ABSTRAK
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
Christopher Gunawan NIM: 122114118 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan laba akuntansi, investment opportunity set, likuditas dengan kebijakan dividen kas.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) laba akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan kebijakan dividen kas, 2) investment opportunity set mempunyai hubungan lemah dan positif dengan kebijakan dividen kas, 3) likuiditas tidak mempunyai hubungan dengan kebijakan dividen kas.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN EARNING, INVESTMENT
OPPORTUNITY SET, AND LIQUIDITY WITH CASH DIVIDEND POLICY An Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock
Exchange Year 2010-2014
Christopher Gunawan NIM: 122114118 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The research objectives were to determine the relationship between the earning, the investment opportunity set, and the liquidty with the cash dividend policy.
The research was an empirical study. The data was secondary data obtained using the documentation techniques. Data analysis technique is descriptive statistical analysis.
The results of data analysis showed that 1) the earning has a very strong and positive relationship with the cash dividend policy, 2) the investment opportunity set has a weak and positive relationship with the cash dividend policy, 3) the liquidty has no relationship with the cash dividend policy.
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Christopher Gunawan
NIM: 122114118
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Christopher Gunawan
NIM: 122114118
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
Oleh:
Christopher Gunawan NIM: 122114118
Telah Disetujui oleh:
Pembimbing
iii
3333333SKRIPSI
3
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Christopher Gunawan
NIM: 122114118
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 21 Juli 2016
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan Ketua Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., C.A. ...
Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., C.A. ...
Anggota Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Ak. ...
Anggota Josephine Wuri, S.E., M.Si. ...
Anggota A. Diksa Kuntara, S.E., MFA, QIA ...
Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Dekan
iv
PERSEMBAHAN
"You can't have everything. Where would you put it?"
~ Steven Wright (1955)
-Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus
-Kedua orang terhebat, mama dan papa yang aku sayang
-Adik-adiku: Raymond, Michael, dan Monica
-Keluarga di Yogyakarta (Mbah Sastro, Bukde Ijah, Pakde
Mardi, Pakde Purwanto, Mbak Fefi, Mbak Alfin, Mas Eko,
Mas Sulis, dan Mas Agung) yang banyak membantu selama
studi di Yogyakarta
-Sahabat-sahabatku (Chindy(Indo Lai),On Thor, Windy,
Kalobe, Inno (Kalonding), Semuel (SEMFAK), Mas Feb,
Jefri, Efi, Karibo, King Goblin, Rey) yang turut membantu
dan memberikan semangat kepada peneliti.
-Tante Godets, Tante Prihatin, Om Klots, dan Mak Lampir
yang selalu menyuplai persediaan makanan, minuman, dan
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 21 Juli 2016 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Christopher Gunawan
NIM : 122114118
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
Berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 31 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian kepada penulis.
2. Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Ak. selaku pembimbing yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko, M.Sc. selaku pembimbing statistika yang telah
membantu selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Corta dan Ibu Sisca selaku orang tua yang selalu memberi motivasi,
dana, dan semangat selama penyusunan skripsi.
5. Teman-teman MPAT Pak Anto yang mau berbagi ide serta memberikan
masukan-masukan yang positif kepada penulis.
6. Teman-teman akuntansi 2012 kelas C yang saling mendukung satu sama lain
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
E. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Kebijakan Dividen Kas ... 6
B. Laba Akuntansi ... 9
C. Investment Opportunity Set ... 11
D. Likuiditas ... 14
E. Hubungan Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas... 18
F. Hubungan Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Dividen Kas ... 19
G. Hubungan Likuiditas dengan Kebijakan Dividen Kas ... 20
H. Penelitian Terdahulu ... 22
I. Kerangka Pemikiran ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
ix
C. Teknik Pengumpulan Data ... 27
D. Definisi Operasional Variabel ... 27
E. Teknik Analisis Data ... 28
1. Mengumpulkan Data ... 28
2. Menghitung Dividen Kas, Laba Akuntansi, Market to Book Value of Asset (MKTBA) dan Current Ratio ... 29
a. Menghitung Dividen Kas ... 29
b. Menghitung Laba Akuntansi ... 29
c. Menghitung MKTBA ... 29
d. Menghitung Current Ratio ... 29
3. Melakukan Statistik Deskriptif ... 29
4. Mengklasifikasi Data ... 30
a. Mengklasifikasi Data Dividen Kas ... 30
b. Mengklasifikasi Data Laba Akuntansi ... 31
c. Mengklasifikasi Data MKTBA ... 32
d. Mengklasifikasi Data Current Ratio ... 32
5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 33
6. Menarik Kesimpulan ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35
A. Populasi Sasaran ... 35
B. Profil Perusahaan ... 37
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 44
A.Analisis Data ... 45
1. Pengumpulan Data... 45
2. Penghitungan Dividen Kas, Laba Akuntansi, MKTBA, dan Current Ratio ... 45
a. Penghitungan Dividen Kas ... 45
b. Penghitungan Laba Akuntansi ... 47
c. Penghitungan MKTBA ... 49
d. Penghitungan Current Ratio ... 50
3. Statistik Deskriptif ... 50
a. Statistik Deskriptif Dividen Kas ... 51
b. Statistik Deskriptif Laba Akuntansi... 55
c. Statistik Deskriptif MKTBA ... 59
d. Statistik Deskriptif Current Ratio ... 64
4. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 68
a. Analisis Tabulasi Silang Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas ... 68
b. Analisis Tabulasi Silang MKTBA dengan Kebijakan Dividen Kas ... 70
x
B. Pembahasan ... 74
1. Hubungan Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas ... 74
2. Hubungan IOS dengan Kebijakan Dividen Kas ... 75
3. Hubungan Likuiditas dengan Kebijakan Dividen Kas ... 77
BAB VI PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Keterbatasan Penelitian ... 79
C. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 85
LAMPIRAN I Daftar Perusahaan Populasi Sasaran ... 87
LAMPIRAN II Data Pembayaran Dividen Kas ... 88
LAMPIRAN III Data Laba Akuntansi ... 92
LAMPIRAN IV Data MKTBA ... 97
LAMPIRAN V Data Current Ratio ... 102
LAMPIRAN VI Pengklasifikasian Dividen Kas ... 107
LAMPIRAN VII Pengklasifikasian Laba Akuntansi ... 108
LAMPIRAN VIII Pengklasifikasian MKTBA ... 109
LAMPIRAN IX Pengklasifikasian Current Ratio ... 110
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan ... 34
Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran ... 35
Tabel 4.2 Populasi Sasaran Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 ... 36
Tabel 5.1 Penghitungan Dividen Kas ... 45
Tabel 5.2 Penghitungan Laba Akuntansi ... 47
Tabel 5.3 Penghitungan MKTBA ... 48
Tabel 5.4 Penghitungan Current Ratio ... 50
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Dividen Kas ... 51
Tabel 5.6 Tabel Dividen Kas ... 54
Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Laba Akuntansi ... 55
Tabel 5.8 Tabel Laba Akuntansi ... 58
Tabel 5.9 Statistik Deskriptif MKTBA ... 59
Tabel 5.10 Tabel MKTBA ... 63
Tabel 5.11 Statistik Deskriptif Current Ratio ... 64
Tabel 5.12 Tabel Current Ratio ... 67
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas ... 68
Tabel 5.14 Tabel Symmentric Measures Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas ... 68
Tabel 5.15 Tabulasi Silang MKTBA dengan Kebijakan Dividen Kas ... 70
Tabel 5.16 Tabel Symmentric Measures MKTBA dengan Kebijakan Dividen Kas ... 70
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Current Ratio dengan Kebijakan Dividen Kas ... 72
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ... 25
Gambar 5.1 Histogram Dividen Kas ... 53
Gambar 5.2 Histogram Laba Akuntansi ... 57
Gambar 5.3 Histogram Market to Book Value of Asset ... 62
Gambar 5.4 Histogram Current Ratio ... 66
Gambar 5.5 Bar Chart Hubungan Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas ... 69
Gambar 5.6 Bar Chart Hubungan MKTBA dengan Kebijakan Dividen Kas ... 71
xiii ABSTRAK
HUBUNGAN LABA AKUNTANSI, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, LIKUIDITAS DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN KAS
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014
Christopher Gunawan NIM: 122114118 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan laba akuntansi, investment opportunity set, likuditas dengan kebijakan dividen kas.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) laba akuntansi mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan kebijakan dividen kas, 2) investment opportunity set mempunyai hubungan lemah dan positif dengan kebijakan dividen kas, 3) likuiditas tidak mempunyai hubungan dengan kebijakan dividen kas.
xiv ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN EARNING, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, AND LIQUIDITY WITH CASH DIVIDEND
POLICY
An Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Year 2010-2014
Christopher Gunawan NIM: 122114118 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
The research objectives were to determine the relationship between the earning, the investment opportunity set, and the liquidty with the cash dividend policy.
The research was an empirical study. The data was secondary data obtained using the documentation techniques. Data analysis technique is descriptive statistical analysis.
The results of data analysis showed that 1) the earning has a very strong and positive relationship with the cash dividend policy, 2) the investment opportunity set has a weak and positive relationship with the cash dividend policy, 3) the liquidty has no relationship with the cash dividend policy.
Key Word: Cash Dividend Policy, Earning, Investment Opportunity Set, Liquidity
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini, para pelaku pasar dapat memasuki dunia investasi dengan sangat
mudah karena didukung oleh keterbukaan informasi. Aktivitas investasi
merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan
kebimbangan yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Bagi
seorang investor sebelum melakukan investasi pada perusahaan ada hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu memastikan apakah investasi tersebut mampu
memberikan rate of return yang diharapkan atau tidak.
Perusahaan publik yang melaksanakan fungsi manajemen keuangan
harus dihadapkan pada tiga keputusan manajemen yang dapat dipilih, yaitu
keputusan investasi (penggunaan dana), keputusan pendanaan (memperoleh
dana) dan keputusan dividen (pembagian dividen) (Wikasuana et al., 2001: 17).
Menurut investor, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
dana di pasar modal. Pemegang saham yang menanamkan modal pada di
perusahaan cenderung menyukai dividen yang berbentuk tunai (kas)
dibandingkan dengan keuntungan modal (capital gain).
Menurut Suharli (2004), kebijakan dividen perusahaan memiliki
pengaruh penting terhadap banyak pihak yang terlibat di masyarakat. Menurut
investasi mereka dengan kepemilikan saham yang diterbitkan oleh perusahaan.
Penetapan kebijaksanaan mengenai pembagian dividen, faktor yang menjadi
perhatian manajemen adalah besar laba yang dihasilkan perusahaan. Ada dua
ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas.
Penelitian ini menggunakan laba akuntansi sebagai pengukur kinerja akuntansi
perusahaan.
