia, seperti Mercedez Benz
memiliki divisi modifikasi bernama AMG dan Honda yang mendirikan Mugen
untuk mengoprek mobil menjadi bergaya custom. Kini tren itu sudah mulai
memasuki Indonesia.
Menurut General Manager Departemen Part Division PT Astra Honda
Motor (AHM), melihat kecenderungan kaum muda saat ini yang ingin tampil
beda dan terlihat lebih trendi dalam berkendara, maka pasar modifikasi memiliki
potensi besar. Dengan alasan itu AHM membangun unit painting shop yang
tersebar di berbagai main dealer di seluruh Indonesia. “Pasar anak muda di
Indonesia saat ini cukup besar dan mereka memiliki keinginan yang unik. Karena
itu kami harus proaktif menggarap pasar anak muda itu dengan membangun
fasilitas pengecatan khusus sepeda motor,” kata Heri Junaedi.
(Oviprasetyo.blogspot.com, 27 November 2008)
Target bisnis ini untuk kalangan yang ingin memodifikasi kendaraan
bermotor secara detail dan lengkap. Khusus kalangan menengah ke atas seperti
mahasiswa, eksekutif muda dan businessman yang tidak mempunyai waktu
untuk pergi langsung merawat dan melakukan perbaikan kendaraan bermotor
yang dimilikinya. Untuk target menciptakan produk baru bisnis ini akan terus
berinovasi mengikuti perkembangan pasar seperti membuat accessories yang
sesuai dengan tren yang ada. Potensi pasar lebih fokus pada kalangan yang tidak
mempunyai waktu untuk merawat kendaraannya.
Strategi pemasaran bisnis ini pada awalnya bisnis ini akan mengadakan
promosi sebagai contoh cuci mobil 5 kali gratis 1 kali dan memberikan garansi
apabila service yang diberikan tidak memuaskan pelanggan. Bisnis ini juga akan
mengadakan event–event mobil dan motor sehingga secara tidak langsung akan
memperkenalkan bisnis ini kepada orang banyak. Strategi promosi juga
dilakukan dapat dilakukan di internet dengan membuat situs resmi dimana
masyarakat dapat mudah mengaksesnya, dan bagi anggota tetap dapat melakukan
transaksi di internet, melakukan permintaan di internet dan pembayaran melalui
system transfer sehingga lebih memudahkan konsumen.
1.1.5 Kelayakan Investasi
Minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor otomotif di
Indonesia cukup tinggi. Ini diungkapkan Dirjen Industri Unggulan Berbasis
Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi dalam siaran
persnya yang diterima //Republika// di Jakarta, Senin (12/12). ''Sejak tahun 2011
sudah ada 18 aplikasi dari investor yang ingin menanamkan modalnya di sektor
otomotif. Sebanyak 18 aplikasi tersebut antara lain berasal dari investor Amerika
Serikat (AS) yang berminat mengembangkan usaha di bidang perakitan
kendaraan bermotor dengan kapasitas 50 ribu unit dengan nilai investasi sebesar
Rp 1,26 triliun. Investasi yang menyasar lokasi di Jawa Barat ini bisa menyerap
tenaga kerja langsung sebanyak 700 orang. Investor lainnya berasal dari Thailand
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 14
Diungkapkannya, secara umum saat ini industri otomotif telah
memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi Nasional sebesar 28,14
persen dan menyerap tenaga kerja sebanyak 646.500 orang. Perkembangan pasar
industri kendaraan bermotor roda empat di Indonesia berkembang sangat pesat.
Terbukti dari peningkatan penjualan mobil sejak tahun 2005 sampai dengan 2010
sebesar 143 persen. Sementara penjualan sampai dengan bulan Juli 2011 sebesar
506.743 unit atau sekitar 66 persen dari total penjualan pada tahun 2010. Di
sektor produksi, peningkatan produksi industri kendaraan bermotor roda empat
berkembang dari tahun 2005 sampai dengan 2010 sebesar 140 persen. Sementara
untuk produksi sampai dengan Juli 2011 sebesar 467.418 unit atau sekitar 66%
dari total produksi tahun 2010. (Republika.co.id,12 Desember 2013)
Bisnis ini mempunyai kelayakan investasi yang tinggi dilihat dari
peluangnya yang masih sangat besar, belum banyaknya pesaing yang fokus pada
sistem bisnis ini, dan bisnis ini akan membuat standar operasional sehingga dapat
dilakukan system franchise.
