ABSTRAK
Lubis, Nuriah Ulfah. Hubungan Persepsi Guru tentang Kpemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Tesis, Medan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?, (2) Apakah terdapat hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?, (3) Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan positif yang signifikan antara: (1) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, (2) iklim organisasi dengan kinerja guru, (3) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung yang berjumlah 235 guru dan sampel penelitian sebanyak 148 guru, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket, dengan ujicoba lebih dahulu. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial yang meliputi analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru tergolong ke dalam kategori cukup. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepi guru tentang kepemimpianan kepala sekolah dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,521. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,400. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepi guru tentang kepemimpianan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,627. Pengujian dilakukan pada α = 0,05, dk = 145. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dibutuhkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi yang baik.
ABSTRACT
Lubis, Nuriah Ulfah. The Relationship between perception about headmaster’s leadership and organizational climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict. Thesis:The State University of Medan, Post Graduate Studies, 2012.
This research problems are (1) Is there any positive correlation perception about headmaster’s leadership with teacher’s performance?, (2) Is there any positive correlation organizational climate with teacher’s performance?, (3) Is there any positive correlation between perception about headmaster’s leadership and organiztional climate with teacher’s performance?. This study is aimed at finding out the significant correlation between (1) perception about headmaster’s leadership with teacher’s performance, (2) organizational climate with teacher’s performance, (3) perception about headmaster’s leadership and organiztional climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict.
The method of this research descriptive quantitative which is correlation study. The research population was all teachers of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict with the total of 235 teachers and 148 of them, data collection technique used were questionnaires, and the instrumen were first tried. The data analysis technique used were description and inferential statistic analysis correlation and regression analysis. The result showed that teacher’s perception about headmaster’s leadership, organizational climate, and teacher’s performance were in the medium categories. There are significant correlation between percerption about headmaster’s leadership with teachers working performance, with a correlation coefficient was 0,521. There are significant correlation between organizational climate with teachers working performance, with a correlation coefficient was 0,400. There are significant correlation between percerption about headmaster’s leadership and organizational climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict, with a correlation coefficient was 0,627. The test is done by using α = 0,05. It means that increase teacher’s performance helping of a good perception about headmasteer’s leadership and organizational climate.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penulis sadar
bahwa atas berkat-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Hubungan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung” ini dapat
selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus ikhlas kepada:
1. Dr. Sukarman Purba, S. T., M. Pd. sebagai Pembimbing I yang telah banyak
memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak
memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.
3. Dr. Zulkifli Matondang, M. Si. sebagai narasumber yang telah banyak mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.
4. Prof. Dr. Siman Nurhadi, M. Pd. sebagai narasumber yang telah banyak
mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.
5. Prof. Dr. Sri Milfayetty, M. S. sebagai narasumber yang telah banyak
mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.
6. Prof. Dr. Belferik Manullang, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana
UNIMED, yang telah banyak memotivasi, membimbing secara umum kepada penulis.
7. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. sebagai Ketua Prodi Administrasi
memotivasi, membimbing secara umum, keramahan serta pelayanan secara
administrasi yang baik kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu dosen Pacasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu
dan membuka wawasan kepada penulis.
9. Kepala SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung yang telah memberi izin
melakukan penelitian dan para guru yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi angket penelitian penulis.
10. Teristimewa Ayahanda Ahmad Dainuri Lubis dan Ibunda Dra. Hj. Kamaraiah
Tanjung serta uak tersayang Hj. Nur’ainun Tanjung, S. Pd. I. yang telah banyak berkorban buat penulis, baik secara moril maupun material dalam menyelesaikan studi di UNIMED. Terima kasih buat do’a dan usaha yang
tiada henti demi kesukseesan penulis.
11. Adik-adikku tersayang Muhammad Hanafi Lubis, S.E. dan Almh. Shufi Maulida Lubis, serta calon suami tersayang Andre Yudhistira, S. Si. yang
telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
12. Seluruh rekan mahasiswa angkatan XVI kelas B, Prodi Administrasi
Pendidikan yang telah banyak memberikan motivasinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.
