• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA SWASTA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA SWASTA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ABSTRAK

Lubis, Nuriah Ulfah. Hubungan Persepsi Guru tentang Kpemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Tesis, Medan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?, (2) Apakah terdapat hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?, (3) Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan positif yang signifikan antara: (1) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, (2) iklim organisasi dengan kinerja guru, (3) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung yang berjumlah 235 guru dan sampel penelitian sebanyak 148 guru, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket, dengan ujicoba lebih dahulu. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial yang meliputi analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru tergolong ke dalam kategori cukup. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepi guru tentang kepemimpianan kepala sekolah dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,521. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,400. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepi guru tentang kepemimpianan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,627. Pengujian dilakukan pada α = 0,05, dk = 145. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dibutuhkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi yang baik.

(4)

ABSTRACT

Lubis, Nuriah Ulfah. The Relationship between perception about headmaster’s leadership and organizational climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict. Thesis:The State University of Medan, Post Graduate Studies, 2012.

This research problems are (1) Is there any positive correlation perception about headmaster’s leadership with teacher’s performance?, (2) Is there any positive correlation organizational climate with teacher’s performance?, (3) Is there any positive correlation between perception about headmaster’s leadership and organiztional climate with teacher’s performance?. This study is aimed at finding out the significant correlation between (1) perception about headmaster’s leadership with teacher’s performance, (2) organizational climate with teacher’s performance, (3) perception about headmaster’s leadership and organiztional climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict.

The method of this research descriptive quantitative which is correlation study. The research population was all teachers of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict with the total of 235 teachers and 148 of them, data collection technique used were questionnaires, and the instrumen were first tried. The data analysis technique used were description and inferential statistic analysis correlation and regression analysis. The result showed that teacher’s perception about headmaster’s leadership, organizational climate, and teacher’s performance were in the medium categories. There are significant correlation between percerption about headmaster’s leadership with teachers working performance, with a correlation coefficient was 0,521. There are significant correlation between organizational climate with teachers working performance, with a correlation coefficient was 0,400. There are significant correlation between percerption about headmaster’s leadership and organizational climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict, with a correlation coefficient was 0,627. The test is done by using α = 0,05. It means that increase teacher’s performance helping of a good perception about headmasteer’s leadership and organizational climate.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penulis sadar

bahwa atas berkat-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Hubungan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung” ini dapat

selesai.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus ikhlas kepada:

1. Dr. Sukarman Purba, S. T., M. Pd. sebagai Pembimbing I yang telah banyak

memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak

memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

3. Dr. Zulkifli Matondang, M. Si. sebagai narasumber yang telah banyak mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

4. Prof. Dr. Siman Nurhadi, M. Pd. sebagai narasumber yang telah banyak

mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

5. Prof. Dr. Sri Milfayetty, M. S. sebagai narasumber yang telah banyak

mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

6. Prof. Dr. Belferik Manullang, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana

UNIMED, yang telah banyak memotivasi, membimbing secara umum kepada penulis.

7. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. sebagai Ketua Prodi Administrasi

(6)

memotivasi, membimbing secara umum, keramahan serta pelayanan secara

administrasi yang baik kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen Pacasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu

dan membuka wawasan kepada penulis.

9. Kepala SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung yang telah memberi izin

melakukan penelitian dan para guru yang telah meluangkan waktunya untuk

mengisi angket penelitian penulis.

10. Teristimewa Ayahanda Ahmad Dainuri Lubis dan Ibunda Dra. Hj. Kamaraiah

Tanjung serta uak tersayang Hj. Nur’ainun Tanjung, S. Pd. I. yang telah banyak berkorban buat penulis, baik secara moril maupun material dalam menyelesaikan studi di UNIMED. Terima kasih buat do’a dan usaha yang

tiada henti demi kesukseesan penulis.

11. Adik-adikku tersayang Muhammad Hanafi Lubis, S.E. dan Almh. Shufi Maulida Lubis, serta calon suami tersayang Andre Yudhistira, S. Si. yang

telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

12. Seluruh rekan mahasiswa angkatan XVI kelas B, Prodi Administrasi

Pendidikan yang telah banyak memberikan motivasinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.

Penulis mengharapkan kiranya mendapat kritik dan saran yang berguna bagi kebaikan dan kesempurnaan tesis ini dari semua pihak. Akhirnya penulis

(7)

Medan, Juni 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Pembatasan Masalah ... 15

D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17

A. Kajian Teoretis ... 17

1. Kinerja Guru ... 17

2. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 28

3. Iklim Organisasi ... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 45

(9)

D. Hipotesis Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

B. Populasi dan Sampel ... 55

C. Metode Penelitian ... 58

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

E. Teknik dan Instrumen Penelitian ... 59

F. Uji Coba Instrumen ... 64

G. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Deskripsi Data Penelitian ... 75

1. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 75

2. Iklim Organisasi ... 77

3. Kinerja Guru ... 79

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 81

1. Uji Normalitas ... 81

2. Uji Homogenitas ... 82

3. Uji Linieritas dan Keberartian Arah Regresi ... 83

4. Uji Independensi ... 85

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 85

1. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ... 85

(10)

Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi (X2) dengan

Kinerja Guru (Y) ... 88

D. Pembahasan Penelitian ... 91

E. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 100

A. Simpulan ... 100

B. Implikasi ... 101

C. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003 ... 4

Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007 ... 4

Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung ... 5

Tabel 3.1 Jumlah Guru SMA ... 55

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru SMA ... 56

Tabel 3.3 Penyebaran Sampel Guru SMA ... 57

Tabel 3.4 Alternatif Jawaban dan Skor Ketiga Variabel ... 59

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru ... 61

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 62

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Iklim Organisasi ... 63

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 75

Tabel 4.2 Kecenderungan Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 76

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi ... 77

Tabel 4.4 Kecenderuangan Variabel Iklim Organisasi ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kinerja Guru ... 79

Tabel 4.6 Kecenderungan Variabel Kinerja Guru ... 80

Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas Data ... 81

(12)

Tabel 4.9 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X1 atas Y ... 83

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X2 atas Y ... 84

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 86

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X2 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 87

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 dan X2 atas Y dan Uji Keberartiannya ... 88

Tabel 4.14 Rangkuman Analisi Regresi Ganda ... 89

Tabel 4.15 Bobot Sumbangan Prediktor ... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Integrative Model of Organizational Behavior ... 19

Gambar 2.2 Teori Path Goal ... 20 Gambar 2.3 Paradigma Penelitian ... 53 Gambar 4.1 Histogram Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Kepala Sekolah ... 76 Gambar 4.2 Histogram Variabel Iklim Organisasi ... 78

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pengantar ... 115

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 116

Lampiran 3 Tabel Validitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 123

Lampiran 4 Tabel Validitas Instrumen Iklim Organisasi ... 124

Lampiran 5 Tabel Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 125

Lampiran 6 Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 126

Lampiran 7 Tabel Relibialitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 132

Lampiran 8 Tabel Relibialitas Instrumen Iklim Organisasi ... 133

Lampiran 9 Tabel Relibialitas Instrumen Kinerja Guru ... 134

Lampiran 10 Perhitungan Relibialitas Instrumen Penelitian ... 135

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian ... 141

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Deskriptif ... 145

Lampiran 13 Uji Kecenderungan ... 150

Lampiran 14 Uji Normalitas ... 150

Lampiran 15 Uji Homogenitas ... 162

Lampiran 16 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X1 ... 171

Lampiran 17 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X2 ... 177

Lampiran 18 Uji Independensi ... 183

(15)

Korelasi Parsial Koefisien ... 187

Lampiran 21 Regresi Ganda, Uji Kelinieran dan Keberatian Persamaan Regresi Ganda ... 189

Lampiran 22 Tabel Krejcie – Morgan ... 193

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritik L untuk Uji Normalitas Liliefors ... 194

Lampiran 24 Tabel Luas di bawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 ke z 195

Lampiran 25 Tabel Nilai Kai Kuadrat (χ2) untuk Berbagai df ... 196

Lampiran 26 Tabel f untuk Luas Daerah di Bawah Kurva Sebaran F=α ... 197

Lampiran 27 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment ... 199

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja SDM yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan

sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi dan otonomi daerah ini perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dalam

mencapai tujuan pendidikan.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan,

dan kurikulum. Sagala (2007:71) menyebutkan bahwa tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar-mengajar, evaluasi kemajuan peserta didik, dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan. Untuk menjadi

seorang guru harus memiliki kualitas khusus karena guru merupakan jabatan profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi

yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan kompetensi yang dimiliki guru, idealnya

(17)

pembelajaran di sekolah guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran serta menilai kemajuan dan hasil belajar siswa. Guru yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan berupaya

mengembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, sebagaimana amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam pasal tiga yang menegaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi diri peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.

Isjoni (2004:1) menyatakan bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa

tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas

kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah

mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam

pelaksanaan evaluasi.

(18)

didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan

ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk

meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.

Namun dalam kenyataannya pendidikan masih tetap bermasalah. Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain: Data

UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,

kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks

pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan 102 (1996), 99 (1997), 105 (1998), dan ke-109 (1999). Data Balitbang Depdiknas (2006) menunjukkan dari sekitar 1,3 juta

guru SD/MI hanya 65,4% yang berpendidikan D2-kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 616.364 guru SLTP/MTs baru 76,04% yang berpendidikan

D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat Sekolah Menengah, dari 469.351 guru, baru 70,08% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 202.002 dosen, baru 44,3% yang berpendidikan S2/S3. Selain itu, keadaan guru ini

juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut Usman (1992:4)

(19)

Berikut pada Tabel 1.1 merupakan persentase guru menurut kelayakannya dalam

mengajar.

Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003

No. Jenjang Pendidikan

Layak Tidak Layak

Negeri Swasta Negeri Swasta

1. SD 21,07% 28,94% 78,93% 71,06%

2. SMP 54,12% 60,99% 45,88% 39,01%

3. SMA 65,29% 64,73% 34,71% 35,27%

4. SMK 55,49% 58,26% 44,51% 41,74%

(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Frengky 2006))

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru

itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang pada tahun 2007 (dalam Gaol, 2010:2) menyatakan bahwa persentase

guru yang layak sesuai dengan profesinya adalah sebagai berikut Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007

No. Jenjang Pendidikan Layak Tidak Layak

1. SD 57% 43%

2. SMP 64,1% 35,9

3. SMA 67% 33%

(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Gaol 2010))

Hal ini menandai rata-rata keseluruhan guru mulai dari guru SD, SMP, dan

SMA rata-rata 62,7% yang layak dan 37,3% belum profesional atau belum layak menjadi guru.

Selain itu, menurut Supriadi dalam Widoyoko (2008:1–2) menyatakan

bahwa studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menemukan mutu

(20)

Lengkapnya hasil studi itu antara lain: di 16 negara sedang berkembang, guru

memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi

guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjana (dalam Widoyoko, 2008:2) menunjukkan bahwa 73,31% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja

guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap

guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.

Masalah rendahnya kinerja guru juga terjadi di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Kinerja yang dimiliki para guru belum sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan di beberapa SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung diperoleh data tentang rendahnya kinerja guru. Berikut pada Tabel 1.3 merupakan persentase beberapa penyebab

rendahnya kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung

No. Penyebab Rendahnya Kinerja Guru Persentase

1. Tidak hadir pada jam pelajaran 20%

2. Masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal 30% 3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan

dengan persiapan yang matang, misalnya belum lengkapnya skenario pembelajaran

30%

4. Tidak membuat sendiri program tahunan, program

semseter, silabus dan rencana program pengajaran 35% 5. Penyampaian materi pelajaran belum

sungguh-sungguh, misalnya menyuruh siswa menuliskan materi di papan tulis/atau membacakan dari buku teks tanpa memberikan penjelasan atas materi yang dituliskan

30%

(21)

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kinerja guru belum mencapai

hasil yang diharapkan, hal ini terjadi mungkin karena rendahnya penghargaan terhadap profesi guru sehingga mereka kurang peduli dengan profesinya. Selain

itu, rendahnya pendidikan di SMA tersebut karena kinerja guru yang belum sesuai dengan profesi guru itu sendiri.

Sagala (2007:38) menyatakan bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak

optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang kreativitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup, kreativitas bukan merupakan bagian

dari prestasi. Jika ada guru mengembangkan krestivitasnya guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding kinerja

guru yang tidak mengikuti penataran. Tidak ada kontrol terhadap hasil penataran meski penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar. Institusi yang membina kinerja guru dan tenaga kependidikan tidak jelas.

Oleh karena itu, mutu pendidikan perlu diperbaiki dengan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas guru

tidak akan berjalan dengan baik tanpa memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas.

Menurut Utami (2003:1) menyatakan bahwa harus diakui bahwa guru

merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan

(22)

Bahrumsyah (Harian Global, 2010) mengatakan bahwa persentase

kelulusan tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 98 persen. Sementara tahun ini hanya 94,74 persen saja. Artinya, tahun 2010 siswa yang tidak

lulus meningkat. Bahrum mengakui, salah satu faktor meningkatnya ketidaklulusan itu kekosongan kursi kepala sekolah atau rangkap jabatan. Menurutnya, kepala sekolah memengaruhi terhadap suatu proses pembelajaran,

sebab kepala sekolah itu diberi wewenang untuk memenej, mengatur dan membina sekolah termasuk guru-gurunya melakukan persiapan, proses belajar

mengajar dan evaluasi atau menilai kemampuan peserta didiknya.

Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari observasi di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masih rendah.

Sikap guru terhadap profesinya juga rendah. Kenyataan ini dapat dilihat dari tidak hadir pada jam pelajaran, masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal, pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan persiapan yang

matang, misalnya belum lengkapnya skenario pembelajaran, tidak membuat sendiri program tahunan, program semseter, silabus dan rencana program

pengajaran, penyampaian materi pelajaran belum sungguh-sungguh, misalnya menyuruh siswa menuliskan materi di papan tulis/atau membacakan dari buku teks tanpa memberikan penjelasan atas materi yang dituliskan, pengelolaan kelas yang

masih belum maksimal.

Guru tidak membuat sendiri program tahunan, program semseter, silabus

(23)

Padahal teori mengharuskan guru membuat dan menguasai program tahunan,

program semester, silabus dan rencana program pengajaran. Bukti ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah.