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 16
Dalam pemakaian logo AutoModif, mengapa kami menggunakan Logo mobil
Mini Cooper? Karena Mini Cooper merupakan mobil yang identik dengan Mr Bean,
siapa yang tidak kenal dengan Mr Bean? Semua orang tahu dengan Mr Bean sehingga
hal ini mempermudah proses pemasaran dari AutoModif untuk menanamkan Brand
Image kepada konsumen bahwa Logo mobil Mr Bean adalah kepunyaan bengkel
AutoModif.
Kenapa saya memilih warna merah dalam logo Automodif ini karena warna
merah mempunyai beberapa arti. Yang pertama warna merah mempunyai arti
keberuntungan sehingga dalam membuat dan menjalankan bisnis ini saya berharap dapat
diberikan hoki atau keberuntungan Yang kedua warna merah mempunyai arti
kebahagiaan sehingga dalam menjalankan bisnis ini saya berharap dapat memberikan
kebahagiaan bagi semua orang yang terlibat dalam proses kerja sama dengan AutoModif
baik yang menjalankan bisnis ini, karyawan AutoModif, partner kerja dan tentunya bagi
konsumen AutoModif. Yang ketiga warna merah juga mempunyai arti semangat,
keberanian dan melakukannya dalam tindakan nyata sehingga kami berharap AutoModif
mempunyai semangat untuk melakukan inovasi, mempunyai keberanian dan
menerapkannya dalam suatu tindakan nyata.
N
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 18
d. Pemasaran Produk
Konsumen langsung dan perusahaan swasta
6 Kriteria Kelayakan Usaha
NPV Rp 2,239,996,013
Profitability Index 2,09
Payback Period 1 Tahun 3 Bulan 26 hari
Penilaian Layak Dilaksanakan
7
Izin yang dimiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU/HO) dari kelurahan dan kota
8 Bentuk Kepemilikan Perusahaan Perseorangan
1.2.1 Visi Perusahaan
Visi perusahaan ini adalah menjadi perusahaan bengkel No 1 di Bandung
yang memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas.
1.2.2 Misi Perusahaan
1. Memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan.
2. Menciptakan interaksi kerja yang saling mendukung dan lingkungan
kerja yang kondusif.
3. Menjamin kesejahteraan pegawai.
4. Menjalin kerjasama dengan dunia pendidikan untuk meningkatkan SDM
dengan cara:
a) Mengadakan pelatihan-pelatihan.
b) Memberi masukan untuk penataan kembali kurikulum yang meliputi
materi, pola, dan sistem pembelajaran di SMK.
5. Memastikan nilai premium bagi pemegang saham dengan pengelolaan
modal dan jasa bengkel secara efisien dan menguntungkan.
6. Meningkatkan hubungan komunitas melalui program tanggung jawab
sosial.
7. Memberikan solusi tepat dan cepat mulai dari saat pelanggan ingin
memperbaiki mobil, proses menunggu sampai dengan mobil selesai
BAB VI ASPEK KEUANGAN
111
BAB VI
ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan modal yang telah
dikeluarkan.
6.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Untuk analisis kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter proses pelayanan jasa maupun biaya operasional, sebagaimana terinci dalam Tabel
Penentuan usia proyek selama 5 tahun didasarkan atas pertimbangan investasi peralatan yang digunakan AutoModif, selain bangunan, kendaraan, dan yang paling
sedikit memiliki umur ekonomis selama 5 tahun, sehingga pada saat proyek selesai maka peralatan tersebut mungkin perlu ditambah atau diperbarui. Lampiran 1 memuat rincian asumsi dan parameter analisis keuangan.