Penulis mengharapkan kiranya mendapat kritik dan saran yang berguna bagi kebaikan dan kesempurnaan tesis ini dari semua pihak. Akhirnya penulis
Medan, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 14
C. Pembatasan Masalah ... 15
D. Rumusan Masalah ... 15
E. Tujuan Penelitian ... 15
F. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17
A. Kajian Teoretis ... 17
1. Kinerja Guru ... 17
2. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 28
3. Iklim Organisasi ... 39
B. Penelitian yang Relevan ... 45
D. Hipotesis Penelitian ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54
B. Populasi dan Sampel ... 55
C. Metode Penelitian ... 58
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 58
E. Teknik dan Instrumen Penelitian ... 59
F. Uji Coba Instrumen ... 64
G. Teknik Analisis Data ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75
A. Deskripsi Data Penelitian ... 75
1. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 75
2. Iklim Organisasi ... 77
3. Kinerja Guru ... 79
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 81
1. Uji Normalitas ... 81
2. Uji Homogenitas ... 82
3. Uji Linieritas dan Keberartian Arah Regresi ... 83
4. Uji Independensi ... 85
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 85
1. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ... 85
Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi (X2) dengan
Kinerja Guru (Y) ... 88
D. Pembahasan Penelitian ... 91
E. Keterbatasan Penelitian ... 98
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 100
A. Simpulan ... 100
B. Implikasi ... 101
C. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003 ... 4
Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007 ... 4
Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung ... 5
Tabel 3.1 Jumlah Guru SMA ... 55
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru SMA ... 56
Tabel 3.3 Penyebaran Sampel Guru SMA ... 57
Tabel 3.4 Alternatif Jawaban dan Skor Ketiga Variabel ... 59
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru ... 61
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 62
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Iklim Organisasi ... 63
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 75
Tabel 4.2 Kecenderungan Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 76
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi ... 77
Tabel 4.4 Kecenderuangan Variabel Iklim Organisasi ... 78
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kinerja Guru ... 79
Tabel 4.6 Kecenderungan Variabel Kinerja Guru ... 80
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas Data ... 81
Tabel 4.9 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X1 atas Y ... 83
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X2 atas Y ... 84
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 86
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X2 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 87
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 dan X2 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 88
Tabel 4.14 Rangkuman Analisi Regresi Ganda ... 89
Tabel 4.15 Bobot Sumbangan Prediktor ... 90
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Integrative Model of Organizational Behavior ... 19
Gambar 2.2 Teori Path Goal ... 20 Gambar 2.3 Paradigma Penelitian ... 53 Gambar 4.1 Histogram Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah ... 76 Gambar 4.2 Histogram Variabel Iklim Organisasi ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pengantar ... 115
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 116
Lampiran 3 Tabel Validitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 123
Lampiran 4 Tabel Validitas Instrumen Iklim Organisasi ... 124
Lampiran 5 Tabel Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 125
Lampiran 6 Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 126
Lampiran 7 Tabel Relibialitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 132
Lampiran 8 Tabel Relibialitas Instrumen Iklim Organisasi ... 133
Lampiran 9 Tabel Relibialitas Instrumen Kinerja Guru ... 134
Lampiran 10 Perhitungan Relibialitas Instrumen Penelitian ... 135
Lampiran 11 Data Hasil Penelitian ... 141
Lampiran 12 Perhitungan Statistik Deskriptif ... 145
Lampiran 13 Uji Kecenderungan ... 150
Lampiran 14 Uji Normalitas ... 150
Lampiran 15 Uji Homogenitas ... 162
Lampiran 16 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X1 ... 171
Lampiran 17 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X2 ... 177
Lampiran 18 Uji Independensi ... 183
Korelasi Parsial Koefisien ... 187
Lampiran 21 Regresi Ganda, Uji Kelinieran dan Keberatian Persamaan Regresi Ganda ... 189
Lampiran 22 Tabel Krejcie – Morgan ... 193
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritik L untuk Uji Normalitas Liliefors ... 194
Lampiran 24 Tabel Luas di bawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 ke z 195
Lampiran 25 Tabel Nilai Kai Kuadrat (χ2) untuk Berbagai df ... 196
Lampiran 26 Tabel f untuk Luas Daerah di Bawah Kurva Sebaran F=α ... 197
Lampiran 27 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment ... 199
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja SDM yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi dan otonomi daerah ini perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan,
dan kurikulum. Sagala (2007:71) menyebutkan bahwa tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar-mengajar, evaluasi kemajuan peserta didik, dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan. Untuk menjadi
seorang guru harus memiliki kualitas khusus karena guru merupakan jabatan profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi
yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan kompetensi yang dimiliki guru, idealnya
pembelajaran di sekolah guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran serta menilai kemajuan dan hasil belajar siswa. Guru yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan berupaya
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, sebagaimana amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam pasal tiga yang menegaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi diri peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Isjoni (2004:1) menyatakan bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa
tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah
mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi.
didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan
ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk
meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.
Namun dalam kenyataannya pendidikan masih tetap bermasalah. Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain: Data
UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan 102 (1996), 99 (1997), 105 (1998), dan ke-109 (1999). Data Balitbang Depdiknas (2006) menunjukkan dari sekitar 1,3 juta
guru SD/MI hanya 65,4% yang berpendidikan D2-kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 616.364 guru SLTP/MTs baru 76,04% yang berpendidikan
D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat Sekolah Menengah, dari 469.351 guru, baru 70,08% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 202.002 dosen, baru 44,3% yang berpendidikan S2/S3. Selain itu, keadaan guru ini
juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut Usman (1992:4)
Berikut pada Tabel 1.1 merupakan persentase guru menurut kelayakannya dalam
mengajar.
Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003
No. Jenjang Pendidikan
Layak Tidak Layak
Negeri Swasta Negeri Swasta
1. SD 21,07% 28,94% 78,93% 71,06%
2. SMP 54,12% 60,99% 45,88% 39,01%
3. SMA 65,29% 64,73% 34,71% 35,27%
4. SMK 55,49% 58,26% 44,51% 41,74%
(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Frengky 2006))
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru
itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang pada tahun 2007 (dalam Gaol, 2010:2) menyatakan bahwa persentase
guru yang layak sesuai dengan profesinya adalah sebagai berikut Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007
No. Jenjang Pendidikan Layak Tidak Layak
1. SD 57% 43%
2. SMP 64,1% 35,9
3. SMA 67% 33%
(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Gaol 2010))
Hal ini menandai rata-rata keseluruhan guru mulai dari guru SD, SMP, dan
SMA rata-rata 62,7% yang layak dan 37,3% belum profesional atau belum layak menjadi guru.
Selain itu, menurut Supriadi dalam Widoyoko (2008:1–2) menyatakan
bahwa studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menemukan mutu
Lengkapnya hasil studi itu antara lain: di 16 negara sedang berkembang, guru
memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi
guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjana (dalam Widoyoko, 2008:2) menunjukkan bahwa 73,31% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja
guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap
guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.
Masalah rendahnya kinerja guru juga terjadi di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Kinerja yang dimiliki para guru belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan di beberapa SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung diperoleh data tentang rendahnya kinerja guru. Berikut pada Tabel 1.3 merupakan persentase beberapa penyebab
rendahnya kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung
No. Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Persentase
1. Tidak hadir pada jam pelajaran 20%
2. Masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal 30% 3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan
dengan persiapan yang matang, misalnya belum lengkapnya skenario pembelajaran
30%
4. Tidak membuat sendiri program tahunan, program
semseter, silabus dan rencana program pengajaran 35% 5. Penyampaian materi pelajaran belum
sungguh-sungguh, misalnya menyuruh siswa menuliskan materi di papan tulis/atau membacakan dari buku teks tanpa memberikan penjelasan atas materi yang dituliskan
30%
Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kinerja guru belum mencapai
hasil yang diharapkan, hal ini terjadi mungkin karena rendahnya penghargaan terhadap profesi guru sehingga mereka kurang peduli dengan profesinya. Selain
itu, rendahnya pendidikan di SMA tersebut karena kinerja guru yang belum sesuai dengan profesi guru itu sendiri.
Sagala (2007:38) menyatakan bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak
optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang kreativitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup, kreativitas bukan merupakan bagian
dari prestasi. Jika ada guru mengembangkan krestivitasnya guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding kinerja
guru yang tidak mengikuti penataran. Tidak ada kontrol terhadap hasil penataran meski penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar. Institusi yang membina kinerja guru dan tenaga kependidikan tidak jelas.
Oleh karena itu, mutu pendidikan perlu diperbaiki dengan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas guru
tidak akan berjalan dengan baik tanpa memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas.
Menurut Utami (2003:1) menyatakan bahwa harus diakui bahwa guru
merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan
Bahrumsyah (Harian Global, 2010) mengatakan bahwa persentase
kelulusan tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 98 persen. Sementara tahun ini hanya 94,74 persen saja. Artinya, tahun 2010 siswa yang tidak
lulus meningkat. Bahrum mengakui, salah satu faktor meningkatnya ketidaklulusan itu kekosongan kursi kepala sekolah atau rangkap jabatan. Menurutnya, kepala sekolah memengaruhi terhadap suatu proses pembelajaran,
sebab kepala sekolah itu diberi wewenang untuk memenej, mengatur dan membina sekolah termasuk guru-gurunya melakukan persiapan, proses belajar
mengajar dan evaluasi atau menilai kemampuan peserta didiknya.
Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari observasi di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masih rendah.
Sikap guru terhadap profesinya juga rendah. Kenyataan ini dapat dilihat dari tidak hadir pada jam pelajaran, masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal, pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan persiapan yang
matang, misalnya belum lengkapnya skenario pembelajaran, tidak membuat sendiri program tahunan, program semseter, silabus dan rencana program
pengajaran, penyampaian materi pelajaran belum sungguh-sungguh, misalnya menyuruh siswa menuliskan materi di papan tulis/atau membacakan dari buku teks tanpa memberikan penjelasan atas materi yang dituliskan, pengelolaan kelas yang
masih belum maksimal.