Sehubungan dengan deskripsi di atas, guru juga dituntut untuk dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya secara profesional. Guru yang profesional dalam mendidik peserta didiknya akan berupaya mengembangkan

potensi yang ada pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mampu mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Peneliti Colquitt, Lepine, Wesson (2009:27) mengemukakan bahwa dua hasil dalam perilaku organisasi adalah kinerja dan komitmen organisasi. Beberapa faktor yang memengaruhi kinerja dan komitmen diantaranya meknisme individu

(kepuasan kerja, stres, motivasi, kepercayaan, keadilan, dan pengambilan keputusan), karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya dan kemampuan), mekanisme tim (karakteristik tim, proses tim, kekuasaan dan

pengaruh kepemimpinan, perilaku dan gaya kepemimpinan), dan mekanisme organisasi (struktur organisasi dan budaya organisasi).

Senada dengan itu House dalam Robbins (2002:174) juga mengemukakan Teori Path-Goal yang menyatakan bahwa ada dua kelompok situasi atau variabel kontinjensi yang memperbaiki hubungan antara perilaku pemimpin dengan hasil

yaitu semua yang ada di lingkungan dan karakter pribadi bawahan.

Berdasarkan hasil analisis kedua pendapat teori Colquitt dan Path-Goal

(24)

masih dipengaruhi oleh mekanisme individu. Sedangkan Teori Path-Goal

menyatakan bahwa kinerja langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya perilaku pemimpin, lingkungan dan karakter bawahan.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:32) menyatakan

bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat

seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya

untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja

dan iklim organisasi. Senada dengan itu, Pidarta dalam Utami (2006:2) mengemukakan,

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) iklim sekolah, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah. Dengan

demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.

(25)

bekerja secara maksimum apabila didukung oleh beberapa faktor dianatanya

adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa

kemampuan kepala sekolah menjadi motor penggerak utama pelaksanaan program sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan

staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam program

sekolah.

Para ahli dalam Sagala (2008:151) juga menyatakan bahwa tidak ada kepemimpinan yang baik untuk semua situasi, sehingga masing-masing memiliki

keunggulan yang berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel sacara manusiawi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik, karena dalam

kepemimpinan diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim lembaga pendidikan dan satuan pendidikan.

Identitas di atas kontras dengan dewasa ini, beberapa kepala sekolah pun

terkadang cenderung menanggap bahwa manajemen sekolah hanya terikat pada aspek pembelajarannya saja, sehingga terkadang justru mengganggap gurulah yang

(26)

diperhatikan. Hal ini menilik dengan apa yang diungkapkan Sagala (2007:53)

bahwa manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai peristiwa tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pengajaran tetapi juga

faktor logistik, sosiologis, dan ekonomis. Jika faktor logistik memusatkan pada persoalan sarana dan prasarana pendukung manajemen, dan faktor ekonomis menyangkut aspek pembiayaan, maka salah satu bentuk faktor sosiologis yang

sangat urgen adalah pola kepemimpinan kepala sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat problema di beberapa

sekolah, seperti ketiadaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan sekolah kurang layak untuk proses pembelajaran, kurang tersedianya buku-buku paket untuk guru maupun siswa. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ada beberapa

kepala sekolah yang cenderung kurang transparan dalam mengelola pembiayaan di sekolahnya. Pada akhirnya, beberapa guru-guru mengeluh terhadap sikap kepala sekolah tersebut, dan kondisi ini telah mengakibatkan komunikasi yang terjalin

antara kepala sekolah dan guru kurang harmonis, sehingga terkesan baik guru maupun kepala sekolah berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan tugas.

Kondisi ini memperlemah kepemimpinan, tanggung jawab kepala sekolah, dan menurunkan partisipasi guru dalam menunjang kegiatan sekolah. Pada akhirnya kinerja guru yang dihasilkan cenderung rendah, dan kepemimpinan

kepala sekolah juga kurang berjalan optimal karena kurangnya informasi tentang pendidikan dan pelatihan yang mengarah satu sistem kinerja modern.

(27)

sekolah satu visi (visioner) dalam mencapai target-target keberhasilan dan

memberikan kenyamanan bagi penyelenggara sekolah untuk melakukan kerja secara optimal. Di samping itu, iklim organisasi adalah salah satu bentuk faktor

sosiologis yang selayaknya dilibatkan dalam upaya membangun manajemen pembelajaran yang efektif.

Nasution (2008:6) menyatakan bahwa rendahnya kinerja guru ini tentu

menjadi masalah serius karena dapat berakibat pada lemahnya fungsi sekolah itu sendiri sebagai wahana sosialisasi dan pengembangan sumber daya manusia.

Kepemimpinan kepala sekolah sebagai elementer faktor sosiologis dalam manajemen pembelajaran jelas dituntut perannya dalam melakukan pembinaan, pengawasan terhadap tugas-tugas para guru.