Tabel XLII Asumsi untuk Analisis Keuangan
No Parameter Satuan
1 Periode Projek Tahun
2 Pendapatan Jasa
Modifikasi Mobil Rp/Bulan Rp20,000,000 Modifikasi Motor Rp/Bulan Rp10,000,000
Spooring Rp/Bulan Rp24,750,000
Balancing Rp/Bulan Rp15,750,000
Pencucian Mobil Rp/Bulan Rp15,000,000 Pencucian Motor Rp/Bulan Rp9,000,000
Poles Mobil Rp/Bulan Rp26,250,000
Perbaikan mobil Rp/Bulan Rp26,250,000 Ganti Oli Mobil Rp/Bulan Rp37,500,000 Ganti Oli motor Rp/Bulan Rp12,500,000
Storing Rp/Bulan Rp1,500,000
Uji emisi Rp/Bulan Rp6,750,000
3
Pendapatan dari Penjualan Suku Cadang
(15% dari total nilai penjualan) Rp30,787,500
6.2 Biaya Investasi
Dalam membuat bisnis AutoModif terdapat komponen biaya yang harus dimiliki
agar operasi berjalan, komponen biaya dapat diartikan menjadi suatu aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan melalui perdagangan. Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal pendirian AutoModif adalah bangunan, peralatan, dan
prasarana angkutan, dengan total biaya sebesar Rp. 1.603.370.000. Komponen terbesar adalah peralatan bengkel (60,5%) yang dijelaskan pada tabel XLII. Rincian biaya
BAB VI ASPEK KEUANGAN 113
No Komponen Biaya Jumlah Nilai (Rp) Penyusutan Rp /tahun 10%
1 Perijinan Rp3,250,000
2 Bangunan (300 m) Rp585,000,000 Rp58,500,000
3 Peralatan bengkel (masing-masing
1 unit) Rp985,120,000 Rp98,512,000
a. Lift Cuci Rp45,500,000
b. Mesin Semprot Rp10,920,000 c. Lift Reparasi Rp156,000,000 d. Mesin Balancing Rp78,000,000 e. Lift Spooring Rp97,500,000 f. Mesin Spooring Rp162,500,000
g. ATF changer Rp33,000,000
h. Tyre changer Rp78,000,000
i. Scanner engine Rp78,000,000
j. Injector cleaner Rp58,500,000
k. Kompresor Rp26,000,000
l. Tool kit Rp83,200,000
m. Genset Rp32,500,000
n. Komputer + jaringan Rp32,500,000
o. Lain-lain (alat pemadam
kebakaran dll) Rp13,000,000
4 Kendaraan motor 3 buah Rp30,000,000 Rp3,000,000 Jumlah Rp1,603,370,000 Rp160,012,000
6.2 Biaya Operasional
Biaya operasional AutoModif meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya operasional pertahun sebesar Rp 475,200,000 dengan asumsi bahwa pada dua tahun pertama usaha ini sudah dapat beroperasi dengan volume penjualan yang sama
dengan ketiga tahun berikutnya. Biaya operasional tersebut terdiri dari biaya tetap Rp 448,800,000 dan biaya variabel Rp 26,400,000. selengkapnya rincian kebutuhan biaya
tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 3 dan 4.
Tabel XLIV Biaya Operasional
No Komponen Biaya Perbulan Pertahun
1 Biaya Variabel Rp 2,200,000 Rp 26,400,000
2 Biaya Tetap
Rp33,900,000
Rp 448,800,000
Rp475,200,000
6.3 Kebutuhan Dana Modal Kerja
Total kebutuhan biaya proyek adalah sebesar Rp 2,078,570,000 diperoleh dari modal sendiri yang dijelaskan pada Tabel XLV
Tabel XLV Kebutuhan Dana Modal Kerja
No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya
1 Biaya Investasi Rp 2,078,570,000
Kredit 0%
Modal Sendiri 100% Rp 2,078,570,000
6.4 Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan
Berdasarkan kapasitas yang ada, produksi jasa AutoModif per bulan dirinci
dalam Tabel XLVI terdiri dari 12 jenis pelayanan jasa dengan volume pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam model ini diasumsikan jumlah volume pekerjaan tiap bulan adalah
BAB VI ASPEK KEUANGAN 115
waktu satu tahun. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun kelima (sesuai umur proyek). Pendapatan per bulan dan per tahun diuraikan untuk masing-masing jenis pelayanan jasa.