Guru tidak membuat sendiri program tahunan, program semseter, silabus
Padahal teori mengharuskan guru membuat dan menguasai program tahunan,
program semester, silabus dan rencana program pengajaran. Bukti ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah.
Sehubungan dengan deskripsi di atas, guru juga dituntut untuk dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya secara profesional. Guru yang profesional dalam mendidik peserta didiknya akan berupaya mengembangkan
potensi yang ada pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mampu mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Peneliti Colquitt, Lepine, Wesson (2009:27) mengemukakan bahwa dua hasil dalam perilaku organisasi adalah kinerja dan komitmen organisasi. Beberapa faktor yang memengaruhi kinerja dan komitmen diantaranya meknisme individu
(kepuasan kerja, stres, motivasi, kepercayaan, keadilan, dan pengambilan keputusan), karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya dan kemampuan), mekanisme tim (karakteristik tim, proses tim, kekuasaan dan
pengaruh kepemimpinan, perilaku dan gaya kepemimpinan), dan mekanisme organisasi (struktur organisasi dan budaya organisasi).
Senada dengan itu House dalam Robbins (2002:174) juga mengemukakan Teori Path-Goal yang menyatakan bahwa ada dua kelompok situasi atau variabel kontinjensi yang memperbaiki hubungan antara perilaku pemimpin dengan hasil
yaitu semua yang ada di lingkungan dan karakter pribadi bawahan.
Berdasarkan hasil analisis kedua pendapat teori Colquitt dan Path-Goal
masih dipengaruhi oleh mekanisme individu. Sedangkan Teori Path-Goal
menyatakan bahwa kinerja langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya perilaku pemimpin, lingkungan dan karakter bawahan.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:32) menyatakan
bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat
seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja
dan iklim organisasi. Senada dengan itu, Pidarta dalam Utami (2006:2) mengemukakan,
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) iklim sekolah, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah. Dengan
demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.
bekerja secara maksimum apabila didukung oleh beberapa faktor dianatanya
adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa
kemampuan kepala sekolah menjadi motor penggerak utama pelaksanaan program sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan
staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam program
sekolah.
Para ahli dalam Sagala (2008:151) juga menyatakan bahwa tidak ada kepemimpinan yang baik untuk semua situasi, sehingga masing-masing memiliki
keunggulan yang berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel sacara manusiawi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik, karena dalam
kepemimpinan diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim lembaga pendidikan dan satuan pendidikan.
Identitas di atas kontras dengan dewasa ini, beberapa kepala sekolah pun
terkadang cenderung menanggap bahwa manajemen sekolah hanya terikat pada aspek pembelajarannya saja, sehingga terkadang justru mengganggap gurulah yang
diperhatikan. Hal ini menilik dengan apa yang diungkapkan Sagala (2007:53)
bahwa manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai peristiwa tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pengajaran tetapi juga
faktor logistik, sosiologis, dan ekonomis. Jika faktor logistik memusatkan pada persoalan sarana dan prasarana pendukung manajemen, dan faktor ekonomis menyangkut aspek pembiayaan, maka salah satu bentuk faktor sosiologis yang
sangat urgen adalah pola kepemimpinan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat problema di beberapa
sekolah, seperti ketiadaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan sekolah kurang layak untuk proses pembelajaran, kurang tersedianya buku-buku paket untuk guru maupun siswa. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ada beberapa
kepala sekolah yang cenderung kurang transparan dalam mengelola pembiayaan di sekolahnya. Pada akhirnya, beberapa guru-guru mengeluh terhadap sikap kepala sekolah tersebut, dan kondisi ini telah mengakibatkan komunikasi yang terjalin
antara kepala sekolah dan guru kurang harmonis, sehingga terkesan baik guru maupun kepala sekolah berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan tugas.
Kondisi ini memperlemah kepemimpinan, tanggung jawab kepala sekolah, dan menurunkan partisipasi guru dalam menunjang kegiatan sekolah. Pada akhirnya kinerja guru yang dihasilkan cenderung rendah, dan kepemimpinan
kepala sekolah juga kurang berjalan optimal karena kurangnya informasi tentang pendidikan dan pelatihan yang mengarah satu sistem kinerja modern.
sekolah satu visi (visioner) dalam mencapai target-target keberhasilan dan
memberikan kenyamanan bagi penyelenggara sekolah untuk melakukan kerja secara optimal. Di samping itu, iklim organisasi adalah salah satu bentuk faktor
sosiologis yang selayaknya dilibatkan dalam upaya membangun manajemen pembelajaran yang efektif.