Selain itu, kepala sekolah juga merupakan pimpinan akademik, dengan demikian ia harus mampu mengarahkan seluruh komponen (termasuk komponen guru) dan potensi sekolah menuju perbaikan mutu pendidikan di sekolah yang ia

pimpin. Peran kepemimpinannya di sekolah harus terus dimobilisasi dan dieksplorasi sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan bagi

kalangan guru. Kepala sekolah harus secara terus menerus mendorong para guru untuk menggunakan berbagai macam teknik pengajaran, melakukan penelitian berbagai tingkat sekolah, memanfaatkan rapat-rapat guru untuk membahas

cara-cara perbaikan pengajaran, menyertakan para guru dalam merumuskan perencanaan pembelajaran.

(28)

memperlakukan guru secara konsisten dan proporsional. Kepala sekolah dan para

juga harus membuat jalur-jalur komunikasi ke bawah dan ke samping. Dengan demikian suasana terbuka, saling bersinergi, terjalinnya komunikasi verbal dan

behavioral dapat tercipta dan para guru pun akan semakin bersemangat dalam melakukan kinerja karena iklim organisasi yang tercipta di sekolah tersebut. Mendukung para guru untuk melakukan yang terbaik, dikarenakan adanya

apresiasi yang positif dari pimpinan sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan

memiliki pola pendekatan tersendiri. Pola pendekatan dalam kepemimpinan itu akan melahirkan persepsi tertentu bagi para anggota yang dipimpinnya. Seluruh komponen dalam lembaga pendidikan terutama para guru memiliki persepsi

tertentu kepada setiap kepala sekolah menyangkut kepemimpinannya pada lembaga pendidikan harus memiliki keteladanan dan kecakapan dalam memberdayakan seluruh anggotanya serta memberi arah yang jelas dalam

kepemimpinannya guna mencapai tujuan. Perilaku kepala sekolah inilah yang membentuk persepsi para anggotanya tentang kepemimpinannya di sekolah.

Persepsi yang muncul tetunya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Berdasarkan fenomena di atas, maka dilakukan penelitian yang

(29)

B. Identifikasi Masalah

Sebenarnya banyak variabel yang memengaruhi kinerja guru, tetapi dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan atau

yang memengaruhi kinerja guru. Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah sering ditemui kesenjangan atau ketidakharmonisan hubungan guru dengan guru dan guru dengan kepala sekolah. Pelaksanaan tugas guru terkesan asal jadi atau

sering lebih memerhatikan hak dari pada kewajiban. Hal ini berarti kepala sekolah kurang mampu memberdayakan guru secara optimal. Guru bertugas sebagai

rutinitas saja dan masih banyak persoalan lain yang berhubungan dengan kinerja guru, baik bersumber dari guru seperti intelegensi, sikap, kemampuan profesional dan yang bersumber dari luar diri guru seperti keamanan, suasana atau iklim kerja,

kepemimpinan dan pengawasan.

Beberapa masalah yang memengaruhi kinerja guru tersebut antara lain: (1) faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kinerja guru?, (2) apakah iklim

organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (3) apakah persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kinerja guru?, (4) apakah

budaya organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (5) apakah kecerdasan emosional berhubungan dengan kinerja guru?, (6) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja guru?, (7) apakah pengendalian stres berhubungan

dengan kinerja guru?, (8) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja guru?, (9) apakah motivasi berhubungan dengan kinerja guru?, (10) apakah

(30)

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak uraian identifikasi masalah, serta mengingat pendapat para ahli tentang hal-hal yang dapat memengaruhi kinerja guru, peneliti sangat

sadar bahwa seharusnya seluruh variabel yang mungkin memengaruhi kinerja guru hendaknya diteliti. Agar penelitian ini terarah dan fokus, maka penelitian ini dibatasai pada persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim

organisasi, dan kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung? 2. Apakah terdapat hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA

Swasta Kecamatan Medan Tembung?

3. Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan

kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan

(31)

2. Untuk mengetahui hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA

Swasta Kecamatan Medan Tembung.

3. Untuk mengetahui hubungan positif antara persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan secara

praktis.

a. Manfaat secara teoretis

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori tentang

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian yang relevan dikemudian hari.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi/masukan:

1. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kota Medan dalam pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi kepala sekolah untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka perbaikan

kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru.

3. Bagi guru-guru untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk

(32)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,521 dan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 25,31%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah

sebesar 25,31% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah kategori tinggi 6,76%, kategori cukup sebesar

78,38%, kategori kurang sebesar 14,86% dan sedangkan kategori rendah 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam kategori cukup.

2. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa iklim organisasi mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,400 dan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 14,07%. Hal ini dapat

(33)

kategori cukup sebesar 77,03%, kategori kurang sebesar 16,22% dan

sedangkan katgori rendah 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini

cenderung cukup yang dibuktikan dengan 77,03% responden masuk dalam kategori cukup.

3. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien

korelasi 0,628 dan memberikan sumbangan efektif sebesar 39,37%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sebesar 39,37% dapat

diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan variabel kinerja guru kategori tinggi 28,38%, kategori cukup sebesar 64,86%, kategori kurang sebesar 6,76% dan sedangkan katgori rendah

0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 64,86% responden masuk dalam

kategori cukup.