Tabel XLVI Proyeksi Produksi Jasa dan Pendapatan
No 3 Spooring 150 Rp165,000 Rp24,750,000 Rp222,750,000 4 Balancing 150 Rp105,000 Rp15,750,000 Rp141,750,000 5 Pencucian
Mobil
300 Rp50,000
Rp15,000,000 Rp135,000,000 6 Pencucian Motor 300 Rp30,000
Rp9,000,000 Rp81,000,000 7 Poles Mobil 175 Rp150,000 Rp26,250,000 Rp236,250,000 8 Body Repair 175 Rp150,000 Rp26,250,000 Rp236,250,000 9 Ganti Oli
rata-rata) Rp225,000 Rp30,787,500 Rp277,087,500
15
Jumlah
Rp1,725,00
0 Rp236,037,500 Rp2,124,337,500
Di samping ke 13 jenis pelayanan jasa, AutoModif memperoleh pendapatan yang nyata dari keuntungan penjualan barang yaitu oli dan suku cadang. Jumlah rata-rata penjualan barang per tahun adalah Rp 1,847,250,000 per tahun, sedang AutoModif
memperoleh keuntungan sebesar 10 – 20%. Oleh karena itu dalam perhitungan ini diambil nilai 15% dari hasil penjualan barang. Proyeksi Produksi jasa dan pendapatan
BAB VI ASPEK KEUANGAN 117
6.5 Proyeksi Laba Rugi
Proyeksi laba rugi usaha adalah suatu gambaran atau bayangan tentang keuangan
perusahaan dimasa yang akan datang, dengan demikian perusahaan dapat memperkirakan pengeluaran dan pemasukan yang diterima.
Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan AutoModif telah menghasil laba
(setelah pajak) pada tahun pertama sebesar Rp 1,489,125,500 dengan jumlah laba meningkat 6% setiap tahunnya dijelaskan pada Tabel XLVII. Proyeksi Laba Rugi Usaha
ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 7.
*) Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008 (Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan), maka tarif (potongan) pajak penghasilan pribadi di atas Rp.
500.000.000 adalah sebesar 30%. (http://www.putra-putri-indonesia.com/tarif-pajak-penghasilan.html).
*) Asumsi kenaikan pendapatan maupun biaya sebesar 6% tiap tahun sesuai dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi 6%)
*) Asumsi pajak 30% baru mulai dibayar pada tahun ke karenabaru memulai usaha.
Tabel XLVII Proyeksi Laba Rugi
No Uraian Tahun
1 2 3
1 Penerimaan
Total Penerimaan 2124337500 2251797750 2386905615
2 Pengeluaran
Biaya Variabel 26400000 27984000 29663040 Biaya Tetap 448800000 475728000 504271680
Penyusutan 160012000 160012000 160012000
Total Pengeluaran 635212000 663724000 693946720
3 Pendapatan sebelum pajak 1489125500 1588073750 1692958895 4 Pajak (30%) 476422125 507887668.5 5 Laba Setelah pajak 1489125500 1111651625 1185071227
6.6 Proyeksi Arus Kas
Proyeksi arus kas adalah suatu laporan keuangan yang berisikan tentang
transaksi maupun kegiatan-kegiatan kas didalam perusahaan. Dalam arus kas harus mengelola keuangan dengan baik agar penyimpangan keuangan tidak terjadi.
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari pendapatan jasa AutoModif selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya
investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan pajak penghasilan. Proyeksi arus kas AutoModif ditampilkan secara lengkap pada Lampiran 8.
*) Asumsi kenaikan pendapatan maupun biaya sebesar 6% tiap tahun --> sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 6%)
*) Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008 (Undang-Undang
tentang Pajak Penghasilan), maka tarif (potongan) pajak penghasilan pribadi di atas Rp. 500.000.000 adalah sebesar 30%
BAB VI ASPEK KEUANGAN 119
*) Asumsi pajak 30% baru mulai dibayar pada tahun ke karenabaru memulai usaha.
Tabel XLVIII Proyeksi Arus Kas
No Uraian Tahun
6 Total Arus Keluar 1603370000 475200000 995016525
7 Arus Bersih 448800000 1649137500 1256781225
6.7 Perhitungan NPV (dengan discount factor 20%)
Net Present Value adalah metode analisis investasi untuk menentukan layak atau tidaknya investasi pada suatu bisnis.
Net Present Value dari usaha AutoModif adalah sebesar Rp 2,436,496,325 dimana penghitungan menggunakan Discount Factor sebesar 20% perhitungan dijelaskan pada Tabel XLIX.