Nasution (2008:6) menyatakan bahwa rendahnya kinerja guru ini tentu
menjadi masalah serius karena dapat berakibat pada lemahnya fungsi sekolah itu sendiri sebagai wahana sosialisasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai elementer faktor sosiologis dalam manajemen pembelajaran jelas dituntut perannya dalam melakukan pembinaan, pengawasan terhadap tugas-tugas para guru.
Selain itu, kepala sekolah juga merupakan pimpinan akademik, dengan demikian ia harus mampu mengarahkan seluruh komponen (termasuk komponen guru) dan potensi sekolah menuju perbaikan mutu pendidikan di sekolah yang ia
pimpin. Peran kepemimpinannya di sekolah harus terus dimobilisasi dan dieksplorasi sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan bagi
kalangan guru. Kepala sekolah harus secara terus menerus mendorong para guru untuk menggunakan berbagai macam teknik pengajaran, melakukan penelitian berbagai tingkat sekolah, memanfaatkan rapat-rapat guru untuk membahas
cara-cara perbaikan pengajaran, menyertakan para guru dalam merumuskan perencanaan pembelajaran.
memperlakukan guru secara konsisten dan proporsional. Kepala sekolah dan para
juga harus membuat jalur-jalur komunikasi ke bawah dan ke samping. Dengan demikian suasana terbuka, saling bersinergi, terjalinnya komunikasi verbal dan
behavioral dapat tercipta dan para guru pun akan semakin bersemangat dalam melakukan kinerja karena iklim organisasi yang tercipta di sekolah tersebut. Mendukung para guru untuk melakukan yang terbaik, dikarenakan adanya
apresiasi yang positif dari pimpinan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan
memiliki pola pendekatan tersendiri. Pola pendekatan dalam kepemimpinan itu akan melahirkan persepsi tertentu bagi para anggota yang dipimpinnya. Seluruh komponen dalam lembaga pendidikan terutama para guru memiliki persepsi
tertentu kepada setiap kepala sekolah menyangkut kepemimpinannya pada lembaga pendidikan harus memiliki keteladanan dan kecakapan dalam memberdayakan seluruh anggotanya serta memberi arah yang jelas dalam
kepemimpinannya guna mencapai tujuan. Perilaku kepala sekolah inilah yang membentuk persepsi para anggotanya tentang kepemimpinannya di sekolah.
Persepsi yang muncul tetunya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Berdasarkan fenomena di atas, maka dilakukan penelitian yang
B. Identifikasi Masalah
Sebenarnya banyak variabel yang memengaruhi kinerja guru, tetapi dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan atau
yang memengaruhi kinerja guru. Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah sering ditemui kesenjangan atau ketidakharmonisan hubungan guru dengan guru dan guru dengan kepala sekolah. Pelaksanaan tugas guru terkesan asal jadi atau
sering lebih memerhatikan hak dari pada kewajiban. Hal ini berarti kepala sekolah kurang mampu memberdayakan guru secara optimal. Guru bertugas sebagai
rutinitas saja dan masih banyak persoalan lain yang berhubungan dengan kinerja guru, baik bersumber dari guru seperti intelegensi, sikap, kemampuan profesional dan yang bersumber dari luar diri guru seperti keamanan, suasana atau iklim kerja,
kepemimpinan dan pengawasan.
Beberapa masalah yang memengaruhi kinerja guru tersebut antara lain: (1) faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kinerja guru?, (2) apakah iklim
organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (3) apakah persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kinerja guru?, (4) apakah
budaya organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (5) apakah kecerdasan emosional berhubungan dengan kinerja guru?, (6) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja guru?, (7) apakah pengendalian stres berhubungan
dengan kinerja guru?, (8) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja guru?, (9) apakah motivasi berhubungan dengan kinerja guru?, (10) apakah
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak uraian identifikasi masalah, serta mengingat pendapat para ahli tentang hal-hal yang dapat memengaruhi kinerja guru, peneliti sangat
sadar bahwa seharusnya seluruh variabel yang mungkin memengaruhi kinerja guru hendaknya diteliti. Agar penelitian ini terarah dan fokus, maka penelitian ini dibatasai pada persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim
organisasi, dan kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala
sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung? 2. Apakah terdapat hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA
Swasta Kecamatan Medan Tembung?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan
2. Untuk mengetahui hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA
Swasta Kecamatan Medan Tembung.
3. Untuk mengetahui hubungan positif antara persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan secara
praktis.
a. Manfaat secara teoretis
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori tentang
persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian yang relevan dikemudian hari.
b. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi/masukan:
1. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kota Medan dalam pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru.
2. Bagi kepala sekolah untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka perbaikan
kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru.
3. Bagi guru-guru untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,521 dan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 25,31%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah
sebesar 25,31% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah kategori tinggi 6,76%, kategori cukup sebesar
78,38%, kategori kurang sebesar 14,86% dan sedangkan kategori rendah 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam kategori cukup.
2. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa iklim organisasi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,400 dan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 14,07%. Hal ini dapat
kategori cukup sebesar 77,03%, kategori kurang sebesar 16,22% dan
sedangkan katgori rendah 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini
cenderung cukup yang dibuktikan dengan 77,03% responden masuk dalam kategori cukup.
3. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien
korelasi 0,628 dan memberikan sumbangan efektif sebesar 39,37%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sebesar 39,37% dapat
diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan variabel kinerja guru kategori tinggi 28,38%, kategori cukup sebesar 64,86%, kategori kurang sebesar 6,76% dan sedangkan katgori rendah
0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 64,86% responden masuk dalam
kategori cukup.
B. Implikasi
Simpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mempunyai sejumlah implikasi penting terhadap upaya meningkatkan kinerja guru dalam
terciptanya kinerja guru yang baik merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas
pendidikan suatu sekolah karena salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun
masyarakat.
Untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran banyak faktor yang
dapat mempengaruhinya. Tinggi rendahnya kinerja guru tergantung pada faktor yang mempengaruhi diri guru tersebut. Namun diantara berbagai faktor tersebut, faktor persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi
merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian ini.
Penelitian ini menemukan bahwa semua variabel prediktor yang diteliti yakni persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi
dengan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memberikan hubungan yang berarti terhadap kinerja guru. Oleh karena itu perlu
diperhatikan variabel prediktor ini untuk ditingkatkan agar kinerja guru dapat ditingkatkan secara optimal untuk masa-masa yang akan datang, hal ini dapat diketahui dari hasil uji kecenderungan variabel yang digunakan dalam penelitian
ini. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah
cenderung cukup yang dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam
kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu upaya peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah
juga merupakan upaya peningkatan kinerja guru.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut persepsi guru tentang kepemimpinan
kepala sekolah dapat dilihat dari kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator para guru. Berdasarkan
uraian tersebut jelaslah bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah
dapat menimbulkan atau mendorong keinginan guru untuk melakukan aktivitas secara sadar dan berupaya sedapat mungkin melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk dan aturan dari kepala sekolah. Dinas Pendidikan juga diharapkan agar
terus mengadakan pendidikan dan latihan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Agar pelaksanaannya bukan hanya sekadar teori dan wacana belaka, perlu
dilakukan upaya pemantauan dan evaluasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan sekolah yang baik. Agar kepala sekolah dapat terrmotivasi, dapat dianugerahi berupa penghargaan (apresiasi) kepada kepala
sekolah yang mampu melaksanakan kepemimpinan sekolah dengan baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk
tertentu karena hal itu akan membawa kepada kekecewaan dari guru lainnya, serta
akan berpengaruh buruk terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Dengan baiknya kepala sekolah memimpin lingkungan kerjanya akan memberikan persepsi yang
baik dari guru sebagai bawahannya. Dengan baiknya kepemimpinan kepala sekolah akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari di sekolah.
Kepala sekolah perlu mengadakan transparansi segala keadaan, kebutuhan sekolah supaya persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah baik, kepala
sekolah perlu membangun keadilan, dan kebersamaan dalam pembagian tugas dan pekerjaan maupun pembagian insentif, karena orang yang tidak mendapat keadilan akan membuat seseorang tidak puas dengan pekerjaannya sehingga kinerjanya
akan menurun dan sebaliknya perasaan adil akan membuat seseorang puas dalam pekerjaannya dengan demikian kinerjanya juga akan semakin baik pula.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di SMA Swasta Kecamatan
Medan Tembung hendaknya agar melakukan pengawasan atau supervisi secara terencana dan terjadwal yang diperuntukkan bagu guru, hal ini menjadi sangat
penting mengingat guru merupakan salah satu pilar penentu bagi berlangsungnya kegiatan pengajaran di sekolah. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah maupun pengawas bukan hanya ditunjukkan untuk memperbaiki proses dan hasil
belajar mengajar guru semata, akan tetapi kegiatan supervisi hendaknya juga ditujukan pada upaya pembinaan mental guru terutama menyangkut bagaimana
Kepala sekolah mengadakan pelatihan sebagai serangkaian tindakan yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada guru yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satu waktu yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas di sekolah. Pelatihan juga dipandang sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam meningkatkan
mutu tenaga kependidikan di bidang pengetahuan, kemampuan, kepribadian agar lebih mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi jabatannya.