B. Implikasi

Simpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mempunyai sejumlah implikasi penting terhadap upaya meningkatkan kinerja guru dalam

(34)

terciptanya kinerja guru yang baik merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas

pendidikan suatu sekolah karena salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun

masyarakat.

Untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran banyak faktor yang

dapat mempengaruhinya. Tinggi rendahnya kinerja guru tergantung pada faktor yang mempengaruhi diri guru tersebut. Namun diantara berbagai faktor tersebut, faktor persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi

merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian ini.

Penelitian ini menemukan bahwa semua variabel prediktor yang diteliti yakni persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi

dengan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memberikan hubungan yang berarti terhadap kinerja guru. Oleh karena itu perlu

diperhatikan variabel prediktor ini untuk ditingkatkan agar kinerja guru dapat ditingkatkan secara optimal untuk masa-masa yang akan datang, hal ini dapat diketahui dari hasil uji kecenderungan variabel yang digunakan dalam penelitian

ini. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

(35)

cenderung cukup yang dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam

kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan

kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu upaya peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah

juga merupakan upaya peningkatan kinerja guru.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut persepsi guru tentang kepemimpinan

kepala sekolah dapat dilihat dari kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator para guru. Berdasarkan

uraian tersebut jelaslah bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah

dapat menimbulkan atau mendorong keinginan guru untuk melakukan aktivitas secara sadar dan berupaya sedapat mungkin melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk dan aturan dari kepala sekolah. Dinas Pendidikan juga diharapkan agar

terus mengadakan pendidikan dan latihan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Agar pelaksanaannya bukan hanya sekadar teori dan wacana belaka, perlu

dilakukan upaya pemantauan dan evaluasi kerja kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan sekolah yang baik. Agar kepala sekolah dapat terrmotivasi, dapat dianugerahi berupa penghargaan (apresiasi) kepada kepala

sekolah yang mampu melaksanakan kepemimpinan sekolah dengan baik.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk

(36)

tertentu karena hal itu akan membawa kepada kekecewaan dari guru lainnya, serta

akan berpengaruh buruk terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Dengan baiknya kepala sekolah memimpin lingkungan kerjanya akan memberikan persepsi yang

baik dari guru sebagai bawahannya. Dengan baiknya kepemimpinan kepala sekolah akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari di sekolah.

Kepala sekolah perlu mengadakan transparansi segala keadaan, kebutuhan sekolah supaya persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah baik, kepala

sekolah perlu membangun keadilan, dan kebersamaan dalam pembagian tugas dan pekerjaan maupun pembagian insentif, karena orang yang tidak mendapat keadilan akan membuat seseorang tidak puas dengan pekerjaannya sehingga kinerjanya

akan menurun dan sebaliknya perasaan adil akan membuat seseorang puas dalam pekerjaannya dengan demikian kinerjanya juga akan semakin baik pula.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di SMA Swasta Kecamatan

Medan Tembung hendaknya agar melakukan pengawasan atau supervisi secara terencana dan terjadwal yang diperuntukkan bagu guru, hal ini menjadi sangat

penting mengingat guru merupakan salah satu pilar penentu bagi berlangsungnya kegiatan pengajaran di sekolah. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah maupun pengawas bukan hanya ditunjukkan untuk memperbaiki proses dan hasil

belajar mengajar guru semata, akan tetapi kegiatan supervisi hendaknya juga ditujukan pada upaya pembinaan mental guru terutama menyangkut bagaimana

(37)

Kepala sekolah mengadakan pelatihan sebagai serangkaian tindakan yang

dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada guru yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satu waktu yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas di sekolah. Pelatihan juga dipandang sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam meningkatkan

mutu tenaga kependidikan di bidang pengetahuan, kemampuan, kepribadian agar lebih mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi jabatannya.

Selain itu kepala sekolah perlu membangun kebersamaan dalam organisasi, sehingga dalam bekerja para anggota akan saling membantu dalam bekerja atau bekerja dama dan sama-sama bekerja dengan demikian kinerjanya akan semakin

baik pula. Dengan kata lain, guru-guru dan siswa tidak dalam keadaan terpaksa dalam melakukan tugas-tugasnya tetapi karena motivasi yang timbul dari diri guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah secara maksimal.

2. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Iklim Organisasi

Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel iklim organisasi dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 77,03% responden masuk dalam kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan iklim organisasi

(38)

Berdasarkan hasil penelitian iklim organisasi diukur melalui indikator

yaitu: struktur organisasi, standar-standar kinerja anggota organisasi, tanggung jawab anggota organisasi, penghargaan yang diterima anggota organisasi atas

pekerjaannya, dukungan antar anggota organisasi, dan komitmen anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk meningkatkan iklim organisasi dapat dilakukan melalui pembenahan terhadap berbagai fasilitas pendukung

pembelajaran (sarana dan prasarana) terutama sarana yang bersifat akademik. Berbagai fasilitas yang mendukung terciptanya suasana akademis di sekolah

adalah seperti ruang belajar, ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, dan pekarangan sekolah yang bersih, rapi, dan nyaman. Suasana sekolah yang tertib dan aman juga akan mendukung terciptanya situasi dan kondisi yang baik untuk

melaksanakan pembelajaran.