Kebijakan dividen sangat dipengaruhi oleh peluang investasi dan
ketersediaan dana guna membiayai investasi baru. Hal ini menyebabkan
kebijakan residual (Brigham dan Houston, 2006: 40) atau residual theory of
dividend, yaitu dividen dibayarkan jika ada pendapatan sisa setelah melakukan investasi baru. Investment opportunity set menggambarkan tentang luas
kesempatan dan peluang investasi bagi suatu perusahaan. Menurut Gaver dan
Gaver (1993), investment opportunity set merupakan hubungan antara
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen pada masa yang akan
datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan
akan menghasilkan dividen kas yang lebih besar.
Likuiditas merupakan salah satu dari beberapa pertimbangan utama
dalam melakukan keputusan dividen. Perusahaan yang memiliki likuiditas lebih
baik akan mampu membayar dividen yang lebih banyak (Suharli, 2007),
dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai likuiditas kurang atau tidak
baik. Likuiditas perusahaan sangat berpengaruh terhadap perusahaan dalam
memperoleh laba dan dibayarkan dalam bentuk dividen kepada pemegang
saham. Laba tersebut akan digunakan perusahaan untuk mendanai investasi atau
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen kas
meliputi laba, investment opportunity set, likuiditas, financial leverage, dan
kinerja perusahaan. Pada penelitian ini laba akuntansi, investment opportunity
set, dan likuiditas diduga mempunyai hubungan yang kuat dengan kebijakan dividen kas. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Laba Akuntansi, Investment Opportunity Set, Likuiditas
dengan Kebijakan Dividen Kas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan laba akuntansi dengan kebijakan dividen kas?
2. Bagaimana hubungan investment opportunity set dengan kebijakan dividen
kas?
3. Bagaimana hubungan likuiditas dengan kebijakan dividen kas?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian adalah:
1. Mengetahui hubungan laba akuntansi dengan kebijakan dividen kas.
2. Mengetahui hubungan investment opportunity set dengan kebijakan dividen
kas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
faktor yang mempunyai hubungan dengan kebijakan dividen kas.
2. Bagi manajemen diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan
untuk dijadikan bahan pertimbangan dan membantu dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan kebijakan pembagian dividen kas yang
optimal sehingga menciptakan kesinambungan antara pembayaran dividen
tunai saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
3. Untuk penelitian yang akan datang, penelitian ini memberikan referensi
penelitian yang diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan yang
berhubungan dengan kebijakan dividen kas.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan
penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung dan hasil
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, populasi sasaran,
teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan
teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memberikan gambaran mengenai data yang
digunakan dalam penelitian, cara peneliti menentukan
populasi sasaran, serta daftar dan profil perusahaan yang
menjadi populasi sasaran penelitian.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai pengujian yang dilakukan,
analisis terhadap data, dan temuan empiris yang diperoleh.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan hasil uji dan analisis data yang
dilakukan pada bab sebelumnya, dan keterbatasan pada saat
proses penelitian. Dari kesimpulan dan keterbatasan
penelitian, peneliti memberikan saran-saran bagi pihak yang
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Dividen Kas
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan
kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk
membagikan kepada pemegang saham (investor). Menurut Martono dan Agus
(2007: 253), kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat
kebijakan dividen yang tepat bagi perusahaan. Brigham dan Houston (2001: 66)
menyebutkan beberapa teori kebijakan dividen yaitu:
a. Dividen Irrelevant Theory
Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modal. Kebijakan
dividen yang satu sama baik dengan kebijakan dividen yang lain.
Pendukung utama irrelevant theory adalah Milner dan Modiglani (2008).
Leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan,
distribusi laba ke dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak mempunyai
biaya ekuitas perusahaan dan kebijakan capital budgeting merupakan
kebijakan yang independen terhadap kebijakan dividen.
b. Bird-in-The Hand Theory
Menurut Brigham dan Houston (2001: 66), teori ini dijelaskan dengan
menggunakan pemahaman bahwa investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan
yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen
mempunyai risiko lebih kecil dari komponen keuntungan modal (capital
gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal yang akan dihasilkan dibandingkan jika mereka menerima dividen, karena
dividen merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar
melalui mekanisme penentuan harga saham.
c. Teori Preferensi Pajak
Menurut Litzenberger dan Ramaswamy (1979) dalam Andriyani (2008) ada
tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu:
1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah
memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan
menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan.
Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga
saham, dan keuntungan modal dengan pajak rendah akan menggantikan
dividen yang mempunyai pajak tinggi.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga
ada efek nilai waktu.
3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama
sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Menurut Sandjaja dan Barlian (2003: 57), dividen kas adalah sumber dari
aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja
perusahaan saat ini dan akan datang. Sebuah korporasi harus memenuhi tiga
kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen kas yaitu laba ditahan
yang mencukupi, kas memadai dan tindakan formal dari dewan komisaris.
Berdasarkan pengertian dividen kas tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen kas adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali laba
yang diperoleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikan
kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai (kas).
Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham perusahaan diputuskan
oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umum mengadakan pertemuan yang
membahas tentang dividen setiap kuartal atau setengah tahun, mereka
datang dalam pembagian. Investor lebih tertarik dengan dividen yang berupa
tunai daripada dividen saham. Hal ini dikarenakan para investor beranggapan
dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar
return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri (Sigalingging, 2012: 8).
Penelitian ini akan menggunakan data pembayaran dividen kas (tunai) pada
laporan keuangan tahunan oleh perusahaan sebagai proksi dari kebijakan
dividen kas.