Tabel XLIX Perhitungan NPV
Tahun Arus Bersih Discount Factor Present Value Tahun 1 Rp1,649,137,500 0.8333 Rp1,374,226,279 Tahun 2 Rp1,256,781,225 0.6944 Rp872,708,883 Tahun 3 Rp1,329,307,882 0.5787 Rp769,270,471
Tahun 4 Rp1,406,186,140 0.4822 Rp678,062,957 Tahun 5 Rp1,487,677,092 0.4019 Rp597,897,423
Total Present Value Rp4,292,166,013
Initial Investment Rp2,052,170,000
NPV Rp2,239,996,013
Oleh karena nilai NPV > 0 (2.239.996.013 ) maka usaha ini layak dijalankan.
6.8 Perhitungan Payback Period
Payback Period adalah metode analisis investasi untuk mengetahui jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari bisnis yang telah direncanakan.
Payback Period dari AutoModif adalah sebesar 1 Tahun 2 Bulan 26 hari.
Perhitungan dijelaskan pada Tabel L.
Tabel L Perhitungan Payback Period Tahun Arus Bersih
Tahun 1 Rp1,649,137,500 Tahun 2 Rp1,256,781,225 Tahun 3 Rp1,329,307,882 Tahun 4 Rp1,406,186,140 Tahun 5 Rp1,487,677,092
PP = 1 tahun + {(Initial Investment-Arus Bersih Tahun 1) X 12 bulan}
= Arus Bersih Tahun 2
= 1 tahun + Rp 2.052.170.000 – Rp 1.649.137.500X 12 bulan Rp 1.256.781.225
BAB VI ASPEK KEUANGAN 121
Karena periode usaha selama 5 tahun maka perhitungan Payback Period usaha ini layak yaitu selama 1 tahun 3 bulan 26 hari.
6.9 Perhitungan Profitability Index (PI)
Profitability Index adalah metode analisis investasi untuk mengetahui perbandingan arus kas bersih dengan investasi yang dikeluarkan.
Profitability Index = Total Present Value / Initial Investment = Rp4,292,166,013 / Rp2,052,170,000
= 2,09
Oleh karena nilai Profitability Index > 1 yaitu 2,09 maka usaha ini layak dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Basarah Santosa, R. (2011). Tingginya Minat Investor Di Industri Otomotif Indonesia. www.republika.co.id. 11 Desember 2013
Ginanjar, Adi. (2013). Jumlah Bengkel Tak Sebanding Dengan Penjualan Otomotif. www.bisnisotomotif.com. 11 Desember 2013.
Kotler, Philip. (2003) Manajemen Pemasaran Diterjmahkan oleh Hendra Teguh. Edisi Millenium1, PT Indeks. Jakarta.
Kotler, Philip., Kartajaya, Hermawan., Huan Den, H., dan Liu, Sandra. (2003). Rethinking Marketing, Prentice Hall.
Kurniawan, Agung. (2013). 94,2 Juta Mobil dan Sepeda Motor Berseliweran di Jalanan Indonesia. otomotif.kompas.com. 11 Desember 2013
Michael R. Solomon. Consumer Behaviour, Buying, Having And Being, Edisi Kelima. Upper Saddle River. New Jersey
Oviprasetyo. (2008). ATPM Masuk Pasar Modifikasi. Oviprasetyo.blogspot.com. 11 Desember 2013.
Purnormo, Herdaru. (2011). Mudahnya Dapat Kredit Motor. Finance.detik.com. 11 Desember 2013.
Scottiati Ayu, Febrina. (2010). Cermin Virual, Tes Make Up Tanpa Harus “Mengotori” Wajah. www.detik.com. 11 Desember 2013.
Teresia, Ananda. (2013). ASEAN Bakal Jadi Pasar Otomotif Nomor Lima. www.tempo.co.id. 11 Desember 2013.
Yan. (2006). Menawan dengan EZface. liputan6.com. 11 Desember 2013..
Jurnal, Tesis, dan Simposium:
Agustina, Rita. (2005). Pengaruh Service Delivery System Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Bengkel Wicaksana Berlian Motor. Fakultas Bisnis Dan Manajemen. Universitas Widyatama. Bandung
Bank Indonesia. (2008). Pola Pembiayaan Usaha Bengkel Mobil