Selain itu kepala sekolah perlu membangun kebersamaan dalam organisasi, sehingga dalam bekerja para anggota akan saling membantu dalam bekerja atau bekerja dama dan sama-sama bekerja dengan demikian kinerjanya akan semakin
baik pula. Dengan kata lain, guru-guru dan siswa tidak dalam keadaan terpaksa dalam melakukan tugas-tugasnya tetapi karena motivasi yang timbul dari diri guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah secara maksimal.
2. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Iklim Organisasi
Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel iklim organisasi dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 77,03% responden masuk dalam kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan iklim organisasi
Berdasarkan hasil penelitian iklim organisasi diukur melalui indikator
yaitu: struktur organisasi, standar-standar kinerja anggota organisasi, tanggung jawab anggota organisasi, penghargaan yang diterima anggota organisasi atas
pekerjaannya, dukungan antar anggota organisasi, dan komitmen anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk meningkatkan iklim organisasi dapat dilakukan melalui pembenahan terhadap berbagai fasilitas pendukung
pembelajaran (sarana dan prasarana) terutama sarana yang bersifat akademik. Berbagai fasilitas yang mendukung terciptanya suasana akademis di sekolah
adalah seperti ruang belajar, ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, dan pekarangan sekolah yang bersih, rapi, dan nyaman. Suasana sekolah yang tertib dan aman juga akan mendukung terciptanya situasi dan kondisi yang baik untuk
melaksanakan pembelajaran.
Guru merupakan fasilitator. Fasilitator sebaiknya memberikan perhatian
kepada suasana awal atau suasana yang kondusif dalam pengelolaan pembelajaran. Sebagai fasilitator harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk merencanakan dan memfasilitasi terciptanya suasana sekolah dan pembelajaran
dalam kelas. Hal ini bisa terjadi apabila guru bersama unsur-unsur lainnya seperti kepala sekolah, pegawai sekolah, dan siswa mempunyai kemampuan dan kemauan
menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah.
Untuk mendukung kinerja mengajar guru yang tinggi diperlukan adanya komunikasi interpersonal yang positif antar berbagai personil di sekolah. Untuk
kebijakan-kebijakan. Misalnya perlu melakukan diskusi, rapat, konsolidasi di antara
guru-guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan siswa.
Kepala sekolah sebelum mengambil keputusan dalam menyelesaikan
masalah internal perlu mempertimbangkan banyak hal dengan melibatkan pihak-pihak eksternal, sehingga hasil keputusan yang diambil menunjukkan mekanisme yang terpogram dan terencana, tanggap terhadap persoalan mempunyai
perencanaan yang baik termasuk dalam pembuatan struktur organisasi dan mempunyai sistem dan prosedur yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan
iklim organisasi. Iklim organisasi yang baik akan membangun kerja sama dan hubungan baik sesama anggota dalam organisasi yang dapat mempengaruhi kepuasan tersendiri bagi anggota dan selanjutnya kinerjanya akan semakin baik
pula.
Selain dukungan suasana komunikasi interpersonal dan fasilitas yang
memadai dalam meningkatkan iklim organisasi sekolah, juga diperlukan perangkat peraturan yang baik agar penggunaan fasilitas dan komunikasi yang dibangun dapat dipergunakan secara efektif dan efisien dalam meningkatkan kinerja guru.
Peraturan dan tata tertib di lingkungan sekolah harus dirancang dengan baik dan adil sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang melaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah.
3. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi
Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini
kategori cukup, untuk variabel iklim organisasi cenderung sedang dibuktikan
77,03% responden masuk dalam kategori cukup. Sedangkan untuk variabel kinerja guru dalam penelitian ini cenderung sedang yang dibuktikan dengan 64,86%
responden masuk dalam kategori cukup.
Memperhatikan uji kecenderungan di atas, terlihat bahwa ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini terlihat bahwa kecenderungan variabel iklim
organisasi cenderung cukup. Berdasarkan hal ini implikasi dari data di atas masih dipandang perlu menciptakan kondisi, situasi, iklim organisasi yang
menyenangkan di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah,
guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:32) menyatakan bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai
kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan,
seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Dengan perkataan lain, kepemimpinan akan
menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi para karyawan uantuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kecilnya
hubungan yang diberikan persepsi guru tentang kepemimpinan kepalasa sekolah maupun iklim organisasi dalam temuan ini menunjukkan bahwa persoalan keduanya selama ini berlangsung secara optimal sehingga berimplikasi pada upaya
peningkatan kinerja guru. Memperhatikan hal ini kepala sekolah hendaknya dapat lebih memperhatikan aspek kepemimpinan maupun kemampuan manajerial ini
untuk masa akan datang. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dari kepala sekolah maka akan muncul perilaku guru dalam pelaksanaan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati sehingga hasil kerja yang dilakukan akan maksimal.