B. Laba Akuntansi
Menurut pengertian akuntansi konvensional, laba akuntansi adalah perbedaan
antara pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan
biaya yang layak dibebankan (Muqodim, 2005: 111). Menurut PSAK Nomor 1,
informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya
ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus
kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI,
2013). PSAK Nomor 46 mendefinisikan laba akuntansi sebagai laba atau rugi
selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak (laba sebelum pajak) (IAI,
2013). Ukuran kinerja akuntansi perusahaan adalah laba akuntansi. Laba
akuntansi diukur berdasarkan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan
Menurut SFAC No. 1 dalam Antika (2014) mengasumsikan bahwa:
“Laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan
bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa
depan”. Menurut Suwardjono (2005: 456), laba akuntansi dengan berbagai
interpretasi diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Penelitian ini akan menggunakan data laba sebelum pajak pada laporan
C. Investment Opportunity Set (Set Kesempatan Investasi)
Istilah investment opportunity set (IOS) atau set kesempatan investasi pertama
kali diperkenalkan oleh Myers (2012), dia menguraikan perusahaan sebagai
suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa
depan. Opsi investasi masa depan ini kemudian dikenal dengan istilah
investment opportunity set (IOS). Investment opportunity set (IOS) sebagai opsi masa depan yang tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek
perusahaan saja tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih tinggi
dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan. Investment
opportunity set dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi potensi pertumbuhan perusahaan dimasa depan apakah suatu perusahaan masuk
klasifikasi yang berpotensi bertumbuh (growth firm) atau tidak bertumbuh
(nongrowth firm).
Menurut Myers (2012), investment opportunity set merupakan
keputusan investasi dalam bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets
in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, di mana kesempatan investasi tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesempatan investasi
merupakan pilihan investasi masa depan dan mencerminkan ada pertumbuhan
aktiva dan ekuitas. Menurut Gaver dan Gaver (1993), opsi investasi masa depan
tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan proyek-proyek yang didukung
oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil
kelompok industri. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak
dapat diobservasi (unobservable).
Kebijakan dividen sangat dipengaruhi oleh peluang investasi dan
ketersediaan dana guna membiayai investasi baru. Hal ini menyebabkan
kebijakan residual (Brigham dan Houston, 2006: 40) atau residual theory of
dividend, yaitu dividen dibayarkan jika ada pendapatan sisa setelah melakukan investasi baru. Signalling theory menyatakan bahwa peningkatan dividen
merupakan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang. Dividen meningkat diartikan sebagai keuntungan yang akan diperoleh
sebagai hasil dari keputusan investasi (Haruman, 2008). Berdasarkan hal
tersebut, kesempatan investasi yang memberikan keuntungan tinggi bagi
perusahaan tidak selalu diartikan dividen yang dibayarkan akan kecil atau tidak
dibayarkan, tetapi dapat diartikan ada prospek yang menjanjikan di masa yang
akan datang untuk dapat membayar dividen yang lebih tinggi.
Investasi di masa depan mempengaruhi besar nilai perusahaan. Menurut
Myers (2012), nilai perusahaan merupakan gabungan dari aktiva dengan
investasi di masa depan. Kesempatan investasi yang tinggi di masa depan bisa
dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Berbagai macam
proksi pertumbuhan perusahaan yang dinyatakan dalam satu set kesempatan
investasi atau IOS telah digunakan oleh peneliti. Proksi IOS dalam penelitian
Smith & Watts (1992) adalah rasio individual dan variabel instrumental IOS
yaitu: market to book value of asset, depreciation to firm value, research &
Rasio-rasio tersebut memiliki koefisien yang signifikan dalam pengujian
hubungan level IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen. Pada penelitian
ini investment opportunity set (IOS) yang diukur dengan market to book value
of asset (MKTBA). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Rasio market to book value of asset (MKTBA) digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan banyaknya aset yang digunakan dalam
menjalankan bisnis. Menurut Smith & Watts (1992), MKTBA menjadi bahan
pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan
yang bertumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk
memperoleh dividen. Semakin tinggi MKTBA semakin besar aset yang
digunakan perusahaan dalam bisnis, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan
meningkat, dan pada akhirnya akan menaikkan perolehan dividen kas investor.
MKTBA dapat dihitung dengan rumus (Smith & Watts, 1992):
MKTBA= A e − E + J Le ×H Pe
A e
Rumus di atas dihitung dengan cara membagi hasil penjumlahan total
aset, total ekuitas dan kapitalisasi pasar (jumlah lembar saham beredar dikalikan
dengan harga penutup saham) dengan total aset. Dengan proksi tersebut maka
peluang investasi dirumuskan dengan membandingkan antara nilai pasar
perusahaan dengan nilai buku. Semakin besar nilai pasar suatu perusahaan
terhadap nilai bukunya, maka semakin besar pula investment opportunity set.
saham yang beredar) ditambah total kewajiban. Nilai buku perusahaan adalah
total aset. Adapun ekuitas (modal) adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan
yang merupakan kekayaan bersih (selisih antara aktiva dan utang). Menurut
Suwardjono (2010: 84), ekuitas merupakan hak residual pemilik setelah semua
aset dikurangi semua kewajiban perusahaan (sering disebut net worth).
Menurut Munawir (2002: 30), aset atau aktiva adalah sarana atau sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang harga
perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif. Aset atau aktiva
dapat berupa aktiva lancar, aktiva tidak lancar, investasi jangka panjang, aktiva
tetap, dan aktiva tak berwujud.