Guru merupakan fasilitator. Fasilitator sebaiknya memberikan perhatian

kepada suasana awal atau suasana yang kondusif dalam pengelolaan pembelajaran. Sebagai fasilitator harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk merencanakan dan memfasilitasi terciptanya suasana sekolah dan pembelajaran

dalam kelas. Hal ini bisa terjadi apabila guru bersama unsur-unsur lainnya seperti kepala sekolah, pegawai sekolah, dan siswa mempunyai kemampuan dan kemauan

menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah.

Untuk mendukung kinerja mengajar guru yang tinggi diperlukan adanya komunikasi interpersonal yang positif antar berbagai personil di sekolah. Untuk

(39)

kebijakan-kebijakan. Misalnya perlu melakukan diskusi, rapat, konsolidasi di antara

guru-guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan siswa.

Kepala sekolah sebelum mengambil keputusan dalam menyelesaikan

masalah internal perlu mempertimbangkan banyak hal dengan melibatkan pihak-pihak eksternal, sehingga hasil keputusan yang diambil menunjukkan mekanisme yang terpogram dan terencana, tanggap terhadap persoalan mempunyai

perencanaan yang baik termasuk dalam pembuatan struktur organisasi dan mempunyai sistem dan prosedur yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan

iklim organisasi. Iklim organisasi yang baik akan membangun kerja sama dan hubungan baik sesama anggota dalam organisasi yang dapat mempengaruhi kepuasan tersendiri bagi anggota dan selanjutnya kinerjanya akan semakin baik

pula.

Selain dukungan suasana komunikasi interpersonal dan fasilitas yang

memadai dalam meningkatkan iklim organisasi sekolah, juga diperlukan perangkat peraturan yang baik agar penggunaan fasilitas dan komunikasi yang dibangun dapat dipergunakan secara efektif dan efisien dalam meningkatkan kinerja guru.

Peraturan dan tata tertib di lingkungan sekolah harus dirancang dengan baik dan adil sehingga dapat diterima oleh semua pihak yang melaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah.

3. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi

Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini

(40)

kategori cukup, untuk variabel iklim organisasi cenderung sedang dibuktikan

77,03% responden masuk dalam kategori cukup. Sedangkan untuk variabel kinerja guru dalam penelitian ini cenderung sedang yang dibuktikan dengan 64,86%

responden masuk dalam kategori cukup.

Memperhatikan uji kecenderungan di atas, terlihat bahwa ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini terlihat bahwa kecenderungan variabel iklim

organisasi cenderung cukup. Berdasarkan hal ini implikasi dari data di atas masih dipandang perlu menciptakan kondisi, situasi, iklim organisasi yang

menyenangkan di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah,

guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:32) menyatakan bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan

dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai

kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan,

seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Dengan perkataan lain, kepemimpinan akan

(41)

menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi para karyawan uantuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kecilnya

hubungan yang diberikan persepsi guru tentang kepemimpinan kepalasa sekolah maupun iklim organisasi dalam temuan ini menunjukkan bahwa persoalan keduanya selama ini berlangsung secara optimal sehingga berimplikasi pada upaya

peningkatan kinerja guru. Memperhatikan hal ini kepala sekolah hendaknya dapat lebih memperhatikan aspek kepemimpinan maupun kemampuan manajerial ini

untuk masa akan datang. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dari kepala sekolah maka akan muncul perilaku guru dalam pelaksanaan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati sehingga hasil kerja yang dilakukan akan maksimal.

Guru perlu memperbaiki kinerjanya dengan membuat atau menciptakan suatu inisiatif atau prakarsa dalam bekerja atau pada saat proses pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran para peserta didik tertarik terhadap materi

dan penyampaian materi yang diberikan. Dengan menciptakan inisiatif mendorong siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya akan

meningkatkan kualitasnya sendiri. Guru juga perlu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi atau menajemen pembelajaran. Dengan lebih banyak belajara atau membaca buku-buku yang terbaru tetang materi pembelejaran,

mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan materi pembelajarannya pula, maupun juga mengikuti seminar-seminar, lokakarya atau sejenisnya. Selain

(42)

akan membuat suasana proses pembelajaran akan terserap dengan baik, dengan

demikian cita-cita pendidikan akan terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga dengan iklim organisasi, walaupun dari hasil berdampak positif

terhadap kinerja guru, namun demikian masih dianggap perlu meningkatkan kerjasama, kekompakkan dan sinergisitas kepala sekolah dengan guru untuk masa-masa yang akan datang guna menciptakan suasana dan kualitas mengajar yang

optimal dan bermutu.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah selaku pemimpin sekolah hendaknya dapat memimpin semua

personil sekolah, sehingga mereka dapat menjalankan semua tugas dengan baik. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan perhatian secara

terus-menerus kepada guru seperti: mengadakan pertemuan dan mendiskusikan faktor-faktor kesulitan dalan menjalankan tugas-tugas pengajaran.