Guru perlu memperbaiki kinerjanya dengan membuat atau menciptakan suatu inisiatif atau prakarsa dalam bekerja atau pada saat proses pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran para peserta didik tertarik terhadap materi
dan penyampaian materi yang diberikan. Dengan menciptakan inisiatif mendorong siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitasnya sendiri. Guru juga perlu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi atau menajemen pembelajaran. Dengan lebih banyak belajara atau membaca buku-buku yang terbaru tetang materi pembelejaran,
mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan materi pembelajarannya pula, maupun juga mengikuti seminar-seminar, lokakarya atau sejenisnya. Selain
akan membuat suasana proses pembelajaran akan terserap dengan baik, dengan
demikian cita-cita pendidikan akan terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga dengan iklim organisasi, walaupun dari hasil berdampak positif
terhadap kinerja guru, namun demikian masih dianggap perlu meningkatkan kerjasama, kekompakkan dan sinergisitas kepala sekolah dengan guru untuk masa-masa yang akan datang guna menciptakan suasana dan kualitas mengajar yang
optimal dan bermutu.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepala sekolah selaku pemimpin sekolah hendaknya dapat memimpin semua
personil sekolah, sehingga mereka dapat menjalankan semua tugas dengan baik. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan perhatian secara
terus-menerus kepada guru seperti: mengadakan pertemuan dan mendiskusikan faktor-faktor kesulitan dalan menjalankan tugas-tugas pengajaran.
2. Guru hendaknya dapat menjadi pendidik dan pengajar yang komunikatif bagi
siswanya. Peran tersebut akan membawa kemampuan guru dalam memengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para siswanya
sehingga mau dan mampu belajar secara maksimal sehingga berpengaruh terhadap kualitas siswa/lulusan di sekolah tersebut.
3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan beserta jajaran yang terkait lainnya
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam
melaksanakan pembelajaran, (2) memberikan reward bagi guru yang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, (3) membuka kesempatan pada
guru untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.
4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta
Aritonang, Keke, T. 2005. Jurnal Pendidikan Penabur-No.04/Th.IV/Juli berjudul:“Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta”
Colquitt, A., Jason, Lepine,A., Jeffery, and Wesson, J. Michael. 2009. Organizational Behavior. New York:McGraw-Hill
Daryanto, M. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik. Jakarta:Rineka Cipta
Gibson, James, dkk. 1994. Organisasi:Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Agus Dahrma. Jakarta:Erlangga
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru:Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara
Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Edisi II. Yogyakarta:BPFE
Isjoni. 2004. Artikel:Kinerja Guru. Artikel ini didownlod pada tanggal 14 Agustus 2010 dari http://re-searchengines.com/isjoni12.html
Jaswar. 2007. “Hubungan Persepsi Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Inovasi dengan Rofesionalisme Guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang.” Tesis Universitas Negeri Medan
Kaspar. 2010. “Hubungan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru dengan Keefektifan Pembiayaan pada Tingkat SLTA di Kabupaten Dairi.” Tesis Universitas Negeri Medan
Komariah, Aan., Triatna, Cepi. 2008. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:Bina Aksara
Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta:Rajawali Pers
Lewa, K., Iip, Idham, Eka dan Subowo. 2005. Jurnal SINERGI:Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Human Resources:“Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat Cirebon.”
Matondang., M. H. 2008. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Yogyakarta:Graha Ilmu
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:Refika Aditama
Moenir. 1988. Kepemimpinan Kerja:Peranan, Teknik, dan Keberhasilannya. Jakarta:Bina Aksara
Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset
Nasution, Burhanuddin. 2008. “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Patumbak.” Tesis Universitas Negeri Medan
Nawawi, Hadari dan Martini, Hadari, M.. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers
Robbins, Stephen, P. 2002. Perilaku Organisai. Jakarta:Erlangga
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat. Jakarta:Nimas Multima
. 2007. Manajemen Strategik dalam Peninmgkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfa Beta
. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfa Beta
Sinuhaji, Beluh. 2008. “Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru”. Tesis Universitas Negeri Medan Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito
Sutrisno. 2006. Budaya Organisasi. Jakarta:Kencana
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:Rajawali Pers
Tuhadi. 2005. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pemberian Kompensasi dengan Motivasi Mengajar Guru SMK PAB Kabupaten Deli Serdang”. Tesis Universitas Negeri Medan
Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Usman, Husaini, dkk. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta:Bumi Aksara
Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya
Utami, Mutamimah Retno. 2006. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen.
Utami, Neni. 2003. Kualitas dan Profesionalisme Guru. Artikel diambil pada tanggal 4 Oktober 2010 dari http://www.pikiran-rakyat.com.
Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Grafindo Persada:Jakarta
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta:Bina Aksara
Widoyoko, S, Eko Putro. 2008. “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Tesis Universitas Negeri Medan
Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim Organsiasi:Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta:Salemba Empat