D. Likuiditas
Menurut Syamsuddin (2000: 41), likuiditas merupakan suatu indikator
mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial
jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang
tersedia. Menurut Munawir (2002: 31), likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih. Sementara menurut Riyanto (2001: 25), mengemukakan bahwa
likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang harus segera harus dipenuhi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi atau
dipenuhi. Salah satu cara untuk mengukur likuiditas adalah current ratio yang
merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek
(current liability) melalui sejumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk
memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendek (Brigham dan Houston,
2001: 90). Peningkatan current ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para
investor, bahwa perusahaan dapat membayar dividen yang diharapkan oleh
investor. Menurut Sawir (2009: 10), perusahaan yang mempunyai current ratio
rendah biasanya terindikasi mempunyai masalah likuidasi yang belum
terselesaikan. Sebaliknya, semakin tinggi current ratio perusahaan juga berarti
kurang bagus, karena hal tersebut menunjukkan banyaknya dana yang
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba.
Menurut Suharli (2007), perusahaan yang menginvestasikan dana lebih
banyak akan menyebabkan jumlah dividen kas yang dibayarkan berkurang,
namun likuiditas yang tinggi mampu memperlemah penjelasan tersebut karena
perusahaan dapat menunda pembayaran hutang jangka pendek. Hanya
perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi yang akan membagikan laba kepada
pemegang saham dalam bentuk tunai. Berdasarkan hal tersebut pihak
manajemen perusahaan akan mengutamakan potensi likuiditas yang ada untuk
melunasi kewajiban jangka pendek ataupun mendanai operasi perusahaan.
Posisi likuiditas akan mempengaruhi tingkat laba sebuah perusahaan.
Posisi likuiditas yang tinggi akan menjaga kestabilan proses produksi
modal kerja untuk memenuhi operasional sehari-hari perusahaan. Modal kerja
merupakan bagian penting dalam perusahaan, karena untuk mengelola modal
kerja dan aktiva lancar termasuk bagian dari aktiva (Hastuti, 2013:29).
Proksi current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum
digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan (Riyanto,
2001). Proksi current ratio dapat memberikan keyakinan investor terhadap
kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen tunai (cash dividend)
sesuai harapan para pemegang saham (Nurjanah, 2012: 5). Current ratio dapat
dihitung dengan rumus (Hanafi, 2004: 37):
� ��� �� � =Aktiva LancarUtang Lancar × %
Current ratio adalah suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Current ratio
merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin
besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau di atas 100%.
Artinya, aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:
301). Berdasarkan hal tersebut, current ratio menjelaskan seberapa besar aktiva
lancar menjamin pembayaran hutang lancar. Menurut Sukmalana (2007: 39),
uang tunai, dijual atau digunakan pada periode berikut. Aktiva lancar tersebut
dapat berupa kas, surat-surat berharga, piutang wesel, piutang dagang, hutang
dagang bersisa debet, persediaan barang dagangan, penyajian dalam neraca,
penghasilan yang masih akan diterima, uang muka pegawai, dan biaya yang
dibayar di muka. Utang lancar adalah kewajiban atau utang perusahaan pada
pihak lain yang harus segera dibayar, jangka waktu utang lancar adalah satu
tahun (Kasmir, 2008: 40). Menurut Kasmir (2008: 40), utang lancar meliputi
utang dagang, utang bank (maksimal 1 tahun), utang wesel, utang gaji dan utang
jangka pendek lainnya.
Menurut Kasmir (2008: 135), apabila likuiditas rendah dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik dan akan
membayar dividen. Likuiditas suatu perusahaan berhubungan erat dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek yang harus segera dipenuhi. Perusahaan dalam memenuhi kewajiban
tersebut harus mempunyai alat-alat likuid yang berupa aset lancar yang
jumlahnya harus lebih besar dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus
segera dipenuhi (Riyanto, 2008: 25). Semakin besar aset lancar yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan utang lancar, maka semakin besar
tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak
menganggur dan apabila terlalu rendah maka perusahaan dianggap tidak
E. Hubungan Laba Akuntansi dengan Kebijakan Dividen Kas
Penetapan kebijakan pembagian dividen, faktor yang menjadi perhatian
manajemen adalah besar laba yang dihasilkan perusahaan. Belkaoui (2007:
213), menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan
sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari
transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Ukuran kinerja
akuntansi perusahaan adalah laba akuntansi. PSAK Nomor 46 mendefinisikan
laba akuntansi sebagai laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi
beban pajak (laba sebelum pajak) (IAI, 2013).
Laba akuntansi mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen
kas. Semakin besar laba akuntansi yang diperoleh oleh perusahaan, maka
semakin besar pula kesempatan para pemegang saham untuk menerima dividen
kas atas modal yang telah diinvestasikan (Triyanto et al., 2014: 3). Jika laba
perusahaan besar, maka perusahaan memiliki kemampuan yang besar pula
untuk mengalokasikan laba yang diperoleh untuk dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen kas maupun untuk investasi perusahaan ataupun
untuk menjaga kelangsungan kinerja perusahaan (Triyanto et al., 2014: 3).
Pembagian dividen kas yang diambil dari laba akuntansi dalam hal ini laba
bersih perusahaan, menjadi daya tarik bagi para investor yang ingin
menginvestasikan modal yang dimiliki. Berdasarkan laba akuntansi tersebut
investor dapat menganalisis berapa besar laba bersih perusahaan, dan dari laba
tersebut berapa yang akan dibagikan sebagai dividen. Menurut Weston dan
Copeland (2010: 45), kebijakan dividen menentukan penempatan laba
menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Menurut Skousen et al. (2001:
757), dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para
pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Distribusi laba
dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada para pemegang saham disebut
sebagai dividen kas. Sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih
dahulu agar dapat membayar dividen kas (Sigalingging, 2013):
1. Laba akuntansi yang mencukupi
2. Kas yang memadai
3. Tindakan formal dari dewan komisaris
F.