2. Guru hendaknya dapat menjadi pendidik dan pengajar yang komunikatif bagi

siswanya. Peran tersebut akan membawa kemampuan guru dalam memengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para siswanya

sehingga mau dan mampu belajar secara maksimal sehingga berpengaruh terhadap kualitas siswa/lulusan di sekolah tersebut.

3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan beserta jajaran yang terkait lainnya

(43)

kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam

melaksanakan pembelajaran, (2) memberikan reward bagi guru yang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, (3) membuka kesempatan pada

guru untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.

4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

Aritonang, Keke, T. 2005. Jurnal Pendidikan Penabur-No.04/Th.IV/Juli berjudul:“Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta”

Colquitt, A., Jason, Lepine,A., Jeffery, and Wesson, J. Michael. 2009. Organizational Behavior. New York:McGraw-Hill

Daryanto, M. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik. Jakarta:Rineka Cipta

Gibson, James, dkk. 1994. Organisasi:Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Agus Dahrma. Jakarta:Erlangga

Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru:Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta. Bumi Aksara

Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Edisi II. Yogyakarta:BPFE

Isjoni. 2004. Artikel:Kinerja Guru. Artikel ini didownlod pada tanggal 14 Agustus 2010 dari http://re-searchengines.com/isjoni12.html

Jaswar. 2007. “Hubungan Persepsi Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Inovasi dengan Rofesionalisme Guru SMK Negeri Kabupaten Deli Serdang.” Tesis Universitas Negeri Medan

Kaspar. 2010. “Hubungan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru dengan Keefektifan Pembiayaan pada Tingkat SLTA di Kabupaten Dairi.” Tesis Universitas Negeri Medan

Komariah, Aan., Triatna, Cepi. 2008. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:Bina Aksara

Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta:Rajawali Pers

Lewa, K., Iip, Idham, Eka dan Subowo. 2005. Jurnal SINERGI:Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Human Resources:“Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat Cirebon.”

(45)

Matondang., M. H. 2008. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Yogyakarta:Graha Ilmu

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:Refika Aditama

Moenir. 1988. Kepemimpinan Kerja:Peranan, Teknik, dan Keberhasilannya. Jakarta:Bina Aksara

Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset

Nasution, Burhanuddin. 2008. “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Patumbak.” Tesis Universitas Negeri Medan

Nawawi, Hadari dan Martini, Hadari, M.. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers

Robbins, Stephen, P. 2002. Perilaku Organisai. Jakarta:Erlangga

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat. Jakarta:Nimas Multima

. 2007. Manajemen Strategik dalam Peninmgkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Sinuhaji, Beluh. 2008. “Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru”. Tesis Universitas Negeri Medan Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito

Sutrisno. 2006. Budaya Organisasi. Jakarta:Kencana

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:Rajawali Pers

(46)

Tuhadi. 2005. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pemberian Kompensasi dengan Motivasi Mengajar Guru SMK PAB Kabupaten Deli Serdang”. Tesis Universitas Negeri Medan

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Husaini, dkk. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya

Utami, Mutamimah Retno. 2006. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen.

Utami, Neni. 2003. Kualitas dan Profesionalisme Guru. Artikel diambil pada tanggal 4 Oktober 2010 dari http://www.pikiran-rakyat.com.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Grafindo Persada:Jakarta

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta:Bina Aksara

Widoyoko, S, Eko Putro. 2008. “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Tesis Universitas Negeri Medan

Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim Organsiasi:Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta:Salemba Empat

Gambar

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 dan  X2 atas Y dan
Gambar 2.1   Integrative Model of Organizational Behavior ...........................
Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007
Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru  Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung

Referensi

Dokumen terkait

tidak memilih suatu pre-school akan ditentukan tingkat kepuasan yang.

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif, tinggi runduk, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, diameter batang, panjang ruas

melalui strategi pembelajaran Probing Prompting. Untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan koneksi matematika. melalui strategi pembelajaran Probing Prompting..

Tindak tutur ilokusi direktif yang difokuskan dalam bentuk bahasa meminta sangat menarik untuk diteliti, sikap anak pada waktu meminta sesuatu, terkadang terdengar kurang sopan

Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah: Mendis- kripsikan peran dan kinerja kelembagaan yang mendukung budidaya padi hemat input; Merancang sistem insentif yang tepat bagi

Sapi Katingan jantan dan betina mempunyai variasi warna yang relatif tinggi yaitu delapan dan sembilan pola warna dengan dominasi warna hitam untuk sapi jantan dan

dari total pekerja maintenance di PT.Charoen Pokphand

Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia ( Acacia mangium ) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis ( Garcinia mangostana ). Rasio