Hubungan Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Dividen Kas Menurut Myers (2012), investment opportunity set merupakan kombinasi antaraaktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi pada masa yang akan
datang dengan net present value (NPV) positif. Menurut Gaver dan Gaver
(1993), investment opportunity set merupakan nilai perusahaan yang besarnya
tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen pada
masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi
yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Persamaan antara
kesempatan investasi dan kebijakan dividen, yakni hal tersebut bersumber dari
laba perusahaan. Laba perusahaan yang akan digunakan untuk membayar
dividen kepada pemegang saham dan sisa ditahan sebagai laba ditahan yang
akan digunakan untuk investasi perusahaan yang berguna untuk pertumbuhan
Investement opportunity set mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen kas. Menurut Smith dan Watss (1992), investment
opportunity set yang diukur dengan market to book value of asset semakin tinggi, maka semakin besar aset yang digunakan dalam menjelaskan bisnis
perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk
bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, dan pada akhirnya
dividen kas yang diperoleh pemegang saham akan semakin tinggi. Signalling
theory menjelaskan bahwa peningkatan dividen merupakan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, karena peningkatan
dividen diartikan sebagai keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil yang
diperoleh dari keputusan investasi (Haruman, 2008). Set kesempatan investasi
(investment opportunity set) yang memberikan keuntungan tinggi bagi
perusahaan tidak selalu diartikan dividen yang dibayarkan akan kecil atau tidak
dibayarkan, tetapi dapat diartikan mendapatkan prospek yang menjanjikan di
masa yang akan datang untuk dapat membayar dividen yang lebih tinggi
(Sigalingging, 2012: 11).
G. Hubungan Likuiditas dengan Kebijakan Dividen Kas
Menurut Syamsuddin (2000), likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka
pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Pihak manajemen akan menggunakan potensi likuiditas untuk mendanai operasi
Menurut Kasmir (2008: 129), likuiditas yang diukur dengan current
ratio menjelaskan bahwa semakin besar aset lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan utang lancar, maka semakin besar tingkat
likuiditas perusahaan tersebut. Jika likuiditas mengalami peningkatan, maka
jumlah dividen kas yang diharapkan mengalami peningkatan. Peningkatan
current ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor, bahwa perusahaan dapat membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Menurut
Sawir (2009: 10), hubungan negatif likuiditas dengan kebijakan dividen kas
adalah perusahaan yang mempunyai current ratio rendah biasanya terindikasi
mempunyai masalah likuidasi yang belum terselesaikan. Sebaliknya, semakin
tinggi current ratio perusahaan juga berarti kurang bagus, karena hal tersebut
menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan mengurangi
pembagian dividen kas.
Menurut Kasmir (2008: 135), apabila likuiditas rendah dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik dan akan
membayar dividen. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi adanya
kebimbangan serta menjaga fleksibilitas perusahaan, maka perusahaan tidak
akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. Perusahaan yang sedang
tumbuh secara rendabel, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena
sebagian besar dananya dari aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian
penjelasan tersebut, likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh
keputusan-keputusan dibidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berfokus pada hubungan laba akuntansi, investment opportunity
set, likuiditas dengan dividen kas. Sitepu (2010) melakukan penelitian tentang analisis hubungan laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas pada
perusahaan konsumsi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa laba akuntansi dan laba tunai mempunyai hubungan yang
kuat positif, signifikan dan kuat dengan dividen kas. Penelitian ini
menggunakan analisis statistik sebagai metode analisis data. Model Spearman
Rank koefisien korelasi untuk menganalisis hubungan korelasi pada penelitian
ini.
Wahyuni dan Subagyo (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh
laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas perusahaan terhadap
pembayaran dividen kas. Hasil penelitian menjelaskan bahwa laba akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas. Perusahaan dapat
meningkatkan laba akuntansi untuk menarik investor berinvestasi, investor akan
lebih berminat kepada pembayaran dividen dalam bentuk kas atau tunai karena
dapat meminimalkan kebimbangan atas investasi. Perusahaan dapat
mengurangi jumlah hutangnya, baik jangka panjang ataupun jangka pendek,
sehingga alokasi dana untuk pelunasan hutang dapat dialokasikan pada dividen
Antika (2014) melakukan pengujian mengenai pengaruh laba akuntansi,
laba tunai dan arus kas pendanaan terhadap kebijakan dividen kas perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan laba akuntansi berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen kas.
Nadapdap (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh laba akuntansi
dan arus kas terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan manufaktur jenis
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laba akuntansi berpengaruh
terhadap kebijakan dividen kas. Hal ini menjelaskan bahwa laba akuntansi
memberikan manfaat bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan kebijakan
dividen kas. Semakin besar laba akuntansi yang dihasilkan maka kemungkinan
kebijakan dividen kas juga semakin tinggi.
Triyanto et al. (2014) melakukan penelitian pengaruh laba akuntansi dan
arus kas terhadap dividen kas, hasil dari penelitian adalah untuk variabel laba
akuntansi uji t signifikasi memperlihatkan angka 0,036 lebih kecil dari alpha
5% atau 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh
positif signifikan terhadap kebijakan dividen kas.
Mariah et al. (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh
profitabilitas dan kesempatan investasi dengan likuiditas sebagai variabel
moderating pada emiten pembentuk indeks LQ 45. Hasil penelitian menunjukkan investment opportunity set mempengaruhi kebijakan dividen kas
secara negatif.
Nurjanah (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas,
tunai dengan likuiditas sebagai variabel moderating. Hasil penelitian
menunjukkan investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen tunai. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi
investment opportunity set yang dilakukan perusahaan, tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Hal ini terjadi karena
dana dari investasi perusahaan tidak dibiayai dari laba di tahan perusahaan
sehingga tidak mempengaruhi pembayaran dividen tetapi kesempatan investasi
perusahaan dibiayai dengan modal sendiri yaitu penjualan saham baru.
Pradana dan Sanjaya (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh
profitabilitas, free cash flow dan investment opportunity set terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian menunjukkan IOS tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend payout ratio. Peneliti menduga bahwa terdapat faktor lain
yang dapat menimbulkan dampak seperti ini. Kemungkinan faktor tersebut
adalah adanya wewenang yang hampir mutlak pada rapat umum pemegang
saham (RUPS). Di samping itu, peneliti juga menduga bahwa terjadi
ekspropriasi oleh pemegang saham pengendali (controlling shareholder)
sehingga dividen tunai tidak dibagi selama beberapa periode.
Sandy (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas dan
likuiditas terhadap kebijakan dividen kas. Hasil penelitian menunjukkan hasil
uji F diketahui bahwa secara simultan rasio keuangan berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen kas. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa secara
parsial hanya return on assets (ROA) yang berpengaruh signifikan terhadap
return on equity (ROE), current ratio (CR) dan quick ratio (QR) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas.
I. Kerangka Pemikiran
Dividen kas bersumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Dividen kas yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama yang
menentukan nilai saham bagi pemilik saham dan investor.
Penelitian ini meneliti hubungan antara variabel sehingga tidak ada
perumusan hipotesis dikarenakan kesimpulan yang akan ditarik hanya terbatas
pada populasi sasaran. Penelitian ini melihat hubungan satu per satu antara laba
akuntansi, investment opportunity set, dan likuiditas dengan kebijakan dividen
kas. Berdasarkan hal tersebut, kerangka konseptual dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2: Gambar Kerangka Pemikiran Laba Akuntansi
Kebijakan Dividen Kas Investment
Opportunity Set
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Penelitian empiris merupakan studi
yang dilakukan berdasarkan data-data eksperimental hasil pengamatan,
pengalaman, uji coba untuk ilmu pengetahuan dan penelitian. Studi empiris
pada penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan analisis matematika dan statistika untuk
menggambarkan, menjelaskan dan membuat prediksi berdasarkan data-data
sekunder yang telah didokumentasikan.
B. Populasi Sasaran
Populasi sasaran pada penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Kriteria populasi sasaran
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode tahun 2010-2014.
2. Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan dengan mata
uang Rupiah selama periode tahun 2010-2014.
3. Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dan
menghasilkan laba bersih selama periode tahun 2010-2014.
4. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen selama periode tahun
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menganalisis data
sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur. Selain itu juga
menggunakan studi pustaka dengan mengumpulkan data, artikel, jurnal,
maupun sumber tertulis lain yang berkaitan dengan variabel penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel
Analisis data pada penelitian ini menggunakan variabel kebijakan dividen kas,
laba akuntansi, investment opportunity set, dan likuiditas. Definisi dari keempat
variabel tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebijakan Dividen Kas
Kebijakan dividen kas adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan dengan
membagikan laba perusahaan berupa uang tunai. Kebijakan dividen kas
yang diukur dengan data pembayaran dividen kas oleh perusahaan pada
laporan keuangan tahunan.
2. Laba Akuntansi
PSAK Nomor 46 mendefinisikan laba akuntansi sebagai laba atau rugi
selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak (laba sebelum pajak)
(IAI, 2013).
3. Investment Opportunity Set
Menurut Myers (2012), investment opportunity set merupakan keputusan
place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, di mana kesempatan investasi tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan.
4. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih
(Munawir, 2002: 31).
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, perlu dilakukan langkah-langkah pengolahan data.
Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data:
1. Mengumpulkan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014. Mengumpulkan data untuk kebijakan dividen kas yang diukur
dengan data pembayaran dividen kas oleh perusahaan pada laporan
keuangan tahunan. Mengumpulkan data untuk menghitung laba akuntansi
yaitu laba sebelum pajak pada laporan keuangan tahunan. Kemudian
mengumpulkan data untuk menghitung market to book value of asset
(proksi set investment opportunity) yaitu total aset, total ekuitas, jumlah
lembar saham yang beredar, dan harga penutupan saham. Terakhir,
mengumpulkan data untuk menghitung current ratio (proksi likuiditas)
2. Menghitung Dividen Kas, Laba Akuntansi, Market to Book Value of Asset (MKTBA) dan Current Ratio (CR)
a. Menghitung Dividen Kas Perusahaan
Mengumpulkan data untuk kebijakan dividen kas diukur dengan data
pembayaran dividen kas oleh perusahaan pada laporan keuangan
tahunan.
b. Menghitung Laba Akuntansi
Mengumpulkan data untuk laba akuntansi diukur dengan data laba
sebelum pajak oleh perusahaan pada laporan keuangan tahunan.
c. Menghitung Market to Book Value of Asset (MKTBA)
Investment opportunity set (IOS) akan diukur dengan market to book value of asset (MKTBA).
MKTBA= A e − E + J Le ×H Pe A e
d. Menghitung Current Ratio (Proksi Likuiditas)
Likuiditas diukur dengan current ratio, dirumuskan dengan:
� ��� �� � =Aktiva LancarUtang Lancar × %
3. Melakukan Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode yang menggambarkan sifat-sifat data.
Kegiatan statistik di sini berupa kegiatan pengumpulan data, penyusunan
data dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik-grafik maupun
diagram-diagram (Boedijoewono, 2012: 11). Statistik deskriptif memberikan
4. Mengklasifikasi Data
Penelitian ini menggunakan analisis statistik parametrik. Statistik
non-parametrik adalah statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Selain itu, statistik
non-parametrik biasanya menggunakan skala pengukuran sosial, yakni
nominal dan ordinal yang umumnya tidak terdistribusi normal. Metode
untuk mengklasifikasikan data menggunakan metode seriaton secara
kelompok. Metode ini digunakan untuk menyusun data dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kelas interval tertentu sehingga dapat diperoleh
secara tepat data yang terkecil dan yang terbesar dan mengelompokkan data
menjadi beberapa bagian apakah menjadi 2 bagian atau lebih
(Boedijoewono, 2012: 35-36).
a. Mengklasifikasikan Data Dividen Kas
Ukuran data dividen kas berskala rasio, pada pengklasifikasian ini
ukuran data dividen kas diubah menjadi skala ordinal. Skala ordinal
mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan (Cooper dan
William, 1995). Semakin tinggi angka dividen kas berarti semakin
tinggi pembagian dividen kas dalam perusahaan, sebaliknya semakin
rendah angka dividen kas berarti semakin rendah pembagian dividen
kas dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
mengklasifikasikan data dividen kas menjadi 4 kategori tingkatan yaitu
sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Klasifikasi data
dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram,
Sangat rendah : 1
Rendah : 2
Tinggi : 3
Sangat tinggi : 4
b. Mengklasifikasikan Data Laba Akuntansi
Ukuran data laba akuntansi berskala rasio, pada pengklasifikasian ini
ukuran data laba akuntansi diubah menjadi skala ordinal. Skala ordinal
mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan (Cooper dan
William, 1995). Semakin tinggi angka laba akuntansi berarti semakin
tinggi perolehan laba akuntansi dalam perusahaan, sebaliknya semakin
rendah angka laba akuntansi berarti semakin rendah perolehan laba
akuntansi dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
mengklasifikasikan data laba akuntansi menjadi 4 kategori tingkatan
yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Klasifikasi data
dilakukan dengan membagi angka yang dihasilkan dari histogram,
kemudian membuat kategori sebagai berikut:
Sangat rendah : 1
Rendah : 2
Tinggi : 3
c. Mengklasifikasikan Data Market to Book Value of Asset (Proksi
Investment Opportunity Set)
Ukuran data MKTBA berskala rasio, pada pengklasifikasian ini ukuran
data MKTBA diubah menjadi skala ordinal. Skala ordinal mencakup
ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan (Cooper dan William,
1995). Semakin tinggi angka MKTBA berarti semakin tinggi nilai
MKTBA dalam perusahaan, sebaliknya semakin rendah angka
MKTBA berarti semakin rendah nilai MKTBA dalam perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengklasifikasikan data MKTBA
menjadi 4 kategori tingkatan yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan
sangat tinggi. Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang
dihasilkan dari histogram, kemudian membuat kategori sebagai berikut:
Sangat rendah : 1
Rendah : 2
Tinggi : 3
Sangat tinggi : 4
d. Mengklasifikasikan Data Current Ratio
Ukuran data current ratio berskala rasio, pada pengklasifikasian ini
ukuran data current ratio diubah menjadi skala ordinal. Skala ordinal
mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan (Cooper dan
William, 1995). Semakin tinggi angka current ratio berarti semakin
lancar perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek, sebaliknya
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti mengklasifikasikan data current ratio menjadi 4
kategori tingkatan yaitu sangat tidak lancar, tidak lancar, lancar, dan
sangat lancar. Klasifikasi data dilakukan dengan membagi angka yang
dihasilkan dari histogram, kemudian membuat kategori sebagai berikut:
Sangat tidak lancar : 1
Tidak Lancar : 2
Lancar : 3
Sangat Lancar : 4
5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
Analisis tabulasi silang (crosstabs) menyajikan data dalam bentuk tabulasi
yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstabs adalah
data berskala nominal, ordinal atau kategori (Ghozali, 2011).
6. Menarik kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah hasil analisis pada tabel tabulasi
silang (crosstabs) antara variabel dengan melihat kekuatan hubungan dan
arah hubungan berdasarkan nilai Spearman’s rho. Menurut Cooper dan
William (1995) korelasi Spearman’s rho menghubungkan peringkat antara
dua variabel yang sudah diurutkan. Adapun langkah-langkah untuk menarik
kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Menguji tingkat signifikan
Penelitian ini akan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% dengan
melihat nilai approximate significance. Approximate significance
menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan. Jika nilai
approximate significance > 0,05, maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya, jika nilai approximate significance < 0,05,
maka terdapat hubungan antara kedua variabel. Berdasarkan hal
tersebut, analisis data akan dilanjutkan dengan menguji kekuatan dan
arah hubungan.
b. Menguji kekuatan hubungan dan arah hubungan
Menguji kekuatan hubungan, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai
berikut (Sugiyono, 2012: 163):
Tabel 3. Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel (Berdasarkan nilai Koefisien Korelasi Spearman’s rho)
Nilai Spearman’s rho (+ dan -) Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan positif atau searah. Hal ini berarti nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien
korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan negatif atau
terbalik. Hal ini berarti nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y